needlenbitch
Guru Semprot
- Daftar
- 5 Nov 2014
- Post
- 531
- Like diterima
- 295
Korban Jaman
"Maa.. Mamaa.." Adi (16 tahun)
memanggil ibunya (Sri, 42 tahun)
yang memang sudah 2 hari selalu
di rumah, karena cuti selama 12
hari kerja untuk mengurus
pernikahan kakak perempuan Adi
yang bernama Surti (22 tahun).
Ternyata ia tidak mendapat
jawaban, lalu terdengar langkah
orang berjalan mendekati diri Adi,
ternyata Sasma, pembatunya yang
sudah bekerja di rumah Adi sejak
4 tahun yang lalu (waktu itu Adi
berusia 12 tahun).
Bersamaan dengan meninggalnya
ayah Adi karena kecelakaan lalu
lintas, Ibu Adi mengambil
keputusan untuk bekerja, karena
alasan untuk mempertahankan
kehidupan keluarga dan
membiayai sekolah anak-anaknya.
Sejak saat itu mereka tinggal
hanya berempat termasuk Sasma.
"Nyonya sedang tidur Den.., di
kamar atas.. Kata nyonya, kalo Den
Adi ada perlu bangunin aja.."
"Iya deh Bi.. nanti saya ke atas.."
Adi membuka sepatunya dan
melangkah ke lantai atas
rumahnya. Adi berniat mengetuk
pintu, tapi ia mengurungkan
niatnya karena dilihatnya bahwa
pintu kamar ibunya tidak tertutup
dengan sempurna, sehingga masih
terdapat celah yang cukup besar
untuk melihat keadaan di dalam
kamar.
Adi mencoba mengintip ke dalam
kamar, dan terdiam sesaat karena
melihat ibunya sedang tertidur
lelap dan roknya tersingkap
sampai ke perut. Terlihat ibunya
mengenakan celana dalam yang
terbuat dari nylon, dan terlihat
sangat menggairahkan. Adi
memang sudah biasa melihat
pemandangan seperti ini, bahkan
ia sering melihat ibunya bila
sedang ganti pakaian, dan Sri
memang tidak memperdulikan
keberadaan anaknya pada saat ia
sedang dalam keadaan setengah
telanjang. Sri memang berumur
kepala empat, tetapi ia sangat
menjaga kebugaran tubuhnya
dengan selalu mengikuti latihan-
latihan aerobic di kantornya, jadi
meskipun sudah berumur, Sri
masih memiliki tubuh yang indah
dan sexy, itulah sebabnya Adi
mengagumi ibunya.
Tetapi kali ini Adi merasakan ada
perasaan lain yang menjalar di
seluruh tubuhnya, ia membuka
pintu dengan perlahan dan masuk
dengan mengendap-endap, dengan
harapan bahwa kedatangannya
tidak diketahui oleh Sri. Mata Adi
menatap nanar ke arah
selangkangan Sri, terlihat dengan
jelas gundukan yang menyembul
lembut di balik bahan nylon putih,
dan terlihat samar-samar bulu-
bulu hitam yang membuat Adi
menelan ludah.
Adi mencoba ingin menyentuh
paha mulus Sri, tapi sejenak ia
mengurungkan niatnya, dan ia
sempat berpikir akibat perbuatan
yang akan dilakukannya. Ia
merasa takut kalau-kalau nantinya
Sri akan marah dan menghukum
dirinya, dan Adi berusaha
menekan nafsunya dengan berkata
dalam hati bahwa apa yang
dilakukannya adalah salah, karena
Sri adalah ibu kandungnya. Adi
tetap berdiri di sebelah tempat
tidur dengan pandangan matanya
tidak lepas dari tubuh Sri.
Entah setan apa yang
mempengaruhinya, Adi
mengulurkan tangannya dan mulai
mengelus-elus paha Sri. Pada saat
elusan tangan Adi hampir sampai
ke pangkal paha ternyata Sri
terbangun dan lagnsung menarik
diri mengambil posisi duduk di
atas kasur sambil membereskan
pakaiannya. Adi terperanjat dan
ketakutan setengah mati, tapi apa
mau dikata, semuanya telah
terjadi, Adi terdiam menunggu
apapun yang akan terjadi
selanjutnya.
"Maa.. Mamaa.." Adi (16 tahun)
memanggil ibunya (Sri, 42 tahun)
yang memang sudah 2 hari selalu
di rumah, karena cuti selama 12
hari kerja untuk mengurus
pernikahan kakak perempuan Adi
yang bernama Surti (22 tahun).
Ternyata ia tidak mendapat
jawaban, lalu terdengar langkah
orang berjalan mendekati diri Adi,
ternyata Sasma, pembatunya yang
sudah bekerja di rumah Adi sejak
4 tahun yang lalu (waktu itu Adi
berusia 12 tahun).
Bersamaan dengan meninggalnya
ayah Adi karena kecelakaan lalu
lintas, Ibu Adi mengambil
keputusan untuk bekerja, karena
alasan untuk mempertahankan
kehidupan keluarga dan
membiayai sekolah anak-anaknya.
Sejak saat itu mereka tinggal
hanya berempat termasuk Sasma.
"Nyonya sedang tidur Den.., di
kamar atas.. Kata nyonya, kalo Den
Adi ada perlu bangunin aja.."
"Iya deh Bi.. nanti saya ke atas.."
Adi membuka sepatunya dan
melangkah ke lantai atas
rumahnya. Adi berniat mengetuk
pintu, tapi ia mengurungkan
niatnya karena dilihatnya bahwa
pintu kamar ibunya tidak tertutup
dengan sempurna, sehingga masih
terdapat celah yang cukup besar
untuk melihat keadaan di dalam
kamar.
Adi mencoba mengintip ke dalam
kamar, dan terdiam sesaat karena
melihat ibunya sedang tertidur
lelap dan roknya tersingkap
sampai ke perut. Terlihat ibunya
mengenakan celana dalam yang
terbuat dari nylon, dan terlihat
sangat menggairahkan. Adi
memang sudah biasa melihat
pemandangan seperti ini, bahkan
ia sering melihat ibunya bila
sedang ganti pakaian, dan Sri
memang tidak memperdulikan
keberadaan anaknya pada saat ia
sedang dalam keadaan setengah
telanjang. Sri memang berumur
kepala empat, tetapi ia sangat
menjaga kebugaran tubuhnya
dengan selalu mengikuti latihan-
latihan aerobic di kantornya, jadi
meskipun sudah berumur, Sri
masih memiliki tubuh yang indah
dan sexy, itulah sebabnya Adi
mengagumi ibunya.
Tetapi kali ini Adi merasakan ada
perasaan lain yang menjalar di
seluruh tubuhnya, ia membuka
pintu dengan perlahan dan masuk
dengan mengendap-endap, dengan
harapan bahwa kedatangannya
tidak diketahui oleh Sri. Mata Adi
menatap nanar ke arah
selangkangan Sri, terlihat dengan
jelas gundukan yang menyembul
lembut di balik bahan nylon putih,
dan terlihat samar-samar bulu-
bulu hitam yang membuat Adi
menelan ludah.
Adi mencoba ingin menyentuh
paha mulus Sri, tapi sejenak ia
mengurungkan niatnya, dan ia
sempat berpikir akibat perbuatan
yang akan dilakukannya. Ia
merasa takut kalau-kalau nantinya
Sri akan marah dan menghukum
dirinya, dan Adi berusaha
menekan nafsunya dengan berkata
dalam hati bahwa apa yang
dilakukannya adalah salah, karena
Sri adalah ibu kandungnya. Adi
tetap berdiri di sebelah tempat
tidur dengan pandangan matanya
tidak lepas dari tubuh Sri.
Entah setan apa yang
mempengaruhinya, Adi
mengulurkan tangannya dan mulai
mengelus-elus paha Sri. Pada saat
elusan tangan Adi hampir sampai
ke pangkal paha ternyata Sri
terbangun dan lagnsung menarik
diri mengambil posisi duduk di
atas kasur sambil membereskan
pakaiannya. Adi terperanjat dan
ketakutan setengah mati, tapi apa
mau dikata, semuanya telah
terjadi, Adi terdiam menunggu
apapun yang akan terjadi
selanjutnya.