Magang?
Desember 2019, Minggu keempat menjelang tahun baru
"Eh, itu siapa bro??" tanyaku kepada Hadi
"Oh anak magang, biasa. Lulusan Interior Jakarta." jawab temanku yang periang ini
"Eh?? Waktu gue disini kayaknya dia gak ada deh" tanyaku penasaran
"Baru pertengahan desember ini dia masuk. Lagian lo kan udah hampir 2 tahun keluar dari sini. Gimana kantor lo yang baru?? Betah??" tanyanya
"Ya lo tahu sendiri kan, enggak ada yang bikn betah selain perusahaan milik sendiri. Tapi gak masalah sih, kan waktu itu udah gue jelasin" ujarku sambil menghisap rokok
"Kurang-kurangin rokok bro, gue aja udah mulai hidup sehat." saran Hadi
Aku tertawa mendengar perkataannya, memang benar kehidupanku sangat tidak sehat semenjak masuk ke dunia arsitektur. Bukan karena memang seperti itu dunianya, bukan. Hanya saja aku yang memilih opsi ini untuk hidup tidak sehat. Terkadang aku harus begadang sampai pagi dan tentu saja ditemani segelas kopi hitam pahit dan sebungkus rokok untuk menyelesaikan tugas kuliah, menyiapkan gambar konsep, gambar kerja, hingga maket atau model desain. Bukan karena aku buruk dalam hal manajemen waktu pengerjaan tugas, melainkan terkadang otak ini sulit diajak bekerja sama. Inspirasi datang tak kenal waktu.
Aku berjalan berkeliling kantor ini, kantor yang kudirikan bersama Hadi sejak pertama kali menginjakkan kaki di kota ini. Aku yang berasal dari Surabaya, merasa beruntung kenal dengan Hadi yang merupakan mahasiswa arsitek dari Jakarta namun lebih tertarik dengan dunia interior desain. Buat yang belum tahu, arsitektur dan interior desain sedikit berbeda, namun tentu saling berkaitan. Aku yang mengenalnya karena kegiatan antar kampus yang sering disebut dengan TKIMAI yang diadakan tiap tahun. Temu Karya Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Indonesia, begitu kepanjangannya, kegiatan yang rutin dilakukan untuk bertemu dan berkumpul dengan perwakilan dari masing-masing kampus yang mempunyai jurusan arsitektur. Kegiatannya beragam, mulai sharing-sharing dunia perkuliahan, issue-issue yang merebak di dunia arsitektur, hingga peran arsitek dan arsitektur dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa pegawai lama yang masih mengingatku tersenyum memberikan salam hangat. Aku dan mereka sempat bekerja sama dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun. Sebelum akhirnya aku dengan mantap mengutarakan unek-unek dalam hatiku yang berujung dengan pengunduran diriku dari jajaran pengurusan perusahaan.
"Van, kalau lo mau balik ke sini, gue gak akan keberatan" ujar Hadi yang tiba-tiba mengganggu kenanganku bersama kantor ini dulu
"Eh, lo bikin kaget aja bro. Tenang aja, ini demi cita-cita gue sendiri. Gue harus menerima segala konsekuensinya" jawabku
"Ya juga sih bro. Gue sangat berterimakasih, karena lo sudah sangat membantu gue mewujudkan mimpi besar gue."
"Santai aja bro, gue juga bangga pernah berada di proses menuju kesuksesan lo. Sekarang mimpi lo untuk punya perusahaan di bidang interior desain sudah terwujud, dan sebentar lagi kuliah interior lo juga mau selesai. Well, gue bener-bener bangga punya temen kaya lo bro" ujarku mantap
"Thankyou bro, kalau lo ada apa-apa jangan sungkan untuk calling gue. Jangan sampai lo butuh bantuan dan gak ngabarin gue sama sekali. Gue akan bunuh lo bro!!" ujarnya dengan nada bercanda
"Weiittss, serem amat" jawabku yang disertai tawa kami berdua
Disela-sela kami tertawa, dia berjalan melewati kami dan menyapa Hadi. Ya, hanya Hadi yang dia sapa dan tersenyum. Ku maklumi itu karena memang temanku itu adalah bosnya, jadi aku tidak ambil pusing. Hanya saja, wajahnya yang manis menghipnotisku. Rambutnya yang sebahu, bibir tipisnya yang tersenyum manis. Sial, aku bisa gila dibuatnya.
"Namanya Yona, anak magang baru. Dia asli Bogor dan disini ngekos. Sikat aja kalau tertarik" ujar Hadi sambil menyikut pinggangku
"Ha? Gue cuma lihat doang, siapa tahu kenal." jawabku sekenanya
"Ajak kenalan aja, masa iya gue yang kenalin. Cemen amat lo bro haha" ujarnya sambil berlalu kedalam ruangannya
Oke, perkataan Hadi sedikit memantik jiwa Casanova dalam diriku. Aku menuju toilet kantor, sedikit merapikan penampilan. Masih cakep, masih berwibawa, pikirku dalam hati.
Segera aku menuju ke ruangan staff, dan melihat kesana kemari. Ada Hadi yang sedang memberikan instruksi di meja karyawannya, tak sengaja dia melihatku dan memberikan isyarat untuk ke tempatnya. Akupun bergegas menghampirinya tanpa kutahu maksud tujuannya, dan terlebih lagi aku tidak bisa menemukan meja gadis magang itu.
"Nah Yon, ini prinsipal arsitek untuk proyek rumah tinggal di daerah Jagakarsa" kata Hadi tiba-tiba
Aku yang kaget mendengar perkataannya hanya terdiam dan pasti terlihat seperti orang bodoh yang hanya Ha? Ha? dan Ha?. Padahal memang benar aku menemuinya untuk memberikan proyek tentang rumah tinggal yang cukup mewah. Proses perencanaannya sudah mendekati selesai, hanya saja sang pemilik meminta untuk sekalian dengan interiornya. Jadilah aku di tempat ini. Tapi maksudku juga bukan dengan dia yang baru saja diterima sebagai anak magang. Ayolah Had, bukan begini maksudku.
Dia menyikut pinggangku seakan memberi kode dan membuatku tersadar. Gadis itu menyodorkan tangannya kepadaku "Ah, baik pak. Nama saya Yona", aku menyambut uluran tangannya seraya berkata "Panggil aja Evan, saya belum terlalu tua untuk dipanggil pak"
"Baik pak Evan, eh. Saya yang handle interior untuk rumah tinggal tersebut." ujarnya tersenyum
"Baiklah, saya tinggal dulu. Kalian ngobrol-ngobrol aja dulu, nanti kalau sudah pak Evan bisa temui saya di ruangan" ujarnya seraya menjabat tanganku dan berlalu meninggalkan kami berdua yang masih diam mematung
"Mmm, baiklah jadi bagaimana??" tanyaku sedikit gugup. Aku sudah sedikit lupa caranya memulai pembicaraan dengan seorang gadis. Terakhir kali aku memiliki pacar juga sekitar 4 tahun lalu. Tepat setahun setelah aku lulus dan wisuda dia meninggalkanku dengan pilihan orang tuanya.
"Maaf pak Evan, bagaimana apanya ya? Saya masih belum menerima informasi apa-apa tentang perencanaan rumah itu" jawabnya tersenyum
Sial, aku terhipnotis dengan senyumannya. Easy Van, easy. Kontrol diri, kontrol diri. jangan mengacaukan semuanya, oke??
"Oh iya, semua datanya ada di flashdisk ini sih. Boleh kupakai komputernya??" tanyaku sambil menunjukkan flashdisk yang berwarna hitam dari sakuku
"Silahkan pak, sebentar saya ambilkan kursi dulu" ujarnya sambil beranjak dan mengambil kursi yang tidak jauh dari meja kerjanya
Aku membuka file yang berisi data-data serta gambar perencanaan rumah tersebut. Aku memberikan briefing kepadanya tentang konsep rumah itu dan juga keinginan klien terhadap interior rumahnya. Dia mencatat beberapa bagian yang penting, dan juga memperhatikan dengan seksama. Perasaan grogi ku di awal perlahan menghilang dan kurasakan mulai nyaman saat aku melontarkan beberapa jokes yang disambut dengan gelak tawanya. Meskipun aku yakin dia tertawa dengan terpaksa mengingat proyek ini berasal dariku.
"Jadi begitu, mungkin dibikin lebih terlihat mewah. Pilihan materialnya juga gak jadi masalah sih" ujarku mengakhiri penjelasan
"Baik pak, nanti saya desainkan sesuai briefing yang bapak minta tadi." jawabnya penuh keyakinan
"Oh ya, kalau boleh tahu nih ya lulusan mana??" tanyaku iseng
"Saya lulusan Lassa College Jakarta pak. Lulus tahun ini"
"Proyek pertama??" tanyaku
"Mmm, iya pak" jawabnya dengan sedikit ragu dan menegang
"Kalau begitu mohon bantuannya ya, usahain hasilnya maksimal!!" ujarku memberikan semangat padanya
Raut wajahnya yang menegang tadi berangsur rileks, wajar saja karena dulu aku pun begitu ketika mendapat proyek pertama. Seperti ada stigma tidak percaya dan underpressure ketika mengetahui bahwa itu adalah proyek pertama yang kita handle.
"Semua orang pasti pernah mengalamai hal pertama dalam hidupnya. So, jangan khawatir. Lakukan dengan maksimal, saya juga yakin pasti pak bos gak akan lepas tangan begitu aja" ujarku meyakinkannya. "Dan juga, jangan ragu bertanya pada saya ya. Apapun itu" ujarku tersenyum
"Ba-baik pak" jawabnya
"Oh ya, panggilnya Evan aja ya. Jangan pakai pak." ujarku seraya berdiri dan pamit padanya
"I-iya, Va-Van" ujarnya sedikit ragu mengucapkan namaku
"Evan, Evan Renova Winters"
Aku berlalu setelah menyebutkan nama lengkapku, ku ketok pintu dengan tulisan direktur utama yang menggantung. Kubuka pintu itu setelah sebuah suara mempersilahkanku untuk masuk. Terlihat senyum merekah di wajah Hadi.
"Nah, gimana bro??" tanyanya sambil terkekeh
"He, gimana apanya?? Lo yang bener aja dong bro, meskipun gue bukan tipe orang yang gampang meremehkan orang lain, nyatanya dia masih fresh graduate dan klienku ini merupakan relasi yang sangat potensial. Gue gak mau kalau kedepannya ada apa-apa" ujarku sambil melemparkan tubuhku di sofa berwarna krem di depan meja kerjanya
"Lo tenang aja, gue yang jamin semuanya akan baik-baik saja. Gua akan backup tuh anak magang. Lo percaya kan sama gue??" tanyanya
Aku terdiam sejenak, memikirkan segala resiko yang mungkin akan terjadi. Tapi ya sudahlah, Hadi berani bertanggung jawab jika terjadi sesuatu kedepannya.
"Dia biasa pulang naik ojek online, lo anter tuh anak" ujarnya sambil membuka beberapa dokumen di atas mejanya
"Gila aja lo, baru kenalan juga langsung main antar pulang. Tapi usul lo boleh juga, mungkin bukan hari ini. Eh, dia sudah punya pacar??" tanyaku penasaran
"Ya kali gue ngurusin hal begituan, lo tanya aja langsung ke anaknya" jawabnya
"Eh ngomong-ngomong dia umur berapa sih??" tanyaku penasaran
"Seingatku dia kelahiran 94, tahun depan umur 26. Kalau lo tertarik, seriusin aja. Sepertinya dia juga sedang cari pasangan untuk serius. Lo tau kan umur segitu bagi seorang cewek pasti udah ditodong orangtuanya"
"Ha? Umur segitu baru freshgraduate??" tanyaku
"Iya, waktu interview dia sempat bilang kalau putus kuliah karena dia harus pindah ke Jakarta dan akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya. Dan disini dia memilih untuk masuk ke Lassa College, ambil interior desain. Waktu gue browsing institusinya cukup kredibel karena merupakan cabang dari sekolah tinggi level internasional"
"Internasional ya, baiklah itu cukup menenangkan gue" jawabku singkat sambil mengecek beberapa chat yang masuk pada ponselku
"Habis ini gue tinggal ya, ada meeting dengan beberapa vendor. Lo kalau mau disini gak masalah, sekalian nunggu tuh anak pulang. Mungkin sejam lagi, kebetulan ini hari jumat. Siapa tau lo mau ajak dia jalan" ujar Hadi yang membereskan tumpukan kertas di mejanya
"Enggak deh bro, gue juga masih ada urusan." ujarku berbohong padanya
"Ya udah bro, gue duluan ya" pamit Hadi
"He, tunggu gue juga mau balik. Lagian ini kan kantor lo, masak lo yang pamit ke gue" jawabku sambil bangkit dari sofa
Aku dan Hadi berjalan menuju lobi kantor dan berpisah disana karena aku ingin pergi ke toilet. Sambil mengecek ponsel tak sengaja aku menabrak seseorang, kami berdua jatuh dan terlihat beberapa lembar kertas berhamburan di lantai. Aku sedikit panik dan mencoba membantunya berdiri. Tebak siapa yang kutabrak?? Tentu saja dia, si gadis manis anak magang baru itu.
"Aduh, maaf gak sengaja" ujarku membantunya berdiri
"Ma-maaf pak, saya yang salah" jawabnya sambil merapikan lembaran kertas yang berhamburan
Beberapa saat aku sadar, lembaran kertas tersebut berisi beberapa gambar interior yang bisa kutebak adalah interior sebuah rumah tinggal. Dan yang membuatku cukup terkejut adalah, gambar interior tersebut adalah postingan dari akun instagram yang ku buat sewaktu baru pertama kali lulus. Ketika itu aku benar-benar gila akan desain, aku mendesain beberapa interior dan bentuk bangunan lalu menguploadnya di akun instgram yang kuberi nama inspiration interior design. Aku sengaja melakukannya karena pada waktu itu akun utamaku ku fokuskan kepada proyek-proyek real yang aku kerjakan. Sedangkan pada second account itu merupakan desain-desain angan dan imajinerku saja.
"Eh, ini bagus interiornya. Desainmu sendiri??" tanyaku iseng
"Ah, bukan pak. Ini saya ambil dari instagram. Buat referensi dan bahan pembelajaran aja. Kontennya bagus-bagus pak, konsepnya juga menarik. Oleh karena itu saya mencetaknya untuk dipelajari lagi" jawabnya dengan sedikit panik
"Oh begitu ya" jawabku. Aku sedikit bangga, karena ternyata desainku membuat orang lain ingin mempelajarinya. "Main instagram juga?? Akunnya namanya apa??" tanyaku kepo
"Ini pak inspiration_interiordesigns" jawabnya dengan polos
"Loh, bukan. Maksud saya akun instagrammu" jawabku
Dia terdiam beberapa saat, terlihat di wajahnya sedikit kebimbangan untuk memberitahuku tentang akun instagramnya. "Yon?? Gue tanya sama lo nih" tanyaku ulang mengagetkannya.
"Ah iya pak, ini jkt48yona" ujarnya
Aku pun langsung mengetikkan usernamenya tanpa bertanya macam-macam. Dan voila! Aku sudah memfollow akun instagramnya. "Jangan lupa di folback ya" ujarku yang disambut dengan anggukan dan senyum manis di bibirnya.
"Baik pak, saya duluan ya" dia berlalu dengan lembaran kertas tersebut di tangannya. "Eh yon, lo bisa temenin gue gak?? Gue mau ketemu beberapa vendor untuk proyek rumah Jagakarsa, siapa tau bisa menambah inspirasi desain lo nanti" ajakan yang keluar dari mulutku terlontar begitu saja.
Dan sekali lagi, dia terdiam dan tampaknya sedikit terkejut. Beberapa saat kemudian dia mengangguk. "Tapi pak, saya pulangnya masih 40 menit lagi" jawabnya ragu
"Ya udah gak masalah. Gue tunggu di minimarket sebelah ya, nanti kalau udah selesai lo hubungi gue. Oh iya, nomor ponsel lo berapa" tanyaku dengan penuh semangat
"Bener enggak apa-apa pak?? Ini nomer saya" jawabnya sambil mengeja nomer ponselnya
"Enggak apa-apa, gue tunggu di sebelah ya. Dan satu lagi, jangan panggil gue pak please, gue gak tua-tua amat kan??" tanyaku dengan wajah memelas
Dia tertawa sejenak dan mengiyakan omonganku, "Siap Evan!! Saya ke meja duluan ya" ujarnya
Oke Van, lampu hijau sudah menyala!! *ting
Kuteguk minuman kaleng yang kubeli sambil memandangi batang rokok yang tinggal setengah. Terlintas di pikiranku untuk berhenti merokok, tapi apa bisa?? Mengingat sejauh ini aku sudah seperti kecanduan dengan rokok.
"Gimana pak?? Saya sudah selesai" sebuah suara mengagetkanku, membuyarkanku dari pertimbangan untuk berhenti merokok
"Eh, yon?? Udah beres?? Ngapain lo kesini, seharusnya tunggu aja di sana. Biar gue yang balik kesana" balasku sambil mematikan rokok
"Ah, enggak apa-apa pak, kan sebelahan doang enggak jauh-jauh amat"
Aku tersenyum kecut mendengar jawabannya, bukan karena dia yang menghampiriku di minimarket ini yang letaknya bersebelahan dengan kantornya, hanya saja...
"I-iya sih yon, cuma mobil gue kan masih di kantormu" ujarku sambil menggaruk kepalaku
Dia terkejut, tak lama kemudian dia tertawa sambil menutup mulutnya. Mungkin dia sedikit merasa tidak enak untuk tertawa lepas di hadapanku. Tapi itu tidak masalah bagiku, yang aku tahu saat itu bahwa aku merasa senang ketika melihatnya tertawa. Entahlah, ada yang pernah merasakan hal yang sama sepertiku??
"Ya sudah, lo tunggu disini sebentar. Gue mau ambil mobil dulu" ujarku beranjak dari tempat dudukku
"Mmm, saya ikut sekalian aja pak. Ada yang ketinggalan ternyata" timpalnya
Aku mengiyakan dan menggandeng tangannya, sedikit membuatnya terkejut dan terdiam. "Loh, kok diem aja??" tanyaku. Dia terlihat bingung dan memandang ke arah tangan kami yang bergandengan. Aku tersenyum seraya berkata "Tiap kali lo manggil gue dengan sebutan pak, gue bakal gandeng tangan lo. Gue mau lihat, kalau tangan lo gue gandeng apa masih pantes gue dipanggil pak sama lo"
"Ta-tapi pak" balasnya
"Oke, kita jalan lagi" ujarku sambil sedikit menariknya. Terlihat seperti pemaksaan memang, tapi tak apa lah. Aku juga sedikit kesal selalu dipanggil pak, setua itukah wajahku??
"Loh loh, ada apa ini. Eh mas Evan, masih di sini toh??" tanya satpam kantor yang melihatku yang sedikit menarik Yona. Namanya pak Seto, pegawai satpam pertama disini ketika kantor ini pertama kali dibuka dan merupakan rekomendasiku kepada Hadi. Pak Seto merupakan pegawai satpam di kantor lamaku yang berada di Surabaya. Beliau dipecat karena ada rekan seprofesinya yang menjebaknya, sekitar sebulan sebelum aku berangkat ke Jakarta. Aku yang mengetahui ceritanya bahwa dia dijebak merasa marah, namun apadaya aku waktu itu sudah bukan pegawai di tempat itu.
"Eh pak, iya ini ada beberapa barang yang tertinggal" jawabku sambil melihat ke arah Yona yang secara refleks melepaskan gandengan tanganku. Kemudian dia berlalu ke dalam kantor untuk mengambil barangnya yang ketinggalan. Entahlah apa itu, mungkin dompet atau ponsel.
"Gimana pak?? Gak ada masalah kan disini??" tanyaku padanya
"Aman semua kok mas Van, gak ada masalah sejauh ini. Mas Van sendiri gimana kabarnya?? Kantor barunya di daerah mana toh??" tanyanya lagi
"Oh di daerah Bintaro pak. Sama-sama konsultan desain kok. Cuma ada divisi konstruksinya juga. Padahal seharusnya divisi konstruksi harus punya badan hukum sendiri yang legal karena sertifikasi dan surat ijinnya pun berbeda dari konsultan desain" ujarku panjang lebar
"Oh seharusnya kayak kantor lama yang di Surabaya kan mas? Kontraktor tapi masih ada arsiteknya sebagai konsultan desain" balasnya
"Ya betul sekali!! Kalau kayak kantor Surabaya itu baru enggak ada masalah. Karena basicnya emang perusahaan konstruksi, dan ada konsultan desainnya. Bapak tinggal dimana sekarang??" tanyaku basa-basi
"Saya kos dideket sini kok mas, sebentar ya mas saya tinggal" pamitnya setelah melihat ada sebuah mobil suv hitam yang masuk ke kantor. Beliau mengarahkannya untuk parkir diluar karena kantor memang sudah tutup. Hanya ada beberapa karyawan yang lembur, dan mereka sudah tidak menerima tamu lagi.
Pak Seto terlihat mengobrol dengan pengemudi mobil itu, bersamaan dengan munculnya Yona dari dalam kantor.
"Maaf lama ya, sudah b-be..." katanya terpotong sambil menutup mulutnya. Dia sedikit terkejut dan cepat-cepat melihat ke ponselnya, kemudian dengan sedikit berlari dia menghampiri mobil suv yang terparkir itu dan berbicara dengan pak Seto, kemudian masuk kedalam mobil tersebut. Meninggalkanku yang bingung dengan apa yang telah dia lakukan. Dia mengacuhkanku nih ceritanya??
"Ada apa pak??" tanyaku kepada pak Seto yang kembali
"Ah itu, laki-laki yang menjemputnya. Mereka sedang mengobrol" jawabnya
Ha?? Laki-laki?? Menjemputnya?? Pacarnya?? Kekasihnya?? Duh, kok udah punya pacar segala sih? Jadi tambah ribet dong nantinya??
Sekitar 5 menit berlalu kulihat Yona keluar dari mobil tersebut, yang kemudian disusul dengan perginya mobil itu dari parkiran kantor. "Maaf, tadi ada sedikit urusan. Sekarang saya sudah siap" ujarnya dengan senyum manis di bibirnya.
Aku tersenyum lega, kupikir bakalan batal. Tapi, masih ada sedikit yang mengganjal. Siapa laki-laki itu??
"Ya udah, yuk. Kami pamit dulu ya pak" ujarku kepada pak Seto
"I-iya mas Van, hati-hati" ujarnya ramah
Kami berlalu dan menuju mobilku yang berada di parkiran basement. Aku terdiam di sepanjang perjalanan, kulihat begitu juga dengan dia. Sesekali mengecek ponselnya, dan kurasa dia membalas beberapa chat yang masuk.
"Ya halo??" ujarku yang mengangkat panggilan di ponselku. Sebuah panggilan dari vendor yang hendak kami temui. Dia hanya mengabari bahwa sudah sampai di cafe, tepatnya di PIM 2. Aku bergegas memacu mobilku, sedikit macet jalanan penuh dengan kendaraan yang mungkin punya kepentingan yang sama.
"Kita mau kemana pak??" tanyanya memecah keheningan yang berlanjut
"PIM 2, sekalian cari makan" jawabku singkat. Entahlah, waktu itu tiba-tiba aku tidak bersemangat. Terdengar jahat ya??
Dia terkejut dan terdiam. Wajahnya mulai tidak nyaman dan aku sedikit merasa bersalah.
"Jadi, kenapa interior??" tanyaku sedikit berbasa-basi
Dia menoleh ke arahku, mungkin terkejut karena pertanyaanku yang tiba-tiba membahas hal itu. "Sudah passion mungkin, dan emang dari dulu pengennya jadi desainer" jawabnya.
Kami terlibat obrolan yang bisa dibilang tidak terlalu seru, karena lebih banyak diamnya. Tapi satu hal yang kusadari, dia sudah tidak memanggilku dengan sebutan pak lagi.
"Baiklah, jadi seperti itu pak produk dari kami. Untuk masalah diskon dan potongan seperti yang bapak tanyakan tadi, dari kami mengajukan penawaran sekian" ujar pria dari vendor yang menangani elektrikal. Kebetulan proyek rumah tinggal di Jagakarsa mengusung tema Kontemporer Smart House, selain desainnya yang minimalis, aku juga memasukkan konsep smart home smart living. Mulai dari pintu pagar sampai eletrikal dan perabot semuanya terkoneksi pada satu server yang kemudian bisa dikontrol oleh si pemilik rumah melalui smartphonenya dan juga sensor suara.
"Kalau saya lihat dari layout rumah, sepertinya perlu menambahkan ruangan untuk ruang server pak. Tidak terlalu besar, seukuran toilet menurut pengalaman saya sudah cukup" tambahnya
Aku mengangguk dan kembali melihat ke gambar layout yang berada di atas meja, "Kalau begitu perlu ada perubahan ruang. Coba lo lihat yon, ada ide??" tanyaku padanya yang hanya diam memperhatikan
"Hmm, kalau dari saya ya, mungkin kita bisa pakai ruangan di bawah tangga ini. Jarak antara lantai kerja dengan bordes sekitar 1m lebih kan, terus saya lihat di spesifikasi kebutuhan ruang server juga tidak terlalu besar. Dengan tinggi kurang dari 90cm, saya rasa cukup. Daripada harus merubah ruang atau menambahnya. Nanti ruang server itu bisa ditutup dengan rangka hollo dan finishing mulitplek dan HPL, atau bisa juga dengan pintu kecil supaya bisa diakses" jelasnya panjang lebar.
Wow!! Oke, aku terkejut atas jawabannya!! Aku tidak memperhatikan ruangan di bawah bordes tangga yang berbentuk huruf L tersebut. Gadis ini cerdas untuk ukuran freshgraduate.
"Baiklah kalau begitu, nanti saya kirimkan lagi gambar lengkapnya. Jalur elektrik dari furniturenya juga. Setelah itu saya tunggu penawaran fix dari anda." jawabku mengakhiri meeting sore itu
Kami berdua bersalaman dengan pria perwakilan dari vendor tersebut, dan aku kembali meneguk minumanku yang hampir habis. Terlihat dia melihat ponselnya dengan wajah sedikit gusar.
"Kenapa yon?? Lo ditungguin??" tanyaku
"Enggak sih, setelah ini kemana??" tanyanya
"Makan?? Lo mau makan apa?? Gue traktir deh" ujarku
"Terserah aja deh, saya ngikut" jawabnya tersenyum
"Makanan jepang ya?? Suka??" tanyaku seraya bangkit
"Hmm, boleh" jawabnya dengan antusias
2 jam berlalu di restoran jepang ini, aku membalas beberapa chat di grup chatting kantor dan juga beberapa tukang yang menanyakan teknis pemasangan material baru yang mereka belum pernah menggunakannya. Aku bilang pada mereka untuk menunggu besok pagi saja, karena ada teknisi khusus yang didatangkan oleh vendor pemilik material tersebut. Sedangkan dia?? Kulihat juga sibuk dengan ponselnya, scrolling terus menerus dan sesekali mengetik sesuatu.
"Lo tinggal dimana yon??" tanyaku
"Saya ngekos, di daerah pusat" jawabnya
"Hmm lumayan ya dari kantor, oke kalau udah selesai yuk gue anter lo pulang" ujarku sambil meminta bill pada waiters
"Mmm, Van. Enggak usah repot-repot, gue udah dijemput kok" ujarnya tiba-tiba
Aku terkejut mendengarnya memanggil namaku langsung, "Oh udah dijemput?? Dimana??" tanyaku
"Lagi diperjalanan sih, mungkin bentar lagi sampai kok" jawabnya
Aku tersenyum dan membayar billnya, meninggalkan tip untuk waitersnya dan mengajak Yona untuk berkeliling sebentar sambil menunggu jemputannya.
"Gimana?? Udah dateng??" tanyaku padanya di lobi mall
"Udah itu, gue duluan ya Van. Thankyou traktiran makan malamnya" ujarnya sambil tersenyum
"Santai, kapan-kapan bisa lo bales" ujarku terkekeh
"Siap, nanti gantian gue yang traktir. See you" ujarnya sambil berlalu menuju mobil suv hitam yang sama dengan yang tadi sore menghampirinya di kantor
Aku terdiam mematung melihatnya menghilang ke dalam mobil suv itu yang perlahan meninggalkan kerumunan orang dan kendaraan yang mengantri, berbaur menjadi satu di jalanan utama yang tersendat. Oke, apa ini yang disebut dengan lampu hijau?? Rasanya seperti tertabrak kendaraan yang mempunyai prioritas utama di traffic light. Mau lampu hijau merah atau kuning sekalipun, tetap harus tersingkir.
**To Be Continued**