Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

BU KADESKU, BONEKA SEXKU

Episode 9

Berkas mentari pagi seketika yang menerobos ke dalam ruangan saat Cantika membuka jendela yang berada di samping kamarnya. Semilir hembusan angin membawa bau hujan yg tadi malam setia mengguyur permukaan tanah. Aroma segar menyeruak memasuki paru paru gadis manis yg kini sudah berdandan rapi dan siap untuk berangkat sekolah. Ditatapinya halaman kecil disamping kamarnya yg meskipun sempit namun tertata indah. Permukaan halaman berpaving itu nampak indah dihiasi rumput rumput yg tumbuh berpola. Sementara disekeliling tembok, beraneka jenis tanaman hias nampak tumbuh subur dan tertata rapi. Beraneka tanaman itu nampak tersenyum ceria karena hujan memanjakan akar dan daun mereka semalaman.

"Selamat pagi Cantika," mungkin kata mereka.

Setelah membuka jendela kamarnya agar udara segar dan cahaya matahari bisa masuk, cantika yg sudah bersiap untuk berangkat sekolah nampak mengambil tasnya yg tergeletak di atas kasur. Diperiksanya sekali lagi buku buku pelajaran yg ada di jadwal hari Selasa. Buku Biologi, Matematika, Bahasa Inggris dan buku gambarnya sudah berjajar rapi di dalam tas ransel warna birunya. Tak lupa, Cantika juga mengecek apakah kamus Oxford English- English Dictionary kesayangannya sudah ia masukkan ke dalam tas. Meskipun hanya kamus, namun benda mungil itu tidak boleh tertinggal saat pelajaran Bahasa Inggris. Terlebih, gadis manis itu memang menjadikan kamus kecil itu sebagai sahabat baiknya.

"Dompet, hand sanitizer, tisue, calculator, parfum, mini make up, OK," periksanya.

Setelah menenteng tasnya, Cantika nampak sekali lagi memeriksa penampilannya di depan cermin meja riasnya.

Diperiksanya wajah manisnya di depan cermin sekali lagi. Untuk bagian atas, jilbab putih khas anak SMA yg dipakainya nampak menutupi rambut lurus yg sudah digelungy. Meski hanya memakai jilbab sederhana, sapuan make up tipis dan gincu peach glossy sudah cukup membuat wajahnya yg manis terlihat sempurna. Setelah sedikit merapikan lipatan jilbab pada bagian pipinya, Cantika lanjut memeriksa bagian seragamnya.

Atasan kemeja putih panjang dan bawahan rok abu abu- abu melekat rapi ditubuh gadis 19 tahun bertinggi 165 cm itu.Dirapikanya sekali lagi kemeja putih yg satu setengah tahun lalu dijahit dengan ukuran yg pas dengan bentuk tubuhnya.

"Tiga bulan lagi, gak apa apa lah sesak," keluh Cantika saat melihat belahan dadanya nampak menonjol dan menekan kemejanya.

Cantika sebenarnya merasa kurang diri dengan bentuk tubuhnya yang sekarang, terutama pada bagian payudara dan pantat yg setahun terakhir ini semakin membesar. Seragam yg dulu waktu kelas dua SMA serasa pas, sekarang nampak sesak dan kurang nyaman dipakai. Sering terbesit dibenaknya untuk menjahit seragam baru pada semester lalu, namun niat itu urung karena ia merasa sayang jika menjahit seragam sekolah baru saat ia sudah hendak lulus.

Setelah menutupi dadanya dengan jilbab putihnya, Cantika nampak memutar sedikit tubuhnya kesamping untuk melihat bagian belakang tubuhnya apakah sudah rapi atau belum. Saat dia melihat ke bagian rok dan memperlihatkan belahan pantatnya yg besar, ia hanya bisa geleng- geleng kepala sembari menggerutu. Pada bagian pantat rok abu abu itu terlihat seberkas garis dari celana dalamnya yg sedikit menonjol. Dengan sedikit cemberut, ditatapnya dengan seksama belahan pantatnya yg besar itu.

"Aaaah, Gara-gara Ryan pantatku jadi begini! Kurang ajar emang itu anak," keluh Cantika kepada teman sekelasnya yg super jahil bernama Ryan itu. Maklum, Minggu lalu Ryan baru saja mengerjainya dengan menaruh cairan Tipe-X yg masih basah di atas kursinya. Alhasil, tinta Tipe-X berwarna putih itu membuat roknya menjadi bernoda. Parahnya lagi, Cantika baru tahu perbuatan itu saat ia pulang sekolah, banyak teman temanya yg tertawa dan tersenyum penuh tanda tanya saat melihat setitik noda putih melekat di pantatnya.

"Iih....putih putih apaan tuh di pantat," kelakar salah seorang teman laki lakinya minggu lalu yg membuat Cantika memeriksa bagian belakang roknya.

Cantika yg kesal kemudian mencari tahu siapa pelakunya yg ternyata adalah Ryan. Meski sudah dicuci dan disikat, namun bekas noda Tipe-X itu tetap masih bisa dilihat dengan jelas.

Meski merasa kurang percaya diri saat melihat bagian roknya yg sedikit bernoda, namun Cantika tetap berusaha santai.

"Let go!" Katanya.

Setelah keluar dari kamarnya, Cantika nampak mengamati sekeliling ruangan keluarga dan meja makan yg nampak sepi tidak seperti biasanya.

"Mamah dan Bi' Darmi kemana?" Alis Cantika mengerut saat mencari ibu dan ART nya tidak ada.

"Kalau papa, pasti masih tidur karena kecapekan," pikirnya lagi.

Setelah memeriksa dapur dan tak menemukan dua orang yang biasanya pads jam seperti ini sudah sibuk membuat sarapan atau membersihkan rumah, Cantika nampak melenggang kembali ke arah meja makan. Dibukanya tudung saji yang ada dimeja makan tersebut untuk melihat makanan apa yang menjadi sarapanya. Lagi lagi, Cantika tak menemukan apapun disana. Cantika yang merasa aneh kemudian berjalan ke arah pintu kamar Bu Yulia.

"Mungkin mamah belum bangun, biar aku bangunkan," pikir Cantika.

"Tok...tok...tok...., Mah... sudah pagi. Cantika mau berangkat sekolah," sapanya.

"Halo mah, Mamah sudah bangun?" ucapnya sekali lagi sembari mengetuk lebih keras pintu kamar itu.

Tak berselang lama, suara langkah kaki terdengar berjalan mendekatinya dibalik pintu kamar ibunya. Namun saat pintu itu dibuka dari dalam, Cantika dibuat kaget lantaran ayahnyalah yang membukakan pintu untuknya.

"Hai, sayang.... selamat pagi," Sapa Pak Iwan sembari meringis dan menggaruk garuk kepalanya. Pak Iwan terlihat merasa malu dan kikuk saat menemui Cantika. Pintu kamar itu hanya dibuka sedikit agar Cantika tak bisa melihat ke dalam.

"Papah! OMG.... Papah tidur disini," Cantika syok melihat justru ayahnya lah yg datang membukakan pintu kamar ibunya.

"Hehe...hehe..., iya sayang," jawab Pak Iwan meringis.

Cantika yg keheranan terpaksa tersenyum melihat tingkah ayahnya yg berada di kamar ibunya.
"Mamah mana, pah? Sudah bangun?" kejar Cantika yg ingin berpamitan.

Saat mendapat pertanyaan itu, wajah Iwan sedikit memerah. Ia pun tak menjawab pertanyaan putri nya itu dan hanya nampak membuka pintu lebih lebar lagi agar Cantika bisa melihat ibunya.

Dengan bahasa tubuh dan lirikan matanya, Pak Iwan nampak mempersilahkan Cantika melongok ke dalam.

"Astaga.... mamah," Cantika terpaksa tersenyum lebar melihat sosok ibunya rupanya masih tertidur pulas di atas ranjangnya. Terlihat oleh Cantika tubuh Bu Yulia yg sintal masih meringkuk miring dibalik selimutnya. Yang membuat Cantika tertawa lebar sekaligus bahagia adalah saat melihat sebagian paha putih ibunya tersingkap dari selimutnya. Dari tempatnya berdiri Cantika bisa tau kalau ibunya tidur dalam keadaan telanjang.



"You know lah sayang, hehehehe" cengir Pak Iwan yang tak ingin menjelaskan panjang lebar mengapa ia bisa tidur di kamar ibunya. Cantika yg sudah dewasa dirasanya pasti bisa menyimpulkan pertempuran sengit macam apa yang terjadi antara dirinya dengan Bu Yulia semalam.

Cantika yg tak ingin membuat ayahnya semakin kikuk memilih untuk tak bertanya ini itu tentang urusan orang tuanya. Baginya, mendapati ayah dan ibunya sudah "tidur" bersama setelah lama berpisah sudah sangat membuatnya bahagia. Meski dalam hatinya berpikir bahwa kedua orang tuanya melakukan hal yang tabu karena tidur bersama tanpa rujuk secara sah terlebih dahulu, namun Cantika mencoba memaklumi itu. Baginya, ini adalah kemajuan besar dari harapanya agar kedua orang tuanya mau rujuk dan hidup bersama lagi.

"Cantika mau berangkat sekolah, pamitkan mamah," ucap gadis manis itu.

"Iya sayang, nanti papa sampaikan. Kamu butuh apa biar papa siapkan. Mau papa buatkan Honey Toast dulu? Maaf, kata mamah Bu Darmi diminta masuk siang hari ini, jadi belum ada sarapan apa apa," tawar Pak Iwan.

"Tidak perlu, pah. Next time aja," balasnya yg sebenarnya rindu pada momen ayahnya dulu sering membuatkan sarapan untuknya. Favoritnya adalah roti bakar madu ala Pak Iwan.

"Pesankan mamah aja pah, jangan lupa untuk menyelesaikan teks pidatonya. Malam ini ada debat kandidat Pilkades. Terus jangan lupa untuk mencoba kebaya biru dan setelan yg akan dipakainya nanti. Takut sudah sesak buat mamah. Soalnya nanti Cantika ada English Club' dan pulang agak sore," pesan Cantika yg sangat memperhatikan detail tentang ibunya.

"Baik sayang, papa sampaikan. Kamu ada uang saku? Mau papa antar ke sekolah?" tawar Pak Iwan sekali lagi.

"Tidak perlu pah, Cantika naik motor saja sekaligus jemput Hanifa," balas Cantika yg biasa memboncengkan tetangga satu desanya yang bernama Hanifa ke sekolah.

"Baik sayang, Take care ya," senyum Pak Iwan.

"Cantika pamit dulu pah. Jangan kemana mana ya hari ini. Kita belum ngobrol banyak," Pinta Cantika yg menyodorkan tanganya untuk mencium tangan ayahnya itu. Mendapati momen yang membahagiakan itu, Pak Iwan membalas ciuman tangan Cantika dengan kecupan kecil di keningnya.

"Have a nice day, Cantik," kecup Pak Iwan yang bisa merasakan aroma parfum Escada Miami Blossom yg dipakai putrinya.

"Iya Pah, sampai nanti," peluk Cantika yang masih rindu dengan ayahnya itu.

Setelah sejenak berpelukan, Cantika kemudian berlalu dan berjalan menuju garasi motornya. Pak Iwan yang masih berdiri di ambang pintu menatap sosok putrinya dengan seksama. Saat pak Iwan memperhatikan tubuh Cantika yg tengah berjalan ia merasa bahagia sekaligus khawatir terhadap anaknya. Disatu sisi ia senang karena putri manjanya itu kini sudah menjelma menjadi remaja dewasa yang sebentar lagi akan bersiap masuk universitas. Namun disudut hati kecilnya yang lain, Pak Iwan merasa khawatir dengan pergaulan putrinya saat ini.

Dalam kacamata Pak Iwan sosok Cantika yg cantik dan menarik tentu saja akan menarik banyak perhatian teman teman prianya. Terlebih saat Pak Iwan memperhatikan bentuk tubuh putrinya yg sintal itu berjalan dengan memperlihatkan pantat lebarnya yg bergoyang, tentu Pak Iwan
berfikir bahwa bentuk pantat seperti itu tentu akan mengundang perhatian para lelaki. Terlebih saat tadi Cantika memeluk dirinya, ia bisa merasakan payudara putrinya kini sudah sangat membesar bahkan sampai membuat seragamnya sesak. Hanya dengan mengamati perubahan tubuh putrinya saja sudah membuat Pak Iwan senewen dan berfikiran yang aneh aneh tentang pergaulan Cantika.

Apa Cantika sudah punya pacar sekarang?"

"Apa jangan jangan sudah ada pemuda yang menjamahnya?" dalam hati Pak Iwan khawatir.

Meskipun ia tak bisa menyebut dirinya sebagai sosok lelaki yg suci dan jauh dari godaan wanita, namun saat memikirkan putrinya ia tentu saja menginginkan putrinya itu memiliki pergaulan remaja yg baik dan sehat. Sebagai seorang ayah, tentu saja dirinya tak ingin putrinya terjerumus ke dalam pelukan para pemuda nakal yang jaman sekarang memiliki pergaulan yang sudah melewati batas.

Sebagai seorang lelaki yang mempunyai pengalaman dan pernah muda, tentu ia tahu naluri pemuda jaman sekarang yang umumnya yang kerap tergoda untuk menjamah tubuh gadis yg belum sah menjadi istrinya. Ada pula para om om predator yang suka menyasar para anak anak ABG. Tentu pak Iwan tak ingin putrinya terjerumus dalam pergaulan semacam itu. Dalam hati kecilnya, Pak Iwan kini ingin lebih bisa menjadi sosok yang melindungi putrinya dari hal hal yang tidak baik. Suatu hal yang cukup sulit dilakukanya selama dua tahun ini.

*******

Dirumah Pak Hendro

Pagi itu pak Hendro yang belum lama terbangun dari tidurnya nampak asik mengecek pesan di WA nya yang berasal dari beberapa kolega bisnisnya. Sebuah senyum puas terpampang di wajahnya saat membaca isi pesan dari salah satu rekan bisnisnya yang bernama Pak Dendy.

"Malam ini ada "pesta besar" bos. Menu utamanya "super lezat," pokoknya," isi pesan rekan Pak Hendro yang berprofesi sebagai seorang juragan Walet.

"Dimana? Kalau gak enak males saya. Sudah kenyang," balas Pak Hendro yang mulanya enggan.

"Ini gambar menunya," balas Pak Dendy sembari menyisipkan foto dalam pesanya.

"Gilaaaaa! Serius pemilik restaurantnya jual itu?" balas Pak Hendro tak percaya gambar yang dilihatnya.

"Positive! Pemilik restaurantnya ACC," Pak Dendy yakin.

"Soal harga gimana?" balas Pak Hendro masih tak percaya.

"Bisa nego! Makanya nanti ketemu sama pemilik restauranya," terangnya.

"Siapa saja yang ikut jajan nanti?" kejar Pak Hendro.

"Semua juragan pisang ikut. Hehehehe" Pak Dendy tertawa.

"Wah... Kalau gak duluan bisa kehabisan," Pak Hendro membalas.

"OK.... Nanti kita nonton Pilkades dulu. Baru pergi bersama ke restauranya," pungkasnya.

"Siap gan. Gak boleh lewat ini mah," Balas Pak Hendro.

Setelah perpesanan itu berakhir, Pak Hendro yang tadi mendengar soal debat Pilkades, seketika itu Pak Hendro jadi teringat akan sosok Bu Yulia yang malam ini pasti akan tampil habis habisan melawan Pak Bambang saat debat. Meski Pak Hendro akan menjagokan Bu Yulia dalam debat nanti malam, tapi keunggulan dalam debat tak berarti Bu Yulia bisa mudah menggambil hati masyarakat. Bisa jadi masyarakat Desa Suka Bangun lebih memilih sosok yang paling banyak mengeluarkan pundi pundi uangnya dalam Pilkades nanti.

Saat teringat akan sosok Bu Yulia, seketika pikiran nakal Pak Hendro berputar. Ia pun kembali mengingat petualangannya bersama Bu Yulia beberapa hari ini. Mulai dari momen ia mendapatkan foto bugil Bu Yulia, hampir bisa menjamah tubuhnya, sampai dibuat lemas oleh layanan VCS dari ibu calon kades itu. Mengingat rentetan momen menyenangkan itu, kontol Pak Hendro seketika bangun.

"Lagi apa ya Lonteku sayang," bisiknya dalam hati sambil melihat lagi galeri foto bugil Bu Yulia termasuk video rekaman VCS nya semalam.

"Sebentar lagi, tempikmu bisa kunikmati Bu," Pak Hendro tersenyum puas.

Saat Pak Hendro tengah asik menikmati Isi HP nya, tiba tiba suara ketukan pintu terdengar.

"Kopinya sudah siap pak, mau saya bawa masuk?" kata Mirna pembantu rumah tangganya menawarkan secangkir kopi kesukaan Pak Hendro setiap pagi.

"Tidak usah mir, taruh meja depan saja," balas Pak Hendro yg kemudian tak berselang lama keluar dari kamarnya untuk minum kopi di teras rumahnya.

Sudah menjadi kegemaran Pak Hendro yang setiap pagi duduk di teras rumahnya sembari menyeruput kopi Arabica Gayo kesukaannya sembari menikmati suasana lalu lalang orang di depan rumahnya. Sambil ditemani bunyi merdu beraneka burung mahal yang menjadi koleksinya, Pak Hendro nampak asik menyeruput kopi itu seteguk demi seteguk. Tak lupa, beberapa batang rokok kretek dinyalakannya sebagai teman setia minum kopi. Suasana hati Pak Hendro yang sedang sangat gembira setelah semalam puas mengerjai Bu Yulia dan pagi ini mendapat kabar baik lainya membuat pria paruh baya itu tak ganti hentinya tersenyum sembari menyeruput kopinya.

Yang menjadi kegemaran Pak Hendro lainya di pagi hari selain minum kopi, merokok, dan mendengar kicauan burung burungya, ialah ia senang melihat dan bertegur sapa dengan setiap warga yang melintas di depan rumahnya. Dan tentu saja, kegembiraanya adalah saat melihat warga kampung yang cantik melintas. Pak Hendro tentu saja tak mau melewatkan saat Bu Maya- seorang bidan desa yang memiliki tubuh aduhai melintas di depanya. Selain wajahnya yang putih cantik khas orang Sunda, Bu Maya juga memiliki tubuh sintal yang saat berjalan dengan seragamnya selalu membuat Pak Hendro deg-degan. Saat bidan muda itu melintas, Pak Hendro tak bosan bosanya menatap sepasang pantat yang bergerak geyol melintas di depan matanya.

Selain Bu Maya, ada juga sosok Bu Imelda yang meskipun sudah berumur seperti Bu Yulia namun memiliki tubuh yang montok. Bu Imelda yang berprofesi sebagai guru SMP itu memang setiap pagi dan sore selalu melintas dengan motornya di depan rumah Pak Hendro.

Tak kalah menggairahkan, beberapa sosok Ibu Ibu tetangga rumahnya yang selalu berkumpul di depan rumahnya untuk mencegat tukang sayur juga kerap kali menjadi sasaran mata nakal Pak Hendro. Diantara ibu ibu rumah tangga itu, nama Bu Santi adalah yang paling menggodanya. Bu Santi sendiri adalah istri dari Pak Nanang, seorang tetangga yang bekerja di luar kota dan jarang pulang. Setiap Bu Santi melintas dengan memakai gamis tipisnya, Pak Hendro gemar sekali menatap tubuh indah wanita itu dari bagian pantat sampai payudara. Bu Santi sendiri sering dibuat salah tingkah saat bertegur sapa dengan Pak Hendro. Hal ini bukan karena Pak Hendro yang genit, namun karena Bu Santi rupanya malu saat bertemu sosok yang beberapa kali pernah mencicipi tubuhnya. Ya betul, Pak Hendro memang pernah beberapa kali berhasil membujuk Bu Santi untuk tidur dengannya dengan iming iming uang. Tentu saja sebuah kepuasan tersendiri bagi Pak Hendro saat menatap pantat dan payudara Bu Santi yang sejatinya sudah pernah ia nikmati bagaimana rasanya.

Tak hanya gemar menatap kaum ibu ibu, mata Pak Hendro juga senang saat dimanjakan dengan pemandangan siswi SMA yang hendak berangkat sekolah dan melintas di depan rumahnya. Dan yang paling digemarinya tentu saja saat Cantika yang berboncengan dengan Hanifa melintas di depan rumahnya. Bagi Pak Hendro yang gemar akan wanita sejak dirinya menduda, perawakan anak SMA menjadi daya pikat tersendiri baginya. Meski hampir semua jenis wanita dewasa sudah pernah dicicipinya mulai dari seorang PSK, seorang pemandu karaoke, biduan dangdut, pembantu rumah tangganya, pembantu dirumah tetangganya, guru, mahasiswa, dan beberapa warga desa lainya, namun bagi Pak Hendro bentuk tubuh seorang anak SMA memiliki nilai keindahan tersendiri yang dikaguminya.

Dan benar saja, baru beberapa saat Pak Hendro duduk di teras rumahnya, motor yang dikendarai Cantika dan Hanifa nampak terlihat dari arah depan. Pak Hendro yang mengatahui hal itu segera beranjak dari tempat duduknya untuk menuju depan gerbang rumahnya demi bisa menyapa kedua gadis itu lebih dekat.

Berselang beberapa detik, Cantika yang harus memelankan motornya karena di depannya adalah tikungan yang dipenuhi oleh ibu ibu yang tengah berbelanja sayur harus menarik rem motornya dengan seksama. Saat dia berada persis di depan rumah Pak Hendro, lelaki yang dianggapnya ramah dan sangat baik hati itu menyapanya dengan senyuman manis.

"Pagi om Hendro," sapa Cantika tersenyum manis.

"Pagi Cantika, Hanifa," sapa Pak Hendro tak kalah ramah dan tentu saja sambil teknberkedip menatap dua bidadari bertubuh indah melintas di depanya.

Jika Cantika dengan tulusnya tersenyum ramah kepada Pak Hendro, beda halnya dengan Hanifa yang hanya tersenyum tipis sembari sedikit menundukkan wajahnya. Hanifa yang memang memiliki watak pemalu justru menutup kaca helmnya saat bertemu dengan Pak Hendro. Entah mengapa, tak ada yang tahu.

"Halo cantik, bagaimana kabar lonteku dirumah?" bisik nakal Pak Hendro dalam hati saat Cantika melewatinya.

Ketika Cantika dan Hanifa telah berlalu, saatnya Pak Hendro mengalihkan pandanganya kepada para ibu ibu yang tengah berbelanja sayuran di depan rumahnya sembari menunggu Bu Bidan Maya dan Bu guru Imelda melintas. Dan tentu saja, perhatian utamanya adalah sosok Bu Santi yang berdiri membelakanginya sembari memperlihatkan celana dalam nyeplaknya yang tersembunyi dibalik gamis tipisnya.

"Ahhhhh..lama gak analin pantatmu, San," dalam Hati pak Hendro bergumam.

"Kangen juga sama tempik tebalmu," senyumnya dalam hati tanpa diketahui Bu Santi yang sibuk memilih beberapa terong berukuran besar di keranjang sayur mayur itu.

Saat Pak Hendro masih asyik memandangi para ibu ibu tetangganya, Bu Maya akhirnya muncul juga. Dengan mengenakan kemeja bidan berwarna putih dan rok hijau muda yg sangat ketat, bidan cantik itu nampak berjalan melewati Pak Hendro. Mata Pak Hendro dengan liar menatap dua belahan gunung bidan itu seolah olah matanya ingin menembus kemeja dan bra yang dipakai Bu Maya.

( Ilustrasi Bu Bidan Maya )


"Pagi Bu Bidan," sapa Pak Hendro ramah.

"Pagi juga pak Bos," sapa wanita itu renyah.

"Jangan disuntik ya Bu," canda pak Hendro.

"Ahh...bukanya bapak yang pinter nyuntik," balas Bu Maya tak kalah bercanda.

"Gak ada yg disuntik Bu sekarang," Pak Hendro pura pura lugu, padahal dalam hati liciknya ia sering membayangkan bagaimana rasanya nyuntik pantat Bu Bidan itu dengan kontolnya.

"Cari dong pak yang bisa disuntik, masa bapak menjomblo terus," Bu Maya yang terkenal ceplas ceplos menyindir Pak Hendro yang memang lama menduda.

"Wah....ibu bisa saja. Ibu lho nanti yang saya suntik," gertak Pak Hendro yang didengar juga oleh Bu Santi. Wanita itu tersenyum malu saat mendengar Pak Hendro mengucapkan kata yang penuh maksud itu.

"Ini Bu Santi juga jarang disuntik pak. Makanya beli terong segala ini," Bu Maya malah tergoda untuk meledek Bu Santi yang memang sering di-bully karena jarang disentuh suaminya yang bekerja di luar kota.

"Bu Bidan nakal banget deh. Hehehehe" Bu Santi tersipu malu. Sementara para ibu ibu yang lain juga terpaksa ikut tertawa oleh guyonan yang dilontarkan Bu Maya yang memang terkenal supel dan humoris. Tak heran jika bidan itu sangat disukai oleh semua warga. Para warga memang merasa nyaman saat dilayani oleh Bidan muda itu.

"Nah, itu yang jarang disuntik bisa curhat sama yang jarang nyuntik," kelakar Bu Maya meledek Bu Santi dan Pak Hendro.

"Iiih....Ibu, saya cubit lho," ancam Bu Santi yang seketika memerah wajahnya sembari berusaha mengejar Bu Maya.

Bu Santi yang mendapatkan sindiran seperti itu memang layak malu kepada ibu ibu yang lainya, namun dalam hati kecilnya ia lebih malu kepada sosok Pak Hendro yang selama ini memang pernah beberapa kali mengajaknya "curhat" perihal suntik menyuntik.

"Sebelum saya dipukuli oleh Bu Santi, saya pamit dulu ya ibu ibu. Mariii....," senyum renyah Bu Maya kepada semua orang yang kemudian nampak berjalan untuk menuju Puskesmas desa yang tak jauh dari rumah Pak Hendro.

Saat Bu Maya berjalan meninggalkannya, kini pandangan Pak Hendro gantian tertuju pada dua belah pantat aduhai bidan itu. Dari roknya yang ketat,bisa terlihat ukuran asli pantat yang bergoyang ke kiri dan ke kanan itu. Pak Hendro hanya bisa merinding membayangkan akan seperti apa rasanya jika bisa menaiki pantat besar dan pasti putih itu.

"Uuuhh....Bu Bidan, next time saya suntik pokoknya ibu. wajib.....harus!" Pak Hendro gemas menatap wanita berseragam itu.

Saat asyik memandangi pantat Bu Maya yang masih bergeyal - geyol menggiurkan, Pak Hendro sampai melewatkan momen dimana Bu guru Imelda melintas dengan motornya. Karena cukup terburu buru takut terlambat ke sekolah, Bu Imelda yang saat itu memakai seragam khaki ketatnya memang tak sempat bertegur sapa dengan orang yang dilewatinya.

"Aaah....ini juga idolaku lewat," kata Pak Hendro yang tak sempat memperhatikan dengan seksama Bu Guru itu lewat.


( Ilustrasi Bu Guru Montok Imelda )

"Kapan- Kapan saya ajak kegiatan ekstrakurikuler kamu Bu Imelda," pikiran nakal Pak Hendro tak henti hentinya menggembara. Maklum, sejak menjadi duda kaya dirinya memang sudah memiliki kegemaran nakal seperti itu.

Setelah dirasa usai dengan kegembiraan paginya, Pak Hendro yang merasa sangat bahagia akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumahnya bersamaan dengan Ibu ibu lain termasuk Bu Santi yang sudah selesai berbelanja. Namun sebelum itu, tak lupa ia berbicara dengan seorang yang tadi belum sempat disapanya.

"Mau dimasak apa Bu Santi terongya?" Pak Hendro berbasa basi.

"Ah cuma mau masak Balado aja pak," tersipu malu Bu Santi menanggapi Pak Hendro.

"Gak beli ayam atau lauk lainya Bu? Mau saya traktir?" tawar Pak Hendro.

"Tidak usah pak, ini saja," jawab Bu Santi yang memang sedang tak punya cukup uang untuk belanja.

Keduanya lantas mengakhiri percakapan mereka pagi itu. Pak Hendro kembali duduk di depan teras dan langsung menyambar cangkir kopinya serta menyalakan kembali rokoknya. Sementara Bu Santi kembali kerumahnya untuk segera memasak.


( Ilustrasi Bu Santi )

Pak Hendro kemudian terlihat mengambil HP yang tergeletak di meja itu dan menulis sebuah pesan di WA.

"Kalau butuh uang belanja tambahan, seperti biasa Bu...." isi pesan Pak Hendro yang rupanya langsung ditujukan kepada Bu Santi.

"Ah, Pak Hendro....pagi pagi udh nakal," balas wanita itu segera sembari menyisipkan emoticon wajah malu.

"Kangen aja Bu sama pantatmu," goda Pak Hendro.

"Iiih, apaaan sih pak. Malu ah," Bu Santy pura pura lugu. Padahal sudah beberapa kali ibu muda kesepian itu bersedia menemani Pak Hendro di atas ranjang dengan imbalan uang.

"Kalau perlu segera bilang aja ya, main ke rumah bisa," bujuk Pak Hendro.

"Udah dulu ya pak, saya mau masak terong. Heheheee," balas Bu Santi yang senang membuat Pak Hendro gemas.

"Terima kasih sebelumnya," balasnya lagi.

Pak Hendro yang langsung paham arti kata terima kasih itu langsung tersenyum. Baginya, hanya perlu menunggu waktu bagi tetangganya itu kembali membutuhkan "bantuan khususnya,".

"Dasar lonte,kamu San," celetuknya dalam hati. "Lihat aja nanti... Ku buat nangis lagi kamu,"

Pak Hendro yang tak ingin mengejar lebih lanjut tak nampak membalas lagi WA dari Bu Santy. Kini dirinya kembali asik menikmati suasana pagi yang begitu sempurna itu.

Dihisapnya kembali sebatang rokok kreteknya dalam dalam sebelum kepulan asap tebal mengepul di depan wajahnya. Diseruputnya lagi kopi hitam Arabica Gayo yang selalu bisa memberinya semangat dan energi di setiap hari hari penuh kepuasanya.

Bagi Pak Hendro yang memiliki banyak harta dari usahanya yang bermacam macam, tubuh wanita wanita sintal yang selama ini bisa ditaklukkanya dengan iming iming uang merupakan "suplement" paling hebat yang bisa membuat dirinya merasa awet muda. Sebuah kepuasan tersendiri jika dengan uang yang sebenarnya tak seberapa baginya namun ia bisa mencicipi tubuh seorang wanita. Semakin terpandang atau punya jabatan wanita itu, semakin puas pak Hendro menikmati kemenangannya.

Terlebih jika dirinya ingat akan masa lalunya saat masih hidup miskin dulu yang sering dihina dan diremehkan oleh wanita, semakin ia ingin membuktikan bahwa dengan uang dan kekayaan ia bisa membeli tubuh para wanita. Dan sekarang, obsesi terbesar Pak Hendro adalah bisa mencicipi harta karun paling berharga dari Bu Yulia. Seorang wanita yang selama ini dianggap terpandang dan terhormat yang nanti akan menjadi Kepala Desa. Tak terbayangkan bagaimana puasnya Pak Hendro jika ternyata Kepala Desanya yang cantik dan aduhai itu diam diam menjadi budak nafsunya. Betapa Pak Hendro akan merasakan kemenangan yang luar biasa jika bisa menjadikan Kepala Desanya menjadi dermaga pejuhnya.

Saat teringat akan sosok Bu Yulia, pikiran liar pak Hendro melayang bebas kemana mana. Tak terhitung fantasi seksual yang ingin diwujudkanya dengan Bu Yulia. Semakin liar, nakal, jorok dan kasar fantasinya, semakin Pak Hendro tak sabar menunggu Bu Yulia yang akan melayani setiap keinginannya.



( Ilustrasi sebagian dari fantasy Pak Hendro terhadap Bu Yulia, salah satunya dia ingin menikmati tubuh Bu Yulia saat memakai konde )

"Ah....Bu Yulia, gak sabar ingin lihat cantiknya dirimu malam ini," ucapnya dalam hati tak sabar ingin menyaksikan calon Lontenya itu maju dalam acara debat Pilkades malam ini.


Bersambung
 
seru nian cerita suhu yang satu ini
binor memang everlasting pesonanya hihihihi
 
Waah baru ini.. semua estewe cantik dan montok
Semua hormat sama pak juragan Hendro

Pasti kekayaannya gak main main ini orang dan omongannya pasti pinter

Semangat Hu
Ceritamu top markotop
 
Expansi mulai diperlihatkan namun saya tahu bu yulia yg bakal ditaklukan terakhir ibarat kata dia tuh boss dari sebuah game sementara yg lain hanya side story namun cukup menarik mengingat pal hendro punya kans untuk menaklukan mereka semua dan membuat pesta orgy (who knows) , semoga terwujud foto yg ada dipp suhu @jilbantot btw bayangannya pak hendro tentang bu yulia yg seperti lonte megang banyak uang, itu ngena banget sih kaya yulia nggak peduli dingelonte selama dia bisa dapet banyak uang dari pak hendro
 
Expansi mulai diperlihatkan namun saya tahu bu yulia yg bakal ditaklukan terakhir ibarat kata dia tuh boss dari sebuah game sementara yg lain hanya side story namun cukup menarik mengingat pal hendro punya kans untuk menaklukan mereka semua dan membuat pesta orgy (who knows) , semoga terwujud foto yg ada dipp suhu @jilbantot btw bayangannya pak hendro tentang bu yulia yg seperti lonte megang banyak uang, itu ngena banget sih kaya yulia nggak peduli dingelonte selama dia bisa dapet banyak uang dari pak hendro
Ntar kalo tau salah satu dikasih uang lebih dari yg laine, meski cuma beda tipis, bisa jadi rame

Hahahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd