Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Berbagi birahi dengan dua bidadari

Intermezo: Makan Malam penuh makna

Aku baru saja menyelesaikan tugasku hari ini. Ya, dalam capacity building ini, aku mengisi acara hari pertama. Rasanya cukup melelahkan meski hanya beraktivitas dalam ruangan saja. Saatnya rehat dan mandi untuk menyegarkan badanku. Air hangat shower hotel kuharap dapat menghapus rasa penatku. Akupun bersiap-siap untuk makan malam dan tak sabar untuk bertemu dua bidadari yang kusapa tadi siang.

“Ting….” mendadak masuk pesan WA dari seseorang.

“Sore, Bapak…Sonia mau ucapkan terimakasih Pak Bram mau menemani kami jalan-jalan besok.
Bapak istirahat yang cukup ya…Tadi Sonia lihat Bapak memimpin acara 4 jam, pasti capek.
Makan malam nanti Sonia ingin ngomong sesuatu yang penting dengan Bapak. Sampai nanti…”

Deg….sesuatu yang penting? Apa yang penting? Urusan kantor? Urusan pribadi?
Aku bertanya-tanya apa yang hendak Sonia sampaikan. Apakah Sonia sedang bermasalah?
Tekadku bulat. Apapun masalahnya, aku akan siap membantu. Apapun….

Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Saatnya makan malam. Akupun turun menurut restoran hotel tempat makan malam kami. Seperti biasa, suasana hotel cukup ramai karena dibooking oleh kantor untuk semua karyawan. Aku harus menyapa beberapa kolega dan rekan kerja sebelum akhirnya menemukan tempat duduk yang nyaman dan agak tersembunyi dari keramaian. Kebetulan restoran hotel cukup luas dan ada area tamannya pula.

Sambil mengambil makanan, tiba-tiba mataku tertuju ke pintu masuk resto. Ada 2 wanita yang begitu indah di sana. Yang satu menggunakan rok dengan blouse ala korea, sementara yang lainnya menggunakan celana jeans, kaos hitam, blazer dan jilbab minimalis yang serasi. Sekilas kulihat beberapa karyawan menoleh memperhatikan mereka. Pemandangan indah tentu menarik bagi semua mata yang memandang.

Langsung ku angkat tanganku memanggil mereka. Keduanya pun menghampiri…

“Malaaammm…Ayuk makan di meja sana. Sudah aku siapkan”

“Malam, Bapaaaak…***dis udah kelaparan nih…langsung yach…”

“Pak Bram gak capek? Sonia kira masih istirahat di kamar. Taunya sudah duluan makan…”

“Ah…nggak kok. Udah segar habis mandi. Ayuh…ambil dulu, nanti aku bantu bawain ke meja” Akupun menemani Sonia mengambil makanan, sementara Gadis sudah menghilang entah ke mana hunting makanan.

“Bapak baca WA Sonia?” Tutur Sonia dengan wajah ragu dan menunduk.

“Iya, Sonia. Aku baca. Apapun yang kamu perlukan aku pasti akan membantu.” jawabku menepis keraguannya. Sonia menarik napas dalam dan mengangkat wajahnya…Oh begitu cantiknya, ibu muda satu ini. Wajahnya mulai tampak tenang.

“Sebenarnya Sonia gak berani minta apapun dari Bapak. Bapak sudah begitu baik selama ini. Sonia selalu hormat dan segan dengan Bapak. Maafkan Sonia kalau lancang, ya Pak…” Sonia menggigit bibirnya sambil memainkan garpu di atas piring makanannya. Tampak pikirannya berkecamuk seakan ingin menumpahkan sesuatu yang lama terpendam.

“Tenang saja, Sonia. Kitakan sudah lama bekerjasama. Aku gak pernah menyakitimu, dan gak pengen sama sekali membiarkanmu berada dalam kesulitan” jawabku sambil memikirkan semua kemungkinan. Bahkan bila Sonia membutuhkan bantuan dana sekalipun, aku sudah menghitung-hitung jumlah depositoku yang bisa kucairkan untuknya. Atau bila ia tidak betah dengan tempat kerjanya yang sekarang, detik inipun akan kusiapkan surat permintaan mutasi ke HRD untuk ditempatkan di bawahku.

“Apapun? Apapun masalah Sonia, Bapak bersedia membantu?” Sonia menatapku seakan ingin mengetahui seluruh isi hatiku.

Kubalas tatapannya dengan lembut…”Apapun…aku akan bantu,” jawabku.

“Sonia pengen anak laki-laki dari Bapak…” dengan cepat Sonia mengutarakan masalahnya.

Aku sampai tak percaya apa yang kudengar dari mulutnya. “So…Sonia pengen….?”

“Iya, Sonia pengen hamil anak laki-laki, dan pengen minta bantuan Pak Bram, boleh?” ujarnya dengan nada setegas mungkin...

Tak salah aku mendengarnya. Permintaan yang aneh, namun membuat hatiku berdebar-debar. Seorang wanita cantik yang selama ini hanya bisa kulirik dari kaca kantorku, ternyata memintaku untuk menghamilinya. Aku terdiam. Sebuah permintaan yang tak kusangka-sangka.

“Ini hal yang penting itu, Sonia? Mengapa aku? Bagaimana suamimu?” tanyaku dengan nada tenang, setenang mungkin yang ku bisa. Aku harus menahan diri, jangan sampai Sonia mundur atau membatalkan niatnya.

“Maaf, Bapak…Sonia tahu ini lancang. Tapi Sonia sudah gak punya pilihan lain. Mertua Sonia menginginkan cucu laki-laki. Sonia takut tidak mampu memberikan. Keluarga Sonia semua perempuan. Sementara keluarga masku hanya suamiku yang laki-laki, dan kami sudah sepakat hanya ingin anak dua saja.”

Sambil kembali menarik napas, Sonia menatapku lembut seakan memohon…

“Sonia memilih Pak Bram, karena hanya Bapak yang bisa membuat Sonia nyaman. Sonia percaya sama Bapak. Apalagi Bapak punya anak laki-laki semua, dan semua saudara Bapak laki-laki. Hanya Bapak solusi terbaik bagi Sonia….maaf kalau Sonia lancang, Pak”

Pelan-pelan kupegang tangan Sonia dan kubelai dengan lembut.

“Sonia jangan khawatir. Aku memang terkejut dengan permintaanmu. Tapi aku tetap mau membantumu. Hanya saja…”

“Apapun yang Bapak minta, Sonia akan sanggupi…” jawab Sonia bersemangat ketika mendengar kesediaanku.

“Sonia…” kuremas tangannya yang halus itu. “Aku tetap tidak ingin merusak rumah tanggamu…maupun rumahtanggaku…”

“Sonia juga hanya ingin dihamili, bukan dinikahi kok, Pak. Sampai kapanpun Sonia tidak akan menyulitkan hidup Pak Bram. Bahkan suamiku pun tidak akan pernah tahu.… Sonia janji.”

“Hmmm….” aku terdiam sejenak… Sonia juga hanya diam menunggu jawabanku…

“Kapan Sonia siap melakukannya?” tanyaku mendadak.

Sonia menarik nafas pendek seakan terkejut dengan pertanyaanku. Tampak dadanya mulai naik turun, menandakan jantungnya yang berdebar-debar.

“Ka…kapanpun Bapak mau…Sonia siap. Ma…Malam ini juga siap,…Pak” jawabnya dengan suara pelan seakan sudah pasrah dengan apapun yang akan berlanjut setelah ini.

Suasana restoran hotel dengan latar belakang music jazz dan cahaya remang-remang seakan menambah indah malam ini.
Cahaya lampu menerangi wajah cantik Sonia, dengan senyumnya yang lembut seakan telah menyerahkan seluruh dirinya kepadaku.


“Hei!!! Dicari-cari ternyata di sini duduknya, ya? Berduaan pula….hadeeeeeh…..”

Tiba-tiba suara si centil Gadis memecah malam yang syahdu ini. Jantungku hampir copot bagai tertangkap basah.

“Eh, Gadis…kamu tuh ya, tadikan sudah aku ajak ke sini malah ngeluyur ngilang…” kucoba memulihkan kegugupanku. Meski wajahku pasti mendadak pucat karena ucapan Gadis yang blak-blakan itu.

“Hayooo….ngapain Pak Bram kok pegang-pegang tangan Mbak Sonia” Gadis mulai menginterogasi aku. Sonia langsung menarik tangannya dan kembali mengambil sendok garpu seakan hendak melanjutkan makannya. Kulirik wajah Sonia yang tampak memerah dan agak tersipu malu.

“Yeeee…ngegangguin orang ngobrol aja.” jawabku seenaknya. “Sudah, sini duduk sama-sama…ayuk kita makan. Katanya kelaparan tadi”

Gadis pun bergabung dengan kami. Namun dengan tajam ia memandang ke arah Sonia seakan mencari-cari sesuatu atas keingintahuannya. Dibesarkan matanya dan digerakkan alisnya seakan memberi kode ke Sonia…seolah-olah menanyakan sesuatu yang hanya mereka berdua pahami.

Sonia mengangguk pelan sambil menarik bibirnya menahan senyum malunya. Tapi gerakan kecil itu tampaknya sangat dipahami oleh Gadis…karena dengan mendadak ia beralih menatapku.

Aku terkejut dengan tatapannya…Tenggorokanku tercekat dan nafasku tertahan.

“Pak Bram, mbak Sonia sudah Gadis anggap kakak kandung sendiri. Bapak jangan kecewakan mbak Sonia, ya…Bapak sudah janji lho…”

Kali ini aku tak bisa berkata apa-apa…Apakah Gadis mengetahui semua ini?
Jadi, dia sengaja membiarkan Sonia berbicara berdua denganku?
Artinya ini akan menjadi rahasia kami bertiga?

“Ga.***…Gadis, kamu tau apa yang aku dan Sonia bicarakan barusan?” tanyaku mengkonfirmasi.

Mendadak tatapannya yang tajam berubah nakal dan Gadispun tersenyum lebar…

“Iya donk…Bapaaaak! Kakak adik pasti berbagi apapun…Rencana mbak Sonia adalah rencana Gadis juga. Gadis senang Bapakku yang ganteng ini….bersedia untuk….mmppfff” Langsung kututup saja mulutnya yang centil itu. Astaga…bila orang sekitar mendengar apa yang dikatakan…bisa skandal besar.

“Sssstt…udah…udah…jangan diterusin. Ayo habiskan makan malamnya.” Langsung kutimpali mengalihkan topik pembicaraan.

“Ayo Sonia, kita makan malam dulu. Nanti pembicaraan ini bisa kita lanjutkan.” ujarku dengan nada tenang dan kupaksa untuk lebih berwibawa.

“Iya…mbak….biar ada tenaganya. Pak Bram juga makan malam yang banyak …biar banyak energi, ya Pak…Hihihi”

Duh…iseng banget nih Gadis. Ingin rasanya kucium bibir mungilnya yang centil.

Selanjutnya aktivitas makan malam berlangsung santai dan relax kembali. Kami benar-benar menikmati suasana. Saling berbagi cerita, dan juga rencana untuk esok hari. Sesaat aku dan Sonia seakan melupakan topik penting yang baru saja kami bicarakan….hingga saatnya kamipun beranjak kembali ke kamar.

Bersambung…(Malam perselingkuhan itu...)
 
Terakhir diubah:
Rasanya cukup ya...intronya.
Akankah makan malam berlanjut ke ranjang pelaminan?

Yang jelas, pasti agak canggung memulai sebuah perselingkuhan.
Namun semua ada awalnya...dan dari awal itu...terjadilah petualangan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd