Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

BU KADESKU, BONEKA SEXKU

Episode 10

Kepulan asap rokok kretek masih mengepul di teras rumah Pak Hendro. Dengan berlatarkan kicauan merdu burung burung mahal peliharaanya, pengusaha kaya di Desa Suka Maju itu masih menikmati suasana paginya yang indah. Setelah tadi puas memanjakan matanya dengan memandangi bokong bokong indah para warga kampung yang melintas di depan rumahnya, kini kegembiraan Pak Hendro masih terus berlanjut saat dirinya masih nampak asyik berbalas WA dengan salah seorang temanya yang bernama Pak Dendy. Keduanya tengah asyik membahas rencana "pesta" yang akan mereka lakukan bersama para koleganya yang lain yang berasal dari kalangan pengusaha kaya.

Saat Pak Hendro tengah asyik berbalas WA, ternyata ada kesenangan lain yang seketika muncul menghampirinya. Di gerbang depan rumahnya, seorang dua orang wanita tiba tiba muncul dan masuk ke dalam pekarangan rumah Pak Hendro. Salah seorang diantaranya adalah orang yang sudah tak asing lagi bagi Pak Hendro, dia adalah Bi' Ningsih - salah seorang pembantunya yang rupanya kini sudah kembali dari kampung. Sementara satu wanita lagi yang mengekor di belakangnya, Pak Hendro belum tau dia siapa.

"Selamat pagi Pak," sapa Bi Ningsih.

"Eh, kamu Bi'... sudah selesai keperluan di kampungnya?" balas Pak Hendro yang senang pembantunya itu kini sudah kembali setelah sekitar 3 minggu ijin mudik di kampungnya di daerah Tasikmalaya.

"Alhamdulillah sudah Pak. Maaf saya molor sekali pak kembali kesininya. Kalau sudah dikampung urusanya banyak. Terutama anak dan suami saya yang masih rewel kalau saya buru buru kembali kesini. Hehehehe," kata Bu Ningsih menjelaskan alasan keterlambatannya kembali kerumah pak Hendro.

"Mungkin suaminya Bi Ningsih masih pengen dikelonin terus itu," canda Pak Hendro yang kini terbangun dari dltempat duduknya dan membantu Bi Ningsih meletakkan beberapa dus barang.

"Wah iya pak, setiap malam minta jatah. Maklum lah pak terakhir saya pulang kan 6 bulan yang lalu," Bi Ningsih yang sudah biasa ceplas ceplos tak malu membicarakan urusan ranjangya kepada Pak Hendro.

"Gak apa apa Bi, namanya juga suami. Tenang saja, semua kebutuhan saya disini udh dilayani oleh Mirna," balas Pak Hendro santai dan tak marah sedikitpun. Baginya, sosok Bi' Ningsih adalah sosok asisten rumah tangga yang penting. Selain sudah bertahun tahun bekerja di rumahnya, Bi Ningsih adalah sosok pembantu yang cakap akan segala hal dan selalu bisa memberi layanan terbaik buat Pak Hendro. Maka wajar jika Pak Hendro betah dan puas dengan ART nya itu dan bahkan sering berbaik hati memberikan uang tambahan atau barang barang baginya.

"Ngomong omong, keluarga sehat semua bi? Bagaimana hajat keluarganya?" tanya Pak Hendro perhatian.

"Alhamdulillah keluarga sehat semua Pak. Acara pernikahan keponakan saya juga lancar. Terima kasih untuk tali asihnya kemarin. Alhamdulillah sangat membantu pak," balas Bi Ningsih mengingat kembali amplop bantuan dari Pak Hendro untuk keperluan hajat dirumahnya yang jumlahnya lumayan.

"Oh ya, ini siapa yang kamu ajak kesini? Kok sampai lupa dikenalkan? Sini duduk dulu neng....santai saja," Pak Hendro penasaran dengan sosok wanita muda yang ikut bersama Bi Ningsih dirumahnya. Terlebih wanita muda itu memiliki penampilan yang dilihatnya sangat menarik.

"Wah maaf, sampai lupa pak. Perkenalkan ini keponakan saya juga pak. Anak dari kakak saya. Namanya Lilis Pak," Bi Ningsih memperkenalkan keponakan cantiknya itu.

"Halo neng Lilis, saya Hendro," Pak Hendro menjulurkan tangannya ke arah Lilis yang nampak sedikit menunduk karena malu.

"Salam kenal pak. Nama saya Lilis Damayanti Pak. Biasa dipanggil Lilis," balas Lilis menyambut jabatan tangan Pak Hendro dengan malu malu. Tangan berkulit putih dan dipenuhi 3 lingkar gelang emas itu pun menjulur dan bersalaman dengan Pak Hendro.

Saat Pak Hendro menjabat tangan wanita muda itu, Pak Hendro sedikit merinding karena ternyata tanganya sangat halus. Mau tak mau mata nakal Pak Hendro nampak memandangi seluruh tubuh wanita itu. Dipandanginya tubuh Lilis dari ujung kaki hingga rambut.

Dengan memakai celana jeans ketat berwarna biru muda dan kaos hitam ketat yang dibalut dengan jaket jeans biru muda, tubuh Lilis terlihat sangat seksi. Terlebih gadis muda itu memiliki kulit bersih dan wajah yang lumayan manis. Kecantikan Lilis semakin nampak lantaran keponakan dari Bi Ningsih itu memiliki rambut lurus berwarna hitam.

Mata nakal Pak Hendro tentu saja tak bisa melepaskan pandanganya dari gadis muda itu. Bagi Pak Hendro, kehadiran Lilis bersama bibiknya pagi itu membuat hatinya deg deg an. Pak Hendro tentu ingin menggali lebih banyak informasi tentang gadis muda itu kepada Bu Ningsih.

"Oh iya... ini kok keponakanmu ikut kamu kesini bi. Mau ada keperluan apa?" tanya Pak Hendro penasaran.

"Maaf pak, saya lupa memberi tahu dan meminta ijin terlebih dahulu. Keponakan saya ini ikut kesini karena hendak mencari pekerjaan. Sampai dia dapat pekerjaan, apakah boleh kalau dia numpang tidur disini pak?" Bi Ningsih membeberkan alasan mengapa keponakanya itu ikut bersamanya.

Hati Pak Hendro girang, senyum terkembang dari wajahnya mengetahui gadis itu ingin menumpang di rumahnya untuk beberapa waktu. "Oh...mau cari kerja ya? Nanti bisa saya bantu. Silahkan saja kalau mau menumpang tidur disini sebelum dapat kerja. Selama yang Neng Lilis butuhkan. Barangkali bisa bantu bantu bibiknya dulu disini," tangan Pak Hendro terbuka lebar untuknya.

"Kalau boleh tau lulusan apa? Dan mau cari kerja yang seperti apa? Siapa tau saya bisa bantu. Kebetulan banyak kawan saya yg pengusaha," tambahnya.

Sebelum Lilis bicara, Bi Ningsih kembali menyerobot. "Nah itu dia pak, salah satu alasan mengapa dia saja ajak kesini adalah karena bapak siapa tau bisa mencarikan kolega yg bisa beri dia pekerjaan."

"Bisa diatur itu," Pak Hendro santai. "Nanti pasti saya bantu."

"Terima kasih sebelumnya Pak. Tapi saya cuma lulusan SMK, Jurusan Tata Busana. Kalau soal pekerjaan, apa aja mau asalkan cocok dengan gajinya pak. Hehehee," tanpa sadar gadis itu menunjukkan sedikit sifatnya di depan Pak Hendro saat menyebut soal gaji.

"Ah soal ijazah gampang, nanti saya coba kontak kolega kolega saya. Siapa tau ada yg cocok," balas Pak Hendro siap memberikan bantuan kepada Lilis.

"Ngomong - omong, kalian masuk dulu saja dan beristirahat dulu. Nanti kita bicarakan lagi.Ajak masuk Bi, kenalkan juga sama Mirna dan Pak Rahman," kata pak Hendro menyebut salah satu ART dan sopirnya itu.

"Baik Pak. Terima kasih. Ayo Mir, masuk ke dalam," ajak bi Ningsih yg kemudian mulai beranjak masuk.

Saat dia wanita itu masuk, sebuah senyum penuh maksud merekah di bibir pak Hendro. Pagi itu dia seperti menemukan durian runtuh saat mendapati ada seorang gadis yg cukup mempesona akan tinggal di rumahnya.

Pak Hendro kemudian ikut masuk ke dalam rumah dan mulai melakukan pekerjaannya di depan komputer. Sementara Bi Ningsih membawa Lilis masuk untuk dikenalkan dengan semua penghuni rumah itu. Setelah bercakap cakap dengan Mirna yg menyambut hangat kedatangan Lilis dirumahnya, keduanya kemudian sarapan dan tak lupa untuk mandi.




( Ilustrasi tubuh Lilis saat mandi)








( Ilustrasi Bi Ningsih saat mandi)


Enam Jam Kemudian
Di rumah Pak Hendro


Di siang hari yang cukup panas karena suasana sedang sangat mendung, Bi Ningsih yang sudah lama tidak melakukan tugasnya di rumah Pak Hendro mulai disibukkan dengan beragam pekerjaan rumah yang salah satunya adalah membersihkan rumah.
Sementara itu, Mirna diminta Pak Hendro untuk mengajak Lilis pergi berbelanja. Tujuan pak Hendro tentu saja untuk membuat keduanya cepat akrab dan agar Lilis mulai krasan dirumah itu. Dengan diantar oleh sopir, keduanya pun pergi untuk beberapa jam. Tak lupa Pak Hendro memberikan uang lebih kepada Mirna untuk membeli beberapa potong pakaian buat dirinya Lilis. Untuk keperluan itu Pak Hendro memberikan uang yang cukup lumayan kepada keduannya. Lilis sendiri nampak senang bukan main karena rupanya sosok Pak Hendro yang baru dikenalnya sangatlah budiman dan baik hati. Selama ini ia hanya sering mendengar kebaikan dari Pak Hendro dari cerita cerita bibiknya.

Saat Mirna dan Lilis tengah asyik berbelanja, Bu Ningsih yang tengah sibuk membersihkan dapur nampak mengelap keringat yang melekat di lehernya. Karena cuaca saat itu sedang panas, Bi Ningsih hanya mengenakan celana legging ketat dan kaos pendek warna merah. Celana dalam warna merahnya nampak sedikit nyeplak lantaran legging yang dikenakannya tak tertalu tebal. Sementara itu pantat besarnya nampak bergoyang goyang saat wanita berusia 45 tahun itu sedang mengelap pintu kaca lemari yang ada di dapur sambil bernyanyi nyanyi.

Tanpa Bi Ningsih sadari, Pak Hendro rupanya sedari tadi asyik mengamati pembantunya itu saat membersihkan dapur. Dan tentu saja, perhatian utama Pak Hendro tertuju pada pantat besar Bi Ningsih.

"Aaaaahh," teriak Bi Ningsih yang kaget bukan main saat Pak Hendro tiba tiba meremas pantatnya dari belakang. Yang membuat Bi Ningsih berteriak adalah saat Pak Hendro meremas pantatnya tiba tiba, lelaki itu juga menusuk lkan satu jarinya tepat di kemaluan bi Ningsih.

"Aaah, bapak.... kaget saya pak. Pak Hendro nakal banget," cengir Bi Ningsih sedikit kesal karena dikagetkan.

"Hehehehe, maaf Bi.... habis kangen sama kamu," kata Pak Hendro tersenyum puas.

"Mau apa tho pak? Kok tiba tiba tanganya nakal gtu," pancing Bj Ningsih tanpa merasa risih karena rupanya Pak Hendro sering melakukan aksi nakal itu kepadanya maupun Mirna.

"Kangen sama tempikmu bi," bisik Pak Hendro smbil menjilat telinga Bi Ningsih dan meremas bagian pantat wanita itu.

Seketika Bi Ningsih merasakan tubuhnya merinding n gemetar saat Pak Hendro merangsangnya.

"Aaah, bapak. Baru aja nyampe udh mau dientot aja. Masih capek saya pak," Bi Ningsih malu malu kucing.

"Ayo bi, mau ya aku entot. Sebentar paling," bujuk Pak Hendro.

Saat Bi Ningsih akhirnya mengangguk sambil melenguh, Pak Hendro pun akhirnya mulai melancarkan aksinya. Dengan penuh nafsu ia merobek legging tipis bi Ningsih dengan kedua tanganya. "Krooeeeekkkkk"

Kini di depan Pak Hendro nampaklah belahan celana dalam merah yg menutupi pantat besar berlemak Ni Ningsih. Tak cukup sampai merobek legging saja, Pak Hendro yg ingin segera mengentot Bi Ningsih juga merobek celana dalam itu dengan kesetanan.

"Aaaahhhh Pak, gak sabaran banget ya," keluh Bu Ningsih yg nampak seperti hendak diperkosa.

"Pengen perkosa tempikmu aku bi. Kangen banget," Kata Pak Hendro yg nampak melucuti semua pakaiannya dan meletakkannya begitu saja di lantai dapur.

Maka, saat Bi Ningsih sudah separuh telanjang seperti itu, dengan penuh nafsu tangan Pak Hendro mendorong punggung wanita itu agar menempel di meja dapur. Saat pantat besar wanita itu sudah tersaji di hadapannya, kontol besar Pak Hendro langsung menggempur tempik Bi Ningsih tanpa melalui pemanasan terlebih dahulu.

Yang terjadi berikutnya adalah majikan dan pembantu itu bercinta di dalam ruangan dapur. Tanpa ampun Pak Hendro langsung menghajar tempik pembantunya itu dengan sekencang mungkin. Pantat besar berlemak Bi Ningsih pun berguncang dengan hebatnya seiring kencangnya genjotan kontol Pak Hendro. Sambil berteriak teriak, keduanya melakukan adegan sex itu seperti binatang.

"Aaaaarh, Lonteku sayang. Enak banget tempikmu. Aaaarrrgh," teriak Pak Hendro berkali kali smbil menepuk nepuk bokong besar berlemak Bi Ningsih.

"Pantes suamimu minta jatah tiap malam. Kamu semok begini Bi," goda Pak Hendro.

"Iya pak, kewalahan saya kemarin," Bi Ningsih melayani obrolan nakal Pak Hendro dengan santainya.

"Enakan mana kontolku sama punya suamimu Bi?" ucap Pak Hendro sambil menghentak kasar kontolnya.

"Aaaarrrgh, sakit pak," Bi Ningsih kaget. "Enak punya suami saya pak, hehehehe," godanya.

"Kalau gini enak mana bi? Aaah....Aaahhh.....Ahhhhhh.....Aaahhhh " Pak Hendro gemas di goda seperti itu. Maka dikencangkan genjotan kontolnya sampai mentok kebagian dalam tempik Bi Ningsih.

"Masih kalah pak, sama punya suami," kata Bi Ningsih kembali memanas manasi Pak Hendro agar lelaki itu mengeluarkan genjotan terkencang ya.

"Aaah, anjing. Dasar lonte kamu sayang. Aaaaah.....aaahhhhh.....Aaahhhh, Plaaaak.....plaaak.....plakkkk," semakin kasar Pak Hendro menggenjot tempik Bi Ningsih.

"Kurang pak...kenceng lagi pak," kata Bi Ningsih tak puas.

Mendapati tantangan seperti itu, Pak Hendro semakin kesetanan. Ingin rasanya ia memberi pelajaran pembantu lonte itu. Maka tanpa aba aba, Pak Hendro langsung mencabut kontolnya dan langsung meludai dubur Bi Ningsih. pak Hendro pun tanpa ampun menusuk paksa dubur Bi Ningsih yang memang sudah sangat longgar karena sering dianal itu.

"Rasain ini bi, aku perkosa lubang pantatmu sayang. Tak anal yg keras ya! Aaah.....aahhh.....Aaahhhh....." Kata Pak Hendro yg kini mulai membuat Bi Ningsih kewalahan.

"Aaaah.....pak, ampun pak.... pelan pelan pak. Perih ini," keluh Bi Ningsih tanpa digubris oleh Pak Hendro. Lelaki itu sekarang justru nampak mengencangkan hentakanya di lubang pantat Bu Ningsih.

"Dasar lonte! Seenakku donk sayang. Tempik n bokongmu kan udah jadi milikku Bi," Kata Pak Hendro smbil mencengkeram pantat besar Bi Ningsih dengan kecuantanganya.

"Iya Pak, sepuasmu pak. Enak pak.....enak pak....Aaahhhh......Aaahhhh," semakin kasar Pak Hendro semakin Bi Ningsih menyukainya.

Maka selama 10 menit ke depan, Kontol Pak Hendro dengan puasnya menghajar pantat Bi Ningsih tanpa ampun. Hingga akhirnya Bi Ningsih meminta sesuatu.

"Pak, pindah ya. Jangan disini. Sakit perut saya. Nanti mau diapain aja saya mau," Pintanya.

"Oke sayang, ke kamarmu aja. Kangen juga entotin kamu di kamarmu," Balas Pak Hendro.

Beberapa saat kemudian keduanya sambil tertawa cekakakan pindah ke dalam kamar Bu Ningsih yg cukup luas. Sesampai disana, Pak Hendro menggiring Bi Ningsih ke salah satu sudut kamar persis di depan jendela. Disana, Pak Hendro pun kembali memanjakan kontolnya dengan hangat tempik Bi Ningsih.





( Disamping Jendela Pak Hendro dengan penuh nafsu menikmati tubuh Pembantunya yg semakin nampak putih terkena berkas sinar matahari)

Meski Bi Ningsih sudah berusia hampir setengah abad, kulitnya sudah mulai mengeriput, namun tubuhnya yang putih dan bahenol tetap mampu membuat Pak Hendro betah dengannya. Ada banyak hal memang yg membuat Pak Hendro pantas betah dengan Bi Ningsih. Selain karena pekerjaannya sehari hari dalam melayani Pak Hendro selalu memuaskan Ada alasan lain yg membuat Pak Hendro betah dan sayang dengan pembantunya itu. Yang pertama, pembantu itu memang memiliki wajah yang ngesex. Bibirnya yg tebal dan giginya yg sedikit tonggos justru membuat wanita itu nampak merangsang. Kedua, tubuh dan kulit Bi Ningsih masih nampak putih terawat. Meski perutnya sudah berlipat lipat, namun susunya yg besar dan pantat berlemak ya justru sangat disukai Pak Hendro. Ketiga, Bi Ningsih selalu bisa melayani semua kemauan dan fantasy Pak Hendro tanpa mengeluh. Bisa dibilang, Bi Ningsih selama ini sudah seperti mesin sex pak Hendro. Apapun yg pak Hendro mau, meski itu sangat nakal, Bi Ningsih selalu melayaninya. Keempat, Bi Ningsih selama ini memang sudah tau semua tentang rahasia Pak Hendro. Mulai dari bisnis dan pekerjaannya, circle rekan rekannya, fantasy fantasy liarnya, dan bahkan semua lonte lonte lelaki itu pun Bi Ningsih tau.

Mengenai hal terakhir itu, bisa dibilang Bi Ningsih memegang daftar nama siapa siapa saja wanita yg diam diam tempiknya pernah menjadi tempat penampungan sperma Pak Hendro. Meski beberapa nama amatlah tabu dan akan menggegerkan semua warga kampung jika sampai bocor, namun selama ini Bi Ningsih terbukti bisa menjaga rahasia itu rapat rapat.

Maka di siang hari yg panas, dengan keringat yg deras mengucur, lenguhan dan teriakan nakal yg tak henti hentinya diucapkan, hasrat yg sama sama membara dan nafsu yg sama sama liarnya. Kedua orang itu bercinta dengan sepuasnya di dalam kamar itu seperti layaknya binatang. Semakin kasar dan liar Pak Hendro, Bi Ningsih semakin keras menguarkan kata nakal.







"Plooockkkk......ploccccck.....Plooooock.....bunyi tempik Bi Ningsih tak henti hentinya terdengar. Meski bentuk tempik wanita itu sudah tak karu karuan, namun Pak Hendro nampak tak pernah bosan menikmatinya.

Hingga saat keduanya sudah mendekati klimaks, tiba tiba mobil yg membawa Mirna dan Lilis nampak terdengar memasuki halaman rumah. Namun baik Pak Hendro dan Bi Ningsih yg sama sama mendengar suara itu, sama sekali tak menghiraukanya. Keduanya nampak masih terus menikmati keliaran mereka meski suara yg mereka hasilkan harus sedikit dikecilkan. Saat Mirdan dan Lilis memasuki rumah dan terdengar suara langkah kaki dua wanita itu melintas di samping kamar Bi Ningsih, Pak Hendro dan lontenya itu tak juga berhenti. Keduanya masih menikmati saat saat dimana mereka sebantar lagi akan merasakan kenikmatan puncak.

"Kaya dengar suara aneh deh kak, di dalam kamar bibi," Kata Lilis kepada Mirna.

"Suara apa?" Mirna pura pura tak mendengar.

"Kaya orang ngos ngosan," terang Lilis.

Mirna yg langsung tau bahwa suara itu adalah suara Pak Hendro dan Bi Ningsih yg paling sedang beradu kelamin hanya bisa tersenyum tipis dan dengan santainya menanggapi Lilis. "Ah... bukan apa apa, yuk ke kamarku. Kita cobain pakaiannya,"

"Iya, kak," Jawab Lilis sambil melangkah dan meninggalkan rasa curiganya.

Saat langkah Mirna dan Lilis menjauh dari kamar itu, Pak Hendro kembali mengencangkan genjotanya. Setelah cukup lama tak merasakan nikmatnya tubuh pembantunya itu, kini ia sebantar lagi akan merasakan kembali puncak kenikmatan dari pembantu lontenya itu. Dan yang menjadi puncak kepuasan bagi pak Hendro adalah saat dirinya menggenjot tubuh Bu Ningsih ia suka menatap foto keluarga Bi Ningsih yg terpajang persis di meja samping ranjang wanita itu. Saat Pak Hendro menatap foto yg berisi wajah Bi Lilis beserta suami dan kedua anaknya, Pak Hendro merasa dirinya sangat puas karena bisa menjadikan wanita yg sudah berkeluarga itu menjadi lontenya.

"Aaaaahhhhhh.......Aaaaarrrghhhhh, Bi Ningsih Lonteku sayang. Aaaaarrrghhhh .....Aaaarrrghhh keluar Bi. Aaaaahhhhhh......Lonteku, Aaaarrrghhh," lenguh Pak Hendro yg setelah mengeluarkan sebagian spermanya di dalam tempik Bi Ningsih juga mencabut dan mengeluarkan sebagianya lagi di perut wanita itu.

Seusai berpuas diri bercinta siang itu, keduanya nampak cekikikan dan saling memuji satu sama lain.

"Uuuuhhh..... akhirnya, bisa nyembur tempikmu lagi bi. Puas banget aku," kata pak Hendro tersenyum smbil menatap tubuh Bi Ningsih yg berlumuran sperma.



"Enak banget pak, kontol bapak emang is the best," cengir Bi Ningsih sambil tertawa.

Setelah itu, Pak Hendro yg sangat kecapekan nampak merebahkan tubuhnya dan meminta Bi Ningsih untuk membersihkan sisa sisa pejuh yg ada di kontolnya dengan mulutnya.

"Bersihin kontolku sini lonteku sayang," perintahnya.
Bi Ningsih kemudian bangkit dan nampak menuruti perintah bos nya itu tanpa mengeluh sama sekali. Tanpa jijik Bi Ningsih mengulum kontol Pak Hendro yg mulai mengecil untuk membersihkan cairan sperma yg masih menempel. Saat Bi Ningsih membersikan sisa sisa pejuhnya, Pak Hendro nampak sibuk merogoh saku celananya guna mengambil 13 lembar uang 100 ribuan untuk diberikan kepada Bi Ningsih.

"Ni, bi....buat beli pakaian juga," Kata Pak Hendro menyerahkan uang itu kepada Bi Ningsih yg masih sibuk mengulum kontolnya.



"Gak digenepin jadi 1,5 nih pak, hehehehe ," tawarnya.

"Ya udah ini aku tambah 200. Tapi ditelen ya itu pejuhku," Kata Pak Hendro yg ingin sisa pejuhnya ditelan oleh Bi Ningsih.

Dengan semangat, pembantu itu menunjukkan sisa sperma yg ada dalam mulutnya kepada Pak Hendro. Dan tanpa risih, wanita itu lantas menelan pejuh Pak Hendro smbil tersenyum.



Bersambung suasana kesibukan di rumah Bu Yulia siang itu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd