Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERPEN Antara Mimpi, Kejadian Gaib dan Nyata

jagbar

Semprot Lover
Daftar
20 Mar 2012
Post
237
Like diterima
813
Bimabet
Antara Mimpi, Kejadian Gaib dan Nyata

Catatan: Kejadian ini berlangsung sebelum peristiwa Penjaga Rumah.

"Ada banyak kejadian yang tak dapat dijelaskan secara logika. Kejadian supranatural yang secara fisik dianggap tak terjadi bahkan tak mungkin dapat terjadi. Namun secara esensi sebenarnya terjadi," kata bapak sesepuh desa itu.

"Mungkin itu tergantung cara berpikir kita? Bagi yang percaya itu dianggap terjadi. Bagi yang tak percaya itu sama sekali tak terjadi," timpalku. "Seperti makhluk genderuwo misalnya. Bagi yang menggangap ada, ia "eksis dan nyata". Bagi yang tak percaya, semua itu hanyalah mitos dan takhayul."

"Bisa jadi. Satu hal yang perlu dijadikan catatan, kita cenderung hanya mempercayai apa yang pikiran kita mampu mencernanya. Padahal pikiran kita sangat terbatas," paparnya lagi.
"Seperti pendapat umum beranggapan bahwa alat transportasi dibutuhkan untuk berpindah ke tempat lain. Tapi tahukah Dik Marcel kalau sejak jaman kakek buyut saya dulu ada orang-orang berilmu yang mampu "bertransportasi" ke dimensi ruang dan waktu yang berbeda lalu balik lagi dalam waktu sekejab. Seperti menemui putranya yang sedang menempuh ilmu di Timur Tengah. Mereka mampu menceritakan keadaan disana secara detil dan semuanya cocok saat dibandingkan dengan mereka yang pernah kesana secara fisik. Nah, bagaimana hal itu dapat dijelaskan secara material?"
Aku merenung dalam mendengar ucapan bapak ini.

Oya, namaku Marcel. Aku mendapat tugas dari perusahaan tempatku bekerja untuk mendatangi sebuah tempat tak jauh dari sini. Saat itu kusadari ternyata tempat itu berjarak kurang dari 20 km dari sebuah tempat dimana aku dan kakakku kesasar waktu itu. Dengan tujuan iseng menapak-tilas perjalanan waktu itu, setelah urusan pekerjaan selesai aku meluangkan waktu untuk melewati jalan yang kami lalui saat itu.

Barusan aku berhenti di sebuah warung kopi untuk beristirahat sejenak sambil ngopi dan makan indomie hangat. Saat itulah muncul bapak ini yang kemudian kami berbincang ngalor-ngidul sampai ke topik bahasan terakhir. Yang seketika membuatku teringat kembali saat itu. Membuatku "bertransportasi" ke kejadian sekitar 2,5 tahun lalu....

-@@@@@@@@@@@@-

Saat itu menjelang libur Natal dan tahun baru. Kami hendak balik ke rumah orangtua di Jawa dari Jakarta karena kegiatan kampus telah diliburkan.

Di hari Sabtu pagi itu aku tiba di tempat kos kakakku, Cie Angeline. Tak lama berselang, muncullah ia yang kemudian duduk di sampingku. Tas bawaannya ditaruh di kursi belakang di sebelah tas bawaanku. (Perbedaan dari tas bawaan kita adalah kalau miliknya isinya pakaian-pakaian baru dan rapi yang akan dia pakai disana nantinya. Sementara kalau punyaku isinya pakaian-pakaian kotor yang belum sempat kucuci hehehe). Setelah dia naik tanpa berlama-lama lagi segera kukendarai mobil masuk ke jalan tol menuju ke arah timur.

Dari sejak awal lalu lintas di jalan tol begitu padat. Jauh lebih parah dari perkiraanku karena ternyata ada beberapa kecelakaan. Alhasil, sudah hampir jam 5 sore saat kami melintasi perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah (saat itu jalan tol masih hanya sampai Cikampek saja).

Memasuki wilayah Jawa Tengah, keadaan lalu lintas justru semakin parah. Berdasarkan informasi dari beberapa supir yang berpapasan dari arah berlawanan, arus lalu lintas ke arah timur terhenti total karena ada truk kecelakaan di atas jembatan. Mereka menyarankan untuk menggunakan jalur alternatif. Saat itu sudah selepas maghrib. Saat dimana kami seharusnya sudah santai di ruang tengah sambil nonton film.

Mengikuti sebagian besar kendaraan di depan kita pada akhirnya kuputuskan untuk ikut belok kanan ke jalan alternatif. Tapi arus kendaraan begitu padat merayap. Apalagi ini adalah jalur pegunungan dengan begitu banyak truk dan truk gandeng di depan kita.

Kemacetan semakin parah. Membuat kami harus mengambil alternatif lain dari jalan alternatif utama. Lalu belok ke alternatif dan alternatif lagi karena adanya truk mogok dan lain hal.

Saat itu sudah setengah sembilan lewat. Aku merasa lelah karena telah menyetir sedari pagi tanpa istirahat. Beruntung saat macet total tadi aku sempat keluar sebentar membeli sejumlah makanan kecil dan minuman di warung. Jadi paling tidak kami tak begitu merasa lapar dan haus.

Selain harus konsentrasi penuh saat mengemudi, aku juga harus menahan sabar dengan sejumlah omelan yang dilontarkan kakakku akibat keputusanku mengambil berbagai jalan alternatif yang dianggapnya salah. Pokoknya kalo mobil tak bergerak = salah. Kalo berbelok tapi jalan masih padat merayap = salah. (Tapi memang begitulah dinamika hubungan kami dimana kakakku sangat begitu dominan dibandingkanku. Maaf curhat dikit, hehe). Padahal aku sendiri juga tak paham dengan kondisi lapangan daerah sini. Ditambah pula sinyal HP yang seringkali hilang. Kalau dipikir sebenarnya keadaan dia tak terlalu buruk. Hanya tinggal duduk dan tahu beres saja. Bahkan barusan saat turun ke jalan untuk ke warung, itu juga aku yang melakukannya.

Kira-kira sejam kemudian baru akhirnya jalanan mulai agak lancar. Namun kini aku merasa cape sekali. Saat ini sudah hampir jam 10 malam. Kalau dihitung sejak awal kita berangkat, sudah lebih dari 12 jam lamanya kita berada di dalam mobil.

Sehingga saat kulihat ada losmen sederhana, segera kubelokkan mobilku memasuki area halamannya. Meski sedari awal kutahu kalau cece-ku yang cantik yang berada di sebelahku ini bakalan ngomel lagi tentang tempat ini. Karena memang terus terang, kita tak terbiasa bahkan tak pernah tinggal di losmen kelas kampung seperti ini. Aku sendiri yang jauh lebih egaliter dan merakyat juga kalo tak terpaksa tak akan menginap disini. Apalagi dirinya yang kelasnya jauh lebih elit dibandingkanku.

Tapi tak ada pilihan lain. Pertama, aku merasa cape sekali dan mengantuk. Kedua, terus-terang aku tak begitu jelas dimana posisi kita tepatnya. Karena sinyal HP sama sekali tak ada. Sehingga kalau aku meneruskan nyetir, salah-salah malah kita jadi semakin nyasar jauh dari tujuan. Namun aku tak mengatakan ini kepadanya. Kalau kuberitahu pasti aku bakal disalahkan lagi. Aku hanya mengatakan kalau aku merasa cape dan ngantuk banget. Dia pun tidak terlalu protes karena kuyakin dia juga merasakan hal yang sama.

Sesaat sebelum turun dari mobil, kuingatkan kakakku mengenai pakaiannya. Sejak pagi tadi saat pertama kali muncul, ia memakai celana pendek yang memperlihatkan paha putihnya secara terbuka. Sementara atasannya kaus tanktop yang agak ketat dan terbuka. Yang kalau menunduk sedikit saja bakalan terlihat sedikit belahan dadanya. Sebenarnya ini cukup wajar dan sangat jamak dikenakan cewek muda seusia kita. Apalagi di kota-kota besar dan terutama di kalangan kita. Jadi bisa dimengerti mengapa ia memakai pakaian seperti itu. Karena toh perkiraannya kita hanya di dalam mobil saja. Atau mungkin satu kali berhenti di restoran besar yang cukup ramai yang mayoritas pengunjungnya juga dari kota besar seperti kita. Siapa yang menyangka kita bakal terlunta-lunta seperti ini. Buatku pribadi sih pakaiannya itu tak masalah. Walau hampir seharian bersamanya dengan pakaian seperti itu, hal itu tak berpengaruh apa-apa untukku. "Gangguan" yang aku dapatkan darinya justru adalah omelan-omelannya tadi. Bukan pakaian yang dikenakannya.

Namun outfit-nya ini jelas tidak pantas dikenakan di lingkungan sini. Kesannya akan sangat provokatif dan menggoda terhadap audiens yang tak semestinya. Satu hal yang pada akhirnya juga akan membuatku risih karena bagaimanapun ia adalah kakak perempuanku.

Apalagi di halaman depan ini kulihat beberapa truk yang terparkir disana. Artinya mayoritas penghuni losmen ini adalah kalangan supir truk dan kernet. Kalau cece-ku keluar dengan pakaian yang dikenakannya sekarang, 100% dijamin dia bakal jadi sasaran tatapan mata liar seluruh laki-laki yang ada disini. Bahkan salah-salah bisa memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan kalau ada yang jadi gelap mata dan nekat.

Tadi saja ketika aku bertanya dengan beberapa supir yang melintasi mobil kita, pandangan mata mereka seketika tertuju ke sebelahku. Mulutnya berbicara denganku tapi matanya mengarah ke kakakku. Ada yang menatapi paha putihnya. Ada yang tertuju ke arah dadanya. Ada yang pandangannya berpindah-pindah.

Itu pula sebabnya barusan akulah yang harus turun membeli makanan kecil dan minuman di warung tadi. Karena dengan pakaian seperti ini sungguh tak pantas ia turun ke jalan yang penuh dengan supir bus dan truk.

"Jangan sok-sokan ngajari cie-cie-mu," tukasnya. "Aku lebih ngerti masalah gituan daripada lu," jawabnya saat tangannya telah mengeluarkan celana panjang dan kemeja dari tas bawaannya tadi. Yah kena semprot lagi, batinku. Yo wes sak karepmulah mau ngomong apa Ce. Yang penting kamu punya pemikiran yang sama akan situasi yang ada.

Tinggal permasalahannya, dimana dia akan ganti pakaian khususnya celananya. Celana panjang itu pinggangnya terlalu kecil untuk dirangkap dengan celana pendek yang dikenakannya saat ini. Untuk turun dan ganti pakaian di kamar kecil losmen adalah sama juga bohong. Karena ini jadi mengabaikan tujuannya. Satu-satunya kemungkinan adalah dia harus melakukannya di dalam mobil ini.

Untuk itu kakakku harus berterima kasih denganku. Karena sejak awal aku telah memikirkan hal ini. Sengaja mobil kuparkir di tempat yang paling gelap di halaman ini, yang juga tak ada orang atau kendaraan lain di dekatnya.

Kakakku melepas celana pendeknya di sebelahku. Selama ini memang dia tak merasa risih kalau hanya sekedar melepas celana luarnya saja di depanku. Saat tinggal serumah ia melakukan itu tak terhitung banyaknya. Apalagi saat kepepet seperti ini.

Saat menurunkan celana pendek ketatnya, celana dalamnya ikut tertarik ke bawah. Namun hanya sampai setengahnya saja. Sehingga tak sampai meng-ekspose bagian tubuh paling rahasianya. Aku melihat semua itu dari ekor mataku karena pandanganku tertuju ke depan. Aku sama sekali tak tertarik melihatnya. Seandainya cewek lain reaksiku tentu sangat berbeda. Namun karena ia cece-ku sendiri, satu-satunya yang ada dalam pikiranku adalah supaya ia cepat selesai dengan urusannya sehingga kita dapat segera masuk ke dalam. Karena aku ingin segera mandi lalu beristirahat dan tidur.

Namun saat itu terjadi hal yang sangat mengejutkan. Saat celana pendeknya telah diloloskan dari dirinya dan posisi celana dalamnya masih belum sempat dibetulkannya, tiba-tiba ada sosok yang mengetuk jendelanya dari luar. Seketika aku terkesiap kaget. Seolah orang ini muncul secara tiba-tiba entah dari mana. Kakakku jauh lebih kaget lagi. Karena orang itu berdiri persis di sebelahnya. Dan ternyata adalah seorang laki-laki! Laki-laki setengah umur yang berdiri persis di depan jendelanya dan melihat ke arah dirinya!

Meski sempat terkejut, pikiran logisku langsung dengan cepat bekerja. Walaupun ia berdiri persis di sebelah kakakku dan melihat ke arah dalam, ia hanya dapat melihat sosok orang di dalam mobil saja. Namun ia tak akan dapat melihat keadaan kakakku yang setengah telanjang dengan celana dalam yang juga hampir terbuka itu. Suasana tempat itu cukup gelap. Ditambah dengan kaca mobil yang semakin gelap dari arah luar.

Aku jadi tenang kembali. Meski tak mengerti sejak kapan dan dari mana orang ini muncul karena sedari tadi aku tak melihat adanya satu sosok manusia di sekitar sini. Seandainya ada tentu aku tak membiarkan kakakku melepas celananya saat ini. Begitu pula dengan kakakku. Seandainya melihat ada orang dekat situ tentu ia tak akan segila itu melepas celananya. Entah bagaimana caranya orang ini mampu membuat kita berdua seolah tak melihatnya.

Berbeda dengan sikapku yang dengan cepat jadi tenang kembali, kakakku nampak begitu gelisah. Apalagi orang itu kini mengetuk-ngetuk kaca jendelanya sambil terus menatap ke dalam ke arah dirinya. Saking gugupnya, ia justru tak mampu berbuat apa-apa. Membuat bagian bawah tubuhnya masih tetap terbuka hampir seluruhnya. Hanya pas persis menutupi bagian organ vitalnya saja.

Dengan sigap aku langsung bertindak untuk menyelamatkan situasi kakakku. Setelah memastikan tak ada orang lain di sisiku, aku keluar dari mobil sambil langsung menutup pintunya kembali. Lalu kuajak orang itu bicara melalui bagian atas mobil. Tujuanku agar pandangannya teralih dari kakakku dan menatap ke arahku. Sehingga di dalam mobil kakakku dapat lebih leluasa membereskan pakaiannya.

Dan upayaku berhasil. Orang itu - seorang pria setengah baya yang memakai pakaian tradisional lengkap dengan kupluk di kepala dan jenggot cukup lebat - kini menatap ke diriku. Ia berbicara denganku namun aku sama sekali tak mengerti apa yang diucapkannya. Kucoba untuk bertanya lagi. Namun kembali ia menjawab dengan bahasa dan kata-kata yang tak dapat kumengerti. Mungkin ini bahasa dialek daerah sini atau bahasa kuno atau apa aku tak mengerti. Yang pasti bukan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa standar yang kutahu.

Namun sesungguhnya aku tak terlalu menggubris orang tersebut. Setelah kurasa waktunya cukup bagi kakakku untuk mengenakan pakaiannya secara lengkap kembali, akhirnya kuabaikan orang itu - yang masih terus berbicara dengan aneh - dan aku masuk ke dalam mobil lagi. Dan memang saat itu kakakku telah mengenakan pakaiannya secara lengkap dengan celana panjang dan kemeja yang dilapis di depan kaus tanktop terbukanya untuk menutup bagian atas tubuhnya.

Orang itu terus berusaha mengetuk kaca jendela kakakku. Untuk menghindari orang aneh ini, mobil kupindah ke bagian lain dari halaman yang cukup luas itu. Setelah itu turunlah kami berdua dengan membawa tas bawaan.

Namun orang itu tetap tak menyerah. Ia berjalan mendekati kakakku dan berusaha mengatakan sesuatu yang lagi-lagi tak jelas maksudnya. Mungkin karena kesal, marah, malu, dan merasa terlecehkan oleh orang ini, kakakku membentaknya dengan keras. Tak hanya itu. Saat orang itu terus mengikuti dirinya, kakakku memaki orang itu secara kasar. Saat itu aku hendak mencegahnya bertindak terlalu jauh. Kalau hanya membentak sekali aku bisa memahami karena merasa orang itu tadi berusaha melecehkannya. Namun tak perlu juga sampai harus mengata-ngatai dengan kata-kata yang kasar dan tak sopan. Tempat ini adalah tempat asing bagi kita. Selain itu, bagaimanapun ia adalah orang tua. Bisa jadi ia memang punya gangguan pada pikirannya. Namun kakakku terlanjur mengeluarkan kata-kata kasar kepadanya.

Setelah beberapa saat baru ucapan orang itu mulai aku mengerti. Mungkin karena tersinggung atas makian kasar kakakku, orang itu balik mengancam, "Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi terhadap dirimu malam nanti. Awas nanti....," katanya sambil menatap kakakku tajam.

Orang itu terus membuntuti kami. Namun akhirnya ia berhenti saat kami mulai berada di tempat yang diterangi sinar lampu dekat pintu masuk bangunan losmen. Saat kami masuk ke dalam, orang itu tak mengikuti. Namun ia terus menatap ke arah kami dari luar sambil berdiri di tempat yang agak gelap. Sampai akhirnya orang itu terlupakan sama sekali dalam benakku.

Kami sungguh beruntung. Losmen itu hanya tinggal sisa satu kamar saja. Sungguh tak terbayangkan apabila kami harus tidur di dalam mobil di halaman depan yang gelap dengan bapak setengah umur yang terus-menerus berusaha mengganggu kakakku atau bahkan berpikiran mesum terhadapnya.

Tepat seperti dugaanku, penghuni losmen ini diisi oleh para supir dan kernet truk. Kemunculan kami langsung jadi pusat perhatian mereka. Terutama kakakku. Memang adalah sebuah anomali. Bahkan mungkin baru sekali ini dilihatnya. Seorang gadis muda Chinese yang cantik putih dan bening ada di tempat seperti ini, diantara para supir dan kernet truk antar kota. Sorot mata keheranan, keingin-tahuan, kekaguman sampai kemesuman dan kemupengan tapi juga ada unsur keseganan bercampur aduk jadi satu disini.

Sungguh tak dapat kubayangkan seandainya kakakku tak berganti pakaian dan tetap memakai celana pendek dan kaus tanktop sexy-nya tadi. Saat ini pun ia amat sangat jadi pusat perhatian. Karena memang aura daya tarik kewanitaannya begitu terpancar kuat. Meski telah dibalut dengan pakaian yang jauh lebih sopan dan tertutup. Wajahnya yang memang cantik, kulitnya yang putih, postur tubuhnya yang memang ideal, ditambah dengan kehadiran kami yang sama sekali "di luar dugaan" memang sangatlah kontras dengan isi ruangan yang seluruhnya adalah laki-laki yang terbiasa hidup di jalan yang hiburannya adalah sekelas warung remang-remang daerah pantura.

Suasana ruangan seketika hening. Semuanya terdiam dan menghentikan kegiatan mereka. Aku menganggukkan kepala ke arah mereka sebagai tanda salam bagi semuanya saat kami melewati mereka. Hanya setelah kami meninggalkan mereka dan masuk ke kamar, tiba-tiba terdengar suara riuh dari mereka.

-@@@@@@@@@@@@-

Kamar losmen itu sangatlah sederhana. Tapi semuanya bekerja dengan baik. Kamar mandi dan toilet meski sederhana tapi cukup bersih. Sabun, shampoo, sikat gigi, dll semuanya tersedia. Ada dua ranjang di kamar. Satu ukuran queen di tengah yang tentunya akan ditiduri oleh kakakku. Satu lagi ukuran single di samping dekat jendela kamar yang akan kupakai.

Saat aku keluar sebentar untuk minta air minum, salah seorang dari mereka datang menghampiriku.
"Nanti malam dengan pacarnya jangan terlalu berisik ya," katanya sambil senyum penuh arti.
"Oh dia bukan pacar. Dia kakak saya," kataku dengan cepat.
"Ah masa? Hehehe."
"Iya. Kami dalam perjalanan pulang ke rumah orangtua. Tapi karena macet dan harus mengambil jalur alternatif jadinya kami tidur semalam dulu disini."
Sialan dikirain aku mau "enak-enakan" sama cece-ku sendiri batinku.
"Oh gitu ya. Omong-omong, kakaknya cantik banget. Hehe."
Aku tak menanggapi ucapannya. Sambil tersenyum aku berjalan kembali ke kamar. Di tempat seperti ini tentu bukan hal bijak meninggalkan kakak cewekku sendirian terlalu lama.

Malam itu aku mandi duluan karena aku tak perlu waktu lama. Setelah itu aku membaringkan tubuhku di ranjang kecil. Beruntung aku membawa baju tidur bekas yang masih bisa kupakai lagi sekarang. Setelah itu giliran kakakku masuk ke dalam kamar mandi. Seperti biasa, ia punya lebih banyak "ritual" yang butuh waktu lebih lama di dalam.

Tak terasa aku langsung tertidur. Sejak sampai di tempat ini memang diriku seketika terasa begitu berat. Namun tidurku masih belum terlalu lelap. Sehingga aku masih mengetahui saat kakakku keluar dari kamar mandi. Samar-samar kulihat ia memakai daster tidur hitam dengan rambut yang basah. Rupanya ia keramas juga. Dapat kulihat pula ia tak memakai bra di balik dasternya, seperti biasa yang dilakukannya saat tidur. Karena payudaranya terlihat sedikit bergoyang-goyang saat ia berjalan ke arah ranjangnya. Bodo amatlah. Itu urusan dia. Buatku sih, dia mau telanjang bulat sekalipun juga tak ada efeknya bagiku. Namun sebenarnya aku sedikit mempertanyakan preferensinya yang lebih mengutamakan kenyamanan dibanding keamanan di tempat seperti ini. Tapi mungkin ga masalah juga kali. Toh pintu kamar terkunci ganda, termasuk salah satunya dengan rantai. Karena terlalu ngantuk dan cape aku tak mempedulikan lagi apa yang dilakukan kakakku setelah itu. Bahkan saat sepertinya kudengar ada suara agak berisik seperti orang jatuh atau apa. Aku serasa tak punya energi sama sekali untuk melakukan apapun.

-@@@@@@@@@@@@-

Entah pukul berapa saat aku ngelilir dari tidurku dan mendengar ada suara beberapa orang. Kunyalakan lampu meja dekat ranjang, dan.... ASTAGA!!! Saat itu kakakku sedang dikerubuti oleh tiga laki-laki! Mereka semua dalam keadaan telanjang bulat. Termasuk juga kakakku!! Tubuhnya yang putih mulus begitu kontras bergumul dengan tubuh coklat gelap ketiga laki-laki itu.

Aku mengenali wajah ketiganya. Mereka adalah tiga diantara para tamu losmen ini yang kulihat semalam. Ketiganya usianya sekitar akhir 20 atau awal 30-an. Yang pertama adalah orang yang mendatangiku tadi. Ia dipanggil Jarwo oleh temannya dan dari omongan mereka bertiga setelah ini ia adalah seorang sopir truk dari Lamongan. Yang kedua Marno, kernetnya yang berasal dari Tegal. Yang ketiga punya logat dari wilayah timur. Seorang supir truk lain yang berasal dari Sulawesi Selatan dan dipanggil Wawor oleh kedua temannya.

"Ce, apa yang lu lakukan?!" kataku memanggilnya. Badanku terasa lemah. Aku tak mampu menggerakkan tubuh apalagi bangkit dari tidurku. Sehingga aku hanya mampu berteriak. "Ce!" teriakku lagi. Namun cece-ku sama sekali tak mempedulikanku. Mungkin ia tak mendengar suaraku? Saat itu ia sangat fokus terhadap tiga laki-laki itu. Ia begitu mendedikasikan dirinya seperti layaknya sikap terhadap pasangan tetapnya saat bercinta di ranjang... kepada mereka bertiga.

Jarwo dan Marno sedang asyik mengenyoti payudara putih kakakku dengan putingnya yang kemerahan di kiri-kanan. Sementara Wawor mengemuti vaginanya yang juga berwarna kemerahan dari bawah. Jadi posisi tubuh kakakku saat itu agak-agak "akrobatik" dengan berada di atas yang sebagian ditumpu oleh ketiga pria tersebut. Sikap kakakku saat itu jauh dari sekedar pasif. Mulutnya sibuk menyepong batang penis Wawor - yang terlihat paling besar dari ketiganya - dalam posisi 69 dengan pria itu. Sementara kedua tangannya mengocok-ngocok dan memainkan batang kejantanan dua pria dari Jawa tersebut. Saat itu tentu yang paling diuntungkan adalah Wawor. Namun itu tak jadi masalah bagi ketiganya. Karena mereka bertiga kemudian melakukan rotasi posisi. Sambil mereka berempat saling memuaskan seperti itu, kedua tangan tiga laki-laki itu terus menggerayangi sekujur tubuh putih mulus kakakku termasuk beberapa kali membelai rambut panjangnya yang malam tadi barusan dikeramasinya.

"Ce! Apa lu sudah gila!" teriakku lagi sambil berusaha bangkit. Namun apa daya... diriku sama sekali tanpa tenaga. Sementara kulihat kakakku terus melanjutkan aksi-aksi panasnya dengan mereka. Teriakanku diabaikan oleh mereka. Juga tak sekalipun mereka menoleh ke arahku. Seolah kehadiranku sama sekali tak ada di mata mereka. Sebaliknya, aku dapat melihat seluruh aksi mereka secara nyata dan jelas.

Pandanganku semakin nanar dan berkunang-kunang saat Jarwo kini memainkan penisnya ke dalam vagina cece-ku. Sementara dua rekannya menyaksikan sambil tertawa-tawa. Nampak sececer darah menodai seprei. Darah keperawanan cece-ku setelah dijebol oleh supir itu. Memang sebelumnya kuyakin cece-ku ini masih prewi karena memang dia termasuk cewek alim meski banyak cowok yang naksir kepadanya.

Anehnya kakakku sama sekali tak melawan. Seolah ia tak masalah kehormatannya dilanggar. Justru ia terlihat sangat menikmati sodokan-sodokan penis supir ini di dalam dirinya. Suara desahannya sambung-menyambung memenuhi seluruh ruang kamar. Jarwo yang tadi memperingatiku untuk "tidak terlalu berisik dengan pacarnya", kini justru membuat cece-ku jadi sangat berisik sekali.

Setelah itu giliran Wawor. Kembali suara melengking-lengking memenuhi isi ruangan. Genjotannya yang mantap dan bertenaga membuat seluruh tubuh kakakku bergoyang-goyang. Termasuk payudaranya yang jadi berputar-putar.
"Wah mantap genjotan lu Wor. Sampe bikin nonik ini jadi menggelinjang-gelinjang gitu."
"Iya liat tuh... susune sampe muter-muter gitu. Hahahaha."
Kedua rekannya menonton dari samping sambil tertawa-tawa.

Setelah cukup puas menggenjot cece-ku, Wawor kini mengoperkannya ke Marno. Kernet itu melakukan gaya yang berbeda. Kalau dua temannya tadi menyetubuhi dalam posisi konvensional, kini ia melakukannya dengan posisi doggy style. Digedor-gedornya vagina cici-ku dari belakang. Membuat tubuhnya jadi ikut tergoyang-goyang maju mundur.
"Hahahaha....," tawa mereka berdua menyaksikannya. Saat payudara ukuran 34C milik kakakku bergoyang-goyang dan dimainkan oleh kedua tangan Marno sementara penisnya terus menyodok keluar masuk secara bertubi-tubi.
"Wuih. Mantap banget nih amoy," kata kernet itu sambil terus menggenjoti cici-ku.
"Mimpi apa kita semalam.... hahaha..."

Setelah semuanya mendapat giliran dan jatah yang cukup, selanjutnya adalah adegan bebas. Mereka bertiga bergantian menikmati Cie Angeline semaunya. Malam itu kakakku sungguh berubah. Dari yang sebelumnya cewek alim bahkan masih prewi, kini jadi cewek liar yang rela dirinya dimainkan oleh laki-laki jalanan itu... yang tak hanya satu namun tiga sekaligus!!! Tak hanya sekedar menikmati, bahkan ia juga cukup aktif memuaskan ketiga laki-laki tersebut seperti layaknya terhadap suami sesungguhnya.

Tak dapat kubayangkan seperti apa reaksi orangtuaku kalau tahu kelakuan anak gadis kesayangannya saat ini. Sementara aku sungguh tak berdaya. Hanya bisa menyaksikan aksi mereka berempat itu di depan mataku. Seluruh tubuhku terasa lemas dan tak bertenaga. Dengan satu perkecualian.... karena rupanya penisku menegang kencang sedari tadi. Sungguh gila rasanya bahwa aku malah jadi sange melihat kakak perempuanku dijadikan mainan tiga pria rendahan itu. Juga dengan respon serta "aksi balasan" kakakku terhadap ketiga laki-laki itu. Seluruh adegan-adegan erotis yang pernah kutonton di JAV kini dipraktekkan oleh kakakku dan mereka bertiga secara hidup dan nyata dari jarak yang begitu dekat. Ditambah beberapa aksi yang bahkan belum pernah ada di film-film bokep yang pernah kutonton.

Malam itu tak terhitung berapa kali banyaknya cece-ku orgasme. Jauh melebihi dari saat aku pernah beberapa kali memergokinya melakukan masturbasi.

Pergumulan mereka diakhiri dengan dikeluarkannya air mani tiga laki-laki tersebut ke tubuh cici-ku. Jarwo menumpahkan seluruh isi penisnya di dalam vagina Cie Angeline. Seketika membuatku membatin.... waduuh, gawat nih kalo nanti cece-ku hamil karena mani supir ini. Wawor dengan semprotan air pejuh-nya yang kuat menyemprot ke beberapa bagian wajah dan rambut Cie Angeline. Sementara Marno menumpahkan spermanya ke sepasang payudara gadis amoy berusia 22 tahun di depannya itu. Membuat kedua puting kemerahan kakakku mendapat "toping" "susu kental putih".

Bersamaan dengan adegan klimaks mereka, aku pun juga mencapai klimaks. Seluruh pejuh dalam penisku menyemprot keluar tanpa dapat terbendung. Entah ini termasuk mimpi basah atau apa, yang pasti ini adalah ejakulasi paling hebat yang pernah kurasakan. Bahkan melebihi ML sesungguhnya yang pernah kulakukan....

-@@@@@@@@@@@@-

Aku terbangun saat waktu menunjukkan pukul 07.45. Rupanya tak peduli secapek apa, jam biologiku tetap berjalan. Sungguh mimpi yang gila dan aneh, batinku. Apalagi saat kuperiksa diriku, ternyata ada bekas sperma begitu banyak di celana dalamku. Artinya aku betul-betul mengalami mimpi basah hebat. Dan terasa begitu nyata!

Seketika aku menoleh ke arah ranjang tempat cici-ku tidur. Ia tak ada disana! Kemana dia, batinku agak panik. Apalagi saat kuingat mimpi basahku tadi malam.

Namun seketika aku jadi lega saat kulihat lampu kamar mandi menyala dan ada suara air berkecipakan di dalamnya. Tak lama kemudian keluarlah kakakku dari dalam kamar mandi. Rupanya ia telah bangun terlebih dahulu dan kemudian mandi.

"Pagi bener bangunnya Ce," kataku begitu melihatnya. Untung semua itu hanya mimpi, batinku. Sebuah mimpi gila... tapi enak hahaha, batinku sambil merasakan celana dalamku yang jadi kaku akibat tumpahan seluruh sperma yang kini telah mengering.

"Loh, keramas lagi," kataku. Padahal malam sebelumnya ia barusan keramas. Dan juga kalo begini artinya dia sudah bangun sejak pagi-pagi banget. Karena aku tahu "ritual" dia di kamar mandi yang cukup lama apalagi kalo sampe keramas segala. Mungkin dia sudah bangun sejak jam 7 lewat dikit. Padahal semalam dia tidur lebih belakangan dariku.
Pikiranku terbayang mimpi semalam saat air pejuh Wawor mendarat di berbagai tempat di rambutnya. Oleh karena inikah makanya ia lalu keramas pagi-pagi gini?

"Iya soalnya bantalnya ga bersih. Bikin rambutku jadi pliket (lengket) dan agak bau. Memang dasar losmen murahan," katanya lagi sambil kembali mengomel tentang tempat ini. "Badanku juga kerasa kotor. Makanya mandi lagi."
Sementara aku membatin, tentu saja pagi ini jadi pliket dan bau. Karena semalam abis mandi pejuh.

"Lagian aku ga bisa tidur semalaman. Sekarang badan jadi lemes semua kayak habis olahraga berat. Jadi daripada bau terus, mendingan mandi dan keramas sekalian."
Iya lah ce, semalam memang lu abis "olahraga berat", batinku lagi.

"Loh kok ada darah?!" seruku kaget saat melihat ada darah di ranjangnya. Sececer darah yang menodai seprei saat cece-ku diperawani oleh Jarwo dalam mimpiku semalam. Di posisi yang kurang lebih sama dengan yang kulihat sekarang.

"Iya gara-gara lemari kecil sialan ini," jawab kakakku menunjuk lemari kecil dekat ranjangnya yang memang kulihat posisinya menghalangi. "Tadi malam aku kejeduk ini dan terjatuh. Jari kelingkingku tergores ujung kaki ranjang yang kayunya nonjol keluar," katanya sambil memperlihatkan jari kelingkingnya. Memang ada bagian kayu menonjol yang berpotensi membuat luka. Juga di jarinya terlihat ada bekas luka baru yang masih belum mengering.
Saat aku merasa ada suara berisik seperti orang terjatuh itu... mungkin ini saat ia tersandung lalu jatuh.

"Awalnya kupikir ga keluar darah karena ga kerasa perih. Tapi ternyata keluar cukup banyak saat aku sudah mau tidur."
Hmmm.... Jadi sebenarnya itu darah yang keluar dari jari kelingkingnya atau darah keperawanannya? Batinku.

"Aduh, masih pegal dan linu," kata kakakku memegangi pangkal pahanya.
"Nih," disingkapnya rok dasternya sebentar untuk diperlihatkannya pangkal pahanya yang memang kemerahan. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih. (Seperti kubilang sebelumnya, kakakku ini memang tak merasa risih pahanya terlihat olehku selama ada keperluannya seperti saat ini hendak menunjukkan bekas jatuhnya kemarin). Namun pikiranku tertuju ke mimpi semalam dimana dia dijadikan bulan-bulanan oleh tiga laki-laki sekaligus.
Ya tentu saja sekarang pangkal pahanya jadi pegal-pegal, batinku lagi.

Seperti malam sebelumnya, ia memakai daster yang sama tanpa bra di baliknya. Terlihat payudaranya yang memang cukup berisi jadi bergoyang-goyang karenanya. Bahkan sempat juga terlihat beberapa kali kedua putingnya yang mengeras dan menembus dasternya. Lagi-lagi buatku sebenarnya ga ada efeknya kalau dengan dia. Aku bukan cowok kuper yang diam-diam punya pikiran kotor dengan kakak sendiri. Aku sudah beberapa kali melihat tubuh cewek telanjang bahkan menikmatinya. Jadi aku sama sekali tak tertarik dengan cece-ku ini, terlepas seberapa cantik dan menariknya dia. Namun kini pikiranku kembali terbayang saat payudaranya sedang asyik dimainkan rame-rame oleh Jarwo, Wawor, dan Marno dengan tangan, mulut, lidah, dan penis mereka.

"Ngeliatin apa!" Bentakan cece-ku seketika membuyarkan lamunanku. Wajahku jadi memerah seperti maling yang ketangkap basah. Tanpa kusadari sambil melamun pandanganku tertuju ke dadanya. Sehingga seolah aku sedang memelototi payudaranya yang saat itu kedua putingnya menembus dasternya.
"Sori, sori, aku sedang melamun," kataku karena memang saat itu aku sedang melamunkan sesuatu hehe. Setelah itu sikapnya kembali normal. Ia seperti dapat menerima penjelasanku. Sementara ia juga tak berusaha menutupi dirinya atau apa. Karena memang sejak itu aku langsung mengalihkan pandanganku. Juga karena rekam jejakku yang memang tak pernah berbuat aneh-aneh ke dirinya.
"Udah lu buruan mandi sana. Sementara aku ganti baju. Supaya kita bisa segera meninggalkan tempat ini," katanya.

Tanpa babibu segera aku berjalan menuju kamar mandi. Karena memang aku juga ingin segera melanjutkan perjalanan. Selain juga aku ingin berganti celana dalam. Agak risih juga memakai celana dalam penuh dengan pejuh di dekat kakak cewekku ini. Apalagi pejuhku keluar akibat mimpi basah semalam dimana dia menjadi "aktris JAV-nya" yang di-gangbang tiga pria sekelas supir dan kernet truk.

Sebelum ke kamar mandi kusempatkan untuk mengecek keadaan pintu kamar. Kondisinya masih sama persis dengan saat aku menguncinya semalam. Termasuk posisi rantai penguncinya. Sementara jendela yang menghadap ke halaman tertutup rapat oleh tirai dan sama sekali tak dapat dibuka. Sehingga dapat kupastikan bahwa tak ada orang lain yang masuk ke dalam kamar ini.

-@@@@@@@@@@@@-

Di pagi hari yang cerah seperti ini suasana losmen jadi begitu berbeda. Malam kemaren ada kesan angker ditambah kemungkinan ancaman terhadap kita. Terutama kakakku. Kemarin aku ibarat seperti mengawal seorang perawan di sarang kaum preman saja. Apalagi saat mereka semua memperhatikan kita.

Namun kini suasana sungguh berbeda. Ternyata di losmen ini juga terdapat beberapa wanita yang bekerja disana. Termasuk juga pemilik losmen ini yang ternyata seorang ibu-ibu setengah baya. Sementara para sopir dan kernet yang kami lihat saat itu juga semuanya bersikap sopan. Tak ada tatapan mata liar terhadap kakakku. Bahkan mereka juga bersikap sewajarnya terhadap para pembantu wanita yang ada disana. Tak ada ucapan-ucapan usil atau godaan-godaan terhadap mereka.

Sementara ibu pemilik losmen itu dengan ramah bertanya kepada kami apakah semuanya baik-baik saja. Membuat kakakku yang dalam hatinya sebenarnya tidak suka dan menganggap losmen ini murahan jadi tersenyum ramah dan sempat bercakap-cakap dengan ibu itu.

Jadi hal-hal miring yang ada dalam pikiranku semalam hanyalah bayangan ketakutan dalam diriku yang muncul ke permukaan sajakah? Memang tempat ini tergolong losmen kelas melati level kampung. Tapi selain dari itu, sejatinya semuanya baik-baik saja. Dari sikap dan cara penanganan ibu pemilik losmen ini yang begitu berbudaya dan teratur, rasanya sungguh aneh dan muskil kalau bisa terjadi perbuatan tak senonoh secara ekstrim seperti dalam mimpiku semalam. Apalagi terjadi terhadap kakakku. Karena bahkan terhadap para pembantu wanitapun, mereka semua bersikap sopan di depan ibu ini.

Sampai ketika kami tiba di parkiran depan....
Kulihat Wawor dan Marno sedang duduk-duduk di bawah pohon.
"Paling enak minum susu putih," kata Marno sambil menatap kakakku.
"Susu putih sing pentil-e abang (merah) yo," timpal Wawor dengan logat Jawa yang agak kaku.
"Susu bagian kiri yang ada andeng-andeng (tahi lalat) nya di samping," kata Marno lagi.

Membuatku agak terkejut. Dulu saat kakakku kelas 3 SMA pernah secara tak sengaja aku melihat dirinya telanjang bulat. Saat dia baru selesai mandi dan lupa mengunci pintu kamarnya. Ucapan Marno itu mirip dengan deskripsi fisik kakakku. Ini mereka sekedar komentar acak tapi secara kebetulan pas atau apa?

"Wes ga perawan nonik e iki."
"Kemaren waktu datang masih, tapi sekarang sudah nggak."
"Wuuenak pol!"
"Ayo maen lagi Nik."
"Hahahahaha," mereka berdua tertawa-tawa dengan sikap seolah beneran telah menikmati kakakku.
Wajah kakakku agak merah karena sadar kalau dirinyalah yang diomongkan oleh dua mulut usil itu. Namun ia tak menggubrisnya. Segera ia masuk ke dalam mobil duduk di sebelah kiri depan.

Sebelum berangkat aku memeriksa keempat ban mobil untuk memastikan semuanya dalam keadaan baik. Saat itu muncullah Jarwo yang langsung menghampiriku.
"Mau berangkat sekarang?"
"Iya. Bapak sendiri juga akan melanjutkan perjalanan?"
"Iya kita semua juga."
"Setelah beristirahat dan tidur semalam ya," ujarku sambil tersenyum.
"Iya. Setelah istirahat dan juga habis ngerasain pengalaman enak. Hehehe," katanya dengan senyum penuh arti.

"Ngomong-ngomong... cece-mu cantik banget ya. Sexy pula. Enak banget digenjoti di ranjang," cerocosnya tiba-tiba tanpa tedeng aling-aling.
"Apalagi dipake rame-rame bertiga. Hahahaha."
Membuatku begitu terkejut. Terutama bagian yang tebal itu.

Sebelum aku sempat menjawab ia terus nyerocos.
"Susssunya itu mantaappp. Ternyata enak banget nggenjot amoy. Ada kepuasan tersendiri haha. Onderdil dalamnya merah lagi. Apalagi kalo memerawani kayak tadi malam. Sekarang sudah ga perawan lagi cece-mu. Hahahaha," kata Jarwo penuh rasa kebanggaan.

"Tapi omong-omong hebat juga tuh cece sampeyan. Liar di ranjang. Padahal masih perawan tapi aksi-aksinya.... wuihhh, ga kalah sama janda berpengalaman penuh hahaha. Bahkan dilawan bertiga juga tetap mampu melayani sampai kita puas banget."

"Bener ga, Wor, Marno," teriaknya dengan kencang ke dua orang itu.
"Apa?" balas salah satunya sambil berteriak balik karena tak mendengar perkataan Jarwo sebelumnya.

Dengan memaksakan diri bersenyum aku berkata, "Ok aku jalan duluan Pak," kataku sambil langsung meninggalkan orang itu dan masuk ke dalam mobil. Sungguh beruntung kakakku telah masuk ke dalam mobil duluan sehingga ia tak mendengar kata-kata Jarwo yang jauh lebih vulgar dibanding dua temannya tadi.

Begitu masuk mobil segera kujalankan mobilku. Dari kaca spion kulihat Jarwo berjalan mendekati dua temannya yang lalu mereka terlihat asyik berbicara dan tertawa-tawa sambil memandangi mobil kami yang berjalan meninggalkan tempat itu.

Berbeda dengan malam sebelumnya perjalanan pagi ini berlangsung dengan sangat lancar. HP kami mulai mendapat sinyal kembali dan aku mulai mendapat arah. Ternyata tempat ini tak begitu jauh dari kota tujuan kami. Lalu lintas juga cukup lengang. Sementara kakakku tertidur terus di hampir sepanjang perjalanan. Membuatku dapat berkonsentrasi penuh mengendarai mobilku ini. Sekitar 3 jam kemudian akhirnya tibalah kami di rumah kedua orangtua kami dengan selamat.

Hanya saja sejumlah pertanyaan tersisa dalam diriku. Bagaimana ceritanya ketiga orang itu bisa mengeluarkan celetukan yang isinya sama, yang juga sepadan dengan mimpiku semalam?

Namun pada akhirnya aku tak berpikir panjang akan hal itu. Yang pasti malam kemarin aku memang mengalami mimpi basah yang hebat akibat pikiran ketakutan dalam diriku akan kemungkinan cici-ku bakal diperkosa rame-rame oleh mereka. Selain juga diriku kemarin begitu kecapaian. Jadi tak heran kalau muncul pikiran-pikiran aneh.

Mengenai semua celetukan iseng mereka itu, kuanggap karena mereka bertiga memang terobsesi terhadap kakakku. Bisa jadi mereka melakukan "pembahasan" sebelumnya. Sehingga mereka memiliki fantasi yang sama. Lalu mengenai adanya kesamaan ciri, ya mungkin itu hanyalah kebetulan belaka. Lagipula memang sudah menjadi mitos umum kalau cewek yang kulit luarnya putih isi onderdil dalamnya berwarna merah.

Yang pasti kakakku punya alibi cukup kuat terhadap semua yang "kulihat" dalam mimpiku semalam. Darah di seprei akibat jarinya yang memang kulihat ada bekas terluka. Pangkal pahanya yang pagi ini terasa pegal dan ngilu akibat terbentur keras lalu terjatuh semalam. Ini diperkuat dengan diriku yang juga sayup-sayup mendengar suara orang tersandung dan jatuh. Perihal dirinya yang bangun pagi-pagi lalu mandi dan keramas lagi, itu karena dia tak terbiasa dengan losmen murahan yang seprei dan bantalnya dianggap bau. Lagian maklum, selama ini memang ia selalu bersikap seperti "tuan puteri" yang begitu elitis. Lalu kenapa ia tertidur terus di dalam mobil, ini bukan karena dirinya kecapean gara-gara habis melayani tiga laki-laki sekaligus semalam. Tapi karena ia tak bisa tidur di losmen itu hampir semalaman. Itu sebabnya ia langsung bangun pagi-pagi. Sementara kalau semalam memang benar ia berhubungan badan dengan tiga laki-laki itu, tak mungkin pagi ini ia berani bersikap seperti itu terhadapku saat aku tak sengaja menatap dadanya dengan cukup lama. Ia akan bersikap seperti takut ketahuan. Sementara sikapnya tadi saat menghardikku sungguh cocok dengan karakternya selama ini dalam keadaan normal.

Terakhir dan ini faktor penguncinya, pagi tadi saat kulihat pintu kamar dalam keadaan terkunci rapat. Sama persis dengan keadaan malam sebelumnya. Jadi tak ada orang luar yang masuk ke dalam kamar kami. Kalau tak ada orang yang masuk, maka berarti tak mungkin ada kejadian adegan ranjang seperti yang ada dalam pikiranku kemarin.

Jadi semua itu hanyalah mimpi. Sebuah mimpi yang enak tapi hehe. Tapi mimpi tetaplah sebuah mimpi. Sama sekali bukan kenyataan. Sampai akhirnya semua itu jadi terlupakan olehku.

-@@@@@@@@@@@@-

"Eh, kok jadi melamun lama," bapak itu tiba-tiba menyadarkan pikiranku.
"Pak, menurut bapak mungkinkah beberapa orang berpindah ke dimensi ruang dan waktu secara bersamaan lalu mengalami peristiwa yang sama secara bersamaan?" tanyaku sambil berpikir keras. Kini aku jadi mengingat kembali hal itu dengan seluruh detilnya. Dan, pandangan bapak ini mengenai kejadian yang "secara fisik tak terjadi namun secara esensi telah terjadi" membuatku jadi berpikir ulang dan mempertanyakan kembali "mimpi" yang kualami waktu itu.

"Oh itu mungkin saja tapi agak sulit terjadi. Karena para pelakunya harus sama-sama punya niat dan pemikiran yang sama. Ada perbedaan sedikit saja, maka akan terjadi ketidak-selarasan. Misalnya, kita berdua sama-sama punya pikiran untuk melancong ke pantai. Saya merasa pergi bersama anda tapi anda merasa pergi sendirian maka pengalaman kita tidak akan sama."

Jawaban bapak ini membuatku memikirkannya kembali. Berdasarkan logika bapak ini, berarti saat itu Jarwo Wawor dan Marno punya mimpi / penglihatan yang sama karena mereka bertiga sama-sama punya pikiran mupeng untuk meng-gangbang kakakku. Sementara aku sendiri saat itu merasa tegang bahkan agak ketakutan menjaga kakak cewekku di tempat yang serasa sarang preman. Jadinya ketakutanku termanifestasi dalam mimpi yang serupa dengan mereka bertiga. Namun mereka tak melihat keberadaanku karena dimata mereka aku sama sekali tak eksis. Karena yang ada dalam pikiran mereka adalah keinginan untuk menggarap kakakku. Sementara kakakku sendiri justru tak mendapatkan mimpi / penglihatan atau merasakan apa-apa. Karena dalam dirinya tak ada pemikiran nyeleneh seperti kami - meski dalam penglihatan kami berempat ia sama-sama menjadi "aktris" utamanya.

"Kok melamun lagi. Sepertinya anda sangat mendalami sekali. Apakah Dik Marcel pernah mengalami kejadian yang membuat anda bertanya-tanya apakah terjadi beneran atau tidak?" tanyanya sambil tersenyum.
"Ah nggak. Saya hanya berusaha menyelami kata-kata Bapak saja," kataku berbohong karena tentu tak mungkin aku menceritakan mimpi nyeleneh-ku tentang kakakku saat itu.

Kini semuanya cukup jelas. Memang agak aneh "mimpi berjamaah" kami ini. Tapi tetaplah menurutku itu hanyalah mimpi sepihak dari kami saja. Bukan "kejadian non fisik tapi secara esensi beneran terjadi" yang dimaksud bapak ini tadi.

Saat itu aku hendak berpamitan untuk melanjutkan perjalananku. Namun bapak ini melanjutkan ceritanya yang membuatku tertahan karena cukup menarik perhatianku kembali.
"Meskipun orang kota tapi kok sepertinya Dik Marcel tertarik dengan hal-hal yang berbau supranatural ya. Oleh karena itu, baiklah saya akan bercerita lagi."

"Tadi Dik Marcel menyinggung tentang "genderuwo". Sebenarnya disini juga ada mitos tentang itu. Sekitar satu abad lalu desa ini pernah geger gara-gara ada sejumlah kasus dimana para istri berhubungan badan dengan "suaminya" padahal suaminya ada di tempat lain. Bahkan pernah ada kejadian suaminya sedang tertidur di ruang tamu saat istrinya sedang bersetubuh dengan sosok yang serupa dengan suaminya di kamar tidur. Ternyata semua itu akibat ulah satu makhluk - genderuwo atau apa - yang memang suka mengganggu perempuan terutama istri orang."

"Tapi untungnya ada "Mbah penunggu desa" yang bertarung dan mengalahkan genderuwo tadi. Alat vitalnya berhasil dihancurkan. Sejak itu ia tak mampu lagi menggauli manusia perempuan secara fisik."

"Sayangnya kekalahannya tidaklah tuntas. Ia masih memiliki kemampuan menggoda wanita. Bahkan sampai sekarang. Tetapi dengan cara meminjam tangan. Saat ia terpikat dengan seorang wanita dan disitu ada laki-laki lain bukan pasangannya yang juga punya pikiran kotor terhadap wanita tersebut, maka ia bisa mempengaruhi pria tadi untuk menggauli wanitanya. Di saat hubungan terlarang laki-laki dan perempuan itu terjadi, disitulah ia mendapat "makanan" untuk batinnya. Hubungan badan itu bisa terjadi beneran secara fisik atau berlangsung seperti mimpi / penglihatan. Baik nyata atau gaib, saat hubungan terlarang itu terjadi ia akan membuat sang wanita jadi melonjak birahinya. Sehingga ia bersedia melakukan hubungan seksual dengan pria bukan pasangannya tersebut. Namun setelah itu sang wanita tak dapat mengingat kalau ia telah berhubungan badan dengan seorang laki-laki. Juga setelah itu ia akan punya keinginan untuk membersihkan diri selain juga secara fisik akan merasa sangat kecapaian. Karena semua itu berjalan secara tidak natural. Sebaliknya, bagi prianya ia mampu mengingat dengan jelas kalau ia telah berhubungan badan dengan wanita tersebut."

"Kalau di rumah atau tempat kejadian ada suami atau keluarga dekat laki-laki dari wanita calon korbannya itu, maka ia memiliki kemampuan untuk menyirepnya sehingga tertidur dan tak dapat menganggu hubungan terlarang yang akan terjadi".

"Kapan ia terpikat dengan perempuan? Sama seperti manusia laki-laki, semakin cantik dan menarik wanita itu semakin tinggi pula rasa terpikatnya. Namun itu saja tak cukup membuatnya untuk melakukan aksi jahilnya. Wanita tersebut harus melakukan sesuatu yang diluar kaidah normal. Misalnya kalau ia melihat ada seorang wanita berjalan sendirian di tempat sepi selepas maghrib. Atau lebih parah lagi, ia melihat ada perempuan melepas penutup tubuhnya secara tak pantas di tempat yang tidak semestinya."

"Tapi untungnya kita punya "Mbah penunggu desa" itu yang senantiasa selalu ikut campur setiap kali makhluk jahil tersebut berniat menjalankan aksinya. Pada saat itu ia akan muncul dan memperingatkan wanitanya. Sayangnya, kadang usahanya ini tak selalu berhasil. Karena justru malah niatnya suka disalah-pahami. Terutama kalau wanita tersebut punya sifat tinggi hati. Atau kalau ia sedang kecapean baik fisik maupun mental, dalam keadaan marah, mengeluh, tak puas dengan keadaan, dll."

"Tadi bapak mengatakan kalau genderuwo atau makluk tersebut suka menjahili terutama wanita yang sudah bersuami. Apakah itu berarti kalau masih gadis akan aman dari gangguannya?" tanyaku. Sekedar catatan, cece-ku masih gadis dan belum bersuami. Bahkan ia masih perawan.

"Selama ini memang sebagian besar sasarannya adalah wanita yang telah bersuami. Karena ini sasaran yang lebih mudah. Tapi pernah juga beberapa kali ia berupaya mengganggu seorang gadis yang belum bersuami. Tapi biasanya ini karena ada sebab yang luar biasa. Mungkin karena gadis itu memang luar biasa cantiknya sehingga membuat birahinya seketika melonjak. Dan ia lalu berbuat satu hal yang fatal. Seperti melepas penutup tubuhnya secara tak semestinya selepas maghrib saat ia ada di dekat situ. Karena maklum saja, di jaman sekarang banyak gadis yang sudah tidak betul-betul gadis lagi. Bahkan tak sedikit yang kelakuannya melebihi wanita yang telah bersuami atau janda. Tapi terlepas dari itu, bahkan gadis yang masih asli murni perawan pun juga bisa disasarnya kalau perawan itu mampu membuat dia begitu tertarik dan di saat bersamaan berbuat satu hal fatal. Meski saya belum pernah dengar ada kejadiannya."
Hmm, bisa jadi dalam hal ini aku lebih tahu tentang kasusnya daripada dirimu, Bapak, batinku dengan senyum kecut.

"Tapi, nafsu birahi terhadap calon korbannya saja masih belum cukup. Ia harus menemukan manusia lelaki bukan pasangan yang juga punya pikiran kotor terhadap wanita tersebut. Selama tak ada lelaki tersebut maka ia juga tak dapat berbuat apa-apa terhadap wanita tersebut."

"Disisi lain, apabila nafsunya begitu besar dan di situ ada beberapa laki-laki yang punya pikiran mupeng, maka ada kemungkinan ia mampu menggerakkan lebih dari satu laki-laki untuk menggauli seorang perempuan. Tapi lagi-lagi selama ini saya belum pernah mendengar ada kejadian seperti itu."
Lagi-lagi, sepertinya untuk hal ini aku lebih tahu dibanding anda, batinku kembali dengan senyum masam.

"Pertanyaan terakhir Pak, sebelum saya harus melanjutkan perjalanan sebelum hari gelap," kataku. "Tadi bapak katakan skandal yang terjadi bisa berlangsung secara gaib berupa penglihatan. Tapi juga bisa kejadian nyata? Apa faktor pembedanya?"

"Lagi-lagi itu semua tergantung seberapa tinggi nafsunya terhadap perempuan calon korbannya. Juga seberapa tinggi nafsu laki-laki yang berhasil dipengaruhinya. Apabila keduanya sangat tinggi dan secara fisik / material memungkinkan untuk terjadi , maka hubungan terlarang bisa saja terjadi secara nyata."

-@@@@@@@@@@@@-

Sesampai di hotel tempatku menginap, aku memikirkan semua ini.

Sebelumnya aku menganggap semua itu hanyalah mimpiku saja. Sementara hal-hal diluar itu terjadi secara kebetulan. Namun setelah mendengar omongan bapak itu kini aku jadi tak begitu yakin lagi. Kemungkinan mimpi masih berlaku. Namun kemungkinan lainnya juga bisa saja terjadi. Baik itu kejadian secara "gaib" dimana "secara fisik dianggap tak terjadi bahkan tak mungkin dapat terjadi namun secara esensi telah terjadi". Atau bahkan kejadian nyata yang betul-betul terjadi secara fisik.

Kalau diurut dari awal secara kronologis:

Saat mobil kita memasuki halaman depan losmen itu, "ia" (sebut saja demikian) telah tertarik dengan kakakku. Saat kakakku melepas celana pendeknya bahkan celana dalamnya ikut tertarik ke bawah, tanpa sadar cece-ku ini telah melakukan pelanggaran fatal yang membuat "ia" jadi bersorak gembira.

Sosok pria setengah baya - yang adalah si "Mbah penunggu desa" - lalu tiba-tiba muncul dengan niat baik memperingati kakakku. Itu sebabnya ia muncul secara tiba-tiba tanpa kita berdua ketahui sebelumnya. Karena memang ia bukan manusia biasa. Itu pula sebabnya ia menghindari tempat terang. Namun upayanya justru disalah-pahami oleh cece-ku. Bahkan dianggap berusaha melecehkan. Ini sesuai dengan semua penjelasan bapak itu. Karena memang cece-ku termasuk orang yang cukup tinggi hati. Sementara saat itu ia dalam kedaan cape, kesal, tak puas dengan keadaan yang semua itu makin menjauhkan niat baik pihak yang berupaya menolongnya.

Jalan kini terbuka lebar bagi "ia" untuk mewujudkan niatnya menjahili kakakku. Juga bukanlah hal sulit untuk menemukan tiga orang lelaki yang memiliki rasa mupeng terhadap kakakku, sesuai dengan tingkat nafsu birahinya. Tinggal dipilih tiga orang yang paling mupeng diantara mereka yang bisa dipengaruhinya, yaitu Jarwo, Wawor, dan Marno.

Badanku terasa berat dan aku merasa sangat mengantuk akibat ilmu sirep yang dilakukannya terhadapku sebagai anggota keluarga laki-laki yang berada dekat dengan kakakku.

Malam itu kakakku memang tersandung lalu terjatuh dan jarinya terluka. Di teori kemungkinan sebelumnya ini menjadi alibi untuknya. Namun di teori kemungkinan kali ini, ini adalah kejadian sampingan yang terjadi secara kebetulan yang tak mengubah rangkaian kejadian selanjutnya.

Bagaimana mereka bertiga dapat masuk ke kamar kami adalah sebuah hal yang tak kuketahui. Bisa jadi saat itu kakakku ingin membuang sampah lalu membuka pintu kamar dan saat itu bertemu dengan tiga orang itu. Karena dirinya telah kena pengaruh birahi maka terjadilah semuanya itu. Atau mungkin mereka yang mengetuk pintu kamar dan kakakku yang lagi-lagi tidak dalam keadaan normal langsung membukanya. Apapun itu, itu adalah sebuah detil kecil yang tak penting. Kunci pintu kamar itu memang sulit untuk dibuka dari luar. Namun sangatlah mudah dibuka kalau niat untuk membuka datang dari dalam.

Sehingga terjadilah semua adegan yang kulihat saat itu. Terbukti dengan noda darah di ranjang sebagai bukti tanda telah diperawaninya kakakku oleh mereka bertiga terutama Jarwo yang pertama kali menjebol cici-ku.

Tak lama setelah "pertempuran" mereka berakhir, saat hari telah menjadi pagi, kakakku mandi dan keramas sesuai ucapan bapak itu sebagai akibat dari apa yang barusan terjadi. Selain juga hal yang sangat masuk akal untuk bebersih diri sehabis "dipejuhin" mereka bertiga. Untuk menghilangkan sesuatu yang lengket dan berbau itu.

Pangkal pahanya yang dirasakan begitu pegal-pegal dan dirinya yang merasa baru saja melakukan "olahraga berat" memperkuat itu semua.

Sikap kakakku yang langsung mengkonfrontasi diriku saat secara tak sengaja aku menatap lama ke arah dadanya juga mudah dijelaskan. Karena kakakku tak ingat akan kejadian semalam. Alih-alih mengetahui dirinya habis melayani tiga laki-laki sekaligus! Ia merasa sama seperti biasa. Sehingga ia juga tetap bersikap seperti biasanya. Hal ini sesuai dengan penjelasan bapak itu. Hanya dua supir dan satu kernet itu selain diriku yang tahu apa yang terjadi.

Sehingga mereka bertiga dengan cukup pede mengatakan semua itu kepadaku. Sementara kakakku menganggap itu sebagai ucapan usil dari dua orang rendah dan tak berpendidikan. Jadi untuk apa diladeni. Sementara mereka bertiga merasa telah mendapat durian runtuh semalam.

Hari itu kakakku tertidur pulas di sepanjang perjalanan. Tak hanya itu. Sesampainya di rumah juga ia masuk ke dalam kamarnya dari sore untuk tak keluar lagi sampai esok paginya. Ini sesuai dengan penjelasan bapak itu juga. Selain juga memang masuk akal setelah habis "wayangan" semalaman dengan tiga lelaki itu.

Lalu bagaimana aku yang tertidur mampu melihat semua itu? Ini karena diriku memiliki hal aneh. Telah terjadi padaku beberapa kali sebelumnya dimana aku mampu melihat dan mendengar di sekitarku saat secara fisik sedang tertidur. Hal ini biasanya terjadi saat aku begitu kelelahan. Sampai suatu hari aku pernah memasang kamera video saat sedang tidur. Aku sadar dalam tidurku dan disitu aku merasa menyalakan lampu, berbuat sesuatu dan berteriak di saat tidur. Namun hasil video menunjukkan aku tak melakukan apapun dan tak ada suara teriakanku. Meski aku mampu melihat seluruh isi ruangan kamarku. Juga mampu mendengar alunan musik lembut yang sengaja kunyalakan untuk membuktikan semua itu. Hanya saja aku tak dapat melakukan sesuatu yang bersifat aktif seperti berbicara atau bertindak sesuatu. Oleh karena itu saat aku (merasa) berteriak memanggil kakakku, tak ada yang mendengar suaraku. Karena suaraku tak keluar. Aku hanya berteriak dalam tidurku. Bagi mereka aku sedang tertidur lelap. Tapi sebenarnya saat itu indera pasifku (penglihatan, pendengaran, dll) semuanya berjalan.

Pada akhirnya, berbagai peristiwa yang dialami kakakku bisa dijadikan alibi, namun juga bisa dijadikan barang bukti keterlibatannya. Tergantung teori kemungkinan mana yang dipakai.

Jadi antara mimpi, kejadian gaib, dan kejadian nyata... manakah yang benar?
 
menurut cerita kakek nenek...memang dulu banyak terjadi kejadian istri yg di gauli genderuwo...tapi sekarang sepertinya cerita itu udah hilang walaupun hidup dipedesaan yg masih banyak kebun/hutan...
 
menurut cerita kakek nenek...memang dulu banyak terjadi kejadian istri yg di gauli genderuwo...tapi sekarang sepertinya cerita itu udah hilang walaupun hidup dipedesaan yg masih banyak kebun/hutan...
Bener hu. Dulu sampe hampir tiap rumah di tempat ane sering pake daun kelor di pintu nya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd