Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

BU KADESKU, BONEKA SEXKU

Episode 13

Disaat Bu Yulia masih sibuk menata hati dan mentalnya, sorak sorai membahana di depan Balai Desa. Teriakan dukungan dan tepuk tangan menggema saat lawan politik Bu Yulia yakni Pak Bambang akhirnya datang di Balai Desa.

Disaat Bu Yulia merasa yakin dirinya sudah mampu menjadi pusat perhatian malam itu dengan berpenampilan glamour dan cemerlang, rupanya ada seseorang yang lebih menyita perhatian. Dan orang itu tak lain adalah sosok Bu Vega - istri Pak Bambang.

Dengan menggenakan setelan berwarna pink penampilan Bu Vega rupanya lebih bersinar dari Bu Yulia. Setelah kebaya ketat berwarna pink dipadukan dengan kain jarik yg senada membuat penampilan istri kedua Pak Bambang itu sangat mempesona. Tubuhnya yang sangat seksi ditambah dengan penampilan mencolok yg dikenakanya semakin menambah aura wanita muda berusia 29 tahun itu. Kaki jenjangnya yg menapak di atas sepasang high heels membuat penampilan Bu Vega bak seorang model yg berjalan di atas catwalk.

Dengan menggandeng tanggan Pak Bambang, Bu Vega berjalan pelan, melenggak lenggoknya pantat indahnya di atas karpet merah yg ditata sedemikian rupa. Sambil melemparkan senyum manisnya, tak lupa Bu Vega menjabat tangan tiap orang yg menyambutnya.

Dengan perasaan iri sekaligus minder, Bu Yulia merasa aura dan kecemerlanganya malam itu seketika runtuh oleh penampilan Bu Vega. Dari sambutan warga dan juga tatapan para lelaki yg melihatnya, jelas Bu Yulia kalah jauh dari istri Pak Bambang itu. Tak hanya soal usia, Bu Yulia merasa kalah segalanya dari wanita itu. Wajahnya sangat cantik, bibirnya seksi, kulitnya putih bersih, pinggulnya ramping, sementara payudaranya besar dan proporsional dengan tubuh rampingnya.


Ilustrasi Bu Vega


Selama ini di Desa Suka Bangun, Sosok Bu Vega yg baru dinikahi Pak Bambang setahun lalu itu terkenal sebagai bintang desa yg kehadirannya selalu menarik perhatian. Tak heran bila sebagian pemuda juga terpecah dukunganya menuju Pak Hendro karena wanita itu jelas menjadi magnet tersendiri.

Saat Pak Bambang semakin mendekat ke depan panggung, para tamu di barisan depan tak lupa menyalami salah satu orang terpandang di Desa Suka Bangun itu, tak terkecuali Pak Hendro dan Pak Iwan sendiri.

Dengan perasaan gelisah, Bu Yulia kemudian berdiri untuk menyambut Pak Bambang yg hendak menghampirinya untuk berjabat tanggan.

"Selamat malam Bu Yulia, semoga baik kabarnya," sapa Pak Bambang sembari menyalami tangan Bu Yulia yg tersenyum tak tulus. Dengan mencengkeram kuat tangan Bu Yulia dan menebar tatapan mengancam, Pak Bambang rupanya langsung mengintimidasi Bu Yulia. Bagi Pak Bambang tak ada yg lebih penting malam ini selain menghancurkan mental sainganya itu. Baginya, kecerdasan Bu Yulia dalam berbicara harus dikalahkan dengan membuat mentalnya jatuh. Upaya itu pula lah yg menjadikan Pak Bambang diam diam meminta kepada tim suksesnya untuk membuat Psy war dengan merusak poster kampanye Bu Yulia dengan coretan coretan yg sangat tidak pantas.

"Malam juga Pak...semoga sukses!" tatap Bu Yulia tak mau kalah.

"Selamat malam Bu Yulia, gaun ibu indah sekali" jabat Bu Vega kepada Bu Yulia sembari memamerkan jam tangan rolex dan juga cincin berlianya.

"Malam juga Bu Vega. Ibu juga cantik banget malam ini. Saya suka kebayanya," puji Bu Yulia basa basi.

"Dasar Lonte!" ejek Bu Yulia dalam hati. Bagi Bu Yulia, wanita murahan yg sebenarnya adalah Bu Vega. Bu Yulia tahu wanita itu mau dinikahi Pak Bambang yg berbeda usia 23 tahun denganya semata mata karena tertarik dengan hartanya.

Setelah kedua kandidat itu berjabat tanggan yg disambut dengan riuh tepuk tangan dari semua pendukungnya, Pak Bambang kemudian duduk di kursi yg beradu dengan Bu Yulia. Saking riuhnya teriakan dan sorak sorai warga, panitia pun sampai berkali kali mengingatkan agar semua bisa tenang karena acara akan dimulai.

Debat Kandidat Kades Suka Bangun akhirnya dimulai. Panitia membuka acara dengan sambutan yg dilanjut dengan susunan acara dan tata tertib debat. Setelah itu, Kedua pihak diminta untuk memberikan orasi pendek selama 15 menit untuk menjelaskan visi misinya kepada para khayalak.

Pak Bambang sebagai kandidat nomor urut 1 diberikan kesempatan perdana. Lelaki berusia 52 tahun itu menjelaskan visi misinya dengan cukup baik.
"Jika saya diberi amanat untuk memimpin desa Suka Bangun yg saya cintai ini, akan saya pastikan bahwa infrastruktur di desa ini akan mengalami kemajuan pesat. Tidak ada jalan jalan rusak, tidak ada irigasi mampet, tidak ada lagi lapangan lapangan becek, dll. " Sorak Sorai pendukung menyambut janji Pak Bambang itu.

"Visi saya jelas, Menjadikan Desa Suka Bangun sebagai desa yg maju dan sejahtera melalui peningkatan infrastruktur desa!" janji Pak Bambang yg kemudian diteruskan dengan menyebutkan beberapa misi yg sudah disusunya.

Setelah menjelaskan visi misinya, tak lupa Pak Bambang memamerkan semua bantuan yg sudah diberikanya kepada masyarakat selama ini. "Bapak Ibu bisa lihat sendiri, tidak ada kegiatan di desa ini yg saya tidak ikut menyumbangnya! " pamernya.

"Pembangunan mushola, sponsor tarkam, perbaikan jalan, hiburan dangdut, pengajian, bantuan sembako, bahan bangunan, pasir, besi, semen, dan banyak lagi! Itu semua adalah bukti bahwa saya mencintai desa ini" tambah Pak Hendro yg mempunyai bisnis toko bangunan itu.

Bu Yulia menelan ludah mendengar Pak Bambang memamerkan bantuanya. Secara material, jelas Bu Yulia kalah jauh dari Pak Bambang dalam memberikan bantuan.

Dalam kesempatan itu, Pak Bambang tak lupa kembali melemparkan Psy war kepada Bu Yulia. "Jadi , Bapak ibu jangan salah pilih ya. Pilihlah kandidat yg terhormat, yg bisa menjaga kehormatan dirinya." pekik Pak Bambang sembari menatap ke arah Bu Yulia yg ternyata juga diikuti oleh tatapan para hadirin yg hadir.
"Seorang pemimpin yg baik, harus bisa mengurus rumah tangganya sendiri terlebih dahulu, sebelum mengurus orang banyak! " sindir Pak Bambang terhadap status perceraian Bu Yulia.

Keringat dingin mulai becucuran di kening Bu Yulia, dirinya merasa terhina oleh tatapan itu. Dirinya khawatir, para warga sudah tahu tentang rahasia gelapnya dengan Pak Hendro. Bu Yulia merasa tatapan itu seolah menyudutkannya sebagai wanita murahan yg tak bisa menjaga kehormatannya.

Untung saja, Bimo segera memberikan kode kepada Bu Yulia untuk tak terpancing emosi. "Tenang Bu, Ambil nafas, Relax! " isyarat Bimo.
Tak Lupa , Pak Iwan dan Cantika juga memberikan semangat kepada Bu Yulia.

Setelah waktu Pak Bambang habis, lelaki paruh baya itu menutup pidato visi misinya. Tepuk tangan dan teriakan kembali membahana. Pak Bambang membusungkan dadanya.

Kemudian, panitia mempersilahkan Bu Yulia untuk gantian menyampaikan visi misinya.
Wanita itu kemudian berdiri, mengambil nafas panjang, dan berjalan menuju mimbar. Dadanya yg besar bergetar saat Bu Yulia menaiki panggung mimbar, sementara pantat besarnya dengan berkas celana dalam nyeplaknya menjadi pusat perhatian semua orang. Riuh tepuk tangan tak kalah membahana.

"Bapak Ibu hadirin yg berbahagia, tentu semuanya tegang ya setelah mendengar orasi Pak Bambang yg bersemangat itu? Nah... kita main pantun dulu yuk" Bu Yulia mengawali dengan canda setelah mengucapkan salam dan memberikan sambutan.

"Beli Ketupat, Dimakan sama bakso urat"
"Cakeeeep...." pekik warga.
"Ekonomi Hebat, Suka Bangun maju Pesat"
"Cakep!!!!" tepuk tangan warga membahana.

Bu Yulia kembali melayangkan sebuah pantun.
"Beli ketupat, campur pepes ikan peda"
"Mau ekomoni hebat, pilih kadesnya nomor dua!"
"Cakeeep..." sekali lagi warga bertepuk tangan mendengar pantun Bu Yulia yg segera mencairkan suasana.

"Bapak ibu hadirin yg baik hatinya, sebagaimana kita tahu ada pepatah orang Jawa dulu. Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata. Artinya adalah, pembangunan negara ini dibangun dari desa. Jika desa bisa berkembang melalui berbagai cara, maka negara dengan sendirinya akan ikut maju." Bu Yulia memulai kata katanya.

"Untuk memajukan desa yg kita cintai ini, salah satu kunci utamanya adalah melalui pengembangan ekonomi desa. Memang pembangunan infrastruktur itu penting, namun yg sering dilupakan adalah bahwa pembangunan itu tidak melulu pembangunan yg berupa fisik," sindir Bu Yulia pada Visi Pak Bambang yg sangat menonjolkan pembangunan fisik. "Kita juga membangun manusianya, membangun ekonominya, membangun potensinya, membangudayanya. "

Para warga mulai merasa bahwa kata kata Bu Yulia benar sekali. selama ini Dana Desa yg digunakan di Desa Suka Bangun memang kebanyakan adalah tentang pembangunan infrastruktur namun melupakan pembangunan ekonomi dan yg lainya.

Dengan ekonomi yang maju, sendi kehidupan seluruh masyarakat desa akan ikut maju. Harapanya, dengan meningkatkan ekonomi berbasis pedesaan tidak akan ada lagi kita temukan orang tua yang tidak bisa menyekolahkan anaknya, tidak kita jumpai lagi rumah rumah dan MCK yg tidak layak. Pemuda pemuda mendapatkan lapangan kerja, UMKM dan koperasi berkembang, para petani bisa menjual panenya dengan baik, dan yang paling penting tidak ada lagi warga desa yang terjerat lintah darat," sindir Bu Yulia sambil menatap Pak Hendro.

"Dasar munafik," pikir Pak Hendro dalam hati sambil bertepuk tangan.

"Bapak ibu, yang saya sampaikan tadi hanyalah contoh kecil betapa ekonomi pedesaan perlu kita tumbuhkan untuk melakukan akselerasi kesejahteraan.
Maka dalam kesempatan yg baik ini, saya ingin menegaskan bahwa jika saya mendapatkan amanah nanti, saya memiliki Visi : "Mempercepat laju akselerasi kesejahteraan Desa Suka Bangun melalui pembangunan ekonomi pedesaan".

Dengan Visi diatas, kami memiliki 10 misi antara lain :
1. Merevitalisasi peran koperasi dan BUMD
2. Mengembangkan UMKM dengan membuka keran investasi
3. Membangun infrastruktur vital yang mendukung perkembangan ekonomi
4. Pelatihan enterpreneur dan ekonomi kreatif untuk warga usia produktif
5. Membangun wisata Desa terintegrasi dengan UMKM
6. Pemberdayaan masyarakat dan lembaga desa seperti PKK, Takmir, Karang Taruna, Kelompok pengajian, Kelompok kesenian,dll.
7. MoU dengan lembaga dan dinas terkait seperti kepolisian, TNI, Puskesmas, sekolah, universitas, dll
8. Menumbuhkan ekonomi kreatif
9. Meningkatkan Program 5K (keamanan, kebersihan, kerukunan, keagamaan, dan kesehatan)
10. Program bantuan sosial dan pengentasan kemiskinan.

Sorak Sorai membahana saat Bu Yulia menyampaikan Visi dan Misi yang sangat jelas dan gamblang. Tepuk tangan tak henti hentinya mengalir membuat seisi balai desa riuh. Bu Yulia sangat menikmati momen itu. Tak disangka bahwa visi misi yang ditawarkan itu mendapatkan perhatian yg luar biasa. Ibu calon kades cantik itupun tak lupa melempar senyum ke seluruh tamu yg menyesaki balai desa. Selama 30 detik, Bu Yulia hanya diam, membiarkan tepuk tangan itu berhenti sendiri.

"Bapak ibu yang kami hormati, Misi dan Visi desa Suka Bangun yang kami susun diatas akan menjadi teori dan retorika belaka tanpa dukungan penuh dari bapak ibu warga masyarakat Desa Suka Bangun semua. Karena itu, kami mohon dukungan dan doa restu bapak ibu semua," kata kata Bu Yulia mendadak khidmat.

"Bapak ibu semua yang memiliki cita cita yang sama dengan apa yang saya sampaikan tadi, bisa melakukan satu langkah awal untuk mewujudkanya," Bu Yulia berhenti sejenak.

"Langkah awal itu adalah, bapak ibu datang ke TPS dan coblos nomor dua". Kata kata Bu Yulia kembali membuat seisi balai desa bertepuk tangan.

Dengan tatapan kemenangan, Bu Yulia kini menebar ancaman ke arah Pak Bambang. Dengan penuh percaya diri, Bu Yulia menatap wajah lawannya itu dengan tatapan tajam.
Pak Bambang yang tak gentar, mencoba mengimbangi tatapan wajah Bu Yulia itu. Bu Vega istri pak Bambang pun ikut menatap tajam wanita yg menjadi saingan suaminya itu.

"Boleh juga dia," kata Pak Bambang dalam hati.

"Maka dari itu bapak ibu sekalian, dengan memohon ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa, kami siap maju dalam Pilkades ini untuk memimpin Desa Suka Bangun. Mohon dukungan, doa dan restu dari bapak ibu sekalian agar kami bisa memimpin desa kita tercinta ini menjadi desa Suka Bangun yang Maju dan Sejahtera."
Sekali lagi, riuh tepuk tangan menggema di dalam balai desa. Banyak warga yg kemudian berkasak kusuk dan berbicara dengan warga lainya mengenai visi misi Bu Yulia.

Setelah mengakhiri pidato pemaparan visi misinya, Bu Yulia turun dari mimbar dan berjalan kembali duduk di tempatnya. Sekali lagi, payudara besar yg diselimuti oleh kebaya ketat warna keemasan itu bergoyang goyang saat wanita itu berjalan. Pantat besarnya bergeyal geyol hebat mengundang perhatian banyak orang. Dan orang yang paling mengagumi keindahan dari tubuh Bu Yulia itu adalah Bimo dan Pak Bambang.

Kedua lelaki itu punya niatan masing masing terhadap Bu Yulia. Jika Bimo punya keinginan untuk menjadi orang terdekat Bu Yulia yg selalu menjadi tempat bertumpu wanita cantik itu, maka Pak Hendro punya niatan yg lebih picik lagi. Pak Hendro ingin menjadikan Bu Yulia boneka sexnya.

"Uuuh Yuliaku sayang, sebentar lagi tubuhmu indahmu jadi milikku. Akan kujadikan kau budak nafsuku sayang...." bayang Pak Hendro.

"Saat kau terpilih jadi kades nanti, saat itu pula kau harus mulai melunasi hutangmu dengan menggunakan tubuhmu sayang," lanjutnya.

Tak lama kemudian, sesi debat pun dimulai. Pada sesi ini, sang moderator dan para panelis saling melempar isu berkaitan dengan masalah di Desa Suka Bangun. Selain itu juga, Para kandidat diberikan sesi khusus untuk mendebat program kerja masing masing. Sorak Sorai dan tepuk tangan selalu mengiringi saat acara debat itu berjalan. Semakin malam, perdebatan diantara mereka semakin panas. Keduanya saling serang dan counter akan pendapat masing masing. Bu Yulia yang secara akademis lebih memiliki wawasan luas banyak mengundang decak kagum warga lantaran bisa menjawab setiap pertanyaan dengan baik disertai bahasa yg mudah dipahami. Sementara itu, Pak Bambang yg merupakan orang lapangan, sangat menguasai detail. Terutama soal kemajuan pembangunan yg dirinya kerap turut membantu dalam pembiayaanya. Lebih tepatnya, Pak Bambang lebih sering membicarakan semua yg sudah dirinya sumbangkan untuk Desa Suka Bangun.

Sementara kedua kandidat saling beradu dengan sengit, para pendukungnya pun tak kalah dan ikut memanaskan suasana. Pada pilakdes ini, bisa terlihat bahwa para warga desa Suka Bangun seakan terbelah dua. Para pendukung Pak Bambang kebanyakan berasal dari kalangan para pengusaha terutama pengusaha tambang beserta para warga dan pemuda yg bekerja di sektor pertambangan. Selain itu, para pendukung beliau juga berasal dari kalangan para tokoh masyarakat yg pola pikirnya masih konservatif. Sementara itu, para pendukung Bu Yulia kebanyakan berasal dari para anak muda, penggiat UMKM dan kelompok ibu ibu yg secara ekonomi sangat tergiur dengan program yg dipaparkan Bu Yulia.

Perdebatan panas di antara keduanya akhirnya mencapai puncaknya saat Bu Yulia melancarkan sebuah pertanyaan yg tak disangka oleh Pak Bambang.

"Bagaimana menurut pak Bambang tentang praktik black Champaign atau kampanye gelap? Dimana salah satu pihak akan menyerang pihak lawan dengan tindakan yg tidak dibenarkan, menyerang karakter individu atau menggunakan ujaran kebencian?" sentil Bu Yulia pedas sembari menatap tajam mata Pak Bambang.

"Saya kurang paham apa yg sedang ibu bicarakan. Soal itu, bisakah Bu Yulia memberikan contoh kongretnya?" tantang Pak Bambang.

"Biar saya berikan contoh nyatanya pak." Katanya. "Siang ini, saya mendapati adanya oknum yg secara keji melakukan tindakan vandalisme pada banner kampanye saya dengan menggunakan kata kata yg sangat merendahkan. Apakah bapak sudah tau yg saya maksudkan?"

Pak Bambang menelan ludahnya, tak percaya bahwa Bu Yulia justru sangat berani membicarakan hal itu malam ini. Alih alih hancur mentalnya, Bu Yulia justru nampak berani mengungkapkan itu.

"Hmmm....."

"Hmmmm... mengenai itu, saya tidak tahu dan tindak bertanggung jawab. Bisa jadi itu dilakukan oleh oknum yg ingin mengadu domba kita Bu. " Kilah Pak Bambang sambil mengusap hidungya. Jelas sekali dirinya berbohong.

"Apa bapak yakin itu bukan berasal dari tim sukses bapak?" kejar Bu Yulia.

"Ibu tidak boleh asal menuduh. Bisa saya pastikan itu bukan dilakukan oleh tim sukses saya" sekali lagi Pak Bambang menggusap hidungya.

"Kalau terbukti benar, apakah bapak siap bertanggung jawab? " cerca Bu Yulia.

"Ibu ini ngomong apa. Saya tidak bisa bertanggung jawab untuk perbuatan yg tidak saya lakukan. Dengar Bu, jaman sekarang ini banyak orang yg suka memanfaatkan situasi dengan mengadu domba orang. Saya rasa itu lah yg sedang dilakukan kepada ibu".

"Baik pak, terima kasih atas jawabannya." Ucap Bu Yulia tersenyum yg disusul sorakan dan tepuk tangan dari para pendukungnya.

Seketika, sebagian besar para warga yg velum tahu apa yg dimaksudnya Bu Yulia tadi lantas saling menengok satu sama lain dan berkasak kusuk. mereka saling membicarakan serangan vandalisme apa yang ditulis di banner kampanye Bu Yulia.

"Itu.... Bu Yulia dikatain Lonte" kata seorang warga yg mencoba menjelaskan kepada tetangganya yg kebingungan.

"Ahhh...serius? Apa benar gitu?? " orang itu membayangkan apa benar bahwa Bu Yulia seorang wanita yg rela menjual dirinya demi uang.

"Memang benar apa? Diajak kelon sama siapa aja emang? " orang itu semakin penasaran.

"Ah kamu, itu kan cuma fitnah. Gak mungkin lah Bu Yulia kaya gtu. Dia kan orang kaya. " Jelasnya.

Saat kebanyakan warga masih sibuk berkasak kusuk, Pak Iwan yg juga sama sekali tak tahu menahu mencoba mencari tahu. Iapun bertanya kepada Pak Hendro yg duduk didekatnya.

"Apa pak Bambang tahu apa yg dimaksudkan mantan istri saya itu pak?" Tanya Pak Iwan lugu.

"Soal itu, saya kurang tahu pak siapa pelakunya. Kalau pak Iwan berkenan, bisa saya tunjukkan fotonya. Kebetulan saya dapat foto ini dari sesama warga yg melihatnya. Tapi mohon bapak jangan kaget ya," Jawab Pak Hendro sembari mengeluarkan handphone ya dan menunjukkan sebuah pesan WA yg berisi foto banner kampanye Bu Yulia.

"Astaga!!!! Kurang ajar!!! "Umpat Pak Iwan. Meskipun aslinya banyak umpatan yg hanya bisa dikatakan ya dalam hati saja.
Melihat Pak Iwan terkejut, Pak Hendro tersenyum puas dalam hati melihat mantan suami Bu Yulia itu sama sekali tak tahu menahu kelakuan Bu Yulia yg rupanya sebentar lagi akan menjadi lonte Pak Hendro.
Meski bukan Pak Hendro yg melakukan aksi kotor vandalisme itu, namun Pak Hendro sangat puas melihat reaksi Pak Iwan.

"Dasar tolol kau Iwan. Mantan istrimu itu memang lonte. Aku sudah lihat semua keindahan tubuhnya. Tempiknya, Susunya, Pantatnya," katanya dalam hati.

"Sebentar lagi, semua tempik, susu, pantat, dan mulut mantan istrimu itu akan jadi alat pemuas kontolku. Kalau istrimu sudah jadi kades, sepuasku akan kunikmati tubuhnya. Akan kuberikan dia kepuasan yg tak bisa kamu berikan kepadanya," batin Pak Hendro sambil membayangkan dirinya tengah mengenjot tempik Bu Yulia dengan kasar sambil meremas remas payudara besar wanita itu.

"Tenang pak Iwan. Itu cuma fitnah keji belaka. Gak mungkin wanita terhormat seperti Bu Yulia akan menjual tubuhnya kepada para lelaki hidung belang," kata Pak Hendro mencoba berpura pura menenangkan Pak Iwan.

Mendengar itu, justru alam bawah sadar Pak Iwan langsung membayangkan Bu Yulia sering dientot oleh lelaki lain selama dirinya menjanda. Membayangkan hal itu, Pak Iwan merasa sangat marah dan bodoh. Dan yang pasti dirinya merasa tak rela

"Apa iya, Yulia seperti itu selama ini. Menjual tubuhnya demi uang," tanyanya dalam hati.

"Pak Iwan jangan terlalu ambil ati berita ini. Hal semacam ini kadang sering terjadi dalam politik. Saya sering dengar kasak kusuk warga soal Bu Yulia bersama laki laki lain, namun saya tidak percaya beliau seperti itu. Itu hanya permainan kotor dan fitnah saja. Bapak tenang saja," wajah serigala Pak Hendro berubah lugu dihadapan pak Iwan.

"Iya pak, terima kasih." Jawab Pak Iwan yg masih terus terbayang bayang akan gambaran kotor saat Bu Yulia tengah dientot lelaki lain. Entah mengapa bayangan itu sangat lekat dalam benaknya.


( Pak Iwan membayangkan Bu Yulia tengah menjadi lonte untuk laki laki lain)

Meski Pak Iwan menyadari dirinya bukan lelaki suci yg setia. Namun Pak Iwan yg dalam perjalanan hidupnya pernah merasakan bagaimana nikmatnya mencicipi tubuh seorang lonte tau bagaimana perilaku yg sering dilakukan pria terhadap wanita yg menjual dirinya. Para lelaki yg berani membayar mahal untuk menikmati tubuh wanita lain seringkali melampiaskan semua nafsu dan fantasinya kepada wanita itu. Sering kali, ia berbuat kasar dan terkesan menyiksa wanita yg sudah dibayarnya. Pak Iwan tak rela jika Bu Yulia juga mendapatkan perilaku seperti itu.

Seketika pula,ingatan Pak Iwan melesat pada sebuah pengalaman dua tahun silam. Saat rumah tangganya bersama Bu Yulia hancur setelah perceraian mereka, Pak Iwan yg masih emosi melampiaskan semua amarahnya pada Bu Yulia kepada wanita lain. Saat itu Ia membooking seorang mahasiswi yg tengah kesulitan biaya kuliah untuk tidur denganya. Dihadapan mahasiswi yg bertubuh sintal seperti Bu Yulia itu, Pak Iwan mengentotnya dengan penuh luapan nafsu seolah olah ia tengah melampiaskanya kepada Bu Yulia. Disamping segepok uang yg tergeletak di ranjang, Pak Iwan dengan kasarnya mengenjot tempik Mahasiswi itu berjam jam. Cacian, makian, tamparan, dilancarkan Pak Iwan kepadanya saat lelaki itu menikmati tubuh sang mahasiswi. Belum puas, pantat mahasiswi yg belum pernah merasakan anal itupun menjadi luapan nafsu Pak Iwan. Dengan kasarnya Pak Iwan menghajar pantat itu seolah olah itu adalah pantat Bu Yulia sampai mahasiswi itu menangis minta ampun. Setelah puas, tanpa segan Pak Iwan membanjiri pantat itu dengan spermanya. Tak cukup sampai disitu, Pak Iwan pun memaksa mahasiswi yg sangat membutuhkan uang itu untuk menelan dan membersihkan sperma yg masih menempel di kontolnya.


( Ilustrasi saat Pak Iwan dulu menggenjot pantat Mahasiswi dengan kontol besarnya )

Mengingat dosanya dan perilakunya di masa lalu, jelas Pak Iwan merasa sedih jika Bu Yulia ternyata kerap mengalami perlakuan yg sama dari lelaki yg membeli tubuhnya. Ngeri dan sesal melanda hati Pak Iwan.

Saat Pak Iwan tengah merenung, Bu Yulia yg melihatnya nampak bersedih. Bu Yulia tahu bahwa Pak Iwan tengah memikirkan dirinya. Terlebih, Pak Hendro pasti tengah memanas manasinya.

"Maafkan aku mas... Aku bukan seorang lonte seperti yg mas bayangkan. Aku cuma dijebak oleh lelaki biadab bernama Hendro,"

Meski mencoba terus tersenyum dan tegar, Bu Yulia rupanya larut dalam kesedihan yg menjalari paling hatinya. Sampai sampai dirinya tidak mendengar sang pembawa acara telah menutup sesi debat malam itu.

"Baiklah para warga Desa Suka Bangun yg saya banggakan. Telah kita saksikan bersama acara pemeparan visi misi dan debat kandidat Pilkades Suka Bangun malam ini. Terima kasih sudah mengikuti acara ini dengan semangat, hangat, dan penuh damai.

"Para kandidat sudah menyelesaikan semua kampanyenya, sudah menyampaikan semua gagasannya, dan sekarang saatnya para warga memilih kandidat terbaik untuk memimpin desa yg kita cintai bersama ini."

"Ingat, rangkaian acara Pilkades ini belum selesai. Kami tunggu partisipasi bapak ibu, kakak kakak, adek adek, mbak mbak, akang akang yg sudah terdaftar untuk datang pada acara puncak yaitu:

"PILKADES DESA SUKA BANGUN TAHUN 2023!!!!

"Sampai jumpa di TPS dua hari lagi!!!! Datang, Coblos, dan Menangkan kandidat anda!!!
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd