Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Balada Sang Perawan

Jika bisa menghabiskan semalam dengan salah satu perempuan di cerita ini, siapakah yang suhu pilih?


  • Total voters
    569
  • Poll closed .
BAB 2 (Hari Satu, Sore: Pengkhianatan)




"Kamu natap toketku mulu Yo."

Kini Aku mengalihkan mataku menatap ke arah wajahnya. Ku tatap matanya dalam-dalam. Bibirnya agak manyun seakan Ia tidak suka dilihat, tapi di sisi lain payudaranya juga tetap dibiarkan menghadap tubuhku. Tiba-tiba saja Aku merasa begitu tertarik padanya.

"Aku ga sengaja tadi."

"Aku tahu kok."

"Badanmu bagus El," Entah dari mana asalnya keberanianku untuk berucap seperti itu. Iya hanya tersenyum kaku mendengar pujianku. Ingin ku tampar saja wajahku yang tak tahu diri ini. Mana mau Elma, perempuan kaya raya dan cerdas yang sudah bersuami ini digoda oleh perjaka pas-pasan kayak diriku ini. Keheningan panjang pun memenuhi seluruh ruangan.



"Aku memang lebih suka lepas baju sekalian kalau menyusui."

Aku hanya membalas dengan anggukan. Entah mengapa suasananya menjadi sangat canggung. Memang tak cocok bila dua orang yang begitu pendiam dihadapkan dalam situasi yang begitu ganjil semacam ini.

"Emang ga kedinginan?" tanyaku berbasa-basi.

"Tadinya pakai selimut sih, hanya terkibas pas lagi tidur," ucapnya sembari menunjuk selimut bayi yang sudah berhamburan di dekat dinding.

"Belum pernah ada cowok selain Harun yang pernah lihat toketku Yo." Katanya dengan nada suara yang masih sama pelannya. Ucapannya itu membuatku terkejut. Sejak tadi mendapatiku memerhatikan tubuhnya tak sekali pun Elma mencoba menutupi payudaranya dengan tangan, bahkan sampai saat ini Ia sama sekali tak terlihat seperti ingin mengenakan pakaiannya. Tingkah lakunya seakan menunjukkan bahwa Ia telah begitu terbiasa dengan keadaan seperti ini. Tidak ku sangka ternyata Aku adalah lelaki pertama selain suaminya yang melihat payudaranya secara bebas.

"Maaf El."

"Gak perlu minta maaf. Emang badanku beneran bagus ya Yo?"

Pertanyaan itu membuat mataku kembali memerhatikan payudara dan perutnya. Perutnya yang kurus memiliki dua garis lipatan lemak, samar-samar lekukan tubuhnya masih terlihat. Puting payudaranya begitu keras. Sepertinya lebih keras daripada sebelum duduk tadi. Apakah dia merasa terangsang?

"Bagus banget El. Aku ga pernah berani ngebayangin Kamu telanjang sebelumnya, ga pernah bayangin bakal terangsang lihat tubuhmu karena Kamu istri teman Aku, tapi ternyata begitu lihat aslinya, Aku malah sangat terangsang. Bagi Aku, tubuh Kamu jauh lebih seksi dibandingkan artis film porno yang Aku pernah nonton."

Jawabanku membuat Elma tertawa kecil. "Kok artis porno, memangnya Kamu belum pernah lihat toket sebelumnya?" Pertanyaan itu membuat wajahku memerah.

"Beneran ga pernah ya... Kamu senang gak kalau toketku jadi pengalaman pertamamu?"

"Se---senang El." ucapku dengan masih memerah.

"Kalau memang begitu Kamu ku bolehin megang Yo." ucapnya sambil menarik tangan kiriku menuju payudara kanannya.

Inilah sentuhan pertamaku dengan payudara. Kulitnya terasa begitu kenyal. Payudara yang berdiri tegak itu ku remas pelan. Jariku mulai menyentuh tiap inchi payudaranya dengan perlahan, berputar di sekitar areolanya, lalu kemudian meremasnya sekali lagi. Tiap kali meremas, Aku merasakan putingnya yang tegak seperti menusuk garis telapak tanganku.

"Aaah...." ucapnya pelan, ku lihat mata Elma menjadi sayu.

Desahannnya membuatku lebih berani. Kini kembali ku mainkan jariku menyentuh sekitar areolanya. Sampai kemudian Aku tak sanggup lagi. Putingnya yang tegak berdiri sangatlah menggoda, dengan sedikit nakal Aku sentil puting itu dengan telunjukku membuat Elma mengerang lebih kencang. Erangannya cukup nyaring, sampai-sampai jariku sempat berhenti sejenak.

"Lanjut Yo," jawabnya sambil menarik tangan kananku untuk menyentuh payudara kirinya.

Jemariku dengan gagah memilin kedua putingnya, membuat Elma semakin tak karuan. Tangan kirinya diletakkan di atas dipan, sedangkan tangan kanannya sedang memencet vaginanya dari luar celana.

"Aahh... enak banget toketku."

Kini erangannya makin tak teratur. Ku gunakan sedikit tenagaku untuk membaringkan tubuhnya. Kini Elma telah terbaring di bawah kaki Maura. Ibu muda yang dikenal kalem dan anggun itu kini terlihat begitu binal di hadapanku. Elma yang sehari-hari tak pernah nampak terlepas dari jilbab sopan kini dengan sukarela menyerahkan tubuhnya untuk ku sentuh. Melihat hal itu, reaksi tubuhku juga makin tak karuan. Penisku yang tadi sempat mulai mengendor kembali mengeras, lebih keras dari sebelumnya. Tanpa ku sadari, mulutku juga mengeluarkan erangan halus. Padahal belum ada sentuhan langsung ke tubuhku.

Ku dekatkan mulutku ke payudara Elma, lalu mulai menjilatnya perlahan. Dari kiri ke kanan, kiri ke kanan, begitu seterusnya. Ternyata jilatanku berhasil membuat Elma semakin terangsang. Kini kedua kakinya telah dilingkarkan ke atas pinggangku. Membuat pakaianku sedikit tersingkap. Elma mengarahkan tangannya menyentuh perutku.

"Bagus banget perutmu, ah ngentot, ahhhh... terus jilat toketku." Tak ku sangka, lisan Elma ternyata begitu liar kala sedang terangsang.

Aroma bayi masih tercium jelas dari payudara kanannya, Aku pun memilih payudara itu untuk ku kulum dan ku sedot. Slurrp, tarikku kencang.

"Ah ngentot, Ahhh... hebat banget cowok macho ahhh... kayak Kamu Yo, badanmu bagus banget kayak model." kini tangannya coba meraih gundukan di celanaku.

Ucapannya itu membuatku semakin di atas angin. Ku tengok pergerakan tangan kanannya semakin kencang, ternyata benar, Ia sudah menyingkap celananya. Kini jari tengahnya sedang keluar masuk di dalam vaginanya.

"Ah tonjolan kontolmu gede Yo."

"Vaginamu enak El?" tanyaku sambil mencopot bibirku dari payudaranya, kedua tanganku masih bebas memilin kedua payudaranya. Aku perlahan mengecup bibirnya pelan. Tangannya sudah menarik zip dari retsletingku.

"Enak Yo, aahhhh... ini ku ahhhh.... colok-colok saking enaknya Yo."

Sekali lagi ku kecup bibirnya. Namun ternyata kecupanku membuat Elma sadar bahwa Aku sebenarnya tak tahu cara melakukan ciuman yang benar.

"Pake lidahnya Yo. Bu--buka aahhhh mulut,"

Aku pun menuruti perintahnya, Aku membuka bibirku sambil menjulurkan sedikit lidah. Elma langsung menyambut ciumanku dengan mengangkat kepalanya sedikit. Itu adalah ciuman pertamaku. Rasanya sangat intim, Aku bisa merasakan gairah dan aroma tubuh Elma melalui air liurnya. Tubuhnya semakin menegang, ku rasa gerakan di tangan kanannya semakin mengencang. Suara jemari yang menghantam vagina terdengar begitu jelas. Erangan Elma semakin tak karuan, ucapannya makin binal dari sebelumnya.

"Yo... Ahhh."

"Elma, Kamu seksi banget."

"Ahhhh ya Yo, Aku seksi... Aku seksi kan?"

"Iya El, Kamu seksi El," sambil menurunkan kembali lidahku menjilat puting payudaranya.

"Ahhhh, iya Yo, di situ Yo! Ah toketku. Aku... Aku... Ahhh mau pipis."

Ucapnya diikuti erangan panjang, jemarinya mencolok vaginanya jauh lebih kencang seakan menggunakan semua tenaganya yang tersisa. Tangannya yang sudah hampir membuka celana dalamku langsung ditariknya untuk berpegangan erat pada lenganku. Kini badannya semakin mengencang, tetes-tetes air susu telah keluar dari payudaranya. Tetesan air susu mengalir lebih deras dari payudaranya.

"Yo... ahhh... Aku pi...pis..." erangnya kencang, kini wajah dan dada, bahkan sekujur tubuhnya telah dipenuhi butir keringat. Elma benar-benar pipis, dengan kaki yang mengejan, serbuan cairan keluar dari vaginanya. Membasahi celana pendek dan celana dalamnya yang hanya disingkap saja, menyerbu sisi lutut celana jinsku, dan melayang jauh menyentuh lantai. Kepala Elma menegang ke atas, dengan kedua tangan yang memeluk lenganku erat. Sungguh pemandangan yang indah.

Aku melepas tanganku dari payudaranya. Membiarkan Elma menikmati orgasmenya. Aku mengecup bibirnya sekali lagi, namun kali ini ku lakukan bukan karena Aku tak tahu bagaimana cara melakukan french kiss. Wajahnya tersenyum melihatku, Ia menyapukan tangan kanannya ke pipiku, membuat aroma vaginanya menguar begitu lekat di hidungku. Aroma yang sedikit amis namun juga sedikit manis.

"Aku ga pernah sampai pipis kayak gitu," ucapnya pelan. Suaranya sudah berbisik lagi, seakan lupa bahwa baru saja Ia mengerang dengan suara yang nyaring. Semoga Harun tidak mendengarnya, apalagi jarak ruangan tengah agak jauh dari sini, lagipula suara PS juga begitu berisik.

Aku membalasnya dengan kecupan lagi. Aku yang tak pernah mengecup wanita sebelumnya menjadi begitu ketagihan untuk mengecup bibir Elma.

"Toketku juga ga pernah dijilat sebelumnya."

"Enak rasanya, sampai keluar susu gitu," jawabku.

"Kamu belum keluar ya?" tanyanya.

"Iya El," jawabku, kini tanganku memegang pinggangnya.

Bersamaan dengan itu Elma mulai duduk bersandar ke dinding, dan menarikku agar menciumnya. Lidah kami mulai berpagutan, lidahku masuk ke dalam mulutnya sedangkan Elma membuka kedua bibirnya. Aku merasakan tumpukan air liur dari dalam bibirnya, sepertinya sengaja Ia kumpulkan, Aku pun menyedot air liur itu. Sensasinya benar-benar memabukkan, kini penisku telah tegang sepenuhnya lagi. Tangan Elma mulai diarahkan ke tubuhku, Ia membuka kancing kemeja yang ku kenakan satu persatu. Sedangkan tanganku perlahan mulai mencengkeram payudara Elma yang dibiarkan berdiri liar. Sisa lembab akibat air susunya yang keluar masih tersisa di payudaranya, membuatku semakin terangsang.

"Aku horny lagi Yo."

"Aku juga," jawabku sembari memasukkan jariku ke balik celana pendeknya. Aku sedang meraba-raba vaginanya dari luar celana dalamnya. Nampak celana dalam dan sebagian celana pendeknya masih basah akan sisa cairan kenikmatannya tadi.

"Ahhh," ucapnya pelan.

Tangan Elma mulai diarahkan ke celana panjangku, menyentuh sisi penis yang tadi telah dibuka retsletingnya. Membuatku juga sedikit mengerang kecil.

"Ahhh," ucapan itu keluar dari mulutku tiap kali Elma menaik turunkan jemarinya dari sisi luar celana dalamku.

Setelah cukup kesulitan hanya dengan satu tangan, akhirnya Elma pun berhasil membuka kemejaku sepenuhnya. Sejenak tangannya berhenti bergerak, ciumannya juga berhenti terlebih dahulu.

"Badanmu ternyata berotot banget ya Yo," jawabnya sambil menatap ke perutku. Ucapannya sontak membuat wajahku tersipu. Kini jemarinya mulai meraba tiap inchi tubuh bagian atasku. Mataku balas menatap wajahnya. Ku arahkan tanganku ke pipinya, menyentuhnya perlahan, ada rasa penuh kasih yang perlahan tumbuh dalam jiwaku. Kita punya banyak kesamaan, tapi tak pernah terpikirkan sebelumnya Aku bisa tertarik seperti ini dengannya.

"Aku selalu suka lihat tubuh yang kayak begini dari film-film, malah dapatnya yang kerempeng kayak Dia," ucapnya. Ia enggan menyebut nama Harun. Entah sudah berapa kali Elma menyindir Harun di hadapanku. Tidak pernah dibuat orgasmelah, tidak pernah dijilat payudaranya, ternyata memang hubungan mereka tidak seindah yang Aku pikir.

Baru saja Aku mau balik menggenggam payudaranya, tiba-tiba pandangan Elma teralihkan. Ia menatap ke sisi kirinya, tempat Maura sedang tertidur.

"Dia udah bangun," ucapnya tak lagi berbisik. Aku langsung saja menengok ke arah yang sama, dan benar saja. Anak yang sudah hampir berusia setahun itu kini sedang terduduk menatap ke arah Kami. Elma langsung saja meraih bajunya di atas kasur dan mulai menghampiri anak satu-satunya itu.

Aku yang kebingungan juga mulai mengancingkan kemejaku kembali. Kini Elma sedang menggendong Maura di hadapanku.

"Maaf ya Yo."

"Gapapa kok, untungnya dia ga sampai nangis juga. Kita agak berisik tadi," jawabku tersenyum.

"Yo, coba Kamu keluar ngecek keadaan. Aku mau keluar buat bubur bayi." Ucapan yang dengan patuh ku lakukan. Aku memberi tahu Elma bahwa tidak ada Harun di dekat kamar, yang langsung diikuti oleh langkah keluar Elma.

Aku berjalan ke arah ruang tengah, tempat di mana Harun sedang tertidur pulas dengan PS yang masih menyala. Ku lihat waktu telah menunjukkan pukul 4 sore. Astaga, sudah berapa lama kami bermain? Tidak terasa sudah hampir dua jam saja Kami bermesraan di kamar. Sejam setelahnya, Harun pun terbangun. Kami menunggu magrib sebelum akhirnya meninggalkan rumah. Mereka mengantarku terlebih dahulu lalu sebelum melanjutkan perjalanan ke supermarket yang memang tidak jauh dari rumahku.

Sepanjang perjalanan, tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Elma. Begitu juga dariku yang cuma sesekali bertukar celoteh dengan Harun. Mungkin Kami hanya mencoba membuat semuanya berjalan seperti biasa.

"Kesenangannya sudah berakhir ya?" ucapku pada diri sendiri kala sedang memasuki rumah.

Bab 3 akan terbit besok. Selamat menikmati.
 
Terakhir diubah:
Tigaaa, tiiigaa.., dimana ya si tiga hmmm
.
..
.
.
... " Permisi pak, tiga kemana ya, apa bapak tau? "


... " Oooh, bab tiga ta mas? "


. " Oh iya Pak, itu maksud saya "


... " Di tunggu aja mas, paling bentar lagi "


... " Bentar lagi apa pak?, "


... " Bentar lagi update, lagi nunggu bab tiga kan? "


... " Hehehehe, bapak juga nunggu? "


... " Iya Lah, tua-tua gini juga kalo liat yang bening juga on fire si joni "


... " Lah.., hahahaha.., apalagi gak pake baju ya pak., "


... " Hehehe, di suguh i susu gitu kalo bapak mah gak pake lama tuh, hahahhaa "


... "Srupt srpt srppt srupppt, gitu ya pak.. Wkwkkwkw"



... Stay aja lah, tetep semngat,
.... Jaga kesehatan,
jangan keluyuran kalo nggk penting" Amat,
..jangan lupa pake masker,
....jngan lupa cuci kontol,
eh..,
cuci tangan maksudnya.🤣🤣

., dan yang penting "di rumah aja".. 🤣😂

. Ingat pesan ibu.. 😂🤣😂
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd