Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

JUARA LOMBA BERHALASENJAKALA [2019]

Status
Please reply by conversation.
Seharusnya ini jadi malam yang tenang buat seorang Adi Wirabuana, Manager On Duty berusia 28 tahun yang bekerja di Hotel Grand XXX, sebuah hotel berbintang 4 yang berada di kawasan destinasi wisata alam pegunungan. Semua tamu yang booking hotel pada hari ini, sudah check-in. Kalaupun mereka tidak datang sekalipun, Adi tidak akan ambil pusing karena kamar sudah dibayar. Adi pun merasa puas melihat salah satu laporan mingguan bahwa rata-rata okupansi hotel di minggu kedua bulan ini sudah mencapai 44%. Cukup lumayan mengingat ini bukan musim liburan panjang karena di bulan ini tidak ada tanggal merah di weekday. Tetapi letak hotel ini yang berada di area pegunungan yang sejuk berudara segar, sering menjadi destinasi short escape plan bagi para tamu dari Kota XXX yang butuh ketenangan, udara segar namun tidak perlu pergi terlalu jauh. Hotel Grand XXX hanya berjarak 30 km dari Kota XXX, sebuah Kota Metropolitan yang di juluki “Miniatur Jakarta”.

Setelah selesai mengecek semua report mingguan, Adi menutup report yang ia buka melalui PC di ruang Administrasi. Adi kemudian kembali ke ruang kerjanya dimana ia bisa bersantai di ruangannya dan melanjutkan maraton menonton serial di Netflix yang sempat tertunda karena rutininas pekerjaan. Beberapa saat belakangan ini Adi keranjingan menonton serial di Netflix untuk mengisi waktu. Serial yang sedang ia ikuti satu minggu terakhir adalah sebuah serial berjudul “The Strain” berkisah tentang penyebaran virus purba yang bisa mengubah manusia menjadi zombie. Kemarin ia baru sempat menonton hingga episode 7 dan memutuskan ingin menonton kelanjutannya malam ini karena sangat penasaran. Masih ada 8 episode yang menunggu ia tonton. Lagipula shift malam secara beban pekerjaan tidak terlalu berat, jadi pikir Adi, dia bisa menonton dengan tenang malam ini.

Agar membuat suasana menonton jadi lebih mantap, Adi pun menyeduh kopi Mandheling. Namun baru juga Adi meletakkan kopi yang mengepul panas di atas meja, ia mendengar pintunya di ketuk pelan dari luar. Adi mengumpat pelan karena ia sudah berpesan kepada staf shift malam ini jika ada yang ingin mencarinya, sebaiknya telepon dulu melalui line internal sebelum membawa tamu ke ruangannya.

“Siapa?” Adi bertanya menunggu jawaban, namun yang ia dapati selanjutnya adalah ketukan berikutnya.

Tok..tok...

Dengan perasaan sedikit kesal, Adi lalu berjalan menuju ke arah pintu.

Tanpa terbersit di pikiran Adi, begitu ia membukakan pintu dan bertemu dengan sang tamu misterius, tindakannya akan menimbulkan efek domino bagi kehidupan Radja, 21 tahun, yang di waktu yang bersamaan tengah bersetubuh dengan pacarnya.

Butterfly effect.

Efek domino yang sayangnya penuh dengan kepedihan, kegetiran yang akan meruntuhkan kehidupan seorang Radja, bukan cuma runtuh. Malah Lebih tepatnya,

totally fucked up.





PRESENTED [/FONT]

[/CENTER]















*****



Di saat yang bersamaan, berjarak 100 Km dari Kota XXX, sepasang muda-mudi yang menjadi pasangan terpopuler di Universitas Harapan Bangsa (UHB) tengah mengadu nafsu di sebuah kamar yang berisi barang-barang mahal. Mereka berdua sudah telanjang bulat namun masih berada di awal pemainan.

“Uhmmm,” desah Novita, sang primadona Kampus FISIP UHB saat mengulum milik kekasihnya.



Novita

“Isap lebih kencang,” pinta Radja.

Julukan primadona kampus kepada Novita bukan tanpa sebab. Nama Novita sudah populer sejak terjun di dunia modeling sejak SMP. Wajahnya sudah seringkali menjadi pilihan para klien yang memiliki produk kecantikan, fashion dan lifestyle. Wajah cantik? Tentu saja. Wajah oriental Novita yang memiliki rambut lurus alami di tunjang dengan badan yang ramping, memiliki kulit putih nan sehat dan payudara proporsiona, kaki jenjang tanpa cela. Dengan tinggi badan 170 cm, wajah fotogenic, Novita sudah memiliki lebih dari cukup syarat untuk menjadi model professional. Setelah memiliki nama di kancah nasional, ambisi berikutnya Novita adalah bergabung dengan agency berkelas internasional. Catwalk Paris menjadi ambisi terbesar Novita.

Namun sebelum memiliki mimpi dan ambisi yang tinggi, Novita mesti menuntaskan hasratnya yang menggebu-gebu malam ini. Seminggu tidak bertemu kekasihnya, mereka sama-sama punya nafsu yang mesti di tuntaskan malam ini.

Kalau Radja, siapa dia? Baca hingga akhir maka kamu akan tahu siapa Radja.



Radja

Novita seperti biasa mengawali seks dengan foreplay yang melibatkan blowjob. Novita dengan penuh semangat menyedot dan mecucup lubang penis Radja,kekasihnya sejak dua tahun terakhir ini. Novita mengkocok penis Radja sambil sesekali menjilati batang kejantanan dan menciumi kepala penis Radja yang sudah memerah dan menegang maksimal.

“Hihi baru gak ketemu seminggu, penis kamu kok sepertinya makin tambah besar beb… sluurrppp,” kata Novita di tengah sesi blowjob. Radja hanya tersenyum dan membelai rambut Novota yang lembut nan wangi. Radja sesekali menggelijang manakala Novita mencoba deepthroat. Meski sudah membuka mulut lebar-lebar tetap saja hanya separuh batang kemaluan Radja yang bisa masuk hingga nyaris menyundul tekaknya. Dari sela mulut Novita, ludah berceceran keluar.

“Gloogh,…...gloggghh….uuhhrgghhh…”

Radja selalu menyukai pemandangan tatkala Novita memandang ke arahnya sambil tetap memberikan oral seks. Di saat Radja tengah menikmati deepthroat, Tiba-tiba Novita dengan sengaja melepas penis di dalam mulutnya. DIa berdiri merangkul Radja dan menyambar mulutnya. Mereka terlibat french kiss yang sungguh panas.

Bibir bawah Radja dicium, dilumat bahkan sesekali digigit Novita. Tak mau kalah, gantian Radja yang mencoba mengambil kendali permainan panas malam ini. Radja memaguti bibir atas Novita yang ranum dan membulat. Tangan Radja memegangi kedua belah pipi Novita yang bersemu kemerahan. Radja mencium dengan sangat agresif bibir Novita. Sesekali mereka berhenti melepas ciuman untuk mengambil nafas sebelum kembali saling mengulum, mengigit, menghisap dan membelit lidah. Radja merasa suhu badan Novita mulai panas, matanya pun sayu, pertanda sang betina sudah tidak tahan di rojok dengan penis sang pejantan. Namun Radja tidak ingin terburu-buru, justru ia ingin memancing sisi liar Novita.

Radja membelai langsung kulit punggung Novita yang ternyata sudah mulai basah. Tangan kanan Radja meraih payudara Novita sebelah kanan dari bawah. Sangat pas sekali telapak tangan Radja saat menggenggam semua payudara Novita dan terasa tonjolan puting di telapak tangannya. Semakin keras Radja meremas payudara Novita, semakin keras erangan Novita yang teredam oleh ciuman.

“Ughh” Novita melepas ciumannya, nafasnya naik turun sambil menatap Radja.

“Beb, ayo…entotin aku…aku udah basah banget. Gak usah pake caps, aku amaN. Kamu bisa crot sepuasnya di dalam memek aku. Ayo entotin sekarang beb!” Novita berbaring telentang dan menarik lututnya ke atas sehinga mengangkang lebar. Terlihat bulu-bulu halus di sekitar kemaluan Novita sudah mengkilat basah.

Sebelum memasuki relung terdalam Novita, Radja menerjang Novita, kedua tungkai Novita yang menjuntai di angkat dan di letakkan di atas pundaknya.

“Aahhh…Bebb !” desahan halus keluar dari mulut Novita saat Radja menyapukan ujung lidahnya di bibir terluar vagina Novita. Novita mengerang keras sekali, tidak peduli bahwa di luar kamar, ada tiga teman mereka yang sedang minum-minum. Novita seperti terkena aliran listrik saat ujung lidah Radja yang lancip basah, hangat bertekstur kasar memasuki liang vaginanya dan langsung memainkan klitorisnya. Novita mengelepar, Radja menahan pinggul Novita yang seperti berontak, tidak tahan terus-terus kena stimulus.

“Iyah..beeeb..hisapp lagi…ahhh, dikit lagi, dikit lagi ”erang Novita dengan suara parau.

“Mmmhh…memekmu, gurih beb,” puji Radja.

Novita sudah tidak sanggup menanggapi perkataan Radja, yang ada malah kini kedua tangannya menjambaki rambut Radja. Akhirnya, yang di nanti Novita datang juga saat satu sentilan berulang di klitorisnya, mendatangkan arus kenikmatan bak air bah.

“Arrrrrrggghhhhhh, entoooooottttttttt!”

Tubuh Novita menggelinjang tak terkendali saat dia mencapai orgasme.

Karena banyak cairan yang keluar dari memek Novita, Radja menyeruput jus cinta milik Novita sampai tandas dan terdengar bunyi sslluurpp….sssrrppp…! Radja bangkit dan menyeka keringat di peluhnya. Radja sudah tegang maksimal. Ia menaruh ujung penisnya di depan liang vagina Novita yang memerah.

Bless!

Mereka berdua mendesah bersamaan ketika kelamin mereka bersatu dengan posisi sempurna dalam posissi misionari. Pemandangan berikutnyam, kedua insan berbeda jenis ini saling balas menghentakkan pinggul. Fiuh, penisku sudah masuk secara sempurna dengan posisi aku menindih Novita. Radja menaruh tungkai Novita di atas pundak, sehingga ia leluasa menggempur kemaluan Novita yang sudah berbuih.

“Aku di atas beb!” pinta Novita.

Radja menyanggupi pemintaan Novita. Ia ganti berbaring telentang di bawah sementara Novita menduduki penisnya. Radja langsung mencengkram payudara Novita saat Novita mengurut penisnya dengan lubang vaginanya. Peluh membasahi keduanya terutama peluh di kening dan badan. Radja membetot kedua daging kenyal yang membuat para cowok di kampus Cuma bisa menatap iri dan mungkin hanya bisa membayangkan Novita sebagai bacol mereka. Namun khusus untuk Radja, Novita siap melakuan apa saja termasuk urusan seks.

“Ashhhhh..beb..nikmatnya..kamuh belum sampai yach…asshhhh..akuh, sebentar…lagihhh…” Novita terbata-bata mengungkapkan rasa nikmatnya di setubuhi Radja.

Radja menggeleng. Entah kenapa sudah setengah jam ia bercinta dengan Novita, belum tampak ciri ia mencapai klimaks. Sensasi bercinta seperti menurun. Tentu saja kenikmatannya turun jika setiap mereka bertemu selalu di akhiri dengan persetubuhan. Entah di mobil, kamar hotel, rumah.

Semakin mudah seks di dapat, rasanya jadi hambar. Tidak peduli seberapa cantik dan seksi sang partners seks. Sisi tabu yang membuat seks itu nikmat. Kenikmatan terlarang, semakin di larang semakin nikmat. Pemikiran itu membuat Radja menelaah kembali gaya bercintanya dengan Novita. Mulai dari role-play, hardcore, softcore bahkan hingga BDSM sudah pernah ia praktikkan bersama Novita. Apapun gaya seksnya, hanya mereka berdua saja yang terlibat.

Bagaimana jika….

Tiba-tiba Radja mendorong Novita sehingga ia rebah, dengan kasar Radja membalik badan Novita sehingga ia menungging bertumpu dengan lutut. Novita paling gampang orgasme jika di sodok penis dengan doggy style.

PLAK…PLAK…PLAK…PLAKKK.

Benturan kelamin keduanya menghasilkan suara khas, saatnya mengakhiri sesi pertama, batin Radja. Radja memegangi pinggul ramping Novita dan mempercepat tempo tusukan penisnya di sepanjang liang kemaluan Novita. Saat Novita sudah tidak kuat menahan badan dengan tangannya, Radja memegang dan menahan pinggung Novita agar tetap menungging.

“BEBBBBB..AKU..SAMPAIIII..AAAARGGGGH!”

Radja tidak memberikan kesempatan bagi Novita untuk menikmati kedutan di vaginanya dengan terus mendesakkan penisnya. Lalu Radja mengambil ponselnya dan kemudian menelepon Dion yang berada di luar kamar bersama Ryan dan Kiki.

“Kalian masuk ke kamar gih,”

Mata Novita terbelalak saat mendengar Radja meminta ketiga teman mereka untuk masuk ke dalam.

“Beb, kamu mau ngapain beb? Kenapa kamu meminta mereka masukkk?”

Di luar, Dion seperti tidak mempercayai perkataan Radja.

“Emang elo udah selesai ngewe sama Novita?”

“Uda masuk aja lo bertiga, gak usah banyak bacot, sebelum gue berubah pikiran.”

Novita terus bertanya kepada Radja yang hanya tersenyum simpul.

“Gue butuh variasi sayang.”

Saat pintu kamar terbuka dan ketiga teman mereka masuk, Novita berteriak kecil.

“Gue tahu kalian, terutama Ryan dan Dion, sering curi-curi pandang ke Novita. Nah, sekarang gue akan kasih kesempatan buat kalian untuk turut mencicipi Novita,” Radja tidak menggubris protes keras dari Novita, Radja tertawa dan kemudian menghentak-hentakkan pinggulnya alias kembali melanjutkan persetubuhan.

Melihat Novita tengah menungging, berteriak namun tidak kuasa untuk melawan keinginan Radja, Ryan dan Dion saling berpandangan.



Ryan



Dion

Lalu dengan terburu-buru keduanya menanggalkan pakaian dan celana sehingga keduanya sudah telanjang bulat. Penis keduanya masih belum berdiri benar, namun dengan beberapa kali kocokan dan terpampang cewek yang jadi fantasi seks dalam keadaaan pasrah, kini penis kedua sudah tegang maksimal.

“Dion, lo berdiri tepi ranjang. Ryan, elo rebahan di deket ranjang,”perintah Radja. Keduanya menurut saja apa kata Radja. Radja mencabut penisnya.

“Nov, elo rebahan di atas badan Ryan. WOT”

Novita langsung memasang tampang memelas, dia memang cewek yang tidak asing dengan seks semenjak SMA. Tapi ia tidak pernah terlibat orgy. Namun Radja menatap Novita sembari berkata singkat.

“Elo akan menyukainya beb, trust me.”

Novita tidak ada pilihan lain. Ia sempat beradu pandang dengan Kiki yang duduk di sofa dalam kamar Radja. Kiki mengangkat kedua bahunya pertanda, ia pun tidak bisa membantah perintah Radja. Akhirnya dengan berat hati, Novita merambat di atas badan Ryan yang kekar. Dalam hati, Novita sebenarnya gak keberatan sih kalau Radja mengizinkan dia bercinta dengan Dion atau Ryan karena keduanya juga ganteng, good looking. Namun agar tidak terlihat murahan, Novita mesti pura-pura menolak meski akhirnya nurut juga. Baik Ryan maupun Novita saling merinding ketika tubuh telanjang mereka bersentuhan. Ryan deg-degan karena cewek yang ia kagumi kini sedang memegang penisnya dan mengarahkan lubang vaginanya. Keduanya mengerang bersamaan saat Novita menduduki penis Ryan sehingga masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Penis Ryan tidak sepanjang penis Radja tetapi penis Radja lebih gemuk dan tebal diameternya sehingga membuat Novita mengernyit ngilu.

Sementara itu Radja puas karena penis Ryan sudah terbenam dalam vagina Novita yang legit. Namun masih ada satu lubang lagi yang gak kalah legitnya yakni lubang anus Novita. Radja mendorong badan Novita sehingga ia rebahan di atas badan Ryan. Ryan mati-matian menahan keinginan untuk mencium bibir Novita yang amat sangat dekat dengan wajahnya. Dari jarak sedemikian dekat, Ryan melihat perubahan air muka Novita. Kening Novita mengkerut, matany tertutup dan ia menggigit bibir bawahnya. Pertahanan Ryan jebol saat Novita mengerang tepat di depan wajahnya. Ryan langsung menyambar bibir Novita dan mengulumnya dengan sangat agresif. Sebenarnya teriakan Novita barusan menjadi pertanda bahwa setengah penis Radja sudah masuk ke dalam lubang anus Novita. Anal seks bukan hal baru bagi Novita dan Radja, namun tetap terhitung jarang sekali lubang anus Novita di pakai Radja.

“Beb, santai saja, jangan di lawan. Kalau elo gak rileks, otot di sekeliling anus akan ikut tegang dan pasti sakitt,” kata Radja terbata-bata karena ia merasakan cengkeraman anus Novita mengetat. Ciuman dengan Ryan membuat Novita rileks. Perlahan Radja mulai menggerakkan penisnya di anus Novita. Ryan berusaha menyesuaikan tempo. Novita mengelepar, kedua lubang paling sensitif di tubuhnya kini bak dihujani dua penis secara bersamaan yang bergerak bergantian bak piston. Radja menjambak pelan rambut Novita dan mengarahkan kepala Novita ke arah Dion yang berdiri di samping mereka. Nafas Dion sudah tersengal-sengal menyaksikan ini semua dari dekat.

“Nov, isap penis Dion.”

Dion melenguh saat Novita mencaplok penisnya. Dion makin menggila menyetubuhi mulut Novita saat ia memegangi kepala Novita. Sementara itu Radja puas luar biasa karena merasakan sensasi seks foursome yang sungguh tak biasa namun sukar untuk di lukiskan dengan kata-kata. Fantasi seks yang terwujud di tambah dengan jepitan luar biasa lubang anus Novita yang seolah mencekik kepala penisnya membuat pertahanan Radja jebol. Ia mengeram sambil meremas kuat-kuat bongkahan pantat Novita, memeras habis pejuhnya di dalam lubang anus Novita.

Radja ngilu saat menarik keluar penisnya, dari lubang anus meleleh sperm Radja. Radja menepuk pundak Dion yang tengah memejamkan mata.

“Di, nih coba anusnya Novita. Gue jamin gak sampai lima menit, penismu abis kena peras.”

Dion langsung mencabut penisnya dari dalam mulut Novita yang terengah-engah, air liur merembes banyak dari dalam mulut Novita. Ryan yang berada di bawah menangkap lelehan air liur Novita, tanpa memperdulikan air liur tersebut telah bercampur dengan cairan precum dari penis Dion.

Bless.

Novita dan Dion mengerang karena lubang anus Novita kembali di sumpal dengan penis besar. Untuk mengurangi rasa sakit, Novita menyambar bibir Ryan.

Sementara itu Radja yang lemas lalu duduk di samping Kiki yang Radja lihat seperti kurang nyaman melihat foursome antar teman-temanya sendiri.

“Gak ikut join lo Ki,” tanya Radja santai sambil menyalakan sebatang rokok. Radja tidak risih sama sekali duduk masih dalam keadaaan telanjang bulat.

“Maksud lo?”

Radja tertawa. “Ya udah, nikmatin saja.”

“Dja, elo gak cemburu gitu liat pacar lo di gangbang Ryan dan Dion?”

“Enggak.”

“Kenapa?”

“Gue gak marah atau cemburu Karena yang make cewek gue kan teman gue sendiri.”

“Parah lo yah.”

Radja tertawa dan menikmati seks live show depan matanya. Radja mulai turn-on saat Ryan dan Dion bertukar posisi. Dion ngehajar vagina dari bawah sementara Ryan ganti menusuk lubang anus Novita. Novita terlihat sudah pasrah dan mengikuti apa kata hawa nafsu. Rupanya bukan Cuma Radja yang kembali terangsang. Kiki juga mulai basah, terutama di detik-detik penis Ryan yang pendek namun berurat menyodomi Novita. Bagian bawah Kiki jadi serasa ikut berkedut. Kiki terkejut melihat Radja mengocok penisnya sendiri.

“Itu ada meki, elo malah coli, gimana sih Dja,” sindir Kiki yang mulao tidak tenan duduknya.

Kiki jadi salah tingkah saat Radja malah menatapnya dengan penuh arti. “Gue udah sering pake si Novita, biarkan Ryan dan Dion menikmati selagi bisa. Lagian….”

“Lagian apa?”

Radja meminta Kiki mendekatkan telinganya.

“Kan ada elo yang bisa bantu gue,” bisik Radja pelan.

Kiki terperanjat kaget, seakan tidak percaya Radja mengatakannya. “Maksud lo apa Dja?”

Radja tersenyum penuh arti, Radja memegang tangan Kiki yang lembut lalu Radja duduk hingga menghimpit Kiki.

“Ini maksud gue,” bisik Radja menuntun jemari lentik Kiki melingkari batang penisnya.

Kiki tersipu malu, ia tidak menyangka jika Radja yang menjadi fantasi seksnya, meminta Ia untuk memuaskannya. Maka Kiki pun memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Kiki menarik ke bawah batang penis Radja lalu menahanna sehingga kepala penis Radja terlihat membesar merah. Radja menggelijang saat jempol Kiki bermain-main di sekitaran lubang kencingnya, saking gelinya sampai pantat Radja terangkat-angkat.

“Fuck, enak banget ki…” desah Radja.

Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..Clep..clep..

Kocokan tangan Kiki ke batang penis Radja yang tegang maksimal menimbulkan suara yang khas.

Radja mulai gelisah, ia tidak rela kalau Cuma dapat kocokan tangan. Radja menjambak rambut Kiki dan mengarahkan mulut Kiki mendekati penisnya. Tanpa Radja minta, Kiki menutup mata dan membuka mulutnya lebar-lebar. Kiki langsung mengatupkan mulutnya saat setengah batang penis Radja sudah berada di dalam mulutnya. Tangan kanan Kiki langsung bekerja mengurut dan membelai kedua biji zakar Radja, sementara di dalam mulutnya, lidah Kiki mengulasi kepala penis dan ujung lidah menyentil-nyentil lubang kencing penis.

Radja tidak tinggal diam, ia menahan kepala Kiki dan memajukan pinggulnya. Radja sudah tidak focus dengan threesome di depannya. Ia kini focus mengejar kenikmatannya sendiri. Buih-buih air iur dari dalam mulut Kiki merembes turun membasahi pangkal penis Radja, mempermudah Kiki mempercepat kocokan di bagian pangkal. Radja mulai merasakan spermanya mulai terkumpul dan bersiap di sepanjang batang penis.

“Ki, gue mau crot !! telan pejuh gue!!!arggghhhhh fuckk yeaaahh, I’m cumminggggg !!”

JROTTT ! JROTTT ! JROOTTT!!! JROOOTT!!!!! JROTTT ! JROTTT ! JROOTTT!!! JROOOTT!!!!!

Tubuh Radja bergetar-getar karena ia orgasme demikian hebat, di tambah Kiki terus mengocok, memeras semua sisa pejuh. Kiki langsung menelan sperma yang meledak di dalam mulutnya, ia turut menghisap penis Radja hingga licin tandas.

Tanpa Radja tahu, di bawah sana Kiki juga mengalami orgasme berbarengan dengan melesatnya gumpalan-gumpalan pejuhnya. Dalam diam, Kiki merasakan klimaks paling gila dalam hidupnya.

Bukan Cuma Kiki dan Radja yang sudah selesai, Ryan, Dino dan Novita pun sudah terkapar di tempat tidur tidak mampu lagi untuk bersetubuh. Dari mulut, vagina dan lubang anus Novita mengalir pelan gumpalan sperma yang meleleh.

Sebuah pesta seks yang gila terutama buat Radja. Dalam hati Radja tidak keberatan untuk mengulangi kembali pesta seks semacam ini tentu saja bersama dengan mereka yang ada di kamar ini.




***



Setelah Novita, Ryan, Kiki dan Dino pulang, Radja naik ke lantai 3 rumahnya, lebih tepatnya menuju spot favorit yang berada di salah satu sudut lantai 3. Sebuah sudut rumah yang Ayahnya pun jarang sekali menginjakkan kaki kesini. Lantai 3 yang luasnya hanya separuh dari 2 lantai di bawahnya, memiliki satu kamar yang awalnya di fungsikan menjadi kamar tamu. Namun jarang di pakai karena kebanyakan tamu yang menginap, lebih memilih menginap di dua kamar tamu yang ada di lantai 1. Dulu ketika Esti Prawira, Ibu Radja masih hidup, tamu yang sering menginap di rumah mereka kebanyakan para sanak keluarga dari keluarga besar Esti. Hanya saja ketika Esti meninggal dunia tiga tahun yang lalu karena penyakit kanker otak yang sudah lama ia derita, tidak ada lagi sanak saudara dari keluarga besar Esti yang menginap di sini. Jangankan menginap, datang berkunjung dalam tiga tahun terakhir ini pun bisa di hitung dengan jari.

Faktor utama kenapa para keluarga dari mendiang Esti seolah berhenti berkunjung karena Sofyan Malik, 47 tahun, Ayah dari Radja yang tidak akur dengan para saudara dari istrinya sendiri. Ketidakakuran tersebut bermula ketika Sofyan Malik dengan gegabah melaporkan Putro, adik iparnya sendiri ke Polisi dengan tuduhan telah mencuri 1 jam tangan mewah merk Rolex berharga ratusan juta milik Sofyan yang ia simpan di lemari kaca di ruang tidur utama. Sofyan langsung menuduh Putro karena pada saat itu Putro sedang menginap di rumah mereka. Padahal usut punya usut, jam tangan mewah tersebut ternyata tertinggal di ruang kerja Sofyan di Senayan. Polisi pun menawarkan jalur damai karena ini faktor kesalahpahaman semata dan Putro tidak perlu melakukan pelaporan balik. Sofyan kemudian mencabut laporannya dan meminta maaf namun para keluarga besar dari pihak Esti sudah terlanjur sakit hati. Bahkan mereka pun tidak terkesan dengan cara Sofyan yang hanya meminta maaf ke Putro melalui pesan singkat di Whatssapp.

Ketika Esti meninggal dunia, hubungan Sofyan dengan para iparnya semakin memburuk. Radja yang tahu hal tersebut memilih untuk tidak ambil pusing karena itu urusan orang-orang dewasa. Sikap Radja yang terkesan masa bodoh membuat keluarga besar Esti kecewa berat. Faktor anak tunggal yang di manja sedari kecil membuat Radja sudah terbiasa dengan kesendirian di rumah megah yang sedemikian besar. Ia pun tidak memiliki hubungan yang dekat dengan para sepupu dan om-tantenya, sehingga Radja cenderung egois dan kurang peka. Maka setelah di adakan pengajian 40 hari meninggalnya Esti, keluarga besar Esti tidak pernah lagi datang atau sekedar menelepon. Kasarnya, sudah terputus hubungan silahturahmi.

Radja yang masih merasa depresi karena tidak rela di tinggal Ibunya meninggal dunia, lalu mengubah kamar di lantai 3 menjadi kamar khusus untuk menikmati satu atau dua linting ***** kering. Di dalam kamar tersebut tidak ada tempat tidur, hanya ada satu kursi kayu sederhana di tengah kamar, di dinding ada lemari kabinet kaca yang menyimpan berbagai macam merk minuman beralkohol termasuk toples berisi ***** kering. Ada pula kulkas kecil untuk menyimpan beberapa kaleng bir, gelas dan es batu. Kamar terasa panas dan pengap karena tirai tidak pernah dibuka, lubang ventilasi kecil, AC pun sudah lama di biarkan rusak. Satu-satunya sumber penerangan di kamar ketika matahari sudah terbenam adalah dua lampu sorot 5 watt warna kuning yang terpasang tepat di atas sebuah foto. Sebuah foto berpigura kayu jati berukiran luar biasa rumit, membungkus sebuah foto magis yakni foto mendiang Ibunda Radja tengah berdiri anggun dalam balutan kebaya modern, berpose di depan taman bunga sambil tersenyum. Lampu yang menyorot ke arah foto seolah menegaskan bahwa foto tersebut adalah “pusat” dari kamar ini.

Radja tidak pernah mengajak atau mengijinkan siapapun masuk ke kamar ini. Para pembantu pun di larang keras untuk masuk dan membersihkan isi kamar. Kamar ini teritori terlarang buat siapa saja. Jika Radja sedang merindukan Ibunya, Radja akan mengurung diri di kamar ini merokok *****, minum-minuman keras sambil menatap sendu foto Ibunya. Kalau Radja sudah berada kamar ini, tidak ada satupun penghuni rumah ini dan para teman dekat Radja seperti Ryan, Dion, Kiki dan juga pacar Radja, Novita sekalipun, berani mengganggu Radja. Mereka tahu ada yang aneh dengan kamar tersebut, namun tidak ada yang punya nyali untuk sekedar bertanya apa isi kamar di lantai 3. Sofyan yang jarang pulang apalagi, dia tidak-tahu menahu tentang alih fungsi kamar tamu di lantai 3 yang sudah diubah oleh Radja menjadi semacam “kamar ratapan”.

Hubungan Radja dan Sofyan yang sedari awal memang tidak dekat dan akrab, cenderung dingin. Kondisi tersebut menjadi semakin parah ketika Esti meninggal. Dalam sebulan mungkin keduanya hanya bertatap muka satu atau dua kali saja di rumah. Ketika Sofyan bertemu dengan Radja, pertanyaan yang sama selalu muncul. Pertanyaan yang tak ubahnya hanya sekedar basa-basi.

“Bagaimana kuliah?” tanya Sofyan tanpa memalingkan pandangan ke layar ponsel.

Jawaban dari Radja pun singkat saja.

“Baik.” Di iringi langkah menjauh dari Ayahnya.

Sofyan pun menerima jawaban ala kadar dari putra kandungnya tanpa adanya keinginan untuk bertanya lebih lanjut. Ia sudah di sibukkan oleh dua ponsel yang tidak bisa lepas dari dirinya. Sudah hal biasa bagi Sofyan jika tangan kiri menempelkan ponsel ke telinga sementara tangan kanan tetap menggenggam ponsel sembari chatting dengan para koleganya.

Mereka berdua sudah seperti dua orang asing yang kebetulan punya hubungan darah dan tinggal di satu rumah yang sama.

Dan di sinilah Radja sekarang berada, berkontemplasi mengosongkan segala pikiran serta isi otaknya. Ia terus menatap foto mendiang ibunya sambil meneguk Cognac langsung dari botol dan menghisap *****. Radja sudah berada di kamar ini sekitar 30 menit. Keadaan Radja selain teler berat, ia juga bermandikan keringat. Karena tanpa ada sirkulasi udara yang baik, gelap, pengap membuat kamar ini sudah mirip dengan sauna. Radja sebenarnya sudah sangat kepanasan bahkan sesekali terbatuk-batuk saat tiga linting ***** yang ia siapkan tadi sudah habis, kini di ganti dengan rokok yang tiap 10 menit habis.

Satu rokok habis, Radja menyalakan sebatang lagi,

Sepi dan rasa depresi membuat Radja terus bertahan mengurung diri di kamar yang sudah semakin pengap.

Sebandel-bandelnya Radja, ia tetap seorang anak tunggal yang masih butuh kasih sayang dari kedua tuanya. Radja hanya mendapatkan perhatian tulus dan kasih sayang dari Esti seorang. sementara Sofyan terlalu sibuk mengejar ambisinya di dunia akademis dan politik sehingga jarang berada di rumah. Kalaupun Sofyan pulang, ia memilih beristirahat di apartemennya yang berada di pusat kota, tidak perlu bermacet-macetan pulang ke rumah megahnya yang praktis hanya di huni Radja, empat asisten rumah tangga, dua security dan satu sopir pribadi Radja. Satu-satunya hal rutin yang dilakukan Sofyan untuk Radja adalah seminggu sekali mentransfer uang saku yang nilainya bisa puluhan juta untuk satu kali transfer. Sepeninggal Esti, Radja hanya mendapat limpahan materi tanpa di imbangi perhatian dan kasih sayang dari Sofyan.

Radja boleh saja mempunyai banyak kawan di luar sana, pacar pun jika Radja mau, bisa berganti seminggu sekali. Karena selain punya materi berlimpah, Radja mempunyai wajah yang tampan di tunjang dengan fisik menarik.

Ganteng dan anak seorang anggota DPR-RI.

Ya, Sofyan Malik atau nama lengkapnya Prof. Dr. Sofyan Malik S.Ag, Mpd adalah seorang mantan guru besar Fakultas Syariah Universitas XXX bidang Ilmu Kajian Agama. Setelah pensiun dari dunia akademis, dunia politik menjadi tujuan Sofyan Malik berikutnya. Sofyan Malik lalu bergabung ke salah satu partai terbesar di Indonesia yakni Partai Langit. Bergabung ke partai Langit membuat karier Sofyan makin moncer. Puncaknya ketika di tahun 2014-2019 dia terpilih menjadi anggota DPR-RI lewat Pileg tahun 2014 dan langsung menjadi Ketua Komisi VIII yang membidangi urusan Agama, Sosial dan Pemberdayaan Perempuan. Berkat prestasi dan langkah nyata, di Pileg tahun ini, Sofyan Malik kembali dipercaya para konstituennya dan sekali lagi menjadi Anggota DPRI-RI Periode 2019-2024 dan masih menjabat sebagai Ketua Komisi VIII.

Dengan latar belakang anak tunggal anggota DPR-RI, Radja otomatis populer di berbagai kalangan dan komunitas dia berada. Namun di kelilingi oleh banyak teman, kenalan dan pacar, tidak serta merta membuat Radja merasa bahagia. Terus dihujani materi namun sama sekali tidak ada sentuhan kasih sayang orang tua, membuat Radja menyadari betapa sempitnya pemikiran ayahnya tentang konsep “kebahagiaan seorang anak” yang hanya di ukur dengan uang, uang dan uang. Percuma dia pernah menjadi guru besar Ilmu Agama, dua periode terpilih menjadi anggota DPR-RI tetapi dia tidak bisa mengurus keluarganya sendiri dengan baik.

Pikiran tentang ayah kandungnya, membuat Radja terbatuk-batuk hebat. Ia butuh udara segar. Pengaruh tiga linting *****, enam batang rokok dan ¾ isi botol Cognac membuat Radja keluar dari kamar dengan sempoyongan. Namun Karena keadaan kamar yang minim penerangan membuat Radja tergelincir saat tanpa sengaja menginjak bekas botol bir yang berserakan di lantai. Radja terjatuh dan kepalanya membentur lantai. Radja masih beruntung karena di lantai masih terpasang karpet cukup tebal, sehingga sedikit mengurangi efek benturan di kepala. Tapi tetap saja, Radja merasakan sakit kepala luar biasa saat terjatuh dalam posisi telentang. Ia mengerang kesakitan dan saat memiringkan badan, desakan dari dalam perut tiba-tiba muncul dan tidak bisa tertahan lagi.

“Hoegggg…hooeeeggghhhh…hoeegggg!!”

Jika saja kamar ini memiliki penerangan yang cukup, Radja bisa melihat cairan muntahan yang ia keluarkan dari dalam perutnya berwarna kuning kecoklatan bercampur sisa-sisa makanan seafood yang ia santap malam sebelumnya. Aroma muntahan makanan bercampur bau alcohol membuat Radja merasa lemas dan kemudian pingsan berkubang muntahannya sendiri.

Bau muntahan menguar asam dan berbau pekat karena terkena sinar matahari yang menerobos ventilasi kamar membuat Radja mengerang lalu siuman. Radja merambat di lantai mencoba untuk bersandar dinding.

Seberkas cahaya matahari yang masuk ke dalam kamar menyorot bak laser ke arah kursi yang berada di tengah kamar, membuat Radja menyadari bahwa kamar ini sudah sedemikian jorok. Bahkan di sekitar botol-botol bir, gelas, kaleng sisa makanan bercampur puntung rokok lengkap dengan abu, kecoak hilir mudik dengan santai. Bukan cuma satu atau dua kecoak, ada sekawanan kecoak bermain kejar-kejaran di antara botol, kaleng kosong. Mereka bahkan tidak segan berlarian di atas bekas muntahan Radja yang sudah mengering. Kecoak-kecoak tersebut tidak takut atau terganggu dengan sosok Radja yang duduk bersandar mengatur nafas dan menatap tingkah laku mereka. Radja pun diam, tidak merasa jijik sama sekali melihat hewan yang konon paling di benci manusia.

“Kecoak itu sumber penyakit. Kalau elo gak sengaja atau memang niat nginjek kecoak sampai mampus, jangan sampai lo pegang langsung mayat kecoak. Karena itu isi perut kecoak isinya bakteri semua.”

Radja langsung keingat omongan Dion saat ia hendak membuang kecoak yang mati karena ia injak-injak di dalam rumahnya. Radja diam mengamati tingkah-polah para kecoak, ia agak heran kenapa kecoak-kecoak tersebut mengacuhkannya.

“Apa mereka mengira gue bagian dari koloni mereka? Atau mereka mengira gue udah jadi mayat?” racau Radja.

“Kasian ya elo, di depan kecoak aja elo di cuekkin. Mungkin para kecoak ini mencontoh sikap Ayah yang gak peduli sama putra semata wayangnya,” Radja bergumam pelan, menjawab sendiri pertanyaan dia yang sebelumnya.

Radja terkekeh pelan.

Niat Radja yang tadinya ingin menyuruh salah satu pembantunya untuk membersihkan kamar ini langsung hilang. Radja ingin membiarkan para kecoak bersenang-senang di sini. Lagipula, ia bukan orang yang mudah jijik atau paranoid dengan keberadaaan kecoak. Rasa pusing yang semakin memudar di tambah hawa kamar yang makin pengap membuat Radja berdiri merambat tembok dan kemudian keluar dari kamar.

Tidak lupa Radja mengunci pintu kamar dan mengantungi kunci kamar ini.

Radja lalu turun menuju kamarnya yang ada di lantai 2 dan langsung menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, Radja mencuci mukanya yang berbekas muntahan kering. Radja melihat matanya memerah, karena kebanyakan minum di malam sebelumnya. Radja sudah sedemikian hapal dengan wajahnya yang kuyu pucat seperti sekarang ini. Hampir setiap malam selalu mabuk, atau paling tidak minum alcohol beberapa gelas sebelum tidur. Radja gak kaget kalau suatu hari nanti Dokter memberitahu livernya jebol akibat kecanduan alcohol.

Masa bodohlah, itu urusan nanti saja.

Radja mengambil sekotak kecil obat tanpa label dari dalam kotak peralatan mandi di samping wastafel. Ia mengambil 2 butir Tylenol untuk meredakan efek pusing akibat hangover. Setelah menelan Tylenol, Radja mengambil gelas dan mengisinya dengan air kran lalu meminumnya tanpa ragu. Radja tidak perlu khawatir tentang kebersihan air di dalam rumahnya karena semua air kran yang ada di rumahnya baik untuk langsung di minum.

Setelah agak mendingan, Radja lalu mandi. Saat ia mandi, perut Radja keroncongan pertanda ia sudah merasa lapar. Setelah memakai kaus hitam polos, celana pendek jeans, dompet dan tak ketinggalan menyambar ponsel yang tergeletak di atas meja. Radja mengambil kunci mobil Lamborghini Aventador miliknya, mobil pemberian Ayahnya saat Radja berulang tahun yang ke 18. Yang ironisnya saat penyerahan kunci mobil, di wakili oleh pihak Lamborghini Indonesia dan satu staff pribadi Papanya karena di saat yang sama Sofyan sedang ada kunjungan kerja bersama anggota Komisi VIII ke Qatar.

Sebuah kondisi yang membuat Radja membenci mobil ini, meskipun tidak bisa Radja pungkiri, dengan mengendarai mobil tersebut, ia selalu menjadi pusat perhatian dimana pun ia berada. Terutama perhatian dari para cewek.

Saat Radja turun dari lantai 2, para pembantu yang sedang bersih-bersih perabotan langsung berdiri dengan sikap sigap menunggu di bawah tangga. Sambil membungkuk dan menganggukan kepala, mereka lalu dengan kompak menyapa Radja.

“Selamat Pagi Den..”

Radja berjalan cuek tidak membalas sapaan para pembantu. Sebenarnya Radja bisa saja meminta untuk di buatkan sarapan ― lebih tepatnya makan siang karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah 1 siang ― namun Radja memilih pergi ke Starbuck yang ada tidak jauh dari rumah. Sumpek di rumah terus. Starbuck yang di datangi Radja berada di kawasan dekat kampus sehingga ramai di kunjungi oleh para mahasiswa-mahasiswi yang memiliki budget mayan untuk nongkrong di sini. Saat hendak parkir, Radja mendapat spot dekat pintu masuk Starbuck, otomatis ia menjadi pusat perhatian semua pengunjung Starbuck. Terutama para cewek yang duduk di teras. Radja yang terbiasa menjadi pusat perhatian berjalan dengan santai sambil sesekali membalas tatapan para cewek yang menarik perhatiannya.

“Halo Bang Rad, lama gak kelihatan nih Bang?” sapa Wendy, barista Starbuck yang langsung mengenali Radja. Radja sering nongkrong di sini baik sendirian atau bersama teman-temannya.

Radja hanya tersenyum kecil tidak menjawab pertanyaan Wendy. Radja tidak suka dengan siapapun yang sok akrab dengannya. Radja memang kenal dengan Wendy namun ia lagi males basa-basi dengan Wendy. Wendy yang menangkap sikap kurang bersahabat dari Radja kali ini langsung bertanya apa yang mau Radja pesan. Radja memesan Coffe Americano dan smoked chicken sandwich. Totalnya Rp 99 ribu. Namun ada yang aneh saat Radja membayar dengan salah satu Credit Card miliknya.

“Maaf Bang, kartu yang ini declined, bisa di coba dengan kartu lainnya?” ujar Wendy yang ikut merasa tidak enak karena mengira mesin EDC-nya yang bermasalah. Namun ketika Radja mengeluarkan semua Credit Card yang ia punya dari dompet dan hasilnya sama, bahkan tiga kartu Debit yang di keluarkan Radja tetap declined, Wendy mulai yakin bahwa yang bermasalah adalah semua kartu yang di punyai oleh Radja, namun Wendy tidak berani mengatakannya langsung karena Radja terlihat marah.

“Mau coba bayar pake Go-Pay atau OVO Bang?” ujar Wendy memberikan beberapa alternatif pembayaran-non tunai.

Radja mendesah kesal karena saldo di kedua cardless payment-nya kurang dari Rp 5 ribu. Radja malas untuk Top-Up di keduanya karena ia berpikir buat apa Top-Up kalau ia punya 5 kartu kredit sekaligus. Namun berkat kejadian langka yang baru pertama kali Radja alami sekarang, ia menyesal karena tidak sempat Top-Up. Maka satu-satunya jalan adalah dengan membayar tunai.

“Gue bayar pake cash saja,” sahut Radja.

Namun Radja mulai panik saat mendapati di kantung tengah dompetnya tidak kosong. Ia buka selipan-selipan di kantung yang lebih kecil, juga nihil. Antrian di samping Radja mulai menumpuk dan hal ini membuat Radja mulai malu. Di saat Radja bingung, reflek ia merogoh kantung saku di bagian samping dan belakang. Di kedua kantung kiri, nihil. Hanya ada ponsel dan kontak mobil. Tapi ketika merogoh di saku celana bagian belakang, Radja merasa ada satu selipan kertas. Ketika Radja ambil, Radja luar biasa lega karena selipan kertas tersebut adalah selembar kertas merah bernilai Rp 100 ribu.

Wendy yang menyaksikan juga ikut lega karena melihat banyak muka-muka masam customer yang mengantri di samping Radja. Dengan cekatan Wendy menerima uang dari Radja dan memprosesnya di mesin Register.

“Silahkan Bang kembaliannya, nanti gue antar pesanannya ke tempat duduk Bang Radja,” ujar Wendy sembari memberikan uang kembalian berupa 1 koin Seribuan.

Radja menerima uang kembalian dan kemudian memilih duduk di meja pojok untuk dua orang. Rasa lapar Radja mulai tergantikan dengan rasa penasaran. Seumur-umur Radja belum pernah berada di posisi seperti ini. Semua kartu kredit, debit-nya declined. Ini pasti bukan kebetulan belaka, gak mungkin semua kartunya rusak bersamaan. Apalagi Radja mengamati di kasir beberapa customer yang membayar dengan kartu, tidak mengalami kendala apapun. Yang di alami Radja berarti bukan karena gangguan sistem di pihak Bank. Radja lalu berpikir, masak iya dia overlimit tagihan? Gak mungkin. Satu-satunya penjelasan logis yang terpikirkan oleh Radja adalah.

Semua kartunya di tolak alias di blokir oleh pihak Bank pemilik kartu.

Kenapa? Mengapa? Berbagai pertanyaan muncul. Radja yang sudah kehilangan selera makan, tidak mengacuhkan Wendy saat dia mengantarkan pesanannya.

Yuda, salah satu asisten pribadi Ayah yang juga kader muda dari Partai Langit, muncul di benak Radja. Yuda termasuk orang yang bisa di andalkan. Saat Radja hendak menelepon Yuda, ada satu panggilan masuk terlebih dahulu.

Novita Calling…

Radja langsung me-reject telepon dari Novita. Novita menelepon di momen yang kurang tepat. Ngapain dia nelpon? Kemarin aja sok nolak di gangbang, begitu kena sodok mulut, anus dan memeknya sekaligus, malah makin menggila. Radja sebenarnya gak ada perasaan khusus ke Novita, sayang sih iya, mungkin karena sering tidur dengannya. Namun untuk perasaan cinta, entar dulu deh. Radja segera menelepon Yuda sebelum ada Novita kembali menelepon. Hanya saja, sudah tiga kali Radja menelepon ke nomor Yuda tetapi tidak di angkat. Baru di panggilan keempat Yuda mengangkatnya.

“Hallo Yud. Susah amat sih lo gue kontak.”

Meski Yuda jauh lebih tua usianya dibandingkan dirinya, Radja tetap memanggilnya dengan nama depan. Tidak ada tambahan Pak, Mas atau Bang sekalipun.

“Dja, yang sabar ya.” Suara Yuda terdengar lesu. Lain daripada biasanya.

“Ya gimana gue mau sabar, gue gak bisa pakai kartu kredit dan debit gue sama sekali.” Radja mengira “sabar” yang di maksud Yuda adalah tentang di blokirnya semua kartu pembayaran yang ia miliki.

“Maksudnya?” Yuda mulai heranan mendengar penuturan Radja.

“Semua credit card dan debit card gue di blokir!” umpat Radja setengah berteriak. Ia sudah tidak peduli jika perkataannya memnbuat beberapa pengunjung Starbuck menoleh ke arahnya.

“Aw shit, mereka bergerak cepat sekali. Maaf gue lupa untuk ngasi kabar elo lebih awal. Suasana lagi chaos. KPK gerak cepat sekali. Dari Kemenag mereka langsung ke Senayan. Ruangan kerja Bapak bahkan sudah tersegel rapat dan di jaga Polisi. KPK sekarang bergerak menggeledah ruang kerja anggota Komisi VIII lainnya.”

“Bentar-bentar…Gue salah dengar nih…KPK? Ayah di mana sekarang?”

Suasana langsung terasa hening. “Dja, kamu gak tahu apa yang tengah terjadi ? Ini di blow-up dimana-mana sejak semalam lho!”

Radja teringat bahwa dari kemarin sore ia pergi hangout dengan Novita, pacarnya dan ketiga teman dekatnya yakni Dion, Ryan dan Kiki. Lalu malamnya di rumah, Novita ia gangbang bersama Dion dan Ryan. Usai pesta seks yang di selingi minum-minum, Radja masih lanjut minum sendirian dan nge-giting sampai jackpot di kamar. Baru sadar siang ini. Jadi dari kemarin sore hingga jam 12 siang ini, Radja tidak tahu berita yang tengah ramai dipebincangkan oleh publik.

“Bapak kena OTT KPK kemarin malam Dja. Dan kemungkinan Polisi langsung bertindak meminta pihak Bank untuk memblokir semua rekening Bapak dan keluarga terdekat, termasuk rekening kamu Dja untuk kepentingan penyelidikan aliran dana suap dan korupsi. Ssssh, aku gak nyangka Bapak yang jadi panutanku, role model bagi kami para angkatan muda Partai, ternyata terlibat kasus suap dan korupsi.”[/I]




***















***



Hari-hari Radja berikutnya bagaikan neraka. Rumahnya turut di geledah petugas yang mencari apa saja barang bukti yang memiliki keterkaitan dengan kasus Sofyan Malik. Di akhir penggeledahan petugas menyegel kamar Sofyan Malik dan membawa dua buah ponsel milik Sofyan Malik, satu buah Laptop dan puluhan dokumen yang di masukkan ke dalam dua kontainer plastik. Beruntung saat menggeledah kamar di lantai 3, stok ***** kering Radja sudah habis. Kalau sampai di temukan *****, habis sudah nasib Radja. Para petugas cuma geleng-geleng ke arah Radja saat melihat kondisi kamar di lantai 3 yang sudaah sedemikian kotor banyak botol-botol bekas minuman.

Efek penangkapan Ayahnya membuat Radja ikut terkena getah di awali dengan di blokirnya semua rekening miliknya. Selain itu Radja juga tidak berani keluar rumah dan sekurity yang berjaga di rumahnya kewalahan mengusir para awak media yang mencoba meliput situasi rumah Sofyan Malik dan coba-coba mewawancari Radja.

Selama seminggu pasca penangkapan Sofyan Malik, Radja mengurung diri di rumah, memakan apapun yang di sajikan para pembantunya. Radja sudah tidak peduli lagi dengan kuliahnya. Ponsel pun ia matikan karena banyak nomor-nomor asing yang meneleponnya. Radja pun sudah tidak berani menonton TV atau sekedar mengecek akun sosmed miliknya.Karena setelah tahu Ayahnya di tangkap KPK dan jadi tersangka, Radja menonaktifkan semua akun di sosial media yang ia punya.

Bukan hanya Radja yang kaget mendengar berita penangkapan Ayahnya dalam kasus korupsi. Semua kolega Sofyan Malik di Universitas XXX juga sangat kaget dan tidak menyangka, salah satu alumni sekaligus mantan Guru Besar malah terlibat kasus korupsi, korupsi pengadaan kitab suci malahan.

Rasa respek mereka pun kini berbalik menjadi perasaan marah dan jengkel karena di balik image positif pengayom generesi kamu muda, Sofyan Malik tak lebih baik daripada seekor tikus, yang jadi simbol para koruptor.

Reaksi yang mirip juga di rasakan para keluarga besar mendiang Esti, mereka bersyukur kedok Sofyan Malik terbuka. Semua orang jadi tahu sifat tamak yang di miliki Sofyan Malik. Di saat semua keluarga besar Esti mengutuk tindakan Sofyan, tidak ada yang mengingat bahwa Radja akan menjadi orang pertama yang terkena imbas.

“Keparat.. Ternyata ayah gue seorang koruptor ! Semenjak kapan Ayah mulai makan duit panas? Apa jangan-jangan semua harta yang ia punya, termasuk rumah dan uang yang ia punya adalah uang hasil korup. Buat apa punya titel guru besar ilmu agama tapi makan uang panas !! Ayah tolol!” umpat Radja di dalam kamar.

Masalah yang di hadapi Radja bukan hanya perasaan malu, karena kini merembet ke masalah keuangan. Akibat pemblokiran semua rekening pribadi, Radja mesti susah payah mengorek dompet, uang selipan di kantung saku celana yang ia punya hingga terkumpul uang tunai kurang lebih 900 ribu. Uang receh yang dulu Radja sepelekan kini terasa berharga. Untuk menambah uang tunai sebagai pegangan dengan cepat, Radja memutuskan menjual barang-barang kecil yang bisa di bawa dengan koper tanpa menarik perhatian siapapun. Sebenarnya Radja bisa kontak teman-temannya untuk pinjam duit atau paling tidak mereka yang masih berhutang dengannya, untuk segera mengembalikan uangnya. Namun perasaan gengsi di tambah perasaan malu karena kini mendapat cap sebagai anak koruptor, membuat Radja memilih menjual barang elektronik yang bisa di jual dengan cepat.

Setelah memastikan tidak ada wartawan yang nongkrong di depan rumah, Radja pergi naik mobil Jazz miliknya yang tidak mencolok perhatian. Radja mendatangi salah satu kios di pusat pegadaian barang Mangga Tiga dan mengeluarkan PS4 Pro Limited Edition, Laptop MSI, 2 iPhone seri lama, 1 tablet iPad, bahkan jam tangan mewahnya, Casion G-Shock Gravitymaster dari dalam koper Rimowa yang juga ia jual. Radja tidak kuasa menawar ketika semua barang kesayangannya total hanya di hargai Rp 25 juta. Alasan dari Deni, si pemilik kios simpel saja, ia khawatir itu semua barang curian atau barang BM. Padahal ia tahu benar, bahwa anak muda yang datang kepadanya dengan wajah gugup membawa barang-barang ori yang mahal, namu ia terlihat sangat butuh uang tunai dan tidak punya pengalaman menjual barang. Deni menduga Radja adalah seorang pecandu narkoba yang butuh uang cepat. Bisa jadi ini barang curian, apalagi Radja meminta pembayaran tunai, tidak mau di transfer. Deni yang lihai dalam negosiasi akhirnya membuat Radja terpaksa menerima penawarannya.

Radja sempat ragu, barang-barang yang hendak ia jual ini totalnya bisa sampai Rp 70-80 juta. Tetapi ia sedang butuh banget uang tunai. Dengan berat hati, ia menerima uang cash Rp 25 juta yang di masukkan ke dalam map besar besar berwarna coklat. Map tersebut lalu di masukkan ke dalam tas Eiger bekas yang sebelumya tergeletak di lantai ruko.

“Ambil saja tasnya mas, hitung-hitung bonus dari saya,” ujar Deni menyembunyikan senyum penuh kemenangan. Barang senilai Rp 80 juta bisa di beli dengan harga 25 juta. Bayangan profit besar saat barang ini di jual lagi sudah berada di benak Deni.

Radja mengambil tas berisi uang tunai 25 juta tersebut dan segera pergi. Sempat terpikir di benar Radja untuk menjual mobil Jazz yang ia pakai. Tetapi ia bisa terkena pasal penggelapan dan tidak akan semudah itu menjual mobil. Saat perjalanan pulang ke rumah, yang terpikir di benak Radja adalah barang-barang apa saja yang bisa ia jual dengan cepat. Radja terpikir koleksi puluhan sneaker mahalnya. Meski sayang tetapi puluhan koleksi sepatunya jika di jual bisa dapat minimal Rp 50 juta. Apalagi Radja tahu tempat dimana ia bisa jual sepatu bekasnya dengan harga yang cukup lumayan. Hal ini membuat Radja lumayan tenang. Tetapi sifat royal dalam diri Radja susah di hilangkan meski uangnya terbatas. Radja memutuskan mampir ke mall dan membeli sebotol Cognac Martell Cordon-Bleu yang harga per botolnya Rp 3 juta.

“Masih ada stok koleksi sepatu gue yang bisa di jual, yang jelas malam ini gue mau mabok!” gumam Radja sambil menatap kotak berisi minuman beralkohol favoritnya.

Setelah sampai di rumah, Radja kembali mabuk-mabukan. Suasana rumah yang megah dan besar sudah sedemikian sepi. Radja tidak menyadari bahwa keempat pembantu, supir pribadi dan ketiga sekurity yang berjaga di halaman rumahnya memilih pergi tanpa pamit sekembalinya Radja ke rumah. Mereka semua memilih berhenti karena ketidakjelasan siapa yang akan membayar gaji mereka ke depannya. Meski kehilangan pekerjaan namun mereka semua bersyukur karena sempat gajian sebelum majikan mereka Sofyan Malik tertangkap. Mereka pun tidak ragu atau segan pergi tanpa pamit kepada Radja. Karena Radja angkuh, menjaga jarak dengan mereka, tidak pernah menyapa, hanya berbicara seperlunya saja.

“SOFYAN KEPARAT !!! KENAPA MESTI IBU YANG MENINGGAL? KENAPA BUKAN ELO SAJA YANG MAMPUS KENA KANKER!! MATI DAN MEMBUSUK SAJA LO DI PENJARA!” Radja yang sudah mabuk berat berteriak-teriak di rumahnya. Suaranya bergema, hanya lampu di lantai 2 saja yang menyala. Sementara lantai 1 dan 3 di biarkan gelap gulita.

Dalam hati Radja, ia mengharap kedatangan Novita, Kiki, Dion dan Ryan. Mereka adalah orang-orang terdekat Radja selama ini. Radja berharap, mereka akan khawatir dengan dirinya, karena seminggu ini Radja mematikan ponsel dan mencabut line telepon rumahnya. Karena khawatir, mereka akan datang ke sini, malam ini, menghibur dan menemaninya.

Mereka akan memeluk Radja dan mengatakan, “Semua akan baik-baik saja. Kami semua yang di sini akan selalu support elo Ja.”

Bayangan dan harapan bahwa sebentar lagi pacar dan teman-temannya datang, membuat perasaan Radja sedikit membaik. Radja pun akhirnya tertidur bersandar di dinding luar kamarnya, sehingga isi minuman dari botol Cognac yang tersisa separuh perlahan tumpah sampai habis dan menggenang di lantai.

Harapan memang menjadi penyemangat bagi orang yang putus asa, karena harapan mengandung masa depan yang lebih baik daripada keadaan yang sekarang. Apakah harapan dari Radja yang membutuhkan kehadiran para orang terdekatnya akan jadi kenyataan malam ini?

Sepertinya tidak.

Novita saat ini sedang makan malam bersama Irawan, salah satu model yang Novita kenal di agency.

Ryan sedang nge-gym barenng dengan Antoni, kakaknya.

Dion sedang asyik bermain PUBG sembari live streaming di kanal Youtube miliknya.

Kiki? Dia malah sedang asyik mengulum penis milik Supri, tukang penjual bakso keliling langganannya di kamar mandi, di saat kedua orangtuanya sedang pergi ke pesta pernikahan kawan mereka.

Intinya? Tidak ada yang peduli dengan keberadaan maupun kabar Radja saat ini. Justru mereka malah bersyukur, Radja menghilang dan tidak menghubungi mereka. Sehingga mereka tidak perlu repot-repot berbohong.

Keempat orang ini mau berteman dekat dengan Radja karena di dasari oleh motif “friends with benefit”.

Novita mau jadi pacar atau budak seks Radja, karena Radja selalu membelikan barang apa saja yang ia mau dan sering mengajaknya berlibur ke luar negeri. Selama Novita bisa memuaskan dan memenuhi fantasi seks Radja, hidupnya akan menyenangkan. Termasuk ketika ia rela di gangbang Radja bersama Dion dan Ryan tempo hari. Pengalaman pertama Novita terlibat foursome. Novita sampai hari ini masih merinding saat mengingat kembali bagaimana mulut, anus dan vaginanya di jejali tiga penis secara bersamaan.

Selain Novita, Radja di kelilingi tiga teman lainnya yang sudah ia kenal sejak SMA.

Pertama, Ryan. Ryan boleh di bilang bukan teman atau sahabat, tetapi buat Radja, Ryan lebih seperti pengawal pribadinya. Ryan yang berbadan besar dan jago berantem, membuat Radja tenang kemanapun ia pergi bersama dengan Ryan. Karena Radja menyadari bahwa lebih banyak orang yang membenci, memusuhi dirinya di bandingkan yang menyukai dirinya. Punya banyak uang, anak anggota DPR-RI dan kehadiran Ryan, membuat Radja jadi untouchable bastard. Upah untuk Dion? Sering di ajak travelling, berkenalan dan bercinta dengan cewek-cewek cantik di sekeliling Radja. Selama Radja bisa memenuhi sifat hedon dalam dirinya, Ryan tidak masalah di perlakukan bak bodyguard oleh Radja. Istilahnya, lo jual, gue beli.

Kedua, Dion. Si tukang main games, yang narsis, techno geek, yang tidak pernah lupa membawa camera Go-Pro demi menambah konten vlogging di kanal Youtube-nya yang sudah memiliki beberapa ribu subscriber. Kanal yang selalu di remehkan oleh Radja karena ketidakjelasaan konten.

“Itu konten Youtube apa Indomaret depan saritem? Serba ada tapi gak jelas arahnya,” ungkap Radja terang-terangan “Bahas game, streaming games, main tik-tok, bahas makanan, bahas gadget, bahas tips jalan-jalan, vlogging pas elo pas naik motor. Gak jelas. Sampah kalau gue bilang. Gue curiga lu beli subscribber.”

Dion tentu saja sakit hati, di depan Radja ia cuma tertawa terbahak-bahak namun dalam hati, ia sakit luar biasa saat kanal Youtube yang ia rintis sedari SMA di hina sedemikian rupa. Satu-satunya hal yang membuat Dion tetap mau jadi teman Radja cuma satu. Yakni sering di ajak nge-trip oleh Radja ke luar negeri. Semua tiket, akomodasi di tanggung oleh Radja. Dion cuma modal paspor. Semua negara di Asia Tenggara sudah penah mereka jelajahi termasuk Jepang, Korea-Selatan dan beberapa negara kaya di Timur Tengah. Dion sebenarnya sudah capek di hina, di rendahkan terus sama Radja. Namun Dion tetap bertahan karena Radja merencanakan trip ke Italia dan Eropa selama dua minggu di saat libur Natal dan Tahun Baru. Italia adalah negara impian Dion terutama Kota Milano karena ia adalah fans berat AC Milan. Demi AC Milan, Dion rela di rendahkan, serendah-rendahnya.

Terakhir adalah Kiki. Kiki yang sejak SMA memang mempunyai kecenderungan suka berdandan, berperilaku seperti layaknya cewek, mempunyai motif yang sedikit berbeda di banding ketiga temannya. Ia menyukai Radja. Selepas SMA, Kiki sudah mengambil keputusan untuk sepenuhnya berdandan berpakaian seperti cewek. Kiki pun mengaku seorang gay kepada orang tua dan teman-teman dekatnya termasuk Radja. Orang tua Kiki awalnya shock berat, tetapi mereka tidak bisa memungkiri fakta bahwa sedari kecil, Kiki selalu menyukai boneka dan mengenakan baju perempuan. Kiki tidak pernah tertarik dengan mainan cowok. Selain itu, Kiki juga menunjukkan bakat di bidang desainer baju dan kemampuan make-up yang mumpuni, sehingga orang tua Kiki pun luluh dan menerima dengan lapang dada keputusan Kiki. Namun mereka tetap mempunyai satu keinginan kepada Kiki yakni jangan pernah untuk melakukan operasi plastik terutama operasi penggantian alat kelamin.

Kiki yang memang tidak pernah terpikir untuk melakukan berbagai macam oplas menyanggupi. Karena berkat make-up, perawatan wajah serta badan, banyak cowok yang pertama melihat Kiki dalam balutan baju cewek full make-up, mengira dia adalha cewek. Kiki menyukai dan semakin menyukai Radja karena dia tidak pernah mem-bully atau mempertanyakan pilihan hidup dan orientasi seksnya. Sesekali Radja bahkan dengan enteng menggandeng tangannya saat mereka berdua jalan bareng. Kadang Kiki berpikir Radja juga tertarik dengan dirinya secara seksual meski Radja 100% juga menyukai cewek. Biseksual. Pemikiran Kiki ini diperkuat dengan kejadian tempo hari saat Radja meminta Kiki mengulum penisnya sembari menikmati seks live show Novita di keroyok Dion dan Ryan di atas tempat tidur. Kiki benar-benar bahagia dan mengerahkan kemampuan blowjob terbaik yang ia punya. Kiki nyaris menangis senang saat ia berhasil membuat Radja klimaks di dalam mulutnya, Kiki menelan semua pejuh yang keluar dari penis Radja. Kiki mengulum membersihkan hingga licin penis cowok yang ia sukai tersebut sampai kembali mengecil.

“Ini adalah salah satu blowjob terbaik yang pernah gue dapat. Gak sia-sia gue selama ini baik-baikin elo Ki. Your mouth is damn good. Tapi gue gak akan minta sepong lagi dari elo. Gue ngeri ketularan gay kayak elo haha. Btw, elo bisa dapat banyak duit dari om-om homo dengan modal lidah dan mulut elo ini lho,” bisik Radja ke telinga Kiki.

Satu perkataan yang membuat Kiki langsung pergi ke kamar mandi dan menangis. Kiki sedih karena ia sudah salah menilai Radja. Radja sudah memanfaatkan dirinya. Brengsek !! Kiki benar-benar sakit hati dan tidak sanggup lagi berada di dekat Radja.

Dan reaksi beragam di tunjukkan ketika berita penangkapan Ayah Radja tersiar di berbagai media massa. Keempatnya sepakat untuk menjauhi Radja karena mereka ingin melihat Radja yang jatuh miskin menderita.

Dalam hati kecil Radja, ia tahu ia tidak pantas berharap keempat temannya akan datang menghiburnya di saat ia terpuruk. Radja tahu benar betaa buruknya ia memperlakukan teman-temannya. Di saat ada satu temannya tersinggung karena perkataan atau perbuatannya, cukup dengan iming-iming jalan-jalan ke luar negeri, mereka pasti balik lagi.

“Siapa bilang teman tidak bisa di beli haha,” batin Radja kala itu. Radja he is such an asshole.

Namun meskipun kecil, Radja tetap memiliki harapan kepada teman-temannya tersebut.



Biarkan harapan semu membuatmu tertidur pulas malam ini, Radja. Siapkan saja mentalmu, karena begitu kamu terbangun, situasinya akan memburuk dengan sangat drastis. Bersiaplah...

PS : Radja, nikmati malam terakhirmu di rumahmu yang megah ini ya !




***



Hal pertama yang Radja lakukan ketika esok pagi dia terbangun adalah masuk ke dalam kamar, rebahan di kasur dan menyalakan TV. Radja terbangun dengan rasa sakit dan pegal di bagian punggung belakang karena tertidur dalam posisi duduk bersandar ke tembok. Setelah beberapa hari sengaja tidak menyalakanTV, Radja punya keberanian untuk menyalakannya hari ini. Setiap ia mengganti channel TV, Radja deg-degan jikalau muncul berita tentang Ayahnya dan ternyata sejauh ini tidak ada stasiun TV yang menyiarkan berita tentang Sofyan Malik. Dalam hati, Radja mulai lega. Karena lapar, Radja pun turun ke dapur meminta salah satu pembantu untuk menyiapkan sarapan.

Namun Radja tidak menemukan satupun pembantu di dalam rumah. Padahal sebelumnya mau jam berapapun Radja turun ke lantai 1, ia selalu melihat satu atau dua pembantu sedang bersih-bersih di dalam rumah. Makanya Radja merasakan kejanggalan saat ia turun sekarang ini. Pagi ini terasa hening, rumah terlihat lengang. Dapur tidak ada orang, di meja makan yang biasanya tersedia kopi dan teh panas, kali ini tidak ada. Radja mengecek ke beberapa ruangan termasuk dua kamar tamu, masih juga tidak ada orang. Radja lalu mengecek ke halaman belakang, tetapi tetap nihil tidak ada satu pun pembantu yang terlihat. Radja lalu pergi ke depan posko, untuk mencari tahu dan bertanya tentang keberadaan para pembantu kepada satpam yang berjaga di depan. Radja kaget saat mendapai posko sekurity kosong melompong. TV dalam kondisi mati, puntung rokok bertebaran dan penuh bekas abu. Baru kali ini Radja mendapati posko tidak ada orang. Padahal posko selalu di jaga oleh security secara bergantian selama 24 jam.



Pertamaxxx.....
 
Gila lu om panth bikin cerita.... Sesuai banget sama janji lu.. Totally fucked Up
Akibat uang ngga halal yang dimakan...
 
Ijin pasang tenda dulu dimari suhu, sambil nunggu badai reda..
Mugo wae le badai ra tekan desember :sendirian:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd