Capter 5 Belenggu Sihir
“ Dia sangat membosankan karena tidak mengeluarkan rasa sakit atau memohon ampun “ Celin
“ Ah enak banget uhmm “ Astrid
“ Yang mulia sisakan energi Deva untuk ku, aku juga ingin bercinta denganya “ Rengek Celin
“ Ah.. Terlebi..h dahulu.. uhmm, sembuhkan.. dia ah ah uh “ Astrid
Stelah puas dengan tubuh ku, kini giliran para penjaga yang mulai menggilir Tulae, apa ini pantas di sebut sebuah ke sempatan karena aku sendirian di ruangan penjara ini. Aku memutuskan untuk mencoba lagi melepaskan energi sihir ku, aku bersumpah jika belenggu ini terlepas aku akan membunuh semua orang disini. Aku tidak berniat mengontrol energi sihir ku hanya aku lepaskan dan terus aku lepaskan, tapi tidak ada reaksi sedikit pun, apakah ini adalah akhir dari takdir yang di berikan kepada ku atau aku memang membuat takdir seperti ini.
Lebih baik saat itu dewi Aphrodite tidak mengulang waktu, dan mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi, mau hidup di dunia sebelumnya dan di dunia sekarang aku lebih memilih hidup di dunia sebelumnya. Setiap hari aku selalu mendapatkan perlakuan seperti ini, begitu juga Tulae, jika bukan aku yang di siksa maka Tulae sebagai gantinya di siksa. Aku ingin sekali membunuh mereka dan membalaskan dendam untuk Tulae, tidak hanya untuk Tulae aku jadi orang munafik jika hanya menggunakan alasanya seperti itu, tentu saja aku ingin balas dendam atas perlakuan mereka terhadap diri ku.
Saat malam tiba aku mulai di pukuli dengan tandanya Tulae datang, mereka menyembuhkan dan mengulangi lagi, aku tidak tau siapa aku lagi. Aku hanyalah samsak hidup mereka, aku sangat membenci semuanya sebaiknya aku menerima bahwa aku adalah raja iblis, lalu aku tertawa sekeras-kerasnya dalam tawa ku itu ada luapan emosi ku akan kesedihan dan kemarahan yang tidak dapat aku lukiskan dengan kata-kata, bahkan aku saja bingung untuk mengungkapkanya namun aku bersumpah akan membunuh mereka semua, aku akan membunuh semuanya tanpa ampun.
Aku harus sadar, aku tidak ingin ke hilangan kesadaran ku dan berubah menjadi seperti mayat hidup. Aku mencoba lagi melepaskan energi sihir ku, aku tidak perduli jika aku mati ke habisan energi sihir sungguh aku tidak perduli. Aku mulau tertawa karena menyadari sesuatu dan itu hal yang sangat mudah dengan melepaskan energi sihir ku mereka pasti mengetahui hal tersebut kemudian dari raut wajah seorang yang mengganti belenggu sihir terlihat tertekanan dan ia segera mengganti dengan yang lebih kuat dalam hal ini dapat aku simpulkan bahwa belenggu ini juga memiliki batas. Maafkan aku Tulae aku lambat menyadari ini, aku mohon bersabarlah sedikit lagi gumam ku dalam hati sambil memandangi Tulae.
Seperti dugaan ku orang yang bertugas mengganti belenggu sihir datang bersama beberapa tentara, dan saat itulah aku melihat celah dan aku melepaskan energi sihir ku hingga semua orang terjatuh, tangan ku menembus tubuh orang yang tepat di hadapan ku dan aku menggenggam jantungnya lalu aku remas hingga hancur. Mereka terlihat ketakutan tapi aku tidak perduli, aku mulai menyerang mereka dan mengambil pedang dari salah satu mayat yang mati.
Aku menusukan pedang tersebut berkali kali terhadap orang yang terakhir walau ia memohon ampun kepada ku, aku segera menghampiri Tulae, dan menghancurkan belenggu sihirnya. Tulae berdiri dan memeluk ku dan ia mencium ku, Tulae malah mencoba membuka celana ku, aku mengelus rambutnya dan tersenyum.
“ Tulae kau sudah tidak perlu melakukan hal seperti itu “ Ujar ku
Di hadapan ku muncul bulatan hitam, dan aku mengambil pakaian ku dari penyimpantan dimensional milikik ku, aku pun mendindingi sell ini dengan sihir ku, agar tidak ada seorang pun yang bisa keluar atau masuk kecuali aku, dan Tulae tetap ada disini.
“ Tulae dengar, kamu jangan kemana-kamana, aku akan segera kembali “ aku tersenyum kepada tulae
Di luar penjara ini, aku mulai membunuh para penjaga yang aku temui, aku tidak perduli bahwa penjaga penjara yang tidak aku kenal baik atau tidak aku tetap membunuhnya, dan untuk setiap penjaga yang sangat aku kenal aku tangkap dan aku rantai lalu aku siksa mereka bahkan aku turut melepaskan semua tahanan yang ada didalam penjara ini, keributan besar terjadi para tahanan membalas dendam perlkuan mereka tahanan yang tidak memiliki harapan hidup lagi maka ia aku bunuh.
Nyawa manusia di hadapan ku sudah tidak ada artinya, aku hanya ingin membunuh mereka aku sangat benci, aku juga menyembuhkan dan menyiksa mereka lagi, di antaranya ada yang gila, aku tidak perduli, Selama tiga hari ini aku selalu menyiksa mereka, lucunya mereka tidak bisa bertahan dalam satu hari saat aku siksa, Aku selalu kembali untuk memberikan makanan untuk Tulae. Hari ke empat Astrid datang bersama Celin.
“ Selamat datang “ Sambut ku
Celin dan Astrid terkejut, dimana aku sedang menyisir rambut tulae yang duduk di atas kursi kayu.
“ Tunggu sebentar akan tiba giliran kalian “ ujar ku sambil tersenyum
“ Apa yang terjadi !? Penjaga ! “ Teriak Celin
“ Mereka ada disana “
Astrid muntah melihat dimana tubuh penjata aku potong pada tangan dan kaki mereka, tapi mereka masih dalam ke adaan hidup. Dan pada potongan itu aku sembuhkan jadi mereka seperti orang cacat, mereka berseru kepada Astrid dan Celin untuk membunuh mereka karena mereka sudah tidak tahan. Aku menggunakan sihir belenggu kepada Celin dan Astrid dan mulai memperkosa mereka berdua sampai aku puas.
“ Enak sekali, mana kenakalan dan gairah mu Celin “ tanya ku
Sambil menggerakan pinggul ku dengan sangat kasar.
“ Hentikan aku mohon “ Celin
“ Hentikan ? itu perintah ? ah dasar bodoh, aku tidak akan berhenti karena aku menyukainya seperti kalian memperlakukan ku setiap paginya “ ujar ku
Setelah aku puas dengan Celin aku mulai menyiksanya dengan cara yang sama saat ia menyiksa Tulae. Tulae hanya diam dengan tatapan kosong. Astrid gemetar melihat cara ku yang lebih sadis bahkan aku menuliskan kata Anjing di punggungnya dengan belati. Lalu aku terus memperkosanya lagi dan lagi hingga ia tidak dapat berkata apa-apa.
Kini giliran Astrid aku menamparnya berkali-kali, lalu memukulnya hingga darah segar keluar dari mulutnya.
“ jangan katakan aku seorang pengecut yang berani memukul wanita “ ujar ku sambil menampar wajah Astrid
Tahanan yang masih ada disana menelan air liur mereka saat melihat Celin.
“ kalian mau, perkosa saja aku tidak perduli, asal jangan sentuh Tulae “ujar ku
Astrid dan Celin pun di gilir, aku ingin mereka mati dengan sangat hina, telanjang di perkosa bergantian oleh satu penjara bangsat ini.
Mereka memasang belenggu pengacau sihir kepada Astrid dan Celin, lalu aku tinggalkan mereka, Astrid dan celin mereka bawa ke dalam hutan, biarkan saja mereka menikmati tubuh wanita jalang itu, Tulae dan aku pun pergi meninggalkan penjara menuju hutan putih.
Catatan Penulis :
Nah ini update lagi, mohon maaf ya >.<