Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Ada kalimat yg lutcu seh Hu,
"Berhubung kamu adalah anaknya papamu,"
Lha emang Ricky anak pungut, hehe..
Eh jangan2 memang anak pungut,
Ato Kak Kimmy yg anak pungut??
Kan bisa kawin klo gitu, eh nikah maksudnya, hehe..
Jd ceritanya mo TAMAT ya Hu?
Penasaran dengan cerita actionnya,
Action di ranjang, hehe..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Kak Kimi masih ngumpet aja suhu, banyak yg kangen loh
Belum saatnya doi muncul di hadapan publik hehe...
Siaap...menanti Kimi ech cerita actionnya :semangat:
Dinanti aja keduanya :semangat:
siiippp lah ;)
Yoi
Mella masuk friend zone.. 😁

Ricky bakal damai sama kakaknya ga ya ? Setelah nyelametin papa nya.. 🤔🧐
Kita lihat lagi deh, apakah Mella bakal jadi sahabat sejati Ricky ataukah mereka berdua bakal punya hubungan yang lebih serius?b
Bebas hu.. kita dukung dengan membaca.. 🤓
Makasih gan, support agan berarti buat ane :beer:
:mantap::beer:
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Ada kalimat yg lutcu seh Hu,
"Berhubung kamu adalah anaknya papamu,"
Lha emang Ricky anak pungut, hehe..
Eh jangan2 memang anak pungut,
Ato Kak Kimmy yg anak pungut??
Kan bisa kawin klo gitu, eh nikah maksudnya, hehe..
Jd ceritanya mo TAMAT ya Hu?
Penasaran dengan cerita actionnya,
Action di ranjang, hehe..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
Ya betul dong, kalau bukan anak Papa Ricky yang notabene adalah teman om pemilik ruko, gak mungkin bakal dikasih diskon gan. Coba anak Pak RT gang sebelah, belum tentu dikasih diskon. Kalau soal tamat, masih cukup lama gan. Partnya masih ada belasan sampai dua puluhan gitu. Stay tune ya :semangat:
 
Baper loh Mella klo dipepet gitu terus Rik... Come oonn, berhentilah jadi fakboi :colok:
 
Thanx buat updatenya ya hu.....jangan lupa tetap jaga kesehatan ya hu......
 
PART 26 (S2)
POV Kimi

Apa kabar ya si Ricky, dia baik aja gak ya? Apa dia bahagia dengan si Hanna? Pasti berat rasanya LDR antara Indonesia dengan Australia. Tapi aku tahu, kalau Ricky sudah mencintai seseorang, dia bakal rela kok buat LDR.

Oh ya, kemarin Ricky yang nyelamatin Papa juga ya? Aku gak nyangka kalau adik kesayanganku ini ternyata udah jago banget. Dalam hatiku, aku jadi bangga gimana gitu. Adikku yang kukira cuma modal nekat doang kini sudah bisa mengalahkan musuh-musuhnya. Jadi tambah idaman banget deh.

Padahal beberapa hari sebelumnya, aku udah janji buat gak mikirin Ricky loh. Tapi entah kenapa, setiap harinya aku selalu mikirin dia. Otakku gak bisa lepas dari dia. Aku selalu pengen tahu tentang dirinya, minimal bisa melepas kangen gitu deh. Tapi… kok dia gak pernah nyari aku lagi ya?

Hatiku jadi sedih sekarang melihat Ricky yang mulai menjauhiku. Entah kenapa, walau aku udah berjanji buat ngejauhin Ricky, aku gak bisa benar-benar lepas dari dia. Walau aku udah bilang benci sama dia, tetap aja aku pengen bersama dirinya. Aku gak bisa benar-benar lepas dari dia. Aku… aku sepertinya sudah menjadi budak cintanya Ricky.

Tokk… tokk… tokk….

Siapa yang kira-kira mengetuk pintu kantorku ini ya? Apa jangan-jangan Ricky? Aku pun beranjak dari kursi kerjaku dan membuka pintu itu secara perlahan. Kemudian, tampaklah seorang lelaki tampan, tapi sayangnya bukan adik kandungku.

"Hai, Kimi," sapa Nathan padaku.

"Oh hai, Nathan. Masuk aja," ucapku mempersilakannya.

"Makasih, Kim."

Ia pun duduk di kursi yang telah disediakan. Aku pun langsung menyediakannya segelas kopi karena kutahu Nathan suka minum kopi. Setelah meletakkan gelasnya di atas meja, aku duduk di hadapannya.

"Ada apa kamu ke sini, Nat?" tanyaku dengan ramah.

"Oh, aku cuma mau ketemu kamu kok, Kim. Nih aku bawain sesuatu buat kamu."

Nathan menyodorkanku sekotak coklat pesanannya yang berbentuk hati. Dengan sedikit ragu, aku menerima pemberian Nathan ini. Lalu aku tersenyum ramah untuk menghargai pemberiannya ini.

"Gimana, kamu suka gak, Kim?" tanyanya sambil menyesap kopi.

"Hmm lumayan sih. Cantik bentuknya,"

"Sengaja kupesan dengan bentuk yang paling bagus, biar bisa mengimbangi kecantikan kamu," godanya sambil tersenyum.

"Ah, Nathan. Jadi malu nih," ujarku sambil tersipu.

"Aku harap kamu juga suka rasanya."

"Ya, nanti aku makan kok."

"Oh ya, nanti malam kamu sibuk gak?" tanyanya sambil menatap penuh harap padaku.

"Enggak tau deh ya. Biasanya kerjaan suka mendadak datangnya," ujarku setengah berbohong.

"Oh gitu, kalau kamu sempat, chat aku ya."

"Emang kita mau kemana, Nat?" tanyaku penuh selidik.

"Gak kemana-mana kok, cuma makan malam aja," jawabnya sembari tersenyum padaku.

"Ah, nanti kulihat lagi ya."

"Ok, aku tunggu ya, Kim. Have a nice afternoon," ucapnya sambil bersalaman denganku.

"You too, Nat." Aku menyalami balik tangannya

Keluarlah Nathan dari ruanganku ini. Setelahnya, aku kembali ke tempat dudukku. Kulihat kotak coklat yang diberikan oleh Nathan. Hmm bagus banget sih bentuknya. Aku suka sama desainnya.

Aku membuka segel kotak ini dan memakan salah satu coklat yang ada di dalamnya yang berwarna putih. Hmmm… rasanya enak banget. Wanginya, teksturnya, rasa manisnya, dan lumernya, semua begitu sempurna di mulutku. Aku benar-benar sangat menikmati coklat ini.

Ketika kubalik kotak coklat ini, aku melihat ada ucapan yang tak kalah manis dengan coklatnya. 'Andaikan ada 1000 coklat yang sama manisnya dengan coklat ini, maka aku akan membelinya dan menikmati semuanya. Tapi kalau ada 1000 gadis yang lebih manis dari kamu, aku akan tetap memilih kamu.'

Hmm manis banget kata-katanya. Aku jadi tersenyum sendiri meresapi makna kata-kata itu. Aku jadi teringat akan Ricky. Walau banyak gadis yang mencoba mendekatinya, ia tetap memilih diriku sebagai kekasihnya. Tapi sayang, kali ini ia tak lagi memilih diriku di atas gadis lain dan itu membuatku sangat sedih.

Kebahagiaanku berubah menjadi kesedihan yang mendalam. Aku begitu sedih melihat perselingkuhan Ricky di belakangku. Bagaimana ia berhubungan seks dengan Hanna dan kini ia malah menjadi kekasih dari Hanna. Aku sangat sedih, Ricky yang dulu mencintaiku dengan segala resikonya kini meninggalkanku secara tiba-tiba. Hiks… air mataku perlahan mulai menetes bila mengingat memori manis kami yang kini tak ubahnya dengan kenangan pahit.

Kurasa keputusanku untuk berusaha melupakan Ricky sudah tepat. Sejujurnya aku masih sangat merindukan dia. Aku rindu akan wajahnya yang tampan, manis sikapnya saat bersamaku, pelukan dan ciuman yang telah kami lakukan, dan juga kehangatan yang dirasakan diriku saat memeluk tubuhnya di malam hari.

Tapi... aku sadar kalau aku harus move on. Sudah waktunya untuk diriku agar tak selalu memikirkan Ricky. Maafkan aku, Ricky. Hatiku sudah terlalu sakit. Aku tak ingin bersama dengan dirimu lagi. Sudah cukup kisah kita berakhir di sini. Maafkan aku, Ricky. Walau aku juga tak bisa melupakan dirimu, aku akan berusaha. Ini semua demi kebaikan diriku sendiri. Aku tak ingin, aku harus tersakiti lagi oleh dirimu.

~~~~~​

POV Ricky

Aku baru saja selesai menandatangani kontrak sewa ruko. Satu proses untuk membangun kafe sudah selesai. Sekarang, aku harus mulai merekrut karyawan untuk membantu diriku dan Mella di kafe. Maka, aku menghubungi Mella yang tadi malam menawarkan jasanya untuk mencari calon karyawan di kosannya.

"Halo, Mel."

"Hai, Rick."

"Udah kamu rekrut, Mel?"

"Udah nih. Sesuai pesanan kamu kan, dua orang."

"Ya, segitu udah cukup. Kalau kafe kita udah tambah ramai, nanti kita tambah lagi jumlahnya."

"Ok deh."

"Kamu lagi di kosan kan?"

"Iya, Rick. Kamu mau datang ya?"

"Siapkan mereka yang sudah kamu rekrut tadi. Aku mau kenalan dengan mereka."

"Ok deh. Datang aja, Rick."

"Baik. Sampai ketemu nanti, Mel."

"Siap, Pak Bos."

"Jangan panggil gitu dong, Mel. Panggil Rick aja."

"Siap deh, Sayangku Rick, ups!"

"Udah ah, makin ngaco aja kamu."

"Iya deh, maaf, hihihi…."

Tanpa membuang banyak waktu lagi, aku segera meluncur ke kosan Mella. 15 menit kemudian, tibalah aku di sana. Ternyata di depan kosan, Mella sudah menunggu diriku. Begitu aku turun dari mobil, aku langsung disambut olehnya. Ia lalu mengajak diriku untuk naik ke kamarnya. Setibanya kami di kamar Mella, sudah ada dua orang gadis yang menunggu kami. Mereka langsung tersenyum ramah melihat kami datang.

"Hai, girls. Kenalin, ini Ricky Mahendra, bos kita nanti."

"Selamat siang, Pak Ricky," ujar mereka secara bersamaan. Tak lupa mereka turut menundukkan kepala mereka kepadaku.

"Ayo, gak perlu tegang kok sama aku. Santai aja, kita semua adalah partner dalam kerja."

Mereka berdua langsung kembali menaikkan wajahnya. Aku tersenyum dan mendekati mereka berdua. Kupersilahkan mereka untuk duduk di ranjang milik Siska. Sementara aku dan Mella duduk di ranjang miliknya sendiri.

"Kenalan dulu deh ya. Namaku Ricky Mahendra, sudah disebutin sama Mella tadi. Boleh tahu gak nama kalian siapa?"

"Namaku Evelyn."

"Kalau namaku Yenny."

"Ok, bagus banget nama kalian," pujiku sembari tersenyum.

"Makasih, Pak Ricky."

"Gak usah terlalu formal lah, panggil Ricky aja."

"Ok deh, Ricky," jawab mereka secara bersamaan.

"Kalian ada pengalaman kerja gak?"

"Aku bantu-bantu di warung orang tuaku pas kecil dulu," jawab gadis yang bernama Evelyn.

"Kalau aku belum pernah kerja, Pak. Maaf," ujar Yenny sembari menundukkan wajahnya.

"Gak apa kok. Asal kamu punya niat untuk belajar dan berusaha," kataku untuk menguatkan hati Yenny.

"Makasih, Ricky," ucapnya sembari tersenyum padaku.

"Ok selanjutnya, punya gambaran tentang pekerjaan kalian di kafe?"

"Jadi pelayan doang ya, Ricky?" tanya Evelyn padaku.

"Ya kurang lebih seperti itu."

"Ok deh siap," ujar mereka berdua secara bersamaan.

"Lalu kalian siap gak berjuang bersama untuk memajukan kafe kita nanti?"

"Pasti siap lah, Ricky," jawab Yenny dengan senyum optimis.

"Kalau kami sudah direkrut, pasti kami akan memberikan perjuangan terbaik kami," kata Evelyn sembari mengepalkan tangannya di depan dada.

"Bagus. Aku suka semangat kalian. Kurasa kita adalah tim yang baik. Iya kan, Mel?"

"Eh iya, Ricky," ujarnya yang tampak baru sadar dari lamunannya.

"Kamu ngelamun, Mel?"

"Ah gak kok, Rick."

"Ya udah, mulai senin depan kalian sudah bisa bekerja. Untuk seragamnya, aku udah pesan. Kalau dah jadi, nanti kukasih ke Mella, ok?"

"Siap, Ricky," jawab Yenny sembari membentuk gestur O dengan jari tengah, manis, dan kelingking teracung ke atas.

"Ricky, boleh nanya gak?" tanya Evelyn dengan sedikit ragu-ragu.

"Tanya aja, aku gak bakal pecat kalian kok sekarang," kataku sembari tersenyum kecil.

"Honor kami rinciannya gimana?"

"Ah, aku mulai dari 800 ribu per bulan ya untuk sekarang. Nanti kenaikannya bakal menyesuaikan dengan performa dan juga keramaian dari kafe kita."

"Makasih banyak, Ricky," ujar mereka berdua secara bersamaan.

"Kalian ini saudaraan ya? Jawabnya kompak banget," tanyaku sedikit heran.

"Bukan, Ricky. Tapi kami sahabatan dari kelas 5 SD," jawab Evelyn.

"Oh gitu. Awet banget ya."

"Karena kami selalu saling percaya dan saling membantu sama lain."

"Bagus, ini yang aku mau dari tim kita. Kekompakkan dan persatuan."

"Kalau kamu dengan Mella, kompak gak tuh?" tanya Evelyn dengan nada menggodaku.

"Tenang aja, kami juga sahabatan. Iya kan, Mel?" tanyaku sembari merangkul pundak Mella.

"Iya, kami juga sahabatan kok," jawabnya dengan senyum mengembang di bibirnya.

"Ehemm…." Yenny berdehem namun aku tak memahami maksudnya.

"Kenapa, Yen?" tanyaku memandangnya.

"Ah gak apa kok, Ricky. Kering nih tenggorokanku."

"Ya udah, aku pulang dulu ya. Sampai jumpa nanti," pamitku sembari melambaikan tangan.

"Rick, boleh tunggu dulu gak?" tanya Mella sambil menahan lenganku.

"Ada apa, Mel?"

"Hmm… kamu sibuk gak hari ini?"

"Enggak sih, emang kenapa?"

"Boleh gak temani aku ke supermarket? Soalnya aku mau belanja kebutuhan bulanan nih. Aku perlu mobilmu buat ngangkut barangku soalnya."

"Hmm boleh aja, Mel. Habis ini aja."

"Ok deh."

"Oh ya, kok kalian berdua senyum-senyum sendiri dari tadi?" tanyaku melihat tingkah aneh Yenny dan Evelyn.

"Gak ada apa-apa kok. Cuma kami rasa, ada maksud lain deh dari ajakan Mella."

"Ihhh, gak ada, Rick. Mereka mau fitnah aku," ujar Mella berusaha meyakinkanku.

"Emang ada apaan, Mel?" tanyaku sambil melempar pandang ke arah Mella.

"Gak ada, Rick. Mereka cuma mau fitnah aku," ujar Mella dengan wajah yang sedikit kesal.

"Ya udah, aku percaya sama kamu, Mel."

"Cieee, yang lebih percaya sama Mella," ledek Yenny padaku.

"Emang kenapa? Kan dia sahabatku," ujarku sambil mengacak-acak rambut Mella.

"Gak kok. Kami pamit dulu ya. Bye, pak bos Ricky," pamit Evelyn sambil melambaikan tangan padaku diikuti oleh Yenny pula.

"Ya udah, have a nice day."

"You too, Ricky."

"Mel, kamu mau ganti baju gak?" tanyaku pada Mella yang masih duduk di ranjangnya.

"Pasti dong, Rick. Masak aku keluar cuma pake baju kayak gini?" ujarnya sembari menunjuk kaos rumahan dan celana selutut yang sedang ia kenakan.

"Ya kali aja. Kalau gitu, aku keluar dulu deh."

"Gak perlu kok, Rick. Aku cepat gantinya," katanya sambil beranjak dari ranjang.

Tanpa peduli lagi dengan keberadaanku, ia langsung melepas kaosnya tersebut di depan mataku. Terpampanglah punggungnya yang mulus tersebut dan kaitan branya yang berwarna biru muda. Lalu ia juga dengan cuek melepas celana selututnya di depanku sehingga menampakkan bokongnya yang bulat nan seksi hanya dibungkus oleh celana dalam berwarna merah muda. Sembari memamerkan tubuh indahnya tersebut, ia menungging dan mencari pakaian yang ada di laci miliknya.

"Mella, kamu gak malu begini di depan aku?"

Mella menghentikan aktivitasnya dan berbalik badan menghadap diriku. Tampak payudaranya yang cukup besar dan bulat sedang dibungkus oleh cup bra. Lalu perutnya yang rata dan daerah selangkangannya yang mulus sekali juga tersaji di depan mataku. Jujur saja, aku juga terangsang berat melihat sahabatku ini memamerkan aset indahnya.

"Kamu sahabatku, Ricky. Aku percaya sama kamu."

"Tapi bukan berarti--"

"Kamu juga suka kan, Rick?"

"Aku…."

Mella berjalan ke arah pintu dan mengunci kamarnya dari dalam. Aku sangat tercengang dengan apa yang diperbuatnya. Kemudian ia berjalan mendekati diriku dan naik ke pangkuanku dengan gaya sensual yang menggodaku.

"Rick, aku udah sebulan lebih gak disentuh cowok. Sebagai sahabatmu, boleh gak aku minta bantuanmu untuk muasin diriku ini?"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd