Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG AZUMATH: WORLD OF MAGIC

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER 15 A


Tidak ada yang bisa menggantikan arti penting kegigihan dan keuletan. Bakat pun tidak, sebab ada sekian banyak orang gagal meski mereka berbakat. Pendidikan juga tidak bisa menggantikannya, sebab banyak orang berpendidikan tinggi tidak bisa mencapai apa-apa kecuali ijazahnya geripis dimakan jamur dan waktu. Kegigihan, keuletan dan tekat yang membara untuk mencapai suatu tujuan inilah yang akan mendobrak rintangan yang akan atau sedang dihadapi. Jangan ada kata ‘menyerah’ sebelum mimpi itu terwujud. Kegigihan dan keuletan adalah separuh dari usaha, selebihnya adalah kesabaran.

Aku tak pernah bosan dan lelah mengatakan itu pada Daru dan Puspa yang sedang berusaha menambah jenis energi sihir mereka. Untungnya mereka tetap fokus dan berkonsentrasi melakukan ‘tapa brata’ di kamar mereka masing-masing. Memang dalam mempelajari sihir, tahap inilah yang paling sulit. Apa yang sedang dilakukan Daru dan Puspa adalah proses menciptakan energi sihir. Mengingat bahwa menciptakan energi sihir merupakan hal yang tidak mudah bisa dilakukan, maka dalam proses ini sangat diperlukan kegigihan dan keuletan.

“Gimana keadaan anak-anak?” Tanya Quirima saat aku masuk ke dalam kamar setelah memeriksa keadaan Daru dan Puspa.

“Mereka baik-baik saja. Sudah aku suruh tidur.” Jawabku sambil mendekati ranjang lalu berbaring di samping Quirima. Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh kami. Malam ini, udara terasa dingin sekali.

Quirima berbalik menatapku. Tangannya terulur menyentuh sisi wajahku. “Suamiku ... Aku tahu kalau aku tidak bisa menguasai sihir cahaya. Tetapi aku pasti bisa menguasai sihir petir. Aku ingin sekali menguasai sihir petir, suamiku.”

Aku langsung menoleh ke wajah Quirima, “Kamu adalah salah satu penyihir tertangguh di Azumath. Buat apalagi kamu ingin menguasai sihir petir?”

“Oh ... Tidak apa-apa ...” Kata Quirima sambil tersenyum. Tapi aku bisa melihat air mukanya sedikit meredup.

“Petteri bilang sihir elemen petir sangat berbahaya bila dikuasai oleh orang yang salah. Maaf, aku bukan menyangkamu akan melakukan hal yang salah, tapi aku takut kau kembali ke jalan yang salah karena memiliki sihir yang sangat dahsyat. Quirima, istriku, aku sangat bahagia memilikimu. Aku tidak ingin kehilanganmu.” Aku coba memberinya pengertian.

“Iya suamiku ...” Lirih Quirima lalu menenggelamkan kepalanya ke dadaku.

Suara lirih Quirima seperti menggelitik hati sanubariku. Kemudian muncul pertanyaan, kenapa Quirima menginginkan sihir petir? Padahal dia mempunyai kekuatan sihir yang sangat kuat. Ukurannya, bila seseorang sudah bisa membunuh naga berarti kemampuan sihirnya sudah setara dengan naga walaupun masih kelas ‘rakyat’. Tiba-tiba Quirima ingin sihir petir. Pasti ini ada apa-apa dibalik keinginannya itu.

Aku raih kepalanya, dan membuat mata kami bertatapan. Dia hanya diam dan menurut, tidak ada sedikit gerakan apapun. Aku ingin sekali tahu isi kepala Quirima dari tatapan matanya. Baru beberapa detik aku bersitatap, tiba-tiba pintu kamarku ada yang mengetuk. Buru-buru aku turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar. Seorang prajurit penjaga kemudian memberikan surat padaku. Setelah aku baca, surat itu permintaan Raja Duvador agar aku menemuinya secepat mungkin.

“Ada apa Raja Duvador ingin bertemu denganku?” Tanyaku pada Quirima.

Quirima hanya tersenyum dan berkata, “Temui saja ... Siapa tahu kamu ditawari anak perempuannya.”

“Setahuku, Raja Duvador tidak mempunyai anak perempuan. Kamu ini ada-ada saja.” Kataku sambil mencubit hidung Quirima. Istriku hanya terkekeh ringan.

“Aku akan berangkat sekarang. Nanti tengah malam aku akan kembali.” Kataku sembari mempersiapkan diri.

“Hati-hati suamiku ...” Ucap Quirima.

“Ya ...” Jawabku sambil keluar kamar.

Tanpa membuang waktu, aku pun melesat pergi, meninggalkan kastilku menuju Kerajaan Duvador. Posisi kota raja Kerajaan Duvador persis di tengah benua manusia. Jika menggunakan jalan darat dengan berkuda, bisa ditempuh dalam 20 hari perjalanan dari tempatku. Dengan kecepatan maksimal, aku sampai di istana Kerajaan Duvador hanya dalam waktu 15 menit saja. Ini kali pertama aku menginjakan kaki di istana Kerajaan Duvador.

Bangunan istana yang begitu indah dan kokoh. Sepintas istana ini memiliki gaya dan karakter tradisional khas yang mirip dengan kebudayaan bangsa Yunani kuno di bumi. Ciri khas pertama dari gaya istana ini adalah memiliki lantai lebih dari satu serta memiliki langit-langit yang tinggi. Pada bagian tengah istana, terlihat ruangan besar dengan lebih dari 20 tiang yang terdiri atas dua kolom pada dua sisinya, tepat di depan tiang-tiang yang berjejer. Pada dinding lantai dua dan atap, dihadirkan lukisan pemandangan yang menjadi focal point. Lukisan tersebut memiliki warna senada dengan keseluruhan interior yang berwarna krem keemasan.

Aku dikawal oleh ketua pasukan utama militer istana. Aku dibawa ke ruangan khusus di istana itu. Raja Duvador berada di ruangan ini dengan cahaya redup terlihat puluhan lilin menyala di tempat itu. Raja Duvador berdiri dan menyambutku dengan sangat ramah, lalu mempersilahkan aku duduk di kursi dengan meja berbentuk oval memanjang menjadi pemisah antara aku dan Raja Duvador yang duduk persis di hadapanku.

“Aku tidak akan berbasa-basi, Tuan Azka. Enak atau tidak enak didengar, aku akan mengutarakannya kepada Tuan Azka. Di masyarakatku dan juga masyarakat kerajaan-kerajaan lain sudah santer membicarakan istri Tuan Azka yang ternyata bergelar wanita iblis simbol kejahatan. Tuan Azka, apakah benar istri Tuan Azka adalah Quirima?” Tanya Raja Duvador sangat serius.

“Benar Yang Mulia ... Quirima adalah istriku.” Jawabku jujur. Raja Duvador menatapku tak percaya.

“Apakah Tuan Azka tahu kalau Quirima adalah makhluk paling ganas di Azumath?” Tanya Raja Duvador dengan nada khawatir. Aku menggeleng dan meyakinkanya dengan tersenyum.

“Saya tahu Yang Mulia ... Tapi itu masa lalunya. Sekarang dia makhluk paling manis se Azumath.” Kataku.

“Aku percaya padamu, Tuan Azka ... Aku tidak pernah meragukannya. Tapi, pembicaraan masyarakat dan raja-raja juga harus Tuan Azka ketahui. Mereka takut Quirima membuat keonaran lagi. Sejarah mencatat kalau Quirima sangat menyukai jantung manusia. Quirima pernah membantai manusia satu kota untuk memuaskan hasrat memakan jantung manusia.” Ungkap Raja Duvador.

“Istri saya tidak akan melakukan lagi perbuatan seperti itu. Saya bisa menjaminnya. Dan bila dia melakukan keonaran dan kejahatan lagi, saya yang akan mengurusnya.” Kataku coba meyakinkan Raja Duvador.

“Mudah-mudahan kekhawatiranku tidak terbukti.” Rajua Duvador mengangguk-angguk sambil memainkan jenggotnya yang lumayan panjang.

“Apakah Yang Mulia mengundang saya ke sini hanya ingin membicarakan itu?” Tanyaku sambil memperhatikan wajahnya. Raja Duvador menatapku dengan pandangan selidik. Kulihat dia sedikit menghela napas.

“Tidak ... Aku ingin meminta tolong padamu, Tuan Azka ...” Jawab Raja Duvador sambil mengeluarkan kertas berukuran besar. Lalu ia meletakkan kertas besar itu di atas meja. Ternyata sebuah peta yang kuyakini itu adalah peta Azumath.

Aku pun harus berdiri untuk melihat keseluruhan peta, lalu bertanya, “Siapa yang membuat peta ini Yang Mulia?”

“Dulu ada orang pengelana yang membuatkan peta ini bernama Vaegon. Dia berbangsa Elf.” Jawab Raja Duvador.

“Kenapa Yang Mulia memperlihatkan peta ini?” Tanyaku.

“Menurut catatan perjalanan yang dibuat Vaegon. Kerajaan Demon yang dipimpin Raja Baell sejak lama mengembangkan dan membuat monster yang sangat kuat. Menurut Vaegon, monster itu disiapkan untuk senjata pamungkas untuk memerangi manusia. Mereka melakukan eksperimen di pulau ini.” Raja Duvador menjeda penjelasannya sambil menunjuk gambar pulau berbentuk titik hitam yang letaknya di sebelah timur Kerajaan Dhurom.

“Apakah Kerajaan Dhurom ini adalah kerajaan Demon yang dipimpin Baell?” Tanyaku.

“Benar ... Dhurom adalah kerajaan yang dipimpin Baell. Perlu Tuan Azka ketahui, Baell adalah Demon yang sangat jenius. Dia banyak menciptakan alat-alat tempur untuk memperkuat kekuatan prajuritnya. Baell juga piawai membuat monster-monster tempur, seperti yang pernah Tuan Azka rasakan saat membantuku berperang dengan Kerajaan Bhodur yang dibantu Baell. Baell banyak mengeluarkan monster-monsternya, dan itu pun monster yang dianggapnya sudah usang. Menurut cerita Vaegon, Baell sedang membuat armada perang berupa monster-monster kuat untuk memerangi kita. Bahkan ada kabar burung, Baell siap memerangi bangsa naga dengan monster-monster ciptaannya.” Ungkap Raja Duvador. Tentu aku sangat terkejut mendengar penjelasan Raja Duvador seperti itu.

“Apakah bangsa naga tahu dengan cerita Vaegon ini?” Tanyaku ingin tahu.

“Mereka sudah mengetahuinya dan menganggap angin lalu berita ini. Bangsa naga menganggap Vaegon berbual. Menurut bangsa naga, Baell dan pasukan mosnternya mustahil mengalahkan mereka. Wajar bangsa naga mengatakan itu karena mereka mempunyai Naga Suci Khor yang tak terkalahkan, tetapi mereka terlalu percaya diri. Mereka tidak memikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin saja mereka alami.” Papar Raja Duvador.

“Apa Yang Mulia inginkan?” Tanyaku kemudian.

“Hanya Tuan Azka lah yang bisa menyusup ke pulau ini. Aku ingin membuktikan apakah benar cerita Vaegon ini. Aku ingin Tuan Azka menyelidiki pulau ini.” Jawab Raja Duvador.

“Baiklah ... Saya akan pergi menyelidikinya.” Jawabku.

“Kalau begitu, persiapkan diri. Saya tunggu kabar dari Tuan Azka secepatnya.” Ungkap Raja Duvador.

“Baik.” Kataku sembari menjura hormat lalu meninggalkan ruangan.

Sesampainya di luar ruangan, aku langsung melesat untuk kembali ke kastilku. Aku bergerak dengan kecepatan cahaya. Hingga 15 menit berselang aku pun sampai di kastilku. Saat aku masuk ke kamarku, Quirima belum tidur. Aku melihat Quirima sedang bermeditasi dengan posisi duduk bersila di atas tempat tidur. Meditasinya selesai saat mengetahui aku masuk ke dalam kamar.

“Apa yang kalian bicarakan?” Quirima menyambutku dengan pertanyaan.

Aku duduk di sisi tempat tidur, “Raja Duvador memintaku pergi ke Kerajaan Dhurom.”

“Kerajaan Demon yang dipimpin Baell ... Kenapa Raja Duvador mengingkan kamu pergi ke sana?” Tanya Quirima sangat serius.

“Raja Duvador curiga kalau Baell sedang mempersiapkan pasukan monster yang bisa membinasakan ras manusia. Aku diminta Raja Duvador untuk menyelidiki kecurigaannya.” Jawabku secara umum saja.

“Sejak muda Baell memang pintar membuat monster. Bahkan dia bercita-cita untuk membuat monster sekuat naga. Dia adalah adikku yang paling berambisi menguasai Azumath.” Ungkap Quirima.

Aku menoleh ke arahnya dan bertanya, “Bukannya Baell adalah adikmu paling bontot?”

“Benar ... Dia adikku paling muda. Tapi dia paling sangat berbahaya. Menurutku Raja Duvador tepat kalau dia khawatir dan menyuruh kamu untuk menyelidiki proyek Baell. Aku juga curiga kalau Baell memang membuat pasukan monster untuk menguasai Azumath.” Jelas Quirima.

“Berarti aku harus pergi. Besok pagi aku akan berangkat.” Kataku.

“Suamiku ... Jika memang akan pergi, suamiku harus mampir ke Pulau Lemoir. Pulau itu berada di bagian barat Kerajaan Levon. Temui seorang Demon yang bernama Ghorga. Dia Demon yang sangat membenci Baell. Siapa tahu Ghorga mau membantumu.” Ungkap Quirima.

“Jika aku harus bertemu para Demon, apakah aku akan dicurigai sebagai mata-mata?” Tanyaku.

“Tentu saja suamiku harus menyamar. Berpakaianlah ala para bangsa Demon. Suamiku bisa menutupi wajah karena kebiasaan bangsa Demon adalah berpakaian jubah yang menutupi wajah. Pakailah topeng berwarna hitam. Suamiku akan aman di sana.” Jelas Quirima.

“Baiklah ... Sekarang kita istirahat ...” Ajakku pada Quirima.

Aku dan Quirima merebahkan badan di atas kasur. Sebelum benar-benar tidur, Quirima banyak menjelaskan hal ikhwal tentang dunia Demon. Menurutnya, tak berbeda dari manusia dalam hal wujud, tetapi memiliki kornea mata berwarna scarlet, semerah darah. Dengan sihir dan kekuatan fisik yang melebihi nalar, mereka tidak dapat dibedakan karena wujudnya yang benar-benar seperti manusia pada umumnya. Gaya hidupnya hampir sama, namun yang paling membedakan ialah mereka pemakan manusia, namun mereka masih dapat memakan makanan normal. Pada umumnya ras Demon mempunyai sayap namun mereka dapat menghilangkan sayapnya. Bagi ras demon, mereka menghilangkan sayapnya dengan alasan susah untuk bergerak. Mereka hanya memunculkan sayapnya jika ingin terbang atau bertarung.

Sihir mereka sangat kuat dan berdasarkan hati dan desire mereka yang paling dalam. Ras Demon juga pandai dalam membuat perlengkapan dan senjata sihir tingkat menengah maupun tingkat tinggi. Seorang Demon biasanya selain memiliki kemampuan dalam hal sihir, juga mampu bertarung dalam berbagai jenis teknik bela diri, sangat ahli dalam menggunakan pedang dan senjata lainnya. Para Demon memiliki sifat yang cenderung tidak berperikemanusiaan dan sangat kejam. Demon juga sangat piawai melakukan tipu daya agar tujuannya bisa tercapai.

“Hati-hati dengan kebaikan yang diberikan bangsa Demon, karena biasanya dibalik kebaikan itu ada tujuan yang ingin mereka capai.” Quirima mengakhiri ceritanya.

“Aku harap kamu tidak seperti mereka.” Kataku sambil membelai wajahnya.

“Mudah-mudahan ya suamiku ... Ingat! Bagaimana pun aku ini seorang Demon. Aku memang takut jika karakter dasarku muncul lagi.” Katanya sambil tersenyum.

Malam semakin larut terdengarlah suara-suara malam yang mulai terdengar samar, dan kami pun mengantuk setelah ngobrol cukup lama. Akhirnya, kami pun tertidur sampai pagi datang. Setelah mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, aku langsung melesat pergi ke wilayah timur melintasi daratan Kerajaan Duvador dan singgah sebentar di Kerajaan Qaarsut untuk menemui Ratu Padmasari. Tidak lebih setengah jam, aku meneruskan perjalanan ke Kerajaan Tinberg untuk menemui Ratu Treysca. Di sini aku harus menjelaskan perihal Quirima karena Ratu Treysca sudah mendengar isu tentang Quirima yang seorang iblis betina simbol kejahatan. Aku pun tidak lama bersama Ratu Treysca dan melanjutkan perjalanan ke wilayah Kerajaan Duvador bekas wilayah Kerajaan Bhodur. Di sini aku melihat sedikit aktivitas bangsa manusia yang mencoba peruntungannya di daerah baru.

Akhirnya, saat matahari hampir berada di pertengahan alam, aku sampai juga di wilayah Kerajaan Oblaour. Kerajaan Oblaour adalah Kerajaan Elf putih. Kerajaan Elf ini dipimpin oleh seorang Elf yang memiliki sihir elemen angin dan elemen tanah yang sangat kuat. Dia bernama Raja Nesterin yang dikenal dengan kebijaksanaannya. Menurut informasi dari Ratu Treysca, raja Elf ini sangat ingin bertemu denganku. Oleh karena itulah, aku memutuskan untuk menemui Raja Nesterin terlebih dahulu sebelum meneruskan perjalanan.

Tubuhku yang diselimuti cahaya berwarna kuning keemasan melesat dengan kecepatan cahaya di atas pepohonan hutan yang sangat lebat. Di wilayah Kerajaan Oblaour ini aku senantiasa melihat pepohonan, cenderung melihat kelebatan hutan. Akhirnya, aku sampai di sebuah perkampungan Elf. Tidak mungkin aku menembus begitu saja karena bagaimana pun aku harus meminta izin untuk melintas agar tidak dikatakan sebagai penyusup. Dengan gerakan gemulai, aku turun dan menjejakan kaki di tanah. Sekumpulan Elf bersenjata panah sudah siap menyambutku dengan mengarahkan panah-panah mereka ke arahku.

“Maaf tuan-tuan ... Saya datang dengan damai.” Kataku sambil mengangkat kedua tangan. Ratu Treysca memberitahuku cara orang asing jika datang dengan damai di negeri Elf. Pendatang harus mengangkat kedua tangan dan mengatakan salam perdamaian.

“Siapakah Tuan? Dan ada keperluan apa datang ke tempat kami?” Tanya seorang Elf sambil menurunkan panahnya.

“Nama saya Azka ... Saya hendak menemui Raja Nesterin.” Jawabku langsung pada intinya.

“Apakah tuan adalah manusia yang bergelar manusia cahaya?” Tanya Elf itu lagi.

“Orang-orang memanggilku seperti itu.” Jawabku sambil menjura hormat.

“Oh ... Selamat datang manusia cahaya ...” Suara Elf itu tiba-tiba bernada ramah, spontan akrab di telinga.

“Terima kasih.” Kataku sambil menjura hormat beberapa kali lagi.

“Apakah Tuan Azka akan beristirahat dahulu atau akan langsung meneruskan perjalanan ke istana?” Tanya sang Elf.

“Saya akan langsung menemui raja kalian.” Jawabku.

“Oh ... Silahkan ...” Ucapnya sembari merentangkan tangannya yang terbuka sebagai tanda aku dipersilahkan melanjutkan perjalanan.

Setelah menjura dan tersenyum, aku langsung melesat lagi, pergi meninggalkan pos penjagaan. Beberapa menit berselang, aku sampai di sebuah istana yang dominan dengan pepohonan dan tumbuhan rambat. Istana ini sangat kental dengan aura sihir berbagai elemen. Aku juga merasakan kehadiran sosok yang sangat kuat di dalam istana itu. Itu pasti raja Elf yang bernama Nesterin.

Aku dikawal oleh dua prajurit Elf memasuki istana yang didekorasi seperti hutan atau memang hutan yang dibuat istana. Entahlah, aku tidak tahu. Namun yang jelas aku seperti memasuki sebuah hutan yang ditata sedemikian rupa sehingga terdapat ruangan-ruangan. Tak lama, aku memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya telah terdapat banyak orang, tentunya bangsa Elf. Aku langsung tertuju pada pria Elf yang bermahkotakan indah di kepalanya. Dia menggunakan pakaian kebesaran bangsa Elf dengan pedang tergantung di pinggangnya. Cukup aneh memang, Elf umumnya bersenjatakan panah, tetapi pria yang satu ini malah bersenjatakan pedang.

“Selamat datang manusia cahaya.” Sambutnya yang kuyakini dia adalah Raja Nesterin.

“Terima kasih Yang Mulia, Raja Nesterin.” Balasku sambil menjura hormat.

“Suatu kehormatan bagiku bisa bertemu langsung dengan ksatria sihir terkuat bangsa manusia. Silahkan Tuan Azka.” Ucap Raja Nesterin sambil menunjuk sebuah kursi di depan singgasananya.

“Terima kasih.” Ucapku singkat lantas duduk di kursi yang rupanya sengaja dipersiapkan untukku. Setelah duduk aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Tampak banyak sekali Elf wanita di sini. Namun, wajah mereka tidak menunjukkan keramah-tamahan. Mereka memandangku seperti aku ini monster yang menyeramkan.

“Aku akan langsung saja pada intinya, Tuan Azka ... Aku sudah mendengar bahwa tuan adalah suami dari Quirima. Ketahuilah, Quirima pernah melakukan kejahatan yang tidak pernah akan kami lupakan. Dia telah membunuh adik bungsu kami dengan sangat keji. Aku ingin kebesaran hati Tuan Azka, kami menginginkan Quirima untuk kami hukum yang setimpal dengan kejahatannya.” Ujar Raja Nesterin. Yang sontak membuatku terkejut.

“Yang Mulia ... Apakah Yang Mulia menghadiri penghakiman yang dilakukan Naga Suci Khor? Apakah Yang Mulia tidak menghormati keputusan Naga Suci Khor yang menghukum istri saya dengan kurungan selama tiga juta tahun?” Kataku sesantai mungkin.

“Hukum kami membunuh harus dihukum dibunuh. Hukuman yang dijatuhkan oleh Naga Suci Khor bukanlah hukum kami.” Katanya tegas dan lugas.

“Sebentar Yang Mulia ... Saya ingin meluruskan dulu permasalahannya ... Apakah Quirima membunuh saudara Yang Mulia yang bernama Oritris?” Tanyaku.

“Benar.” Jawab Raja Nesterin.

“Apakah Yang Mulia tahu kejadian sebelum Quirima membunuh Oritris?” Tanyaku lagi.

“Quirima mengejar-ngejar Oritris dan Oritris menolaknya. Karena penolakan itulah Quirima marah dan membunuh Oritris.” Jawab Raja Nesterin.

“Bukan itu Yang Mulia ... Apakah Yang Mulia tahu kalau Quirima marah karena wajahnya di lempari kotoran kuda oleh Oritris?” Kataku dan langsung terdengar suara riuh rendah di sekitar ruangan ini. “Quirima tidak akan membunuh Oritris kalau saja dia tidak melakukan penghinaan kepada Quirima. Ya, istriku membunuh Oritris karena perbuatannya yang sudah sangat merendahkan dirinya.” Lanjutku.

“Tapi dia membunuh! Oritris hanya menghinanya!” Tiba-tiba seorang wanita Elf datang ke ruangan dari arah belakang singgasana raja. Sial! Dia Elf yang sangat cantik dan memiliki bentuk tubuh yang sangat sempurna. Payudaranya besar dan kulitnya tampak bersinar. Untungnay aku sudah punya penangkal akan aura sucinya.

“Oritris telah merendahkan martabatnya. Bagiku siapa saja yang merendahkan martabat layak dihukum mati. Jadi, apa yang telah dilakukan Quirima lebih berat daripada yang kalian pikirkan. Quirima harus menjalani hukuman kurungan selama tiga juta tahun akibat perbuatan Oritris yang telah merendahkan martabatnya.” Kataku mulai naik spaning.

“TAHAN...!!!” Tiba-tiba Raja Nesterin berteriak sambil mengankat tangannya ke atas. Kepanikan terlihat jelas di wajah rupawannya.

TRANG...

Sebuah panah mengenai kepalaku dan aku benar-benar tidak menyadari jika ada panah yang mengarah padaku. Namun jelas, panah itu tidak bisa melukai kepalaku. Mungkin si pemanah tidak tahu kalau aku kebal oleh senjata apapun. Lantas aku tersenyum dan bangkit dari dudukku.

“Aku menantangmu!” Kataku sambil menunjuk pada si pemanah tanpa menoleh. “Jika kau bisa mengalahkanku! Aku akan bawa Quirima ke istana ini dan kalian boleh menghukumnya mati! Tapi taruhannya adalah nyawamu!” Suaraku menggeram karena menahan amarah yang seketika itu meluap-luap.

“Tuan Azka! Kau tidak bisa berbuat seenaknya di istanaku!” Bentak Raja Nesterin dengan tatapan tajamnya.

“Aku sudah bilang sebelumnya! Hukuman bagi yang merendahkan martabat adalah hukuman mati. Itu hukumku dan tidak bisa diganggu gugat. Dia telah merendahkan martabatku, dan dia layak dihukum mati.” Kataku sangat dingin dan penuh intimidasi.

“Ini daerah kekuasaanku! Tidak ada yang boleh menentang perintahku! Termasuk kau!” Nada Raja Nesterin pun mulai mengintimidasi.

“Aku datang dengan damai ke sini. Lalu aku diperlakukan sebagai musuh oleh kalian. Sama seperti Quirima datang kepada saudara kalian! Kurang lebih sama kejadiannya. Tapi, kali ini lebih parah. Jika saja aku tidak kebal oleh senjata kalian, maka sangat dipastikan aku akan mati. Kalian telah melakukan kejahatan percobaan pembunuhan. Percayalah! Aku sangat bisa membunuh kalian semua sekarang juga. Tapi, aku tidak ingin dicap sebagai penjahat. Aku akan melaporkan perbuatan kalian kepada Naga Suci Khor agar kalian bisa dihukum berdasarkan hukum yang dibuat Naga Suci Khor!” Kataku sambil membalas tatapan mata Raja Nesterin.

“Tadi itu kesalahan.” Suara Raja Nesterin melunak.

“Aku tidak peduli! Biar hukum Naga Suci Khor yang menentukannya! Selamat tinggal!” Kataku dan langsung melesat pergi dari istana. Tentu tak satu pun yang dapat menghentikanku.

Aku terus melesat dengan kekuatan cahaya ke arah timur. Sejatinya aku sangat ingin berbelok arah ke selatan untuk menemui Naga Suci Khor, tetapi misi utamaku bukanlah itu. Aku harus menyelidiki dulu Baell si raja Demon yang jenius, apakah benar dia telah membangun pasukan monster untuk memerangi ras manusia. Setelah misi utamaku selesai, aku pastikan, aku akan berkunjung ke benua naga dan melaporkan kejadian yang baru saja aku alami di Kerajaan Oblaour.

Hampir setengah jam, aku sampai di lautan lepas. Sengaja aku tidak melalui jalan daratan karena aku pikir di daratan terlalu banyak hambatan. Aku melesat dengan kecepatan cahaya di atas samudra menyebabkan laut sedikit terbelah dua dengan kecepatan cahaya milikku. Aku terus melaju ke timur, terus, terus, dan terus, hingga akhirnya aku di sebuah pulau yang lumayan besar. Pulau yang memiliki pasir putih bersih dan air laut yang jernih. Seperti biasa, buah kelapa adalah buruanku untuk menuntaskan dahaga dengan rasa yang segar.

Saat aku meneguk air kelapa di atas pohonnya, tiba-tiba aku melihat sesuatu yang cukup menarik di bawah sana. Seekor burung yang besar sedang sekarat, kondisinya sudah kritis, napasnya sudah satu-satu. Setelah menyelesaikan minum air kelapa, aku segera melesat turun dan menghampiri burung besar tersebut yang menurutku burung yang indah seperti burung cendrawasih. Tak berlama-lama, aku segera memeriksa dan mengobatinya. Ternyata burung ini terluka parah, dan aku rasa dia sedang diburu seseorang.

Bersambung

Note: Sahabat-sahabatku, maaf ceritanya tersendat lagi. Kali ini komputer saya lagi ‘ngambek’ minta jajan. Mungkin sampai tanggal 1 tidak akan ada update. Ini juga maksain update tipis di Warnet. Sekali lagi mohon maaf atas ketidak-lancaran ini.

GAWAT ... KOMPI MINTA JAJAN ...!!!

Terima kasih banyak kepada Suhu @basundara yang sudah membuatkan peta.

Chapter 15 B di halaman 166 atau klik di sini.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd