Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT BIANGLALA DI BANDUNG UTARA

Lanjutan 5​


Deny Regar turun dari motor maticnya di halaman parkir khusus pegawai PT. Suplier Indonesia, melangkah dengan cuek melewati lobby dan tak menggubris satpam maupun petugas informasi yang berusaha menghadangnya.​

"Kalian ngapain sih? Aku langsung dipanggil Pak Fredi tau!" Katanya dengan sangat arogan.
"Bapak sudah ada janji?"
"Aku enggak perlu pake janji. Aku mau lapor ke beliau... minggir."

Satpam itu kemudian berlari mendahului lelaki bertumbuh pendek dan gempal itu. Menemukan pintu CEO (Chief Executive Officer) dan mengetuknya.
"Pak, ada orang bertubuh pendek gempal mau menemui bapak, apakah..."
"Sudah, biarkan orang itu langsung ke sini."
"Baik, siap, Pak!"

Deny Regar melangkah dengan angkuh menuju ruangan orang yang paling berpengaruh di perusahaan itu. Begitu tiba di depan pintu yang setengah terbuka, dia tidak mengetuk dahulu dan langsung duduk di depan sang CEO.
"Begini Pak Fredi..." Katanya, "saya boleh kan ngerokok di sini?" Dia mengeluarkan sigaretnya dan menyalakannya.
"Boleh." Kata Fredi Ananta dengan wajah datar.
"Saya sebenarnya di-hire sama ibu, saya tak ingin merusak kepercayaan beliau... tapi karena Bapak adalah Sekjen Parkindo pusat dan ibu adalah istri bapak... ini semua buat kepentingan partai kan? Oh, saya perlu secangkir kopi kental pahit. Tenggorokan saya kering sekali."
"Bertha, tolong kopi espressonya satu." Kata Fredi sambil memencet tombol interkom.
"Baik, Pak." Jawab sebuah suara dari speaker.
"Bicaralah, Den. Enggak usah bertele-tele."
"Baik, Pak. Tetapi ingat, loyalitas saya terhadap partai adalah karena Ibu Theresia, ingat itu pak. Walau saya dibiayai dalam investigasi ini, tapi cuma dua juta perak sama Bu Priscilia, itu sangat kurang. Saya harap bapak bisa mengerti."
"Kamu perlu berapa lagi?"
"Tidak banyak, Pak. 10 juta cukup."
"Terlalu besar, sudah 5 juta saja. Nih." Kata Fredi sambil menarik laci meja kerjanya dan melempar segepok uang berjumlah 5 juta rupiah. Deny Regar memungutnya, menghitungnya dan kemudian mencecabkan ke dalam dompetnya.
"Tidak jelek." Katanya, nadanya masih terdengar arogan, "Lamsijan dilahirkan di desa Sirnalaya Kecamatan Bojong, Kabupaten Bandung tanggal 28 Februari 1994. Ibunya bernama Popon seorang guru, bapaknya bernama Dadeng seorang tengkulak kopi. Sejak SMP berpacaran dengan anak kepala Desa bernama Dian Maharani dan akan menikah jika tidak terjadi longsor yang mematikan seluruh penghuni desa. Pada saat longsor itu terjadi, Lamsijan sedang berada di Pasar Caringin mengurus tokonya sendiri.

Dia memiliki tiga toko dan sebuah perusahaan konstruksi. Toko pertama khusus menjual sembako di Pasar Caringin, pembelinya sampai antri panjang. Ini fotonya, Pak. Boleh dilihat nanti. Toko kedua di Pasar Cicadas, toko khusus menjual beras. Toko dia memiliki akses DO (Delivery Order) dari Bulog sebesar 60 ton/bulan dengan nilai asset putaran uang minimal 600 juta/bulan. Toko yang satunya lagi adalah toko khusus Greenbean Original kopi Luwak di Bandung Indah Mall, ini adalah tokonya yang paling kecil namun memiliki keuntungan paling besar. Setiap bulan, menurut data yang saya peroleh, dia berhasil menjual 100 kg kopi luwak dengan harga per kilonya satu juta rupiah."
"Oh ya? Masa? Mana ada harga kopi semahal itu?"
"Bapak boleh chek sendiri kafe-kafe pembelinya yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Singapura, London, Paris, dan yang paling besar dari Oslo. Kopi Luwak yang dijual Lamsijan, kalau sudah berada di caffee tersebut harganya sekitar 100 samapi 150 ribu per cangkir.
"Edan." Desis Fredi tanpa sadar.
"Tidak edan, Pak. Dia normal. Walau disinyalir oleh dosen-dosen psikologinya, Lamsijan memiliki nilai IQ 170. Untuk bapak ketahui, Albert Einstein aja hanya memiliki nilai 160. Dia memulai semua usahanya sejak SMA dan selama kuliah. Teman-teman kuliahnya di Psikologi Unpad banyak yang menganggap Lamsijan adalah orang aneh dan kuper. Tapi anak itu kelihatannya bodo amat. Dia lulus Sarjana Psikologi Unpad tahun 2014 dalam usia 20 tahun, dengan spesifikasi Psikologi Industri dan Human Resources. Oh ya Pak, dia juga menguasai empat bahasa dengan baik, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Inggris dan bahasa Jerman."
"Benarkah?"
"Dia memulai karirnya sebagai Kader Parkindo di Kecamatan Bojong sebagai kader anggota biasa. Namun ternyata dia sanggup mengakomodir keinginan teman-temannya untuk membangun lapangan futsal. Dengan seribu satu cara akhirnya dia bisa mendirikan lapangan futsal yang cukup baik sebagai arena sosialisasi antar kader, selain itu lapangan tersebut juga disewakan sehingga teman-teman kader memiliki pendapatan walau sedikit. Setelah terpilih menjadi Ketua Ranting, dia membangun toko sembako keliling dan sukses besar. Kini dia sedang membangun toko sembako online dalam motor roda 3 yang akan berkeliling sambil berjualan dan melakukan delivery untuk tingkat Kabupaten; hampir semua para kader ikut berinvestasi dalam program tersebut."

Deny Regar mengisap sigaretnya dan menyesap kopinya yang belum lama datang.
"Salah satu kelemahannya adalah sikapnya yang frontal dan kadang tidak mau kompromi, karena itu beberapa lawan politiknya banyak yang membenci Lamsijan. Bahkan ada yang mengintimidasinya dengan kekerasan... lihat Pak, ini ada beberapa beritanya yang dimuat di sejumlah media. Rumahnya dirampok, motornya dirusak dan pelemparan Sekretariat DPC dengan bom molotov dan batu oleh sejumlah orang tak dikenal. Kelemahan lainnya... dia sepertinya tak bisa melupakan kekasihnya yang mati tertimbun longsor... cewek-cewek cantik sekabupaten mengejar-ngejar dia; tapi dia cuek saja seperti bebek."

"Hm, begitu ya? Kalau perusahaan konstruksinya gimana?"
"Oh, itu, hampir lupa. Dia bekerja sama dengan Ir. Agus Sugandi membangun perusahaan tersebut dengan biaya fifty-fifty."
"Ada lagi?" Tanya Fredi Ananta.
"Saat ini dia tengah merencanakan membangun sebuah sistem pergudangan berpendingin di Caringin dengan nilai investasi sekitar 5 Milyar. Jika terwujud, bisa dipastikan Pasar Caringin akan menjadi salah satu titik pusat perdagangan Buah dan Sayuran terbesar di Jawa Barat. Sebab sistem ini akan sanggup menampung produksi buah dan sayuran di Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cianjur dan Kabupaten Sumedang."
"Baiklah, informasinya cukup menarik. Terimakasih ya Den."
"Siap, Pak. Saya permisi."
"Silakan."

***​


Deny Regar melajukan motor maticnya dan berhenti di sebuah Rumah Makan Padang, pesan kepala kakap dan kikil. Dia membuka smartphonenya dan mengirim email ke sebuah email yang bernama [email protected].
Tugas sudah dilaksanakan, rekaman pembicaraan ada di attachment.

Lima detik kemudian dia mendapat balasan dari email tersebut.
transfer 50 juta sukses, mohon delete percakapan ini 10 detik lagi.

10 detik kemudian Deny Regar menghapus pesan serta rekaman. Lalu dia makan dengan sangat lahap.

***​


Dokter Priscilia Natali Ang turun dari Mercedes Benz-nya di depan sebuah kafe di wilayah Padasuka, Cicaheum. Dia melihat lelaki pendek berusia 40-an itu sedang menyesap kopi dan merokok di meja dekat taman.
"Gimana kabarnya, Den?" Kata Priscilia setibanya di meja itu dan memesan Jus Lemon.
"Baik, Bu. Saya sudah lapor ke Bapak kemarin lalu."
"Semuanya kamu laporin?"
"Tentu saja tidak."
"Saya cuma ingin tahu siapa aja cewek-ceweknya, jumlah angka di rekeningnya dan rumah tetapnya."
"Saya sudah menguntit Lamsijan sejak ke luar dari rumah sakit selama 24 jam penuh selama 7 hari, Bu. Nih, semua videonya ada di flashdisk. Dia tidak punya cewek dan tidak punya rumah tinggal yang tetap. Sekarang dia mengontrak di daerah Ujung Berung, di pinggir sebuah mini market. Selama 7 hari itu kerjaannya cuma bolak balik Soreang, Caringin, BIM (Bandung Indah Mall) dan Tubagus Ismail, terakhir kemarin sore dia pergi ke Pertemuan Forum Bandung Timur."
"Mau ngapain ke sana?"
"Dia termasuk salah satu pendukung pembentukan Kabupaten Bandung timur."
"Oh, begitukah?"
"Saya ikut masuk ke ruangan forum dan kebetulan mendengar dia sedang menyampaikan pendapat... dia licik sekali, Bu. Dia sedang merayu anggota forum untuk bersimpati pada Parkindo."
"Itu bukan licik, Den. Itu cerdik. Ada videonya enggak?"
"Ada, Bu. Sudah termasuk di dalam flashdisk."
"Terus angka di rekeningnya?"
"Dia ternyata sangat kaya, Bu. Saya sempat mengintip ketika dia masuk ke Atm, ada fotonya bu, dan melihat saldonya sekitar 4 Milyar lebih."
"Wah, hebat. Kamu tahu kebiasaan makan siangnya di mana?"
"Dia makan siang di sembarang tempat. Kadang di bistro corner... yang di jalan Sulanjana itu, Bu, kadang di rumah makan 69, kadang di Kafe, kadang di warung Padang... sekenanya saja."
"Kalau makan malam?"
"Dia pesan online. Antara jam 7 dan jam 8. Biasanya jam 10 atau jam 11 lampu kamarnya sudah mati dan tak ada aktivitas lain."
"Kamu lihat tamu-tamunya?"
"Kalau yang datang bertamu ke rumah kontrakannya bisa di hitung dengan jari. Pak Otong, Pak Dadang dan Pak Aceng, kalau mereka datang biasanya pulang sekitar jam 11 malam."
"Saya denger dia dikejar-kejar seorang artis sinetron asal Bekasi ya?" Tanya Priscilia dengan wajah cemberut.
"I ya, Bu. Bener. Itu kejadiannya waktu di Bistro Corner, dia sedang makan siang sendirian seperti biasa lalu ada serombongan artis sinetron menyerbu bistro itu... gila, Bu, mereka pada centil dan menggodain Ijan..."
"Videonya ada?"
"Ya adalah, Bu. Saya enggak omong kosong. Pokoknya semuanya ada di flashdisk."
"Terus gimana?"
"Udah ibu lihat sendiri aja."
"Ya udah, sini flashdisknya."

Deny Regar menyeringai mesum.
"10 juta aja Bu, soalnya kemarin lalu bapak cuma ngasih 5 juta... aku tekor nih buat biaya ke sana-ke sini."
"Banyak amat."
"Duh, Ibu ini. Saya naik ojol ngikutin dia aja hampir abis 500 ribu, belum makanan, kopi dan rokok... ditambah lagi sogok sana sini biar bisa ngevideoin dengan aman... itu murah, Bu. Saya jamin deh."
"Dasar kamu mata duitan, ya udah, nih." Kata Priscilia sambil mengeluarkan amplop kabinet berwarna coklat polos. "Enggak perlu dihitung, aku udah ngeduga kamu akan minta segitu."
"Makasih Bu he he he..."
"Ya udah, Ibu permisi ya. Jus kamu yang bayarin..."
"Yaaahhh..." Keluh Deny Regar dengan wajah masam.

***​


Sore itu gerimis. Matahari senja tertutup mendung. Priscilia duduk menatap monitor Laptop dengan serius.
"Mamah koq asik bener, lagi nonton video porno ya?" Kata Fredi Ananta sambil mendekati Priscilia yang tengah asyik dengan Laptopnya di ruang kerja di rumahnya.
"Papah in otaknya itu aja... nih lihat Pah hasil kerjaannya si Deny selama seminggu."
"Ah, bosen. Enggak ada eweannya. Mamah aja yang ngelihat, Papah mah laporannya aja."
"Huuu dasar, Papah."
"Mah, Papah besok ada rapat kerja tertutup partai di Segitiga Emas, tapi Papah mau berangkat sekarang pake mobil. Mang Asep sama Mercedesnya Papah pinjem ya, boleh enggak?"
"Boleh. Apa sih ya enggak boleh buat papah?" Kata Priscilia dengan suara lembut.

Fredi tertawa senang dan mencium kening Priscilia.
"Makasih ya sayang."
"I ya, Pah. Selamat bekerja."
"Oke."

Fredy ke luar rumah dan memasuki mobil. Priscilia melihatnya melalui jendela. Dia mungkin akan bermalam di hotel di Kompleks Segitiga Emas bersama Ninoy Maramoy, kader Parkindo dari Menado. Tapi Priscilia tidak peduli. Toh hampir selama dua hari full vaginanya ambyar setiap 3 jam sekali di rumah sakit. Brondong itu seperti tak habis-habis tenaganya dan Priscilia juga merasa aneh dengan vulvanya yang tak puas-puasnya digenjot sampai benar-benar amburadul. Bahkan ketika dia memeriksanya di cermin, mulut vulvanya tampak menyon seperti mulut orang yang terkena stroke parah.
"Hadeuuuhhhh... dan aku pengen ngentot dia lagi, lagi, dan lagi..." Keluh Priscilia.

***​


Dokter Priscilia fokus kembali mengamati video itu. Dia membuka video yang ditunggu-tunggunya.

Gambar video itu mula-mula menyorot Lamsijan yang tengah makan siang dengan tenang, lalu terdengar suara riuh cekikikan serombongan gadis-gadis cantik yang masuk ke dalam bistro dengan berbagai gaya yang sangat centil. Jelas sekali bagi Priscilia bagaimana gadis-gadis cantik yang ternyata para figuran sebuah sinetron FTV itu berlomba-lomba mencari perhatian Lamsijan sambil lewat. Namun si brondong itu cuek saja dan bersikap bodo amat. Priscilia tentu saja merasa sebal pada kecentilan gadis-gadis itu. Tapi perasaan sebal itu berubah menjadi gemas, marah dan sedikit cemburu ketika salah seorang dari gadis-gadis itu, yang ternyata adalah pemeran utama, mendekati meja Lamsijan dan permisi minta duduk semeja.
"Maaf, Pak. Semua meja penuh, boleh saya ikut bergabung di sini?" Meskipun suara itu terdengar tidak jelas namun Priscilia masih bisa mendengar percakapan itu dengan baik.
"Oh, silahkan, Bu." Lamsijan berkata sopan. "Huh, harusnya kamu jangan bersikap jentelman kayak gitu!" Kata Priscilia kepada monitor laptop dengan nada merungut kesal.
"Panggil saya Bella." Kata si artis sambil tersenyum. "Kakak namanya siapa?"
"Coba tebak?" Jawab Lamsijan sambil tersenyum.
"Iih koq jadi main tebak-tebakkan... gak mau ah."
"Kalau begitu adek tidak akan pernah tahu nama saya."
"Terus, kalau ketebak hadiahnya apa?" Suaranya terdengar manja.
"Hadiahnya? Mmm, yang murah aja ya. Kamu dan semua temen kamu yang makan di sini aku traktir."
"Sungguh?"
"I ya, lah. Masa bohong."
"Eh, temen-temen sini... ayo kita tebak rame-rame nama kakak ini." Kata si artis sambil melambaikan tangannya, para gadis cantik itu pun riuh berkerumun di meja Lamsijan.
"Batas tebakannya berapa kali, kak?"
"Biar adil ya, 100 kali aja." Kata Lamsijan diikuti sorak sorai gemuruh gadis-gadis cantik itu, "tapi kalau kalian semua gagal menebak, maka kalian yang harus nraktir."
"Setuju."
"Deal."
"Nama kaka Robby." Kata salah seorang gadis cantik itu.
"Bukan. Satu ya..."
"Asep?"
"Bukan. Dua."
"Faizal?"
"Bukan, tiga."

.....skip...

"Darius?"
"Bukan, sembilan puluh enam."
"Aku tahu, aku tahu... Sujana."
"Bukan, tapi agak mirip. Sembilan puluh tujuh."
"Yusuf."
"Ih, kamu. Masa yusuf, yang deket ke nama Sujana dong."
"Bukan, sembilan puluh delapan."
"Bujana."
"Ha ha ha... bukan, sembilan puluh sembilan. Terakhir?"
"Nyerah deh nyerah..."
"Tebak, sekali lagi."
"Maradona."
"Bukan, seratuuus." Kata Lamsijan sambil berdiri dari mejanya, "nah, nama saya ini." Kata Lamsijan sambil mengeluarkan KTPnya.

Huuu...
"Namanya koq aneh." Kata salah seorang gadis.
"Bilang aja kampungan gitu! Aku enggak apa-apa koq, udah biasa diledekin. Jadi yang mau bayarin aku siapa?"
"Ya, udah aku deh." Kata si artis bernama Bella dengan wajah cemberut. Dia menatap Lamsijan dengan tatapan agak sayu.
"Makasih ya, aku permisi. Daah..."
"Eh, kak, tunggu." Salah seorang gadis yang berlari dan mendekatinya dan meminta nomor WA Lamsijan.

Priscilia menarik nafas kesal ketika Lamsijan memberikan nomornya.
"Tapi itu hak dia, masa aku yang udah tua kayak begini masih berhak cemburu sih?" Priscilia berkata dengan perasaan sangat sedih. Tapi dokter itu tidak tahu, ketika rombongan gadis-gadis itu selesai makan dan hendak membayar, ternyata semua makanan mereka telah dibayar oleh Lamsijan.

Mereka kecele sekaligus surprise!

***​


Beberapa potongan video selanjutnya memperlihatkan si artis sinetron yang bernama Bella itu berbicara dengan Lamsijan di sejumlah tempat. Pada potongan video terakhir, Priscilia melihat kedua tangan Bela mencekal pergelangan tangan Lamsijan dengan manja.
"Aku banyak kerjaan, Bella. Maafin enggak bisa menuhin undangan kamu." Katanya sambil masuk ke dalam taksi online yang dipesannya.

Bella tampak menggigit bibir dan seperti ingin menangis. Tapi Priscilia justru tersenyum senang.

***​


(Bersambung)​

 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd