Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
PART 10 (S2)
POV Kimi

Huh… hari senin lagi. Gitu aja terus setiap pekannya. Baru juga senang-senang di hari minggu, eh besoknya udah senin aja. Padahal aku masih pengen banget meluk-meluk si Ricky tersayangku.

Kini aku sudah berada di markas utamaku yang bernama kantor HRD. Di sinilah aku membaca satu per satu lamaran kerja yang kadang juga gak jelas kayak buku catatan anak SD, mewawancarai mereka, pokoknya mengurus segala yang hubungannya dengan para karyawan sini deh, kecuali masalah gaji.

Untungnya udah gak ada lowongan pekerjaan yang dibuka perusahaan saat ini. Jadi kerjaanku agak longgar deh. Kadang-kadang aku bisa jalan-jalan bentar kalau mau, tapi masalahnya aku mageran juga hehe…. Lagian gak ada yang bisa temenin aku kok pas jam gini, kan sibuk semuanya.

Aku membuka laptopku untuk melihat ada tidak pekerjaanku yang masih belum selesai. Kalau senggang gini kan, aku bisa nyicil pekerjaanku biar nantinya juga lebih plong. Ternyata satu-satunya pekerjaan yang belum kuselesaikan adalah rekap absensi rutin untuk minggu ini.

TOK… TOK!

"Permisi!" Terdengar seruan dari luar ruanganku setelah ketokan pintu tersebut. Aku mengizinkannya untuk masuk dan muncullah seorang wanita setelah pintu tersebut dibuka olehnya.

"Permisi, Bu Kimi, ada tamu yang menemui Ibu."

"Silakan, suruh dia masuk aja."

"Baik, Bu Kimi. Saya permisi dulu."

Saat wanita tersebut telah meninggalkan ruanganku, tak sampai sedetik kemudian muncul seorang pria yang seolah seperti menggantikan keberadaan wanita itu. Ia kemudian masuk dan berdiri di depan mejaku. Maka aku mempersilakannya untuk duduk di kursi yang sudah tersedia.

"Halo, Kimi," sapanya dengan pancaran senyum di wajahnya.

"Halo, Bang Nathan."

Pria ini adalah Nathan Fransiskus, seorang kakak tingkatku di kampus dulu. Ia merupakan mahasiswa yang cukup populer di kampusku. Bukan karena ia sering ikut demo, berorganisasi, atau berprestasi, melainkan karena ia adalah seorang pebisnis sejati di kampus. Dari semester 2 ia kuliah saja, ia sudah merintis usaha online-nya sendiri. Saat semester akhir, usahanya sudah semakin luas dan ia berhasil mendirikan gerai supermarket yang langsung tenar di kotaku.

"Gimana kabarnya, Kim?" tanyanya ramah.

"Baik aja, Bang."

"Kerjaan lancar?"

"Gak ada masalah sih," jawabku sembari melempar sedikit senyum ramah.

"Aku juga bersyukur kalau gitu."

"Abang sendiri gimana kerjaannya?" tanyaku balik.

"Aku gak kerja lagi hehe…."

"Kok gitu?" tanyaku heran.

"Kan udah jadi bos supermarket." Ia berkata demikian sambil tersenyum. Aku juga turut tersenyum mendengar perkataannya. Sejenak kemudian, aku baru teringat akan sesuatu.

"Oh ya, Bang. Mau minum gak?"

"Gak usah deh. Aku cuma bentar aja kok di sini," tolaknya dengan halus sembari melambaikan tangannya pelan.

"Ayo deh. Aku buatin kopi gimana?"

"Ya udah. Makasih ya, Kim."

"Sama-sama."

"Lulus dari kampus makin seger aja kamu, Kim," godanya padaku.

"Abang bisa aja ah." Aku terus fokus untuk membuat kopi dengan mesin yang ada di kantorku. Dari pantulan permukaan mesin yang terbuat dari aluminium, aku bisa melihat kalau Bang Nathan terus memerhatikan diriku, terutama bagian bokongku. Huh… gak Ricky, gak karyawanku, gak cowok lain, semua pasti merhatiin bagian belakangku ini. Dasar cowok otaknya gituan semua.

"Ini bang kopinya," kataku sembari menyuguhkan segelas espresso pahit kepada dirinya.

"Makasih ya, Kim."

"Iya, sama-sama."

Ia menyeruput sedikit kopi dari gelas. Setelahnya, ia kembali meletakkan gelas kopi tersebut di meja dengan porsinya yang sudah berkurang seperempatnya. Ia kembali memandang ke wajahku. Sorot matanya yang teduh ternyata masih gak berubah semenjak ia masih di kampus.

"Ada keperluan apa ya Abang ke sini?" tanyaku yang kembali menempelkan bokongku ke kursi kerja.

"Gak ada sih. Cuman pengen silaturahmi aja sama kamu."

"Kok pas jam kerja, gak pas jam pulang aja gitu?"

"Hmm aku udah izin sama ayahmu sih. Dia juga yang nyaranin aku buat datang jam segini. Katanya sih kamu saat-saat kayak gini gak lagi sibuk."

Huh… dasar Papa. Tahu aja kalau aku lagi gabut. Kan jadi kesannya aku kayak gak ada kerjaan di kantor. Hancur deh citra pekerja keras yang kubangun selama ini. Nyebelin ihhh....

"Oh gitu ya," jawabku sambil sedikit menahan kesal.

Kemudian kami pun hanya berbincang ringan saja seputar pengalaman kami di kampus hingga mengenai pekerjaan kami. Dari situ aku mengetahui bahwa supermarket Bang Nathan sudah mempunyai 5 cabang di provinsi ini dan 15 lagi di penjuru Indonesia yang lain. Rencananya bakal ada pembukaan gerai-gerai lain lagi di tempat lain. Aku terkagum dengan pencapaiannya tersebut dan kulontarkan candaan jika aku ingin mengelola salah satu dari gerai tersebut.

"Haha… kalau mau bisa kok aku jadiin kamu general manager salah satu geraiku."

"Haha… yang benar ah."

"Beneran, Kim. Sekarang juga bisa, tinggal kutelepon aja." Ia tampak tidak main-main dengan perkataannya. Ia mengeluarkan ponsel keluaran Amerika terbarunya yang masih memegang fitur terbaik di kelasnya. Kemudian ia meletakkannya di atas mejaku.

"Bercanda doang kok," jawabku mengklarifikasi karena kicep.

"Kirain benaran, Kim. Aku yakin kalau kamu pasti bakal hebat buat mengelola salah satu geraiku."

"Gak lah. Mana bisa aku dikasih tanggung jawab sebesar itu tiba-tiba."

"Gak ada yang gak bisa, Kim. Buktinya pas aku kuliah aja, banyak kok yang ngeraguin diriku buat buka supermarket pertamaku. Sekarang, gimana?"

"Iya sih. Tapi bedanya kamu siap, aku enggak."

"Cepat atau lambat, kita semua bakal siap."

Aku terdiam mendengar perkataan dari Bang Nathan. Kemudian ia mengambil kembali ponselnya tersebut dan menyimpannya kembali dalam saku. Ia melontarkan senyum kepadaku dan kemudian beranjak dari kursinya.

"Maaf, Kim. Ada urusan yang harus kukerjakan. Kalau ada waktu lain hari, aku bakal datang lagi kok."

"Ah iya. Makasih ya udah main ke sini."

"Bye, Kimi."

"Bye, Bang Nathan."

"Anyway, kamu mempesona juga ya kalau pakai pakaian formal kayak gini," pujinya yang seketika membuatku tersipu malu.

"Bisa aja dah, Bang."

"Maaf ya kalau aku ganggu pekerjaanmu."

"Enggak kok, Bang."

Ia lalu berjalan meninggalkan ruanganku. Duh makin ke sini makin berwibawa aja Bang Nathan. Harus kuakui dia makin ganteng loh semenjak lulus. Walau udah dari dulu dia ganteng, tapi dulu gayanya culun banget. Sekarang dia udah sukses dan gaya culunnya itu hampir gak ada lagi. Meski masih mengenakan kaca mata, tapi gaya pakaiannya udah gak bikin dia nampak culun lagi. Rambutnya yang dulu sangat ketinggalan zaman, kini sudah klimis sesuai dengan trend masa kini. Kulitnya juga jadi bertambah lebih putih. Memang benar kata orang. Uang bisa mengubah segalanya.

Tapi seganteng-gantengnya Bang Nathan, tetap ganteng adikku si Ricky dong. Bagiku, aku gak butuh banget kok sama cowok yang udah jadi konglomerat. Aku cuma butuh seorang cowok yang setia dan selalu sayang sama aku. Semua itu ada pada Ricky. Toh kalau udah takdir, pasti Ricky bisa kok jadi pengusaha besar juga. Tapi kalau dia cuma jadi kepala gudang, ya aku cuma bisa bersyukur aja. Setidaknya gaji kami berdua masih lebih-lebih kok buat nutupin kebutuhan kami berdua.

Yah, kok jadi mikirin si Ricky sih. Harusnya kan aku nerusin pekerjaanku. Huh… dasar kamu, Kimi. Ricky mulu yang dipikirin. Memang deh kalau udah sayang banget, pasti gak bisa hilang dari pikiran. Duh… jadi gak sabar ah pengen cepat pulang lalu nge-date sama Ricky lagi.

~~~~~​

POV Ricky

"Aduh maaf banget, Kak. Hari ini aku lembur nih," kataku pada Kak Kimi yang berada di ujung telepon sana.

"Sayang, masak sih gak ada waktu sedikitpun buat aku?"

"Ini penting banget, Kak. Aku gak bisa tinggalin. Sorry deh, besok aja ya."

"Uhh… sedih deh aku gak bisa nyium pipi kamu malam ini."

"Manja banget dah jadi Kakak. Tidur aja gih sana."

"Jahat ah. Aku gak bisa tidur kalau gak meluk kamu."

"Dasar. Bucin tingkat kuadrat."

"Ihh, kamu mah gitu. Masak aku dikatain bucin?"

"Dah-dah. Gak bisa lama-lama nih. Nanti anak buahku curiga lagi aku teleponan sama siapa."

"Iya deh. Semangat ya lemburnya, Sayang."

"Makasih, Kakakku yang cantik."

"Bye, Sayangku yang manis. Muach!"

Aku segera menutup telepon setelah ciuman Kak Kimi dilemparkan dari ujung sana kepadaku. Aku memasuki kembali ruanganku untuk melihat pekerjaan timku. Kulihat walau tanpa diriku, mereka benar-benar tulus dan gigih dalam bekerja. Kualitas anak buah seperti ini yang merupakan idaman kepala bagian di belahan dunia manapun.

Akhirnya pada pukul 23.00, pekerjaan kami telah tuntas sepenuhnya. Aku segera memulangkan mereka dan menjadi orang terakhir yang pulang. Saat aku sedang berada di ruang parkir, kulihat salah satu karyawatiku yang bernama Mella sedang berciuman dengan karyawan bernama Nafli. Mereka berciuman dengan panas dan intens tanpa menyadari kehadiranku. Tangan Nafli juga sedang meraba-raba tubuh Mella, dari bokongnya hingga ke payudaranya. Aku hanya tersenyum saja melihat aksi mereka itu.

Aku lalu membuka kamera ponselku ini. Kurekam aksi panas mereka tersebut selama 2 menit. Aku lalu berjalan menghampiri mereka. Saking larutnya mereka dalam pergumulan hawa nafsu mereka, sampai tak sadar aku melihat dari beberapa meter saja. Bahkan tangan Nafli sudah membuka beberapa kancing atas pakaian kerja Mella, menampakkan branya yang berwarna merah muda.

"Ehem…." Dehemanku ini langsung ditanggapi dengan tingkah mereka yang langsung kaget dan gelagapan. Mella berusaha menutupi buah dadanya tersebut dan mereka berdua langsung bertindak kikuk.

"Apakah kalian tahu, mesum di area kantor kita adalah pelanggaran aturan yang sangat berat?" tanyaku sambil berjalan mendekati mereka.

"Maaf, Pak. Kami khilaf," jawab Nafli yang menunduk tak berani memandangku.

"Aku bisa menerima alasan kalian yang khilaf itu. Tapi aku gak tahu dengan para petinggi perusahaan. Aku gak bisa baca pikiran mereka."

"Pak, kami mohon jangan adukan kami ke Pak Direktur." Mella memelas padaku. Bahkan tanpa mengancingkan kemejanya itu, ia berlutut seolah seperti menyembah diriku. Sementara Nafli sendiri hanya duduk terdiam dnegan wajah yang menunduk menyesal.

"Ah, maaf. Aku hanya seorang pekerja biasa. Aku sangat ingin menaati peraturan kantor. Makanya aku terpaksa melaporkan kalian berdua ini."

"Hiks… tolong! Jangan bilang apapun ke Pak Direktur. Saya bakal ngasih apapun ke Bapak sebagai permintaan maaf saya." Ia menangis di kakiku ini. Aku hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Mella.

"Simpan apapun milikmu itu kepada Pak Direktur. Aku gak berhak menerimanya, maaf."

"Hiks… Pak, mohon! Saya siap melakukan apa aja untuk Bapak. Mohon jangan laporkan kami!"

"Apapun? Artinya kalian juga siap menerima konsekuensi dari semua ini."

"Huhu… Pak! Saya gak mau kehilangan pekerjaan saya karena khilaf. Saya mohon, Pak. Berikan kami kesempatan kedua."

"Setiap kesalahan harus ditindak sesuai dengan aturannya. Jadi mau tak mau aku hanya bisa melaporkan ke Pak Direktur saja," pungkasku dengan tegas.

"Bapak…."

Aku berjalan meninggalkan mereka agar menghindari debat yang lebih panjang. Aku menuju ke mobilku dan masuk ke dalamnya. Setelah mengenakan sabuk pengaman, maka aku langsung melaju pergi meninggalkan tempat parkir kantorku ini.

Saat aku telah sampai di apartemenku, aku langsung mengirim video tersebut pada ayahku dan memberi tahu mengenai detilnya. Setelah itu, biarlah ayahku yang memikirkan tindakannya selanjutnya. Tugasku sudah selesai sampai di sini untuk menegakkan aturan kantorku. Aku langsung melakukan segala persiapan sebelum aku akan tidur nantinya.
 
Kesayangan gw tu kak kimi haha
Nama agan Ricky ya? Hehe....
Mantap Om @Ichbineinbuch ..
Bakalan bunting kyknya nih kimi.
Udah mulai lgi Incest nya.

Thnks bnyk hu Sajian nya

:beer:
Gak, aman kok. Lagi gak masa subur si Kak Kimi
episode lendir :panlok2:
Suka gak gan?
Tiba2 kimi bawa alat test pack 2 garis
Tenang, belum waktunya Kimi buat positif bunting
Manatap kak wkwkw
Yoi dong
makin lama makin sepi aja
Biarin aja, yang penting gak di lock aja thread ini
Hallo kak Kimi...... :bye:
Yah dikacangin hehe....
Makin menarik updatenya om @Ichbineinbuch, dan bikin penasaran.
Makasih gan buat support agan
manttap.. meninggalkan jejak dulu deh
Jejak aman....
 
makin seru kalau ada esek esek sama bawahan dibelakang Kimi
 
mantap dah, emang Ricky harus punya saingan, tapi Nathan jangan dibuat fuckboy ya hu, biar Kak Kimi rada bimbang menentukan pilihan :)

....


waduh, tindakan ricky apa malah membuat musuh dikantor ya . malah kirim videonya lagi ke ayahnya, entar ayahnya konak lagi :pandajahat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd