Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG AZUMATH: WORLD OF MAGIC

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER 17


Sreet! dengan menimbulkan suara desiran yang sangat tajam pedang cahayanya lantas dibabat ke depan, hanya dalam sekejap mata bayangan pedang berkelebatan memenuhi angkasa mengurung seluruh area. Kiranya Puspa sedang mengeluarkan ilmu pedang cahayanya. Serentetan cahaya pedang dengan cepat menyambar dan tak lama berselang belasan laba-laba langsung lebur menjadi debu akibat tebasan cahayanya. Puspa terus memburu dan membunuh laba-laba yang ditemukannya tanpa merasa lelah. Sudah hampir setengah hari anak itu terus memburu laba-laba. Entah sudah berapa ribu laba-laba yang telah ia bunuh.

“Sayang ... Berhentilah dulu ...! Waktunya istirahat dan makan siang.” Perintahku dari atas pohon.

“Baik, bapak!” Seru Puspa yang langsung saja melesat kembali ke sisi pantai di mana tenda kami berada.

Aku pun menyusul Puspa di belakangnya. Saat aku sampai, ternyata Daru sudah mendahului acara makan siang kami. Aku dan Puspa lantas bergabung bersama Quirima dan Daru. Mungkin satu jam kami makan siang sambil kongkow bercanda. Menyenangkan. Tetapi waktu memang ada batasnya. Aku kembali menemani Puspa berburu lagi laba-laba. Aku bangga pada anak perempuanku ini. Setiap kali tubuhnya bergerak, bayangannya yang terlihat. Gerakannya benar-benar bagai sambaran cahaya. Cepat luar biasa. Entah sudah tak terhitung lagi laba-laba yang berhasil Puspa hancurkan, aku yakin sudah lebih dari seratus ibu hewan magical beast yang telah anak itu musnahkan.

Tak terasa, hari sudah menjelang malam. Akhirnya aku menyuruh Puspa untuk berhenti dan kembali ke tenda. Kini aku hanya melihat Quirima yang sedang menyiapkan makanan, sementara Daru masih asik memburu magical beast yang bisa kudengar suara ledakan-ledakan serangannya. Aku suruh Puspa membersihkan diri dahulu di laut, kemudian aku duduk di alas tikar daun kelapa menghadapi kopi panas yang baru saja diseduh oleh Quirima.

“Aku pikir, Puspa sudah cukup mengumpulkan energi sihirnya. Aku perkirakan Puspa sudah mencapai satu juta poin. Bagaimana dengan Daru?” Tanyaku pada Quirima.

“Daru masih harus menambah energi sihirnya. Daru juga kuperkirakan sudah mencapai satu juta poin. Dia memerlukan satu juta poin lagi.” Jawab Quirima.

“Berarti kita harus sehari lagi berada di sini.” Kataku.

“Suamiku ... Biar aku yang menjaga Daru dan Puspa ... Sebaiknya suamiku segera pergi ke Pulau Nelin untuk menemui masyarakat pulau itu, karena masih terlalu banyak tempat-tempat yang kamu harus datangi.” Quirima memberikan saran.

“Hhhmm ... Kalau begitu, aku akan pergi malam ini juga. Aku titip anak-anak padamu.” Kataku lalu menyeruput kopi buatan Quirima.

“Percayakan saja anak-anak padaku.” Jawab Quirima sambil tersenyum manis.

Kemudian Quirima menceritakan beberapa monster kuat yang ada di Azumath. Salah satunya monster yang dia sebut ‘SATIR’. Satir adalah monster berupa manusia raksasa yang mempunyai kekuatan sihir elemen api yang sangat kuat. Selain itu tubuh Satir sekuat baja, senjata fisik tak akan bisa melukainya. Tubuh Satir juga dapat menghasilkan suhu yang sangat tinggi. Kemarahan memang membuatnya menjadi lebih kuat, tetapi ada hal lain yang dapat menambah kekuatannya, yaitu kemampuannya untuk menyerap energi sihir dari objek yang disentuhnya.

“Bapak jangan lama-lama perginya.” Kata Puspa saat aku hendak pergi meninggalkan pulau. Tangan anak itu menggenggam erat telapak tanganku.

“Bapak gak akan lama. Bapak akan segera pulang.” Kataku sembari menggendong Puspa. Kucium kening dan pipinya berkali-kali.

“Biarkan bapakmu pergi sayang.” Ucap Quirima lalu mengambil Puspa dari gendonganku.

Aku pun tersenyum lalu menoleh pada Daru yang baru saja menyelesaikan makannya, “Bapak titip ibu dan adikmu, Daru! Jaga mereka dengan nyawamu!”

“Baik bapak! Daru akan menjaga ibu dan Puspa.” Jawab Daru lantang dan bersemangat.

Tanpa berlama-lama lagi, aku melesat meninggalkan pulau. Aku melesat dengan kecepatan di luar batas. Seakan hilang dalam satu kedipan mata. Menurut perhitungan ilmiah, cahaya memang bergerak dengan kecepatan hampir 300 ribu meter per detik, jadi tak heran jika aku sudah sampai daratan benua manusia saat fajar mulai menyingsing. Jika tidak salah perkiraan, kini aku berada di wilayah Kerajaan Tinberg. Dan entah kenapa, lajuku kini menuju istana Kerajaan Tinberg. Tetiba saja aku seperti diarahkan oleh hatiku untuk mengunjungi Ratu Treysca.

Hanya butuh waktu 1 menit kurang perjalanan, aku sudah sampai di istana Kerajaan Tinberg. Sesampainya di istana aku langsung disambut oleh Ratu Treysca yang sedang dikunjungi suaminya. Di sana juga terdapat beberapa Elf lain yaitu Kivn, Charla, Licht, dan Tetia. Mereka semua ramah, menyambutku dengan gembira seolah kedatanganku benar-benar mereka tunggu. Aku dengan senang hati bergabung dengan mereka untuk makan bersama karena mereka ternyata sedang bersiap-siap untuk sarapan. Sambil menikmati hidangan sarapan, kami ngobrol tentang pengalaman selama tidak bersua dan lain-lain. Setelah beberapa saat, tiba-tiba Licht membuka pembicaraan serius.

“Tuan Azka ... Sangat kebetulan saya bisa bertemu tuan di sini. Terus terang saja, saya baru saja berhasil menciptakan sinar energi sihir elemen cahaya. Untuk itu, saya memohon Tuan Azka untuk berkenan mengajari saya teknik sihir elemen cahaya.” Kata Licht yang sukses membuatku tertegun sejenak. Aku cukup heran. Bagaimana pemuda Elf ini bisa menciptakan sinar energi sihir elemen cahaya.

“Kamu berhasil menciptakan sinar energi sihir elemen cahaya?” Tanyaku dengan nada tak percaya.

“Benar tuan ... Saya mempelajari dan melatihnya lebih dari satu juta tahun. Sekarang saya sudah mempunyai energi sihir elemen cahaya. Hanya saja saya tidak mengetahui teknir sihirnya. Dalam kesempatan ini, saya mohon dengan sangat, kiranya Tuan Azka sudi melatih saya untuk menguasai teknik-teknik sihir cahaya.” Licht menjura berkali-kali, memohon dengan suara rendah.

Aku merenung sejenak. Aku pikir orang atau makhluk yang menguasai energi sihir elemen cahaya pastilah orang yang penuh cinta kasih karena elemen cahaya adalah jenis elemen sihir yang luar biasa lembut. Esensi sejati dari cahaya adalah kemurahan hati, toleransi, kedamaian, dan cinta. Lagi pula, sihir elemen cahaya tidak bisa digunakan oleh orang yang angkara murka. Atas pertimbangan itulah akhirnya aku memutuskan untuk memberikan mantra-mantra dari teknik sihir elemen cahaya.

“Baiklah ... Aku akan mengajarkanmu teknik sihir elemen cahaya. Tetapi, harap terus diingat! Kekuatan adalah dua jenis, yaitu kekuatan yang didasari oleh nafsu angkara murka dan yang lainnya oleh tindakan kasih. Kekuatan berdasarkan cinta adalah seribu kali lebih efektif dan permanen daripada kekuatan yang didasari oleh nafsu angkara murka. Dan jangan sembarangan main hakim sendiri mengandalkan kekuatanmu.” Kataku.

Air muka Licht langsung cerah seperti menunggu kepastian yang akhirnya terjawab, “Terima kasih Tuan Azka ... Terima kasih ...” Licht menjura hormat berkali-kali pertanda dia sedang bahagia.

“Ketahuilah semakin besar kekuatan yang kita miliki, semakin besar pula tanggung jawab kita." Kataku tenang coba memberi pengertian pada Licht.

“Ya, saya tahu ... Saya berjanji akan menggunakan kekuatan ini di jalan kebenaran.” Senyum ramah Licht mengembang.

“Baiklah ... Aku akan mengajari teknik sihir elemen cahaya di tempatmu. Tetapi tidak sekarang. Lebih baik, kamu tingkatkan dulu kapasitas energi sihirmu dulu. Kalau bisa mencapai satu juta poin.” Kataku setengah bercanda.

“Satu juta poin? Itu sangat besar?! Itu memakan waktu yang sangat lama!” Pekik Licht tertahan. Wajahnya mendadak pucat setelah mendengar celotehanku.

“Kamu harus memburu magical beast kalau mau cepat.” Kataku lagi masih dengan nada bercanda.

“Aku tidak tahu dimana magical beast itu bersemayam.” Lirih Licht setengah mengeluh.

“Ha ha ha ... Kau harus menuruti kata gurumu, Licht.” Sambar Kivn sambil tertawa terbahak-bahak. Tampak Licht sangat frustasi.

“Tenang saja ... Jika ada kemauan pasti ada jalan.” Kataku coba menghibur Licht. “Ratu Treysca ...” Kataku sambil mengalihkan pandangan pada pemilik istana. “Sebenarnya aku ini sedang dalam perjalanan ke Pulau Nelin. Menurut kabar yang aku terima, di Pulau nelin ada masyarakat yang mempunyai monster gajah dalam tubuh mereka. Aku akan merekrut mereka menjadi anak buahku. Aku berencana membuat pasukan monster untuk mengimbangi kekuatan Raja Baell.” Lanjutku teramat serius.

“Masyarakat Pulau Nelin?” Ratu Treysca mendongak dan memandangku dengan mata terbelalak. Wanita itu menatapku dengan mata menyipit.

“Ya.” Jawabku singkat sembari membalas tatapannya yang aneh.

“Masyarakat Pulau Nelin adalah masyarakat barbar dan dianggap sebagai pemberontak oleh Raja Ottar. Aku takut kamu akan berhadapan dengan Raja Ottar karena bergabung dengan pemberontak.” Jelas Ratu Treysca dengan mimik sangat serius.

“Aku sangat membutuhkan tenaga mereka.” Jawabku pelan.

“Kenapa? Kenapa kamu memerlukan mereka?” Tanya Ratu Treysca dengan nada penasarannya.

“Perlu Ratu ketahui, kalau Raja Baell memiliki pasukan super kuat. Raja Baell berhasil menciptakan monster-monster yang memiliki kekuatan sihir tinggi.” Aku memulai ceritaku perihal kekuatan angkatan perang yang dimiliki Raja Baell. Aku ceritakan kisahku dari tugas yang diberikan Raja Duvador sampai mengetahui bahwa Raja Baell memiliki pasukan tempur yang sangat mengerikan.

“Jika informasi itu benar adanya, ini sangat membahayakan. Spengetahuanku, Raja Baell memang ingin mempersatukan kerajaan-kerajaan demon di bawah kekuasaannya. Tetapi, saya tidak mengetahui kalau Raja Baell ingin menguasai Azumath. Apalagi untuk mengalahkan bangsa naga. Saya benar-benar tidak tahu tentang itu.” Kivn mengomentari hasil penjelasanku.

“Kalau menurut pendapatku.” Ratu Treysca bersuara. “Seluruh monster di Azumath pun tidak akan sanggup melawan kekuatan pasukan Raja Baell walaupun kamu berhasil mengumpulkan mereka. Lagi pula, butuh waktu yang sangat lama untuk mengumpulkan monster-monster itu. Belaum lagi, aku yakin tidak semua monster mau ikut bergabung.” Jelas Ratu Treysca sangat masuk akal.

“Kita harus mencari jalan dan solusi yang sangat cepat, karena bisa jadi Raja Baell akan melakukan aksinya dalam waktu dekat karena rahasia kekuatannya sudah diketahui oleh pihak lain.” Sambung Kivn yang juga sangat beralasan.

Kami pun terlibat diskusi tentang banyak hal seputar menggalang kekuatan untuk antisipasi serangan Raja Baell. Karena keterangan dan informasi dari setiap orang berlainan dan kurang lengkap serta kondisinya berbeda-beda, sulit menentukan cara yang paling sesuai untuk menentukan cara mengantisipasi bahaya dari teror kekuatan pasukan Raja Baell. Akhirnya untuk langkah terdekat, kami sepakat untuk mengumpulkan para monster yang bisa diajak bekerja sama. Semuanya sepakat untuk membantuku dalam pencarian monster-monster tersebut. Untuk langkah yang lain akan dibicarakan lagi di lain hari.

Awalnya aku hendak melanjutkan perjalanan menuju Pulau nelin, Namun aku ditahan Ratu Treysca untuk beristirahat satu hari di istananya. Di sini aku disediakan kamar pribadi yang cukup luas. Memang aku butuh istirahat setelah semalaman melakukan perjalanan dan besok harus memiliki tenaga lebih. Tetapi setelah lama berbaring, mata ini tak ingin terpejam. Akhirnya aku memilih untuk memberishkan diri di kamar mandi. Aku baru saja selesai mandi ketika suara ketukan kasar terdengar dari balik pintu kamarku.

“Siapa yang datang?” Aku berguman heran.

Segera saja aku memakai celana panjang tanpa sempat memakai baju. Belum sempat aku membuka pintu, pintu kamarku sudah terbuka terlebih dahulu. Aku terpana melihat Charla sudah berdiri di depan pintu kamar. Charla sungguh terlihat cantik hari ini. Charla memakai dress panjang one shoulder tanpa lengan berwarna putih. Dress itu benar-benar memiliki belahan yang tinggi sehingga memperlihatkan paha mulus Charla. Belum sempat aku bertanya, Charla sudah masuk dan menutup pintu dengan lembut.

"Kenapa memandangku seperti itu? Apakah aku makhluk yang menakutkan." Cerocos Charla sangat genit sambil melangkah masuk dan mulai membuka pakaiannya. Aku memperhatikan Charla yang tanpa sungkan bertelanjang di depanku. Tubuh moleknya terpampang jelas, membuat air liurku menetes turun. Tubuhnya sungguh indah. Bukit kembar yang indah dipadu dengan perutnya rata. Wilayah ‘segitiga emasnya’ mengintip dari balik pangkal pahanya. Membuat kejantananku mulai tegang. Charla sangat tahu cara membuatku bergairah.

Charla berjalan gemulai ke tempat tidur. Wanita Elf itu lantas berbaring menyamping di atas kasur. Matanya menatapku seolah menantangku untuk mengikutinya naik ke atas ranjang. Aku pun segera mendekat. Sebelum naik ke atas tempat tidur, aku melepaskan celanaku yang baru saja aku kenakan. Charla mengulas seringai mesum yang begitu mempesona. Aku balas senyumannya sembari naik ke atas ranjang. Akal iblisku sudah tidak tahan lagi ingin meniduri Charla saat ini juga. Aku langsung menindih tubuhnya dan perlahan mendekatkan bibirku ke bibir Charla. Dengan pelan tapi pasti aku mencium bibir merah Charla. Charla memejamkan matanya, menghayati ciuman lembutku padanya. Kami berciuman dengan panas. Pangutan antar bibir, lidah, dan nafas kami seakan berlomba dan tak mau kalah.

"Mhh..." Charla mendesah kecil.

Kesempatan ini tidak disia-siakan olehku, melihat reaksi Charla yang mulai terangsang kini aku kembali mencium bibir Charla. Kami saling berciuman, ciuman yang panas. Lidah kami saling bertemu dan bermain satu sama lain di dalam sana. Hingga ciuman kami semakin dalam sambil tanganku meremasi payudaranya yang terasa semakin mengeras. Charla menggeliat erotis sambil mendesah-desah dan merengek-rengek kecil menyebut namaku, sementara itu mataku tak pernah lepas dari wajah cantik wanita Elf di bawahku ini.

"Ouchhh ... Azka …" Rintihan Charla membuatku hampir hilang akal ingin menyetubuhinya sekarang juga.

"Mmmpphh…. " Desahku disela-sela ciuman dengan Charla.

Aku mengelus-ngelus rambut pirang Charla, lidahku semakin merajalela di dalam mulut Charla, aku menjulurkan batang lidahku lebih panjang lagi saat Charla menghisap-hisap batang lidahku. Ditambah dengan gigitan-gigitan ringan pada bibir bagian atas dan bawah, membuat suasana berciuman makin panas diantara kami. Charla menggigit bibirnya dengan pasrah, ia mendesah-desah saat aku mencumbui tengkuknya.

"Emmmhh hhh hhh…!" Terdengar desahan erotis keluar dari mulut Charla.

Charla semakin antusias membalas ciuman-ciumanku, bibirnya menyambut bibirku, kedua tangannya bergelung pada leherku dan tangan nakalku terus meremasi kedua bukit kembarnya yang semakin kenyal saja. Jemariku mencengkram buah dada wanita Elf ini sambil mencumbui sela-sela lehernya yang jenjang oleh bibirku. Charla mengangkat wajahnya ke atas memberi ruang agar aku lebih leluasa untuk mencumbui batang lehernya.

"Anhh... Ahhh... Sayanghh…."

Dengan mesra aku mencumbui dan menjilati batang leher Charla. Cumbuan dan jilatan-jilatan batang lidahnku merayap turun ke pundak, bahu kemudian merambat kembali menaiki lehenya. Tanganku menggenggam induk payudara Charla yang semakin mengenyal sambil meremas-remas payudaranya. Terlihat sekali wajah Charla memerah karena terangsang oleh remasanku pada payudaranya, jemariku semakin lincah menarik memberikan rangsangan di kedua bukit kembarnya.

Erangan indah Charla memprovokasi keinginanku. Aku terus menyiksa payudara Charla yang membuatnya menggeliat. Tubuhnya kian menggeliat yang membuatku lebih bersemangat. Aku melepaskan remasan salah satu payudaranya dan membungkuk untuk menghisap payudaranya oleh mulutku, menggunakan lidah untuk menjilatnya dengan cepat. Aku sudah tidak tahan lagi, kemaluanku mengeras sempurna melihat payudara besar Charla terpampang depan hidungku. Jemariku langsung mencubit-cubit puting susunya. Aku tahu sekali Charla sangat terangsang saat aku memilin dan melinting-linting puting susu Charla yang berwarna pink kemerahan. Aku menyeringai saat jari tengah dan jempolku mencepit kemudian menarik-narik puting susu Charla yang mengeras karena terangsang.

Dadanya membuatku gila… Kenapa bisa Charla mempunyai dada seindah ini.” Kataku dalam hati. Aku betul-betul bernafsu memandang wajah Charla yang memerah, belum lagi saat Charla mendesah sambil menggigit bibirnya.

Dengan segera ujung lidahku menari melingkari ujung puting Charla yang mengeras. Mulutku terbuka lebar kemudian mencaplok puncak payudara wanita Elf itu. ‘Slruup….!’ Dengan kuat aku menghisap puncak payudara Charla sebelah kanan sementara tangan kiriku meremas kasar payudara Charla yang sebelah kiri.

"Akkhh...! Sayanghh..." Charla menjerit kaget, segera Charla menarik-narik punggungnya ke belakang agar hisapan mulutku terlepas dari puncak payudaranya yang besar.

Tapi aku tidak perduli, siapa yang bisa menahan diri jika melihat Charla bertelanjang seperti ini. Kedua tanganku menjepit pinggang Charla yang ramping, posisi tubuh Charla agak melengkung ke belakang dengan mulutku yang menempel kuat di puncak payudaranya.

"Sa..syanghh.… Aaaakhh...!" Charla kembali menjerit entah itu kesakitan atau keenakan.

"Nikmati saja … Aku merindukan desahanmu ..." Aku berbisik kemudian melumat daun telinga Charla sebelah kiri.

Charla hanya menggeliat pasrah membiarkanku menyelipkan batang kemaluanku di antara pahanya. Paha wanita cantik itu merapat menjepit batang kemaluanku. Aku menggeram lirih merasakan himpitan paha itu, begitu halus hangat, menjepit kejantananku. Aku membelai pipi Charla, sebelum aku memaju mundurkan kejantananku pada himpitan kedua paha halus mulus Charla.

"Katakan padaku Charla, bilang jika kau ingin aku menidurimu …" Bisikku lagi.

"Ngh… Aaahh... "

"Katakan Charla, aku ingin hari ini kau seutuhnya milikku tanpa terpaksa..."

Jemariku lantas mengelus belahan bibir vagina Charla yang basah oleh lendir-lendir kewanitaannya. Lidah Charla sedikit terjulur dari bibirnya yang merekah, wajahnya tampak merah merona menikmati jemariku yang mengelus dan meremas-remas selangkangannya.

"Ngh… Sayanghh... Aku... Aku…" Nafas Charla tersengal-sengal karena mendesah panjang saat aku membalikkan tubuhnya ke belakang, membuatnya menungging dan memamerkan bokong seksinya padaku. Aku menampar pelan bokong itu hingga tiga kali.

Dengan perlahan aku meremas buah pantat Charla, lidahku terjulur keluar sepanjang mungkin kemudian membelai belahan vagina Charla. Pinggul Charla bergetar ketika jilatan-jilatan lidahku asik menggelitiki kemaluannya, terkadang aku menarik pinggulnya ketika lidahku menusuk nakal klitorisnya yang mulai berkedut. Terdengar Charla mengoceh tak karuan, namun aku tidak perdulikan ocehannya, terus aku jilati vaginanya yang semakin basah, kutahan pinggulnya dengan kedua belah tanganku agar tidak menggangu permainanku dengan rontaannya.

"Katakan Charla... Katakan kau milikku hari ini ..."

"Aku… Aku... Mi..milikmu ... Ooohh... Azka yang tampan ... Ooohh ... Azka ..." Charla seperti orang lupa ingatan, dia menatap sayu mataku. Mendesah berulang kali menyebut namaku. "Aku milikmu tampan … Hari ini aku seutuhnya milikmu ..."

"Biarkan aku menidurimu Charla ... Kau memang harusnya menjadi milikku ..."

Aku mulai menggesek-gesekkan batang kemaluanku pada vagina Charla. Charla meremas bantal yang ada di depannya saat batang penisku mendorong liang vaginanya. Semakin lama bibir Charla semakin merekah terbuka, wajahnya mengernyit menahan desakan kuat kejantananku. Kepala penisku terus menggali dan menggali kedalaman otot vagina Charla. Aku membasuh ujung penisku dengan lelehan cairan vaginanya kemudian kembali berusaha menusuk vagina Charla yang terasa sangat sempit.

"Aaahh… hhh..." Aku mengerang menikmati tusukanku pada vagina wanita cantik bangsa Elf yang kini menungging di depanku. Perlahan kugerakan pantatku menekan ke dalam, lembut sekali dan sangat perlahan. Sedikit-sedikit gerakan menekan ke dalam aku tambah sehingga batangku yang masuk semakin dalam. Aku rasakan di ujung batangku seperti dihisap-hisap, alangkah nikmatnya. Akhirnya semua batangku sudah ambles ke dalam, terasa sekali hangat dan nikmat.

“Ehh… Ahhh… Sayanghh…. Aaahhhhh…. Iya ehhhh ahh …. Enak sekali sayanghh ….” Itulah suara yang keluar dari mulut Charla seiring tertembusnya organ vital wanita itu oleh pusaka warisan nenek moyangku.

Seiring dengan masuknya batang besarku, selangkanganku semakin merapat hingga akhirnya selangkanganku mendesak pantat Charla yang empuk-lembut. Aku menarik batang penisku hingga sebatas leher penis saja yang tersangkut dijepit otot vagina Charla. Charla mengerang lumayan keras ketika aku menjejalkan batang penisku semakin dalam dan mulai bergerak maju mundur.

"Ahh sayanghh…. Ennaakkk….hh..."

Aku meremas pantat Charla dengan gemas, desahannya dan setiap kata yang keluar dari dalam bibir Charla membuat aku semakin gila dan tidak tahan. Setelah puas meremas buah pantat wanita cantik ini, kini aku kembali menusukkan batang penisku yang besar pada liang vagina Charla yang mulai memar kemerahan akibat dihajar oleh kemaluanku. Charla terus mendesah dan mengerang kenikmatan, dan aku tidak berhenti menusuki alat kelaminnya yang sempit. Beberapa menit berselang, keringat mulai membasahi dadaku. Setelah puas menyetubuhi Charla dari belakang kini aku membalikkan tubuh Charla sehingga terlentang di bawahku.

"Aku tidak bisa berlaku lembut selagi bercinta denganmu, kau membuatku sangat bergairah." Seringaiku. Telapak tanganku mengusap mengusap peluh di leher wanita cantik ini, jemariku kemudian merayap perlahan ke bawah meraba permukaan vaginanya.

"Emmmh …. "

"Kau menyukainya cantik?"

"Emmhhh ….."

Kali ini aku berlutut di ujung kakinya, di tengah kedua kakinya. Perlahan aku elus dengan kedua tanganku kedua kaki Charla mulai dari bawah betisnya sampai ke pangkal pahanya berulang kali naik turun sambil kedua ujung jariku menyentuh sekali-sekali bibir kiri dan kanan vaginannya. Kaki dan pinggul Charla mulai bergerak dan kejang-kejang. Melihat hal itu aku langsung membungkuk dan menjilati sekeliling bibir vagina wanita cantik ini. Charla hanya bisa mendesah tertahan. Wajah Charla terangkat ke atas, kedua matanya terpejam-pejam keenakan. Charla menundukkan wajahnya, ia meremas rambutku. Mata Charla memperhatikanku yang tengah asik menjilati belahan vaginanya sementara telapak tanganku tidak pernah bosan untuk merayapi kemulusan paha Charla.

"Mau mencoba menjilat punyaku?" Aku bertanya sambil membalas tatapan Charla.

Wajah Charla kembali memerah. Namun tiba-tiba saja Charla bergerak. Wanita bangsa Elf itu berlutut dihadapan selangkanganku, kini posisi pun berganti, aku kini terlentang di ranjang. Aku menyodorkan batang kemaluanku ke hadapan wajah Charla yang berlutut di selangkanganku. Telapak tangan Charla mengelusi batang kemaluanku, lidah Charla terjulur menjilati batang kemaluanku, mulai dari biji kemaluan, merambat naik ke atas ke arah kepala penis.

"Ahh Charla…" Desahku nikmat, tanganku mengelusi rambut pirang Charla.

"Emmh.. hhhh mm" Charla ikut mendesah.

"Buka mulutmu cantik. Isap dengan bibirmu." Aku mencelupkan kepala kemaluanku ke dalam rongga mulut Charla.

Aku mendesakkan batang kemaluanku secara bertahap. Centi demi centi, batang kemaluanku semakin dalam tertancap ke dalam kerongkongan Charla. Charla menggerakkan kepalanya maju mundur. Aku membiarkannya bermain sepuas-puasnya, menjilat, mencumbu, dan mengulum-ngulum penisku.

Tak lama kemudian aku kembali menindih tubuh Charla. Kaki Charla yang tertekuk mengangkang pasrah ketika aku sibakkan, usapan dan kecupan lembut bibir semakin naik dan terus naik mulai dari betis, lutut kemudian merayapi paha bagian dalam. Sebuah suara desahan keras terdengar dari bibir Charla ketika mulutku hinggap lagi di bibir vaginanya dengan liar bibirku menciumi belahan bibir vagina Charla.

"Charla… "

Setelah puas menciumi vaginanya, aku pun memposisikan diri senyaman mungkin, hingga penisku kini sudah berada tepat di depan pintu goa kenikmatannya. Berkali-kali aku harus menelan ludah, kedua mataku terpejam menikmati saat aku menekankan batang penisku menusuk masuk liang vagina Charla. Sementara kedua mata Charla membeliak saat kejantananku terbenam semakin dalam pada rekahan liang vaginanya.

"Mmhhh… Aaahhhh ...." Charla pun mendesah. Tubuh Charla menggeliat resah, tangannya mencengkram lenganku. Aku memajukan wajah ke arah Charla, kucium bibir merah Charla.

"Charla kau sudah pernah bercinta denganku…. Harusnya kau tahu bagaimana sifatku di tempat tidur." Aku kembali menyeringai tipis, kemudian menghentakkan batang besarnya berkali-kali dengan kasar dan liar.

"Arrgghhh..! Lebih cepathh sayanghh...!" Respon Charla memohon.

Charla mengerang-erang keenakan saat penis besar milikku tertancap di belahan vaginanya. Aku terus menusuk vagina Charla hingga batang penisku mentok di dalam himpitan liang vagina peret itu. Aku berkali-kali mendesak-desakkan selangkanganku pada selangkangan Charla. Desahan-desahan nafas memburu terdengar saling bersahutan. Sesekali terdengar erangan halus Charla ditingkahi oleh suara beratku. Suara decitan tempat tidur terdengar berirama mengiringi desahan dan erangan kami berdua.

"Ooohhh, sayanghh …. " Charla tak pernah berhenti mendesah, menikmati gaya bercintaku yang liar, desahannya berselingan dengan suara ringisan dan erangan keras saat penis besarku mengaduk-ngaduk liang vaginanya.

"Aku tahu kau menikmatinya cantik ..." Kataku. Charla mengernyit sambil merintih saat benda besar di selangkanganku memompai belahan vaginanya dengan gerakan yang teratur.

"Ooohh, sayanghh… Aaahhhh mmhhhh..."

Charla semakin rajin mendesah saat jiwanya terkubur oleh rasa nikmat. Gairah Charla meledak-ledak dengan dahsyat, ia mengangkat-angkat vaginanya ke atas menyambut sodokan-sodokan batang penisku, mulut Charla sampai tidak bisa tertutup karena terus mendesah saat batang penisku menggenjot-genjot vaginanya. Wajahnya sangat cantik, bulat telur dengan mata bening. Rambutnya yang sepunggung bergoyang liar seirama dengan gerakan kepalanya.

Lelehan keringat yang membanjiri tubuh kami berdua membuat persetubuhan dalam kamar ini semakin memanas. Suara rintihan lirih disambung oleh suara rengekan-rengekan kecil Charla saat tubuhnya yang mulus terguncang hebat dihantam oleh batang penisku. Mata Charla merem melek merasakan gairah seksual yang mendesak-desak tubuhnya. Sementara suara berdecak dari kemaluan kami yang bersatu ketat terdengar cukup keras. Mendengar itu aku pun kian bersemangat menggenjotkan penisku ke dalam vagina Charla membuat ranjang yang kami pakai berdecit-decit keras.

"Aaaakhhhhh… Sayanghh... Ja..jangan berhentiii... Aaahh…" Erang Charla disela rasa nikmatnya.

Tubuh Charla bergetar-getar di bawah tindihan tubuhku. Telapak tanganku membelai pipi wanita di bawahku ini. Berkali-kali bibirku mencium dan menghisap bibir mungil Charla yang merintih menahan denyut-denyut kenikmatan. Nafas Charla terengah seperti orang yang habis berlari, denyutan kuat itu perlahan-lahan melemah meninggalkan jejak-jejak kenikmatan. Charla mendesis keras saat aku menarik penisku hingga terlepas dari jepitan liang vaginanya. Tanpa membuang waktu aku membalikkan posisi tubuh Charla. Aku menarik pinggul Charla agar buah pantat wanita itu menungging.

"AArghh….!" Kedua mata Charla membeliak, ia menjerit keras saat tubuhnya tersungkur ke depan. Wanita cantik itu meringis saat merasakan sodokan-sodokan susulan dari kejantanan milikku yang membuat tubuh Charla tersungkur ke depan. Batang penisku merayap masuk ke dalam belahan vaginanya centi demi centi.

"Uhhh... Uunnhhhh…. Akhh akhhh ahhhhh ..."

Tubuh Charla terayun maju-mundur dengan kuat saat penisku terus menumbuki vaginanya dari belakang. Aku begitu bersemangat memacu batang penisku. Nafasku memburu keras disela suara pekikan-pekikan dan rengekan wanita cantik itu. Charla merespon positif desakan penisku pada vaginanya. Genjotan dan sodokanku membakar sensasi seksualnya. Tubuh Charla yang mulus pun menggeliat penuh nikmat. Belum begitu lama penisku menggeseki belahan vagina Charla, tubuh wanita itu sudah gemetar menahan sesuatu.

"Mhhh…..mhhh…" Charla mengerang sambil meremas seprai dengan kuat. Aku yakin kalau Charla sedang berusaha menahan sesuatu yang datang dari dalam vaginanya.

Ya, aku sangat tahu dengan pasti apa yang sedang dipertahankan oleh Charla. Aku lantas menghentak-hentakkan batang penisku dengan lebih liar, dihentakkan dan disodokkan dengan sekuat tenaga merojoki liang vagina Charla. Benar saja, tubuh Charla semakin goyah dan rapuh saat rekahan vaginanya yang mungil ditumbuk berkali-kali oleh sebatang penis yang besar milikku. Penisku bergerak begitu kasar dan liar, maju-mundur menghentaki vaginanya.

"Nghhh…. Sayanghhhh….. Aaahhhh....."

Charla mendesah, setengah menjerit ketika merasakan orgasmenya. Mulut Charla terbuka lebar ketika batang penisku meluluh-lantakkan benteng pertahanannya. Kejantananku menggarap vagina Charla hingga wanita cantik itu mengalami beberapa kali kenikmatan orgasme. Telapak tanganku mengusapi punggung Charla yang basah oleh butiran keringat.

"Nghh…. Azka, enak sekali ..." Ujar Charla sambil berusaha membalikkan tubuhnya.

"Kita lanjut … Aku masih belum puas." Kataku sembari mencengkram pinggul Charla kemudian menariknya ke arah batang penisku yang masih mengacung keras.

"Mhh… Beri waktu aku untuk istirahat ..." Rintih Charla. Tetapi, aku hanya memandanginya dengan tersenyum tipis. Charla berusaha menghindar dengan memundurkan pinggulnya ke belakang, namun aku sudah terlanjur mencengkram erat pinggulnya.

"Memohonlah sepuasmu Charla… Aku tidak akan pernah berhenti sebelum puas..." Kataku.

Charla menjerit saat kejantananku membelah belahan vaginanya lagi. Tanpa ampun aku mengamblaskan batang penisku ke dalam belahan sempit di selangkangan Charla. Kedua tanganku meremas pantat Charla, batang penisku yang besar mengocok-ngocok belahan vagina Charla yang memar kemerahan akibat disodok-sodok dengan kasar olehku dari belakang.

"Sayanghh… Aaahhh... Aaa-ampun aakkhh…" Charla pun merintih.

Rintihan Charla membuatku semakin liar mengayunkan batang penisku. Charla seperti kewalahan karena kelelahan melayani nafsuku dengan penis besarku. Aku bercinta dengannya seakan tidak pernah puas, aku terus mereguk kenikmatan dari tubuh Charla yang sudah kelelahan. Charla mendesah saat batang penisku mengocoki pelan vaginanya dan kembali memekik-mekik keras saat batang penisku menyentak dan menghentaki belahan vaginanya dengan brutal.

"Ngh…. Charla.... Kau sungguh menggairahkan..." Kedua tanganku memeluk erat tubuh Charla seakan sedang berusaha meremas tubuh mulusnya.

Tak lama, Charla meresponku lagi. Ternyata, wanita cantik ini benar-benar sangat agresif dan ekspresif. Gairah kami semakin bergelora dan kini saatnya untuk menimba kenikmatan. Kemudian aku membalikkan tubuhnya, sehingga posisi Charla kini di bawah. Kuputar dan kunaikturunkan pinggulku. Ia pun membalasnya dengan gerakan berlawanan. Kalau aku berputar ke kiri, ia ke kanan. Kalau aku menaikkan pinggul ia menurunkannya dan ketika aku menurunkan pinggulku, maka pinggulnya pun naik menyambut hantamanku sambil memekik kecil.

Kuberikan isyarat agar berhenti dulu sambil beristirahat sejenak. Kami hanya berdiam dengan saling memeluk. Kali ini tidak ada erangan atau pekikan, yang ada hanya desisan kecil dan desahan lembut. Otot kemaluan kami saling berkontraksi. Rasanya kejantananku seperti diisap oleh sesuatu yang lembut. Tangan Charla terus mengelus punggung dan pinggangku. Setelah beberapa saat berdiam, maka dengan perlahan aku mulai menggenjotnya lagi. Kuberikan irama 7-1. Aku menggenjotnya dengan pelan tujuh kali dan berikutnya kuhempaskan seluruh berat tubuhku di atas tubuhnya.

"Hhgghhkk..." Charla menahan napas menahan gempuranku. Maka aku percepat genjotanku sehingga ia memekik-mekik kecil. "Oh... Sayanghh... Nikmatnya... Jantanku... Kamu... Aahhh...!"

Charla mendesah-desah dan diam hanya menunggu dan menikmati gerakanku. Beberapa saat ia hanya diam saja, seolah-olah pasrah. Namun itu tidak berlangsung lama, Charla mulai mengimbangi gerakanku lagi. Aku merasa betapa liang vaginanya itu seolah berusaha menyedot dan mencengkeram kuat saat batang penisku berusaha menggesek keluar dan seakan seperti diremas, dilumat dan diurut begitu hebat tapi nikmat.

Seakan membangun kekuatan baru ketika kenikmatan menuju puncak ejakulasi itu mulai kurasakan muncul pada sekujur batang penisku. Aku semakin bersemangat dan dengan ritme teratur yang semakin lama semakin cepat, kuhunjam-hunjamkan dengan gemas batang penisku keluar masuk liang vagina Charla yang makin lama kurasakan juga semakin menyempit lagi seperti hendak mendekati klimaknya. Kurasakan aku tidak akan kuat lagi menahan desakan dalam saluran kencingku. Kutatap matanya dan kubisikkan, "Sekarang... Yang... Sekarang..."

Charla pun mengangguk lemah, " Yyachh... Eghhkk..."

Begitu semprotan pertama kurasakan sudah di ujung laras meriamku, maka kembali kuhempaskan tubuhku ke bawah. Charla menyambutnya dengan menaikkan pinggulnya kemudian memutar dengan cepat dan kembali turun. Tangannya menjambak rambutku dan kemudian memukul-mukul kasur. Aku pun menarik rambutnya dan kepalaku kutekan di lehernya.

"Oh... Sayanghh... Kamu begitu pintar memuaskanku ... Aaaaacchhh ...!!!" Ujar Charla sebagai cara melepaskan puncak kenikmatannya. Pada saat yang sama, spermaku keluar dengan sangat deras memenuhi liang vaginanya. Denyutan-demi denyutan berlalu dan semakin melemah. Kukecup kening dan bibirnya dan menggelosor di sampingnya.

"Kalau begini terus rasanya aku tidak usah pakai pakaian saja." Kata Charla mesra sambil mengusap-usap dadaku.

Setelah beberapa lamanya berpelukan dan beberapa kali ciuman ringan, kami memutuskan untuk membersihkan badan. Kami masuk ke dalam kamar mandi. Di sana kami berpelukan sambil berendam dalam air hangat dan berbincang-bincang ringan tapi serius.

“Sebenarnya aku ingin sekali kamu mengandung anakku.” Aku bercanda, sambil meraih kepala Charla dan mengecupnya.

“Seandainya kamu bagian dari bangsa kami, aku tidak akan menolaknya, sayang.” Balas Charla dengan senyum yang sangat tulus.

“Jujur saja ... Aku sangat ingin mempunyai anak sebanyak-banyaknya dari bangsa Elf. Kira-kira adakah yang mau untuk menjadi ibu dari anak-anakku dari bangsa Elf?” Candaku lagi.

“Hhhmm ... Kenapa sih kamu sangat ingin mempunyai anak dari ibu bangsa Elf?” Tanya Charla dengan nada serius.

“Satu hal yang pasti, anakku pasti tampan jika laki-laki dan cantik jika perempuan.” Jawabku sekenanya.

“Dan yang pasti, si ibu akan tidak lagi menjadi bangsa Elf ... Dia akan mengikutimu menjadi bangsa yang tidak abadi. Itu sangat sulit diterima oleh wanita Elf mana pun.” Jelas Charla yang pernah aku dengar.

“Dari sekian banyak wanita Elf, aku yakin, pasti ada yang mau. Seperti kakakmu, Kivn. Karena cintanya pada Ratu Treysca, dia mau menanggalkan kebangsaan Elf-nya.” Kataku berasumsi.

“Itu masalah lain.” Lirih Charla terdengar sendu. “Sebenarnya aku sangat menyayangkan keputusan kakakku itu. Tapi, rasa cintanya yang sangat besar pada istrinya, dia rela menanggalkan keabadiannya.” Lanjut Charla.

“Nah ... Apakah kira-kira ada wanita yang mau menanggalkan keabadiannya karena alasan itu?” Tanyaku jadi penasaran.

“Aku tidak yakin ...” Jawab Charla tegas.

Kami pun melanjutkan obrolan dengan tema yang lain. Beberapa menit berselang, kami menyudahi acara berendam lalu membasuh badan kami dan menyelesaikan mandi. Setelah itu, aku lantas berbaring di tempat tidur dan langsung terlelap. Sementara Charla keluar dari kamarku. Entah berapa lama aku tertidur, aku merasa telah tertidur lama sekali. Namun yang jelas saat aku bangun, matahari sudah condong ke ufuk barat menandakan hari menjelang sore. Aku bergegas ke kamar mandi. Membersihkan badan supaya hilang keringat dan bau badan. Segarnya badan selesai mandi.

Setelah semua selesai, aku keluar kamar setelah memakai pakaian dan berdandan rapi. Terlihat istana begitu ramai oleh kesibukan para pegawai istana. Tak lama, aku bertemu dengan Ratu Treysca dan suaminya di ruang santai yang letaknya di belakang gedung utama. Ruangan terbuka yang dikelilingi taman-taman indah, sungguh nyaman dijadikan tempat bersantai.

“Tuan Azka ... Silahkan ...” Aku disambut Kivn sangat ramah. Pria itu memberikan tempat duduk padaku.

“Terima kasih.” Jawabku sembari menduduki kursi yang disiapkan Kivn untukku.

“Tidurmu nyenyak sekali.” Ujar Ratu Treysca sambil tersenyum.

“Ya ... Aku juga gak sadar, kalau aku tertidur sangat lama.” Sahutku.

“Bagaimana kabar istri dan anak-anakmu?” Tanya Ratu Treysca sembari menyicikan air mineral ke dalam gelas, lalu memberikannya padaku.

“Mereka baik-baik saja.” Jawabku.

“Aku mendapat kabar, kalau kamu dan keluargamu pergi dari Kastil Dalvick. Em, Ratu Padmasari sangat mengkhawatirkan kalian.” Lanjut Ratu Treysca.

“Ya ... Aku harus menyelamatkan keluargaku karena ancaman Raja Baell. Aku hanya bisa menitip pesan pada Ratu Padmasari melalui pelayanku kalau aku pergi dari kastil itu. Keadaannya sangat genting sekali.” Aku tersenyum melihat mimik Ratu Treysca yang menurutku aneh. Aku pun meneguk air mineral pemberian Ratu Treysca.

“Apakah kamu berniat mengunjungi Ratu Padmasari?” Tanya Ratu Treysca.

“Mungkin setelah aku kembali dari Pulau Nelin.” Jawabku.

“Sebaiknya kamu datang dulu ke Raja Ottar dan bicara baik-baik padanya sebelum berkunjung ke Pulau Nelin. Katakan pada Raja Ottar kalau kamu sangat membutuhkan tenaga masyarakat Pulau Nelin untuk melaksanakan misimu. Dan jangan memaksakan diri untuk pergi ke Pulau Nelin jika Raja Ottar berkeberatan. Kamu harus menghargai keputusan Raja Ottar. Bagaimana pun Raja Ottar dan masyarakat Pulau Nelin sudah berseteru jutaan tahun.” Ratu Treysca memberikan saran padaku.

“Baik.” Kataku menyetujui sarannya.

“Tuan Azka ...” Tiba-tiba Kivn menyela pembicaraanku dengan Ratu Treysca.

“Ya ...” Kataku sembari mengalihkan pandangan ke arah Kivn.

“Apakah benar, Tuan Azka menginginkan anak dari wanita bangsa Elf?” Tanya Kivn membuatku lumayan terperanjat. Aku yakin kalau informasi itu datangnya dari Charla.

“Benar ...” Jawabku sembari tersenyum simpul.

“Ada cara yang bisa dilakukan oleh Tuan Azka untuk memiliki anak dari wanita bangsa Elf. Tapi, harga yang harus Tuan Azka bayar sangat mahal.” Ungkap Kivn yang lagi-lagi membuatku terperanjat.

“Maksudnya?” Tanyaku dengan perasaan terkejut bercampur heran.

“Ada semacam ritual langka. Seseorang dari bangsa lain selain bangsa Elf yang ingin memiliki anak dari wanita Elf. Jutaan tahun yang lalu pernah ada raja manusia menginginkan anak dari wanita bangsa Elf dan berhasil. Si raja manusia mempunyai anak perempuan yang cantik rupawan dari wanita bangsa Elf.” Jelas Kivn yang membuatku bersemangat.

“Wow! Menarik.” Kataku.

“Kenapa kamu sangat ingin mempunyai anak dari wanita Elf?” Tiba-tiba Ratu Treysca bertanya.

“Sesungguhnya, aku harus mempunyai banyak anak. Bukan saja dari bangsa Elf, bangsa manusia juga aku harus memilikinya. Aku adalah manusia cahaya yang akan mewarisi sihir cahayaku pada anak-anakku. Kalian harus tahu untuk mempunyai sihir elemen cahaya adalah sangat sulit. Dengan aku mempunyai anak, dengan sendirinya anakku itu akan mewarisi energi sihir elemen cahaya dariku. Jujur saja, anak-anakku itu nantinya akan menjadi penyeimbang kekuatan bangsa demon di masa depan.” Akhirnya aku mengatakan alasanku ingin mempunyai banyak anak pada Ratu Treysca dan Kivn.

Ratu Treysca dan Kivn pun melongo setelah mendengar penjelasanku. Selang beberapa detik Ratu Treysca pun berkata dengan nada terkejutnya, “Jadi maksudmu untuk memiliki anak dari wanita Elf bukan semata-mata untuk mempunyai anak yang cantik atau tampan?”

“Bukan ... Aku ingin di Azumath ini banyak yang memiliki sihir elemen cahaya yang nantinya sihir itu diturunkan pada generasi berikutnya. Jika sudah banyak makhluk yang memiliki sihir elemen cahaya, maka kekuatan demon bisa diimbangi dan keseimbangan Azumath bisa dijaga.” Jawabku sungguh-sungguh.

“Kalau begitu ... Kenapa tidak wanita bangsa manusia saja yang kamu hamili supaya di bangsa kita banyak yang mewarisi sihir elemen cahaya.” Ungkap Ratu Treysca yang sekali lagi membuatku tersenyum simpul.

“Ya ... Hanya saja aku masih terkendala etika. Entahlah, aku masih menganggap menghamili orang itu dosa jika tidak menikahinya. Sementara itu, aku bukan orang yang senang pada pernikahan.” Jelasku sejujur-jujurnya.

“Oleh karena itulah, kamu memilih wanita Elf agar tidak terikat pernikahan.” Kivn berprediksi.

“Tepat ...” Jawabku singkat sambil tersenyum.

“Hei! Itu tidak masalah!” Ucap Ratu Treysca agak bernada tinggi. “Aku bisa mengumpulkan wanita-wanita yang mau mengandung anakmu tanpa perlu kamu menikahinya.” Lanjut Ratu Treysca.

“Kasihan si wanitanya ... Tentu saja mereka akan kerepotan mengurus jabang bayinya sementara aku berlepas tangan.” Kataku yang kurang setuju dengan saran yang diajukan Ratu Treysca.

“Serahkan saja itu padaku. Aku yakin pasti banyak wanita yang ingin mengandung anakmu.” Ujar Ratu Treysca sangat yakin.

“Bagaimana bisa?” Tanyaku jadi penasaran.

“Kamu perlu tahu. Hampir semua wanita ingin hidup di istana ini dengan segala kemewahannya. Aku akan memberikan yang mereka inginkan asalkan mau mengandung anakmu. Percayalah! Akan banyak wanita berbondong-bondong menawarkan dirinya.” Ungkap Ratu Treysca.

“Benar, Tuan Azka ... Di luar sana sangat banyak wanita yang ingin hidup di dalam istana. Jadi, sangat tidak sulit untuk mengumpulkan mereka.” Sambung Kivn.

Aku pun tersenyum dan berkata, “Kalau begitu ... Kapan Ratu mau melakukannya untukku?”

“Secepatnya ... Sekarang juga akan aku umumkan pada masyarakatku.” Jawab Ratu Treysca bersemangat.

“Bagaimana dengan wanita Elf?” Tanyaku pada Kivn.

“Lupakan saja Tuan Azka ... Ritualnya sangat berat dan mahal. Ada barang-barang ritual yang harus Tuan Azka siapkan, dan barang-barang ritual itu sangat langka bahkan bisa dibilang sudah tidak ada. Selain itu, Tuan Azka harus membayar pada wanita Elf yang mau mengandung anak Tuan Azka dengan bayaran yang sangat mahal.” Jawab Kivn dan aku pun tidak ingin lagi membahasnya.

Aku, Ratu Treysca dan Kivn melanjutkan obrolan seputar rencanaku. Aku tegaskan kalau anak-anakku nanti akan mewarisi energi sihir elemen cahayaku. Namun, sihir cahaya adalah sihir kelembutan dan cinta kasih, sehingga siapapun akan bisa menggunakan sihir cahaya jika mereka memiliki jiwa yang lembut dan penuh cinta kasih. Akhirnya aku mewanti-wanti Ratu Treysca yang sangat ingin mengurus anak-anakku agar membesarkan dan mengurusnya menjadi seseorang yang penuh kelembutan dan cinta kasih. Ratu Treysca pun menyanggupinya dengan sangat antusias.

Tak terasa waktu berjalan sangat cepat, kini hari sudah mulai menuju gelap. Lagi-lagi aku dipaksa Ratu Treysca untuk tidak pergi ke Pulau Nelin. Ratu Treysca memintaku untuk tinggal beberapa hari lagi di istananya. Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya, dan terpaksa aku akan tinggal di istana ini untuk beberapa hari ke depan. Kami pun berpisah dan saat aku berjalan menyusuri koridor taman hendak kembali ke kamarku, tiba-tiba Licht memanggilku dari arah belakang. Aku segera menoleh ke arah sumber suara. Terlihat Licht berjalan cepat menghampiriku.

“Tuan Azka ... Maaf saya mengganggu.” Licht menjura hormat setelah berada di depanku.

“Ada apa Licht?” Tanyaku.

“Tuan Azka ... Sebelumnya saya mohon maaf sebesar-besarnya ... Bisakah Tuan Azka mengajari saya teknik sihir elemen cahaya sekarang?” Pinta Licht sangat bersungguh-sungguh.

Awalnya aku menolak dengan halus permintaan Licht tersebut, tetapi melihat kesungguhannya aku jadi tidak tega. Akhirnya aku mengajak Licht ke sebuah gazebo di taman ini. Aku mulai memberinya teori tentang konsep dan tema sihir yang akan Licht pelajari. Aku memberinya pengarahan tentang teknik sihir gerakan cepat elemen cahaya. Hampir satu jam aku memberi pria Elf itu ‘ceramah’. Pada akhirnya Licht pun bisa menguasai konsep dan tema sihir gerakan cepat elemen cahaya.

“Nah, sekarang tugasmu adalah mempersatukan mantera dan energi sihirmu. Latihlah berdasarkan konsep dan tema yang aku ajarkan. Aku yakin kamu tidak akan lama melakukannya.” Kataku setelah memberinya mantera teknik sihir bergerak cepat elemen cahaya.

“Terima kasih, guru ... Saya akan mulai melatih mempersatukan mantera dan energi sihirnya.” Sahut Licht sambil menjura hormat berkali-kali. Aku sebenarnya ingin tertawa karena sekarang Licht memanggilku dengan sebutan ‘guru’.

“Pergilah! Dan jangan menemuiku sebelum kamu berhasil.” Kataku lagi sambil berdiri.

“Baik, guru.” Ujar Licht.

Aku berjalan di koridor taman untuk kembali ke kamarku. Dalam hati kecilku berkata kalau Licht memang pantas mempunyai sihir elemen cahaya. Di balik ketampanan dan perangainya yang lemah lembut, tersimpan tenaga luar biasa. Ya, aku menyukainya karena sikapnya yang sopan dan beradab, tingkah lakunya yang baik dan dia sangat menghormatiku. Maka tidak ada alasan lagi untuk ragu-ragu memberinya kekuatan sihir elemen cahaya.

Aku akhirnya sampai di kamarku. Aku pun mulai bermeditasi untuk memulihkan dan menyempurnakan energi sihirku. Namun tak lama berselang, pintu kamarku ada yang mengetuk, meditasiku langsung buyar. Aku turun dari tempat tidur lalu berjalan ke arah pintu. Aku mendapati wajah cantik seorang wanita yang kutaksir berumur awal 30 tahunan begitu pintu terbuka. Si wanita membawa nampan berisikan makanan dan minuman.

“Maaf tuan ... Ratu Treysca menyuruh hamba melayani tuan.” Lirihnya dengan wajah tertunduk malu.

“Padahal tidak perlu seperti ini. Kalau aku lapar, pasti aku akan ke dapur sendiri.” Kataku sambil membuka lebar pintu kamarku, dan si wanita masuk ke dalam kamar.

Kulihat si wanita meletakkan nampan di meja yang terletak di sudut kamar, lalu si wanita itu pun berkata, “Silahkan tuan ...”

“Terima kasih ...” Kataku masih berdiri di ambang pintu yang masih terbuka lebar. Untuk beberapa saat aku menunggu si wanita keluar, tetapi apa yang aku harapkan tidak terjadi juga. Si wanita tetap berdiri di samping meja yang berisikan makanan dan minuman. “Ada apa lagi?” Tanyaku heran karena melihat si wanita yang tidak kunjung beranjak dari tempatnya.

“Ratu Treysca memerintahkan hamba untuk melayani tuan malam ini.” Wajahnya semakin tertunduk.

Tentu saja aku terperanjat hebat. Aku tidak menyangka kalau apa yang disarankan Ratu Treysca akan terjadi secepat ini. Aku sangat tahu kalau wanita di depanku adalah salah satu wanita yang ‘ditawarkan’ Ratu Treysca untuk menjadi ibu dari anakku. Entah kenapa aku menjadi grogi. Tubuhku tiba-tiba kaku. Mataku terpaku pada wanita yang tidak aku sangkakan sebelumnya. Saat dia menengadah dan menatapku, disanalah aku menemukan secercah keberanian. Aku kemudian menutup pintu lalu berjalan mendekatinya.

“Siapa namamu?” Tanyaku seramah mungkin.

“Lira, tuanku ...” Jawabnya bergetar. Dia pun tertunduk lagi.

“Apa yang diperintahkan Ratu Treysca padamu?” Tanyaku ingin keyakinan.

“Ratu Treysca memerintahkan hamba untuk melayani tuan malam ini. Hamba diperintahka Ratu Treysca untuk hamil, mengandung anak tuan.” Jawabnya sangat pelan dan masih bergetar.

“Kenapa kamu mau?” Tanyaku lagi.

“Hamba ... Hamba ...” Lira menjeda ucapannya. Aku tahu kalau dia ragu menjawab pertanyaanku.

“Jujur saja ... Jika kamu keberatan, kamu bisa menolaknya. Kamu bisa keluar dari kamar ini. Aku bukan tipe laki-laki yang bisa menggauli seorang wanita karena keterpaksaan.” Kataku tegas dan lugas.

“Hamba menginginkannya tuan.” Katanya pelan.

Aku sebenarnya sedih melihat wanita itu karena aku tahu yang dia inginkan adalah kesenangan dan kemewahan yang ditawarkan Ratu Treysca padanya. Tetapi, aku pikir ada sesuatu hal yang lebih besar dari rasa sedihku. Ya, aku harus beranak pinak sebagaimana yang dititahkan Pettery padaku. Dan tiba-tiba saja aku jadi teringat pada makhluk cahaya itu yang sudah lama menghilang.

Pet ... Apa harus begini jalannya?” Tanyaku dalam hati dan berusaha menyambungkan telepatiku dengan sang makhluk cahaya penguasa ilmu pengetahuan dan berharap dia mendengarkanku. Tapi rupanya keinginanku sia-sia sebab Pettery tidak merespon panggilanku.

“Tuan ... Lebih baik tuan makan dulu ...” Tiba-tiba terdengar ucapan Lira.

“Baik ... Tapi aku ingin kamu menemaniku makan.” Jawabku sambil tersenyum.

“Maaf tuan ... Itu tidak sopan.” Katanya dengan mata membulat.

“Kamu adalah calon ibu dari anakku. Jadi, bersikaplah seakan kamu adalah istriku.” Aku mengambil kedua tangannya lalu menciumnya.

“Oh, tuan ...” Lira mendesah tetapi nadanya penuh keterkejutan. Wanita itu memandangku tidak percaya.

“Mari, kita makan!” Ajakku sambil membimbingnya untuk duduk di salah satu kursi.

Kami pun makan bersama. Kami saling berbagi cerita dan pengalaman. Seperti halnya setangkai bunga yang tertanam dengan dipupuk dan disiram, keakraban pun mulai berkembang. Suasana yang kubuat santai membuat obrolan kami semakin intim. Berdasarkan cerita wanita ini, aku mengetahui kalau Lira adalah seorang janda anak satu. Selama ini dia menjadi pelayan di istana Ratu Treysca. Malam yang dingin ala pegunungan membuat obrolan kami semakin hangat. Setelah itu semua berubah, aku semakin berani melangkah menuju tujuanku. Tampak juga Lira sudah siap dengan misinya.

“Aku tanya sekali lagi ... Apakah kamu rela tubuhmu aku gauli dan hamil anakku?” Tanyaku yang kini dalam suasana santai.

“Saya siap tuan.” Jawabnya sambil tersenyum dan mengangguk.

“Kalau begitu ... Kita lakukan sekarang.” Kataku sembari bangkit dari kursiku dan menarik tangan Lira.

Aku membawa Lira ke ranjang dan kami mulai bergumul saling merangsang libido masing-masing. Kami saling melumat bibir dan saling meraba tubuh masing-masing untuk memanaskan birahi kami. Kamar ini menjadi panas dengan pergulatan kami di atas ranjang. Tak lama, pakaian kami pun berterbangan entah kemana. Aku terjang tubuh indah Lira yang sudah tidak terlapis benang sehelai pun dengan rangsangan-rangsangan secara bertubi-tubi. Pijatan, rabaan dan setiap remasan pada setiap daerah sensitifnya, membuat nafsu birahi Lira begitu natural dan tidak dibuat-buat.

Lira sudah sangat menginginkannya, kunaiki tubuhnya dan kuatur tubuhku hingga senjataku bisa masuk ke vaginanya tanpa kesulitan berarti. Kegerakan tubuhku sehingga senjataku dengan leluasanya menguasai lubang kenikmatannya. Tidak pernah terbayangkan dan terpikirkan kenikmatan dan sensasi ini. Jiwaku terasa melayang di awang-awang. Aku tidak ingat dan peduli siapa yang ada di bawah tubuhku, yang kurasakan adalah seorang wanita menggairahkan. Seingatku aku belum terlalu lama bergerak begitu, namun pelukan yang begitu erat serta kontraksi otot-otot vaginanya yang begitu kencang menandai kedatangan orgasme wanita di bawahku. “Ooooohhh …..!” Lenguhan panjang dan siraman cairan hangat di penisku menyambut puncak kenikmatannya.

Beberapa saat kudiamkan penisku tenggelam dalam tubuhnya, aku bangkitkan lagi nafsu birahinya, kucium bibirnya dengan lembut, payudaranya yang besar menjadi permainan dari jari-jariku. Beberapa saat kemudian, Lira mendorong badanku dari atas tubuhnya sehingga terjerembab jatuh ke atas kasur terlentang. Dia dengan tergesa-gesa menaiki tubuhku mensejajarkan pinggulnya dengan pinggulku. Pelan-pelan dia tekan pinggulnya sehingga kembali senjataku memasuki vaginanya. Setelah semua masuk ia mulai bergerak naik turun. Nikmat luar biasa dan aku lupa pada keadaan sekeliling. Perhatianku hanya tertuju pada kenikmatan yang sekarang sedang menjalar ke seluruh tubuhku. Tak lama berselang, Lira mulai mendesis-desis dan sudah seperti orang yang hilang ingatan. Badannya kelojotan dan bergerak tidak karuan, dan tiba tiba dia berteriak, “Aaaaaah ...!“ Kedua tangannya mencengkram dadaku dan kemudian badannya jatuh menindihku.

Aku berdiam sampai agak lama, sampai tidak ada lagi kurasakan kedutan di lubang vaginanya. Aku berbisik memintanya menungging, dan Lira pun tahu maksudku, kemudian ia pun melakukan apa yang kuperintahkan. Dari bagian belakang tubuhnya, aku masukan senjataku dalam vaginannya. Setiap langkah menghasilkan kenikmatan yang tiada tara. Bercinta dan bersetubuh dengannya membuatku benar-benar merasa sangat berharga, saat itu pula aku membenarkan segala apa yang akan lakukan untuk membuat keturunan sebanyak-banyaknya, tak peduli dari rahim siapa keturunanku berasal. Beberapa menit kemudian, kami berdua saling mengerang kenikmatan, terlebih-lebih aku karena nikmatnya yang tiada tara.

Beberapa saat kami masih ngobrol di atas tempat tidur, hingga akhirnya hanya celotehan-celotehan lucu karena obrolan kami tidak pernah kehabisan tema dan membahas apa saja yang bisa membuat kami tertawa. Tak pelak, malam ini aku habiskan waktu dengan bercinta bersama Lira. Semalaman ini kami melakukan persetubuhan sampai subuh hari. Rasanya spermaku habis terkuras untuk memuaskan wanita seksi ini yang terus meminta untuk dipuaskan. Dan akhirnya kami pun tertidur pulas dengan senyum kepuasan.

.....
.....
.....

Aku bangun tidur ketika hari menjelang siang. Lira sudah tidak bersamaku. Selepas mandi dan berpakaian aku keluar kamar dan menemui Ratu Treysca di ruang pribadinya. Aku menatap tajam Ratu Treysca yang tersenyum penuh arti. Aku lantas duduk di depannya dengan helaan nafas berat.

“Aku ingin memberi ratu koin emas untuk biaya para wanita dan calon anak-anakku.” Aku langsung saja pada inti persoalan.

“Hhhmm ... Kamu tidak perlu repot-repot. Semuanya sudah aku sediakan. Lagi pula, aku senang anak-anakmu menjadi bagian di istana ini, dan itu berarti kerajaanku akan menjadi kuat.” Ujar Ratu Treysca masih dengan senyumnya.

“Tidak! Aku harus bertanggung jawab atas anak-anakku. Paling tidak, biaya mereka akan aku tanggung. Bagaimana pun aku bapak mereka.” Kataku tegas.

“Terserahlah ... Jika kamu memang mau membiayai mereka, aku sangat senang. Tapi percayalah! Anak-anakmu akan aku urus dan kudidik sebaik-baiknya.” Ujar Ratu Treysca.

“Kira-kira berapa koin emas yang ratu perlukan untuk mengurusi anak-anakku kelak?” Tanyaku.

“Aku tidak akan mengatakan besarannya. Berapa pun yang akan kamu berikan, aku akan menerimanya.” Tegas Ratu Treysca.

“Untuk awalan, aku akan memberi ratu seratus ribu koin emas.” Kataku.

“Apa?! Seratus ribu??? Itu lebih dari cukup.” Ratu Treysca pun memekik dengan wajah penuh keterkejutan.

Aku kemudian membuka lemari sihirku dan mengeluarkan koin-koin emas dari dalamnya. Aku letakkan koin-koin emas itu di atas meja. Hampir satu jam aku dan Ratu Treysca menghitung dan menyusun koin-koin emas tersebut. Setelah selesai aku langsung keluar dari ruang pribadi Ratu Treysca. Baru saja beberapa langkah dari pintu ruangan pribadi Ratu Treysca, tiba-tiba ada suara yang memanggilku.

“Guru ...!” Itu suara Licht dan langsung saja aku menoleh ke arahnya.

“Ada apa, Licht?” Tanyaku setelah pria Elf itu berdiri di hadapanku dan menjura hormat.

“Guru ... Saya sudah menguasai sihir gerakan cahaya yang guru ajarkan.” Ucapnya dengan wajah sumringah.

“Apa? Cepat sekali?” Aku lumayan terkejut mendengar penuturan Licht. Aku sangat heran sekaligus kagum dengan kecepatan penerimaan latihan sihir yang aku berikan.

“Guru telah mengajari saya dengan sangat baik. Ternyata benar kata guru, bila saya menguasai tema dan konsep sihirnya, maka saya akan cepat menguasainya.” Jelas Licht sambil menjura lagi.

“Luar biasa ... Kamu sangat jenius, Licht.” Pujiku setulus-tulusnya.

“Terima kasih guru.” Licht tak henti-hentinya menjura hormat padaku.

“Nah, sekarang tugasmu adalah meningkatkan kapasitas energi sihir. Kalau boleh tahu, berapa poin energi sihirmu sekarang?” Tanyaku lagi.

“Saya sudah lama tidak mengukurnya, Guru. Tapi bisa saya perkirakan, kapasitas energi sihirku kira-kira 180 ribuan.” Jawab Licht.

“Kamu harus mencapai dua jutaan, Licht.” Kataku sedikit menakut-nakutinya.

“Dua juta? Bagaimana bisa?” Benar saja Licht terlihat panik.

“Aku akan mengantarmu ke suatu tempat yang sangat rahasia. Kamu harus berjanji tidak akan mengatakan pada siapa pun tempat ini. Pokoknya, hanya kita berdua yang tahu tempat rahasia ini.” Kataku sembari memegang bahunya.

“Saya berjanji guru. Saya bersumpah tidak akan mengatakan pada siapa pun tempat rahasia itu. Tapi, tempat apakah itu, Guru?” Licht berjanji yang diakhiri dengan pertanyaan.

“Kamu akan tahu sendiri nanti. Sekarang bersiaplah!” Kataku dan dijawab dengan anggukan kepala Licht.

Aku dan Licht bergegas keluar istana. Setelah memberitahukan Licht untuk menggunakan sihir cahanya, kami pun langsung melesat ke arah selatan. Aku dan Licht berkejar-kejaran yang menunjukkan bahwa kecepatan kami memang sudah seimbang, sehingga waktu perjalanan kami menuju Pulau Laba-Laba bisa ditempuh kurang dari 12 jam. Aku heran sekaligus juga bersyukur karena Quirima dan anak-anak masih berada di pulau ini. Tentu saja kedatanganku dan Licht disambut teriakan Drago hingga Quirima dan anak-anak terbangun.

“Oh, suamiku ...” Ujar Quirima sumringah.

“Bapak ...!” Seru Puspa sambil berlari memburuku, dan aku pun menyambutnya dengan gendongan.

“Bapak ...” Ucap Daru tetapi matanya tertuju pada pria Elf di sampingku.

“Perkenalkan ... Paman ini bernama Licht.” Kataku memperkenalkan Licht pada Daru dan Puspa.

“Aku pernah melihatmu, Daru.” Ujar Licht sambil bersalaman dengan Daru.

“Ya, paman ... Aku juga pernah melihat paman.” Sahut Daru bersemangat.

“Dan ini ... Quirima ...” Kataku. Licht pun bersalaman dengan Quirima. Namun, aku bisa melihat keterkejutan di wajah Licht. Matanya membulat sempurna menandakan bahwa pria Elf itu sedang kaget bukan kepalang.

“Hai Licht ...” Ucap Quirima sambil menyodorkan tangan.

“Be..benarkah ini kamu? Quirima?” Tanya Licht dengan suara bergetar. Tangannya pun ikut-ikutan bergetar saat menyambut tangan Quirima.

“Benar Licht ... Aku Quirima ...” Istriku tersenyum sangat manis.

“Hei! Apakah kalian pernah bertemu?” Tanyaku agak kaget juga saat mereka saling bicara seolah mereka pernah bertemu sebelumnya.

“Kita sudah pernah bertemu, suamiku ... Tapi dalam pertempuran ...” Sahut Quirima. Senyumannya semakin melebar membuat mata Licht semakin berbinar.

“Waktu itu ... Waktu itu ... Ka..kamu ...” Licht tergagap lalu melepaskan genggaman tangannya.

“Ya ... Waktu itu aku adalah monster yang kau buru ... Hi hi hi ...” Sambung Quirima lalu terkikik pelan.

“Sudah nostalgianya ... Sekarang kita beristirahat ... Licht tidur dengan Daru.” Kataku.

Kini semuanya masuk tenda masing-masing. Terpaksa aku membawa Puspa ke tendaku bersama Quirima. Aku sejenak menceritakan pengalamanku sehari tadi pada Quirima, dan tentu saja aku ceritakan semuanya. Untung saja Puspa sudah tertidur saat aku menceritakan rencana beranak-pinak di istana Ratu Treysca. Quirima terkikik saat aku menceritakan rencanaku mempunyai banyak anak. Setelah itu, aku katakan pada Quirima untuk membimbing Licht meningkatkan kapasitas energi sihirnya. Quirima pun menyetujuinya. Tak lama, kami tertidur pulas masuk ke alam mimpi masing-masing.

Bersambung
Chapter 18 A di halaman 189 atau klik di sini.
 
Terakhir diubah:
Waduh sayang baget belum ada satu pun elf yang mau ghahahah


Akhirnya ade serdadu baru lagi licth


Kalo di itung dah hampir lengkap nih perkumpulan bangsanya tinggal naga nih yang belum jadi murid azka semoga di cp selanjutnye azka dapet murid naga jajajaj
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd