Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Binalnya Istriku Dewi.

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
PART 46

POV SUAMI





Saya tidak sadar tertidur, entah sudah berapa lama. Tahu-tahu saya dibangunkan Dewi.

Wife:”Bangun Pah, udah siang” Ucapnya sambil menggoyang-goyangkan badan saya.

Perlahan saya pun membuka mata. Ku lihat istri saya sudah berdiri di depan saya. Dia sudah rapi dibandingkan saat saya datang tadi. Kini dia memakai baju kurung hitam dengan motif bunga-bunga dan kepalanya terbungkus jilbab warna biru muda.



Saya pun melihat jam tangan saya, ternyata sudah pukul setengah 11 siang. Sudah sangat lama saya tertidur.

Wife:”Maaf Pah, mamah bangunin, udah siang, kalau papah mau makan? Ucap Istri saya.

Saya:”Aku gak laper” ucapku dengan nada sedikit tinggi, aku kembali ingat apa yang terakhir aku lihat di sms istriku tadi.



Wife:”Hehe, mamah tahu papah marah sama mamah, Papah udah baca sms di ponsel mamah kan? Ucap istri saya begitu tenang seperti tidak terpengaruh apa-apa melihat saya kesal kepadanya, padahal dulu dia begitu takut kalau saya kesal sedikit saja, ekpresinya akan terlihat gelisah, ini bukan Dewi yang dulu lagi, kini dia benar-benar sudah berubah.

Saya:”Ia, Papah gak nyangka mamah berani tanpa izin ke papah dulu” Ucap saya sambil bangkit dan duduk di kursi, aku menatap wajah istriku, tapi entah kenapa dia terlihat semakin cantik meski perutnya sedikit membuncit.



Istri saya pun duduk di samping saya.

Wife:”Nanti dech kita bicarakannya Pah, mending papah makan dulu, pasti capek dan laper”

Saya:”Aku udah gak selera makan” ucap saya sambil memegangi kepala dan menarik-narik rambut saya sendiri.

Istri saya terdengar menarik nafas panjang. Dia lalu berdiri dan mengambil ponselnya dari atas meja.Dia pun kembali duduk di sebelah saya. Lalu di menunjukan sebuah Photo dari ponselnya. Seorang perempuan memakai jilbab, photo hanya dari wajah sampai sedikit di bawah leher, tampak masih sangat muda, mungkin 20 ke bawah. Wajahnya cantik meski kulitnya tidak putih-putih amat, sepertinya sich karena hanya melihat dari photo.



Saya:”Siapa itu? Tanya saya, suara saya sudah kembali pelan. Istri saya tampak tersenyum.

Wife:”Tadi pagi Bu Heti bilang ke mamah, sudah dapat perempuan yang mau jual keperawanannya, yaitu tadi yang mamah tunjukan photonya sama papah tadi” Ucap istri saya. Jadi perempuan yang photonya ada di ponsel istri saya itu adalah perempuan yang masih perawan yang akan diberikan oleh istri saya buat saya seperti yang pernah saya minta sebelumnya.

Wife:”Kenapa Papah diem, gak suka?

Saya:”Su..suka sich, tapi apa aslinya seperti kelihatannya?

Istri saya tampak tersenyum, lalu menyenderkan badannya di kursi.



Wife:”Nanti lihat sendiri Pah, mungkin sore ini orangnya nyampe ke rumah kita”

Saya:”Hah, hari ini dia mau ke sini?

Wife:”Ia, kenapa, papah capek, ya gak perlu malam ini juga kali memperawaninnya, mamah tahu pasti papah tadi malam main habis-habisan sama Heni kan, sampai tidak pulang”

Saya:”Ia, tapi cewek itu siapanya Bu Heti? Tanya saya.



Wife:”Nanti mamah ceritanya dech, mending kita maem dulu yuk, udah mamah masakin, udah siang ini sekalian para tukang kita suruh istirahat makan siang juga”
Saya:”Ya udah ayo” ucap Saya , sampai lupa bahwa tadi saya marah dengan Dewi.

Istri saya pun segera berdiri dan saya mengikutinya dari belakang, kami segera menuju meja makan. Tak terlihat Revan dan juga Intan.



Saya:”Mana anak-anak mah?

Wife:”Anak-anak sudah makan Pah, lagi pada maen di luar sama Bu Heti, papah tunggu bentar, mamah ke belakang dulu mau nyuruh para tukang makan”

Saya:”Memang sudah di siapkan?

Wife:”Udah sama bu Heti tadi” ucap istri saya dan segera pergi ke belakang di mana kami membuat kolam renang.



Tak lama istri saya balik lagi dan segera duduk di samping saya.

Saya:”Cepet banget, ini kan baru jam sebelas mah”

Wife:”Gpp Pah, biar mereka makan, terus istirahat, terus kerja lagi”

Saya:”Terus kemaren siapa yang ngawasin, kamu pergi melacur, Bu Heti jaga anak-anak”

Wife:”Hehe Papah, mulai lagi, masih kesel, kan ada mandornya juga, gak diawasin gpp juga”

Saya:”Ya udah kita makan dulu”



Saya dan istri pun segera saja makan, kebetulan saya sudah lapar lagi. Tak lama kami pun selesai makan. Istri saya pun segera membereskan piring bekas makanan kami.

Istri saya pun kembali duduk di samping saya.

Wife:”Papah masih cemberut aza, papah masih marah karena mamah melacurkan diri tanpa izin papah?

Saya tidak menjawab tapi membuang muka melihat ke arah lain, saya memang kembali merasa kesal terhadap istri saya.



Istri saya tampak menarik nafas panjang.

Wife:”Pah, kan mamah udah menyiapkan perawan buat papah, mudah2an cocok”

Saya:”Ia, tapi bukan berarti menghapus kesalahan mamah, kan perjanjiannya tidak seperti itu”

Wife:”Ia memang tidak seperti itu, tapi kan udah mamah siapkan sekarang tinggal tunggu waktunya aza”

Kali ini giliran saya yang menarik nafas panjang.



Istri saya segera bangkit lalu tiba-tiba duduk di pangkuan saya.

Wife:”Yuk, obrolinnya di kasur aza Pah, sambil ngewe” ucapnya setengah berbisik di telinga saya.

Tangan istri saya segera melingkar di leher saya, dia pun memasang wajah memelas. Saya pun akhirnya luluh dan menggendong istri saya menuju kamar.

Saya:”Tapi masa siang-siang gini?

Wife:”Bukannya sering kita ngewe siang-siang pah?

Saya:”Ia, tapi di belakang banyak tukang, ada di belakang kamar kita juga, nanti ketahuan”

Wife:”Kalau ketahuan gpp, kita ajakin aza, biar mamah digangbang hehe”

Saya pun tidak komentar lagi, segera masuk kamar dan merebahkan istri saya di kasur pelan-pelan.



Istri saya segera menarik saya agar berbaring di samping dia. Segera dia melumat bibir saya.

Saya masih sedikit pasif karena perasaan saya masih sedikit kesal.

Wife:”Pah, jangan marah lagi dong, bayangkan istrimu ini begitu nakal, perut buncit datang ke hotel untuk jadi pelacur, nakal bangetkan sayang” ucapnya lalu kembali melumat bibir saya.



Kali ini saya membalas ciumannya. Tangan istri saya sudah masuk ke dalam celana saya dan meremas-remas kontol daribalik celana dalam saya.

Wife:”Pah, gak di Tanya, mamah bisa muaskan orang yang booking mamah gak, harusnya papah bangga, istrimu bisa memuaskan orang itu, sampai dia sms kan, papah udah baca” ucap Dewi sambil melumat bibir saya kembali . Posisi kami berdua sudah miring, kini tangan saya pun tak mau kalah, meremas-remas pantat Dewi yang semakin padat dan sedikit bertambah besar.



Wife:”Aaaah, tahu gak Pah, kontol Julian adalah kontol terbesar yang pernah masuk ke heunceut mamah, lebih gede dari punya David, Pak Bob dan papah uugggh” Ucap Dewi berusaha menaikan birahi saya. Saya pun semakin terpancing oleh permainannya.

Wife: Pah…aah” Dewi kemudian membuka baju saya. Mulutnya segera menjilati dada saya dan menghisap pentil saya yang merupakan kelemahan saya. Saya pun beberapa kali menggelinjang dan kontol saya makin keras.



Dewi pun menurunkan celana saya berserta celana dalam saya sekaligus.

Sambil kembali menghisap puting saya tangannya kembali mengocok-ngocok kontol saya.

Wife:”Hayo ngaku, berapa kali kontol ini tadi malam bucat di heunceutnya Heni? Ucapnya sambil menatap saya dengan tatapan binalnya.

Saya:”Dua kali mah”

Wife:”Masa koq Cuma dua kali, pasti semalaman kalian ewean kan? Ucap Dewi sambil sekarang dia duduk dan tetap mengocok kontol saya.



Saya:”Ia dua kali aza”

Wife:”Kasihan Cuma dua kali, biar siang ini dibucatin di heuncuet mamah ya”

Istri saya lalu menunduk dan mulai menjilati kontol saya. Lidahnya dijulurkan menjilati buah zakar saya lalu naik ke batangnya.

Saya:”Aaagh nikmat Mah”

Wife:”Mamah kan jagonya jilat Pah, pelanggan mamah juga puas semua, pokonya papah gak bakal malu istrimu tidak pernah mengecewakan pelanggannya” ucap Dewi semakin menunjukan kebinalannya dan seolah menjadi pembenaran apa yang dilakukannnya.



Istri saya pun kemudian memasukan kontol saya ke dalam mulutnya.

Wife:”kloook..klhooooook…” Kontol saya pun semakin keras saja.

Istri saya kemudian melepas kontol saya dan kembali mengocok-ngocoknya.

Wife:”Pah kalau cocok, nanti Hanum mau langsung papah perawanin?

Saya:”Hanum siapaaah?

Wife:”Oh, belum tak kasih tahu kah namanya. Itu yang photonya mamah tunjukin, namanya Hanum”

Saya:”Ooohh, nanti saja gak usah buru-buru, masa baru datang mau langsung diewe”



Wife:”Hehe, kalau aza, bagusnya papah nyiapkan stamina hehe, biar puas”

Saya:”Ngomong-ngomong berapa papah harus bayar dia?

Wife:’Tenang itu urusan mamah, anggap saja sebagai permintaan maaf mamah” ucap istri saya sambil melepaskan baju panjangnya melalui kepalanya.



Kini istri saya tinggal menyisakan jilbab biru bh hitam dan celana dalam belang-belang hitam putih.

Wife:”Jilatin heunceut mamah, Pah” ucap Dewi sambil mengangkangi wajah saya. Dia menggeser celana dalamnya sedikit dan tampak bibir memeknya yang sekitarnya penuh bulu.

Saya:”sebenarnya gak boleh mah, kamu kan lagi hamil, takut ada bakteri dari mulut, tapi sekali ini gpp”

Saya pun memegang pantat istri saya dan mulai menjulurkan lidah saya menjilati bibir memeknya.

Wife:”Aaah nikmat uuuughh anjiiir, Pah, nanti si Hanum heunceutnya papah jilatin dulu ya, jangan maen ewe aaaahhh”



Lidah saya pun mulai menusuk masuk ke dalam memeknya Dewi.

Wife:”Aaaah Pah enak aaaah” ucap istri saya. Tiba-tiba kami mendengar suara orang ngobrol di luar, sepertinya suara tukang.

Saya:”Mah, stuuuuusssssh” ucap saya sambil menempelkan jari di mulut saya.

Istri saya pun menganggukan kelapalanya.



Wife:’Lanjutkan lagi pah, bikin heunceut mamah basah”

Lidah saya pun kembali menerobos ke dalam memek istri saya.

Wife:”Aaah, masukan lidahnya yang dalem ke heunceut mamah Pah aaaah” istri saya pun teriak, dan saya yakin orang di luar pasti mendengarnya.

Saya:”Mah” ucap saya sambil menghentikan aksi saya.

Wife:”Hehe biarin pah, biar mereka tahu orang yang punya rumah lagi ewean” ucap istri saya.



Saya:”Dasar mamah ini” Istri saya sekarang malah berdiri dan segera pindah menduduki selangkangan saya.

Wife:”Pah, ewean yuk” ucapnya sambil memegang kontol saya dan menggesek-gesekan degan bibir memeknya.

Saya:”Mah, si Hanum itu siapanya Bu Heti?

Wife:”Anak tetangganya Pah, orang Sum**** juga”

Saya:”Oghh, bukan saudaranya”

Wife:’Bukan, tapi dia ngajukan syarat juga Pah”



Saya:”Si Hanum?

Wife:”Bukan ibunya, jadi dia mau jual keperawanan anaknya juga di minta agar dipekerjakan sama kita”

Saya:”Anaknya?

Wife:”Bukan ibunya, eeegh masuk kontolnya Pah” ucap istri saya yang sudah memasukan kontol saya ke heunceutnya.



Istri saya pun mulai naik turun. Terasa memeknya sedikit longgar tapi istri saya punya kelebihan, memeknya terasa menyedot-nyedot.

Wife:”Aaah enak Pah uugggh” terdengar pula obrolan orang samar-samar dari luar sana.

Saya:”Uugh enak mah, empotan heunceut kamu uuughh” ucap saya sambil memegang pantatnya dan saya remas-remas.



Wife:”uuughhh kontoool aaah jadi kamu setuju kan kontol ibunya Hanum kerja sama kita”

Saya:”Ia mah, Lestari kan udah gak di sini, biar satu jadi baby sister satu jadi assistant rumah tangga”

Wife:”ia maksud mamah juga gituuuh, biar bu Heti yang ngasuh anak-anak aaagh”

Plook…plook saya mempercepat sodokan saya dari bawah membuat Dewi mengelinjang dan desahannya makin keras.

Wife:”Aaaaaaaaaaaghh, enak Pah, aaagh ewean jero nikmat anjiiiinggg, ewean sampai ganceet”



Saya yakin suaranya akan terdengar samar-samar dari luar meski terhalang tembok.

Tiba-tiba pintu kamar kami di buka dari luar dan tampak Intan masuk ke dalam kamar.

Kami berdua sedikit terperanjat, tapi setelah tahu Intan yang datang kami melanjutkan kembali aksi kami.



Intan:”mamah sama Papah siang-siang udah kuda-kudaan aza, mana teriak-teriak”

Wife:”Hehe, abis enak sayang, heunceut mamah disumpel kontol papah kamu, eh kamu adaaah apaah”

Intan:”Intan mau bobo siang”

Wife:”Oghh Dedek Revan mana?

Intan:”Sama bibi Mah”

Wife:”Ya udah, kamu tidur di sana” sambil istri saya menunjuk tempat tidur kosong seberang tempat tidur kami yang memang biasa di gunakan Intan walau kadang-kadang dia tidur di kamar sebelah atau sama Heti.



Intan pun segera naik ke ranjang dan terlentang tapi kemudian miring melihat ke kami.

Saya:”Jangan berisik mah”

Wife:”Gpp, Intan udah bisa lihat kita ngentot” ucap istri saya.

Entah kenapa saya jadi khawatir, saya ingat Fani yang sering ngintip orang tuanya ngentot dan dia menjadi penasaran.

Saya:”Mah, apa kita berhenti dulu tunggu Intan tidur”

Wife:”eengg…gak usah aaaah, Intan gpp kan mamah sama papah ewean”



Intan:”gpp Mah”

Wife:”Tuch Intan aza gpp, ayo genjot aaaggh” ucap Dewi sambil kembali naik turun dan saya pun mengimbangi dari bawah.

Wife:”Aaag enak uug ewean jeroooo agggh” teriak istri saya, sepertinya sengaja agar orang di luar dengar.

Saya:”kamu makin nakal aza mah”

Wife:”ia dong, kan sekarang mamah udah jadi pelacur, harus makin nakal dan binal” ucapnya tapi dengan volume suara sedikit pelan.



Istri saya tampak melepas bh dan menarik kedua tangan saya agar meremas-remas susunya. Saya pun segera meremas-remas susu Dewi menggunakan kedua telapak tangan saya. Saya pencet dan pilin puting susu Dewi. Tak terasa air susunya pun keluar dan memancar mengenai muka saya.

Wife:”Aaaagh, enak Pah uuuugh isep Pah….”

Saya pun segera bangkit dan memeluk Dewi. Saya lihat ada bekas cupangan di susunya, pasti perbuatan orang yang bernama Julian. Saya pun segera mencaplok susu Dewi dan menghisap puting susunya.

Wife:”Uuugh isep Pah pentilnya enak aaagghhh”

Memek istri saya terasa makin basah dan lengket, keringat pun mulai membasahi tubuh kami.



Saya pun kembali rebahan setelah puas menyedot asi Dewi.

Wife:”Aaagh mamah gak kuat lagi Pah…uuuh”

Saya:”Barengan mah bentar lagi…”

Wife:”Uuugh cepetin pah, ewe…uggggh gancet kontoooool”

Ploook..ploook…ploook sambil saya menggenjot memek Dewi dari bawah sambil saya pegang erat pantatnya.



Tak lama saya pun menekan kontol saya dalam-dalam diikuti leguhan dari Dewi. Crooot..crooot..crooot.

Wife:”Aaaganjing gancet ahhhh” istri saya pun ikut mengejang. Tak lama dia menjatuhkan badanya di dada saya.

Saya:”Mah, ntar bayinya kegencet”

Wife:”Nggak Pah…” ucapnya sambil ngos-ngosan.

Kami pun terdiam untuk beberapa saat.

.

Wife:”Aaah gancet pah, hehe”

Saya:”YA udah, turun, Intan tuch tidur di ujung” aku lihat Intan ternyata sudah tertidur dan posisinya tepat di bibir ranjang.

Wife:”Ia Pah, tapi kalau gancet beneran gimana ya, entar ketahuan dan di tonton para tukang hehe”

Saya:”Kamu ini nakal banget mah” ucap saya sambil memencet hidung Dewi.

Wife:”Hehe, ya udah mamah bangun” ucap Dewi sambil bangkit dan plooop, kontol saya pun terlepas.



Wife:”Basah cangcut mamah” ucapnya sambil melepas celana dalamnya yang memang tadi hanya di geser saja.

Ku lihat Dewi memakai kembali baju panjangnya tanpa memakai daleman.

Wife:”Pah, mamah ke belakang dulu mau periksa para tukang”

Saya:”Hah, gak pakai daleman”

Wife:’Hehe, biar gerah” ucapnya, sambil mengangkat Intan terlebih dahulu lalu langsung keluar kamar.



Saya pun segera bangun dan mengambil celana pendek dari lemari, saya pun segera berlari keluar mengikuti Dewi.

Ku lihat istri saya segera ke arah dapur dan menemui para tukang yang sedang menyelesaikan pembuatan kolam renang,jadi sekarang pintu dapur langsung terhubung ke arah kolam renang tampak ada bu Heti juga, saya pun segera menghampiri tapi saya diam pas di pintu dapur sekitar 10 meteran dari posisi Dewi dan Bu Heti .

Wife:”Revan mana

Bu Heti:”Tidur di kamar saya bu”

Wife:”Udah pada beres makannya bu?

Bu Heti:”Sudah neng, ini mau ibu beresin”

Wife:”Udah pada selesai makannya”

Suhada(Mandor):”Sudah Bu Makasih” ucapnya sambil menatap ke arah istri saya, dia Nampak memperhatikan istri saya yang nampak agak berkeringat juga jilbabya sedikit acak-acakan.



Wife:’Maaf ya tadi ditinggal, ada urusan Pak Suhada”

Suhada:”Ia gpp, kami ngerti koq bu, hehe”

Wife:”Kedengeran ya, hehe maaf ya, mumpung suami ada di rumah, jadi aku ajakin ngamar” ucap istri saya seperti memang sengaja.

Tampak para tukang melihat ke istri saya dengan tatapan nafsu, sepertinya mereka menyadari Dewi tidak memakai bh, kelihatan putingnya sedikit menonjol.

Istri saya pun segera membantu Bu heti membereskan piring dan gelas, para tukang tampak memperhatikan istri saya, mereka tidak menyadari saya ada di sana juga. Saat istri saya menungging pantat bulatnya tercetak jelas dan saya yakin mereka menyadari istri saya tidak mengenakan celana dalam.

Mereka pun tampak berbisik-bisik.



Istri saya pun tiba-tiba menoleh ke arah mereka, mereka seketika terdiam, tampak istri saya meraba-raba pantatnya sendiri.

Wife:”Hehe maaf, keasikan tadi sampai lupa pakai cangcut” ucap Dewi vulgar.

Suhada:”Hehe gpp Bu, biasa itu”

Sementara Bu heti hanya geleng-geleng kepala, dia tahu Dewi menggoda para tukang. Istri saya dan Heti pun segera membawa piring dan gelas menuju pintu dapur di mana saya berada, saya pun segera meninggalkan dapur.



Saya pun duduk di depan tv sambil menonton. Tak lama istri saya dating ke saya dan segera duduk di samping saya.

Saya:”Kamu nakal banget mah pakai bilang lupa gak pakai cangcut, kalau mereka sange terus mamah digangbang gimana”

Wife:’hehe, gak di bilang juga mereka pasti tahu pah, mamah gak pakai cangcut, ya kalau digangbang mamah ngangkang aza kan enak”

Saya:”dasar kamu nakal banget”

Wife:”Pah, Julian nawarin kerjaan lho buat mamah…”

Saya:”Hah, mamah mau kerja lagi?

Istri saya tampak menyenderkan badannya di sofa dengan menahan menggunakan kedua tangannya tepat di kepala.



Wife:”Buat selingan aza Pah”

Saya:”Kamu kan lagi hamil, masa mau kerja”

Wife:”Hempz, bukan seperti dulu jadi sekertaris Pah, freelance aza, jadi model”

Saya:”Hah…, papah gak salah denger nich? Saya memang sedikit terkejut mendengarnya, model apaan.



Wife:”Memang mamah gak pantes jadi model, jadi tadi pas papah tidur, Julian nelpon mamah, terus nawarin jadi model”

Saya:”Model seperti apa?

Wife:”Ya model, katanya model majalah, agensinya punya si Julian sendiri, tapi sekarang mereka lagi punya kontrak untuk model pakaian dalam”

Saya:”Hah, jadi kamu mau jadi model pakaian dalam mah?

Wife:”Hehe, penasaran Pah, gimana rasanya jadi model”

Saya:”Bisa heboh kalau orang tahu, berarti harus copot jilbab juga”

Wife:”Sepertinya ia, tapi mamah udah siap du bully koq hehe” saya pun segera geleng-geleng kepala.



Melihat saya geleng kepala istri saya malah tertawa.

Wife:”Kenapa geleng-geleng Pah?

Saya:”Mamah udah makin parah, pasti papah kena impact juga, orang-orang kantor ntar tahu, keluarga mamah juga”

Wife:”Ia, kepalang tanggung, daripada melacur terus, tapi melacur jalan terus ah”

Saya:”Hah?

Wife:”Buat tambahan dan pengalaman aza pah, dan pasti ada sensasi gimana gitu, boleh ya?

Saya:”Jadi bener-bener serius kamu mah?

Wife:”Papah kira tadi mamah bercanda? Saya pun kembali geleng-geleng kepala.



Saya:”Tapi resikonya itu berat mah, untuk yang satu ini parah banget, privasi kita kena dampaknya”

Wife:”Cuek aza dech Pah, mamah pun bisa nanganin keluarga mamah”

Saya:”Tapi pasti ortu kamu juga bakal marah ke papah juga”

Wife:’Tenang aza, gak usah khawatir gitu” memang tidak lagi seperti Dewi yang dulu.



Saya:”Gak tahu ah, papah bingung mah”

Wife:”Hehe, pikirkan aza dulu pah, apa papah gak bangga punya istri model”

Saya:”Heh, bukan masalah itu, bangga tapi kan kamu gak ada basic model terus penamplan kamu alim apa gak heboh kalau jadi model pakaian dalam”

Wife:”cuek aza lagi pah, kan ini zaman modern, semua bisa terjadi, paling mereka sirik nanti sama kita”

Saya tidak mengerti jalan pikiran istri saya.



Saya:”ya udah terserah mamah dech kalau sudah siap dengan resikonya, tapi pas pemotretan harus diantar sama papah”

Wife:”Hehe makasih papah, papah pengertian hehe, Cuma selingan aza koq”

Saya pun tidak berbicara lagi, tapi pura-pura memindah-mindahkan channel tv dengan memencet-mencet.

Wife:”Kata Julian nanti memang hari Sabtu pemotretannya sama perjanjian lain-lainnya”



Saya:”Bagus dech kalau sabtu kan aku di rumah” ucap saya.

Wife:”Pah, mamah mandi dulu ya”

Saya tak menjawab hanya menganggukan kepala saja.

Dewi pun segera pergi meninggalkan saya. Tinggallah saya sendiri bengong menonton tv. Saya pun bosan dan mengambil ponsel saya dari dalam kamar. Ku lihat banyak pesan wa masuk, Saya pun membukanya, salah satunya ada pesan dari Fani.

Fani:”Hai om…” “Tidur ya Om” pesan tersebut masuk sekitar jam sepuluh siang.

Saya pun segera membalas pesan Fani tsb.



Saya:”Ya Fan, maaf memang tadi om tertidur”

Langsung muncul balasan.

Fani:”gpp om, pasti kecapekan” ucap Fani dari pesan wa. Saya merasa sedikit tidak nyaman, apa Fani akan minta atau bilang sesuatu, setelaha keperawanannya saya renggut tadi malam.

Saya:”Ada apa Fan, masih sakit gak itunya?

Fani:”Itu apanya Om? Gpp Cuma nyapa aza”

Saya:”Hehe, itunya, yang kemaren om masukin, kalau ada perlu seuatu bilang aza” balas saya lagi.



Fani:”Oh, memek Fani masih sakit om, perih kalau mau pipis”

Saya:”Ogggh, gimana mau bawa ke dokter?

Fani:”Ya nggak lah Om”

Saya:”Tadi belum di jawab, kalau ada perlu apa-apa tinggal bilang om saja”

Fani:”Gak ada om, Cuma kangen aza pengen nyapa” Jiah dia kangen…



Saya:”Kangen om atau kangen KONTOL Om?

Fani:”Ih Om, enak aza, masih perih tahu”

Tiba-tiba saya mendengar pintu kamar di buka, sepertinya Dewi sudah selesai mandi.

Saya:”Fan, nanti di lanjut lagi ya, ada istri Om”

Fani:”Oh Ok Om sip”

Saya pun segera menutup wa dan ponsel saya.



Dewi nampak memakai gaun hamil warna cream panjang sampai mata kaki yang cukup lebar,dan ternyata dia belum memakai jilbab, rambutnya masih basah dan sedang dia lap memakai handuk.

Wife:”Chattingan sama siapa Pah? tanyaDewi sambil melirik ke arah saya.

Saya:”Gak ada, lagi lihat Facebook”

Wife:”Oooh” ucapnya tak ada komentar lagi, sepertinya dia sedikit curiga.



Wife:”Papah gak mandi?

Saya:”Ia ini mau mandi mah” ucap saya sedikit gelagapan. Saya pun segera berdiri meninggalkan istri saya dan masuk ke dalam kamar.

Saya pun segera mandi dan setelah selesai segera memakai baju. Saya lihat Intan sudah tidak ada di ranjang, sepertinya dia sudah terbangun. Saya pun segera keluar dari kamar, tampak di ruang keluarga sudah ada Revan dan Intan.



Revan tampak senang melihata saya dia pun langsung minta gendong.

Saya pun larut dalam kegembiraan anak-anak sampai tiba-tiba Bu Heti datang dan dia menghampiri istri saya yang kini sudah memakai jilbabnya yang berwarna putih, nampak mereka berbisik-bisik.

Bu Heti pun kembali pergi meninggalkan kami. Istri saya pun mendekati saya.



Wife:”Pah, Hanum dan ibunya sudah datang, mereka di ruang tamu” saya pun sedikit terkejut dan memang lupa si Hanum bakal datang hari ini juga.

Wife:”Malah bengong, ayo ikut, biar anak-anak nonton tv di sini” ucap Dewi sambil menarik lengan saya.

Saya pun mengikuti Dewi menuju ruang tamu. Di ruang tamu tampak tiga perempuan berhijab tengah duduk di kursi panjang, yang satunya tentu saja Bu Heti.



Mereka pun segera bergeser melihat kedatangan kami. Saya memilih duduk terpisah d sofa single sedang Dewi duduk bersama mereka di sofa panjang.

Bu Heti:”Ini yang namanya bu Dewi, Bu kenalin ini Anis, ibunya Hanum dan ini Hanum anaknya Anis” ucap Bu Heti sambil memperkenalkan kedua perempuan yang baru datang tersebut. Hanum terlihat masih muda saat itu dia mengenakan baju panjang seperti kemeja tapi dari bahan yang sangat halus berwarna abu-abu dan rok panjang span hitam serta jilbab putih.



Hanum tampak memakai make-up yang cukup tebal, entah kesehariannya begitu atau saat datang ke sini saja sehingga tak terlihat seperti orang desa.

Sedangkan ibunya justru lebih menarik perhatian saya, badanya montok dan dadanya pun menonjol, ibunya Hanum yang tadi disebut bernama Anis sepertinya terlihat masih muda lebih muda dari Bu Heti. Dia memakai baju panjang warna hitam. Karena badanya montok cukup ngepress dan jilbab hitam juga. Kulit mukanya putih bersih dan masih terlihat cantik.



Tampak istri saya bersalaman dengan mereka sambil saling memperlkenalkan diri masing-masing.

Tampak Anis sedikit berbisik-bisik dengan Heti, entah apa yang mereka bicarakan.

Wife:”Kenalkan ini suami saya bu” ucap Dewi kepada Anis yang kebetulan duduk di sampingnya.

Anis pun bangkit dan menyodorkan tangannya kepada saya.

Tampak Anis memang begitu semok, badanya berisi tapi tidak gendut seperti bu Heti.

Anis:”Anis Pak” sambil mengulurkan tangan yang langsung saya terima uluran tangannya

Saya:”Dendi” ucap saya pendek.

Anis pun kemudian duduk kembali.



Wife:”Hanum, kenalkan itu suami saya” ucap Dewi sambil memberi kode dengan tangannya kepada Hanum.

Hanum yang duduk di samping ibunya dan di apit bu Heti pun berdiri. Badannya masih langsing dan kulitnya putih seperti ibunya, tapi kalau ibunya chuby Hanum cenderung tirus.

Hanum pun menyodorkan tangannya tapi matanya menunduk tak berani menatap wajah saya. Pasti dalam hatinya dia berkata inilah orang yang akan memperawani dia.



Saya pun segera menerima jabat tangan dari Hanum.

Tangan Hanum terasa dingin.

Hanum:”Hanum Pak”

Saya:”Dendi, panggil om saja” ucap saya.

Hanum tidak menjawab hanya mengangguk dan menarik tangannya kembali. Hanum pun kemudian duduk kembali.



Wife:”ya udah kalian istirahat saja dulu, bu Heti bisa diantarkan kalau misal mau makan tersedia koq di meja makan, santai aza di sini mah” ucap Dewi.

Bu Heti pun kemudian mengajak Hanum dan Anis pergi. Mereka pun lebih dulu meninggalkan kami yang masih duduk di sofa ruang tamu.

Sepeninggal mereka, istri saya pun mengajak saya mengobrol.



Wife:”Gimana Pah,ok kan atau paling nggak lumayan kan?

Saya:”lumayan mah”

Wife:”Anaknya atau ibunya yang lumayan?

Saya:”Mamah tahu aza, anaknya lumayan, ok sich tapi belum terlalu berisi, mamahnya malah yang ok hehe”

Wife:”Dasar papah ini, eh mamahnya kelihatan muda juga ya, malah kayak kaka adek…?

Saya:”Ia, kelihatan muda, aku kira malah bakal udah tuaan, atau paling nggak seumuran Bu Heti” ucap saya, ternyata Dewi pun merasakan hal sama, melihat Anis terlihat terlalu muda.



Wife:”Mungkin nikah muda kali Pah…”

Saya:”Ia, nanti kita tanyakan saja”

Wife:”Papah naksir sama mamanya Hanum ya?

Saya:”Nggak, naksir semoknya aza”

Wife:’Dasar” saya dan istri pun segera kembali berkumpul bersama anak-anak.



Sorenya istri saya pergi ke dapur untuk membantu Bu Heti masak, termasuk Anis dan Hanum, ku lihat mereka sudah mandi dan mengganti pakaian mereka. Sementara para tukang sudah pulang juga dari jam 5 sore.

Saya pun memandikan anak-anak dan bersiap menunggu makan malam.



Habis Magrib kami pun kumpul dan makan bersama di meja makan sekaligus memperkenalkan Anis dan Hanum dengan anak-anak. Setelah makan Dewi pun mengajak semua berkumpul di ruang keluarga sambil menonton tv dengan terlebih dahulu para perempuan membersihkan piring dan gelas bekas kami makan.



Saya dan anak-anak lebih dahulu berkumpul di depan tv. Mungkin lima belas menitan mereka berempat sudah datang dan berkumpul di ruang keluarga. Karena sofa tidak cukup kami semua duduk di atas karpet.

Istri saya pun membawakan cemilan untuk teman kami ngobrol. Anak-anak cukup cepat akrab dengan Hanum dan Anis. Bahkan Revan duduk dipangkuan Anis. Sekarang Anis kulihat memakai baju kaos lengan pendek wana hitam dan jilbab putih serta celana model training warna abu-abu.



Sementara Hanum memakai baju kaos panjang mirip sweater warna hitam dan rok panjang warna orange serta jilbab warna kuning. Hanum masih tampak canggung, berbeda sekali dengan ibunya yang terlihat santai.

Wife:”Gimana tadi perjalanannya?

Anis:”Pakai bis neng, tapi untung gak banyak penunmpang jadi Alhamdulillah nyaman” ucapnya, dia memanggil Dewi dengan sebutan neng seperti Bu Heti.



Kaos yang dipakai Anis meski tidak berbelahan rendah cukup ketat membuat tokednya membusung ke depan. Beberapa kali saya mencuri pandang ke toked Anis dan beberapa kali Anis memergoki saya juga tapi dia tampak cuek saja.

Wife:”Jadi Kak Hanum ini masih sekolah atau bagaimana? Tanya istri saya dan mulai membahas tentang Hanum.



Anis:”Hanum sudah lulus sma tahun kemaren tapi belum dapat kerja”

Heti:”Temen sekolahnya Jaka neng”

Wife:”Oh temennya Jaka, berarti sekarang berapa umurnya Kak?

Anis:”Sudah sembilan belas neng”

Wife:”Oh, berarti sudah cukup umur buat dipetik hehe” ucapan istri saya yang sedikit vulgar membuat Hanum bersemu merah.



Wife:”Papah mau nanya-nanya gak?

Saya:”Gak, gak ada” ucap saya sedikit tergagap karena sedang memperhatikan toketnya Anis. Sementara Anis tersenyum kepada saya.

Wife:”Eh kak, tadi suami aku nanya, umur kakak berapa? Sementara Hanum tadi udah 19 ya”

Hanum hanya menganggukan kepalanya saja.



Anis:”Umur saya sudah 37 neng, hampir samalah dengan Heti, teman main juga dan temen sekolah, saya sama Heti sama-sama nikah muda, maklum di kampung, umur 17 saya sudah nikah dan tak lama punya anak”

Wife:”Oh, tapi masih kelihatan muda ya, maaf ini malah tadi saya kira masih di bawah umurnya Bu Heti, ternyata samaan”

Anis:”Hehe, yang mungkin bawaan dari sononya neng,kelihatan awet muda” ucap Anis terlihat sedikit bangga.



Saya pun memang tidak menyangka Anis sudah 37, saya pikir mungkin sedikit di atas istri saya saja.

Heti:”Kalau saya karena hidup susah neng dan mikirin suami, jadi kelihatan tuanya hehe”

Anis:”Ah, emang aku gak susah, kamu oge tau sorangan kan Heti” ucap Anis.

Heti:”Ia, tapi mungkin kamu orangnya cuek, gak dibawa pusing jadi masih awet muda” ucap Bu Heti.

Wife:’Ayo sambil di makan cemilannya, kalau kurang nanti saya ambil lagi, ayo Hanum jangan diem aza”

Hanum:”Ia tan” ucap Hanum singkat.



Ku lihat Revan malah sudah tertidur di pangkuan Anis, sementara Intan masih asyik nonton tv sambil dipangku oleh istri saya.

Wife:”Mohon maaf sebelumnya kak, tapi harus kami tanyakan biar ke depannya tidak ada tuntutan”

Anis:”Ia neng, sok (silahkan) aza” sepertinya Anis sudah paham maksud pertanyaan Dewi istri saya.

Istri saya tampak menarik nafas panjang dulu sebelum bertanya, mungkin agak kagok juga.



Wife:”Jadi begini Kak,saya tegesin lagi, Kakak memang yakin mau jual keperawanan anak kakak?

Anis:”Ia neng, sudah mantap koq dan Hanum pun tidak keberatan, jadi teu perlu khawatir, moal aya tuntutan neng”

Istri saya tampak melirik sama Bu heti dan Bu Heti menganggukan kepalanya.

Wife:”Kalau tidak keberatan Kak Anis mau menceritakan tidaK apa alasannya sampai mau menjual keperawanan Hanum?



Kali ini Anis yang menarik nafas panjang, dia sempat menoleh sama Intan.

Wife:”Tenang Bu, Intan masih gak ngerti koq”

Anis:”Saya tidak keberatan koq neng untuk menceritakan alasannya, akan saya ceritakan biar neng dan bapak tenang”

Wife:”Syukurlah Kak”



Anis:”Alasan utamanya ya karena masalah ekonomi neng, kami juga punya hutang yang lumayan besar buat orang seperti kami sama kepala desa” ucap Anis berhenti sejenak dan mengambil minuman di gelas sampai habis.

Anis kembali melanjutkan omongannya.

Anis:”Hutang itu sebenarnya hutang suami saya, dia kerjaannya judi, mabuk dan main perempuan”

Wife:”Terus..? semua jadi kena?

Anis:”Ia, si Kades nagih-nagihnya sama saya, nagih juga si sama suami juga, terus katanya boleh tidak di bayar, tapi Hanum harus mau jadi istri ketiga si Kades”



Wife:”Maaf ini, terus kenapa Hanum tidak mau dan lebih memilih menjual keperawanan?

Anis kembali menarik nafas panjang.

Anis:”Kalau dia jadi istri kades gak menjamin kehidupan dia dan kami juga lebih baik, kenapa memilih menjual keperawanan, terus terang nilai yang neng tawarkan bisa menutupi hutang dan buat modal serta satu lagi saya bisa juga kerja dan menghindari suami saya yang manfaatin saya terus”

Wife:”Jadi menurut kak Anis pilihan sekarang masih lebih baik?

Anis:”Ia”

Sekarang justru istri saya yang menarik nafas panjang.



Wife:”terus suami Kak Anis tahu?

Anis:”Tahu Neng”

Wife:”Dia ok saja?

Anis:”Dia mah ok saja yang penting duit, toh dia juga setuju Hanum nikah sama kades, dia mah gak bener, gak bisa diharapkan lagi, gak bisa kasih nafkah lahir Cuma bisa kasih nafkah bathin doang”

Wife:”Hehe, penting nafkah bathin itu, nafkah lahir juga sich tak kalah penting hihi”



Anis:”Jadi gimana neng, kita deal kan?

Wife:”Saya sich oke saja, tergantung suami saya, toh dia juga yg bakal make, eh maksudnya gimana ya, gitu dech”

Anis:”Gimana Pak? Tanya Anis sambil menatap saya yang kebetulan lagi memperhatikan toketnya yang membusung ke depan.

Saya:”Saya sich ok juga, yang penting Hanum juga udah rela biar gak ada tuntutan atau ganjalan ke depannya”

Anis:”Syukurlah, kalau Hanum gak ada masalah lagi” ucap Anis sambil melirik anaknya yang masih menundukan kepalanya.



Wife:”Jadi kapan Hanum siap diewe eh maksudnya dibelah duren sama Om?

Anis:”Hanum tuch di Tanya Tante Dewi kapan siap diewe sama Om Dendi? tanya Anis tak kalah vulgarnya dari dari pertanyaan Dewi.

Hanum:”Kalau Hanummah terserah saja, kapan saja”ucap Hanum, dia agak terkaget-kaget dengan pertanyaan vulgar dari Dewi dan Anis.

Anis:”Kapan aza katanya Pak, Hanum siap yang penting gak lagi mens hehe” ucap Anis ditujukan kepada saya.

Wife:”Jadi kapan Pah, malam ini Hanum kamu lagi mens gak?

Hanum menggelengkan kepalanya.



Melihat Hanum yang begitu pasrah saya malah menjadi sedikit kasihan.

Wife:”Mau malam ini kah Pah kamu ngewein Hanumnya?

Saya rasa tidak malam ini, energi saya banyak terkuras.

Saya:”Kayaknya gak malam ini mah, kasihan juga Hanum capek baru dating, mungkin lusa, papah mau ambil cuti dulu”

Wife:”Cie, sampai mau cuti buat wik-wik sama Hanum, tapi betul Pah, kasihan Hanum masih capek, Papah ambil cuti aza, papah toh jarang cuti paling bolos kan ?
Saya:”Besok papah mau ajukan cuti mendadak dulu dech”



Wife:”Ya udah kalau gitu kak, kita sudah deal, kata suami gak malam ini, dia juga masih capek, kalian juga pasti capek, malam ini istirahat saja”

Akhirnya malam ini tidak terjadi apa-apa, kami semua pergi tidur karena semuanya merasa kelelahan. Keesokannya saya tidak biasanya bangun pagi, anak-anak masih tertidur, sementara Dewi sudah tak terlihat, mungkin sudah di dapur. Jam 5 saya sudah bangun dan segera mandi dan selesai mandi saya pun langsung memakai baju buat ke kantor , saya cukup bersemangat karena malamnya saya sudah mengirim pesan ke Pak Hendro bahwa saya mau cuti dan diberikan cuti 1 minggu tapi mulai hari senin nanti. Saya sempat menengok ke depan ternyata si Donatus bukannya jaga malah molor, Sementara Bu Heti lagi menyapu halaman, tapi ya sudah saya biarkan saja.



Saya pun berjalan ke arah dapur dan saya mendapati Anis dan anaknya sedang memasak, tak tampak Dewi istri saya, entah di mana dia. Saya lihat Anis masih mengenakan mukena berwarna putih, ya ternyata dia tidak meninggalkan sholat, berbeda dengan saya, setelah kehidupan yang berantakan ini saya sudah meninggalkan shalat kecuali Jumatan karena sedang di kantor malu sama yang lain. Dewi biarpun melakukan banyak hal buruk sesekali masih terlihat sholat. Tapi yang menarik perhatian mukena yang dikenakan Anis cukup tipis dan sepertinya dia hanya mengenakan pakaian dalam di balik mukenanya. Tampak pantatnya yang membulat dan cetakan celana dalam yang sepertinya berwarna hijau sungguh menggoda saya.



Sementara Hanum memakai kaos lengan panjang warna orange dan rok panjang hitam, rambutnya tergerai dia tak mengenakan jilbabnya. Mereka tidak menyadari kedatangan saya. Hanum asyik mengupas bawang dan Anis sedang menggoreng sesuatu. Saya pun berjalan mengendap menghampirinya.

Saya pun menghampiri Anis dan tepat dibelakangnya, saya pun beberapa kali menelan ludah sampai dikejutkan oleh Hanum yang tampak menyadari kedatangan saya yang sedang menatap pantat bulat ibunya.

Hanum:”Eh Om Dendi” seketika Anis pun berbalik.

Anis:”Pak Dendi, belum selesai saya masaknya Pak” ucap Anis yang mengira saya mengecek sarapan.



Saya:”Oh gpp, saya lagi mencari istri saya”

Anis:”Oh, ibu lagi senam di dekat kolam renang Pak” ucap Anis tanpa menaruh curiga sedikitpun terhadap saya yang tadi mengintip pantatnya yang semok.

Saya:”Oh ya udah, saya ke kolam Nis, Hanum”

Hanum pun manggut, dan saya meninggalkan mereka, dengan sudut mata saya sempat melihat Hanum menunjuk pantat ibunya dan berbisik-bisik, sepertinya dia memberi tahu ibunya bahwa saya tadi habis memelototi pantatnya. Saya pun tak ambil pusing dan keluar dari dapur.



Kulihat istri saya memang sedang senam. Dengan menggunakan celana legging biru yang tipis, kaos hitam lengang panjang kombinasi strip merah dan jilbab merah sedang menungging. Saya pun iseng meraba pantatnya.

Wife:”Ah, kirain siapa…” sambil berdiri dan menoleh ke saya.

Saya:”Rajin amat senam”

Wife:”Biar bayi kita sehat Pah” ucapnya sambil mengelus perutnya yang mulai sedikit membuncit.



Wife:”Ayo ikut senam, biar perut kamu gak ikut hamil juga pah” sambil menunjuk perut saya dan kemudian tertawa. Akhirnya saya pun senam untuk menghilangkan alibi sudah memelototi pantat Anis.

Selesai senam saya pun sarapan dan mengantarkan Intan ke sekolah sekalian saya pergi ke kantor.

Saya pun sudah datang pagi-pagi dan belum terlihat satu pun team saya. Saya segera masuk ke dalam ruangan saya dan menanda tangani dokumen yang sudah menumpuk. Tak lupa saya pun memprint permohonan cuti. Saya lihat di luar anak buah saya sudah berdatangan termasuk si semok Ida yang belakangan sedikit cuek sama saya dan sulit saya mau ngajak bareng karena dia membawa mobil yang saya berikan.
 
PART 47

POV Suami




Saya pun segera menelpon ext Ida dan memintanya masuk ke dalam ruangan saya. Tak lama pintu diketuk dan Ida masuk ke dalam. Ida tampak memakai jibab warna putih dan kemeja kotak-kotak putih garis abu-abu dan celana model kulot warna cream yang ketat. Ida pun segera duduk di depan saya.

Ida:”Ia pak, ada yang bisa saya bantu? Ucapnya formal.

Saya:”gini bebz, tolong scankan ini dan kirim ke email Pak Hendro dan cc ke saya” saya pun memberikan form cuti saya ke Ida.

Ida segera menerimanya dan melihatnya.



Ida:”Kamu mau cuti, mendadak banget, family matter, memang ada apa?

Saya:”Gak ada apa-apa bebz, mau istirahat aza dulu sambil ngawasin renovasi rumah”

Ida:”Oh Ia, kamu lagi renov rumah ya, ya udah aku scan dulu ya, ntar ke lamaan” ucapnya dan segera berdiri dan berlalu. Pantatnya bergoyang, perempuan no 2 setelah istri saya yang special di hati saya, kalau saja bisa sudah saya jadikan istri ke dua saya.

Sepeninggal Ida saya pun mencoba melihat-lihat ponsel saya, dan benar ada chat dari Fani.



Chat Fani…

Fani:”Pagi Om………………………….???? Saya liaht dikirim jam setengah delapan tadi pagi

Akhirnya saya pun membalas chat Fani.

Saya:”Pagi juga manis, apa kabar…? Seketika muncul balasan, sepertinya dia memang lagi mainin hp.

Fani:” Heheh, baek om, om apa kabar?

Jiah, gua rasa chat waktu masa pacaran dulu.



Saya pun kembali mengirimkan balasan.

Saya:”Baek, ini Om lagi kerja”

Fani:”Ganggu dong…”

Saya:”Gpp” Tapi ku lihat Ida sudah selesai sepertinya, dia hendak masuk kembali ke dalam ruangan.

Fani:”Nanti aza kalau istirahat dilanjut chattingnya Om..”

Kebetulan kalau begitu.



Saya pun kembali mengirim pesan wa ke Fani untuk menutup chat kami.

Saya:”Eh, ia, kebetulan om dipanggil bos” balas saya berbohong.

Fani:”Ok Om, gpp”

Dan bertepatan dengan itu, Ida pun masuk ke dalam ruangan saya.

Dia pun memberikan saya selembar kertas.



Ida:”Pak, ini udah di sign Pak Hendro, saya print sekalian”

Saya:”Oh, langsung dibalas dia ya”

Ida:”Memang gak liat email?

Saya:”nggak, lagi liat-liat hp”

Ida:”Kan di Hp bapak juga sudah diinstal outlo*k”

Saya:”Ia tadi gak liat”



Ida:”Paling lagi liat bokep ya, pagi-pagi udah ngebokep aza”

Saya:”Enak aza, mending liat pantat kamu, makin semok aza, jadi penasaran cdnya warna apa? Ucap saya sambil menunjuk ke pantat Ida.

Ida:”Dasar, aku pakai cangcut warna hitam” ucapnya sambil duduk dihadapan saya.

Entah kenapa kontol saya menjadi tegang.

Saya:”Eh, bebz, minta tolong dong, kasihkan anak magang, biar dikasihkan ke hrd” ucap saya sambil memberikan print form cuti saya.



Ida:”Biar aku yang kasihkan aza bebz”

Saya:”Gak usah, biar anak magang yang kasihkan, kamu balik lagi ke sini, temenin aku”

Ida:”Hehe, kangen ya, mau ninggalin aku cuti”

Saya:”Hehe, ia, abis kamu sombong banget beberapa hari ini”

Ida:”Ia, lagi bimbang, biar ku berikan ke anak magang dulu bebz” ucap Ida sambil berdiri, kini dia memanggilku bebz.



Saat Ida berbalik, pantatnya pun segera saya tampar.

Ida:”Awww, kebiasaan, melakukan pelecehan seksual sama anak buahnya” ucap Ida sambil tertawa dan segera keluar dari ruangan saya.

Sepeninggal Ida, saya pun segera membuat email ke anak buah saya mengenai pendelagasian pekerjaan selama saya cuti.

Tak lama Ida pun masuk kembali ke dalam ruangan saya.

Saya:”Bebz, tutup gordennya” perintah saya, padahal kacanya gelap semua, tapi tetap khawatir dari luar akan bisa melihat kedalam.



Ida pun menutup gorden.

Ida:”Aku kunci gak?

Saya:”Gak usah, selotin aza”

Ida:”Sama aza, gak usah ya, ntar ada yang masuk repot, dan bakal curiga” ucap Ida yang segera duduk kembali berhadapan dengan saya.

Saya:”Padahal dikunci juga gpp, kayaknya anak-anak udah tahu kita selingkuh”

Ida:”Ia, si Dwi kayaknya yang nyebarin, makanya aku jaga jarak bebz”



Saya:”Oh, kirain bosan sama aku”

Ida:”Hehe nggak lah, masa udah dibeliin mobil, aku ngelupain kamu gitu aza, aku kan punya hutang sama kamu, jadi harus selalu siap buka kutang aku hihi” ucap Ida sambil tersenyum manis sekali.

Saya:”Duduk sini” ucap saya, sambil menepuk-nepuk paha saya.

Ida:”dasar” ucapnya tapi berjalan dan segera duduk di paha saya dengan posisi miring.

Tangan saya pun mulai meremas-remas susu Ida.



Ida:”Aggggh jangan bebz, ugghh nanti ada yang lihat” ucap Ida, tapi kenapa pula dia mau duduk dipangkuan saya.

Saya:”Katanya mau ngomong sesuatu? Tanya saya sambil tangan saya membuka kancing kemeja Ida sekitar tiga kancing. Tampak dada montok Ida yang tertutup bra warna hitam.

Tangan saya pun segera merogoh ke dalam dan masuk ke dalam bra Ida.

Ida:”Bebz aku hamil lho..”

Saya sedikit terkejut mendengarnya, Dewi hamil, Mega Hamil, Dwi hamil, Dina juga katanya hamil dan sekarang Ida hamil juga.



Saya:”Ia bebz, udah berapa bulan? Tanya saya sambil tangan kiri saya memilin-milin puting susu Ida dan lidah saya menjilati pipinya dan bibirnya.

Ida:”mmmpz, gak tahu, baru pakai tespec bebz”

Saya lumat bibir Ida dan dia pun membalas lumatan saya.

Saya:”Anak aku?

Ida:”Belum tahu, aku belum tahu usia kandunganku berapa lama, soalnya kamu dan suamiku selalu buang di dalam memek aku kan…”

Saya:”Mudah2an anak aku yang sayang”

Ida:”Ia bebz” sambil kembali kami ciuman dan bertukar lidah. Tapi kemudian Ida berdiri dan duduk di depan saya.



Saya:”Koq pindah?

Ida:”Takut bebz, entar ketahuan, aku dipecat”

Saya:”ke hotel yuk”

Ida:”Kamu gak tahan banget ya, nggak ah, kalau berani kamu datang ke rumah aza” ucap Ida.

Saya pun menjadi kecewa.



Saya:”Ok, aku nanti nginep ya…”

Ida:”Hehe dasar, eh bebz tahu gak?

Saya:”Tahu apa” ucap saya sambil membenahi celana karena si otong sempat berdiri kencang.

Ida:”ada yang ngetuk pintu”

Betul saja dan Dwi masuk membawa dokumen. Untung saja aku dan Ida sudah tidak ngapa-ngapain.



Dwi pun menaruh dokumen dan sempat melirik Ida dengan tatapan penuh curiga. Perut Dwi tampak semakin besar apalgi postur badannya mungil.

Dwi:”Pak, mohon di sign ya, sebelum bapak cuti”

Saya:”Baru hari Senin saya cuti, besok Jumat masih masuk koq”

Dwi:”Ia, takutnya besok banyak lagi”

Saya:”Ok, saya cek dulu”

Dwi pun permisi dan keluar dari ruangan saya.



Setelah Dwi pergi saya pun melanjutkan obrolan saya dengan Ida.

Saya:”Eh tadi mau ngomong apa?

Ida:”Itu, sekertarisnya Pak Hendro, itu temen kuliah Ida lho Pak…”

Saya:”Masa? Rasanya saya belum pernah kenal, baru kan sekarang PA nya Pak Hendro?

Ida:”Ia baru pak, sebenarnya gak baru juga, udah 4 bulan, udah lewat masa percobaannya”

Saya pun mengingat-ngingat, beberapa kali ke Jakarta menemui Pak Hendro tapi memang rasa kebetulan tak pernah bertemu dengan sekertarisnya.



Saya:”Kayaknya karena kalau saya ke Jakarta paling meeting terus b alik lagi ke sini, jadi sepertinya belum pernah ketemu”

Ida:’Ya sayang, padahal di cakep lho Pak, kan mungkin nanti dia jadi sekertaris bapak…”

Saya:”Gak tahu, saya males kalau kerjanya harus di Jakarta”

Ida:”Sayang sekali pak, kalau gak diambil, kan gajinya pasti jauh lebih gede”

Oh ya, mungkin tak kurang dari 2 bulan lagi Pak Hendro akan pension dan saya sudah dipanggil Pak Cristoper untuk menggantikan Pak Hendro, tapi rasanya berat harus kerja di Jakarta meski bisa pp akan sangat melelahkan, apalagi Dewi makin liar, bisa-bisa saya tidak bisa memantaunya.



Ida:”Koq malah ngelamun Pak, berat ya ninggalin saya hehe”

Saya:”Ia, ntar kamu tak ajak ke Jakarta ya, ikut aku, biar temenmu yang pindah ke sini bebz”

Ida:”Haha, nggak…jauh aku dari suami nanti dan pasti gak bakal diijinin”

Saya:”Kita sekalian kawin lari aza bebz”

Ida:”Capek dong pak hihi”

Saya:”Saya masih bingung, tapi saya sudah berterus terang berat kalau harus pindah ke Jakarta, udah saya sampaikan juga ke pak Cristo” Ucap saya lagi.



Ida:”Jadi alesan bapak apa ke Pak Cristo?

Saya:”Alasan saya ya factor keluarga, anak sekolah dan istri lagi hamil bebz”

Ida:”Terus apa tanggapan Pak Cristo bebz?

Saya:”Dia Cuma bilang pikir-pkir lagi, kesempatan emas gak sering-sering datang”

Ida:”Ia, sayang banget bebz, tapi kamu ada minta gak, kalau misalkan kerjanya di sini, dulu juga kan Pak Fadli kerjanya di sini saat masih head Finance gak di Jakarta, bareng pak Hendro di sini”

Saya:”Saya pun ada minta begitu, tapi kata Pak Cristo di Jakarta biar bisa mudah memantau anak perusahaan yang lain dan gampang koordinasi”



Ida tampak men arik nafas panjang.

Ida:”Sayang banget ya Bebz”

Saya:” ia sich, tapi mau gimana, pasrah dech”

Ida:”Sayang banget padahal, jadi gak ketemu Pertiwi hihi”

Saya:”Pertiwi siapa?

Ida:”Itu temen aku yang jadi PA pak Hendro bebz, namanya Pertiwi”

Saya:”Memang seperti apa orangnya Pertiwi sich?

Ida tampak mengambil ponsel dari saku celananya.



Ida:”Nich, ini orangnya” ucap Ida sambil memperlihatkan sebuah photo di galeri hapenya. Tampak photo seorang wanita full body, memakai jilbab hitam blouse dan kemeja putih dan rok panjang hitam berpose di depan lobby kantor regional office di Jakarta.

Ida:”Cantik kan bebz”

Saya:”Ia banget, putih banget lagi kulitnya”

Ida:”Lebih cakep dari aku kan, langsing lagi, temen kuliah aku itu”

Badannya memang tinggi sepertinya dan langsing juga



Saya:”Ia, posturnya mirip-mirip Dewi pas awal baru nikah sama aku”

Ida:”Hehe, nyeselkan, berupa pikiran gak, dia agak bandel juga lho, suka godain cowok ganteng”

Saya:”Masa? Udah nikah apa belum”

Ida:”Udah sich hehe”

Saya:”Oh, kirain masih perawan”



Ida:”Udah bolong, hihi, tapi belum punya anak, mungkin belum setahun dia nikah”

Saya:”Oh, tapi aku kebetulan gak pernah lihat dia, atau mungkin lihat tapi gak focus”

Ida:”Ia, pasti udah pernah ketemu dan kamu nggak ngeh, dia bilang pernah lihat koq dan ketemu kamu”

Saya:”Masa, dia ada nanya?

Ida:”Ia, karena dia diberitahu Pak Hendro bahwa kamu bakal gantikan dia, jadi dia nanya-nanya ke aku”

Saya pun baru mengerti.



Saya:”Terus kamu bilang apa saja?

Ida:”Bilang semua lah, hihi, gak semua, tapi bilang kamu nakal, suka godain sekertarisnya”

Saya:”Tega,masa kamu bilang gitu?

Ida:’Beneran koq aku bilang gitu, aku bilang ke dia, jangan kaget entar kalu tiba-tiba pantat kamu diremes atau di tepok sama Pak Dendi, aku bilang begitu”

Saya:”Hah, bisa aja kamu bercanda”

Ida:”Ia koq, beneran aku bilang gitu bebz, hehe, ya karena aku tahu dia orangnya gimana”



Saya:”Terus dia bilang apa?

Ida:”Dia bilang, biar, nanti kalau pantat aku diremes biar aku cium dia, gitu katanya hihi”

Saya:’Bisa saja”

Ida:”Aku keluar dulu ya”

Saya:”di sini saja ngapa?

Ida:”Gak enak sama temen-temen” ucap Ida yang segera berlalu meninggalkan saya sendiri di ruangan.



Sepeninggal Ida saya pun kembali focus kepada pekerjaan. Sorenya Ida pun kembali mendatangi saya. Saya masih sibuk menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum cuti hari Senin nanti. Ida pun segera duduk di kursi tepat dihadapan saya.

Ida:”Pak jadi ke rumah aku”

Saya:”Oh, ia jadi, tapi aku gak nginep ya”

Ida:”Kenapa gak jadi nginep?

Saya:”Susah nanti izin sama Dewi, jadi aku mau bilang mau lembur, jadi bakal pulang telat”

Ida:”Oh ya udah, ia juga”



Akhirnya jam 5 saya pun pergi ke rumah Ida menggunakan mobil masing-masing.

Kami sempat membeli makanan di jalan juga lauk pauk untuk di masak nanti. Lebih kurang dari 30 menit kami sampai di depan Rumah Ida. Ida segera memarkir mobilnya. Sudah tersedia tempat parkir dengan atap tertutup. Sementara saya terpaksa parkir di sampingnya.



Ida pun segera turun dari mobil dan mengajak saya masuk. Ida meminta saya duduk dulu di sofa, katanya dia mau ngelihat anaknya dulu. Saya pun duduk sambil bersandar di sofa, belum ku lihat Wilton suami Ida dan akupun lupa Tanya sama Ida di mana suaminya.

Tak lama Ida datang sambil menggendong anaknya yang mulai terlihat besar.



Ida pun duduk di sofa single.

Saya:”Wah, udah makin besar anak kamu bebz”

Ida:”Ia dong, kan di kasih makan sama susu hehe” ucapnya sedikit nakal sambil memegeng sebelah payudaranya.

Saya:”Hehe, ngomong-ngomong mana suami kamu?

Ida:”Suami aku paling masih di jalan”

Saya:”Oh, berarti sift siang ya?

Ida:”Ia, sift siang, gpp kan ada suami aku, ada tidak ada dia, dia pasti bolehin koq kamu gagahi aku hehe”



Saya:”Tumben kamu nakal, awas ya nanti”

Ida:”Hihi, eh sampai lupa, aku buatin minum dulu ya, mau minum apa bebz?

Saya:”Gak usah report-repot, yang ada di sini aza, minum susu” tunjuk saya ke arah teteknya Ida.



Ida:”dasar ah, ini punya suami dan anakku, aku tinggal dulu ya” ucapnya sambil memegang teteknya sendiri lalu berlalu sambil menggendong anaknya menuju ke dapur.

Tak lama Titin datang membawa nampan berisi gelas kosong dan sebotol minuman air mineral dingin ukuran 1.5 liter beserta beberapa makanan ringan yang saya dan Ida beli di jalan tadi.

Titin pun segera menaruh minuman dan makanan di meja.



Titin:”Sialhkan pak”

Saya:”ia, ia, eh ibu mana? Saya ingat Ida tadi bilang dia yang mau buatin minum

Titin:”Langsung masak di dapur pak” Ucap Titin yang kemudian permisi untuk balik ke belakang.



Karena perut sudah lapar saya pun segera menyantap makanan ringan yang sudah disediakan. Tak lama terdengar suara motor dan tampak Wilton datang. Wilton pun segera masuk ke dalam rumah dan segera saja duduk di sofa single.

Saya:”Baru pulang Pak?

Wilton:”Ia pak, bapak sudah lama, tadi pas sebelum pulang saya lihat pesan wa Ida, bapak mau ke sini”

Saya:”Lumayan pak, setengah enam tadi”



Wilton:”saya tinggal mandi dulu pak, nanti kalau bapak mau mandi bisa gentian”

Saya:”Oh silahkan pak” Wilton pun segera bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan saya. Sepeninggal Wilton saya pun menutup kaca dengan gorden, karena di luar mulai tampak gelap.



Setelah itu saya pun duduk kembali, belum tahu harus ngapain. Saya pun kemudian membuka ponsel dengan niat memberi tahu Dewi kalau saya lembur sampai malam. Saat buka wa, saya lihat cukup banyak pesan dari Fani, membuat saya sedikit rishi juga. Saya belum sempat membacanya. Saya terlebih dahulu mengirim pesan ke Dewi dan langsung di balas, sepertinya dia lagi pegang hp juga.



Setelah memberi tahu Dewi saya sedikit lebih tenang, bersamaan dengan itu Wilton datang, tampak sudah rapi sambil menggendong anaknya.

Wilton:”Mandi dulu pak, langsung ke belakang saja”

Saya:”Ia Pak” saya pun segera berdiri dan pergi meninggalkan Wilton menuju dapur.

Sampai di dapur ku lihat Ida dan Titin sedang sibuk memasak.

Melihat Saya Ida pun segera menghampiri saya.

Ida:”mau mandi bebz?

Saya:”Ia, tapi baru ingat gak bawa baju ganti”

Ida:”Ya pakai baju itu lagi gpp, handuknya pakai handuk aku aja ada di kamar mandi digantung, atau mau pinjem cangcut aku lagi hehe”

Saya:”hehe, neggak dech”

Saya pun segera masuk dalam kamar mandi. Bada terasa segar begitu terkena air. Selesai mandi saya pun segera keluar dan ku lihat Wilton sudah duduk di depan meja makan sambil memangku anaknya.



Saya pun segera duduk bergabung dihadapan Wilton. Wilton pun segera membuka pembicaraan.

Wilton:”Gimana segeran pak..?

Saya:”Ia Pak, seger setelah mandi” ucap Saya. Ku ihat Ida danTitin masih belum selesai masak.

Wilton:”Masih lama mah? Tanya Wilton sama istrinya Ida.

Ida:”Masih agak lama Pah, lauknya ini yang belum selesai, kalau nasi udah mateng, udah laper banget memangnya? Ambil cemilan aza, masih banyak di kulkas”



Wilton:”Gak, Cuma bosan nunggu” ucap Wilton yang lalu berdiri dengan masih menggendong anaknya.

Wilton:”Titip si dedek sebentar pak” ucpanya menyerahkan anaknya kepada saya, saya pun segera menggendong anaknya Wilton.

Wilton tampak berjalan menuju istrinya. Tampak Wilton mendekati istrinya yang sedang membelakanginya. Mata saya pun langsung tertuju kepada Pantat bulat Ida yang memakai celana kain warna cream di mana cdnya tercetak dengan jelas di pantat bulatnya dan terlihat membayang berwarna hitam.



Sementara itu tiba-tiba Wilton memegang pinggiran celana istrinya dan menariknya turun, spontan Ida kaget.

Ida:”Awww, ih papah mau ngapain? Sambil sebelah tangannya memegangi ujung celananya.

Wilton:”Bosan kita mah, jadi kasih tontonan, kalian masaknya bawahannnya pakai cangcut doang” ucapnya kembali menarik celana Ida.

Ida kali ini membiarkan suaminya menarik turun celananya sambil tersenyum melihat ke saya.

Wilton pun berhasil melepas celana panjang Ida. Kini pantat semok putih Ida pun hanya terbungkus cd warna hitam.



Kemudian Wilton mendekati Titin yang dari tadi Cuma bengong. Titin pun sedikit menjauh ketakutan.

Wilton pun segera memeluk Titin dari belakang. Wilton pun menarik celana pendek mirip kolor warna merah yang dikenakan Titin.

Titin:”Jangan Pak, ah Bu tolong” ucapnya sambil melihat kepada Ida.

Ida:”Udah biarin saja Tin, kita kasih tontonan menarik sama mereka, toh gak telanjang, kita masih pakai cangcut” ucap Ida.



Titin pun terdiam dan Wilton segera menarik celana pendek Titin hingga lepas. Kini Titin Cuma memakai kaos belang putih hitam dan cd warna pink, cukup montok juga walau tak semontok Ida.

Plok..

Titin:’Aw…” tampak Wilton menampar pantatnya Titin dan segera berjalan menuju saya. Sementara Ida hanya senyum-senyum saja.



Ida:”Ayo kita lanjutkan lagi masaknya Tin, biar cepat kelar, eh kamu gak usah pulang ya, bilang ke suami kamu, kamu lembur, nanti saya tambahin”

Titian:”Ia bu” meski sambil terlihat malu-malu Titin pun melanjutkan masaknya.



Sementara Wilton kembali duduk di tempat semula. Wilton pun meminta saya menyerahkan kembali anaknya.

Kini kami pun duduk seperti tadi sambil mata kami tertuju pada pantat dua perempuan yang lagi masak dan hanya terbungkus celana dalam, kebetulan baju mereka pendek jadi tak dapat menutupi pantatnya.



Akhirnya Ida dan Titin pun selesai memasak. Mereka pun segera menaruh piring gelas beserta makanan di meja makan. Ketika menaruh makanan, kebetulan Titin kebagian di sebelah Wilton. Saat Titin menauh piring gelas, Wilton kembali iseng, kali ini meremas pantat Titin.

Titin:Awww, jangan Pak” Sambil menahan tangan Wilton yang tetap saja meremas pantatnya.

Sementara Ida hanya senyum-senyum saja. Terinpirasi ulah Wilton sayang pun iseng meremas-remas pantat Ida saat dia menaruh makanan di meja juga.



Ida:”Awww, papah nich, bos aku jadi ikutan nich ngeremisin pantat mamah” ucap Ida dengan nada manja.Sementara Wilton hanya cengar-cengir.

Lalu Ida pun duduk di samping saya.

Ida:”Tin, ayo makan bareng” ucapnya ketika melihat Titin akan pergi.

Titin:”Nanti saja bu”

Wilton:”Ayo bareng, duduk sini” ucapnya sambil menepuk-nepuk kursi di sebelahnya.



Titin pun menatap Ida, ida pun menganggukan kepalanya.

Titin pun terpaksa duduk di samping Wilton.

Ida pun mengambilkan nasi buat saya dan suaminya, kemudian untuk dirinya sendiri. Titin pun dengan sedikit malas akhirnya menyedok nasi. Kami pun mulai makan. Ida makan sambil menyuapin anaknya yang kini telah berpindah kepangkuannya.



Saat sedang makan tampak Titin terlihat gelisah, sementara Wilton tampak senyum-senyum saja, sepertinya Titin makan sambil diraba-raba oleh Wilton.

Ida pun tampak menangkap kegelisahan Titin.

Ida:”Kenapa Tin, kamu goyang-goyang terus?

Titin:”Bapak ini bu, ngeraba-raba anu aku” ucapnya sambil cemberut.

Ida:”ngeraba apa? Tanya Ida pura-pura tidak mengerti.



Titin sepertinya kebingungan mau menjelaskan, ia merasa tidak enak. Titin pun diam saja.

Ida:”Papah ngapain sich?

Wilton:”Papah lagi makan”

Ida:”Tapi gangguin Titin kan?

Wilton:”Gak ada mah” ucap Wilton sambil menggelengkan kepalanya juga.



Ida:”Gak mungkin Titin gelisah gitu, biarikan dia makan dengan tenang Pah”

Wilton tidak berkomentar. Tapi kali ini Titin sudah terlihat tenang. Saya pun lebih dulu menyelesaikan makan saya.

Ida:”Nambah bebz..”

Saya:”Udah cukup, udah kenyang”

Ida:”Yakin gak nambah? Biar staminanya kuat buat garap aku nanti hihi” ucapnya. Saya pun menggelengkan kepala saya.



Tampak Titin hendak berdiri.

Ida:”Kemana Tin?

Titin:”Mau nyuci piring bu”

Ida:”Nanti saja, aku bantuin koq, duduk aza dulu, nyantai dulu, kita ngobrol-ngobrol” ucap Ida.

Titin pun kembali ke tempat duduknya semula.



Ida:”Tin, udah izin ke suami?

Titin:”Udah bu, sudah saya sms”

Ida:”Syukurlah kalau begitu” Ucap Ida yang masih menyuapi anaknya.

Sementara Titin kembali terlihat gelisah.



Ida:”Kenapa lagi kamu Tin?

Titin:”Bapak bu, ini ah, nyabakan momok wae” ucapnya, tangannya tampak turun ke bawah meja.

Ida:”Papah kenapa lagi, gangguin Titin terus”

Wilton:”Hehe..” Wilton hanya terkekeh saja.

Ida pun sejenak menundukan kepalanya melihat dari bawah meja.



Ida:”Pantes aza bebz, suami aku ngeraba-raba memeknya Titin mulu”

Saya pun ikut-ikut melongokkan kepala saya ke bawah meja, dan benar saja, tangan Wilton sedang meraba-raba memeknya Titin dari luar celana dalamnya.

Ida:”Ia kan bebz” ucapnya lagi setelah kepala saya kembali tegak.

Saya:”ia, kamu mau juga” ucap Saya, sambil tangan saya langsung ngeraba selangkangan Ida melalui bagian bawah lipatan betisnya yang duduk sambil memangku anaknya.



Ida:”Awwww, gara-gara papah nich, pak Dendi jadi ngerabain memeknya mamah”

Wilton:”Tapi mamah suka kan, memeknya diraba pak Dendi?

Ida:”Hehe, suka, tapi ah, ini kan sambil mangku si dedek, masa memek mamah diraba-raba”

Sementara saya sekarang sudah semakin berani, saya pun turun dari kursi dan duduk di samping Ida sambil tangan saya tetap meraba memeknya Ida dari luar cdnya. Ida pun melebarkan kedua pahanya sambil tetap menyuapin anaknya yang masih anteng saja.



Ku lihat Wilton pun ikutan duduk di samping kursi Titin, tapi tiba-tiba Titin berdiri setengah berlari meninggalkan Wilton. Saya hampir saja tertawa. Wilton pun kemudian duduk kembali, sementara Ida tertawa terbahak-bahak.

Ida:”Hahaha, kacian si papah, Tin cuci piring aza ya, kasihan kamu digangguin mas Wilton mulu” ucap Ida.

Sementara tangan saya kini sudah masuk melalu celah cd Ida dan sudah bersentuhan langsung dengan memeknya Ida.

Ida:”Aaagh, Pah, Pak Dendi nakal ini tanganya udah masuk ke cangcut mamah iiihh”

Wilton:”Enak mah, sini si dedek biar papah pangku, biar mamah leluasa” ku lihat dari bawah Wilton berjalan mendekati Ida dan tampak mengambil anaknya dari pangkuan Ida kemudian duduk kembali.



Saya pun kini berbindah ke antara dua kaki Ida dan aku lebarkan lagi pahanya. Tanganku kembali ku masukan ke dalam cd Ida dan kembali meraba-raba memeknya yang bulunya lumayan lebat juga, terasa di telapak tangan saya.

Ida:”Aaaih, Pah, ini itil mamah dimainin pak Dendi”

Wilton:”mamah nakal sich makan pakai cangcut doang”

Ida:”Kan papah yang tadi perosotin celana mamah aaah, kena itil mamah jarinya pak Dendi uuh”

Saya pun kini tarik turun cd warna hitam milik Ida, dan Ida pun mengangkat pantatnya memudahkan saya untuk menarik lepas celana dalamnya.



Setelah lepas kini kembali saya lebarkan kedua paha Ida dan saya mendekat ke memeknya.

Ida:”Aaaagh Pah, cangcut mamah ditarik lepas sama Pak Dendi”ucap Ida yang tengah memancing birahi suaminya yang seperti saya senang melihat istrinya digarap orang lain.

Sekilas saya melihat Wilton meraba-raba selangkangannya yang di mana di atasnya anaknya duduk.

Ida:”Pah, si Dedek kasihkan Titin aza”ucap Ida.

Aku pun melihat Titin berjalan dan sudah mengenakan celananya lagi. Dia pun mengambil anaknya Ida dari pangkuan Wilton. Saya pun mulai menjilati memeknya Ida perlahan-lahan menelusuri belaha memeknya.



Ida:”Aaaah, Tin tolong kamu tidurikan si Dedek di kamar aku ya”

Tak terdengar jawaban dari Titin tapi kulihat dia berjalan melewati tempat duduk Ida dan masuk ke ruang tengah.

Ida:”Aaauh, Pah, memek mamah dijilatin sama Pak Dendi iiih, kena itil mamah ujung lidahnya” ucap Ida nakal sambil bergoyang-goyang. Tak terdengar komentar dari Wilton, entah apa yang dia lakukan sekarang melihat istrinya sedang saya kerjain.

Ida:”aaag Pah, papah nich malah coli bukan marah liat bos mamah ngejilatin memeknya aku” rupanya sekarang Wilton sedang coli.



Ida:”Cini Papah, biar mamah isep kontolnya papah” ucap Ida.

Sementara lidah saya semakin dalam masuk ke memeknya Ida yang sudah semakin basah.

Wilton pun tampak sudah ada di samping Ida. Ku lihat Ida mulai menjilati kontol suaminya.

Ida:”Uuugh..hhhuuuuhhh..uguggh” Ida setengah merintih tapi mulutnya tersumpal kontol suaminya.

Ku lihat Ida melepaskan kontol suaminya dari dalam mulutnya.

Ida:”Aggh bebz udah dulu, momok aku dah basah banget ini, Pah, kita pindah ke kamar yuk” ku lihat ida mengangkat kedua tangannya dan melingkari leher suaminya minta digendong.

Wilton pun segera menggendong istrinya.



Wilton:” Pak Dendi, mari kita lanjutkan di dalam kamar pak” ucapnya tanpa menunggu jawaban saya segera berjalan meninggalkan dapur sambil menggendong istrinya. Saya pun segera keluar dari kolong meja dan mengikuti mereka. Sesampainya di depan kamar, Wilton pun segera membuka pintu kamar dan masuk ke dalamnya, saya pun segera menyusul masuk ke dalam.

Di kasur tampak anak Ida sudah tertidur dan masih ada titin di sampingnya.

Melihat kedatangan kami, Titin pun segera bangun dan keluar dari dalam kamar. Tapi di cegah oleh Wilton.



Wilton:”Udah kamu di sini saja, jagain anak saya sambil nonton kita” ucap Wilton yang merebahkan badan Ida di samping anaknya.

Titin tampak kebingungan.

Ida:”Tutup dan kunci pintunya bebz” ucap Ida. Saya pun segera menutup pintu kamar dan menguncinya, kebetulan kuncinya tergantung di pintu.

Titin:”saya gimana bu”

Ida tampak berdiri dan turun dari ranjang, bagian atas pakaiannya masih lengkap sedang bagian bawahnya sudah tak mengenakan apa-apa hanya cdnya yang masih tergantung disebelah pahanya.



Ida tampak berjalan mendekati lemari dan membukanya kemudian mengeluarkan sebuah kasur lipat berukuran sedang.

Ida:”Tin, ambil ini kamu tiduran di kasur ini sama si Dedek di bawah” Ucap Ida. Titin pun kemudian mengambil kasur lipat tersebut.

Ida:”Pindahin si Dedeknya ya Tin, soalnya kasurnya mau di pakai kita ewean, tuh dua lelaki buas udah gak sabar mau nodain aku” ucap Ida setengah bercanda.

Titin pun segera mengelar kasur lipat di lantai beberapa meter dari springbed. Ku lihat Wilton mengendong anaknya dan memindahkan ke kasur di bawah.

Wilton:”Kamu tunggu sini ya, nanti giliran kamu digarap” setengah berbisik tapi tetap kedengaran oleh saya.



Wajah Titin pun Nampak sedikit pucat. Sementara ida hanya senyum-senyum saja.

Wilton:”mari pak” ucapnya ke saya yang masih berdiri di samping springbed. Wilton menuntun istrinya Ida naik ke atas kasur.

Wilton pun melepaskan celananya lalu kembali menyodorkan kontolnya yang hitam ke mulut istirnya. Ida pun segera membuka mulutnya dan mencaplok kontol suaminya. Saya pun segera mendekati mereka dan melepas semua pakaian saya. Segera saya pun menyodorkan kontol saya yang masih setengah tegang ke Ida.

Tangan Ida pun segera menggenggam kontol saya dan mulai mengocok-ngocoknya. Sementara kulihat Titin focus melihat perbuatan terlalrang kami sambil duduk di samping anaknya Ida.



Sementara itu tak berapa lama Ida lalu melepaskan kontol suaminya dari mulutnya, lalu dia meludahi kontol saya dan kemudian memasukan ke dalam mulutnya dan kebalikan dari tadi kini tangannya mengocok-ngocok kontol suaminya. Kontol saya pun mulai mengeras sempurna. Ida kemudian mengeluarkan kontol saya dari mulutnya tapi tetap dia pegang dekat mulut. Kini dia menarik kontol suaminya sehingga kedua kontol kini ada di dekat mulutnya. Kini Ida bergantian menjilati kontol saya dan kontol suaminya.

Sambil dijilati saya pun melucuti baju Ida hingga hanya bh yang menutupi payudara montoknya. Saya pun menarik kontol saya dari tangan Ida dan bergerak ke belakangnya. Saya lepaskan kait bh Ida lalu saya tarik hingga lepas dan saya lempar ke arah Titin yang sedang melihat kebinalan Ida digarap dua lelaki.



Titin pun terkejut, mukanya tampak merah, mungkin dia sange juga. Kini tangan saya pun bebas meremas-remas susu milik Ida.

Ida:”Aaagh, aduh enak uuuuuh, mamah sange pah, ayo masukin” ucap Ida sambil melepaskan genggaman tangannya dari kontol Wilton.

Wilton:”Siapa dulu mah, papah atau pak Dendi?

Ida:”Siapa aza yang penting punya kontooool” ucap Ida dengan nada genit.

Saya pun menuntun Ida untuk berdiri. Wilton pun paham dia segera berebah, kontolnya sudah tegak mengacung ke atas.

Ida pun segera menunggangi suaminya. Sementara saya duduk di sampingnya masih meremas-remas toket Ida.



Ida pun tampak mengurut-ngurut kontol suaminya sebentar lalu mengarahkan ke lubang memeknya.

Ida:”Pah, aku masukin ya kontolnya” sambil menurunkan pantatnya, dan sekejap seluruh kontol Wilton sudah tertelan oleh memeknya.

Ida:”Aaah nikmat pak Dendi, cini aku isep lagi kanjut kamu” ucap Ida kepada saya.

Saya pun segera berdiri lagi dan mengarahkan kontol saya ke mulut Ida. Ida pun segera mencaplok kontol saya.

Sambil naik turun di atas tubuh suaminya, Ida pun memberi saya blow job.



Sementara Wilton pun tak tinggal diam, tangannya meremas-remas toket Ida sampai asinya muncrat-muncrat.

Ida:”Aaagh Pah, mmmmmppppph” suara Ida tertahan karena mulutnya tersumpal oleh kontol saya.

Kontol saya pun semakin mengeras saja. Saya pun mencabut kontol saya dari mulut Ida. Lalu saya bergerak kebalakang Ida. Saya pun mengarahkan kontol saya ke pantat Ida.

Ida:”Aaagh Pak Dendi, gak mau, jangan disodomi” ucap Ida sambil tangannya menghalangi kontol saya di pantatnya.

Wilton:”Biar aza mah, nanti juga enak, kamu kena dp”

Tapi Ida tetap tidak mau, dia menggelengkan kepalanya.



Ida:”Gantian aza yap ah, biar pak Dendi masukin kontolnya ke memek mamah” ucap Ida yang tanpa menunggu jawaban dia bangkit lalu terlepaslah kontolnya Wilton. Ida pun segera merebahkan badannya di samping Wilton. Wilton pun terpaksa bangkit dan duduk di samping istrinya.

Saya pun segera melebarkan paha Ida dan mengarahkan kontol saya ke memeknya.

Ida:”pelan-pelan Bebz, jangan kasar, aku kan lagi hamil” ucap Ida keceplosan.

Wilton:” kamu hamil mah?

Ida:”Egggh ia pah, gpp kan? Ucap Ida.



Sementara saya sudah mulai mendorong kontol saya memasuki lubang memeknya Ida. Memek Ida pun seperti terbelah dan terasa lembab.

Wilton:”ya gpp mah, memang kenapa?

Ida:”Aaagh enak kontolnya Pak Dendi panjang pah,,uuugggg sampai rahim” Ida tidak menjawab pertanyaan Wilton. Sementara saya mulai maju mundur sambil tangan saya meremasi kedua susu Ida. Saya pun segera menundukan badan saya dan menghisap puting susu Ida dan menelan asi yang keluar. Terasa hangat dan cukup manis.

Ida:”Aaah isep yang kuat bebz” ucapnya, sementara tangannya mengocok-ngocok kontolnya Wilton.

Ploook..ploook..ploook saya pun mulai menyetubuhi Ida id depan suaminya.

Ida:”Aaagh Pah, mamah digagahi Pak Dendi uughhhh, kehormatan mamah dirampas” ucap Ida sambil menatap saya wajah suaminya.

Wilton:”Nikmati mah, kamu kan suka sama pak Dendi” ucapnya sambil membungkuk dan melumat bibir Ida istrinya.

Mereka pun berciuman sementara saya menggenjot memek istrinya tersebut. Kedua paha Ida saya angkat ke samping badan saya agar saya bisa menusuk memeknya lebih dalam lagi.



Ida:”aaagh Pah, uuugh pak Dendi enak aaghj, zinahi aku di depan suami aku uugh” ucap ida meracau tapi mulutnya segera disumpal oleh kontol Wilton.

Ida:”mmpmmmphhh, uuggghuuuh, ugugughhhh”

Tiba tiba Wilton menarik kontolnya dari mulut Ida. Dia menghampiri saya, saya piker dia minta gentian padahal saya baru sebentar.



Wilton berbisik di telinga saya yang masih menggenjot memek istrinya.

Wilton:”Pak, kamu ewe istri aku sambil kamu pangku, aku mau masukin boolnya” ucapnya dan kemudian trun dari ranjang.

Saya pun segera mengangkat badan Ida, ternyata cukup berat karena lebih montok dari Dewi.

Ida:”aaagh sayang, kamu mau ewe aku sambil diri” aku tak jawab tapi perlahan membawa ida turun dari ranjang.

Ida:”aaakgh enak Pak Dendi, enak Pah awwww gak mau” ucap Ida yang kaget saat suaminya tiba-tiba mendekap dia dan berusaha memasukan kontol ke pantatnya.

Ida mencoba berontak tapi kami berdua mendekapnya dengan erat.

Ida:”Gak mau pah, jangan aaaah gak suka, titin tolong aku mau disodomi”

Tapi apa daya Wilton sambil meludahi kontolnya kemudian segera mengepaskan kontolnya dengan lubang anus Ida yang tka bisa bergerak lagi.



Ida:”Aw, anjing aku gak mau pah, jahat, saaaakit”

Wilton:”kan udah pernah waktu di puncak, gak seru kamu digarap berdua tapi gak di dp”

Ida:”Gak suka, aaah sakit, pak Dendi tolong lepasin aaaah sakit” tampak kontol Wilton sudah mulai memasuki boolnya Ida.

Wilton:”Nikmati aza mah nanti juga enak” ucap Wilton.

Saya pun segera melumat bibir Ida dan kami berciuman sambil bertukar ludah dan lidah.

Ida:”aaakh masuk semua Pak Dendi kontol suami aku ke bool Ida aaaagh”

Saya:” nikmati saja sayang uuugh” Saya dan Wilton pun mulai menggenjot ida berantian, agak susah mengatur ritmenya, tangan Wilton pun segera membantu saya yang keberatan menyangga pantatnya Ida.



Ida:”aaagh uuuh perih aaah”

Saya manfaatkan kesempatan ini untuk menghisap susunya Ida. Asinya banyak seklai ternyata begitu saya sedot pun langsung memancar keluar.

Ida:”Uuugh sayang aah, papah , nenen aku diesep pak Dendi aaakkhhhh”

Wilton:”Hhohh, pak Dendi, rebahan saja kalau capek” ucap Wilton, dia menyadari saya kelelahan.

Saya pun bergeser menuju ranjang dan setelah sampai saya pun menjatuhkan badan saya ke kasur. Ida ikut menindih saya sementara Wilton tampak sudah melepas kontolnya dari anus Ida.



Wilton pun kembali naik ke ranjang dan mengarahkan kontolnya ke anus Ida, kali ini taka da penolakan dari Ida.

Ida:”aaakh Pah..uhhhhh ampunn uuuuuh” ploook..ploook..plook Wilton pun menggenjot ida dari belakang dan Ida turun naik di atas kontol saya.

Ida:”Aaakh pah, udah akkkh perih, masukin di memek aza”

Wilton pun kemudian menarik kontolnya dari lubang pantat Ida, saya pun hendak mencabut kontol saya dari memeknya Ida tapi segera dicegah oleh Ida.

Ida:”Biar aza bebz, pah, masukan aza punya kamu juga ke momok aku” ucap Ida.

Wilton pun segera menuruti perintah istrinya dan mengarahkan kontolnya ke memek Ida yang masih tersumpal kontol saya. Susah payah Wilton mendorong kontolnya dan akhirnya perlahan masuk ke memek Ida.



Wilton:”Kamu pengen ngerasain dua kontol sekaligus di dalam memek kamu mah?

Ida:”Ia pah, aku pengen dua kontol sekaligus masuk ke momok aku, kayak kak Dewi akkkkh masuk Pah, ternyata momok aku muat dua kontol”

Saya:”Enak bebz? Ucap saya lalu melumat susu Ida yang menggantung depan mata saya.

Ida:”aaagh enak aaaagh penuh banget memek aku pah, aaahhhh bisa robek momok mamah pah aaagh”

Ploook…ploook… Wilton mengambil kendali dan menggenjot istrinya dengan kecepatan tinggi.

Ida:”aaaagh ampun Pah, aaahg ampun”



Saya sendiri memang merasa sesak dengan adanya kontol lain di memek Ida.

Wilton sepertinya sudah mau keluar, dia semakin cepat mendorong kontolnya keluar masuk memek Ida yang sekarang terasa makin licin dan basah.

Ida:”Aaah, enak,aaah,aaah, gancet bertiga uuugh, gancet dua kontol di momok uuugh robek”ucap Ida maracau dan mengejang, memeluk saya dan mulutnya melumat bibir saya, sementara Wilton pun berguling ke samping dan sebelumnya saya merasa semprotan hangat di dalam memek ida, aku juga jadi merasakan tidak hanya memek ida yang berkedut tapi kontol Wilton.



Ku lihat Wilton langsung terlentang . Saya yang belum selesai membiarkan Ida istirahat sejenak. Ida masih menciumi saya.

Ida:”Mmmpz, bebz kamu belum bucat?

Saya pun menggelengkan kepala. Ida pun bangkit dan kini duduk di atas paha saya dan kontol saya masih tertancap di memeknya.

Ida:”aaag Bebz, aku goyang lagi ya, agak becek ya momok aku, karena pejuh si papah” ucapnya yang kemudian perlahan mulai naik turun lagi di atas kontol saya.

Saya pun mengimbangi dari bawah sambil meremas-remas tetek Ida yang berguncang-guncang.

Ida:”Aaagh Pah, liat sini,aku dientot bos aku nich uuuh” ucap Ida dengan nada manja kepada suaminya. Aku pun melirik Wilton, tampak dia mengusap-usap kontolnya yang sudah layu.



Ida:”Aaagh enak bezb aaagh, gila rasanya ewean di depan suamiku uugh” ucap Ida sambil tersenyum kepada suaminya

Saya pun kini memegang pantat Ida dan mempercepat sodokan kontol saya.

Ida:”Aaagh Bebz, Pah, aku pelacur uuuh ngentot depan papah” ucap ida tetap memanasi kuping suaminya.

Saya:”aaaagh Bebz enak memek kamu uugggh”

Ida:”Kontol kamu juga pak Dendi panjang uuuhg sampai Rahim uuh, ayo gagahi aku yang kenceng depan suami aku” Ucap Ida sambil kini dia menunduk memeberikan lagi susunya untuk aku isap. Ploook..ploook benturan paha saya dan pantat bulat Ida terdengar nyaring.



Ida:”aaagh aku mau keluar lagi aaaagh”

Saya:”Barengan bebz” ucap saya samibl mempercepat sodokan saya secepat mungkin dari bawah sampai Ida mendelik.

Ida:”Aaagh aku dapat lagi” ucapnya mengejang dan memeluk saya. Saya pun membenamkan kontol saya dalam-dalam ke memek Ida dan crooot…crooot…crooot sprema saya tak tertahankan lagi mengisi lubang memeknya Ida.

Kami berdua pun berciuman dengan sanagt hangat.

Ida:”I love you” ucapnya berbisik di telinga saya dan kemudian berguling ke samping saya. Wilton pun memberi ruang agar ida bisa berada di tengah tengah.

Wilton:”Gimana kamu puas?

Ida:”aaah puas banget pah, tapi ada malunya juga, aku dinodain depan kamu juga Titin” ucap Ida dengan nada manja.



Wilton:”Masih bercanda saja kamu mah”

Saya pun baru nyadar kita bertempur di atas ranjang sambil di tonton Titin, saya lihat Titin masih bengong melihat kami, matanya seperti tidak berkedip.

Ida:”Kalian capek?

Saya:”ia dong pasti capek, memang kamu gak capek bebz?

Ida:”Pasti capek, aku habis digilir hehe,malah di double di memek sekaligus hihi, perih-perih enak tapi pah, bebz hahah”

Wilton:”Jadi kamu suka mah?

Ida:”Suka pah, awalnya penasaran, tapi beneran yang di anus perih ih, masih agak perih”

Saya:”Berarti kamu jangan beol dulu bebz”

Ida:”Ih jorok”



Ida:”Kalian capek ya, kalau gak capek, tuch ada Titin, kalian perkosa aza bergiliran” ucapnya berbisik kepada saya dan Wilton, membuat kami berdua terkejut.

Wilton:”masa boleh mah?

Saya:”Ntar jadi kasus”

Ida:”hehe ya, paling habis kalian memperkosa, besoknya di tangkap polisi hihi” ucapnya masih dengan suara pelan. Ku lihat Titin sudah merebahkan badanya di samping anak Ida dan menutup seluruh badanya sampai kepala dengan selimut.



Ida:”Banyak banget in peju dalem memek mamah Pah, sampai panas gini hihi”

Wilton pun menarik kepala istrinya dan menciumnya.

Wilton:”Gimana Pak Dendi, berubah pikiran mau nginep atau pulang, kalau nginep kita bikin Ida gempor”

Ida:”waduh…”

Wilton:”kita entot semalaman”

Saya:”wah, pengennya sich nginep Pak, tapi susah cari alesan sama istri”

Wilton:”oh, ok dech kalau begitu, salam buat Dewi”

Saya:”ia Pak, siap saya sampaikan”



Wilton:”bu Dewi lagi hamil juga kan pak?

Saya:”Ia Pak”

Ida:”Aku juga hamil Pah..”

Wilton:”Ia, syukur Alhamdullilah”

Ida:”Tapi aku gau tau lho pah, ini anak kamu atau bukan”

Wilton:”Maksudnya? Raut muka Wilton sedikit berubah.



Ida:”Kan waktu Papah pulang kampung, mamah di sini ngentot sama pak Dendi, terus keluar di dalam momok mamah, sama papah pun selalu keluar di momok”

Wilton:”Oh, kalau hamil sama pak Dendi mah gpp, kirain kamu ada maen sama yang lain juga, itu kan sudah papah izinin”

Aku pun lega mendengarnya.



Ida:”Ya nggak Pah, Cuma Pak Dendi aza, kecuali waktu di puncak dulu”

Ida:”Pak Dendi mau pulang sekarang?

Saya:” Jadi saya diusir?

Ida:”Bukan gitu maksudnya, kalau kit amah bapak mau nginap juga gpp”

Saya:”Istirahat dulu, masih capek” jawab saya.

Untuk beberapa saat kami taka da yang berbicara, suasana begitu hening.



Akhirnya Ida bangun dari kasur dan melepas jilbabnya yang acak-acakan.

Wilton:”Mau ke mana mah?

Ida:”Mau nyusuin si Ade dulu ,kalian geser gih” say dan Wilton pun beringsut pindah. Wilton mengambilkan kursi depan meja rias untuk saya duduk, sementara dia sendiri duduk di tepi ranjang.

Ida sudah mengambil anaknya, sementara Titin sepertinya sudah tertidur.



Ida pun duduk telanjang bulat sambil menyusui anaknya.

Wilton:”Mah…”

Ida:”Apa?

Wilton:”Titin…”

Ida:”Jangan bilang kamu mau memperkosa Titin”

Wilton:”Tapi dia di kamar kita,….”

Ida:”hehe, dasar laki-laki, bebz, kamu diajak suami aku perkosa Titin dulu sebelum pulang”



Saya:”hah?

Wilton:”Gak menarik kah Titin buat pak Bos?

Saya:”Menarik sich tapi..”

Ida:”Takut, udah ,tanggung jawab suamiku, aku yakin kalau kalian memperkosanya, titin gak bakal bilang sama suaminya juga, pasti malu, biar aku rekam sekalian” ucap Ida



Wilton:”Ayo Pak”Ucapnya sambil menyeringai.

Saya:”Ya udah, ayo”

Saya dan Wilton pun mulai melangkah mendekati Titin dengan kondisi kami yang masih telanjang bulat.

Wilton:”Saya pegang tangannya, bapak pegang kakinya” Sementara ku lihat Ida sudah memegang kamera merekam aksi kami. Perlahan saya menarik selimut Titin sampai terbuka semua. Tampak Titin memang sudah tertidur. Wajah Titin sebenarnya biasa saja, tapi status dia yang merupakan istri orang membuat saya bergairah juga untuk bisa menikmati tubuhnya.



Wilton pun memberi saya kode untuk memulai aksi kami. Wilton tampak memegangi kedua tangan Ttitn dan memberi kode ke saya agar menaik celana pendek Titin. Saya pun segera menarik turun celana pendek Ttitin perlahan-lahan. Titin tampak masih belu sadar. Celana Titin pun sudah terlepas. Kini di bagian bawah dia hanya tinggal mengenakan celana dalam warna pink.

Ida:”Ayo bebz, kamu lepasin cangcutnya titin, terus langsung za kamu masukin kontol kamu, kamu perkosa dia”

Tampak Wilton menganggukan kepalanya tanda setuju. Sedikit gemetar saya mulai menarik cd tipis Titin yang membuat rambut kemaluannya yang berwarna hitam terlihat. Perlahan saya angkat pantatnya sedikit dan saya tarik dan…



Titin pun membuka matanya dan langsung hendak berontak tapi tangannya tertahan erat oleh genggaman Wilton sementara reflek saya menduduki kakinya. Titin pun berontak dan mulutnya segera di tutup oleh tangan Wilton.

Titin:”Mmmpzzz lepa……..”

Ida:”Udah diem aza Tin, kamu gak mau orang tahu kan , nikmati saja, tadi aku udah mereka gagahi, sekarang giliran kamu” ucap Ida sambil mengarahkan kamera lebih dekat merekam aksi kami.

Ida:”Ayo bebz, lepasin cangcutnya si titin, kamu entot dia”



Saya yang sedikit bengong segera menarik celana dalam Titin,Titin pun berusaha berontak. Sementara kontol saya pun sudah keras lagi.

Dengan sedikit susah payah celana dalam Titin bisa saya tarik dan kini tergantung di lutut kanannya tapi sudah terlepas dari kaki kiri.

Saya pun segera melebarkan paha Titin. Ternyata cukup gempal juga paha sis titin ini, dan bulu memeknya lebih lebat dari Ida.

Akal sehat saya sudah hilang, hari ini saya akan melakukan sebuah kejahatan, sudah banyak perempuan saya tidurin tapi tidak dengan memperkosa seperti sekarang.

Saya pun segera mengarahkan kontol saya ke memek si Titin. Titin makin berontak dan tampak sedikit air mata mengalir dari pipinya. Tapi cengkaram Wilton sangata kuat, maklum dia seorang security.



Perlahan kontol saya pun memasuki memeknya Titin. Bleeees….

Ida:”Dorong terus bebz, sampai masuk semua, gadabah Titin, nodain dia bebz, rape, ewe” ucap ida menyemangati saya. Saya pun mendorong semua kontol saya hingga masuk semua dan mata Titin tampak terbelakak. Saya pun segera maju mundur menggagahi Titin.

Perlawanan Titin tampak mengendur, mungkin tak ada gunanya, toh kontol saya sudah menembus lubang memeknya.

Ida:”ia, nikmati saja sayang, kontol Pak Dendi sudah dalam momok kamu Tin, nikmatin saja, kontol pak Dendi besar dan panjang, pasti nanti enak”

Titin tampak mendelik sama Ida tapi kemudian malah menatap saya. Ida tampak memberi kode sama suaminya agar melepaskan tangannya yang memegang tangan Titin dan menbekap mulutnya.



Wilton tampak ragu untuk melepaskan tapi ida tampak meyakinkan.

Ida:”Lepas saja Pah, dia udah pasrah” Wilton pun segera melepaskan Titin dan sedikit mudur menjauh.

Saya pun segera menindih Titin. Tidak ada perlawanan hanya seidikit isak tangis dari Titin.

Plook..ploook..ploook

Titin:”hehhih..hiks..hikss ahhh..uggh”

Ida:”Gimana sayang, enak gak, nikmatin saja, biar diperkosa kalau dinimatin nanti juga enak” ucap ida ssambil membelai rambut Titin. Titin tidak menjawab .



Saya pun segera melumat bibirnya Titin, sedikit menolak tapi kemudian dia pasrah menerima ciuman dan lumatan bibir saya.

Titin:”mmmpzz..mmmmppz”

Ida:”Say, kamu gak mau kan suami kamu tahu kamu diperkosa sama Pak Dendi”

Titin:”mmmz nggak bu”

Ida:”Kamu gak akan bilang kan, kamu gak mau kan rekaman ini beredar di medsos dan mertua dan suami kamu tahu”

Saya:”jahat banget kamu bebz”

Ida:”Kamu lebih jahat bebz, memperkosa titin, hihi, aku kan Cuma fasilitasin”



Ida:”Gimana, enakan kontol Pak Dendi”

Titin:”mmmppz, panjang aaaghh” ploook…ploook…ploook saya pun semakin mempercepat genjotan ke memek Titin. Memeknya memang tersa masih sempit dan menjepit. Dari sekian banyak perempuan yang sudah saya setubuhi memek titin ini mirip memek Ida waktu pertama saya setubuhi dia, mirip rasa memek Luna dan Nina pembantu Pak Bob.

Saya:”Enak memek kamu Tin, masih sempit” ucap Saya dan kembali melumat bibir Titin. Titin diam saja tidak membalas ciuman saya tapi pasrah.



Ida:”bebz, mau kamu buang di mana peju kamu nanti?

Saya:”Di memek Titin”

Titin:”Jangan Om, saya sedang subur”

Ida:”Bagus, kamu hamilin dia bebz, ayo perkosa dia yang kenceng” saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya.

Titin:”Aaagh ampun, jangan di dalam memek aku uugh”

Tapi otak saya mungkin sudah konslet. Saya pun menekan kontol saya dalam-dalam.



Ploook..ploook..plooook

Titin:”aaaagh ampun pak,aaahg ajing jang di dalam, setan” tapi sudah tak mampu kutahan lagi. Saya benamkan kontol saya dalam-dalam ke memek Titin yang rapat, saya lumat mulutnya Titin sambil tangan saya masuk ke dalam baju Titin dank e dalam bra nya mencengkram susunya kuat-kuat .

Crooot.croooot…crooot…

Titin:”aagh…agggh…agggh” setiap semprotan sperma saya di sertai leguhan dari Titin.

Untuk kedua kalinya mala mini sperma saya muncrat.



Saya terdiam beberapa saat dengan kontol saya masih terbenam di dalam memeknya si Titin.

Titin:”uuggh berat aaah, pak Dendi kenapa disemprotindi memek saya, udah saya diperkosa sama pak Dendi masa saya hamil sama pak Dendi juga” ucapnyua sedikit terisak.

Ida:”Udah, kamu kan punya suami, ngentot yang banyak sama suami kamu, belum tentu hamil sama Pak Dendi”

Titin melihat sebentar ke Ida lalu melihat mata saya.

Saya tidsak perduli saya lumat bibirnya dan kini dia membalas ciuman saya. Cukup lama kami berciuman. Lalu Titin mendorong saya karena katanya berat.

Saya pun mencabut kontol saya yang mulai mengecil dan duduk di samping Titin. Ku Lihat Wilton sudah bersiap dan masih mengoocok-ngocok kontolnya sendiri menggunakan tangannya.



Wilton pun segera menaiki badan Titin. Titin tampak pasrah, kehormatannya direnggut dua orang. Titin melebarkan pahanya dan memeknya terbuka dan tampak bulunya sedikit keputihan oleh peju saya yang keluar dari memeknya.



Wilton pun segera memasukan kontolnya ke memek Titin dan mulai mengayuh.

Titin:”aaahg ampun pak aaah lemes”

Wilton:Udah lama aku pengen ngewe kamu Tin, akhirnya kesampaian” ucap Wilton yang lalu melumat bibirnya titin di bawah tatapan Ida yang justru malah merekamnya. Wilton pun mengenjot badan Titin sambil meremas kedua susu Titin yang kini sudah kelihatan jelas karena kaosnya sudah menggulung ke dadanya dan susunya sudah dikeluarkan Wilton dari dalam bhnya.



Wilton:”Aaagh enak gila sempit memek kamu Tin uuughh” Ploook..ploook..ploook

Titin:”aaagh ampun uuhg jangan di dalam ya pak”

Wlton tidak menjawab tapi terus saja menggenjot memeknya Titin.

Ida:”ini adalah Titin, dia kawan saya dan kerja di tempat saya, sekarang dia sedang dipekosa oleh suami saya, tadi dia diperkosa oleh bos saya, kehormatannya mala mini sudah direnggut” ucap Ida sambil terus merekam suaminya yang sedang memperkosa Titin.



Ida:”Gimana Tin enak, mau dimasukin 2 kontol sekaligus memek kamu?

Titin:”aaagh, gak mau bu, entar momok titin robek aaahk”

Wilton:”aaahg terima pejuku”

Titin:”Tidak, jangan di dalam” ucapnya sambil mendorong Wilton. Dan Wilton pun segera menarik badanya dan croot…crooot… sprema Wilton mengenai dada dan wajah Titin, bahkan ada yang mengenai mata, tampaknya Wilton memang tak berniat membuang di dalam

Wilton pun segera duduk di sebelah saya sambil ngos-ngosan. Sementara Titin kembali terisak.



Ida:”Koq gak buang di dalam pah?

Wilton:”Biar pak Dendi saja, papah gak mua jadi tersangka kalau titin nanti hamil” duh sialan juga si Wilton ini.

Ida:”Hehe bisa saja papah” ucap Ida dan memeberi kode kami untuk meninggalakan Titin. Kami pun segera menjauh meninggalkan Titin yang terkapar kelehan. Saya pun segera pamit untuk mandi. Setelah mandi kulihat Titin duduk berhadapan dengan Ida, tampak mereka sedang ngobrol

Ida tampak sudah mengenakan celana dalam hitamnya, tanpa mengenakan apa-apa lagi. Wilton juga sudah tertidur



Melihat saya Ida meminta saya duduk di dekatnya.

Ida:”Mau pulang sekarang bebz?

Saya:”Ia, sekarang saja, ngomong-ngomong kalian lagi ngobrolin apa sich? Saya menjadi penasaran.

Ida:”ngobrolin yang tadi saja bebz”

Saya:”Apa tuch?

Ida:”ngobrolin waktu Titin diperkosa sama kamu dan mas Wilton, katanya kontol kamu panjang bebz, momoknya Titin sakit tadi hihi”

Titin:”Ibu bisa saja” ucap Titin, tapi tampaknya dia sudah nyantai.

Saya:”Bilang aza kalau kamu mau lagi Tin, kapan-kapan saya ke sini lagi” ucap Saya.

Ida:”haha, pasti mau lagi dia bebz”



Saya:”Aku pamit ya, udah kemaleman banget”

Ida:”Karena udah puas ya habis merampas kehormatan Titin hihi” ucap Ida

Saya:”Hehe, suami kamu juga ikut”

Ida:”Tapi dia gak buang pejunya di memek Titin”

Saya:”hehe, aku dijebak ini”

Saya pun segera pamit karena sudah malam sekali.


Saya pulang ke rumah dengan kondisi lelah setelah menggarap Ida. Saat datang semua penghuni rumah sepertinya sudah tidur. Saya pun segera masuk ke dalam kamar. Dewi pun terlihat sudah tertidur dari wajahnya sepertinya dia kelelahan, mungkin karena lelah mengerjakan pekerjaan rumah. Saya pun segera saja berbaring di sampingnya dan tertidur. Saya tidak sadar berapa lama saya tertidur, sampai saya terbangun saat istri saya mengguncang-guncang badan saya.
 
PART 48

POV WIFE






Setelah suami saya pergi, saya pun segera mandi. Kebetulan badan saya penuh keringat karena habis senam.Setelah mandi dan rapi-rapi saya pun duduk nonton tv, Revan tampak sedang main di depan dengan Hanum, sementara Intan sudah berangkat sekolah diantar Bu Heti. Rasanya bosan juga, saya pun pergi ke belakang untuk melihat kegiatan para tukang. Tampak hari ini aku hitung ada Sembilan orang yang bekerja.



Aku lihat datang, sepertinya mau nyuci.

Saya:”Nyuci kak?

Anis:”Eh, ia neng, eh Bu” ucapnya sambil memasukan tambahan pakaian ke dalam mesin cuci. Tak kuperhatikan lagi gimana Anis. Aku lebih memperhatikan para pekerja yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing. Sementara mnadornya si Suhada ku lihat sudah mulai duduk-duduk, dia pun melihat saya dan segera tersenyum. Saya pun membalas senyumnya.



Tidak ada yang istimewa, si Suhada sepertinya sudah seumuran Bu Heti, tapi tinggi dan sedikit kurus, berbeda dengan teman-temannya yang rata-rata masih muda dan berbadan kekar meski kulitnya kebanyakan hitam, tapi hitam karena terbakar matahari. Tak sadar akupun ingat kejadian kemaren, aku menemui para pekerja setelah bersetubuh dengan suamiku dan tanpa pakaian dalam. Dada ku menjadi berdesir, entah kenapa.



Aku pun menjadi lebih memperhatikan mereka, ada dua orang yang menurutku cukup ganteng, badanya tegap dan kekar. Ah, gak sadar aku meremas susuku sendiri. Saat itu aku hanya mengenakan baju kurung panjang warna hijau dan jilbab warna putih. Perlahan aku pun lebih mendekat ke arah kolam renang yang sudah hamper rampung. Para pekerja pun aku lihat mencuri-curi pandang kepadaku.



Aku pun sudah lebih dekat ke mereka, ku lihat beberapa orang menjadi salah tingkah karena aku perhatikan. Ku lihat Suhada datang menghampiriku. Dia Cuma memakai kaos tanpa lengan dan celana pendek jeans kucel dan belel.

Suhada:”Pagi Bu Dewi”

Saya:”Pagi Pak Suhada”

Suhada ini masih tetangga dengan saya dan kerja di salah satu pengembang perumahan yang sekarang merenovasi rumah saya, jadi ditunjuklah si Suhada sebagai mandornya.



Saya pura-pura tidak memperhatikan Suhada, tapi saya tahu mata Suhada jelalatan memandang tubuh saya.

Suhada:”Paling minggu depan semua beres bu, kamar yang di dekat kamar ibu sama bapak, sudah hampir selesai, sudah 95% tinggal merapikan, sementara kita tinggal dulu, kita focus ke kolam renang dulu, takut mengganggu ibu”

Saya:”Mengganggu saya bagaimana? Saya tidak paham maksud Suhada.

Suhada:”Kayak kemaren siang itu, kami kan lagi kerja di sana, di dalam kamar ada ibu dan bapak, kami berisik di sana, takut ganggu”

Saya kini mengerti kemana arah pembicaraan si Suhada.



Saya:”Oh itu maksud kamu, hehe, gpp, kalau mau kerja, kerja saja, kayak yang gak pernah aza siang-siang maen sama istrinya” ucap saya dengan berani.

Suhada:”Hehe, anak-anak yang pada gak enak bu, takut ganggu, jadi kita focus di kolam, ini yang masih banyak harus di kerjakan, kamar mandinya juga sudah beres bu 100% sudah lengkap dengan shower dan closetnya” ucap Suhada menunju kamar mandi yang ada di pojok yang memang kami buat khusus di luar buat bilas kalau habis berenang.



Saya:”oh ya, berarti tinggal mana yang belum selesai?

Suhada:”Tinggal kolam sama kamar satu, kamar yang paling depan sudah beres, itu yang paling pertama dan sudah nyambung ke dalam rumah utama, ya tinggal kolam tadi sama kamar yang di belakang kamar ibu, sedkit lagi, kalau ibu mau lihat-lihat mari”

Saya pun menjadi penasaran.

Saya:”Oh ya, boleh kang”

Suhada:”manga ladies first” ucapnya. Tau juga yang begitu si Suhada.

Saya pun berjalan di depannya, sementara Suhada mengikuti dari belakang. Ku lihat sekilas Suhada mengacungkan jempolnya kepada anak buahnya, entah apa maksudnya.



Pertama-tama kami menuju ke kamar mandi, kulihat betul sudah selesai rapi , kaca pembatas sudah di pasang, shower sudah di pasang, kloses, westafel sudah lengkap. Kemudian saya dan Suhada pun menuju kamar depan yang bersebelahn dengan garasi, recananya akan aku buat buat kamar tamu, tapi memang keluar masuk kalau mau langsung ke dalam rumah melewati garasi dulu,

Kamar pun sudah beres, bahkan spring bed pun sudah ada di sana.

Saya:”mmmmpz, kang Su,aaah ngapain ini” Tiba tiba Suhada mendekap saya dari belakang, tangannya berusaha membekap mulut saya. Saya tak berani banyak beruntak karena sadar diri lagi hamil.



Suhada:”Bu dari kemaren saya dan teman-teman sudah tak tahan melihat ibu dan waktu denger ibu teriak-teriak lagi ngentot sama bapak”

Saya:”sadar kang, saya sudah punya suami dan lagi hamil, masa akang tega”

Suhada:”Saya tidak perduli, ibu teriak, saya tending perut ibu, kumaha, mau?

Saya pun menjadi takut dan pasrah waktu Suhada menyeret saya ke spring bed. Saya kemudian di buat tak kalah terkejutnya waktu anak buah Suhada satu persatu masuk ke dalam kamar. Mereka lalu menutup pintu kamar.

Aku tidak hapal namanya satu persatu, hanya beberapa yang aku tau, selain Suhada aku tau Adnan, Irman, Dasep dan Angga.



Suhada:”Kami semua sudah sepakat, rela ibu bayar 50% saja, asal ibu mau melayanin kamu dengan binal seperti ibu melayanin suami ibu”

Saya:”aku bukan pelacur kang, tolong lepasin saya”

Suhada melihat kepada teman-temannya.



Suhada:”Gimana kita lepasin atau bagaimana?

Temannya yang cukup tampan dan masih muda yang aku kenal bernama Adnan ikut berbicara.

Adnan:”sesuai rapat kamari kang, kita gangbang ibu Dewi, kita minta bayaran kerjaan kita 50% we”

Mendengar kata gangbang, dada saya menjadi berdesir.

Saya:”baiklah, tapi jangan sampai ada yang tahu dan jangan ada yang merekam, aku bakal layanin kalian semua, tapi hp kalian sini aku sita dulu” ucapku.



Mereka pun langsung sumringah. Aku pun mengambil hp mereka satu persatu, mungkin tak lebih dari separo yang hpnya punya kamera sisanya hp jadul.

Saya:”Mana kunci buffet itu? Tanyakku ke Suhada

Suhada:”ada di atasnya. Saya pun segera membuka lacinya dan memasukan semua ponsel ke dalamnya. Kuncinya sekarang saya bingung harus di kemanain.

Saya:”saya gak bakal lari, saya Cuma mau buang kunci ini, biar kita sama-sama fair”

Suhada:”sebenarnya tak dibuang juga gpp bu, kami gak akan ambil dulu hp kami tapi ok kalau ibu takut” SUhada pun membuka jendela. Saya pun segera melempar kunci melewati benteng rumah saya.



Suhada:”Ok Bu ,kunci sudah hilang, bisa kita mulai?

Saya:”Tapi nanti pas kalian ngewein saya jangan kasar yang akang-akang, saya lagi hamil, saya gak mau terjadi apa-apa sama anak saya”

Suhada:”tenang saja bu”

Saya pun segera duduk di tepi spring bed, sementara mereka kompak melepaskan celana mereka masing-masing hingga saya dapat melihatk kontol semuanya yang rata-rata berwarna hitam.



Mereka pun langsung mengerubuni saya. Badan saya pun segera di jamah oleh mereka. Terpaksa saya pun segera melepas baju kurung saya, hanya tinggal jiblab, kutang dan cangcut yang masih nempel, malah seseorang sudah menarik kutang saya hingga talinya putus.

Saya:”Aaagh jangan kasar, kutang saya sampai putus talinya” tapi mereka hanya tertawa tawa dan menarik lepas kutang saya hingga dua payudara saya bebas. Suhada yang paling dulu mencaplok susu saya. Sementara seseorang mendorong saya hingga terlentang di atas kasur.



Saya lihat Adnan menyodorkan kontolnya. Lumayan gede juga, hamper segede punya Dendi. Segera saya caplok sedang dua tangan saya mengocok kontol lainnya dalam posisi setengah miring.

Sementara Suhada masih asyik nyusu kepada saya.

Suhada:”waw, lihat ada air susunya euy, gila Bu Dewi udah geulis, montok, semok, ada air susu ibu juga haha” yang lain pun ikut tertawa.



Saya rasa seseorang berusaha menarik lepas cangcut warna hitam yang saya kenakan. Bahkan karena kainnya tipis cangcut saya pun robek.

Saya pun melepas kontol Adnan dari mulut saya.

Saya:”plis, akang-akang, jangan kasar, sekarang cangcut saya akang-akang robek, saya akan nekad teriak, saya gak perduli akang-akang mau gimana, mau bunuh saya, saya gak mau dikasarin” ucap saya sekedar mengancam saja.



Suhada:awas ada yang kasar lagi, gak usah ikutan” ucapnya sambil berdiri dan melotot melihat semua anak buahnya.

Suhada:”Ibu Dewi udah rela, gak usah kasar”

Mereka pun menjawab siap.

Lalu mereka kini kembali mengerubuni saya. Seseorang berusaha meregangkan paha saya dan saya lihat seseorang berusaha menijilat memek saya. Saya langsung ingat pesan suami saya.

Saya:”Jangan jilat heunceut saya please, saya lagi hamil, masukan aza kontolnya”

Suhada:”jais asupkeun be kontol maneh ka momokna, jangan dijilat katanya”



Lelaki yang berusaha menjilat memek saya pun segera mengarahkan kontolnya ke memek saya. Bleeees, kontolnya pun segera memasuki memek saya, kontolnya biar tidak terlalu gede tapi sangat keras, dia pun segera maju mundur menyetubuhi saya.

Jais:”gila udah geulis momokna si Ibu Dewi enak kang Suhada”

Sementara dua tangan saya mengocok-ngocok dua kontol lainnya, satu di dalam mulut saya. Sedang dua orang menggesek-gesek kontolnya di ketiak saya.



Angga:”Bulu kelekna lebat euy”

Suhada:”mana, awas minggir, gue mau jilat” ucap Suhada. Angga dan temennya yang kontolnya ada di ketiak saya pun segera menjauh. Suhada tanpa jijik segera menjilati ketiak saya yang sebelumnya dipake alas buat ngegosok kontol anak buahnya. Ku lihat yang tak kebagian apa-apa cuma mengocok-ngocok kontolnya sendiri.

Saya pun melepaskan kembali kontol Adnan dari mulut saya.

Saya:”aaagh sodok yang kenceng Jais, ewe heunceut aku aaakh…agggh..aaah, geli kang Suhada aaakh” racau saya.

Suhada:”mulai keenakan dia bro, haha mulai keluar binalnya seperti yang kemaren kita dengar” Ucap Suhada.



Sementara kulihat Adnan memberi kode kepada Jais sedang menyetubuhi saya untuk minggir. Orang tersebut segera mencabut kontolnya dan kemudian mendekati kepala saya. Jais segera mengarahkan kontolnya ke mulut saya.

Saya:”Mmmmpzz aagahhh” bersamaan dengan itu Adnan memasukan kontolnya ke memek saya.

Saya:”Aaagh anjing enak Adnan, rampas kehormatan aku uuhg nodain uugh”

Sementara salah seorang yang dari tadi kontolnya saya kocok-kocok pakai tangan, menarik kontolnya dari tangan saya. Sebelah tangannya mencengkram kuat susu saya dan sebelahnya mengocok kontolnya depan muka saya lalu crooot..crooot…crooot spremanya muncrat mengenai wajah saya, bibir, mata dan hidung.

Suhada:”kampret lu Miswan, udah bucat aza, padahal urang mau nyiumin bibirnya bu Dewi malah kena peju loe”



Dalam hati saya bersyukur si Suhada gak jadi nyiumin saya.

Saya pun segera memasukan kontol jais ke mulut saya sementara tangan saya mengelap bagian mata saya yang terkena sprema si Miswan.

Sementara si Adnan makin mempercepat sodokan kontolnya sambil tangannya meremasi tetek saya, rebutan dengan dua temannya yang sedang saya kocok kontolnya. Sementara Jais yang kontolnya saya isap akhirnya bucat juga di mulut saya. Dia menekan kontolnya ke mulut saya.

Crooot…croooot.croooott..

Saya:”mmmpz, aaaggh aaaghh cabut anjing uuggh” terpaksa pejunya saya telan. Jais tersenyum dan segera menyingkir menjauhi saya bergabung bersama rekannya si Miswan yang sudah bucat duluan. Berarti masih ada tujuh orang lagi.



Suhada masih saja menjilati ketiak saya sambil tangannya mengocok-ngocok kontolnya sendiri. Sementara seseoarang yang kutahu namanya Arman kini sedang menghisap susu saya dan memberi beberapa cupangan.

Saya:”aaagh jangan dicupang man, ntar ketahuan suami aku aagh gawat”

Suhada:”gila kamu man, bisa dipenjara kita nanti”

Arman:”Punten kan, abis enak susunya jadi kebablasan” ucapnya.



Suhada tampak berdiri mendekati Adnan.

Suhada:”jangan buang di momokna, awasnya”

Adnan:”gak, aagh teu kuat yeuh”

Suhada:”cabut Nan”

Adnan pun segera mencabut kontolnya dan mengarahkan ke dada saya. Arman yang masih menjilati susu saya pun menyingkir dan croooot..croooot.crooot pejunya Adnan pun singgah di payudara saya.

Adnan:”aaagah gila heunceutna bisa mijit-mijit kang, gak kuat abdi” ucapnya sambil menyingkir dan ku lihat duduk di pojokan bersama dua temennya yang sudah keluar duluan.



Suhada:”Yang dua tadi mah laletoy bu, nich yang udah pengalaman” Ucapnya sambil menggesek-gesek kontolnya di memek saya.

Lima rekan lainnya malah menjauhi saya. Sepertinya memberi kesempatan kepada Suhada untuk menikmati tubuh saya dengan leluasa.

Saya:”aagh kang, teu kiat, jangan digesekin di itil aku terus uugh”

Suhada:”Asupkeun (masukan) ?

Saya:”aagh ia kang, masukan aza kontolnya ke heunceut aku”

Suhada pun perlahan menekan kontolnya dan perlahan-lahan memasuki memek saya. Dia memang b erbeda tidak terburu-buru. Kontolnya tidak besar, standard tapi lumayan panjang, mendekati panjang kontol suamiku. Si Kurus Suhada pun mulai menyetubuhi saya.



Saya:”aaagh enak aaah panjang kontolnya akang Suhada” ucap saya sengaja menyemangati si Suhada.

Sambil meremasi pantat saya, karena kedua paha saya naik ke pahanya. Dia mulai maju mundur. Tampak dia bangga dengan ucapan saya tadi.

Suhada:”Bu Dewi akan saya bikin keluar, kalian lihat nich, jantan yang sudah pengalaman” ucapnya kepada kawan-kawannya.

Ploook…plooook..plook… benturan paha Suhada dengan pantat saya.



Angga:”Buat di kapok kang Suhada, ewe sing jero momokna bu Dewi”

Saya:”aaagh kang Suhada, kontol akang enak panjang, sampai ke Rahim Dewi”

Suhada:”momok kamu juga enak walau longgar, bisa mijit-mijit, kontol salaki badagnya nepi ka longgar gini momok” ucap Suhada merendahkanku.



Saya:”sini cium saya kang Suhada”

Suhada:”Ogah, banyak pejunya”

Saya:”hehe aagh, kencengin kang ngewe akunya, masa letoy, Dewi mau nyampe” ucap saya sambil mengerang-ngerang. Sekelebat saya melihat seseorang di dekat jendela yang dibuka tadi, sepertinya Anis, dia tampak terkejut melihat saya sedang disetubuhi Suhada sambil ditonton oleh yang lainnya. Saya pun memberi kode ke Anis untuk menjauh dengan kedipan mata dan lambaian tangan saya. Semua yang ada di kamar tidak ada yang menyadari hal tersebut.



Suhada:”Kita ganti gaya ya Bu Dewi”

Saya:”Ia kang” ucap saya pasrah.

Suhada segera duduk di tepi ranjang dan menepuk-nepuk pahanya. Dia benar-benar menghina saya. Tapi saya tidak ada pilihan. Saya pun berdiri dengan susah payah dan menaiki paha Suhada. Saya pegang kontolnya dan saya masukan sendiri ke memek saya.

Bleeseeek..

Saya:”aaagh, anjing siapa lagi yang muncrat” rupanya si Arman sudah gak tahan dan pejunya muncrat di punggung saya.

Saya:”Pada letoy aaghh, padahal badan gede-gede, belum di jepit heunceut dewi udah pada buceng” ucap saya.



Suhada:”Ia pada letoy Bu Dewi, saya biar yang paling tua, tapi kalau ngewe paling pengalaman” ucapnya sambil menaik turunkan pantat saya.

Saya:”Sini semuanya kontol-kontol” saya meminta 4 orang yang belum keluar mendekati saya. Mereka pun segera mendekati saya. Saya terkejut karena ternyata ada juga yang kontolnya lebih gede dari Dendi.

Saya:”aaagh kamu siapah?

Bolo:”Saya budi, biasa dipanggil Bolo”

Saya:”Kontol kamu gede juga, lebih gede dari punya suami saya”

Suhada:”Dia memang yang paling gede kontolnya Bu”



Saya:”Sini, masukan di bool saya, yang lainya mana biar saya kocok”

Bolo:”Di bool bu?

Suhada:”Ya di bool, sesuai ngaran maneh, Bolo ya bool haha” Ucapnya sambil tetap menggenjot saya.

Bolo pun segera mendekap saya dari belakang dan memasukan kontolnya ke anus saya.



Saya:”aaagh gila uuuh sesak aaagh, diewe sambil disodomi uuuugh ganceeet” racau saya sambil tangan saya mengocok-ngocok kontolnya Dasep dan Angga, sementara satu orang lagi yang wajahnya paling ganteng tapi kontolnya kecil ngocok-ngocok kontolnya sendiri.

Suhada saya dengar nafasnya semakin berat.

Saya:”Kang Suhada, jangan sampai mati lagi ewean sama Dewi, kayak bengek gitu” ucap saya sengaja membalas perlakuan Suhada.

Suhada:”hah..hah..capek aaaag akang keluarkan ya di momok kamu”ucapnya sambil menekan kontolnya dalam-dalam.

Angga:”Jangan di dalam kang”

Saya:”aagah..telat anjing, dia udah bucat di heunceutku”



Angga:”aaah bakal becek nich”

Suhada:”sorry brother, teu kuat aaah heunceutna enak pisan” ucapnya sambil meremasi tetek saya.

Saya:”udah, cabut kang, udah yang letoy mah nyingkir nanti habis nafas, habis ewean masuk kuburan” ucap saya menghina Suhada.

Suhada tidak menjawab tapi segera memindahkan saya ke samping. Saya pun setengah nungging karena kontol Bolo masih di anus saya.



Saya:”kang Budi, kontolnya pindahkan ke heunceut saya. Kang Angga masukan di bool Dewi saja dulu”

Bolo pun menuruti permintaan saya. Dia mencabut kontolnya dan segera duduk di tepi ranjang. Saya pun segera mengangkang dan memasukan sendiri kontol Bolo ke memek saya. Sementara Angga segera memasukan kontolnya ke bool saya.

Dasep dan satu orang lagi segera saya kocok-kocok kontolnya.

Baru sebentar yang paling ganteng mukanya malah muncrat di lengan saya.



Saya:”aaagh, pada lemah syahwat nich, baru dikocok tangan udah keluar hehe apalagi dijepit heunceut aku, ucap saya tersenyum manis ke tukang yang berwajah ganteng, biar kontolnya tergolong paling kecil sebenarnya saya nafsu melihat wajahnya yang agak baby face.

Dia hanya cengengesan dan jongkok di sebelah Suhada.

Tinggal 3 orang yang belum keluar.



Saya:”kalian yang sudah keluar cepat pergi, kerja lagi, nanti yang ada di rumah saya curiga” Sepertinya mereka baru sadar, seperti terperanjat mereka segera memakai pakaiannya masing-masing. Setengah berlari berhamburan keluar.

Saya:”ugggh bolo, kayaknya kamu yang paling kuat ngentotnya aaaagh sampe perih heunceut aku”

Bolo:”aaagh Bu Dewi suka kontol saya?

Saya:”Angga, masukan di heunceut aku kontol kamu dan Dasep di bool aku, ia Bolong, eh Bolo Dewi suka aaagh”

Angga:”tapi Bolo belum keluar bu?

Saya:”Masukan barengan, 2 kontol sekaligus diheunceut” ucap ku.



Angga mungkin tak percaya. Dia pun segera mencabut kontolnya dan mengarahkan ke memek saya yang masih disumpal kontol Bolo. Sementara Dasep segera memasukan kontolnhya di pantat saya. Posisinya sedikit sulit sekarang. Jadi gerakan kami sedikit perlahan.

Saya:”aaagh nikmat sesak aaagh heunceut aku uugggh gancet aaah kontooool” saya pun mengejang dan orgasme, bersamaan dengan itu saya merasakan semprotan peju di memek saya.

Beberapa saat semua terdiam, tanpa gerakan, hanya nafas kami yang memburu. Sepertinya yang lainya sengaja membiarkan saya menikmati orgasme.



Saya:”Siapa yang bucat lagi diheunceut aku?

Bolo:”saya Bu Dewi”

Saya:”Ya udah, cabut, terus kamu kerja lagi” Bolo pun melepas kontolnya dan bergeser.

Saya:”kang Dasep duduk ya di tepi ranjang”

Dasep pun mencabut kontolnya dan duduk di tepi ranjang. Sementara Angga masih memeluk saya dengan kontolnya masih di memek saya.



Sementara Bolo segera memakai pakaiannya dan pergi meninggalkan kami.

Dasep pun menuntun saya naik kepangkuannya sekaligus mengarahkan kontolnya ke memek saya. Bleseek.. Kontol Dasep yang terhitung lumayan gede mengisi memek saya yang masih ada kontolnya Angga.

Saya:”aagh genjot angga, kang Dasep, penuh heunceutku aaah”

Mereka pun mulai menggenjot saya.

Saya:”aaagh enak aaaagh, remes yang kuat susuku Angga aaaagh”

Saya pun merasa salah satu dari mereka muncrat lagi di dalam.



Saya:”aaaagh panas henuceutku aaaagh penuh peju”

Lalu Angga mencabut kontolnya dan mundur. Rupanya Angga keluar duluan.

Dasep pun segera menggenjot saya dari bawah.

Ploook…plook..ploook…

Sementara ku lihat Angga pun pergi meninggalkan kami.

Dasep:”aaagh Bu Dewi gak kuat juga saya”

Saya:”Aagh barengan Sep, aku juga mau keluar aaaaagh”

Dasep:”saya keluar bu Dewi”

Crooot..crroooot..crooot sprema Dasep mun memenuhi memek saya. Nafasnya sangat berat. Saya pun menggapai orgamse juga bersamaan dengan setiap semprotan sprema Dasep.



Tak lama saya pun berguling ke atas spring bed yang belum ada sperainya tersebut. Sementara Dasep kulihat segera memakai pakaianya lagi dan lari keluar. Saya pun memejamkan mata karena kelelahan harus meladenin 9 pria, meski tak semuanya menyetubuhi saya. Tiba-tiba saya merasakan seseorang menyelimuti saya. Saya pun membuka mata saya.

Saya:”Anis?

Anis:”Neng, mereka memperkosa neng?

Saya:”jangan bilang siapapun ya kak”

Anis:”ia Neng” Aku pun bangun dan mengambil bajuku, sementara pakaian dalamku sudah robek semua.
 
PART 49



POV SUAMI






Wife:”Bangun Pah, udah siang”

Saya pun segera membuka mata saya, segera kulihat istri saya sudah rapi, memakai baju atasan berbahan lembut berwarna orange dan rok panjang semi transparan berwarna biru muda dengan jilbab juga berwarna biru muda.



Saya:”Mamah udah rapi banget?

Wife:”Kan hari ini kita mau pergi pah, kamu harus antar mamah”

Saya:”Oh ia, maaf papah baru ingat, kamu mau jadi photo model kan?

Wife:”Nyindir, ya udah papah mandi dulu, terus makan”

Saya pun segera bangkit dan meninggalkan istri saya menuju kamar mandi.



Setelah mandi dan memakai pakaian rapi saya pun segera menuju ke ruang makan. Ku lihat Dewi sudah menunggu, tak terlihat anak-anak di sana.

Saya pun segera duduk di hadapan istri saya.

Saya:”Anak-anak mana Mah?

Wife:”Mereka sudah sarapan tadi, sekarang paling lagi main dengan Hanum, lengket mereka dengan si Hanum Pah”

Saya:”Oh ya, syukurlah, biar kamu gak terlalu capek mah” ucap Saya.

Saya dan istri saya pun segera saja sarapan.



Selesai sarapan kami pun segera bersiap-siap untuk pergi. Saya cukup tenang meninggalkan anak-anak di rumah karena ada Anis, Hanum dan bu Heti termasuk untuk mengawasi para pekerja yang sedang merenovasi rumah.

Saya pun sudah melaju meninggalkan rumah dengan istri saya. Di dalam mobil kami pun kembali berbincang-bincang.

Saya:”Kamu memang sudah betul-betul mantap mah, mau jadi model? Model pakaian dalam lagi!

Wife:”Sudah Pah, biar viral hehe”

Saya:”Dasar kamu nakal mah” ucap saya sambil melirik ke istri saya yang tampak senyum-senyum saja.



Wife:”Papah pulang jam berapa? Gimana beres kerjaannya? Istri saya sepertinya mau mengalihkan arah pembicaraan.

Saya:”Jam berapa ya, lumayan malem pokoknya, kalian semau sudah tidur, Alhamdulillah udah beres semua”

Wife:”Syukurlah, berarti bisa cuti dengan tenang” Ucap istri saya, sepertinya dia rileks sekali, terdengar dia seperti bernyanyi.

Saya:”Mah, ngomong-ngomong ini kan kata Julian model pakaian dalam…”

Wife:”Ia Pah, betul, kenapa lagi?

Saya:”Kan itu kamu lumayan berantakan, lebat danpanjang-panjang lagi, nanti kan photonya pasti Cuma pakai beha sama celana dalam doang?

Istri saya tidak cepat menjawab pertanyaan saya tapi malah tertawa, tapi sepertinya dia paham maksud dari pertanyaan saya.



Wife:”Maksud kamu baok heunceut mamah panjang-panjang kan pah? Tenang aza, udah mamah rapikan, meski masih lebat, jadi gak akan keluar dari cangcut mamah nantinya, mamah juga pasti malu lah”

Saya:”Oh, jadi penasaran papah pengen liat sekarang kayak gimana?

Wife:”Haha, udah focus nyetir aza, nanti kalau di photo liat sendiri”

Saya kembali focus nyetir. Tak sadar kami sudah berada di daerah Lemb*ng. Dengan bantuan GPS akhirnya saya bisa menemukan alamat yang diberikan Julian kepada istri saya.



Kami pun segera masuk ke dalam pekarangan rumah, ya lebih mirip rumah di banding studio, kami pun mesti masuk sedikit ke dalam untuk menemukan rumah tersebut, jaraknya berjauhan dari bangunan yang ada di sekitarnya, tapi tempatnya memang luas, di sekitarnya banyak pepohonan dan Nampak asri,cocok untuk pemotretan luar ruangan. Rumahnya pun sangat besar meski Cuma 2 tingkat dan halamnya pun luas. Security sempat bertanya ke saya siapa dan setelah Dewi jelaskan barulah security membuka pintu pagar kami bisa masuk ke dalam area rumah yang ditutupi benteng tinggi meski di sebagian area masih terbuka, tampaknya pembangunan bentengnya belum tuntas seratus persen.



Saat sampai di depan pekarangan tampak seorang lelaki muda keluar dari pintu rumah. Saya pun segera memarkir mobil saya di samping 2 mobil lainya yang ada di sana. Kami pun segera keluar dari dalam mobil. Lelaki tersebut segera menyambut kami, dia pun tampak cipika cipiki dengan istri saya lalu menyalami tangan saya.

Wife:”Kenalin Pah ini Julian, Julian ini suami aku, mas Dendi”

Julian:”Julian Om”

Saya:”Dendi, jangan panggil Om, panggil Dendi saja”

Julian:”Wah gak enak lah, ayo masuk” ucap Julian mempersilahkan kami masuk. Saya dan istri pun segera masuk ke dalam rumah dan diikuti oleh Julian.



Julian mempersilahkan kami duduk di sofa.

Julian:”Tak tinggal sebentar ya” ucapnya dan segera meninggalkan kami tanpa menunggu jawaban. Aku dan Dewi pun duduk di sofa. Entah di mana studio pemotretannya.

Tak lama muncul seorang perempuan muda, mungkin masih 20-tahunan datang membawa baki berisi 5 gelas sirup dan beberapa makanan ringan,tampak dia sedikit kerepotan membawa barang bawaannya, aku sedikit heran kenapa sampai lima gelas dia bawa. Perempuan tersebut pun mempersilahkan kami minum dan pamit kebelakang kembali.







Belum sempat kami minum tampak si Julian sudah datang kembali bersama seorang lelaki berperawakan sedikit gemuk tapi badannya cukup tinggi mungkin hampir sama dengan saya memakai kaos longgar dan celana jeans selutut rambutnya cepak seperti tentara, penampilannya sedikit serampangan, tidak terkesan rapi. Lalu ada juga seorang perempuan yang saya taksir umurnya mungkin mendekati 30, sedikit di bawah usia Dewi. Rambutnya di ikat kebelakang, kulitnya putih bersih, cukup langsing, tapi dadanya cukup menonjol, kelihatan bhnya berwarna hitam karena kaos tanpa lengan berwarna putih ke cream-creaman yg dia kenakan cukup menerawang dan memakai celana pendek jenis jeans yang begitu pendek memperlihatkan paha putihnya.



Mereka pun segera menghampiri kami, saya dan istri pun segera berdiri.

Julian:”Perkenalkan ini Gery, dia photographer kami, Ini Dewi dan itu Pak Dendi suaminya”

Kami pun berkenalan. Kemudian Julian memperkenalkan perempuan disebelahnya.

Julian:”Ini Utami, dia ini yang mengelola agensi kami dia juga yang mengatur konsep serta head di majalah yang kami kelola”

Saya dan istri saya pun berkenalan dengan si Utami.

Julian:”orangnya agak ceplas-ceplos jadi maklum aza jangan kaget” ucap Julian menambahkan.



Utami:”Kamu ini ian, eh Dewi kamu lagi hamil ya, dan pakai jilbab”

Julian:”Udah pada duduk dulu, biar enak bicaranya” ucap Julian. Sepertinya Julian belum menjelaskan tentang Dewi seperti apa ke Utami.

Wife:”Ia, memang kenapa? Dewi tampak sedikit kurang senang dengan apa yang diucapkan Utami.

Julian:”Sorry, aku memang belum menjelaskan ini sama kamu Mi, tapi Dewi siap lepas jilbabnya koq, dan kamu pasti tidak kecewa melihat dalamnya”

Utami:”What, dalamnya kamu udah tahu, pasti udah pernah kamu kentot yasi Dewi upps, sorry pak, maaf” tampak Utami keceplosan dan dia merasa tidak enak dengan saya.



Dewi mukanya tampak memerah, dia tampak sedikit tersinggung dengan perkataan Utami.

Julian:”Ini serius gimana menurut kamu Mi, Dewi kan bisa jadi model untuk pakaian dalam ibu hamil, kemaren rekanan kita banyak yang nanya kita punya gak orang untuk model pakaian dalam ibu hami, kamu ingat”

Utami:”Ia aku ingat Ian, tapi, Kak Dewi memang siap melepas jilbabnya? Tanya Utami, kali ini dengan nada lembut dan dia memanggil istri saya dengan sebutan Kak.

Wife:”Kalau udah ke sini pasti aku udah siap dong” ucap Dewi sedikit ketus.

Utami:”Maksud saya, ya maaf sebelumnya kan pastinya akan mengganggu imej Kak Dewi di luar, orang-orang yang kenal Bu Dewi dengan penampilan seperti sekarang” ucap Utami tidak meneruskan perkataanya tapi malah mengambil gelas minuman dan lantas meminumnya.



Julian:”Oh ya, diminum saja dulu, santai kita kan” kami pun semua mengambil gelas di hadapan kami masing-masing dan segera meneguk air di dalamnya. Tampak si photographer Gery lebih banyak diam, tidak berani ikut campur.

Utami:”Oh, aku terusin ya kak, biar gak ada ganjalan sama kita, karena photo-photonya nanti akan dipublikasikan di internet, di majalah dewasa bisa juga, kak dewi tidak Cuma melepas jilbab tapi diphoto Cuma pakai cangcut sama kutang doang nanti, apa sudah benar-benar siap?

Wife:”Ya aku dah siap dengan segala resikonya mbak, jujur aku merasa tertantang, walau sebelumnya aku tak pernah diphoto begitu, itupun karena si Julian yang nawarin, kalau nggak gak ada pikiran ke sana”

Utami:”Ia, memang banyak perusahaan pakaian dalam bertanya ke kami, mereka minta orang untuk mempromosikan produk mereka yang bagus banget kalalu Kak Dewi mau, kak Dewi cantik, punya daya tarik seksual kuat saya lihat, kalau soal belum terbiasa diphoto mah gampang, asal rileks saja nanti mengalir gitu aza, gampang nanti aku ajarin gimana-gimananya” ucap Utami, kali ini ucapanya lebih bersahabat.



Wife:”Jadi kapan bisa mulai, bisa mulai sekarang juga”

Utami:”Hempz, kita membuat perjanjian kontraknya dulu dong Kak, kakak juga gak mua kan kalau gratisan hehe”

Wife:”Ya aku sich sebenarnya gak mau terikat kontrak, apalagi aku juga sadar masih amatir malah betul-betul belum pernah”

Julian:”Gimana kalau sementara kita bayar per sesi pemotretan dan nanti di perjanjiaanya di tambah fee kalau photonya laku ke perusahaan atau malah muncul di majalah”

Wife:”Aku setuju gitu aza” ucap istri saya sambil melihat ke saya. Saya hanya manggut-manggut saja, saya ikuti semua kemauan Dewi.



Utami:”Ngomong-ngomong majalah koq aku jadi punya ide tambahan Ian, pasti lebih banyak mendapatkan benefit”

Julian:”Ide gimana Mi?

Utami:”Gimana kalau awal-awal kita masukan dulu Dewi di majalah kita itung-itung perkenalan”

Julian:”Ya boleh aza, memang harusnya gitu, istimewanya apa?

Utami:”Aku belum selesai, jadi aku punya konsep gini, sebelumnya aku sampaikan ke mas-nya(maksudnya saya) dan Kak Dewi. kami punya dua majalah, ya biar sekarang majalah gak selaku dulu karena orang lebih mudah dan murah mengakses internet, tapi majalah kami masih tetap eksis” Ucap Utami berhenti sejenak dan mengambil cemilan lalu memakannya.



Utami:”Kita punya dua produk majalah, satunya majalah khusus model dan iklan-iklan saja, yang kedua majalah dewasa, nah yang majalah dewasa ini kontennya lebih beragam selain menampilkan photo-photo model kami juga profil model kami, beberapa halaman untuk kesehatan seksual, macam-macam dech yang berkaitan dengan seks yang pastinya vulgar, namanya majalah seks, disertai photo-photo model kami, majalahnhya dijual fisik dan bisa diakses disitus kami juga, tentunya berbayar”

Gery:”Terus konsep Teh Utami seperti apa sich” tiba-tiba si Gery ikut nimbrung.



Utami:”Jadi gini bro, Ian, Dewi dan Mas Dendi, saya punya ide baru, gimana kalau Kak Dewi kita tampilkan ekslusif di majalah dewasa kita”

Wife:”tapi saya kan gak punya nama, malah kalian rugi nanti, apalagi saya lagi hamil”

Utami:”Justru itu specialnya, kak Dewi lagi hamil, orangnya berhijab, jadi…” Utami tak menuruskan ucapanya tapi malah melirik Julian dan senyum-senyum.

Julian:”jadi gimana Mi, bikin penasaran, kamu punya ide gimana”

Utami:”Kita tampilkan Dewi ekslusif malah jadi sampul majalah, tapi tampil beda”

Gery:”Beda gimana?



Utami:”Jadi untuk sampul majalah aku punya konsep nanti kita cari pose terbaik, nanti kak Dewi kita potret masih memakai jilbab tapi lainnya Cuma pakai cangcut dan kutang saja, terus mukanya kita pakaikan topeng, topeng yang Cuma nutupin mata dan hidung saja, nah posenya nanti kita cari yang paling bagus, bagusnya lagi duduk gitu, menyamping gitu Ger, duduk di kasur bagus kayaknya sambil ngelus perutnya”

Gery tampak berpikir sejenak.

Gerry:”Ya bagus kayaknya Teh”

Utami:”Kenapa aku tutupin, pasti orang akan penasaran dengan siapa sebenarnya kak Dewi, yang kedua kita jaga privasi kak Dewi dulu kan, malah bagus, gimana kak Dewi?

Wife:”Hempz, aku ikut saja sich”

Gery:”Kayaknya lebih bagus masih pakai baju yang transparan teteh, tapi bajunya dibiarkan terbuka, terus kalau kak Dewi mau, gak usah pakai kutang, tapi payudaranya ditutup tangan, gila pasti mantap”



Utami:”Kampret, kalau yang mesum otak kamu jalan Gerry, ya aku setuju gitu”

Julian:”Gimana Wi, mau?

Wife:”Gimana Pah? Dewi malah bertanya kepada saya.

Saya:”Ya papah terserah kamu mah, malah kalau mukanya ditutupin gitu lebih bagus, orang yang kenal mungkin sich sedikit ngira-ngira kamu tapi gak yakin 100%”

Wife:”Ya udah, aku setuju mbak, jadi bisa diphoto sekarang?

Utami:”Hempz, tapi kayayknya gak sekarang dech, aku mau nyari dulu pakaian yang cocok buat kak Dewi, jilbabnya, terus baju dan pakaian dalamnya juga, sementara belum promosikan produk, tapi pasti produk berdatangan setelahnya”

Wife:”Jadi gak hari ini” istri saya tampak sedikit kecewa.



Utami:”Hari ini bisa, gimana kita jalan dulu cari keperluan kita untuk pemotretan, biar kita pergi sama-sama?

Wife:”Ya udah, aku setuju dech”

Utami:”Kamu mau ikut gak Ian?

Julian:”Kayaknya aku gak ikut, kira-kira kapan pemotretannya?

Utami:”Paling pulang kita belanja, nanti aku kabarin, kamu mau pergi dulu”

Julian:”ada janji sama klien, tadi siang, biar aku majukan, aku juga mau lihat pemotretannya”

Utami:”Ok, aku pergi bareng kalian aza dech, Ger, kamu siap-siappin peralatannya ya, panggil anak buah kamu”

Gerry:”Ok Teteh”

Julian:”Jangan lupa mandi kau Ger” Gerry pun tertawa.



Akhirnya saya pun pergi dengan istri saya dan Utami untuk membeli kebutuhan yang sesuai untuk sesi pemotretan, kami banyak mengobrol selama di mobil, suasana sungguh berbeda dari sebelumnya, Utami ternyata mudah akrab. Kita pun menjadi saling terbuka. Mulai dari hubungan Dewi dengan Julian, walau tentu tak secara gambling diceritakan bahwa Dewi melacurkan diri pada Julian. Dari Utami kami tahu juga Julian memang punya banyak perempuan tapi baru Dewi yang dibawa di jadikan photo model di agensi miliknya. Meski begitu banyak juga photo model yang dia nikmati tapi mereka masuk tidak lewat Julian. Aku pun sempat bertanya ke Utami.



Saya:”Terus kalau kamu pernah gak sama Julian” Tanya saya ke Utami yang duduk dibelakang.

Utami:”Maksudnya pernah ngentot? Gue gak pernah sama dia, dia sepertinya segen sich sama gue, padahal aku juga penasaran Wi, segede apa sich kontol si Julian hihi”

Wife:”Coba aja kamu deketin Mi”

Utami:”gak ah, gengsi gua”

Wife:”Tapi kayaknya seumuran ya sama kamu?

Utami:”Ia, seumuran, tapi gue lebih kelihatan tua dari dia sekarang, mungkin karena gue udah punya anak 2”

Wife:”Anak kamu udah dua?

Utami:”Ia, gue beukian sich haha”

Wife:”Beukian apa sich? Dia pura-pura gak paham maksud Utami.



Utami:”Masa gak paham beuki (doyan) ewean lah haha”

Wife:”Paham sich, tapi takut salah, eh terus kamu pernah gak nyeleweng kaya aku?

Utami:”pernah gua, pernah dua kali tidur sama bukan suami gua, pertama di puncak sama itu, bos perusahaan pakaian dalam, terus di rumah tadi sekali”

Wife:”Maksudnya sama satu orang?

Utami:”Ia, baru satu orang”

Wife:”Gak ada kepengen nyobain laig yang lain?



Utami pun tertawa.

Utami:”Ada sich Wi, hihi, kayaknya kamu udah luar biasa yang di dunia perlendiran, apalagi dijinkan suami, kalau gua, kalau suami tahu gak tahu dia cerain gua apa kagak”

Wife:”Ya, dikasih jatah juga suaminya biar dia diem”

Utami:”Hehe, belum pernah coba ngomong gua sama dia”

Wife:”Gimana kalau kita tukeran?

Utami:”Hah, maksudnya tukar pasangan, hempz mau sich, apalagi laki loe ganteng juga hihi”



Wife:”Yah, jangan muji, ntar belagak laki aku”

Tak sadar kami pun sudah sampai ke tempat yang dituju. Saya pun mengantar mereka belanja. Cukup lama hamper 2 jam saya menemani istri saya dan Utami. Mereka tampak semakin akrab, padahal baru kenal tadi pagi dan awalnya kurang menyenangkan. Kami pun pulang sekitar jam sebelas siang, balik lagi ke arah Lembang.

Di dalam mobil kami pun kembali mengobrol.

Utami:”Aku yakin Wi, bakal laku majalah kita bulan depan gara-gara kamu”

Wife:”Koq seyakin itu sich?

Utami:”Soalnya bakal tampil beda, pokoknya nanti kamu di photo mulai pakai baju lengkap sampai setengah telanjang hihi”



Wife:”Aku siap aza, asal diberi arahhan, aku khawatir nanti saat pemotretan malah gugup”

Utami:”Nyantai aza, kan ada aku hihi”

Sementara aku memilih diam saja, walaupun aku pun sedikit berdebar-debar, karena nanti istriku akan tampil di bawah tatapan kamera dengan kondisi terbuka.

Utami:”Eh nanti aku kan harus ngisi juga profil kamu Wi untuk di majalah, nanti kita buat sedikit sesi wawancara gitu ya”
Wife:”Memang seperti apa sich profil yang kamu perlukan untuk ditulis di majalah?

Utami:”Namanya majalah dewasa ya profil kamu yg menjurus ke hal dewasa gitu, semua yang berbau seks”

Wife:”Oh, terserah kamu saja dech, aku belum begitu ngerti”
Utami:”Jadi nanti aku akan memoles informasi tentang dirimu yang akan buat orang penasaran sama kamu, tentu juga memancing berbagai produk untuk memakai kamu sebagai model, tapi mungkin agak terbatas karena kamu lagi hamil, palingan baju hamil atau pakaian dalam untuk ibu hamil”

Wife:”Ya kamu atur saja Mi” ucap istri saya.



Saya pun akhirnya penasaran juga, membuat saya bertanya kepada Utami.

Saya:”Jadi profil seperti gimana sich yang nanti rencananya akan ditampilkan atau diperlukan mbak?

Utami:”Panggil utami saja mas, biar akrab,”

Saya:”Ok, agak belum nyaman aku”

Utami:”Jadi nanti aku akan cari judul yang pas buat cover depan, masih kupikirkan, terus nanti di halaman dalamnya mengupas tentang istri kamu, dari mulai profil umum sampai profil khusus ya kita atur-aturlah, biar disukai pembaca laki-laki”

Saya dan Dewi pun saling berpandangan, belum sepenuhnya paham.



Utami:” jadi lebih jelasnya gini, profil umum ya, mengenai nama, kita sedikit samarkan, gak usah nama lengkap, cukup Dewi saja, gimana setuju?

Wife:”Ia, terserah kamu saja, yang memang jagonya dibidangnya”

Utami:”Terus kita kasih kolom khusus, profil umum, misalkan, nama Dewi, terus tanggal lahir, atau tahun lahir, gak perlu lengkap, kita kasih tahunnya saja dulu, terus pekerjaan ibu rumah tangga kita kasih tambahan merintis dunia model, terus hobi apa memasak, jalan-jalan, yang umum dulu”

Wife:”Ia ngerti”

Utami:”Nah, terus ke hal yang lebih pribadi, misal ukuran celana dalam dan bh, ini bagian penting yang akan jadi perhaian pembaca dewasa”

Wife:”Ia, kamu atur saja, nanti aku kasih tahu semuanya”



Utami:”Nah itu kan info umum, terus kita masuk ke halaman bacaan, nanti aku harus menuliskan sejak kapan kamu mulai tertarik dunia modeling dan kenapa, tenang bisa dikarang-karang juga Wi”

Wife:”Itu saja Mi?

Utami:”ya nggak lah, kalau Cuma begituan, mana ada yang mau baca, justru di sini bagian pentingnya, ini majalah dewasa, sisi yang harus aku gali dari diri kamu yang hal-hal yang berbau seks, nanti aku akan tuliskan, atau bisa juga seperti kita Tanya jawab aza yang lebih bagus kayaknya Wi”

Wife:”Ia, gimana baiknya aza Mi, aku sich ok saja”

Utami:”Siip, jadi nanti aku bakal menayakan misalkan kamu berapa kali dalam seminggu melakukan hubungan seks, posisi seperti apa yang paling disukai, ukuran, kamu suka yang besar apa besar, pasti besar dong hihi”

Wife:”Udah pasti itu”



Utami:”Pokonya bakal aku poles sedemekian rupa sesia wawancara yang dituangkan kepenulisannya. Nanti aku tanyakan fantasi seks seperti apa yang kamu hayalkan, pokoknya aku bakal nanya banyak seputar seks lah Wi, kalau kamu punya suatu pengalaman tentang seks bisa diberikan ke aku juga biar ceritanya makin bisa didramatisir dech”

Wife:”Ya, ok saja aku”

Utami:”Dari tadi uk ok saja hehe”

Wife:”Hehe, maklum amatiran”

Akhirnya kami pun sampai kembali di rumah atau studio milik si Julian. Aku baru menyadari di depan gerbang memmang ada tulisan menerangkan tempat ini merupakan sebuah agensi modeling.



Kami pun kembali masuk ke dalam rumah, aku bertugas membawa belanjaan si Utami yang nanti akan dipakai istri saya.

Utami pun mengajak saya masuk lebih ke dalam, kami pun masuk ke sebuah ruangan yang sangt luas, tanpa beberapa perangkat pemotretan sudah siap, tapi ternyata hanya lewat saja kita masuk menuju ruangan lainnya, sepertinya ruang make up. Saya pun diminta menaruh barang bawaan di sana. Saya dan istri pun duduk di sana, di sebuah sofa besar yang tersedia, banyak kaca-kaca besar di sekliling kami. Tampak Utami keluar dari ruangan menuju ruangan lainya melalui conneting door.



Tak lama Utami kembali bersama seorang perempuan muda, badanya tidak tinggi paling di bawah 160 cm, tapi benar-benar semok, Cuma memakai rok mini kain jenis span warna putih dan memakai kaos tanpa lengan seperti Utami, pahanya mulus dan gempal kuning terlihat menggoda.

Utami:”ini kenalin namanya Friska, dia yang akan makeup kamu Wi, dia sudah aku breefing tadi”

Friska:”Friska kak, om”

Friska pun memperkenalkan diri sama saya dan istri.

Utami:”Aku tinggal ke sebelah dulu, aku mau ngecek kesiapan Gerry ya, mas Dendi mau di sini atau ikut saya?

Saya:”Di sini saja dulu”

Utami:”Ok, Wi ayo siap-siap, Fris dandanin yang cantik”

Friska:”Siap teh” ucap Friska, sepertinya dia sudah professional.



Friska pun meminta istri saya pindah ke depan sebuah kaca yang berukuran besar lengkap dengan meja riasnya. Istri saya pun segera menuruti instruksi dari Friska. Saya sedikit berdebar-debar. Saya saksikan Friska meminta istri saya mengganti bajunya. Istri saya pun mulai menanggalkan baju yang dia kenakan dan termasuk bh dan celana dalamnya digantinya semua dengan pakaian yang baru dibeli tadi.



Istri saya kini sudah mengenakan pakaiannya. Kini dia memakai hijab warna ungu motif bunga-bunga yang modis diatur sedemekian rupa oleh Friska. Istri saya juga memakai baju putih lengan panjang yang lebar sampai paha yang semi transparan sehingga bhnya yang berwarna merah dapat terlihat dari luar. Firska memakaikan sebuah baju jubah warna merah marun kepada Dewi, sedang bawahannya Dewi memakai rok panjang warna hitam dari bahan kain yang sangat halus yang tadi dibeli si Utami dan harganya cukup lumayan.



Istri saya kemudian duduk dan Friska mulai merias wajah istri saya. Saya sekrang lebih tetari pada pantat montok si Friska, di mana bentuk segitiganya tercetak dengan cukup jelas. Saya pun memperhatikan lebih seksama, sekilas bayangan warna biru terlihat. Cukup lama istri saya didandani, tampak make upnya sekarang terlihat sedkit lebih tebal. Alisnya terlihat begitu tebal, bibirnya terlihat begitu merah. Sementara Friska tampak menuju tempat telpon dan melakukan panggilan dengan posisi menghadap ke saya sambil mengangkang. Otomatis kesempatan itu saya manfaatkan untuk mengintip selangkanganya, benar saja celana dalam warna biru terlihat. Friska tampak melihat ke saya dan menyadari saya sedang melihat ke aranhya tapi dia tidak membenahi posis duduknya hanya senyum sebentar kepada saya. Sepertinya Friska menelpon Utami dan memberi tahu sudah selesai mendandani istri saya.



Tak lama Utami pun datang dan mengajak saya serta Dewi menuju ruangan studio pemotretan.

Kami pun sudah sampai di sana, tampak sudah ada Gerry dan satu laki-laki lainya yang aku baru melihatnya, mungkin assistant Gerry, Nampak juga Julian sedang duduk di atas sofa seberang kami, saya pun segera menuju ke sana dan duduk disampingnya.

Utami:”Kak Dewi, sementara kita ambil beberapa shoot di ruangan ini ya, nanti kita akan pindah ke ruangan lainya”

Tampak Gerry dan Utami memberi arahan ke istri saya untuk mendekati tembok, lampu sudah di arahkan ke istri saya begitu juga kamera, Gerry sudah bersiap dan Utami berdiri di sampingnya, Utami lalu mengambil sebuah topeng kecil berbentuk seperti kupu-kupu dan memakaikan ke wajah istri saya.



Utami:”Wi, photo biasa saja dulu ya, rileks saja posenya bebas terserah kamu suka ya, ambil beberapa shoot Gerry nanti kita pilih yang bagus”

Istri saya pun mulai berpose dengan berdiri menyamping, perutnya tampak cukup besar menonjol. Istri saya menaruh satu kakiknya di depan dan satu di belakang. Satu tangan dibelakang pingganya berkacak pinggang, satu lurus di depan pahanhya.

Utami:”Bagus, begitu Wi, matanya menghadap ke sini”



Gerry:”Tahan kak”click..click.. Gery mengambil beberapa photo, kemudian istri saya berpose lagi, kali ini kedua tanganya melingkar depan perutnya, kali ini Utami memberi instruksi langsung. Saya dan Julian sama-sama diam memperhatikan Dewi. Akhirnya beberapa kali gambar istri saya diambil. Kemudian istri saya disuruh membelakangi kamera, pantat besarnhya cukup terekpos karena Utami senganja meminta istri saya menarik jubahnya ke atas perut, celana dalamnya tercetak jelas dikain hitam berbahan lembut yang dikenakanya. Ku lihat Julian mulai mengelus-elus selakngannya, saya menjadi sedikit panas.



Gerry pun mengambil beberapa gambar kembali. Tampaknya sesi ini sudah selesai Utami memberi intruksi break.

Utami:”Istirahat dulu Wi, break 15 menit, biar kak Dewi gak capek, dia lagi hamil, kamar sudah siap, kita nanti ambil photo di kamar ya kak Dewi, di atas kasur” ucapnya.

Istri saya hanya mengangguk lalu berjalan menuju saya dan Julian. Kami kompak bergeser dan Dewi duduk di tengah-tengah kami.

Saya:”Gimana Mah?

Wife:”Lumayan gugup aku Pah, hehe”

Julian:”Tapi kamu bagus banget Wi” ucap Julian memuji istri saya.

Wife:”Bisa aja kamu, aku gugup banget sich awalnya, agak gemeteran juga, tapi lama-lama terbiasa”



Saya berinisiatif mengambilkan minum dari dispenser buat istri saya.

Wife:”Makasih Pah” ucapnya lalu meminum air mineral yang saya berikan. Tak lama Utami datang menghampiri kami.

Utami:”Kita pindah ke kamar ya, yang di pojokan, ikutin aku ya kak” ucap Utami kepada Dewi.

Kami pun segera berdiri dan mengikuti Utami, kami berjalan cukup jauh di lorong dan masuk ke dalam sebuah kamar, posisinya agak dipojokan dekat ke kolam renang tapi kamarnya sangat besar, sepertinya khusus memang bisa digunakan untuk pemotretan. Di sana sudah tersedia dua buah kamera dan lengkap dengan lampu, bukan di bawa dari tempat sebelumnya, jadi memang sudah tersedia di sana. Saya dan Julian duduk di sebuah kursi masing-masing, yang lain berdiri.



Utami mulai memberi intruksi.

Utami:”kak Dewi naik keranjang, pose duduk saja dulu” Dewi pun naik dan duduk santai di atas ranjang. Click..cklek… Gerry pun mulai mengambil beberapa gambar Dewi.

Utami:”Di lepas za kak jubahnya” ucapnya lalu menuju istri saya. Dewi pun melepas jubahnya dan memberikan kepada Utami. Utami lalu berjalan ke arah kami dan menaruh jubah yang dipakai istri saya tadi di meja kecil.

Kini istri saya hanya memakai baju lengan panjang yang mirip kemeja dari bahan yang sangat halus dan cukup tipis, bh warna merahnya jelas terlihat, tampak tidak hanya Julian, Gerry dan temanya cukup melotot melihatnya.



Utami:”Tetap duduk kak, di buka sedikit kemejanya dua tiga kancing dan biarkan perut kakak kelihatan” ucapnya kepada istri saya, kadang panggil nama kadang kakak.

Istri saya pun membuka tiga kancing kemejanya dan menggeser baju tipisnya tersebut, perut istri saya pun dibiarkan terbuka.

Utami:”Bagus Kak, tahan, tumpang kaki kak,ya gitu” Utami memberi instruksi agar Dewi menumpangkan satu kaki di kaki lainya. Gerry pun mulai mengambil beberapa gambar. Istri tampak menggairahkan, memakai jibab tapi bajunya tipis dan bahkan perut hamilnya dibiarkan terekpos.



Utami:”Good, keep it”

Gerry pun kembali mengambil beberapa gambar, kemudian Utami meminta istri saya ganti posisi, duduk selonjoran di kasur, perutnya dibiarkan terbuka, Gerry pun kembali mengambil beberapa gambar.

Utami:”Ganti posisi lagi Kak, gimana bagusnya Ger?

Gerry:”Kalau menurut aku buat sampul sudah dapat, posisi sekarang yang selonjoran, tinggal sedikit editing untuk menambahkan suasana lebih ceria teh, gimana setuju gak?

Utami:”Hempz nanti kita liat lagi, nanti juga ada meeting untuk putuskan ini, tapi pada dasarnya aku setuju juga”

Gerry:”Ok dech kalau gitu”



Utami:”Ngadep kamera Wi, posisinya pertahankan sama dengan sekarang”

Dewi pun menuruiti arahan Utami hanya sedikit memutar dengan posisi yang sama menghadap ke kamera. Gerry pun mulai mempotret lagi.

Utami:”Aku mau yang lebih bagus, Kak, kembali ke posisi semula, menyamping lagi dong”

Dewi pun mengikuti arahan dari Utami.

Utami:”Sekarang lepas kutangnya mau gak? Utami meminta dewi untuk melepas bhnya.



Wife:”Ok, gak masalah” jawab Dewi dengan enteng.

Utami pun menghampiri istri saya dan membantu Dewi melepas bhnya. Saat melepas bhnya ketiak istri saya sedikit terangkat, masih tampak bulu-bulunya meskipun sudah rapi.

Utami pun membawa bh istri saya dan memberikannya ke Julian. Julian pun sempat melirik saya tapi saya pura-pura cuek, Julian pun menghirup bh istri saya membuat saya kembali sedikit panas dingin.

Utami kembali memberi arahan, istri saya tepa dengan posisi semula menyamping dari kamera tangannya disamping semuanya. Kali ini semua kancing baju Dewi terbuka, tapi kemejanya masih menutupinya, hanya bagian tengah yang terlihat seperti belahan dadanya, tampak Gerry dan assistanya pun semakin semangat. Beberapa jepretan pun dilakukan.



Utami:”Stop, break lagi 10 menitan, biar kak Dewi istirahat sejenak, good job kak” sambil mengacungkan jempolnya. Dewi pun membenahi pakainnya tapi tidak mengkancingnya. Dia pun berjalan ke arah saya dan Julian.Mata semua lelaki tertuju ke dada Dewi, meski tertutup baju samar-samar puting susu Dewi dan tentu susunya bisa kami lihat.

Setelah sampai Julian langsung menyodorkan bhnya Dewi.

Julian:”Dewi, kutang kamu” Dewi pun mengambilnya dari Julian sambil melihat saya sejenak yang sedang cemberut.



Utami:”Di pakai lagi aza kutangnya kak, kita nanti pindah ke kolam renang, tenang aza, gak panas, teduh koq” ucapnya sambil berjalan keluar mengikuti Gerry dan assistanya.

Dewi pun melihat ke saya, dia tetap tidak enak sama saya mau memakai lagi bhnya.

Saya:”Sini papah bantu pakaikan lagi kutang kamu mah” ucap saya sambil berdiri dan memberi isyarat ke istri agar dia duduk.

Dewi pun duduk di kursi tempat saya di bawah tatapan mata Julian.



Saya pun meminta Dewi melepas bajunya. Istri saya pun membuka bajunya tanpa ragu, saya pun memakaikan bh kembali ke badan istri saya.

Setelah selesai istri saya kembali memakai bajunya.

Julian:”Ayo kita kolam, biar cepat selesai” ucap Julian kepada saya dan Dewi. Saya dan Dewi pun mengikuti Julian keluar dari rumah dan menuju kolam, tampak Gerry dan assistanya masih bersiap-siap, belum Nampak Utami di sana.

Julian:”Mana si Utami Ger?

Gerry:”lagi modol dulu katanya bos”

Julian:”dasar lu, ya cepetan, kasihan Bu Dewi kalau kelamaan” ucap Julian sambil mengajak kami menuju sebuah kursi panjang terbuat dari besi. Kami semua pun segera saja duduk di sana.



Tak lama Utami pun muncul dan langsung menghampiri kami.

Utami:”Lanjut lagi Kak, capek gak?

Wife:”Gak, lanjut aza, tapi aku lupa jubah aku masih di dalam kamar” ucap Dewi sambil berdiri

Utami:”Gpp, gak usah pakai, ayo ikut saya kak” Utami pun mengajak Dewi mengikutinya. Dewi pun berjalan di belakang Utami menuju pinggiran kolam renang.

Utami:”Di sini saja ya kak, ini photonya sudah mulai hot, siap ya, pose bebas saja dulu” intruksi dari Utami kepada istri saya.



Dewi pun mulai berpose dan Gerry pun melakukan beberapa jepretan.

Utami:”Kak, ini belum untuk promoin produk, tapi untuk majalah internal kita, jadi gpp kalau posenya nanti sedikit hot? Ucap Utami sedikit berteriak karena ada disebrang yang berbeda dengan Dewi. Saya dan Julian pun memelih mendekat kolam untuk melihat lebih jelas, kami berdiri di samping Utami.

Dewi tidak menjawab hanya mengacungkan jempolnya saja.

Utami pun berjalan menuju ke tempat Dewi kami pun mengikui karena pengen melihat lebih dekat.



Utami:”Kak, sekarang di lepas bajunya ya” perintah Utami. Dewi pun segera melepas baju atasannya. Dewi kini hanya mengenakan jilbab dan wajah memakai topeng yang menutup mata dan hidung serta bhdengan perut membuncit dan hanya bagian bawah yang masih lengkap.

Tentu pemandangan ini semakin membuat para lelaki senang, tapi mungkin juga mereka usdha terbisa jadi tidak terpengaruh, saya tidak tahu.

Utami:”Kak, berdiri tegak, ya gitu, trus kedua tangannya terbuka memegang belakang kepala, aku suka liat ketiak kakak yang ada bulunya, ya bagus, ini yang bikin beda, Ger, malah bengong ayo”

Gerry pun kemudian mengambil beberapa gambar istri saya dalam pose tersebut. Istri say berdiri dengan kedua tangan memegang kepalanya, ketiaknya yang berbulu hitam Nampak sedikit basah, entah dia lupa mencukurnya atau sengaja, tapi seperti kata Utami, beda, sungguh beda, bikin horny bagi lelaki.



Utami:”Good job kak, ganti posisi kak, berdiri biasa tangan di pinggang, ia kayak gitu, stop dulu ger, maen jepret aza” Utami sedikit kesal dengan Gerry yang maen jeprat-jepret aza, sebenarnya saya sedikit heran, biasanya sang photographer sekaligus mengarahkan, tapi ini lebih banyak di bawah komando Utami. Utami kemudian melanjutkan instruksinya.

Utami:”Kak, sebelah pinggiran roknya turunin dikit aza, biar karet cangcut kakak kelihatan ia gitu bagus, pose hot, agar miring dikit badan kakak, ayo sekarang jepret Ger”

Gerry pun mengambil beberapa photo lagi, aksi Dewi memang hot, apalagi perut buncitnya bikin aneh gimana gitu dan kepalanya masih memakai jilbab.



Utami:Ya bagus Kak, sekarang turunin dikit rok yang sebelah kiri juga kak biar pinggiran cangcut kakak sekarang kelihatan semua” intruksi dari Utami. Istri saya pun dengan susah payah menurunkan sedikit rok sebelah kirinya sehingga serang lingkaran karet celana dalamnya yang berwarna merah terlihat semua dari depan, bikin pemandangan eksotis. Gerry pun mengambil kembali beberapa jepretan.

Utami:”Kak sekarang masih posisi sama tapi putar membelakangi kamera, ya gitu, roknya tarik ke bawah dikit lagi biar cangcut merah kakak kelihatan lebih jelas, ya gitu” Dewi pun menarik roknya lebih ke bawah dengan susah payah. Kini celana dalamnya lebih terlihat lagi dari belakang, bokongnya yang makin besar sejak hamil pun menjadi santapan mata kami.

Utami:”Sedikit nunggging kak, biar pantatnya makin terlihat montok, ya gitu”

Gerry kembali mengambil beberapa gambar.



Utami:”Gimana udah pada laper, kita break dulu?

Wife:”Lanjut aza ya, masih banyak kah, biar cepat selesai” tampaknya Dewi pengen cepat selesai.

Utami:”Dikit lagi kog, ya udah kita lanjut”

Utami:”Ris, ambilkan kursi kayunya ke sini” Utami memberi intruksi ke assistant si Gerry yang dipanggil Ris untuk memondahkan kursi kayu dari jati ke tempat Dewi. Assistantnya Gerry pun segera memindahkan kursi tersebut.



Utami:”Ini bagian yang lebih hot ya, yang bakal disukai para lelaki”

Utami kini mendekati Dewi.

Utami:”Dilepas aza roknya kak, sudah siapkan, ini bagaian utamanya”

Dewi tidak menjawab tapi segela melepas rok ketatnya. Kini istri saya tinggal mengenakan jilbab dan pakaian dalam saja, keduanya berwarna merah, dan sepertinya sengaja dipilihkan yang tipis.



Utami:’Siap-siap lagi, Kak berdi biasa saja, agak jauh dari kursi, ya gitu, sekarang miring, ambil Ger, kursinya jangan kelihatan dulu” Gerry pun mengambil beberapa gambar lagi.

Utami:”Kak, jilbabnya disampirkan lagi biar gak nutup dadanya. Aris kamu ambil beberapa pot Bungan taru di samping kursi cepat”

Aris pun menurti perintah dari Utami.

Utami:”Kak duduk dikursi ya, posisi biasa saja dulu, ia gitu, sekarang tarik kakinya hingga agak ngangkang, terlalu ngangkang, rapatin dikit ia gitu” Posisi Dewi kini semakin hot, dengan duduk mengangkang, memeknya pun terekpos dan begitu gemuk, karena cdnya tipis, terlihat samar-samar bulu memeknya di balik cd yang dia kenakan.



Utami:”Mantap, jarang-jarang dapat begini, pasti laris hehe” ucapnya ngomong sendiri.

Gerry pun mengambil lebih banyak photo lagi.

Utami:”Kak, bisa gak naik ke kursi trus jongkok, tapi kalau gak bisa jangan dipaksa” Utami meminta Dewi naik di kursi dan jongkok.

Wife:”Aku coba ya Mi, kayaknya bisa, tapi paling bentar” ucap istri saya dan segera naik ke kursi lalu jongkok dan ngangkang”

Utami:”Ia ngangkang gitu Kak biar memeknya kakak kelihatan, tahan bentar kak, cepat ambil gambarnya yang banyak Ger, kasihan kak Dewi”

Gerry pun segera mengambil gambar istri saya.



Utami:”ger, ambil lebih dekat, focus ke bagian memeknya Kak Dewi “ Ucap Utami vulgar. Si Gerry pun semakin mendekat saja.

Utami:”Close up di bagian depan cangcutnya kak Dewi Ger”

Utami:”Ya bagus, cukup” Ucap Utami lagi sambil mengacungkan jempolnya. Ku lihat si Julian dan si Aris sampai memegang selangkangannya.

Utami:”Mantap, kebetulan kita free hari ini gak ada pemotretan model lainnya jadi bisa focus ke Dewi”.



Utami:”Ya sudah kak, duduk seperti biasa saja dulu, rileks” ucap Utami. Istri saya pun tampak sedikit kelelahan dan duduk bersender di kursi. Tampak Utami mengambilkan minuman untuk Dewi yang memang sudah disiapkan sebelumnya. Istri saya pun istirahat dan minum terlebih dahulu.

Saya dan Julian masih berdiri berdampingan tanpa sedikitpun bicara. Kami memang masih canggung.

Utami:”sesi terakhir kak, gpp kan disiram air”

Wife:”Ia, Mi, gimana kamu saja”

Utami tampak mengambil gayung yang sudah tersedia dan menyirap badan istri saya, jilbanya menjadi basah dan samar-samar rambut Dewi terlihat, begitu juga pakaian dalamnya jadi basah, puting susu dewi dan bulu memeknya pun menjadi samar-samar terlihat.

Utami:”Ini sessi terakhir kak” Utami kembali menjauh dari istri saya. Berdiri lagi kak, agak menjauh dari kursi, posenya bebas suka –suka kakak saja”

Dewi pun melakukan beberapa pose dalam kondisi basah, sungguh merangsang karena tentu nyeplak benar, aku lirik Julian tampak menelan ludahnya beberapa kali dan Gerry pun segera mengambil gambarnya.

Utami:”jongkok lagi ya kak, dekat kolam, bentar aza, sambil ngangkang, Ger jepret, focus ke bagian depan cangcut kak Dewi, biar memeknya jelas, itu samar-samar udah kelihatan”

Gerry:”Siap teteh”

Gerry pun mengambil beberapa gamar lagi



Akhirnya Utami memberi kode bahwa sudah selesai.

Julian:”Good Job Dewi” ucapnya dan segera menghampiri istri saya dan tampak berbisik-bisik dengan istri saya, entah apa yang diomongin lalu si Julian pergi. Utami pun mengajak saya dan istri masuk kembali ke ruang make up. Saya pun mengikuti dari belakang.

Utami:”Bajunya jadi gak kecoba semua Wi, gpp buat kapan-kapan lagi ya, aku mau nyuruh kamu ganti baju kasihan pasti lama dan kamu capek”

Wife:”Padahal gpp sich Mi, makanya aku juga heran tadi beli banyak tapi koq gak di pakai”

Utami:”gpp, ini juga udah ok banget, aku yakin laris, tinggal finishing saja”



Kami pun masuk ke ruang make up.

Utami:”Kalau mau mandi dulu Wi”

Wife:”Gak usah dech”

Utami:”Aku panggilkan friska dulu ya, biar make up kamu lagi” ucap Utami.

Wife:”Ok Mi” ucap istri saya dan duduk di depan meja rias.



Utami pun segera meninggalkan kami. Saya pun mengambil kursi kecil dan duduk di samping istri saya.

Saya:”Gimana mah capek?

Belum sempat istri saya menjawab, Friska sudah datang sambil membawa handuk. Dia pun segera meminta istri saya berdiri dan mengelap tubuhnya.

Friska:”Kak, ganti bajunya saja dulu, nanti saya make up” ucapnya. Dewi pun memakai baju yang sebelumnya di pakai kami saat datang ke sini.



Setelah selesai Friska pun mulai memberi make up buat Dewi lagi. Saya pun memilih menjauh dan duduk di sofa. Lumayan lah bisa melihat pantat Friska. Cukup lama saya menunggu dan memelototi pantat Friska, sampai si Utami datang dan langsung duduk di samping saya.

Utami:”Gimana gede ya mas boolnya si Friska” tentu saja saya jadi malu dan wajah saya pasti memerah karena ketangkep basah lagi ngintipin pantat Friska.

Friska dan Dewi spontan melihat saya juga.



Wife:”Papah nich gak dimana-mana matanya pasti belanja”

Utami:”Biasa aza Wi, namanya juga lelaki, lagian kamu sexy amat Fris, sampai nyeplak gitu, cangcut biru kamu menerawang lho”

Friska:”Hehe, gpp, kasih pemandangan gratis” ucap si Friska enteng dan kembali focus make up istri saya.

Utami:”Masih lama Fris, kita mau makan siang ini”

Friska:”Paling bentar lagi teh”



Utami:”Udah, liatin lagi aza mas, pakai nunduk malu-malu gitu” ucap Utami sambil menepuk paha saya.

Saya pun menjadi gelagapan, Dewi dan Friska sempat menoleh kepada saya sebentar. Tapi mereka kembali menatap kaca. Saya pun cuek kini di depan Utami kembali memelototin pantat Friska..

Utami:”Gede ya mas, biar pendek si Friska punya pantat gede”

Saya:”Ia mbak, jadi pengen ngeremes hehe” ucap saya pelan.

Utami:”Hihi, ngaceng gak kontol kamu? Ucapnya juga pelan dan tangannya tiba-tiba memegang selangkan saya.



Utami:”Wuih, keras mas hehe” tapi segera dia menarik tangannya kembali, padahal baru saja terasa nikmat.

Saya:”Koq ditarik lagi?

Utami:”malu lah kalau ketahuan sama mereka”

Saya:”Kalau gak ketahuan?

Utami:”Hihi udah ah, aku tunggu di meja makan ya, cari aza tempatnya atau minta tunjukin Friska nanti” ucap Utami sambil berdiri.



Plaaak… tangan saya menampar pantat Utami saat dia hendak berjalan, sontak utami kaget dan Dewi serta Friska menoleh kepada kami.

Utami:”aaawwww, ih nakal laki loe, maen tepok pantat gue”

Dewi langsung memelototin saya. Sementara Friska malah ketawa ketiwi. Utami pun kemudian tersenyum kepada saya dan Dewi.

Utami:”Aku tinggal dulu ya Wi, aku tunggu di meja makan”

Wife:”Ia Mi” ucap istri saya singkat. Utami pun pergi meninggalkan kami.



Wife:”Papah, jangan kelihatan kali nafsunya atuh” ucap istri saya. Saya hanya cengengesan.

Friska:”Ayo Kak, biar cepat selesai” mereka pun berbalik dan kini melihat ke kaca rias kembali.

Akhirnya mereka pun selesai.

Friska:”mari kak, mas saya antar ke ruang makan” ucapnya. Saya pun segera menigkuti Friska berjalan di samping istri saya. Istri saya sempat mencubit perut saya karena saya terus menatap pantat Friska.



Kami pun sampai di meja makan, Cuma ada Utami yang terlihat sedang menelpon.

Friska:”Saya tinggal ya kak”

Wife:”Gak makan bareng sekalian?

Friska:”Sudah kak tadi, sekrang saya mau pulang ke rumah, saya duluan ya kak, teteh aku pulang ya”

Utami yang masih menelpon tampak mengacungkan jempolnya. Friska pun segera meninggalkan ruangan ini.



Saya dan istri saya duduk bersebelahan. Utami tampak menutup telponnya.

Wife:”Mana Mi, si Juliansama Gerry dan siapa satunya lagi?

Utami:”Aris, mereka sudah makan duluan, sudah pada kelapaeran, si Julian juga udah makan, tadi Juian titip pesan, nanti Kak Dewi di tunggu di kamarnya”

Saya terkejut mendengarnya.

Wife:”Oh, Ok, kita makan saja dulu, udah laper nich” ucap istri saya dengan tenangnya. Saya sempat menatap istri saya sebentar.



Utami:”Ia kita makan saja dulu, barusan aku telpon anak-anak, aku bilang bakal pulang telat” ucapnya.

Kami pun mulai menyantap makanan. Saya menjadi kurang berselera dan panas mendengar dari Utami, Julian menunggu istri saya di kamar. Ini di luar perjanjian.

Istri saya tampak menyadari keadaan saya sekarang.

Wife:”Papah koq kayak gak selera makannya, mau mamah suapin?

Saya:”Gak, biasa saja koq”

Wife:”Ya udah makan yang banyak ya, atau mau Utami yang nyuapin?

Utami:”Mau aku suapin kah mas hihi”

Saya tidak menjawab hanya terkekeh saja.



Wife:”Koq malah ketawa, mau beneran ini mah” ucap istri saya menggoda saya. Utami pun tiba-tiba pindah ke samping saya. Sepertinya saya mau dikerjain atau mereka sudah janjian mau kerjasama, saya merasa ada yang janggal.

Utami:”Sini aku suapin mas” tiba-tiba mengambil sendok saya dan betul-betul menyuapin saya.

Wife:”Makan yang banyak ya Pah” ucapnya sambil tersenyum dan mengedipkan mata ke Utami.

Ya sudahlah aku pun kini makan sambil disuapin Utami.



Utami:”Sekarang udah lahap makanya Wi, hihihi” ucap Utami kepada Dewi.

Istri saya pun tersenyum.

Wife:”Berarti dia memang pengen kamu suapin, eh kamu dah bilang kan ke misua dan anak-anak kamu bakalan pulang telat?

Utami:”Sudah santai aza, plan kita bakal lancer” Plan apa saya jadi heran pasti ada sesuatu.

Saya:”Plan apa sich?

Utami:”Ada dech, ayo maem lagi” ucapnya sambil menyuapin saya lagi. Saya mengikuti saja tanpa berkomentar lagi, tapi hati saya koq jadi dag-dig dug.



Utami bahkan kini tangan kirinya melingkari pundak saya dan badanya kini merapat nempel kepada saya.

Saya mendengar napas Utami terasa seperti sedikit berat.Saya melirik leher jenjangnya yang memakai kalung berlian serta kulitnya kuning mulus, rasanya pengen saya mencupangin lehernya.

Saya pun kini nekad tangan kanan saya melingkari pinggang Utami. Saya yakin sekali ada sesuatu, jadi saya pede saja setengah memeluk Utami, istri saya pun tampak cuek saja.



Sambil menyuapin saya Utami pun menyantap makanannya sendiri, bahkan kursinya dirapatkan ke saya dan badannya setengah bersender kepada saya. Saya mulai berpikir apakah ini permainan Dewi, apakah saya bisa menikmati Utami. Tangan saya kini semakin berani menegelus bokongnya Utami.

Utami:”Suamimu mulai nakal ini Wi, bokong aku dielus-elus, pakai dinaikin kaos aku, mau ngintip cangcut aku ya mas? Ucap Utami membuat saya hamper tersedak. Sementara Dewi tenang-tenang saja malah ketawa tapi di tahan.

Wife:”Syukurlah Mi, jadi aku bisa anteng sama Julian” mendengar jawaban tersebut saya seperti disambar gledek, berarti ini memang rencana Dewi, aku dijebaknya.



Sementara Utami menarik kaosnya lagi ke bawah menutupi cd kuningnya yang terlihat di punggungya, tadi sempat saya naikan.

Utami:”Nakal kamu ya mas, tak jewer nanti kontolnya” ucapnya tanpa tedeng aling-aling. Ini positif sepertinya Utami dijadikan Dewi sebagai barter agar dia bisa bersama Julian. Ok lah, cukup setimpal.

Wife:”Haha, nitip ya sayang, kontol suami aku” ucap Dewi kepada Utami yang diiringi tawa mereka berdua. Saya pun pura-pura cemberut.



Wife:”Koq cemberut Pah? Kita seneng-seneng koq habis ini yak an Mi?

Utami:”Ia, apa kamu gak suka sama aku mas? Aku dah bilang ke suami aku bakal telat pulang” Ucap Utami sambil mengedipkan matanya sama Dewi. Suranya terdengar berat.

Saya:”Su..suka koq”

Istri saya tampak sudah selesai makan. Kemudian berdiri dan mencuci tangannya di westafel.

Saya:”Aku makan sendiri dech biar cepet” ucapku sama Utami.

Utami:”Hihi, ia, dewi udah selesai kita belum” ucapnya dan kembali ke tempat semula. Kami belum ada yang bicara lagi tapi cepat-cepat menyelesaikan makan kami.



Akhirnya saya dan Utami pun selesai makan. Setelah mencuci tangan kami pun duduk kembali di meja makan.

Utami:” Gimana menurut kamu mas penampilan istrimu waktu di photo tadi?

Saya:”Ok sich menurut saya…”

Utami:”Ok doang, gak bikin horny?

Wife:”Gimana Pah?

Saya:”Ya bikin horny lah, apalagi pas di photo ngangkang”



Utami:”Ya itu Mas, pasti majalah kita laku bulan ini, pasti laki-laki lain juga pada suka”

Saya:”Ia, apalagi kamu kasih celana dalam yang tipis buat istriku, gak dibasahin juga udah membayang, apalagi pas dibasahin”

Wife:”Ia Mi, malu aku, kelihatan ya baok heunceut aku?

Utami:”Haha, ia pasti Wi, kelihatan membayang seperti kata suamimu, aku pun gak tau baok memek kamu lebat juga ya, aku kira orang seperti kamu suka memeknya tanpa bulu?

Wife:”Suami aku yang suka bulu heunceut aku lebat Mi”



Utami:”Oh ya, ketek kamu juga ternyata ada bulunya, tapi mantap, lain dari pada yang lain, aku jadi sudah punya judulnya buat majalah, Naturally beautiful woman, Karunia Dewi hihi seorang ibu rumah tangga yang mencoba terjun di dunia model, bagus gak?

Wife:”Hehe aku terserah kamu saja Mi”

Utami:”Nanti habis kamu main sama Julian, jangan dulu pulang, kita selesaikan untuk profil kamu di majalah ya, soalnya kalau ke tunda besok, padat banyak jadwal pemotretan”

Wife:”Ok mi, Pah, tadi Julian sms mamah, ngajak mamah ngentot, gpp kan?



Saya yang sudah menduganya tidak lagi kaget.

Saya:”Terus papah disuruh nunggu, bengong?

Wife:”Kan ada Utami?

Saya pun melihat kepada Utami. Utami pura-pura membuang muka.

Utami:”Udah sana, kelamaan nanti si Julian nungguin kamu” ucapnya kepada Dewi.



Istri saya pun segera berdiri untuk meningggalkan kami.

Wife:”Pah aku tinggal dulu ya, Papah nanti ditemenin Utami, Mi nitip suami aku yang jangan sampai lecet kontolnya hihi” ucap Dewi sambil cekikikan dan sempat-sempatnya meremas selangkangan saya.

Utami:”Ya udah sana, paling yang lecet memek aku hihi”

Saya:”Ya udah sana” ucap saya plok… sambil menampar pantat istriku.

Wife:”Awwww, mentang-mentang ada Utami aku diusir” ucapnya sambil berjalan meninggalkan saya.



Sepeninggal istri saya, saya pun menatap Utami yang kini duduk di kursi dengan kedua telapak kakinya di atas kursi sambil ngangkang dan mainin hp.

Saya:”Kalian sudah atur ini ya?

Utami:”Ia, waktu kamu nunggu di luar butik dan kami belanja istri kamu bilang kemungkinan si Julian bakal ngajak dia ngentot jadi dia minta aku tuk nemenin kamu”

Saya:”Oooh, nemenin gimana?

Utami:”Kamu maunya ditemenin gimana? Ucapnya sambil menatap saya.

Saya:”Temenin di kamar juga, kita gak boleh kalah sama mereka”



Utami:”Ok, ayo ikut aku” ucap Utami sambil berdiri dan menuntun saya berjalan masuk ke ruang tengah, di sana saya bertemu dengan Gerry yang sedang duduk sendiri di sofa sambil makan dan nonton tv.

Utami:”Kunci kamar ini mana? Sambil nunjuk sebuah kamar yang tepat ada di sebelah lemari tv.

Gerry:”Ada teh tuch dilaci disamping tv, memang mau ngapain?

Utami:”Shuuush”sambil menempelkan jari di depan mulutnya.



Utami:”Mau gua pake lah sama mas Dendi”

Gerry:’Edan ya elo teh, awas jangan berisik ya” ucap si Gerry santai.

Utami pun membuka laci dan mencari-cari kunci. Setelah ketemu dia pun menarik saya dan membuka pintu kamar.

Utami:’ayo mas” kami pun masuk ke dalam kamar. Utami pun segera mengunci pintu kamar.
 
PART 50



POV WIFE




Saya pun meninggalkan suami saya berdua dengan Utami. Sebelumnya waktu di mall saat suamiku memilih menunggu di luar butik aku sudah membuat kesepakatan dengan Utami. Utami setuju menemanin suamiku saat aku harus melayanin Julian. Aku pun berjalan pelan menaiki anak tangga menuju ke lantai 2. Sesampainya di lantai 2 terlihat sepi taka da orang atau bunyi apapun. Ku lihat setidaknya ada 3 buah kamar dan semuanya tertutup. Aku pun segera mengambil ponsel dan menelpon Julian.



Saya:”Sayang, kamar kamu yang mana?

Julian:”Oh, kamu di mana?

Saya:”ku sudah di atas ini”

Julian:”Ok, aku ke luar kamar” clek..ku dengar suara pintu di buka, ternyata kamar yang pertama ku lihat Julian muncul telanjang dada hanya memakai celana boxer saja.



Julian:”Dewi…” samil tanganya mempersilahkan saya masuk. Saya pun segera masuk ke dalam kamar Julian yang cukup luas, bahkan ada dua spring bed dan sebuah sofa. Aku pun memilih duduk di sofa. Julian segera menunci pintu kamar. Dia pun segera duduk di samping saya.

Julian:”Suami kamu gimana?

Saya:”Tenang diurus sama Utami”

Julian:”Oh, tapi aman kan?

Saya:”santai saja, gak akan mengganggu kita hihi” Julian belum tahu aku meminta Utami melayanin suamiku di atas kasur.



Julian:”Ayo kita pindah ke kasur yuk” ucapnya sambil tangannya memegang tangan saya

Saya:”Mau ngapain memangnya?

Julian:”Hehe, aku udah gak sabar pengen ml sama kamu dari sejak kamu datang bahkan, kalau kamu gak sama suami kamu udah aku bawa ke kamar dulu.

Saya:”hehe, segitu gak tahannya”

Julian tak menjawab tapi menarik tangan saya untuk berdiri. Saya pun segera berdiri dan dengan cepat Julian menarik saya lalu memangku badan saya.



Saya:”Aawww” Julian pun menggendong saya dan membawa ke menuju ranjang. Saya pun segera direbahkan di atas kasur empuk berukuran king size.

Saya:”Bagus banget kamar kamu sayang” Julian tidak menjawab tapi naik dan rebahan di samping saya.

Julian langsung mendaratkan ciuman di bibir saya.

Saya:”mmmmppppzzh” kami pun berciuman dan lidah kami saling bertautan. Tangan si Julian langsung saja meremas-remas susu saya.



Saya:”Aaaakh Julian, kamu nakal banget, ada suami aku, kamu malah ngajakin aku ngentot” racau saya.

Julian menarik jilbab saya hingga leher saya terlihat, dia pun segera mendaratkan ciuman di leher saya.

Saya:”Aaaakh Julian gila uuuuggh geli” ucap saya sambil tangan saya segera masuk ke dalam celana Julian dan segera kutangkap pisang ambon raksasa miliknya. Saya pun segera meremas-remas kontolnya Julian. Sementara tangan Julian pun menaikan baju saya hingga ke kegulung ke leher. Segera dia mengeluarkan susu kanan saya dari dalam kutang.

Tangannya pun segera meremas susu saya.

Saya:”Aaaah, Julian, kamu cupang leher aku ya aaakh sayang”

Julian tidak menjawab tapi segera memindahkan kepalanya ke dada saya. Mulutnya segera mencapolok susu kanan saya yang sudah dia keluarkan dari dalam kutang. Tangan kirinya mengeluarkan susu satunya lagi Sementara lidahnya sudah menari-nari di puting susu kanan saya.



Saya:”Aaagiiih, Julian ampun geli iiih…” ucap Saya. Sementara tangan saya semakin cepat mengocok kontolnya si Julian yang sudah semakin mengeras.

Julian dengan menggunakan tangan kirinya diapun menurunkan celana boxernya hingga kini dia sepenuhnya telanjang. Sementara pakaian saya pun sudah awut-awutan. Julian kini mendorong saya agar rebah kembali . Dia pun bergantian menghisap putting susu saya dan menelan asi yang keluar.

Saya:”Aaagh isep sayang, nenen yang banyak asi aku cinta” ucap ku sambil mengusap-usap kepala Julian seperti aku mengusap-usap kepala Revan anakku kalau dia lagi netek.



Tangan saya tidak lagi memegang kontolnya Julian. Julian cukup lama bermain-main dengan kedua toket saya.

Julian:”Aaagh seger Dewi, susumu sungguh nikmat sayang” ucapnya sambil bangkit dan duduk. Julian meminta saya melepas baju saya. Saya pun bangkit dan duduk selonjoran sambil melepas baju saya yang tadi tergulung di leher. Julian pun kemudian menarik rok panjang biru muda milik saya hingga lepas. Kini saya hanya mengenakan jilbab, masih mengenakan kutang, tapi kedua susu saya sudah berada diluar kutang dan masih memakai cangcut.



Julian:”Sayang aku buka kutang kamu ya” ucap Julian dan tanpa menunggu jawaban tangannya bergerak kepunggung saya dan melepas kait kutang saya. Seletah lepas dia sempat mengirupnya sebentar lalu menaruh di pinggir ranjang.

Julian:”Waktu kamu di photo tadi inget gak, si utami kasih beha kamu ke aku, terus aku cium depan suami kamu, gimana gitu ku lihat wajah suami kamu”

Saya:”Nakal banget ya kamu Julian, Julian, kamu ciumin kutang aku di depan suami aku”

Julian:”Coba dia lihat sekarang aku ciumin memek kamu gimana reaksinhya”Ucap Julian mendorong saya perlahan untuk rebahan.



Julian kemudian menarik turun cangcut saya, saya pun membantu dengan mengangkat pantat saya. Julian kemudian menciumi cangcut saya.

Saya:”Igh nakal, kamu ciumin cangcut aku Julian udah, kamu ciumin heunceut aku aza hihih” ucap saya.

Julian kemudian menaruh cangcut saya disebelah kutang saya tadi.

Kini dia melebarkan paha saya dan segera berada di tengah-tengahnya. Kepala Julian mulai mendekati memek saya dan akhirnya menempel, lidahnya mulai menari-nari membelah memek saya.

Saya:”Agggh Julian nikmat sayang” ucap saya sambil menekan kepala Julian agar semakin menempel ke memek saya.



Lidah Julian pun mulai memasuki memek saya, menusuk mencari klitoris saya. Setelah dapat itil saya pun menjadi santapan lidah dan jempol si Julian.

Saya:”Aaagh Julian kena di itil aku uuuugh geli aagh nikmat anjing, papah nikmat uuh itil mamah dijilat si Julian aaagh” racau saya sambil kuat-kuat membenamkan lidah si Julian ke memek saya.

Saya:”Aaakh Julian gak kuat aku ngecrot ajiiing nikmat” ucapku, tanganku meremas bantal dan aku mengejang, sesuatu keluar dari memekku.



Julian pun bangkit, dan duduk, mulutnya dan jarinya belepotan, tampak dia puas membuat aku ngecrot.

Senyumnya menyeringai sementara aku ngos-ngossan setelah ngecrit. Julian tampak mengocok-ngocok kontolnya sendiri, dia pun menggeser paha saya agar semakin lebar. Saya pun semakin melebarkan paha saya. Julian menggesek-gesekkan kontolnya di memek saya.

Saya:”aagh Julian, keras banget kontol kamu, uuugh ngegesek itil aku uugh”

Julian:”hehehe, aku ewe kamu sekrang ya Dewi”

Saya:”udah gak tahan ya sayang” ucapku genit.

Julian tidak menjawab tapi mulai menempatkan kepala kontolnya di lubang memek saya.



Perlahan Julian mendorong kontolnya….

Saya:”aaagh masukan semuja sayang, aku rindu kontol gede kamu uugh, nodain aku sayang, zinahin aku” ucapku sambil tanganku mengusap usap dada Julian dan puting susunya.

Julian terdengar mendengus dan mendorong kontolnya lebih dalam lagi…bleeeeseeeek

Saya:”aaagh anjjing enak Julian, aduh perih heuncuet aku uuggggh, pah, mamah diewe kontol gede banget aaagghh”

Julian pun mulai maju mundur menyetubuhi saya. Spring bed pun bergoyang oleh gerakan badannya yang tinggi besar.



Saya:”Anjiiiing, ngeunah banget aaah diewe kontol badag aaaggh Julian ganceeet” Plook..plooook..plooook Julian semakin mempercepat genjotannya, sambil menyetubuhiku tangan Julian meremas-remas kedua payudaraku. Pentilnya dipilin hingga asiku kadang muncrat-muncrat.

Saya:”Aaagh Julian, geli akkh jangan dibuang-buang sayang, minum asi aku uuh” Julian pun membuka mulutnya sehingga asi yang muncrat bisa ditelan sama dia.

Julian:”Hangat dan manis dewi asi kamu” ucapnya sambil maju mundur. Ploook..ploook..plook benturan paha Julian dengan pantat saya terdengar nyaring seirama dengan ranjang yang ikut berderit-derit.

AC yang dingin tidak berpengaruh, terbukti keringat mulai membasahi tubuh kami, terutama Julian.

Saya:Aaah…uuughh Julian enak sayang?

Julian:”Oghh..hheeh enaak memek kamu enak Dewi” ploook..plook..plook Julian semakin mempercepat genjotannya, membuat tubh saya terasa kelojotan.



Saya:”Aaanjiing nikmat banget aaagh kontoool gueeede aaakh heunceutaku perih uuuuuh”

Nafas kami terdenar semakin memburu.

Saya:”Entot yang kenceng sayang akkhh, aku gak kuat lagi uuuuhhhhhh” saya pun mengejang mencapai orgasme saya yang kedua.

Julian pun mencoba merapatkan badannya tapi langsung saya tahan karena takut perut saya akan kegencet.

Dengan cepat Jullian membalik tubuh saya ke samping lalu dia rebah dan memeluk saya, dan kembali memasukan kontolnya secara cepat.



Saya:”aagh, kontol badag masuk heunceut aku lagi uugh” ucapku parau karena sudah kelelahan.

Si Julian segera menyetubuhi saya lagi dari samping sambil memeluk saya.

Julian:”Buka jilbab kamu Wi” Julian tumben meminta saya melepas jilbab saya. Saya pun dengan agak susah payah melepaskan jilbab saya berikut ciput di dalamnya.

Langsung saja leher saya diserbu mulut si Julian.



Saya:”aaagh julian, jangan banyak-banyak nyupangnya uughhhhh” Julian memeberi beberapa cupangan di leher saya, sementara tangannya kuat-kuat mencengram dan meremas susu saya.

Saya:”aaagh sakit Julian, kekencengan kamu remes susu aku uuuuh”

Julian tidak perduli malah menambah kecepatan sodokan kontolnya.

Saya:’Aaagh ampunnn enak aaagh papah aku gak kuat digagahi Juliaaan anjiiing nikmat” saya pun mengejang lagi dan beberapa saat kemudian aku dengar dengusan nafas keras si Julian.

Julian:”aaaah anjiiing gua keluar Dewi” ucapnya sambil membenamkan kontolnya dalam-dalam ke memek saya, dan crooot…croooot…croooot.. spremanya banyak sekali berkali-kali terasa menghantam dinding memek saya. Kami terdiam hanya dengusan nafas kami masing-masing yang kami dengar.



Sementara tangannya masih saja meremas-remas susu saya.

Saya:”Aaagh, lemes aku habis dinodain kamu sayang” ucapku

Julian:”Aku juga wi, gimana enak gak aku entot”

Saya:”Nikmat banget sayang, kontol kamu gede dan perkasa, kadang heunceut aku perih dan panas tapi enak sich hihi”

Julian:”Kamu hot banget wi, kalau belum punya laki, kamu aku nikahin”

Saya:”Bisa saja kamu, tapi biar gak bisa nikahin yang penting kamu bisa kawinin heunceut aku kan?

Julian:”Hehe, ia, biar heunceut kamu jadi lebar, nanti suamimu gak puas, terus kamu diceraikan dan aku nikahin”

Saya:”Aggh Jangan, jahat amat sich, aku dah punya anak dua, hati aku tetep buat suami aku biar heunceut aku bisa kamu nikmatin juga” ucapku pura-pura dengan nada seperti marah.



Julian:”Haa, kamu banyak maen sama lelaki lain wi, anak dalam kandungan kamu sekarang anak suami kamu bukan?

Saya:”Aagh, kontol kamu masih agak keras ih, kebas heunceut dewi, anak suami aku dong” ucapku yakin walau kenyataanya aku gak yakin sich.

Julian:”oh, kirain, kamu mau minum? Biar aku ambilkan”

Saya:”Boleh sayang”

Julian pun segera mencabut kontolnya dari memek saya dan berjalan telanjang mengambil minum dari gelas, kontolnya bergelantungan.



Saya pun segera terlentang karena dari tadi sudah pegal, bersamaan itu terasa lelehan sperma membasahi paha saya.

Julian datang menghampiri saya membawa 2 gelas minuman dingin. Saya pun segera duduk dan menerima minuman tersebut.

Saya:”Banyak banget sayang peju kamu, sampai sebagian keluar dari heunceut aku”

Julian:”Haha, penuh ya sayang”

Saya:”ia, banya banget ini” ucapku sedikit mengangkang.

Saya:”Tuch kan sampai jatuh diseprai, kayak kamu gak ngentot berhari –hari saja sampai spremanya banyak gini, panas heunceut aku tahu”



Julian:”Hehe, ia beberapa hari aku gak ngentot, agar bisa buang banyak diheunceut kamu sayang”

Saya:”haha ia kah, pantes banyak gini sich, eh aku mau mandi dulu ya, takut ditungguin Utami, katanya mau buat artikel tentang aku di majalah”

Julian:”Oh, tapi kamu gak boleh mandi sayang”

Saya:”Kenapa, gak enak ah lengket, mana peju kamu banyak banget ini, ke paha kena juga”

Julian:”Justru itu, biar saja, malah kalau perlu kamu tunjukin ke suami kamu, papah papah, nich memek mamah banyak pejunya Julian” ucap Julian bergaya seperti anak kecil.



Saya:”Igh jahat banget sich kamu, tapi ya udah, aku langsung pakai baju saja ya” ucapku tanpa menunggu jawaban Julian segera turun dari spring bed.

Julian:”Tapi cangcut sama bh kamu tinggal ya, kamu minta sama utami saja yang tadi pagi dibeli”

Saya:”Hah, memang cangcut aku sama kutang aku buat apa? Masa buat coli, orang seperti kamu gak level coli sayang”

Julain:”Enak saja, biar serasa ada kamu terus”

Saya:”dasar aneh, awas ya jatuh cinta sama aku” ucapku sambil memakai pakaian saya lagi tanpa mengenakan daleman.



Karena takut ditunggu Utami saya pun segera pamit keluar, sebelumnya Julian sempat mencium saya dengan mesra. Dia pun menggeser jilbab saya dan mencuim leher saya dan tangannya masuk ke dalam baju meremas susu saya lalu mulutnya pindah ke bibirku lagi

Saya:”Mmmpz udah ah saya pergi dulu, ighh takanya nakal” ucap saya ketika Julian meremas pantat saya.

Julian:”Ya udah sana, jangan lupa kasih liat heunceut kamu ke suami kamu ya, masih ada peju aku kan?

Saya:”Hush, ia nanti aku kasih lihat dia hihi” akupun pergi meninggalkan kamar Julian, jilbab ku malah masih berantakan dan baju juga karena tadi si Julian tangannya masih masuk ke dalam baju meremas susu aku. Aku segera meninggalkan kamar si Julian menuju lantai satu.





POV SUAMI





Kamarnya cukup luas, mirip dengan kamar yang digunakan istri saya untuk pemotretan tadi.

Utami segera duduk di tepi spring bed. Saya pun duduk di samping dirinya. Kami sementara saling terdiam, dan hanya saling pandang.

Utami:”Hihi kayak orang baru nikahan aza kita, ayo sayang, paling istrimu udah ditumpakin sama si Julian” ucapnya manas-manasin saya.

Kontan saja saya pun seperti disengat. Saya peluk Utami dan langsung saya lumat bibirnya. Kami pun berciuman, lidah kami saling melilit. Sambil saya peluk, tangan saya pun mengelus-elus punggu Utami, meski udah punya anak ternyata memang badannya masih ramping sepertinya dia rajin olah raga.

Utami:”Mmmmpzzzz eeeh uggh eeegh”

Kini saya pun memindahkan ciuman ke leher dan belakang telinga Utami.



Utami:”Aaagh mas, jangan di cupang” upapnya ketika saya menyedot kuat-kuat leher dekat telingannya, namun sudah terlanjur, tanda merah tersebut sudah terlanjur saya buat.

Utami:”suami aku tahu gawat mas”

Saya:”Waduh, udah terlanjur aku cuoang satu aza koq”

Utami:”Hah, kamu udah cupang leher aku, satu aza kan, jangan di tambah lagi ya” Ucapnya dan menarik kepala saya lalu melumat bibir saya. Kami pun kembali saling berciuman dan bertukar lidah lagi.



Setelah puas saya dorong Utami hingga terletang di kasur dan saya pun segera menindih badannya. Tanggan saya pun segera mendarat di kedua teteknya dan saya pun meremasnya. Sedang mulut saya kembali menjilati leher jenjangnya yang sejak pertama bertemu menjadi perhatian saya.

Utami:”Uuugh jangan dicupang lagi sayang aaaagh geli”

Saya tidak menjajwab tapi memang saya tak berniat mencupangi Utami lagi walau sebenarnya lehernya yang putih mulus sangat menggoda untuk diberi cupangan.

Tangan saya kini menaikan kaosnya utami hingga ke atas dadanya. Tampak susunya yang sebenarnya tidak begitu besar namun cukup montok terbungkus bh warna hitam. Saya pun segera menaikan kedua cup bh Utami sehingga susunya kini terbuka, pentilnya cukup panjang berwarna kecoklatan kontras dengan kulit kuninggnya.



Utami:”Mau nenen ya mas, ayo isep pentil aku mas”

Tanpa disuruh dua kali saya pun mulai menjilati puting susu Utami perlahan-lahan. Pentilnya pun langsung mengeras. Tangan Utami pun mengelus-elus kepala saya.

Utami:”Ayo nenen dedek” Saya susu Utami tidak mengeluarkan asi. Sepertinya dia tidak menyusui anaknya.

Sekarang mulut saya sudah mencaplok susu kiri Utami. Sementara tangan kanan bermain-main di puting susunya. Saya elus-elus kadang saya jepit.

Utami:aaagh geli uug, uuggh gatel puting susuku mas, isep yang kuat” ucapnya sambil mengelus-elus rambut saya.



Saya pun berpindah ke susu yang kanan, seperti tadi lidah saya menjilati pinggiran pentilnya Utami secara perlahan membuat dia menggelinjang.

Utami:”Aaaghhh, isep sayang, ayo nenen” saya pun kemudian mencaplok susunya Utami dan menghisap puting susunya.

Tangan utami kini masuk ke dalam baju saya dan menariknya. Saya pun membantu Utami melepaskan baju saya. Utami pun kemudian melepas baju dia sendiri. Kami pun kembali berciuman. Saya dorong Utami hingga terlentang kembali dan kami masih saling berciuman. Badan kami pun berguling-guling beberapa kali dan lidah kami saling bertautan.Saya pun memanfaatkan itu tangan saya pun meremas-remas pantat utami yang tidak besar tapi padat dan belum turun saat dia ada di atas badan saya.



Sepertinya dia sangat menyukai ciuman dengan saya karena sangat lama Utami tidak melepaskan mulut saya.

Utami:”Aaagh mmmpz “ akhirnya Utami melepaskan mulutnya dari mulut saya.

Utami:”Mau ngapain lagi? Tanyanya dengan tatapan mata sayu pertanda sedang menahan birahi. Saya tidak menjawab tapi saya rentangkan kedua lengan Utami hingga ketiaknya terbuka. Ketiaknya mulus tanpa bulu, Segera saya mendekatkan wajah saya di ketiaknya dan mulai menjulurkan lidah saya menjilati ketiak Utami.



Utami:aaaww, aaagh geli Mas, ugguh” ucapnya sedikit berontak, tapi kedua tangannya saya tahan menggunakan tangan.

Utami:”Aaagh ampun anjirit aaah, kamu suka jilatin ketiak istri kamu jugaaa ya”

Saya hanya menganggukan kepala saya.

Utami:”aaaaw, kamu suka yang bulunya lebat seperti punya istri kamu atau yang kayak aku”

Saya pun berhenti sejenak untuk menjawab pertanyaan dari Utami.

Saya:”Dua-duanya suka” ucap Saya, tapi saya lebih suka yang ada bulunya, lebih menggairahkan. Saya pun kini berpindah ke ketiak Utami yang satunya lagi.



Utami:”Aagh ampun geli uy, tapi nikmat juga hihi, suami aku belum pernah dia jilatin ketiak aku” ucap Utami.

Saya pun kembali berhenti sejenak.

Saya:” berarti ketiak kamu tadi masih perawan dong” ucap saya lalu melanjutkan kembali menjilati ketiaknya Utami.

Utami:”uugh hihi, ia belum terjamah tadi sebelum bibir kamu mendarat iihhh geli uuuh”

Kedua ketiak Utami pun menjadi basah oleh air liur saya.



Utami:”Aaww, kamu cupang ketiak aku?

Saya:”Hehe, kan suami kamu gak suka jilat ketiak kamu, jadi kalau aku cupang gak bakal curiga”

Utami:”Hemz, aduh merah gini, besar lagi, ya udah jangan lagi ya”

Saya:”Memang udahan juga koq jilat ketiak kamunya”

Utami:”Kalau udah, giliran gue” ucapnya lalu mendorong saya hingga terletang.



Utami:”Aku buka ya” ucapnya lalu menarik ikat pinggang saya. Perlahan dia menurunkan celana panjang saya. Utami tidak buru-buru menarik celana dalam saya. Dia mengelus-elus kemaluan saya dari luar celana dalam saya.

Utami:”Hemz, kayaknya gede hihi” ucapnya

Kemudian Utami menarik turun celana dalam saya.

Utami:”wow, belum tegang aza udah panjang sayang” ucapnya sambil menarik lepas celana dalam saya, sehingga kini saya sudah telanjang bulat.



Utami pun segera berjongkok di samping paha saya. Tangannya mulai menggenggam kontol saya dan memukul-mukulkan ke wajahnya.

Utami:”gede banget sayang dan panjang hihi, kata Dewi kontol si Julian lebih gede dari kamu, bagi aku kontol kamu saja udah gede banget, panjang lagi” ucapnya. Sambil memelototi kontol saya.

Saya:”Julian kan keturunan eropa, bule, wajar gede”

Utami:”ia” jawabnya singkat.

Saya:”Memang kamu bener-bener belum pernah nyobain kontol si Julian?

Utami:”Yee, beneran, tapi gue lebih suka yang seperti kamu mas, lebih dewasa, Julian di mataku masih kayak gimana gitu, bergantung sama orang tuanya, semua punya dia ini punya ortunya”



Utami mulai menjulurkan lidahnya, dia mulai dari bawah, dari buah zakar saya. Zakar saya pun kemudian dicaplok oleh mulutnya kemudian dia jilati lagi. Dia tidak terburu-buru melakukannya. Sepertinya dia lihai sekali.

Saya:”Ugggh aagah”

Utami:”enak gak sayang?

Saya:”nikmat Mi” ucap saya.



Utami:”Hihi, suami aku pasti ampun-ampunan kalau kontolnya aku jilatin” ucapnya dan kemudian kembali menjilati buah zakar saya. Perlahan mulai naik menjilati kontol saya. Lidahnya menyapu setiap inci batang kemaluan saya. Kemudian dia mulai menjilati kepala kontol saya. Lidahnya pun dijulurkan menjilati lubang kencing saya.

Saya:”aaagh, gila Mi, uugh ampun uuugh” rasanya ngilu-nglu enak.

Utami hanya melihat saya sejenak. Kemudian dia mulai memasukan kontol saya ke dalam mulutnya. Seperti sedang makan loli, dia mengenyot-ngenyot kepala kontol saya terlebih dahulu, lalu perlahan semakin dalam di masukan di mulutnya.



Utami:”Heeemozz…ppppppppzzzzzpppp” kemudian dia mengeluarkan kontol saya dan dilakukan berulang-ulang.

Kontol saya pun semakin mengeras. Kini dia memasukan semua kontol saya kemulutnya. Mulutnya di buka lebar-lebar..

Utami:”hooooek, aggh, panjang banget kontol kamu mas, untuk ukuran indon, sampai kesedak gue” ucapnya. Saya diam saja dan merem melek menikmati sedotan Utami. Utami kembali lagi melakukan hal yang sama.

Utami:”hooooek uugh…cuih” Utami pun meludahi kontol saya dan kembali memasukan ke dalam mulutnya. Di lakukan berulang-ulang, tapi kali ini tidak di masukan semuanya.

Utami:”slruuupz…slruupz…” harus kuakui Utami memiliki kelebihan dalam blowjob

Utami:”Udah keras banget kontol kamu sayang, uggh aku suka” ucapnya dan kembali memasukan kontol saya ke mulutnya.

Saya:”ugggh udah Mi, uugh nikmat banget uuh”

Utami pun kemudian melepas kontol saya dari mulutnya.



Saya pun segera bangkit dan mendorong Utami hingga giliran dia yang terlentang. Saya pun menarik celana pendeknya turun dan saya lepaskan. Sekarang Memek Utami hanya terbungkus celana dalam mungil berwarna kuning. Saya pun tidak buru-buru seperti yang Utami lakukan terhadap saya. Saya pun merengangkan kedua paha Utami, lalu perlahan telapak tangan kanan saya mulai mengelus memeknya Utami dari balik celana dalmnya.

Utami:”aaaagh maasss” ucapnya sedikit bergetar begitu memeknya saya raba. Tangan saya pun terus mengelus-elus memeknya Utami. Pantat Utami pun mulai bergoyang-goyang.



Utami:”Aaagh mas, jangan godain gitu, lepas aza cangcut aku” pinta Utami.

Saya pun tersenyum ke utami dan perlahan menarik turun cd Utami. Tampak memeknya yang tampak memeknya, bulunya dicukur rapi bentuk segitiga dan tidak terlalu lebat. Saya pun membuang cd Utami ke lantai. Tangan saya kini bersentuhan langsung dengan memek utami, saya sentuh perlahan-lahan, satu jari saya colokan ke memeknya, sementara jempol saya mencari itilnya Utami.



Utami:”Aaagh mas uuugh,enak mas, mainin itil aku” ucapnya ketika jempol saya menekan itilnya. Saya segera menundukan kepala saya tepat di depan memek Utami. Perlahan saya julurkan lidah saya ke arah itilnya. Saya pun membuka memek Utami dengan kedua tangan saya dan lidah saya segera menari-nari di itil Utami dan turun ke bibir memeknya, saya lakukan berulang-ulang.

Utami:”aaagh teu kuat iih, mas apa Julian juga lagi jilatin memek istri kamu gak ya?

Saya pun berhenti sejenak untuk menjawab pertanyaan Utami.



Saya:”Aku sihc larang Dewi untuk dijilatin memeknya, karena dia lagi hamil, takut ada bakteri dari mulut, tapi gak tau nurut atau nggak”

Utami:”Oh, ia mas, aaahgh, terus mas di itilinya aaagh anjiir nikmat gila” Ucap utami dan tangannya menekan kepala saya agar semakin terbenam di memeknya.

Saya:”mmmpzh, aku sesak Mi ih, nafsu amat, kamu mau aku masukin pakai kepala kah memek kamu”
Utami:”emang bf kepala sampai bisa masuk memek”



Saya:”Pernah nonton juga?

Utami:”Ia, gila, pemain cowoknya kan botak, terus kepalanya dimasukan ke memek ceweknya, gila kan mas”

Saya:”Kamu juga bisa kalau mau, biar kepala aku, aku masukan ke memek kamu”

Utami:”sialan, emang memek aku udah longgar, ayo mas Jilat lagi, lagi enak itil aku”

Saya pun kembali menjilati memek Utami. Kini lidah saya mulai masuk ke dalam memeknya. Memek Utami pun mulai terasa lembab.



Utami:”aaagh mas, dalem banget lidah kamu masuk ke memek aku uuhg terus jilatin aaaaghhhh”

Utami pun menekan kepala saya agar lebih terbenam diselangkangannya. Memeknya Utami terasa semakin basah.

Utami:”Aaagh, udah sayang gak kuat, ewean aza yuk” Ucap Utami sambil mendorong kepala saya agar menjauh dari memeknya.

Saya:”Posisinya gimana Mi?

Utami:”Kamu ewe aku dari atas saja dulu, nanti kalau masih kuat kita ganti gaya” ucap Utami.

Saya pun segera lebih melebarkan pahanya Utami sehingga memeknya semakin terbuka. Saya pun segera mengarahkan kontol saya ke lubang memeknya Utami. Saya gesek-gesek terlebih dahulu di itilnya.



Utami:”aaagh, gak kuat,enak itil aku digesek gitu say, iih, masukin aaah”

Perlahan saya pun mendorong kontol saya memasuki memeknya Utami.

Utami:”Anjing, aaggh enak uuhh” Akhirnya seluruh batang kontol saya terbenam ke dalam memeknya utami. Perlahan saya pun mulai mendorong keluar masuk. Kedua paha utami pun naik ke pinggang saya. Sementara tangan saya meremasi kedua susu Utami. Ploook…ploook..ploook bunyi benturan pangkal paha saya dengan pantat Utami, saya yakin Gerry dapat mendengarnya dari luar.



Utami:”Uugh, enak Dendi uuugh, kontol kamu adalah yang ketiga yang masuk ke memekku uuggh”

Sementara memek Utami entah memek ke berapa yang sudah saya masukin.

Utami:”aaagh enak sayang uugh entot yang kenceng aaaghhhh” plookk..ploook…ploook saya pun semakin mempercepat genjotan kontol saya. Memek Utami terasa semakin basah dan lengket.

Utami:”aaaah aku gak kuat lagi uuh, cepetan aaagh”

Saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya. Utami pun melingkarkan kedua kakinya.

Utami:”Aaagh Den, sayng sodok lebih kuat aaaagh ewe gue uuugh, aku gak kuat aagh aku keluar “ ucapnya sambil tangannya memegang erat pergelangan tangan saya.



Utami pun mengejang dan matanya mendelik menggapai orgasmenya. Memeknya serasa berkedut dan saya pun mendiamkan kontol saya untuk beberapa saat.

Utami tampak memejamkan matanya.

Utami:”Huuh, ini kedua kalinya aku selingkuh, dulu sama bos salah satu produk pakaian dalam, tapi kontolnya kecil, gak kecil juga sich standar, Cuma maennya sich lama, mungksebelum dia ngewein aku dia pakai obat kuat dulu, tapi sama kamu puas banget gede dan panjang ahghh,ganti posisi yuk”

Saya:”Mau posisi gimana Mi?

Utami:”Aku Doggy style ya, aku pengen diewe gaya anjing”

Saya pun mencabut kontol saya dari dalam memek Utami. Utami segera bangkit sambil melepas bhnya yang masih menempel di badanya. Lalu dia segera menungging membelakangi saya. Saya segera mengarahkan kontol saya ke memeknya. Dan bleeeees..

Kontol saya kembali memasuki memeknya Utami. Saya pegang pantat Utami dan mulai maju mundur.



Utami:”Aaagh enak aaaah” Kini saya tarik sebelah tangannya dan saya jadikan pegangan saya, sambil mengentotnya beberapa kali pantatnya saya tampar sampai berwarna kemerahan.

Utami:”Aaaah, sakit say, uh ntar ditanya suami aku, kenapa pantat aku merah, masa aku bilang aku diewe sama kamu terus pantat aku di tampar hihi” ucapnya

Saya:”Hehe bilang jujur aza” ploook…ploook…ploook ucap saya sambil mempercepat sodokan kontol saya.



Utami:”aaah enak aaah, masih sempit kan memek aku”

Saya:”enak say, uuuh” ucap saya tetap menggenjot memeknya Utami. Memeknya terasa hangat dan serasa meremas-remas kontol saya. Saya pun mempercepat sodokan kontol saya.

Utami:”aaagh…aaaagh enak uuugh” ploook…ploook..plooo sodokan kontol saya semakin cepat tapi tidak beraturan.

Utami:”kamu maauuu keluar?

Saya:”Aaagh ya enak banget uuugh memek kamu kayak mijit-mijit kontol aku”

Utami:”ganti posisi say, cabut kontol kamu” ucap Utami.



Saya pun terpaksa mencabut kontol saya dari memeknya Utami.

Utami:”kamu terlentang say, kamu ewe aku dari bawah” Saya pun segera terlentang, sepertinya Utami ini suka ganti-ganti posisi kalau lagi bersetubuh.

Saya:”Kamu Mi, kalau lagi ngentot sama suami kamu, sering ganti-ganti posisi?

Utami:”mmpz, ia, biar gak boring say, ewean lagi yuk” ucapnya sambil segera naik ke paha saya dan mengarahkan kontol saya ke dalam memeknya. Bleees, dengan mudah seluruh kontol saya dapat ditelan oleh memeknya Utami.



Utami:”ini posisi favoritku say, biasanya kalau laki aku udah mau bucat, aku minta dia di bawah, aku di atas aaaagh..aagh, oh my god..enak banget” ucap Utami sambil naik turun di atas badan saya. Saya pun memegang pantat Utami membantunya naik turun.

Semakin lama semakin nikmat, kontol saya benar-benar serasa diremas-remas dari dalam. Saya pun segera menyodok Utami dari bawah dengan kecepatan tinggi.

Utami:”Akkh, aaakhh, aakh enak ewe memek gue yang kenceng say, aaaaah nodain gue uuhhhh” ucapnya meracau sambil meremas-remas susunya sendiri.

Saya:”Mi, boleh keluarin di dalam?

Utami:”Bucatin di dalam memek aku aza, aman koq, aku kb” Ucapnya dengan tetap meremas-remas susunya sendiri.

Tak selang berapa lama, saya sudah tak mampu lagi menahan desakan dari sperma saya.

Saya:”aaagh mi, aku gak kuat,” ucap saya sambil mengangkat pantat saya tinggi-tinggi dan menarik pantat Utami ke bawah.

Croooot…crooot..croooot sprema saya pun keluar memenuhi memeknya Utami.



Utami:”aaaagh Den, uugh, hangat memek gue aaaaahhggg” Ucapnya. Badan Utami pun terdiam, lalu terlungkup di atas badan saya.

Kami pun segera berciuman. Lidah kami saling bertautan. Sementara tangan saya tak bosa meremas-remas pantat Utami yang mulus dan padat. Cukup lama kami berciuman, dan alat kelamin kami pun masih menyatu.

Utami kemudian berguling ke samping saya.

Utami:”Lemes say, uggggh, puas aku ewean sama kamu”

Saya:”Syukur dech, aku juga, kapan-kapan kita bisa ngulangi lagi kan?

Utami:”Gampang, gue juga bisa ketagihan, abis enak hihi” ucapnya dan kembali mencium bibir saya. Kami pun kembali berciuman.



Kemudian utami melepaskan pagutannya dan duduk di hadapan saya sambil ngangkang.

Utami:”banyak juga peju kamu Den” ucapnya sambil mengorek memeknya.

Saya tidak menjawab hanya tersenyum saja.

Utami tampak mengambil ponselnya dari celananya.

Utami:”waduh, ada pesan dari istri kamu, dia sudah nungguin kita”

Saya:”Ia kah?

Utami:”Ia, berarti istrimu sudah selesai eweanya sama si Julian”

Saya:”Aku minta nomor kamu dong Mi”

Utami:”mana hape kamu?

Saya pun segera memberikan hp saya. Utami tampak mengetik sesuatu.



Utami pun memeberikan hp saya kembali kepada saya.

Utami:”Udah aku save nomor aku di handphone kamu, aku ke kamar mandi ya” ucapnya dan segera turun dari spring bed. Saya pun segera bangkit dan menyusul Utami yang sudah masuk lebih dulu ke kamar mandi. Karena saya kebelet pengen kencing segera saya pun membuka pintu kamar mandi.

Tampak Utami sedang jongkok dan hendak kencing, dan cuuuuur…air kencingnya memancar bersamaan dengan saya yang masuk ke dalam.



Utami:”Awww, maen masuk aza, ahhh, aku lagi kencing”

Saya:”memang kenapa, kan aku dah lihat juga memek kamu, malah udah ngerasain”

Utami:”Sialan kamu den” ucapnya dan kemudian cebok.

Saya:”Sorry gue kebelet” ucapku dan segera saja kencing di closet.











Utami:”Suami aku aza gak pernah liat aku kencing, eh kamu”

Saya:”memang kenapa” ucap saya sambil membasuh kontol saya.

Utami:”gpp, gak sempat mandi nich kita, kasihan istri kamu nanti kelamaan nunggu”

Saya:”Ya udah, gpp dech” ucap saya. Utami pun segere keluar kamar mandi lebih dahulu.



Plaaaak… saya pun menampar pantatnya, membuat warna merah di pantatnya bertambah.

Utami:”Aaww, sialan, seneng banget ya, nepok pantat bini orang”

Saya pun tertawa dan mengikuti Utami keluar dari kamar mandi. Kami pun segera mengenakan pakaian kami masing-masing. Kami pun merapikan diri kami masing-masing sebisa mungkin.

Setelah selesai utami pun membuka pintu kamar dan kami pun keluar besamaan. Saat keluar tampak Gerry langsung memperhatikan kami.

Utami:”apa liat-liat?

Gerry:”Gila ya, enak-enakan ewean gak ngajak-ngajak”

Utami:”Tak sudi gue ngajak elo, paling kontol elo kecil hihi”

Gerry:”Kampret, lu belum tau aza teh”

Utami:”Udah nyari cewek sana, elu free, gue gak ada kerjaan lagi buat lu Ger” ucap Utami sambil ngeloyr. Saya pun hanya diam saja dan segera mengikuti Utami.



Saya:”Di mana istriku Mi?

Utami:”katanya nunggu di tempat kita makan tadi” Ucap Utami.

Akhirnya kami sampai di tempat kita makan tadi. Tampak istri saya duduk di meja makan, wajahnya sedikit lesu dan pakaiannya pun sedkit acak-acaknya. Jilbabnya saja tidak dia pasakang dengan rapi. Saya dan Utami segera duduk bersebelahan, sementara istri saya duduk sendirian.



Utami:”Eh, kamu malah duduk di samping aku, sana dekat istrimu” ucapnya sambil sedikit tertawa geli.

Wife:”ia nich si papah, mentang-mentang mamah habis diewe orang, langsung ditinggalin, jijik kali” ucap istriku bercanda.

Saya pun segera pindah ke sebelah istri saya.

Utami:”Ia, Wi, padahal dia juga habis nodain aku, habis ngambil kehormatan memek istri orang hahaha”

Saya:”namanya juga reflek, asal duduk saja”

Wife:”Jadi gimana nich selanjutnya?



Utami:”Bentar dech, istirahat dulu ya Wi, lemes gue abis diewe sama suami kamu” ucap Utami sambil berdiri dan mengambil minum dari kulkas yang tepat ada dibelakangnya.

Wife:”Ya udah nyantai dulu, boro gue tadi buru-buru, abis ngentot langsung ke sini, heunceut gue aza belum gue cuci” ucap istri saya vulgar dan mulai mengikuti gaya bicaranya Utami.

Saya:”hah, kamu belum nyuci heunceut kamu mah?

Wife:”hehe, ia pah” ucapnya sambil cengengesan.

Utami:”Terus si Julian buang pejunya di memek elo gak?

Wife:”Hehe ia, di heunceut gue Mi”

Saya:”Berarti heunceut kamu masih belepotan pejunya si Julian Pah”

Istri saya malah tertawa bukannya menjawab langsung pertanyaan saya.



Wife:”Hehe, maaf Pah, abis taid mamah buru-buru, takutnya kalian sudah nungguin, ia masih belepotan pejunya Julian Pah, heunceut mamah hihi, malah kata Julian suruh tunjukin ke Papah, heunceut mamah yang penuh pejunya dia”

Saya:”Sialan si Julian” saya menjadi sedikit emosi.

Utami:”Hehe, taunya kita yang telat”

Wife:”Ia hihi, kalian nambah ya?

Utami:”Gak nambah koq, Cuma aku kalau ngentot sering ganti-ganti gaya hihi”

Saya:”Udah dech malah bahas ngentot, lanjut dech biar cepet selesai”

Utami:”Hehe ia mas, kita lanjut di ruang kerja gue ya” kami hanya mengangguk setuju.



Kami pun mengikuti Utami. Utami berjalan lebih dulu saya dan istri mengikuti sambil bergandengan tangan. Kami pun tiba di sebuah ruangan yang lagi-lagi mirip kamar. Tapi ruangan ini sudah seperti hotel, utami membukanya dengan cara scan kartu sebagai pengganti kunci. Kami pun masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat luas ada sofa dan dari kaca kamar langsung bisa melihat pemandangan di luar, karena di area lembang yang tinggi kami leluasa melihat bandung. Sungguh indah dan ternyata posisi rumah ini sangat bagus berbeda dengan perkiraan saya awalnya.



Utami:”ayo duduk di sofa aza, kita sambil ngobrol-ngobrol santai saja, rileks” ucapnya sambil mengambil laptop dari meja kerjanya dan di taruh di atas meja depan kami. Kami pun segera duduk di sofa. Utami tampak mengambil beberapa makanan ringan dari dalam kulkas.

Utami:”Cemilan, tapi dingin, biasa ku taruh dalam kulkas” ucapnya

Wife:”Siip” sambil melihat saya dan tersenyum.

Saya:”Mah, benerin dech jilbab kamu, acak-acakan gitu”

Wife:”hehe, ok pah” ucapnya dan kemudian merapikan jilbabnya. Saat merapikan jilbabnya kulihat beberapa cupangan di lehernya.



Utami:”Banyak cupangan di leher kamu Wi?

Wife:”Ia, rakus banget si Julian nyupangin gue”

Utami:”Laki loe juga ngasih gue cupangan, nich di bawah telinga dan di ketiak”

Wife:”Terus kalau ketahuan suami kamu gimana?

Utami:”hemz, yang jangan sampai ketahuan dong”

Wife:”Papah nich”

Saya:”Mamah juga banyak kena cupangan”

Wife:”Bisa aza ngelesnya”

Utami:”Hehe ayo kita mulai, udah geu jelasin sebelumnya kan?

Wife:”Ia, ngerti koq gue”



Utami:”Gue rekam juga ya, takutnya ada yang kelewat gak gue ketik”

Saya:”Ok, santai saja”

Utami pun mengambil ponselnya dan mengutak-atik sebentar.

Utami:”ok sudah siap”

Utami:”Cuma mastiin saja nama lengkap kamu Wi?

Wife:”Karunia Dewi”

Utami tampak mengetik di laptopnya.



Utami:”Tempat dan tanggal lahir?

Wife:”Bdg, ********”

Utami:”Status ibu rumah tangga” ngomong sendiri.

Utami:”Hobi?

Wife:”ngentot….hihi”

Utami:”SIalan, ciyus ini beb”

Wife:”Hehe, memang hobi gue ngentot”



Utami:”Gue buat di majalah nanti, ngeseks sama apa?

Wife:”Dengerin music dech”

Utami:”Dangdut atau Pop?

Wife:”Dua-duanya”

Utami:”nomor beha?

Wife:Tulis 38 D aza, sekarang sich lagi bunting 40, 38 kesesakan”

Utami:”Ok, 38 D ya”

Utami tidak segera melanjutkan tapi mengambil beberapa kaleng minuman dingin dari dalam kulkas.



Utami:”Sorry haus” sambil membuka sebuah kaleng minuman dan langsung menenggaknya. Kami pun mengambil masing-masing satu dan melakukan hal yang sama.

Utami:”Lanjut ya, ukuran celana dalam?

Wife:”Tulis 36 dech”

Utami:”anak, dua ya?

Wife:”Ia, dua, bisa di tulis belum punya anak gak?

Utami:”Tapi gak cocok dech sama umur loe, gpp, udah punya anak tapi masih sexy kan lebih bagus gimana?

Wife:”Ok Dech”



Utami:”Warna kesukaan?

Wife:”Apa ya, tulis merah aza dech”

Utami:”Kayaknya cukup dech untuk profil umum, sekarang ke konten”

Utami tampak terdiam seperti sedang berpikir.

Utami:”Gue bikin prolognya dech, kalau ada yang dirasa gak pas atau perlu ditambahin bilang ya jangan ragu-ragu”

Utami:”Sambil gue ketik sekalian, biasanya anak buat gue si Yuli nich yang bagian ngetik, tapi anaknya lagi sakit jadi gak bisa kerja, tapi buat elo sohib baru gue, special gue yang ngetik no problem” ucapnya berbicara sendiri atau bicara sama kami aku kurang paham.



Utami:”Karunia Dewi, lebih akrab dipanggil Dewi perempuan yang lahir 31 tahun lalu di Paris Pan java ini sejatinya seorang ibu rumah tangga, gimana?

Wife:”Aku setuju aza Mi, lanjut aza, kalau ada yang gak pas ntar gue pasti complain”

Utami:”Ok, gue lanjut ya say”

Utami kemudian mulai mengetik lagi.



Utami:” Tetapi sebuah kesempatan untuk terjun ke dunia model yang ia dapatkan sekarang tidak dia sia-siakan. Meski saat ini dia sedang mengandung hampir lima bulan ya?

Wife:”Ya”

Utami:”Dia memilih tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dengan perut buncitnya apalagi sehari-hari dia mengenakan jilbab yang tentu saja dunia model sangat bertentangan dengan kehidupan sehari-harinya. Dengan dukungan dari suaminya…”

Wife:”Mi, sebenarnya laki gue awalnya setuju, tapi gue paksa akhirnya mau dia memberi persetujuan”



Utami:”Oh, ok Dech,Gue ulang, Dengan perut buncitnya apalagi sehari-hari dia mengenakan jilbab yang tentu saja dunia model sangat bertentangan dengan kehidupan sehari-harinya serta penolakan dari suaminya, Dewi tetep keukeuh untuk mencoba perntungan baru di dunia model hingga akhirnya dengan berbagai bujuk rayu sang suami mengijinkan dirinya merambah dunia model. Dari perkenalan dengan seorang teman yang kebetulan mempunyai sebuah agensi modeling Dewi pun seratus persen yakin dan memantapkan dirinya untuk belrlenggak-lenggok di depan kamera. Full stop, gimana?

Wife:”Ok. Siip”

Utami:”Sang teman awalnya menawarinya untuk menjadi model pakaian dalam, kebetulan saat ini Dewi sedang hamil, model pakaian dalam ibu hamil sangat cocok buat dia”

Utami kembali berhenti dan meneguk minumannya.

Utami:”tenang saja gak seratus persen persis seperti yang gue ketik, bakal ada editing, tapi yang pasti gak melenceng dari yang gue bacakan tadi ya”



Utami:”Gue lanjutkan, ini belum masuk bagian yang hot. Dewi pun akhirnya resmi terjun di dunia model. Mempunyai paras wajah yang cantik dan body yang masih sangat terawat meski dalam kondisi hamil dan perut membesar Dewi ibu dua anak ini memang cocok menjadi model. Kami tidak ragu menjadikannya bintang utama di edisi kali ini. Penampilan Dewi yang sehari-hari mengenakan jilbab membuat kami mendapatkan inspirasi baru, untuk memperkenalkan Dewi dengan para customer kami, kami pun memutuskan sesuatu yang anti mainstream. Model Berhijab, bukan, bukan untuk baju-baju syar’I atau semua yang terkait dengan produk syar’I tapi model pakaian dalam “berhijab”. Full stop. Gimana setuju?

Wife:”Gimana kamu saja Mi, aku setuju saja”



Utami:”Gue lanjutkan ya, Di Edisi ini kami pun menampilkan aksi Dewi di depan kamera dengan Hijabnya. Anda semua dapat menyaksikan kelembutan, kehangatan dan aura seksualitas dari Dewi si model Berhijab. Selamat Menikmati.”

Utami:”Di edisi kali ini juga Team kami juga melakukan wawancara khusus dengan sang model untuk mengetahui lebih dalam tentang kehidupan Dewi.”

Utami:”Ok, kita mulai dech, seperti wawancara, rileks aza, pasti diedit”

Wife:”Ok gak masalah”



Utami:”kita mulai ya, Hei Dewi, apa kabar?

Wife:”Alhamdulillah baik Mi”

Utami:”jangan sebut nama gue ya, kita lanjut, Dewi sekarang kamu sudah resmi menjadi model,ada ke khawatiran gak, kamu akan ada yang ngenalin, ya meski menggunakan topeng, tapi bukan tidak mungkin orang-orang terdekat kamu akan mengenali kamu, tentu dengan penampilan kamu yang sehari-hari mengenakan hijab, kamu siap jika kemungkinan terburuk terjadi, kamu akan mendapat bully dan sebagainya atau diacuhkan oleh keluarga besar kamu”

Wife:”Aku sudah siap dengan resikonya, yang terutama suami aku mendukung aku, itu yang paling penting”

Utami pun mengacungkan jempolnya tanda dia suka dengan jawaban istri saya.



Utami:”Apa sich yang memotivasi kamu berani menjadi model dan menerima penawaran kami untuk di photo masih menggunakan hijab tapi hanya memakai celana dalam dan bra saja?

Wife:”hempzz, jujur aku gak munafik, uang, saat ditawarin temen aku dan nominal uang yang mungkin aku dapatkan aku pun memberanikan diri”

Utami:”Suami kamu aku kira mendapatkan pekerjaan yang bagus, aku yakin kamu bukan orang yang kekurangan, kenapa harus uang?

Wife:”Ya, manusiawi, tidak pernah merasa cukup”

Utami:”hebat jujur banget kamu, apa sich pendapat suami kamu, sekarang kan tubuh indah kamu yang harusnya Cuma bisa di iihat suami kamu, sekarang bisa di lihat oleh semua orang, kami sich yakin mata para lelaki akan terbelalak dengan pose-pose berani kamu”

Wife:”Apa perlu kita tanyakan sendiri sama suami aku?



Utami:”gak, gak, ceritanya kita wawancara sama kamu saja, gak ada suami kamu, kamu saja yang jawab”

Wife:”oh sorry, sepertinya suami aku bangga jika orang suka melihat tubuhku, istrinya tidak mengecewakan hehe”

Utami:”upps, sorry nich pertanyaan menjadi lebih spesipic, ini kan majalah dewasa, bukan gak mungkin lho Dewi, para cowok yang lihat gambar kamu ada yang menjadikan gambar kamu buat bahan coli mereka?

Wife:”Bagus dong, bukan itu tujuannya dibuat majalah ini?

Utami:”Busyet excellent loe,jujur amat hehe, maksud gue tanggapan suami loe kira-kira giman”

Wife:”hehe, biasa saja palingan”



Utami:”cari jawaban dong”

Wife:”Yang kalau menurut aku, suamiku bakalan bangga, berarti istrinya masih menarik”

Utami:”Siiip, itu jawaban yang gue butuhin”

Utami:”lanjut, kalau diri kamu sendiri gimana, para cowok akan memelototi gambar kamu yang Cuma pakai celana dalam dan bh meski masih pakai jilbab, bahkan ada yong posisi ngangkang terus badan kamu basah, cangcut kamu kan tipis, memek kamu nyeplak”



Wife:”Kamu mau tulis kayak gitu?

Utami:”ya nggak persis gini Wi, pasti diedit”

Wife:”Gue juga bangga, tunggu, gimana ya, kalau aku mencoba sebagai seorang professional saja dech”

Utami:”Excellent, gue juga gak kepikiran. Lanjut lagi…”

Utami sejenak meminum kembali minumannya hingga habis.



Utami:”Wi, kamu kayak gak pakai kutang ya? Ucap utami.

Saya pun segera memperhatikan istri saya, betul, sepertinya dia tidak pakai beha.

Saya:”Kutang kamu kemana mah?

Wife:”hehe, Mi, Pah, kutang sama cangcut aku ditahan Julian, diambil dia, jadi aku gak pakai daleman dech, katanya aku suruh minta sama kamu cangcut sama kutang yang tadi kita beli”

Saya:”Busyet dech”

Wife:”papah, hehe”

Utami:”oh,gampang, tunggu aku ambilkan” ucap Utami dan segera keluar dari ruangan.



Saya:”Gila tuch si Julian, sengaja dia ya mah”

Wife:”Ia Pah, mungkin buat di coli hihi”

Saya:”Mamah juga nyantai banget”

Wife:”Hehe, peju si Julian sampai jatuh ke paha pah, mau lihat”

Saya:”enak saja, kagak dech”

Wife:”Tadi papah keluar di memeknya Utami atau di luar?

Saya:”Di dalam memek, di kb koq”

Wife:”oh” bertepatan dengan itu Utami datang membawa plastic putih.



Utami pun duduk kembali dan memberikan bungkusan yang di bawanya ke istri saya.

Utami:”Nich, ambil semuanya, kecuali yang basah yang dipakai tadi masih di mesin cuci, aku sudah tau ukuran kamu, gampang nanti nyari lagi kalau ada sesi photo lagi”

Wife:”Ok, makasih”

Utami:”Pakai sekarang aza, biar aku rekam buat suami gue, siapa tahu dia minat, entar kita bisa maen bareng berempat..”

Istri saya pun melirik saya meminta pendapat.

Saya:”Ok, betul kata Utami”

Wife:”Ok dech, gue pakai ya” istri saya pun mengeluarkan bungkusan yang ternyata di dalamnya tak hanya pakaian dalam tapi ada baju dan jilbab juga. Istri saya mengambil celana dalam berwarna belang putih biru dan bh warna pink. Dia pun segera berdiri dan melepas bajunya untuk mengenakan bh. Setelah itu dia hanya menaikan rokknya dan memakai celana dalam dengan di rekam oleh Utami.



Setelah selesai Dewi pun kembali duduk di samping saya.

Utami:”Siiip, udah gue rekam, lanjut lagi ya”

Wife:”ia, biar cepat pulang, kasihan anak gue”

Utami:”pertanyaan selanjutnya, ini kan majalah dewasa, pasti pembacanya kebanyakan cowok, nah para cowok ini pasti penasaran dan mau mengetahui diri kamu lebih banyak terutama yang berkaitan dengan seks”

Wife:”ok, gak masalah..”

Utami:”Bagaimana pandangan kamu tentang seks sich?

Wife:”Bagi gue seks bukan Cuma sekedar kebutuhan atau sekdar buat bikin anak, tapi bagi gue sudah menjadi hobi dan keharusan, kepala gue bisa pusing kalau lagi pengen gak tersalurkan”

Utami:”Gimana frekuensi ngentot kamu sama suami?

Wife:”Sering pokoknya, ya gak tiap hari juga, tapi sering banget, biar anak udah duam nafsu gue gede banget, kalau tetek gue, sama memek gue gak ada yang ngerab-raba gimana gitu”

Utami:”Haha, mantap, sering itu segimana sich?

Wife:”Yang mungkin dalam seminggu minimal 7x”

Utami:”Tiap hari dong?

Wife:”ya gak tiap hari juga, tapi kadang 1 hari bisa sampai tiga kali, tergantung stamina dia juga, dia kan kerja, kasihan kalau disuruh ngentotin terus bisa gempor”

Utami:”haha”



Utami:”Ters kan libido kamu tinggi, pas suami capek, gimana dong, masturbasi?

Wife:”pernah masturbasi tapi jarang sekali, ya kalau laki lagi letoy, gue nyari kontol lain”

Utami:”Haha, gak di catat”

Wife:”Hihi, papah diem aza” ucapnya sambil mencubit paha saya.



Saya tidak berkomentar hanya tersenyum.

Utami:”Ia, suami kamu memang harus diam, sudah bagus gitu, kan ceritanya wawancara berdua saja”

Wife:”Ok”

Utami:”lanjut lagi ya…, gaya favorit kamu kalau lagi disetubuhi itu gimana sich, punya posisi favorit dong?

Wife:”Ada dua, pertama gue di atas terus lakinya di bawah, gue yang pegang kendali, sambil enjot-enjotan, tetek gue di remas-remas nikmat dech”

Utami:”Ok, yang kedua?

Wife:”Gue di ewe sambil dipangku berdiri, sensasinya gimana gitu”

Utami:”mantap, pertanyaan berikutnya, kalian eh kamu kan sudah punya anak, pernah ngentot depan anak gak?

Wife:”Sering banget, rasanya gimana gitu gue digagahin depan anak gue”

Utami:”sama dong, hihi”

Wife:”masa?

Utami:”ia, terus punya fantasi seks gak?

Wife:”Ada pastinya, gue pengen ngerasain di gengbeng (gangbang) sama sepuluh orang atau 20 orang gitu, terus suami gue diiket Cuma bisa nyaksikan sambil ngaceng, mat ague ditutup jadi gak tahu siapa saja yang nodain gue”

Utami:”gila, excellent, kayaknya cukup, eh punya cerita lain yang berkaitan dengan esek-esek yang bisa diceritain?

Wife:”Gimana Pah, boleh diceritain?

Saya:”Yang mana, jangan lah”

Dewi pun berbisik di telinga saya.

Wife:”Bukan yang mamah jadi pelacur, tapi yang mamah diperkosa rampok itu”

Saya:”ntar ada yang tahu?

Wife:”Gak ada yang kenal kan pakai topeng”

Saya:”Ok dech”

Utami:”apa bisik-bisik, biar makin laku saja, kan fee kamu bertambah Wi, oh ya, tadi Julian wa aku, bayaran kamu udah di transfer sama bagian keuangan kita si leni. Tapi sekrang gak masuk orangnya, Dia transfer lewat interne banking”

Wife:”Ia, ok nanti aku cek”



Utami:”gimana punya pengalaman apa yang bisa di share?

Wife:”Jadi gini, rumah kita pernah kemalingan”

Utami:”ia, terus kamu diapain sama malingnya? Utami sudah tahu maksud Dewi.

Wife:”Malingnya 5 orang, mereka gak Cuma ngerampok, mereka perkosa gue, bibi gue dan pembantu gue, gue digilir 3 orang depan suami”

Utami:”jadi rampoknya memperkosa elo, tapi waktu itu sempat ngerasa enak gak, penting, pasti pembaca suka”



Wife:”Sempet sich, pada buang di dalem memek gue semua lagi”

Utami:”mantap, prolognya harus gue ganti dikit, yang mana ya” ucapnya sambil memakinkan mouse.

Utami:” Ini nich, Dewi si ibu rumah tangga yang punya sedikit cerita kelam dalam hidupnya di mana rumahnya pernah disantroni maling 5 orang, dan maling tersebut memperkosa dirinya, bibinya dan pembantunya secara bergiliran itu tetep keukeuh untuk mencoba perntungan baru di dunia model hingga akhirnya dengan berbagai bujuk rayu sang suami mengijinkan dirinya merambah dunia model, gimana boleh gak?

Wife:”Gimana pah boleh, Cuma buat naikin popularitas dan majalahnya laku”

Saya:”Terserah dech”

Utami:”siip kalau gitu, cukup dech, makasih banget ya, buat masnya juga aku puas hihi”

Akhirnya selesai juga. Kami pun pamit untuk pulang.



Wife:”Kita pulang ya, transferannya sudah masuk, makasih juga bajunya, eh gue mau pamit sama si Julian”

Utami:”Gak usah paling molor, tadi gue tawarin dia turun, katanya capek, kecapean habis ewean sama kau haha”

Wife:”Ya udah, bilangin makasih gue juga ke dia”

Kami pun pamit sama Utami, kebetulan Utami pun mau pulang. Kami pun segera meninggalkan tempat tersebut.



Saya dan istri pun segera melaju meninggalkan lem*ang. Di dalam mobil kami pun mengobrol

Wife:”Pah, beli makanan dulu ya, buat oleh-oleh, buat anak-anak, banyak orang juga di rumah”

Saya:”Ok gampang, kita mampir dulu”

Kami pun mampir di beberapa tempat untuk beli makanan dan buah-buahan.

Kami pun kemudian melanjutkan perjalanan karena hari semakin sore.



Saya:”Jadi kapan katanya kamu bakal ada sesi photo lagi?

Wife:”Nunggu dari Utami, dia sich sudah ngirim photo aku ke perusahaan yang jualan produk pakaian dalam ibu hamil, sudah ada balasan, bagus katanya tapi mereka harus deal harga dulu”

Saya:”Ok dech, kalau bisa sabtu atau minggu biar aku anter mah”

Wife:”Ia, nanti aku bilangin mereka untuk atur jadwalnya, tapi gak bisa maksa”

Saya:”Ia, usahakan saja”



Wife:”Pah, Anis nanya aku”

Saya:”Nanya apa Ma?
Wife:”Kapan papah mau perawanin si Hanum, sepertinya dia pengen cepat dibayar, butuh uangnya Pah”

Saya:”Kan minggu ini Mah, papah sudah ambil cuti”

Wife:”Kalau mala mini Pah?

Saya:”wah, rugi, nanti gak maksimal, papah kan habis ngentot sama si Utami”



Wife:”Tapi kan nanti malam, pulih lagi, kalau gak maksimal bisa diewe lagi si Hanumnya sama Papah besoknya, kan bisa lebih dari sekali, biar cepat mamah bayar ke Anis”

Saya:”Liat nanti dech mah, rencananya nanti pas stamina full, tapi ok dech kalau papah fit bisa dech, tapi papah penasaran sama Anis juga”

Wife:”Atau papah ewe anis dulu, terus kasih uang sama papah ya”

Saya:”Liat nanti saja dech”

Akhirnya hamper Maghrib kami sampai di rumah. Istri saya segera mandi dan sholat sementara saya Cuma mandi saja, rasanya gak pantes dech untuk sholat. Saya segera bermain bersama anak-anak di depan Tv. Intan merengek besok harus jalan-jalan, dia marah karena kita tinggal lama. Aku pun janji akan membawa mereka jalan-jalan besok.



Sementara Hanum dan Anis tak terlihat begitu juga Bu Heti. Tak lama istri saya muncul. Memakai baju hamil yang panjangnya sampai kaki motif bunga-bunga berwarna pink dan jilbab warna putih. Dewi pun duduk di sebelah saya.

Saya:”Mana Hanum, biasanya ikut nonton tv?

Wife:”Mau dieksekusi malam ini?

Saya:”Langsung ke situ aza mamah nich, belum tahu, lihat nanti saja”

Wife:”Aku panggilin mereka semua saja yap ah, biar kumpul di sini, sambil makan-makan”

Saya:”Ok, Papah setuju saja”

Istri saya pun segera berdiri dan meninggalkan saya.



BERSAMBUNG
 
Makin longgar aja tuh si dewi, di hajar tukang sebanyak itu :(
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd