Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Antara Aku, Kamu, dan Para Pengejarmu

Bab 7 ..***d, aku malu...

Dari sisi aku (Elsa Likantari)


Dan Makan malampun usai. Piring gelas dan sisa-sisa makanan sudah bersih di meja, sudah aku benahi. Aku membiarkan mereka beranjak menuju ruang tamu, untuk meneruskan obrolan mereka. Mungkin sambil menghisap rokok dan menyeruput sisa kopi yang tadi aku buatkan untuk mereka.

“aku ke kamar, Mas..”, ujarku pada mereka, serentak wajah mereka megarah padaku. Mas Luki mengangguk. Dan akupun segera menuju kamar, tanpa berani menatap Rudi yang sudah duduk di sofa.

Di dalam kamar, setelah aku sedikit membersihkan diri, gundahku melanda lagi, ragu untuk melakukan apa yang sudah disepakati.

Aku mengganti bajuku dengan piyama warna biru muda lengan pendek dan celananya yang sebatas dengkul. Kembali hatiku bertanya, kenapa aku menjadi ragu akan keputusanku untuk bersedia menjadi teman bercinta Boss suamiku itu?? Kenapa keputusanku itu membuahkan penyesalan. Kalau saja aku waktu itu menolak apa yang diminta suamiku,, tentu saja lain ceritanya. Kegigihan suamiku meyakinkan aku, dan harapannya untuk bisa membahagiakan aku lewat materi, meluluhkan aku seorang istri setia yang akan jatuh dipelukan lelaki selain suamiku.

Aku sadar, tak akan ada kesempatan untuk mundur. Bahkan suamiku pun semakin meyakinkan aku bahwa aku bisa melewati ini semua. Asal saja ketika nanti aku bercinta dengan Rudi, sebisa mungkin tidak main hati. Suamiku berkata anggaplah ini hanya variasi dalam kehidupan seks bagi aku.

Namun, dalam hati akupun tak bisa memastikan jika nanti ketika bercinta, aku tak main hati. Aku khawatir akan terbawa suasana sebab jujur kuakui, sisa-sisa cintaku kepada Rudi masih ada, dan ini yang membuat aku gelisah.

Teman dekat di SMA ku itu masih seperti dulu. Wajah tampannya ditambah raut dewasa semakin menambah wibawa sebagai atasan suamiku, tubuh atletisnya menambah kegagahan pada Rudi, sehingga sekecil apapun kusembunyikan perasaan, tetap saja aku terpesona.

Kini dikamar ini aku resah menunggu. Semakin berdegup jantungku ketika telingaku tak lagi mendengar suara mereka berbincang, hanya samar suara langkah-langkah kaki tertangkap telinga, dan ketukan pintu yang membuyarkan keresahanku, membahana.

“boleh kami masuk, El?”, kata suamiku, ketika pintu itu dibukanya dan melongoklah wajah Mas Luki. Aku segera duduk ditepian ranjang.

Kami? Kok kami? Apa yang terjadi?apakah Mas Luki dan Rudi lakukan? Pertanyaan itu tak terjawab, karena mereka berdua sudah berada diruangan ini.

“Pak Rudi ingin segera…”, belum habis kata suamiku, aku langsung menimpali.

“sekarang? Lalu kenapa Mas Luki ikut masuk?”, tanyaku sambil berdiri dari tepian ranjang.

Rudi menghampiriku. Tangannya memegang bahuku, menahanku agar tak berdiri dan memaksaku untuk kembali duduk di tepian ranjang itu. “sssst...santai saja, El..”.

“Suamimu ingin memastikan kalau aku akan berlaku lembut ketika bercinta denganmu. Suamimu khawatir kamu nanti aku kasari. Dan tak mungkin terjadi itu semua. Hmm biarkan saja EL, lagian seru khann..”, kata Rudi.

Lelaki itu mulai duduk disebelahku. Aku beringsut membelakanginya dan tentu saja aku malu.

“aku malu tau..Mas, aku malu...”, ujarku sambil menutup muka dengan telapak tanganku.

Suamiku menimpali, “gak apa-apa sayang...anggap saja aku gak ada..”,

“tapi nyatanya kamu disitu...akh”,

Aku dikagetkan oleh Rudi yang memelukku, mendaratkan telapak tangannya ke dadaku. Dan meremas lembut kedua bukitku.

Tentu saja, aku yang mengenakan piyama tipis, menggelinjang hebat. Dadaku tak mengenakan Bra, karena memang tadi sudah kulepas. Posisi duduku menarik ujung celanaku, sehingga pahaku terlihat bebas. Betisku yang indahpun terekspos. Rambutku terikat sempurna, bulu-bulu halus dipundakku tidak sembunyi lagi.

Kumis Rudi mulai menjalar leherku, bersamaan dengan bibirnya yang mengecup tipis kulit, memaksa wajahku menengadah ke atas. Terpejam mataku, ketika tangannya dari arah belakang mulai membuka satu persatu kancing piyamaku, dari kancing yang atas, hingga yang bawah, perlahan sekali.

Apa yang dijanjikan Rudi kepada Mas Luki, bahwa akan memperlakukan aku dengan lembut, rupanya dilakoni. Dan aku mulai menikmati, walau otak warasku memberontak ingin segera menyudahi.

Kini dadaku sudah terbuka. Remasan-remasan di kedua bukitku tidak serta merta melupakan suamiku yang duduk agak jauh di depan. Rudi semakin menggila menjilat dan mencium leherku, bergantian dari sebelah kiri dan kanan, tanpa ada kesulitan kegiatan itu, walau tubuhnya masih dibelakang tubuhku. Bulu-bulu halus seluruh tubuhku seakan berdiri, ditengkuk, di lengan, di dada, di paha, di betis, semuanya menciptakan bintik-bintik seperti bruntus. Hasratku terpantik.

Rupanya, piyamaku ini menjadi penghalang bergeseknya kulit punggungku dan kulit dada Rudi yang tak kusadari bahwa dia sudah bertelanjang dada.

Rasa geli dan nikmat, sungguh membutakan mata, sampai-sampai aku tak tahu kapan Rudi melepaskan bajunya. Aroma parfum khas lelaki macho, semakin memantik hasratku. Dan aku mulai terlena....

“Mas Luki, jangaan di situ...Mas Luki, aku mohon keluar...”, kataku ditengah nafas berat menahan gejolakku. Kupicingkan mataku mengintip ke arah Mas Luki, yang tengah mengusap-usap selangkangannya sendiri, selangkangan yang kulihat menonjol tertutup celana setegah panjang yang longgar...

“akh....sssh..”, mulutku mulai mendesah ketika jari Rudi memilin puncak bukitku yang sebelah kiri, sementara bukit kananku, masih diremas lembut oleh telapak tangan itu. Dengan begitu saja, akhirnya baju piyamaku terlepas dari tubuhku, kini aku setengah telanjang, didekap oleh tubuh Macho Rudi yang jugasetengah telanjang.

Ditengah aku yang menikmati birahi, ada sensasi yang lain, ketika aku diperlakukan begini, disaksikan oleh suamiku, seolah menjadi pemicu semakin pasrahnya aku menerima perlakuan sang atasan suamiku. Belum lagi bisikan-bisikan lirih dari mulut Rudi sambil mencium leherku, membuat aku terbang.

“ayooo manis, rasakan cintaku, biarkan suamimu menyaksikan aku menikmati kamu”, bisik rudi lirih.

Kembali kupincingkan mata, mengintip Mas Luki di depanku. Kini suamiku melepas celana longgar itu, dan juniornya mengacung ke atas, dan digenggam oleh telapak tangannya sendiri.

Tentu saja aneh buatku. Seharusnya Mas Luki marah menyaksikan istrinya diperlakukan seperti ini, tapi malah seolah dia menikmati istrinya terbuai oleh lelaki lain.

Ditengah aku memikirkan tingkah suamiku, Rudi meraba selangkangan ku yang masih tertutup celana piyama. Lembut mengusap-usap selangkanganku sambil mencari cara agar bibirnya bertemu dengan bibirku, dan ketika tangannya mulai dimasukan kedalam celana piyamaku, aku pasrah ketika bibirku dipagut poleh bibirnya dari belakang.

Kami berciuman, mesra dan lama. Tangan kanan Rudi masih dibukit dada kiri. Tangan kirinya melesak masuk ke dalam celanaku, jari tengahnya mengusap belahanku, dan aku basah....

“gak ada bulunya??”, ujar rudi.

“hmmm....”, aku malu menanggapinya. Luar biasa rasa ini, sensasi ini. Perlakuan ini, dan kenikmatan ini. Entah kenapa aku ingin berlama-lama diperlakukan seperti itu. Keinginan untuk cepat selesai segera sirna.

“baru dicukur ya...hmm, seksi sekali, aku ingin melihatnya...”. Sambil berkata demikian Rudi berdiri dan meposisikan tubuhnya jongkok dihadapanku. Dengan segera ia membuka celana piyamaku, tanpa sadar aku mengangkat pantatku, memudahkan celana itu terlepas. Pahaku semakin terekspos, milikku masih tertutup celana dalam abu-abu tua.

Dan Rudi kembali menatap selangkanganku. Jakunnya nampak naik turun. Senyum tersungging dibibirnya, dan aku semakin malu.

“waaaah...warnanya sungguh aku suka”, komentar Rudi, tak berkedip menatap milikku dibawah sana.

“Rud...maluuu....”, kataku.

*********
 
Bab 8 Nikmat pertama dari Rudi

Dari sisi aku (Elsa Lukantari)


Tangan lelaki itu membuka pahakku. Telapaknya kini mengelus paha bagian dalam. Aku tersengat rasa geli bercampur nikmat memancing getaran halus di dalam milikku. Desiran cairan di dalam sana seperti hendak keluar, dan aku tak kuasa menahannya.

Dengan kondisi pahaku yang terbuka, Rudi perlahan mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Kurasakan endusan hidungnya, dalam sekali. Sensasi ini begitu nikmat, membuat aku kembali menengadah.

Kedua tanganku menopang tubuhku dari belakang. Hasrat yang semakin kunikmati membuat aku membuka pahaku sendiri. Ditengah Lelaki itu masih mengendus gundukan milikku, kuangkat pahaku. Dan lelaki itu mengerti.

Kini celana dalam abu-abu itu sudah tidak menutup area bawahku. Milikku yang tak berbulu terpampang bebas, di depan Rudi. Matanya mendelik ke arahku, seolah meminta izin padaku, untuk melakukan hal yang aku mengerti.

Degupan jantung semakin kencang tatkala menunggu yang akan Rudi lakukan. Sejenak ku lirik suamiku yang sedang menciumi benda segitiga berwarna abu-abu. Oh, rupanya Rudi memberikan celana dalamku pada Mas Luki, setelah tadi dia melepaskan dari pangkal pahaku.

“waaaaa…***uud, aaakh….”, tubuhuku bergetar, sensasi sapuan lidah yang menelusuri belahan milikku memaksa tangan kananku pindah ke belakang kepalanya. Rambut Rudi yang ikal aku remas. Ekspresi dari rasa enak yang tiada tara.

“hhmm…slurp,” rudi menyapu garis vertikalku dari bawah ke atas. Ujung lidahnya sengaja berhenti agak lama pada daging kecilku, dan dia mainkan oleh ujung lidahnya.

Lubangku diciumnya, sesekali dihisapnya. Otot-otot di dalam kemaluanku menegang. Pantataku maju, seolah-olah ikut tersedot. Aku menyukai apa yang Rudi lakukan.

3 menit berlalu, dan Rudi tak menyudahi aksinya. Terasa puncak hasratku akan tiba. Dan benar saja, aku tak kuasa menahan. Bebarengan dengan jatuhnya tubuhku karena tangan kiriku tak sanggup menahannya, puncak hasrat itu pecah……….

“aaiissssh….aaakh, enak banget..”,lirihku.

“bilang kalo kamu keluar, El…”, kata Lelaki yang menjilati sealngkanganku.

“iyaaa.....aku oooohhh..…”,

Melayang tubuhku, walau aku terlentang di ranjang dengan kedua kaki menjuntai ditepi ranjang. Mulut Rudi semakin menyedot milikku. Menyeruput cairanku. Merasakan tegangnya tubuhku.

“gurih benar punyamu, El…”, ujar Rudi menghentikan aksinya. Mataku memejam. Meresapi rasa nikmat pertama pemberian lelaki yang bukan suamiku.

(akan ane sambung, dalam beberapa hari kedepan)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd