Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

BU KADESKU, BONEKA SEXKU

Up up up
Ditunggu kebinalan bu kades setelah kepilih
 
Episode 12


Bu Yulia sudah selesai bersolek di depan meja riasnya dan siap untuk acara debat Pilkades yang rencananya akan dimulai pukul 20.00. Dengan penuh takjub Bu Yulia tak percaya dirinya akan secantik itu malam ini. Dengan wajah sumringah ia menatap kembali wajah cantiknya yg baru saja dimake up oleh Cantika.

"Nah, mamah udah cantik sekarang. Perfect!" puji Cantika. "Sekarang gantian Cantika yang dandan ya mah"

"Makasih sayang. Mama sampe gak percaya bakal secantik ini. Kamu berbakat kalau soal dandan. Make up riasanmu seperti profesional syg," puji Bu Yulia kepada Cantika.

"Malam ini mamah harus jadi bintang" pesan Cantika yg kemudian melenggang ke kamarnya untuk gantian berdandan.

"Sini Cantika pinjam hape mamah, biar Cantika foto dan kirimkan ke papah,"

Bu Yulia pun sedikit berpose didepan tembok untuk diambil fotonya oleh Cantika.

"Papah pasti takjub nih!" Ucap Cantika yg kemudian pamit setelah mengirim foto itu kepada Pak Iwan.

Setelah Cantika pergi, Bu Yulia masih berdiri di depan cermin untuk memeriksa penampilannya sekali lagi. Dengan memakai setelan bernuansa serba gold mulai dari gamis berhiaskan payet payet berkilauan dan juga jilbab berwarna emas, penampilannya terlihat sangat bersinar. Dan untuk menyempurnakannya, tak lupa Bu Yulia mengenakan jam tangan dan perhiasan yg juga bernuansa emas yang dulu dibelikan mantan suaminya. Sementara itu, penampilannya semakin ciamik karena tubuh tingginya terlihat semakin jangkung saat sebuah higheest berwarna perak berkilauan menghiasi kaki jenjangnya.

Meski awalnya sedikit kurang percaya diri harus tampil di depan orang banyak dengan gamis ketat yg sangat menonjolkan payudaranya, namun Bu Yulia yakin bahwa apa yg dikenakannya akan menjadikanya pusat perhatian malam ini. Dalam politik, terkadang banyak orang memilih kandidat dengan hanya memperhatikan penampilannya.

Dengan riasan make up menawan yg berpadu dengan wajah cantiknya, setelan glamor bernada keemasan yang dikenakannya, serta bentuk tubuh aduhai yg disempurnakan oleh payudara besar dan pantat montoknya, Bu Yulia berfikir tidak ada salahnya dia memanjakan mata para lelaki di kampungnya untuk meraih popularitas. Bu Yulia yakin banyak lelaki di kampung Suka Bangun yg menginginkan seorang kades perempuan yg menarik memimpin desanya.

"Nyeplak banget, tapi gak ada salahnya lah malam ini," pikir Bu Yulia yang sengaja memakai model celana dalam yg pada bagian belakangnya memang menonjolkan garis tepinya.

"Aku harus jadi bintang malam ini! " batinnya yg masih belum percaya dia akan sesempurna ini.

Saat dirinya masih sibuk memutar mutar tubuhnya sembari terus memuji penampilannya, sebuah bunyi pesan di WA nampak mengalihkan perhatianya.

"Astaga! Tidak malam ini!" gerutunya.

Dari cara Bu Yulia membanting hpnya dan mengacuhkan pesan itu, jelas Bu Yulia tidak suka dengan isi pesan itu.

Selang beberapa detik, pesan menyebalkan itu muncul lagi.

"Selamat malam Bu Kades yg cantik. Sudah siap untuk debat malam ini???" isi pesan WA dari Pak Hendro.

"Kalau boleh, saya pengen lihat secantik apa Bu Yulia malam ini???" isi pesan kedua.

Bu Yulia yang tak ingin Pak Hendro mengacaukan acaranya malam ini, mau tak mau harus membalas pesan itu. Bu Yulia tahu Pak Hendro bukan tipe orang yang suka menunggu.

"Sudah pak, terima kasih" balasnya singkat.

"Coba saya dikirimi foto ibu" Ketik Pak Hendro yg penasaran calon budak nafsunya secantik apa malam ini.

Bu Yulia bergeleng- geleng kepala dan merasa enggan. Namun ia sadar, semakin dia mengacuhkannya semakin Pak Hendro akan mengusiknya.

Sesaat kemudian, Bu Yulia mengambil ponselnya dan mengirimkan sebuah foto yg tadi diambil dari hp nya.

( Ilustrasi kecantikan Bu Yulia)

"Ini Pak" ketik Bu Yulia sembari menyisipkan foto cantiknya.

"Astaga!!! Cantik sekali kamu Bu!! Luar biasa, seperti seorang bintang!"puji Pak Hendro jujur.

"Terima kasih pak, sudah ya! Saya buru buru" pungkas Bu Yulia yg ternyata belum memuaskan Pak Hendro.

"Kalau boleh, sekarang saya minta foto versi bugilnya ibu. Saya penasaran kalau ibu bugil akan secantik apa" bujuk Pak Hendro.

"Tapi pak..." Ketik Bu Yulia kesal sekali. Semakin banyak foto bugilnya, semakin sulit dirinya untuk lepas dari bajingan itu. "Saya sudah harus berangkat! "

"Sebentar saja sayang. Lepas bajumu. Saya pengen lihat susu besar ibu yg luar biasa itu." pinta Pak Hendro sembari tertawa. "Tolong foto bugil sambil bawa tulisan ini ya : BONEKA SEX PAK HENDRO!"

"Pak Tolong...Jangan malam ini!" bujuk Bu Yulia enggan.

"Cuma sebentar Bu, lepas baju ibu dan tulis yang saya minta. ATAU...." Pak Hendro mulai menggertak.

Bu Yulia yg kesal enggan menuruti permintaan Pak Hendro, namun ia sadar kata "ATAU " dari lelaki itu bisa mengancam kelangsungan pencalonannya sebagai kades seperti ancaman dari pihak tak bertanggung jawab yang ditemuinya tadi siang. Semakin. ia mengelak, Pak Hendro akan semakin mengganggunya. Lagipula malam ini ia belum punya cara untuk bebas dari cengkeraman lelaki penipu itu.

Bu Yulia kemudian melonggok jam dinding di kamarnya. Waktu saat itu masih menunjukkan pukul 18.38. "Masih ada waktu" pikirnya.

Dengan sangat terpaksa, Bu Yulia kemudian mencari selembar kertas dan mulai menuliskan kalimat yg membuatnya takut.

"BONEKA SEX PAK HENDRO!" Tulisnya jijik. Mau tak mau ia kemudian membayangkan saat dirinya berhasil menjadi Kades nanti, setiap kali dia mencicil hutangya kepada Pak Hendro, setiap kali itu pula dirinya harus melayani nafsu bejat Pak Hendro. Tak terbayangkan akan seperti apa lelaki pemuja nafsu itu akan memperlakukannya diatas ranjang. Rasa ngeri melanda sekujur tubuh Bu Yulia membayangkan Pak Hendro yg dengan penuh nafsu akan menikmati tubuhnya berkali kali tanpa ada rasa puas.

"Ayo sayang, cuma sebentar. Cuma dua atau tiga foto saja ya. Saya sungguh kagum akan kecantikan ibu dan ingin sedikit mencicipinya malam ini lewat foto," pesan Pak Hendro selanjutnya.

Dengan canggung, Bu Yulia kemudian mengambil sebuah stand kamera untuk memfoto dirinya sendiri. Kertas menjijikan itu disambarnya untuk dipakai berpose. Meski begitu, ia masih berfoto dengan pakaiannya. Harapanya Pak Hendro akan puas dengan itu.

"Ini saja ya pak!" bujuk Bu Yulia.

"Uuuh sayang,penurut sekali kamu. Luar biasa cantik. Aku tunggu foto bugilnya! " Dugaan Bu Yulia salah, Pak Hendro tetap belum puas.


Akhirnya, pertahanan Bu Yulia porak poranda. Dengan berat hati ia kemudian melepas kembali gamis dan pakaian dalamnya. Tak ingin repot memakai jilbabnya lagi, Bu Yulia sengaja menyisakan penutup kepala itu. Ia lantas berfoto bugil seperti yg diinginkan Pak Hendro meski dalam hatinya teramat berat.

"Cuma bugil! Aku gak peduli," Pikir Bu Yulia nekat. "Yang penting keinginanku segera tercapai"

Cekrek....!
Terlihat foto wanita itu memperlihatkan seluruh tubuhnya yg mulus tengah memegang sebuah kertas. Terlihat payudara besarnya menggantung tanpa penyangga dan hampir menyentuh pusarnya. Puting susunya yg besar nampak menonjol, khas seorang wanita yang sudah berumur dan tak terhitung lagi puting itu dipermainkan oleh lelaki. Sementara itu, kertas bertuliskan kalimat menjijikkan itu dipakainya untuk menutup bagian kemaluan yg Bu Yulia sendiri lupa untuk mencukur rambut rambut lebatnya.


"Sudah ya pak! Ini terakhir! " kirim Bu Yulia kesal. "Saya harus pergi"

"Astaga! Sempurna sayang. Kamu terbaik. Terima kasih sudah membuatku senang malam ini. Kamu memang boneka sexkunyg penurut sayang! Semoga sukses malam ini" balas Pak Hendro sangat puas dengan foto yg dikirimkan Bu Yulia. Disawangya foto luar biasa itu dengan penuh nafsu. Pak Hendro tak sabar ingin memiliki tubuh sintal Bu Yulia dan menjadikanya boneka sexnya.

"Kamu milikku ,Yulia." pikirnya dalam hati.

Setelah mengirim pesan itu, Bu Yulia meraih kembali pakaiannya dan memakainya kembali. Kemudian dengan bergegas dia merapikan penampilannya kembali lalu melenggang pergi. Dengan penuh keyakinan dan mencoba kembali fokus Bu Yulia berjalan dengan menguatkan dirinya sendiri.

"Ayo Yulia, kamu bisa melewati ini! "

"Kamu bintangnya malam ini!" pikirnya menguatkan diri sendiri.

Setelah keluar kamar, Bu Yulia melenggang menuju teras untuk menunggu Cantika. Di depan sana rupanya Bimo, Ilham, Lulu dan Rani sudah siap dari tadi untuk ikut mengantarkan Bu Yulia menuju arena debat.

Saat melihat Bu Yulia muncul, Bimo yang memang mengidolakan sosoknya terpaksa dibuat menelan ludah. Seperti melihat bidadari, Bimo tak menyangka Bu Yulia akan secantik itu malam ini. Di mata Bimo penampilan Bu Yulia malam ini sungguh sangat sempurna. Meski sudah berkepala 4, namun wajah awet muda serta penampilan Bu Yulia malam ini seperti membohongi umurnya. Baginya, Bu Yulia terlihat seperti wanita yg masih berusia 30an.

"Halo Bimo yg ganteng! Sudah lama ya menunggu ibu?" sapa Bu Yulia kepada pemuda andalannya itu. Bimo pun mengulurkan tanganya dan salim kepada Bu Yulia. Diciumnya wangi tangan dan aroma tubuh Bu Yulia yg sangat wangi. Saat kepalanya mendekat ke belahan dada Bu Yulia, Bimo tak lupa meliriknya sebentar. Pikiran nakalnya seketika meletup letup membuat kontolnya seakan memberontak.

"Astaga ibu, luar biasa sekali" puji Bimo dalam hati sambil kembali menelan ludah.

"Wah...wah...Ibu cantik sekali. Glamor seperti bintang! " pujinya.
Bu Yulia tersenyum, triknya nampak akan berhasil malam ini. Bu Yulia tahu, Pemuda tampan di depanya itu terlihat takjub kepadanya.

"Halo juga, ini cowok cowok pinter n cewek cewek super cantik. Maaf ya, ibu lama dandanya." Sapa Bu Yulia menyalami yg lainya.

Saat Bu Yulia membelakangi tubuh Bimo, pemuda itu menarik nafas dalam saat berhadapan dengan pantat besar Bu Yulia yg terlihat sangat nyeplak itu. "Astaga!"

"Iiiih.... Ibu cakep banget. Gak percuma kami nunggu lama ibu dandan. Ibu seperti artis aja!" Puji Lulu.

"Iya, Lu... Make up-nya pro banget nih Ibu " tambah Rani.

"Makasih guys, kalau mau muji silahkan sampaikan kepada make up artisnya." tunjuk Bu Yulia kearah Cantika yg nampak melenggang keluar.

Mewarisi tubuh jenjang dan wajah cantik ibunya, penampakan Cantika juga tak luput memuai pujian. Dengan memakai setelan formal perpaduan antara kebaya biru tua dan kain jarik batik bermotif Sidomukti, Cantika ternyata juga sanggup menyihir semua orang yang menunggunya diteras. Penampilannya yang elegan disempurnakan dengan jam tangan berkilauan dan juga sebuah tas kecil berwarna hitam. Berbeda dari ibunya yg nampak lebih muda, penampilan Cantika malam itu justru menjadikan gadis itu seperti wanita dewasa.

Dengan payudara terlihat menonjol, Cantika berjalan melenggak lenggok mendekati semua yg sudah menunggunya. Kulitnya putih bersih berhiaskan polesan make up minimalis namun elegan. Tubuhnya ramping, kakinya jenjang serta wajah cantiknya memancarkan aura yg menawan. Untuk ukuran gadis SMA, Cantika terlihat memiliki tubuh layaknya mahasiswi.

( Ilustrasi Cantika)

"Cieeee.... formal banget kamu, Can?" sindir Lulu. "Tapi sumpah, cakep banget kamu,"

"Iya... elegan banget. Jadi pengen punya setelan ginian buat kondangan." Puji Rani tak kalah takjubnya.

"Malam ini kan acara penting n formal, gak ada salahnya dong pake yg formal biar gak kalah sama mamah, "cengir Cantika tersenyum.

"Boleh gak nih Tante, kapan kapan Cantika saya ajak ke kondangan bareng?" gombal Ilham nakal.

"Wah... No Way bang! Bang Ilham kan terkenal playboy," Cantika memoles kepala Ilham sambil bercanda.

"Kalau saya yg ajak boleh kan Bu?" gantian Bimo yg mengajukan diri.

"Kalau sama Bimo, boleh deh. Aman kalau sama dia," jawab Bu Yulia terkekeh seolah olah melupakan kejadian tidak menyenangkan yg dialaminya tadi.

"Iya Mas Bimo. Kalau sama Mas, Boleh lah..." lirik Cantika yg diam diam selama ini ngefans sama Bimo.

"Yuk berangkat, sudah rame pasti ini di Balai Desa!" Bu Yulia menenggok jam tanganya yg sekarang sudah menunjukkan pukul 19. 16.

"Kita naik mobil aja sama sama ya. Motornya ditinggal disini aja," Ide Cantika.

"Boleh...boleh..." semuanya setuju.

"Mas Bimo yg nyetir ya. Cantika dibelakang sama yg lainya," lirik Cantika sambil tersenyum kepada Bimo sambil menyerahkan kunci mobil Toyota Fortuner milik ibunya.

"Tariiiiiik... neng," seulas senyum dari Bimo saat menyambar kunci mobil itu sedikit membuat Cantika kikuk. Dengan tatapan tajam, Cantika menatap mata Bimo yg juga membalas tatapannya.

Dimata Cantika, Bimo bisa dibilang sebagai sosok seorang yang diidolakan sejak dia sering mengikuti kegiatan Karang Taruna. Tak hanya dikenal sebagai pemuda yg gagah, cakap, cerdas, dan bertanggung jawab, rupanya Cantika juga terpikat akan ketampanan Mahasiswa jurusan ilmu politik itu. Saking mengidolakannya, Cantika bahkan berkeinginan untuk masuk di universitas yg sama dengan Bimo.

Meski di sekolahnya Cantika juga digandrungi oleh banyak teman laki- lakinya, namun Cantika setahun ini memilih untuk tak menjalin hubungan dengan pemuda lain. Harapanya satu, Dia bisa berada lebih dekat dengan Bimo dan berharap pemuda itu memiliki ketertarikan kepadanya.

Di satu sisi, Bimo selama ini kurang menyadari bahwa putri Bu Yulia itu ternyata menyukainya. Meski sering menemukan gelagat aneh saat bergaul bersama Cantika, namun Bimo tak terlalu menganggapnya sebagai hal yg berarti. Baginya, mungkin Cantika hanya sekedar ngefans seperti remaja lain di desanya. Meski demikian, Bimo sendiri tak menampik bahwa Cantika adalah gadis yg sangat menarik. Persis seperti ibunya yg selama ini diam diam menjadi obsesinya.

Setelah semuanya naik, mobil yg dikemudikan Bimo lantas perlahan lahan keluar dari halaman rumah Bu Yulia. Bi Darmi kemudian menutup gerbang saat mobil itu mulai melaju diatas jalan beraspal yg akan mengantarkan mereka ke arena debat.

Berdebar dada Bu Yulia saat membayangkan akan seramai apa suasana debat nanti. Beberapa hal kembali menghantui isi kepalanya. Poster kampanye yg divandalisme, kehadiran Pak Hendro, ekspresi wajah penduduk desa, materi pidato yg dihafalkanya, serta akan sesengit apa dirinya saat berhadapan dengan Pak Bambang - lawan mainya yg terkenal pandai bersilah lidah. Bu Yulia yg duduk di depan persis di samping Bimo terlihat semakin gusar. Dipandanginya jam tangan kecil itu berkali kali. Bu Yulia tak terlalu menyadari bahwa Bimo beberapa kali melirik wajah meronanya melalui kaca spion dalam mobil.

"Tenang Bu, just relax. Ibu pasti bisa! " ucap Bimo cakap akan situasi dan mencoba menenangkan Bu Yulia. Andai bisa, Bimo ingin memegang tangan wanita idolanya itu untuk menenangkanya. Andai bisa pula, Bimo ingin memeluk tubuh Bu Yulia.

Jangankan membantunya memenangkan Pilkades, apapun keinginan Bu Yulia akan suka rela diturutinya. Andaipun benar Bu Yulia selama ini seperti seorang "LONTE " seperti yg difitnahkan melalui coretan poster kampanyenya, Bimo tak sedikitpun bergeming. Bahkan, jika benar Bu Yulia selama ini sering menyerahkan tubuhnya kepada lelaki ditengah statusnya sebagai janda, Bimo akan tetap mengidolakannya.

Andai Bu Yulia butuh seorang lelaki yg bisa memenuhi hasrat seksualnya, Bimo akan dengan senang hati memanjakan surga kenikmatan wanita paruh baya itu. Dengan penuh gairah, Bimo siap memberikan wanita itu kepuasan yg tidak pernah dia dapatkan dari lali laki lain.

"Makasih Bim! Aku sikat pak Bambang nanti!" ujarnya percaya diri.

Seketika Bu Yulia teringat akan sosok Pak Iwan yg untuk sementara diminta untuk tidak berada di rumahnya untuk menghindari gunjingan warga. Semua warga desa tentu tahu status Bu Yulia dan Pak Iwan yg belum rujuk kembali. Keberadaan Pak Iwan yg berlama lama di rumah Bu Yulia tentu bukan hal baik untuk proses pencalonanya. Sedikit hal sensitif bisa dijadikan senjata oleh pihak lawan untuk menjatuhkannya, seperti yg dilakukanya lewat vandalisme murahan tadi siang.

Pak Iwan sendiri, tidak ambil pusing atas permintaan Bu Yulia. Untuk itu Pak Iwan sementara tinggal dirumah keluarga besarnya yg memang asli penduduk desa Suka Bangun. Meski tak berada satu atap, Pak Iwan tentu akan datang untuk memberikan dukungan moril kepada mantan istri yang berusaha untuk diajak rujuk kembali. Dengan tulus Pak Iwan memberikan dukungan moral dan material agar cita cita Bu Yulia yg dari dulu ingin menjadi Kades itu terwujud.

Mobil Toyota Fortuner warna perak tua itu semakin melaju mendekati Balai Desa. Mobil keluaran tahun 2020 itu melengang melewati beberapa penduduk desa yg berbondong bondong ingin menyaksikan debat kandidat calon kepala desa malam ini. Bu Yulia yg membuka kaca mobilnya berusaha menyapa para warga itu. Sebaliknya, para warga itu riuh memberikan dukungan dan salam kepada Bu Yulia.

"Ayo Bu.... Menangkan Pilkades! " teriak salah seorang warga.

"Hidup Bu Yulia!" sahut yg lainya.

Dari sambutan warga yg ditemuinya dijalan, Bu Yulia mulai mencium aroma kemenangan dalam Pilkades ini. Andai lawannya nanti tidak menggunakan kekuatan uang yg sangat besar untuk membeli suara warga desa, Bu Yulia optimis bisa mengalahkan Pak Bambang.

Sepuluh menit kemudian, mobil yg dikendarai Bimo tiba di halaman balai desa. Riuh ramai warga desa yg memenuhi tempat itu bahkan sampai menyulitkan Bimo untuk memarkirkan mobil itu. Tak hanya dijejali para penduduk, halaman balai desa itu juga dipenuhi banyak pedagang mulai dari bakso, mi ayam, mainan, siomay, batagor, dll yg ingin meraup keuntungan dari keramaian malam ini. Poster dan foto foto kandidat kades juga dipajang untuk menambah keramaian debat. Sementara belasan hansip yg didampingi beberapa aparat penegak hukum juga turut hadir untuk mengamankan acara yg pasti akan sangat panas nanti.

"Yeeee....Hidup Bu Yulia" pekik salah seorang pendukung ya yg membawa serta foto dirinya.

"Bu Yulia....Nomor 2! Coblos coblos!!! " teriak yg lain.

"Huuu.... lonte! " pekik salah seorang warga yg tak jelas darimana samar samar terdengar dibalik keramaian. Jelas, itu berasal dari pendukung lawan debatnya. Tak lama berselang, nampak dua orang hansip mendekati suara itu untuk mengamankanya.

"Jangan didengerin ya, santai saja. Namanya juga netizen kubu sebelah. heheee! " kata Bimo menenangkan hati Bu Yulia dan untuk menjaga perasaan Cantika. Sekali lagi Cantika kagum bagaimana Bimo dengan sigapnya membaca perasaan ibu dan dirinya yg sangat sedih mendengar teriakan itu.

Dengan disambut sorakan warga, Bu Yulia. membuka pintu dan turun dari mobilnya. Sambil menyalami para warga, Bu Yulia berjalan tenang dan melenggang memasuki arena. Sebuah tarikan nafas dihirupnya dalam dalam.

"Kamu bintangya Yulia!"

Uluran tangan warga yg hendak menyalami Bu Yulia terlihat saat wanita itu hendak memasuki pintu balai desa. Dengan ramah Bu Yulia menyalami semuanya sembari tersenyum. Meski sedikit risih saat banyak mata lelaki yg memandang ke arah payudaranya, Bu Yulia tak terlalu ambil pusing. Baginya itu adalah bagian dari strateginya yg ingin menarik perhatian. Bahkan saat beberapa tangan saling menyerobot untuk bersalaman dan beberapa sedikit menyenggol payudara menonjolnya, Bu Yulia tak nampak keberatan.

Disamping pintu itu berdiri dua buah Stand Banner yg menampilkan dirinya di sebelah kanan dan Pak Bambang disebelah kiri. Di dalam banner itu bertuliskan:

PEMAPARAN VISI MISI DAN DEBAT KANDIDAT
KEPALA DESA SUKA BANGUN
TAHUN 2022

Saat Bu Yulia melenggang memasuki Balai Desa, tatapan yg sama juga diperlihatkan oleh para warga yg sudah duduk menyesaki kursi kursi yg disediakan. Beberapa tatapan lelaki sekali lagi terarah kebagian dadanya. Bu Yulia hanya melenggang sambil menyalami mereka penuh senyum. Para warga itu rupanya seperti tersihir akan pesona Bu Yulia.

"Penampilanku berhasil malam ini" pikirnya puas dalam hati.

Sambil berjalan dan menyalami, mata Bu Yulia bergerak menyapu wajah wajah yg dikenalinya mulai dari ibu ibu PKK, Para ketua RW dan RT, Pemuda, Ibu ibu Pengajian, tokoh masyarakat, dan tak lupa sosok Pak Darmanto beserta istri yg merupakan mantan kades yg lama yg turut hadir untuk memberikan dukungan.

Saat Bu Yulia sudah sampai di barisan kursi terdepan, dirinya terpaksa harus bersalaman dengan orang yang selama ini mencoba menipunya.

Sosok itu tak lain adalah Pak Hendro yg sengaja memilih barisan kursi terdepan untuk bisa menyaksikan Bu Yulia dari dekat. Soalnya lagi, Pak Hendro justru duduk disamping mantan suaminya- Pak Iwan.

Dengan jantung berdebar dan keringat dingin mulai terasa, Bu Yulia menyambut uluran tangan Pak Hendro. Sambil menelan ludah, Bu Yulia terpaksa menyalaminya. Dengan tersenyum lebar, Pak Hendro dengan ramah menyambut calon mangsanya.

"Semoga sukses Bu Yulia," sapanya hangat sambil menatap mata Bu Yulia. Dalam kilatan detik, mata Pak Hendro menyambar kearah payudara wanita itu sembari memperlihatkan tatapan lapar.

"Semoga ibu terpilih jadi kades. Senang sekali saya kalau ibu terpilih nanti," Pak Hendro berusaha sedikit membangun percakapan agar bisa memegang tangan Bu Yulia lebih lama. Seulas senyum puas terpajang di wajah lelaki serigala itu. Pak Hendro bahkan bisa merasakan genggaman tangan Bu Yulia sedikit bergetar dipegangnya.

"Sebentar lagi gak cuma tanganmu yg kubuat bergetar sayang, tapi tempikmu akan kubuat bergetar saat kontolku memanjakannya" ucap Pak Hendro dalam hati.

"Terima kasih pak," Bu Yulia menyalami dengan gugup dan sedikit melempar pandangan.

Setelah selesai dengan Pak Hendro, Bu Yulia buru buru menyalami Pak Iwan yg sudah menunggu kehadirannya. Pria itu berdiri disamping pak Hendro dan menyambut Bu Yulia dengan ukuran tangan hangat dan tatapan meneduhkan.

"Sukses ya mah," sapa lelaki yg masih dicintainya itu. "Kamu yg tenang n relax. Kamu pasti bisa! "

"Terima kasih mas sudah mau datang," sapa Bu Yulia sedikit lega lelaki itu ada dihadapannya dan memberikan dukungan. Meski nanti saat dirinya menatap kearah Pak Iwan, dirinya mau tak mau harus menatap juga kearah lelaki bajingan bernama Hendro.

Setelah Bu Yulia menyalami pak Iwan, Dirinya lantas dipersilahkan duduk di kursi yg telah disediakan. Sementara itu, Cantika dan para pendukungnya juga sudah menempati kursi yg disediakan. Saat Bu Yulia duduk, dirinya kembali menebarkan pandangan kearah semua hadirin. Satu persatu barisan wajah wajah yg dikenalinya tersapu oleh pandanganya. Sebaliknya, lusinan mata mata penuh maksud menatap kearah dirinya. Beberapa bahkan berkasak kusuk menilai penampilan menawan Bu Yulia. Beberapa juga terang terangan mengarahkan pandanganya tanpa henti kearah payudara besar wanita itu yg rupanya sangat menarik perhatian.

"Kamu cantik sayang!" puji Pak Iwan dalam hati. "Namun, come on.... baju itu terlalu ketat buatmu!"

Beberapa lama duduk sambil menatap dan tersenyum kepada para hadirin, Bu Yulia ternyata belum mendapati lawan debatnya berada di ruangan itu. Pak Bambang belum hadir di arena pertempuran malam ini.

Yang membuat Bu Yulia cemas ternyata bukan hanya soal Pak Bambang. Namun kehadiran Pak Hendro yg entah kebetulan atau sengaja memilih duduk bersama Pak Iwan. Kedua lelaki itu nampak akrab dan ngobrol kesana kesini seolah olah tak ada apa apa dibaliknya. Bu Yulia menyesal, Pak Iwan tak pernah tahu bahwa lelaki di depanya itu tengah berusaha dan bahkan sudah hampir berhasil menjerumuskan Bu Yulia ke dalam pelukannya. Pak Iwan tak pernah tahu bahwa Pak Hendro ingin menjadikan dirinya sebagai boneka sex saat terpilih menjadi Kades nanti. Yang paling membuat Bu Yulia sedih, Pak Iwan tak tahu bahwa dirinya dengan bodohnya menjual tubuhnya ke lelaki biadab itu.

Sebaliknya, diseberang sana Pak Hendro dalam hati memendam yg teramat sangat. Sebuah kepuasan saat berpura pura akrab kepada lelaki yg tak tahu bahwa orang yg dicintainya selama ini sudah masuk jebakan nafsunya. Sembari ngobrol dengan Pak Iwan, Pak Hendro sesekali melirik Bu Yulia dengan pandangan penuh maksud. Lirikan kepuasan lebih tepatnya.

"Pak Iwan... mantan istrimu sebentar lagi akan jadi boneka sexku!. Bahkan tadi sebelum kesini Bu Yulia memberikan foto bugilnya padaku!" Kata Pak Hendro dalam hati membayangkan tubuh wanita sintal itu akan menjadi teman beradu asmaranya selama yg ia minta. Senyum kepuasan sekali lagi terlihat di wajah Pak Hendro membayangkan Bu Yulia akan melayani semua kehendak nafsunya yg tak pernah terpuaskan- Kehendak nafsu yg Bu Yulia tak pernah membayangkan sebelumnya.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd