Season 3 : Last episode
“Ha ?”
Dadaku berdesir sesaat Wida memanggilku dengan sebutan “Mas” tadi. Entah mengapa, seolah-olah itu adalah sebuah pengakuan bahwa aku adalah miliknya. Milik Wida seutuhnya. Biasanya kami hanya memanggil dengan nama kami masing-masing. Kami, melakukan hubungan seks ini memang hanya dasar sebagai pemuas nafsu masing-masing. Suaminya sendiri sudah pernah selingkuh, sehingga dia sudah muak dengan suaminya. Nafsu itu hilang, sehingga dia mencoba mencariku. Sedangkan aku, memandang dia sebagai teman seks. Dan walaupun dia hamil karenaku, tentu itu hanya sebatas hasil dari hubungan tanpa pengaman yang kami lakukan.
Kedua bola mataku masih terdiam, mengikuti desiran dalam dada. Wajahku dan wajah Wida kemudian bertatapan dalam posisi Missionary. Perutnya yang membuncit, payudara yang besar berisi ASI, serta tubuh hamilnya yang seksi itu berada di depan mataku. Wida memandangku dengan tatapan berbeda. Tangannya sesekali memegang perut dan selangkangannya, tempat cairan ketuban tadi mengalir. Waktu itu, otakku seperti kosong. Hanya satu tujuan yang ada di kepalaku setelah mendengar Wida memanggilku “Mas”. Tujuanku adalah ngentot dia dengan beringas.
Penisku kembali tegak. Kemudian tangan kananku memegang paha kanan Wida. Kemudian aku melebarkan selangkangannya. Wida seperti tahu apa yang aku lakukan. Tangan kirinya mencoba menepis tangan kananku, namun dengan mudah aku menepis balik tangannya. Tangan kiriku memegang penisku yang kembali tegak. Aku arahkan ke vaginanya yang menganga tadi.
Blesssss
Penisku dengan mudah masuk ke dalam vagina Wida. Aku kemudian memandang wajah Wida untuk sesaat. Wida lalu menggelengkan kepalanya.
“Jangan Bram, ketuban aku udah pecah. Kamu mau ngapain ? anter aku cepet ke rumah sakit.” Ucap Wida.
Aku tak bergeming, dengan kasar aku lalu menggenjot Wida dengan kasar dan keras sampai mentok ke rahimnya. Wida sesekali menjerit dan memohon untuk melepas penetrasiku. Aku tetap menggenjotnya dengan kasar.
“Uda Brammmm, sakittttt, ehmmmmm”
“Udahhhh, lepasiiiinnn, kasihan anak kitaaa”
Jerit dan pinta Wida saat aku penetrasi. Dan karena aku sudah keluar sampai kering, aku kemudian bisa keluar lebih cepat.
Crottttttt crotttttttt crottttttt
“Akkhhhhh” Ucapku sesaat setelah orgasme.
Setelah orgasme, kesadaranku kembali. Aku melihat Wida di depanku. Aku terkejut melihat darah keluar dari selangkangannya. Wida hampir pingsan sebelum aku menepuk pipinya. Aku ingat, ketubannya pecah. Darah yang mengalir aku bersihkan terlebih dahulu. Dengan segera, tanpa membersihkan diri dengan mandi atau cuci muka, aku langsung membantunya untuk bersiap-siap ke rumah sakit. Kupakaikan segera gamis dan kerudung untuk Wida. Tubuhnya sangat lemas saat ketuban pecah, ditambah dengan aku hajar dengan penetrasiku tadi. Saat mengangkat tubuhnya, aku baru sadar bahwa dia juga ikut orgasme saat penetrasi terakhir. Tubuhnya masih bergetar. Segera aku pesan taksi online, membawa pakaian Wida seadanya, dan beberapa peralatan. Segera setelah taksi datang, kami lalu beranjak ke rumah sakit.
...........
Satu tahun kemudian....
Setelah setahun sejak kami ngentot di rumah Wida itu, kami akhirnya menikah. Saat itu, aku membawa Wida ke rumah sakit. Sesuai dugaan dokter sebulan sebelumnya, anak kami dalam kandungan memang memiliki kelainan dan tidak bisa bertahan hidup setelah dilahirkan. Wida segera pulih fisiknya beberapa minggu kemudian. Setelah itu, Wida segera menentukan pilihannya untuk berpisah dengan suaminya. Dan selang satu bulan setelah resmi berpisah, Wida membawa kedua anaknya untuk tinggal di rusunku. Sehingga saat ini bertambahlah penghuni rumah susun. Aku, Sekar, Wida, dan anak-anak.
Sekar dan Wida hidup berdampingan mengurus anak mereka masing-masing. Sekar belum bisa pulang ke rumah orang tuanya. Anaknya masih kecil, dan sangat riskan jika diajak untuk pulang kampung. Namun Sekar juga tahu diri, jika dia menumpang di rumahku, maka Sekar harus berkontribusi. Oleh karena itu dia mulai bekerja di sebuah rumah makan. Sedangkan Wida, karena anaknya kembar dan masih kecil, dia mengurus urusan rumah tangga dan sambil mengurus anak-anak. Apalagi setelah menikah, Wida langsung diberi kepercayaan untuk kembali mengandung.
...............................
Di tengah pekan pukul 23.40 WIB
Aku dan Wida sedang melakukan hubungan badan, si kembar sudah tertidur, kami berdua sudah telanjang, hanya hijab warna hitam yang masih menempel di kepala Wida, aku memang lebih menyukai saat ngentot dengan Wida saat dia masih mengenakan hijab. Saat itu aku aku sedang mengentot Wida dari belakang dengan posisi menungging.
"Ah......kencengin pah...mamah mau keluar".
" Iya mah”memek mamah makin hangat kalo udah hamil begini".
Aku percepat entotanku sambil kuremas remas susunya bergantian, air susunya pun muncrat-muncrat. Wida saat ini sedang kugenjot dengan kondisi usia kandungan 30 minggu.
"Pah, cupang leher mamah".
Wida paling suka kalau dikentot sambil dicupangin mau itu leher, susu, atau ketek sekalipun. Aku cupangin lehernya dengan buas sampai berwarna merah.
"Akkkh pah, mamah gak kuat lagi, mamah keluar" Wida mengejang beberapa kali.
"Papah juga mau nyampe mah.......Akhhhhhhh"
Crottttt crotttttt crotttttttt
Tak lama pejuku pun keluar di dalam memeknya yg masih berkedut kedut, lalu kami berbaring kelelahan di kasur.
“Pah, dari dulu kamu enak banget” ucap Wida
“Hahaha, bisa aja”Balasku
Begitulah kehidupanku selanjutnya, menjalani kehidupan sebagai pria untuk membahagiakan wanita dan anak-anak. Terutama wanita hamil tentunya ahahaha.
TAMAT.
“Ha ?”
Dadaku berdesir sesaat Wida memanggilku dengan sebutan “Mas” tadi. Entah mengapa, seolah-olah itu adalah sebuah pengakuan bahwa aku adalah miliknya. Milik Wida seutuhnya. Biasanya kami hanya memanggil dengan nama kami masing-masing. Kami, melakukan hubungan seks ini memang hanya dasar sebagai pemuas nafsu masing-masing. Suaminya sendiri sudah pernah selingkuh, sehingga dia sudah muak dengan suaminya. Nafsu itu hilang, sehingga dia mencoba mencariku. Sedangkan aku, memandang dia sebagai teman seks. Dan walaupun dia hamil karenaku, tentu itu hanya sebatas hasil dari hubungan tanpa pengaman yang kami lakukan.
Kedua bola mataku masih terdiam, mengikuti desiran dalam dada. Wajahku dan wajah Wida kemudian bertatapan dalam posisi Missionary. Perutnya yang membuncit, payudara yang besar berisi ASI, serta tubuh hamilnya yang seksi itu berada di depan mataku. Wida memandangku dengan tatapan berbeda. Tangannya sesekali memegang perut dan selangkangannya, tempat cairan ketuban tadi mengalir. Waktu itu, otakku seperti kosong. Hanya satu tujuan yang ada di kepalaku setelah mendengar Wida memanggilku “Mas”. Tujuanku adalah ngentot dia dengan beringas.
Penisku kembali tegak. Kemudian tangan kananku memegang paha kanan Wida. Kemudian aku melebarkan selangkangannya. Wida seperti tahu apa yang aku lakukan. Tangan kirinya mencoba menepis tangan kananku, namun dengan mudah aku menepis balik tangannya. Tangan kiriku memegang penisku yang kembali tegak. Aku arahkan ke vaginanya yang menganga tadi.
Blesssss
Penisku dengan mudah masuk ke dalam vagina Wida. Aku kemudian memandang wajah Wida untuk sesaat. Wida lalu menggelengkan kepalanya.
“Jangan Bram, ketuban aku udah pecah. Kamu mau ngapain ? anter aku cepet ke rumah sakit.” Ucap Wida.
Aku tak bergeming, dengan kasar aku lalu menggenjot Wida dengan kasar dan keras sampai mentok ke rahimnya. Wida sesekali menjerit dan memohon untuk melepas penetrasiku. Aku tetap menggenjotnya dengan kasar.
“Uda Brammmm, sakittttt, ehmmmmm”
“Udahhhh, lepasiiiinnn, kasihan anak kitaaa”
Jerit dan pinta Wida saat aku penetrasi. Dan karena aku sudah keluar sampai kering, aku kemudian bisa keluar lebih cepat.
Crottttttt crotttttttt crottttttt
“Akkhhhhh” Ucapku sesaat setelah orgasme.
Setelah orgasme, kesadaranku kembali. Aku melihat Wida di depanku. Aku terkejut melihat darah keluar dari selangkangannya. Wida hampir pingsan sebelum aku menepuk pipinya. Aku ingat, ketubannya pecah. Darah yang mengalir aku bersihkan terlebih dahulu. Dengan segera, tanpa membersihkan diri dengan mandi atau cuci muka, aku langsung membantunya untuk bersiap-siap ke rumah sakit. Kupakaikan segera gamis dan kerudung untuk Wida. Tubuhnya sangat lemas saat ketuban pecah, ditambah dengan aku hajar dengan penetrasiku tadi. Saat mengangkat tubuhnya, aku baru sadar bahwa dia juga ikut orgasme saat penetrasi terakhir. Tubuhnya masih bergetar. Segera aku pesan taksi online, membawa pakaian Wida seadanya, dan beberapa peralatan. Segera setelah taksi datang, kami lalu beranjak ke rumah sakit.
...........
Satu tahun kemudian....
Setelah setahun sejak kami ngentot di rumah Wida itu, kami akhirnya menikah. Saat itu, aku membawa Wida ke rumah sakit. Sesuai dugaan dokter sebulan sebelumnya, anak kami dalam kandungan memang memiliki kelainan dan tidak bisa bertahan hidup setelah dilahirkan. Wida segera pulih fisiknya beberapa minggu kemudian. Setelah itu, Wida segera menentukan pilihannya untuk berpisah dengan suaminya. Dan selang satu bulan setelah resmi berpisah, Wida membawa kedua anaknya untuk tinggal di rusunku. Sehingga saat ini bertambahlah penghuni rumah susun. Aku, Sekar, Wida, dan anak-anak.
Sekar dan Wida hidup berdampingan mengurus anak mereka masing-masing. Sekar belum bisa pulang ke rumah orang tuanya. Anaknya masih kecil, dan sangat riskan jika diajak untuk pulang kampung. Namun Sekar juga tahu diri, jika dia menumpang di rumahku, maka Sekar harus berkontribusi. Oleh karena itu dia mulai bekerja di sebuah rumah makan. Sedangkan Wida, karena anaknya kembar dan masih kecil, dia mengurus urusan rumah tangga dan sambil mengurus anak-anak. Apalagi setelah menikah, Wida langsung diberi kepercayaan untuk kembali mengandung.
...............................
Di tengah pekan pukul 23.40 WIB
Aku dan Wida sedang melakukan hubungan badan, si kembar sudah tertidur, kami berdua sudah telanjang, hanya hijab warna hitam yang masih menempel di kepala Wida, aku memang lebih menyukai saat ngentot dengan Wida saat dia masih mengenakan hijab. Saat itu aku aku sedang mengentot Wida dari belakang dengan posisi menungging.
"Ah......kencengin pah...mamah mau keluar".
" Iya mah”memek mamah makin hangat kalo udah hamil begini".
Aku percepat entotanku sambil kuremas remas susunya bergantian, air susunya pun muncrat-muncrat. Wida saat ini sedang kugenjot dengan kondisi usia kandungan 30 minggu.
"Pah, cupang leher mamah".
Wida paling suka kalau dikentot sambil dicupangin mau itu leher, susu, atau ketek sekalipun. Aku cupangin lehernya dengan buas sampai berwarna merah.
"Akkkh pah, mamah gak kuat lagi, mamah keluar" Wida mengejang beberapa kali.
"Papah juga mau nyampe mah.......Akhhhhhhh"
Crottttt crotttttt crotttttttt
Tak lama pejuku pun keluar di dalam memeknya yg masih berkedut kedut, lalu kami berbaring kelelahan di kasur.
“Pah, dari dulu kamu enak banget” ucap Wida
“Hahaha, bisa aja”Balasku
Begitulah kehidupanku selanjutnya, menjalani kehidupan sebagai pria untuk membahagiakan wanita dan anak-anak. Terutama wanita hamil tentunya ahahaha.
TAMAT.