Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT BARA CINTA DI UJUNG SENJA

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
VEINTIUNO : DILEMA


Tawaran training dari kantor ke Batam, langsung diiyakan oleh Faldo, dia memilih untuk sedikit menjauh dari rumah untuk sementara waktu, karena bagi dia sudut rumah itu selalu mengingatkan akan sosok Maya, dan baginya dia perlu waktu untuk bisa sedkit melupakan kesedihannya.

Faldo mulai membiasakan untuk tidak mengecek whatsapp dan account Maya lagi. Dia mencoba lepas dan mencari kesibukan lain agar bisa berdamai dengan waktu, dan jika keluarga bertanya, kelak dia akan mencoba menjelaskan, tanpa harus menyalahkan sala satu diantara mereka.

Hal yang mebuat dia berat sebenarnya karena keluarga sudah sangat setuju dengan hubungan mereka, dan tentu saat mereka bermasalah, pasti keluarga juga akan ikut bereaksi dengan kencangnya, dan itu yang sebenarnya Faldo hindari.

Dia memilih fokus dengan training serta mencoba mencari solusi di central procesing area yang bermasalah minggu lalu, dia benar-benar terpacu untuk bisa menyelesaikan trouble shooting kali ini, rasanya tantangan untuk bisa menyelesaikan sebuah permasalahan baginya sama adrenalinnya dengan bercinta.

Sebuah status whatsapp yang membuat Faldo kemudian mengomentari..

Howdi doll? Di palembang?

Tidak lama kemudian dibalas

Yup. Dirimu dimana?

Batam, training dari perusahaan.

Pantas ngilang. Ini lagi ada mau tanda tangan kontrak pengadaan alkes dengan salah satu rsud disini.


Wa mereka lalu terpotong dan jeda agak lama

Kapan balik Tangerang?

Besok Jumat aku sudah di Tangerang lagi.

Ketemuan boleh? Jika sudah di Tangerang? I owe you a dinner?

Wkwkwkwkwk, jangan dibawa serius.... tapi dinner atau lunch rasanya tawaran yang sulit ditolak

Boleh aku telp?

Silahkan, lagi free juga..


Dan akhirnya 38:52 tertulis di layar ponsel Faldo saat dia menutup telponnya.



***************************************​

Restoran Kayu Kayu akhirnya menjadi pilihan bagi Faldo dan Elin untuk menghabiskan malam minggu berdua, selain tidak terlalu jauh dengan lokasi rumah Elin, tempat ini memang sudah lama ingin Faldo kunjungin.

Faldo menjemput Elin terlebih dahulu di rumahnya, dan setelah meminta ijin ke orangtuanya, lalu mereka jalan dengan mobil Faldo menuju ke restoran itu, dan hari ini mereka sepakat untuk tampil casual.

“kamu ngga apa-apa kan dengan pertanyaan aku tadi?” tanya Elin

“pertanyaan apa?”

“Masalah kostum kamu?”

“ngga apa2...”

“soalnya aku itu jika janjian berdua biasanya suka menyesuaikan dengan kemana dan teman jalan itu pakai apa..” jelasnya lagi

“kamu datang rapi dengan jas trus aku dengan pakaian santai khan lucu dilihatnya....”

Faldo tertawa, memang wanita punya style dan cara yang berbeda, dan dia sangat mengerti dan menghargai itu.

Dengan track pants abu-abu, kaos hitam dan sneakers putuhnya, Elin memang terlihat cantik hari ini, dan Faldo mengimbanginya dengan celan jins biru, kaos berkerah dan juga sneakres putih. Mereka tampilannya sporty malam ini.

“Gimana makanannya?” tanya Faldo

“enak...”

Senyuman terpancar dari bibir mereka

Tiba-tiba

“pacar kamu cantik juga yah..”

Faldo kaget.

“pacar aku? Kok bisa nebak?” Faldo dengan sedikit bingung

Elin tertawa lebar

“dunia digital begini apa sulitnya sih..... “ sambil mengulum senyumnya “ apa lupa hapus dari IG?” godanya lagi

Faldo ingat foto dia dan Maya memang ada di IGnya dia dan belum dihapus.

“do you mind? Jalan keluar dengan pria yang punya pacar? “ tanya Faldo

“No.... makan and pacaran adalah dua hal yang berbeda...”

Faldo tersenyum mendengar jawaban cerdas Elin

Menikmati makanan sambil berbincang kadang kenikmatannnya berbeda dengan cumbu rayu yang berujung ke seksual intimate, dan berbicara dengan wanita yang cerdas dan punya pemikiran yang sangat open minded seperti Elin, rasanya Faldo sedikit banyak terobati rasa sepi hatinya selama ini.

“mampir dulu yuk, ngga buru-buru kan?” tawar Elin saat Faldo mengantarnya pulang.

Faldo lalu memarkir mobilnya, dan dia masuk ke teras depan rumah mewah keluarga Elin.

“aku buatin kopi yah...” ujar elin

Tidak lama kemudian dia keluar, dengan kopi dua gelas dan meletakan di meja kecil di teras rumahnya.

“silahkan”

“thank you...”

Faldo mencicipinya sedikit

“keren...”

“thank you....”

Sejenak Elin mengatur posisi duduknya di kursi depan, kakinya diselonjorkan ke kursi lain dia sandaran dengan santai sambil menikmati kopi di tanganya

“sepertinya lagi ada masalah? Sampai bengong begitu?” tanya Elin

“ngga juga....”

Elin tertawa

“kalo ngga ada masalah ngga mungkin kamu malam mingguan disini kali...’

Tawa Elin berderai, Faldo jadi sedikit malu jadinya. Dia sambil menengguk kopinya sedikit, menarik nafasnya, sambil memperhatikan teman barunya ini yang juga duduk disampingnya dan melihat ke arah taman depan yang bunga-bungan banyak dan tersusun rapi.

“aku sih ngga ngerti yah.... mungkin cara menyelesaikan masalah khan suka beda maunya... Cuma khan itu bukan artinya kita bebas terobos jalur yah....” Faldo tanpa sengaja mengucapkan itu.

Elin yang mndengarnya tertawa

“wah, kebuka sendiri nih jadinya”

Faldo jadi salah tingkah dibuatnya

“Tapi memang kesulitan terbesar di kita ialah mentaati sebuah komitment” ujar Elin dengan nada serius

“biasanya orang akan sangat permissible diawal, tapi posesif di ujung..... makanya aku bilang komitment itu yang sulit....” sambungnya lagi

Faldo seperti membenarkan ucapan Elin

“dirimu?” tanya Faldo

Elin menghela nafasnya dalam

“Do, kamu tahu dengan posisi aku sebagai manager sales, kerenya bisnis development manager lah yah... tapi khan sales sebenarnya... aku diharuskan bertemu banyak orang dan harus tetap ramah dan menjaga atitude dan sikap aku... ini terbawa dalam setiap hari-harinya aku...”

Lalu

“ biasanya diawal yang dekat dengan aku selalu oke dengan situasi itu, tapi dengan berjalannya waktu dan semakin dekat, justru situasi di awal yang bagus itu menurut aku, malah dianggap salah oleh pasangan aku.... rasa takut kehilangan dan tidak mau berbagi suka jadi dalih untuk pembenaran itu...”

Elin tersenyum

“itu yang buat aku sedikit trauma dalam menjalani hubungan baru.... aku lebih suka menjalin persahabatan, dan mungkin suatu saat itu bisa berubah, jika memang takdir bahwa itu akan jadi jodoh aku....”

Dia lalu menyambung

“ aku paling tidak suka membenturkan pekerjaan dengan urusan perasaan.... karena bagi aku dua-duanya penting, jadi ngga mau aku kalahin salah satunya....aku maunya itu beriring...”

Faldo tertegun mendengarnya....

“sepakat...”

Elin tersenyum kearah Faldo

“saran aku seih sebaiknya kamu selesaikan baik-baik dengan pacar kamu... jika sudah clear dan tidak menggantung, kamu akan enak dan ringan melangkahnya... jika seperti ini kan kamu sendiri juga pasti bingung....”

Faldo terdiam

“iya sih.... Cuma aku bingung saja dengan diamnya dia, menutup akses komunikasi, rasanya sedikit sulit dipercaya...”

“mungkin dia butuh waktu buat dirinya sendiri.... memang benar, cara orang menyelesaikan masalah selalu berbeda....” ujar Elin

“sebaiknya kamu selesaikan dengan bicara secara langsung, atau cara cari untuk mebahasnya supaya tuntas” saran Elin

Faldo menghela nafasnya

“jangan bawa masalah kamu dengan lari ke tempat baru seakan akan tempat itu adalah tempat yang tidak ada potensi masalah, bisa jadi malah justru masalah yang sama atau lebih pelik lagi muncul, karena kamu tidak menyelesaikan secara tuntas masalah yang lama...” dengan bijak nasehat itu keluar dari Elin

“pengelamanku dan kegagalan aku selalu aku jadikan bahan pelajaran untuk kedepannya, makanya aku selalu bilang di awal, dan juga saat berakhir aku selalu sampaikan apa yang jadi keputusan aku, masalah diterima atau tidak, itu lain soal, tapi sikap aku sangat jelas....”

Elin memberi penegasan.

Faldo menyandarkan badannya di kursi teras itu, pikirannya sedikit mengawang

“apakah itu juga berlaku new comer....” tanya Faldo kemudian

Elin tertawa kecil

“early warning lebih baik daripada tsunami yang dahsyat...”

Sambil memegang gelas dengan kedua tanganya, Elin lalu berkata

“ aku jujur kagum dari awal melihat kamu di pesawat... pikirku, ini orang ganteng2 kok bengong yah....” Elin menatap ke langit.....” sampai akhirnya kita jalan pulang bareng, dan hingga saat ini kita ngobrol... you are such a beautiful men, to be honest... dan bisa ketemu malam ini, justru aku harus punya early warning dalam hatiku dan sikap aku...”

Dia melanjutkan lagi

“ mungkin aku GR, tapi itu baik buat aku at least.... aku bilang lebih baik dari awal, biarin orang bilang aku sombong atau gede rasa, daripada terlanjur dan akhirnya gagal.... makanya aku bilang selesaikan masalah jika masih ada, dan datang ke aku tanpa masalah, lalu kita jalan dan lihat, apa yang akan terjadi nanti....”

Faldo terkesan dengan cara berpikir Elin, dia merasa banyak benarnya juga meski mungkin sebagian orang menganggap ada semacam arogansi di pandangan dia. Tapi buat Faldo itu make sense

“karena bagi aku, komitment itu akan sangat penting, hubungan tanpa komitmen justru akan banyak ganjalan, aku ngga mau buta dalam menjalani hubungan.... aku ingin punya hubungan yang waras, dan sama-sama punya kewajiban menjaganya, buka hanya satu pihak karena merasa dia yang suka, sehingga untuk meyakinkan maka apapun yang diinginkan pasangan harus dia ikuti.... aku ngga mau terlihat atau berlaku bodoh....”

“wow....impresif...” senyum Faldo

“aku kagum dengan pandangan kamu...” puji Faldo

“termasuk dengan early warning aku..??” tertawa Elin

“yes... itu salah satu hal yang harus aku hargai....”

Elin memang bukan hanya cantik, tapi kecerdasan dan cara dia memandang dan menjalani hidup rasanya bagi Faldo itu prinsip yang harus dia hormati. Pembicaraan mereka lalu mengalir panjang mulai dari bisnin, hal-hal kecil, hingga hal-hal kecil tentang keseharain dan latar belakang mereka berdua yang belum terungkap sebelumnya.

Termasuk saran dia saat Faldo hendak pamit pulang setelah lama duduk dan berbicara di teras rumahnya

“kamu selesaikanlah hingga tuntas, bagaimanapun baik kamu atau dia berhak tahu apa yg jadi keputusan bersama, jadi jika gagal, nanti bertemu ada g senyum di bibir.... dan jika lanjut yah diperbaiki apa yang kurang.... jangan buat dilema yang tidak perlu di hidup kamu”

Nasehat Elin saat mereka berjalan ke depan untuk Faldo yang hendak pulang.

“pamit yah....” ucap Faldo

“hati-hati dijalan, wa jika sudah dirumah....”

“siap....”

“kapan-kapan kalo lagi dirumah, ayo gabung kita sepedaan” aja Elin

Faldo mengangguk...

Dia lalu memeluk Elin, mencium pipi kiri dan kanan wanita cantik itu, dan saat faldo sedikit terbius hendak mencium bibirnya... dengan cepat Elin menahan bibir Faldo dengan jari telunjuknya....

“early warning....” sembari senyumannya merekah di bibir....
 
VEINTIUNO : DILEMA


Tawaran training dari kantor ke Batam, langsung diiyakan oleh Faldo, dia memilih untuk sedikit menjauh dari rumah untuk sementara waktu, karena bagi dia sudut rumah itu selalu mengingatkan akan sosok Maya, dan baginya dia perlu waktu untuk bisa sedkit melupakan kesedihannya.

Faldo mulai membiasakan untuk tidak mengecek whatsapp dan account Maya lagi. Dia mencoba lepas dan mencari kesibukan lain agar bisa berdamai dengan waktu, dan jika keluarga bertanya, kelak dia akan mencoba menjelaskan, tanpa harus menyalahkan sala satu diantara mereka.

Hal yang mebuat dia berat sebenarnya karena keluarga sudah sangat setuju dengan hubungan mereka, dan tentu saat mereka bermasalah, pasti keluarga juga akan ikut bereaksi dengan kencangnya, dan itu yang sebenarnya Faldo hindari.

Dia memilih fokus dengan training serta mencoba mencari solusi di central procesing area yang bermasalah minggu lalu, dia benar-benar terpacu untuk bisa menyelesaikan trouble shooting kali ini, rasanya tantangan untuk bisa menyelesaikan sebuah permasalahan baginya sama adrenalinnya dengan bercinta.

Sebuah status whatsapp yang membuat Faldo kemudian mengomentari..

Howdi doll? Di palembang?

Tidak lama kemudian dibalas

Yup. Dirimu dimana?

Batam, training dari perusahaan.

Pantas ngilang. Ini lagi ada mau tanda tangan kontrak pengadaan alkes dengan salah satu rsud disini.


Wa mereka lalu terpotong dan jeda agak lama

Kapan balik Tangerang?

Besok Jumat aku sudah di Tangerang lagi.

Ketemuan boleh? Jika sudah di Tangerang? I owe you a dinner?

Wkwkwkwkwk, jangan dibawa serius.... tapi dinner atau lunch rasanya tawaran yang sulit ditolak

Boleh aku telp?

Silahkan, lagi free juga..


Dan akhirnya 38:52 tertulis di layar ponsel Faldo saat dia menutup telponnya.



***************************************​

Restoran Kayu Kayu akhirnya menjadi pilihan bagi Faldo dan Elin untuk menghabiskan malam minggu berdua, selain tidak terlalu jauh dengan lokasi rumah Elin, tempat ini memang sudah lama ingin Faldo kunjungin.

Faldo menjemput Elin terlebih dahulu di rumahnya, dan setelah meminta ijin ke orangtuanya, lalu mereka jalan dengan mobil Faldo menuju ke restoran itu, dan hari ini mereka sepakat untuk tampil casual.

“kamu ngga apa-apa kan dengan pertanyaan aku tadi?” tanya Elin

“pertanyaan apa?”

“Masalah kostum kamu?”

“ngga apa2...”

“soalnya aku itu jika janjian berdua biasanya suka menyesuaikan dengan kemana dan teman jalan itu pakai apa..” jelasnya lagi

“kamu datang rapi dengan jas trus aku dengan pakaian santai khan lucu dilihatnya....”

Faldo tertawa, memang wanita punya style dan cara yang berbeda, dan dia sangat mengerti dan menghargai itu.

Dengan track pants abu-abu, kaos hitam dan sneakers putuhnya, Elin memang terlihat cantik hari ini, dan Faldo mengimbanginya dengan celan jins biru, kaos berkerah dan juga sneakres putih. Mereka tampilannya sporty malam ini.

“Gimana makanannya?” tanya Faldo

“enak...”

Senyuman terpancar dari bibir mereka

Tiba-tiba

“pacar kamu cantik juga yah..”

Faldo kaget.

“pacar aku? Kok bisa nebak?” Faldo dengan sedikit bingung

Elin tertawa lebar

“dunia digital begini apa sulitnya sih..... “ sambil mengulum senyumnya “ apa lupa hapus dari IG?” godanya lagi

Faldo ingat foto dia dan Maya memang ada di IGnya dia dan belum dihapus.

“do you mind? Jalan keluar dengan pria yang punya pacar? “ tanya Faldo

“No.... makan and pacaran adalah dua hal yang berbeda...”

Faldo tersenyum mendengar jawaban cerdas Elin

Menikmati makanan sambil berbincang kadang kenikmatannnya berbeda dengan cumbu rayu yang berujung ke seksual intimate, dan berbicara dengan wanita yang cerdas dan punya pemikiran yang sangat open minded seperti Elin, rasanya Faldo sedikit banyak terobati rasa sepi hatinya selama ini.

“mampir dulu yuk, ngga buru-buru kan?” tawar Elin saat Faldo mengantarnya pulang.

Faldo lalu memarkir mobilnya, dan dia masuk ke teras depan rumah mewah keluarga Elin.

“aku buatin kopi yah...” ujar elin

Tidak lama kemudian dia keluar, dengan kopi dua gelas dan meletakan di meja kecil di teras rumahnya.

“silahkan”

“thank you...”

Faldo mencicipinya sedikit

“keren...”

“thank you....”

Sejenak Elin mengatur posisi duduknya di kursi depan, kakinya diselonjorkan ke kursi lain dia sandaran dengan santai sambil menikmati kopi di tanganya

“sepertinya lagi ada masalah? Sampai bengong begitu?” tanya Elin

“ngga juga....”

Elin tertawa

“kalo ngga ada masalah ngga mungkin kamu malam mingguan disini kali...’

Tawa Elin berderai, Faldo jadi sedikit malu jadinya. Dia sambil menengguk kopinya sedikit, menarik nafasnya, sambil memperhatikan teman barunya ini yang juga duduk disampingnya dan melihat ke arah taman depan yang bunga-bungan banyak dan tersusun rapi.

“aku sih ngga ngerti yah.... mungkin cara menyelesaikan masalah khan suka beda maunya... Cuma khan itu bukan artinya kita bebas terobos jalur yah....” Faldo tanpa sengaja mengucapkan itu.

Elin yang mndengarnya tertawa

“wah, kebuka sendiri nih jadinya”

Faldo jadi salah tingkah dibuatnya

“Tapi memang kesulitan terbesar di kita ialah mentaati sebuah komitment” ujar Elin dengan nada serius

“biasanya orang akan sangat permissible diawal, tapi posesif di ujung..... makanya aku bilang komitment itu yang sulit....” sambungnya lagi

Faldo seperti membenarkan ucapan Elin

“dirimu?” tanya Faldo

Elin menghela nafasnya dalam

“Do, kamu tahu dengan posisi aku sebagai manager sales, kerenya bisnis development manager lah yah... tapi khan sales sebenarnya... aku diharuskan bertemu banyak orang dan harus tetap ramah dan menjaga atitude dan sikap aku... ini terbawa dalam setiap hari-harinya aku...”

Lalu

“ biasanya diawal yang dekat dengan aku selalu oke dengan situasi itu, tapi dengan berjalannya waktu dan semakin dekat, justru situasi di awal yang bagus itu menurut aku, malah dianggap salah oleh pasangan aku.... rasa takut kehilangan dan tidak mau berbagi suka jadi dalih untuk pembenaran itu...”

Elin tersenyum

“itu yang buat aku sedikit trauma dalam menjalani hubungan baru.... aku lebih suka menjalin persahabatan, dan mungkin suatu saat itu bisa berubah, jika memang takdir bahwa itu akan jadi jodoh aku....”

Dia lalu menyambung

“ aku paling tidak suka membenturkan pekerjaan dengan urusan perasaan.... karena bagi aku dua-duanya penting, jadi ngga mau aku kalahin salah satunya....aku maunya itu beriring...”

Faldo tertegun mendengarnya....

“sepakat...”

Elin tersenyum kearah Faldo

“saran aku seih sebaiknya kamu selesaikan baik-baik dengan pacar kamu... jika sudah clear dan tidak menggantung, kamu akan enak dan ringan melangkahnya... jika seperti ini kan kamu sendiri juga pasti bingung....”

Faldo terdiam

“iya sih.... Cuma aku bingung saja dengan diamnya dia, menutup akses komunikasi, rasanya sedikit sulit dipercaya...”

“mungkin dia butuh waktu buat dirinya sendiri.... memang benar, cara orang menyelesaikan masalah selalu berbeda....” ujar Elin

“sebaiknya kamu selesaikan dengan bicara secara langsung, atau cara cari untuk mebahasnya supaya tuntas” saran Elin

Faldo menghela nafasnya

“jangan bawa masalah kamu dengan lari ke tempat baru seakan akan tempat itu adalah tempat yang tidak ada potensi masalah, bisa jadi malah justru masalah yang sama atau lebih pelik lagi muncul, karena kamu tidak menyelesaikan secara tuntas masalah yang lama...” dengan bijak nasehat itu keluar dari Elin

“pengelamanku dan kegagalan aku selalu aku jadikan bahan pelajaran untuk kedepannya, makanya aku selalu bilang di awal, dan juga saat berakhir aku selalu sampaikan apa yang jadi keputusan aku, masalah diterima atau tidak, itu lain soal, tapi sikap aku sangat jelas....”

Elin memberi penegasan.

Faldo menyandarkan badannya di kursi teras itu, pikirannya sedikit mengawang

“apakah itu juga berlaku new comer....” tanya Faldo kemudian

Elin tertawa kecil

“early warning lebih baik daripada tsunami yang dahsyat...”

Sambil memegang gelas dengan kedua tanganya, Elin lalu berkata

“ aku jujur kagum dari awal melihat kamu di pesawat... pikirku, ini orang ganteng2 kok bengong yah....” Elin menatap ke langit.....” sampai akhirnya kita jalan pulang bareng, dan hingga saat ini kita ngobrol... you are such a beautiful men, to be honest... dan bisa ketemu malam ini, justru aku harus punya early warning dalam hatiku dan sikap aku...”

Dia melanjutkan lagi

“ mungkin aku GR, tapi itu baik buat aku at least.... aku bilang lebih baik dari awal, biarin orang bilang aku sombong atau gede rasa, daripada terlanjur dan akhirnya gagal.... makanya aku bilang selesaikan masalah jika masih ada, dan datang ke aku tanpa masalah, lalu kita jalan dan lihat, apa yang akan terjadi nanti....”

Faldo terkesan dengan cara berpikir Elin, dia merasa banyak benarnya juga meski mungkin sebagian orang menganggap ada semacam arogansi di pandangan dia. Tapi buat Faldo itu make sense

“karena bagi aku, komitment itu akan sangat penting, hubungan tanpa komitmen justru akan banyak ganjalan, aku ngga mau buta dalam menjalani hubungan.... aku ingin punya hubungan yang waras, dan sama-sama punya kewajiban menjaganya, buka hanya satu pihak karena merasa dia yang suka, sehingga untuk meyakinkan maka apapun yang diinginkan pasangan harus dia ikuti.... aku ngga mau terlihat atau berlaku bodoh....”

“wow....impresif...” senyum Faldo

“aku kagum dengan pandangan kamu...” puji Faldo

“termasuk dengan early warning aku..??” tertawa Elin

“yes... itu salah satu hal yang harus aku hargai....”

Elin memang bukan hanya cantik, tapi kecerdasan dan cara dia memandang dan menjalani hidup rasanya bagi Faldo itu prinsip yang harus dia hormati. Pembicaraan mereka lalu mengalir panjang mulai dari bisnin, hal-hal kecil, hingga hal-hal kecil tentang keseharain dan latar belakang mereka berdua yang belum terungkap sebelumnya.

Termasuk saran dia saat Faldo hendak pamit pulang setelah lama duduk dan berbicara di teras rumahnya

“kamu selesaikanlah hingga tuntas, bagaimanapun baik kamu atau dia berhak tahu apa yg jadi keputusan bersama, jadi jika gagal, nanti bertemu ada g senyum di bibir.... dan jika lanjut yah diperbaiki apa yang kurang.... jangan buat dilema yang tidak perlu di hidup kamu”

Nasehat Elin saat mereka berjalan ke depan untuk Faldo yang hendak pulang.

“pamit yah....” ucap Faldo

“hati-hati dijalan, wa jika sudah dirumah....”

“siap....”

“kapan-kapan kalo lagi dirumah, ayo gabung kita sepedaan” aja Elin

Faldo mengangguk...

Dia lalu memeluk Elin, mencium pipi kiri dan kanan wanita cantik itu, dan saat faldo sedikit terbius hendak mencium bibirnya... dengan cepat Elin menahan bibir Faldo dengan jari telunjuknya....

“early warning....” sembari senyumannya merekah di bibir....
sangat suka scene ini...bahasa pemaparannya keren berkelas,,hrs dilanjut..mantapp bnget suhu...advice dr permasalahan dlm hubungan bisa jd contoh...mkasih suhu...menjaga komitmen dlm hubungan itu memang susah
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd