Prolog
Jika kalian menerabas hutan di perbukitan sumatra, kalian akan mendapati sebuah lembah dengan desa di tengahnya. Desa itu dinamakan Desa Permai. Desa itu terlihat sangat indah dengan petak-petak perkebunan milik warga dan pohon-pohon besar yang memberi kesan teduh ditambah beberapa anak sungai jernih yang melintasi Desa. Semua keasrian itu cukup terjaga karena desa itu terisolasi ditengah hutan dan berjarak sekitar 10 kilometer dari kota kecamatan. Meski begitu desa itu cukup beruntung karena ada beberapa penduduk kaya yang membuat jalan-jalan dan bahkan memasang instalasi listrik dengan kincir air yang dipasang di sungai yang membelah desa.
Meski berada di tempat yang terpencil, desa itu terbilang modern dibanding desa sekitarnya. Rumah-rumah di desa ini sebagian besar sudah permanen. Jalannya juga sudah semi permanen alih-alih sekedar jalan setapak. Di pinggir jalan juga ada parit untuk saluran air dan beberapa lampu jalan. Sebagian besar rumah sudah dipasang aliran listrik meski jaringan ponsel cukup terganggu. Tapi itu tidak masalah karena penduduk desa ini lebih suka menghabiskan waktu dengan tetangga daripada duduk memainkan perangkat elektronik. Desa ini masih kukuh mempertahankan nilai-nilai tradisional meski mulai tersentuh modernitas.
Sebagian besar penduduk bekerja menjadi petani dengan menggarap petak-petak sawah, sayuran, atau perkebunan. Sebagian lagi bekerja menjadi pengrajin seperti ayaman dan tenun. Sebagian lagi menjadi buruh di pabrik pengolahan getah atau penggilingan. Sisanya membuka warung, menjadi guru, dan profesi lainnya. Semua penduduk desa hidup dengan tentram dan damai. Jarang terjadi konflik antar sesama karena ikatan kekeluargaan yang terjalin sangat erat. Semua hidup rukun dan saling tolong menolong. Namun ada hal yang membuat desa ini begitu istimewa. Itu adalah sistem perbudakan
Pagi yang cerah menyapa Desa Permai. Sebuah desa yang terletak di tengah lembah di barisan perbukitan Sumatera. Terlihat beberapa penduduk yang mulai bangun untuk mencari nafkah di tempat kerja mereka. Terlihat para petani yang beranjak kesawah, beberapa orang yang membawa barang dagangannya, buruh yang berangkat ke tempat kerja, juga terlihat anak-anak yang berangkat sekolah dengan seragam rapi.
Namun kalian akan langsung terkejut melihat banyak perempuan yang berjalan dengan setengah telanjang atau bahkan telanjang bulat. Kalian bisa melihat pantat semok yang berlenggak-lenggok, memek berbagai rupa, juga toked yang bergoyang pelan dari puluhan perempuan tadi yang berjalan dengan tenang di desa ini. Terlihat beberapa lelaki bersuit-suit ria ketika perempuan itu lewat. Para perempuan bugil itu akan membalasnya dengan senyum manisnya.
"Eh, Bu Fitri, mau ngajar, Bu ?"sapa seorang bapak-bapak dengan usia 40 tahunan menyapa seorang wanita cantik yang berpapasan dengannya. Wanita yang dipanggil Fitri punya tubuh bagus dengan kulit kuning langsat. Wajahnya manis dengan hidung mancung dan mata lentik. Namun yang menarik perhatian adalah tubuh seksinya dengan toked yang montok, memek yang dicukur bersih, dan pantat yang besar. Semua itu terekspos jelas karena Fitri hanya mengenakan jilbab ringkas berwarna putih yang disampirkan ke belakang dan juga sepatu kets berwarna hitam dengan kaus kaki putih sebetis sehingga siapapun bisa melihat tubuhnya yang menggairahkan.
"Iya nih pak. Sebentar lagi bel masuk,"jawab Fitri dengan senyum manisnya tanpa merasa risih kalau tubuh telanjangnya sedang di nikmati.
"Tolongin bapak sebentar ya, bapak lagi kebelet nih."ujar bapak-bapak itu dengan muka mesum.
"Ah, bapak, Fitri sebentar lagi harus ngajar nih."
"Sebentar aja. Bapak udah gak tahan."
"Ya sudah. Tapi kencing saja ya pak."Fitri akhirnya mengangguk dan berlutut di depan bapak-bapak tadi. Dia meletakan tas berisi tumpukan buku ajar di sampingnya dan mulai membuka celana beserta sempaknya dengan lembut sehingga terpampanglah sebuah kontol hitam yang langsung menegang.
"Ih bapak, kontolnya udah ngaceng aja."
"Gimana gak ngaceng kalo liat tubuh montokmu."
"Bapak bisa aja, sini kontolnya." Fitri mengarahkan kontol itu tepat di depan wajahnya kemudian membuka mulutnya lebar-lebar.
Bapak tadi menyeringai dan sekejap,
syurrr ! air seni berwarna kuning pucat itu meluncur deras kearah wajah Fitri. Dengan sigap Fitri meminum semua air kencing itu tanpa perasaan jijik sedikitpun. Bahkan Fitri dengan rakusnya menjilati kontol bapak tadi untuk mendapat sisa kencingnya.
"Gimana, enak kan kencing bapak ?"
"Emm, emang enak banget kencing bapak."Fitri tersenyum manis kemudian berlutut dan mencium kaki bapak tadi."Terima kasih telah memberikan budak ini minum."
"Hemm, ya sudah, Sana berangkat sekolah. Kasian anak-anak nanti malah gak belajar karena kamu keasyikan ngelayani kontol bapak.”"Pria tadi segera membenahi celananya dan meninggalkan Fitri yang juga bangkit dan melanjutkan perjalanannya seolah tak terjadi apa-apa.
Kalian yang berasal dari luar desa mungkin akan merasa aneh dengan kejadian tadi. Bagaimana mungkin seorang wanita cantik mau meminum kencing dari seorang pria dekil dan bahkan meminumnya dengan sangat nikmat. Tapi itulah desaku. Di sini kalian bisa melihat hal lain yang lebih aneh daripada hal tersebut.
Sebetulnya desa ini dulunya adalah desa yang cukup religius dan bisa dilihat dari para wanitanya yang menutup rapat auratnya dan pengajian yang sering dilaksanakan setiap pekannya. Namun itu semua berubah setelah musyawarah desa mengesahkan undang-undang budak.
Undang-Undang Budak adalah sekumpulan aturan yang disusun untuk mengatur kehidupan para budak di Desa Permai. Kalian mungkin mengira kami kejam karena melakukan perbudakan. Tapi yang sebenarnya terjadi adalah, semua budak di sini senang diperlakukan demikian. Para budak melakukannya karena keinginannya sendiri entah untuk mengabdi pada masyarakat, mendapatkan uang, atau alasan lainnya. Dan mereka memang menjadi budak karena keinginannya sendiri dan tidak boleh atas dasar paksaan. Sejatinya aturan ini ada untuk melindungi hak-hak mereka untuk berekspresi.
Cerita ini adalah bagaimana aku membuat ini semua. Mulai dari membuat keluargaku tunduk menjadi budakku sampai aku membuat seluruh desa menerima aturan perbudakan ini.
Impian Memperbudak Keluargaku
Perkenalkan namaku adalah Haris. Usiaku sekarang menginjak 21 tahun dan seperti sebagian besar penduduk di desa ini, aku hanya sebatas lulus SMP kemudian melanjutkan karir sebagai pekebun. Aku mengurus sepetak lahan di pinggir sungai yang kutanami jagung untuk membantu perekonomian keluarga. Oh ya, Aku punya perawakan biasa dengan kulit gelap terkena sinar matahari. Kerjaku setiap hari hanyalah pergi ke kebun setiap pagi dan sesekali mencari ikan. Aku tinggal di rumah sederhana bersama ibu dan kedua saudariku. Seorang kakak bernama Syifa dan adik bernama Intan.
Ayahku sudah meninggal sejak aku berusia 10 tahun. Sejak saat itu ibu bekerja membuat kue dan sesekali membuat ikan asap untuk memenuhi kehidupan kami. Oh ya, ibuku yang bernama Nur adalah seorang wanita yang cukup menarik meski umurnya sudah menginjak lebih dari 40 tahun. Tubuhnya agak gempal dengan wajah bundar dan mata besar. Ibuku punya ukuran dada dan pantat yang besar. Meski punya tubuh yang semlohai, ibuku menutupnya dengan gamis lebar dan jilbab syar'i ketika keluar rumah dan pakaian longgar ketika berkebun. Bahkan meski di rumah ibu tetap memakai gamis longgarnya. Memang, di desa kami pakaian para perempuannya kebanyakan gamis dan jilbab lebar.
Ibu adalah seorang muslimah yang bisa dibilang cukup taat. Selain karena pakaiannya yang cukup tertutup, ibu juga rutin mengikuti pengajian yang diselenggarakan di desa. Ibu juga terkenal sebagai pribadi yang ramah di kalangan tetangga dan terbilang cukup taat meski tidak terlalu sering berbicara dengan penduduk desa.
Aku mengenal ibu sebagai pribadi yang pekerja keras. Semenjak ditinggal suaminya 10 tahun lalu, ibu menjelma menjadi sosok tangguh untuk menggantikan posisi ayah di keluarga. Ibu harus bekerja keras menafkahi 3 anaknya dengan pekerjaannya. Namun hal itu menjadi masalah karena perhatian ibu pada kami menjadi berkurang.
Ibu seringkali sibuk dengan pekerjaannya dan sering mengabaikan anak-anaknya. Ibu bahkan seringkali tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Hal itu membuat kami harus mandiri untuk memenuhi kebutuhan kami sendiri. Karena kesibukannya juga ibu jadi jarang berbicara dengan kami kecuali ketika memberi perintah.
"Ris, gasnya sudah kamu beli ?"tanya ibuku tiba-tiba membuyarkan lamuanku. Aku yang sedang duduk santai di beranda agak tersentak dan segera menengok ke arah ibu.
"Sudah kok."
"Sudah dipasang ?"
"Sudah,"jawabku pendek. Buat yang kalian belum tahu, meskipun desa kami terletak di tengah hutan, tapi ada satu jalan yang dibuat penduduk yang menghubungkan desa ini ke kota kecamatan. Dari sanalah semua kebutuhan seperti sembako, gas, dan perabotan rumah tangga kami terpenuhi.
"Ya sudah, ibu mau pengajian dulu. Nanti kamu bilangin si Intan buat setrika bajunya."Ibu tanpa berlama-lama lagi segera beranjak memakai sendalnya dan berjalan ke jalanan desa. Aku menatap penuh nafsu ke arah ibu yang berjalan pelan dengan gamis dan jilbab hijau. Meski tertutup rapat oleh bajunya, aku masih bisa melihat sedikit liukan tubuh ibu yang membangkitkan nafsuku.
"Ah, ibu. Entah sampai kapan aku bisa ngentot denganmu."ujarku dalam hati sambil membayangkan tubuh telanjang ibu.
Entah kenapa, meskipun ibu berpenampilan tertutup dan terkesan alim, aku tetap membayangkannya setiap aku coli. Aku merasa pakaian dan sikap ibu yang cenderung tertutup bahkan kepada anak-anaknya membangkitkan hasrat tersendiri di dalam diriku.
Aku sendiri sudah mengenal dunia porno sejak aku memasuki bangku SMP. Saat itu aku sedang ikut teman-temanku ke pasar kecamatan. Di sanalah aku melihat majalah porno bekas diantara lapak penjual majalah bekas. Di sana aku melihat kumpulan gambar wanita yang berpose nakal dan memperlihatkan bagian tubuhnya yang menggoda. Sejak saat itu sering sekali berburu majalah porno bekas yang dijual secara bebas. Seiring waktu, aku semakin mengenal banyak soal porno karena sering diajak temanku untuk menonton video porno.
Aku mulai tertarik dengan ibuku ketika teman-temanku mengajakku menonton video porno soal incest dan jilbab. Ketika menonton awalnya aku merasa jijik melihat video dimana seorang ibu di perkosa ramai-ramai oleh anak-anaknya. Namun semakin lama aku merasa sensasi aneh ketika melihat tubuh ibuku. Hal itu semakin diperkuat ketika temanku mengajakku menonton video porno dimana seorang wanita dengan jilbab lebar sedang disetubuhi dengan seorang pria besar bertato. Dari sana aku memiliki hasrat besar pada perempuan berjilbab karena pakaiaan tertutup mereka membuat rasa penasaran akan apa yang ada di baliknya.
Awalnya aku hanya berfantasi dengan tubuh montok ibu ketika aku coli. Semakin lama, aku semakin berani dengan diam-diam mengambil daleman milik ibu dan menggunakannya sebagai bahan coli dengan menciuminya. Hingga puncaknya, hasratku meninggi ketika suatu hari pintu kamar mandi rusak sehingga tidak bisa ditutup rapat. Di sanalah aku sempat mengintip tubuh belakang ibu yang tidak tertutup apa-apa. Sejak saat itu, aku semakin sering coli dengan membayangkan tubuh montok ibu.
Matahari mulai tumbang di ufuk barat ketika aku mendengar salam dari pintu. Belum selesai aku menjawab, sosok adikku Intan sudah ada di ruang tengah dengan masih menggunakan baju putih SMA nya dengan jilbab putih ringkas dan rok abu-abu panjang. Adikku saat ini berada di kelas 3 dengan usia 19 tahun. Memang di desa kami soal pendidikan agak telat. Anak barau masuk sekolah setelah berusia 7 atau 8 tahun. Apalagi SMA baru dibuka 3 tahun lalu dan menjadikan Intan sebagai angkatan pertama. Jadi jangan heran jika di SMA desa ini muridnya terbilang tua.
Ketika aku berbalik dan melihatnya, tubuhku terdiam. Mataku melotot melihat adikku yang berkeringat banyak sehingga membuat bajunya transparan dan menampakkan bhnya yang berwarna merah. Adikku memiliku tubuh yang kecil namun memiliki dada yang cukup besar jika dibandingkan teman seusianya. Melihat tubuh adikku yang berkeringat membuat libidoku meningkat sementara adikku yang sedang duduk sejenak sepertinya tidak memperhatikan tatapanku yang seperti melahapnya.
"Eh abang, nganggur aja ?"tanya adikku mengejutkanku dari lamuanku.
"Eh...kenapa ?"jawabku tergagap.
"Makanya jangan bengong aja dong."Adikku tersenyum nakal dan membuat wajahnya semakin cantik
"Kamu disuruh ibu tuh buat nyetrika."Kataku berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Ibu kemana ?"
"Lagi pengajian."jawabku malas.
"Terus kak Syifa ?"
"Lagi main ke tempat temennya."
"Oh begitu ya. Ya sudah, aku nyetrika dulu ya."Adikku dengan senyum manisnya pergi ke kamar. Aku menelan ludah ketika melihat tubuh adikku dari belakang yang bergoyang pelan seiring dengan langkahnya. Meski memiliki tubuh yang terbilang mungil, adikku memiliki daya tarik sendiri. Selain karena tokednya yang cukup besar meski tidak sebesar toked ibu yang seperti pepaya, adikku punya kulit putih bersih dengan wajah cantik yang dihiasi hidung mancung dan bibir merah merona.
Fantasi pada adikku memang jauh lebih menggebu karena berbeda dengan ibu dan kakakku, adikku bisa dibilang cukup terbuka. Dia biasanya hanya mengenakan kaus lengan pendek dan celana ketat sehingga tubuhnya yang indah bisa kunimati diam-diam.
Aku bahkan sering mengintip adikku yang tidur karena saat itu dia hanya mengenakan kaus pendek tanpa bawahan sehingga aku bisa melihat celana dalamnya yang biasanya berwarna cerah atau bermotif sehingga menambah nafsuku. Apalagi adikku punya wajah yang manis dan sikap yang centil dan mudah bergaul.
Semakin lama melamun, aku semakin mengantuk apalagi dengan suasana sore yang sejuk. Tanpa terasa aku jatuh tertidur di ruang tamu.
"Bangun !"ujar suara itu mengejutkanku apalagi suara itu datang dengan segelas air yang menerpa wajahku. Segera saja kesadaranku datang dan melihat kakakku, Syifa berdiri dengan muka marah.
"Kamu ini ! Sore-sore ini bukannya bantu-bantu malah tidur ! Mau jadi apa hah !"bentak Kak Syifa kasar.
"Maaf kak."Aku hanya bisa menunduk menyesal. Kak Syifa memang sangat galak padaku terutama jika aku lalai melaksanakan tugas. Dia berusia 23 tahun dan hanya selisih 2 tahun dariku. Meski begitu dia punya tinggi yang sedikit lebih tinggi dariku dengan tubuh langsing dan pantat yang besar meski tidak sebesar ibu. Wajahnya cantik dengan gurat tegas karena kerja keras setiap hari. Hal itulah yang membuatnya disegani banyak orang.
"Maaf maaf. Kamu kira ini udah berapa kalinya kamu malas-malasan di sini !"Kak Syifa semakin marah. Aku hanya bisa menunduk tanpa berani melihat matanya. Sejak dulu aku memang selalu takut pada kakakku. Dia sering memarahi bahkan memukuliku. Sepertinya hal itu terbawa hingga aku dewasa sehingga aku tak sanggup menentangnya.
"Dasar ! Jadi laki-laki malah pemalas !"ujar Kak Syifa ketus sambil berlalu. Aku hanya diam saja melihat kakak yang melangkah masuk. Sekilas aku bisa melihat pantatnya yang semok bergoyang pelan dengan menggoda.
"Dasar tukang marah. Awas saja, aku pasti bakalan buat kakak tunduk padaku."ujarku dalam hati.
Malam itu aku tidak bisa tidur di kamarku. Pikiranku dipenuhi dengan fantasi liar tubuh Ibu, Kak Syifa dan Intan yang menggoda. Ah, andai saja aku bisa menikmati tubuh mereka atau bahkan menguasai tubuh mereka.
Di luar sana hujan semakin deras mengguyur desa diikuti oleh gelegar petir yang semakin menggila. Pikiranku terus dipenuhi dengan pikiran kotor tanpa mempedulikan hujan di luar. Sejak mengenal porno, perlahan mulai timbul dalam diriku hasrat fantasi untuk menundukkan dan menikmati tubuh keluargaku. Entah bagaimana aku bisa melakukannya.
CTARRR! Selarik petir dengan telak menyambar bumi hingga membuat getaran kuat. Aku seketika terbangun karena petir itu serasa menyambar di dekatku. Ketika aku menoleh ke meja di kamarku, aku melihat selarik kertas yang sebelumnya tidak ada di sana.
Kalau ingin semua keinginanmu terwujud, datanglah ke gua di lubuk sungai dengan 2 pohon besar yang tumbang. Aku akan membantumu mewujudkan hasratmu untuk menundukkan keluargamu.
Tuk Siamang
Kemunculan Tuk Siamang
Suasana di gua yang aku tuju sangat seram. Cahaya purnama bersinar terang tanpa awan membuat suasana agak terang. Lingkungan sekitarku terasa sunyi dan hanya terdengar suara jangkrik di kejauhan. Gua yang sekarang kutuju terletak di tebing cadas di dekat sebuah sungai yang beraliran tenang dengan 2 buah pohon besar yang tenggelam sebagian di salah satu alirannya. Gua itu punya mulut yang agak besar dan anehnya tidak terdengar suara kepak kelelawar yang biasanya ada pada setiap gua.
Gua itu sendiri terletak di perbatasan desa kami dengan hutan belantara. Untuk sampai ke sana aku harus melewati kebun karet terluar dari desa lalu menerabas semak belukar ratusan meter yang membatasi kebun karet itu dengan aliran sungai. Dengan sebilah parang dan pencahayaan dari purnama, aku mati-matian membuat jalan melewati semak belukar itu karena memang hampir tak pernah ada yang melewatinya. Sejak kecil kami diperingatkan untuk jangan sekali-kali mendekati aliran sungai itu apalagi sampai ke gua di tebing itu. Karena konon katanya aliran sungai itu ditinggali beberapa buaya raksasa sementara tebing itu adalah sarang harimau. Namun demi menemui Tuk Siamang, aku memutuskan untuk bertaruh nyawa masuk ke bagian yang katanya paling berbahaya di desaku.
Setelah perjalanan yang memelahkan, akhirnya aku sampai di mulut gua. Sejenak aku sempat bimbang begitu berdiri di depan pintu gua. Bukan karena ada harimau di dalamnya karena aku yakin itu cuma karangan orang-orang tua supaya anak-anak tidak bermain di sana. Aku lebih takut karena di sanalah sosok legenda kampung, Tuk Siamang tinggal. Aku tahu soal sosok Tuk Siamang yang sering diceritakan para penduduk pada anak-anaknya untuk menakut-nakuti mereka agar tidak bandel. Sosok itu dikenal sangat sakti dan kejam. Sebenarnya aku juga tidak terlalu percaya tapi setelah melihat sendiri Tuk mengirim pesan, aku mulai yakin akan kesaktiannya.
Nama Tuk Siamang sendiri diambil dari panggilan datuk yang merupakan bentuk penghormatan pada tetua yang biasanya punya ilmu yang tinggi. Siamang sendiri diambil dari kera besar di belantara sumatra. Biasanya, orang yang mendalami ilmu tertentu menggunakan nama binatang yang merupakan representasi dari ilmu yang dipelajarinya. Banyak yang percaya kalau Tuk Siamang punya kesaktian untuk menundukkan orang dan mengendalikannya. Banyak juga yang percaya kalau Tuk Siamang bisa berubah menjadi kera raksasa. Dari sanalah gelar Tuk Siamang diambil. Sementara nama aslinya tidak ada yang tahu.
Kisah dari Tuk Siamang sendiri selain dari kengerian dan kesaktiannya, merupakan bagian tak terpisahkan dari legenda terbentuknya desa kami. Penduduk percaya kalau Tuk Siamanglah yang membangun desa ini bersama dengan Tuk Helang
Dulu diceritakan, ada 2 orang sakti yang mengusai wilayah ini yaitu Tuk Siamang dan Tuk Helang. Mereka adalah pemimpin dari 2 kelompok yang merajai belantara bukit barisan. Tuk Siamang terkenal sebagai bandit terkenal yang sering merampok desa-desa. Sementara Tuk Helang adalah seorang pemimpin dari kelompok adat yang bertugas untuk melindungi kehidupan desa-desa adat yang ada. Mereka berdua sering berebut wilayah kekuasaan karena Tuk Siamang mengklaim kalau kelompoknya lebih berhak karena merupakan turunan dari suku melayu primitif sebelum kedatangan bangsa luar sementara Tuk Helang mengelak dan mengatakan kalau kelompok Tuk Siamang yang tak berperadaban dan hanya bisa bisa merampok tak berhak untuk memimpin.
Mereka bermusuhan dari generasi ke generasi. Hingga akhirnya meletuslah agresi militer belanda. Belanda mengirimkan banyak serdadu bersenjata lengkap untuk masuk ke sumatra. Hal ini mulai mengusik kelompok Tuk Siamang dan Tuk Helang karena tentara belanda juga menyerang penduduk mereka. Namun apa daya, meski punya kesaktian yang tinggi, belanda yang jumlahnya lebih banyak dan bersenjata lengkap tetap berhasil membunuhi penduduk mereka.
Hingga akhirnya beberapa pejuang kemerdakaan datang dan meminta bantuan pada Tuk Siamang dan Tuk Helang. Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk bekerja sama demi mengalahkan belanda. Akhirnya kedua kelompok itu bersatu dan dengan dibantu para pejuang kemerdakaan, mereka berhasil menghalau gerak belanda. Sebagai rasa terima kasih, Tuk Siamang dan Tuk Helang diberikan tanah yang cukup luas untuk dijadikan pemukiman.
Untuk sementara kedua kelompok itu dapat hidup rukun. Mereka mendirikan pemukiman dan bahkan melakukan pernikahan silang. Kedua kelompok itu mulai melupakan sejarah bahwa mereka dahulu adalah musuh. Dengan kepemimpinan dari Tuk Siamang dan Tuk Helang, desa itu bisa menjadi tempat yang makmur hingga menarik beberapa orang untuk ikut tinggal di sana. Hingga akhirnya suatu hari Tuk Helang meninggal dan Tuk Siamang diangkat menjadi pemimpin tunggal bagi desa itu dan dari sana masalah dimulai.
Ketika menjadi pemimpin, Tuk Siamang membuat aturan yang membuat pengikut Tuk Helang marah. Tuk Siamang memerintahkan agar wanita yang ingin menikah harus dijebol perawannya oleh dia sebelum malam pertama. Jika wanita itu sudah tidak perawan saat menikah, maka perempuan itu akan menjadi budak sex dari Tuk Siamang hingga akhir hayat.
Hal itu membuat banyak wanita mulai takut untuk menikah karena mereka melihat wanita yang habis diperawani oleh Tuk Siamang akan tergila-gila pada kontolnya. Mereka tidak akan mau menuruti suami dan akan patuh pada Tuk Siamang meskipun itu berarti mereka bersetubuh di depan suami mereka. Jika suami mereka menolak agar perempuan itu bersetubuh dengan Tuk Siamang, maka perempuan itu bisa menjadi gila bahkan sampai berjalan keluar dalam keadaan bugil.
Karena semakin sedikit wanita yang menikah di desanya, Tuk Siamang mulai bermain licik dengan menyuruh anak buahnya untuk memperkosa para anak gadis. Dan sesuai dengan aturan yang ditegakkan, mereka semua akhirnya dijadikan budak pemuas dari Tuk Siamang. Penduduk meski benci setengah mati pada kelakuan bejat Tuk Siamang, mereka tidak bisa berbuat banyak karena kesaktian Tuk Siamang yang tinggi dan mungkin hanya dapat diimbangi oleh Tuk Helang.
Maka sejak saat itu semakin banyaklah budak milik Tuk Siamang. Mereka seringkali tidak memakai pakaiaan dan bertingkah seperti orang gila. Banyak yang diperlakukan seperti anjing, patung, atau toilet Tuk Siamang. Semua itu semata-mata untuk memuaskan hasrat seksual Tuk Siamang yang tinggi. Sementara bagi perempuan yang sudah beristri, mereka cukup melihat isyarat dari Tuk Siamang akan langsung membuka semua pakaian mereka dan melayani nafsu Tuk Siamang meski berada di luar dan dilihat banyak orang.
Hingga suatu hari, datanglah anak dari Tuk Helang bernama Sutan dari perantauan. Dia adalah seorang anak yang cerdas dan cukup banyak menimba ilmu di luar desa. Tuk Siamang semula menaruh curiga kalau anak itu akan mengambil alih kekuasaannya. Namun Sutan menujukan kesetiaan yang menakjubkan dengan menjadi pengikut Tuk Siamang yang setia. Sutan juga mengajarkan penduduk bertani, kerajinan, dan berdagang. Hal itu membuat desa semakin maju dan makmur meski terletak di tempat yang agak terisolasi. Dari sanalah nama Desa Permai diberikan.
Karena jasa-jasanya, Tuk Siamang mengangkat Sutan menjadi orang kepercayaannya. Sutan bahkan dipercaya untuk mencari budak bagi kepuasan seksual Tuk Siamang. Sutan menjalankan semuanya dengan baik dan semakin menaikan derajatnya di sisi Tuk Siamang.
Hingga suatu hari, ketika habis berhubungan badan, Sutan datang berderap ke Tuk Siamang dan menyerangnya. Sebenarnya mudah saja Tuk Siamang untuk mengalahkan Sutan. Namun Sutan dengan cerdik diam-diam memberikan makanan dan minuman yang bisa memperlemah kesaktian Tuk Siamang sedikit demi sedikit hingga akhirnya Sutan berhasil mengalahkan Tuk Siamang.
Meski begitu, Sutan gagal membunuh Tuk Siamang karena Tuk Siamang berhasil meloloskan diri dengan tubuh sekaratnya. Sejak saat itulah Sutan menjadi kepala desa dan mengganti suasana desa yang penuh maksiat menjadi desa yang relijius. Sementara itu nasib dari Tuk Siamang tidak diketahui. Banyak yang beranggapan kalau Tuk Siamang sudah mati karena luka akibat pertarungan dengan Sutan. Namun banyak yang beranggapan Tuk Siamang masih hidup dan menunggu kesempatan untuk membalas dendam.
Aku masih mematung di depan pintu gua. Aku yakin kalau surat yang kuterima waktu itu berasal dari Tuk Siamang. Cuma dia yang masih punya cukup kesaktian untuk mengirimkan surat ini dan mengetahui permasalahanku.
"Kau yang bernama Haris !"seru sebuah suara dari dalam gua. Ketakutan segera mencekam diriku dan membuat bulu punukku berdiri.
"I..i..iya Tuk !"jawabku terbata. Dari dalam gua, keluarlah sosok tinggi besar dengan badan tegap berotot. Sosok itu menggunakan pakaiaan serba hitam dengan ikat kepala berwarna merah. Rambut sosok itu panjang sebahu dengan beberapa helai uban. Sosok itu punya sepasang mata bulat besar dan janggut dan kumis hitam lebat. Dia memancarkan aura yang menekan dan membuat siapapun takut beradu pandang dengannya. Seketika aku langsung tahu, dialah Tuk Siamang.
"Masuk !"Tuk Siamang hanya sekejap di luar. Dia segera berbalik kembali ke gua diikuti olehku dengan langkah yang ragu-ragu.
Suasana di gua sangat gelap dan lembab. Suara langkah kaki Tuk Siamang terdengar menggema. Aku berusaha berjalan lurus mengikuti langkah Tuk Siamang tanpa tahu kemana aku akan dibawa.
Akhirnya Tuk Siamang membawaku ke bagian yang terang dengan cahaya dari obor. Bagian itu punya langit-langit tinggi dengan permukaan yang cenderung rata. Di sana terhampar sebuah tikar dan beberapa kendi air. Tuk Siamang duduk di atas tikar dan dengan isyarat dia menyuruhku duduk di hadapannya.
"Kau benar-benar serius mau menundukkan keluargamu ?"tanya Tuk tanpa basa-basi.
"Benar Tuk."
"Apa benar kau ingin menikmati tubuh semua keluargamu?"
"Benar, Tuk."Dalam hati aku semakin yakin dengan kesaktian Tuk yang bahkan dapat melihat isi hatiku.
"Aku bisa menolongmu dengan mudah. Tapi syaratnya agak sulit"
"Kenapa Tuk ?"
"Ada sebuah mantra penakluk yang kuat sekali tapi syaratnya kau harus menyetubuhi korban"
"Menyetubuhinya ?"tanyaku agak heran
"Benar. Itu adalah syarat mutlak agar mantra ini berhasil."Tuk Siamang mengelus jangut panjangnya pelan."Sebelumnya aku ingin tanya, kau benar ingin menyebuhi keluargamu sendiri ?"
Aku terdiam mendengar pertanyaan dari Tuk Siamang. Meski ingin menolaknya, aku tidak bisa menampik kalau aku punya nafsu pada ibuku sendiri dan bahkan pada Intan dan Syifa meski aku tahu itu adalah perbuatan haram.
"Benar Tuk. Saya sering membayangkan berhubungan badan dengan keluarga saya sendiri."Tuk Siamang mengangguk-angguk mendengar jawabanku.
"Meski itu melanggar norma dan hukum ?"
"Saya tidak peduli Tuk. Saya merasa nafsu saya hanya bisa dipuaskan jika berhubungan dengan ibu dan saudara saya."Tuk Siamang mengangguk-angguk mendengar jawabanku.
"Dengar, ada sebuah mantra bernama Gendhing Abra Abilasa. Mantra ini dapat membuat siapapun yang terkena akan tunduk patuh pada yang memberi mantra. Korban akan kehilangan kehendak pribadinya, harga dirinya, hingga rasa malunya. Korban akan tergila-gila dengan kontolmu dan akan melakukan apapun untuk bisa mendapatkan kontolmu. Dengan mantra ini, kau bisa membuat korban melakukan semua perintahmu kecuali untuk bunuh diri."
"Lalu bagaimana cara menggunakannya ?"tanyaku tak sabar.
"Korban harus disetubuhi terlebih dahulu dan sebelumnya kau harus membaca seloka Gendhing Abra Abilasa. Setelah korban pingsan karena kelelahan, ambil sehelai rambutnya kemudian bakar sambil membaca seloka Gendhing Abra Abilasa lagi. Setelah itu kau harus terus mempermalukan korban dan membuang rasa malunya. Dalam periode ini pikiran korban biasanya akan menolak atau akan ada pertentangan yang hebat dalam dirinya. Namun meski begitu tubuhnya akan menuruti perintahmu. Perlahan lahan akal sehat korban akan hilang dan digantikan oleh nafsu akan kontolmu. Setelah kau melihat kalau korban mulai menerima statusnya, barulah kau buat dia bersumpah untuk menyerahkan jiwa raganya padamu dan melayani dirimu sebagai budak. Setelah itu kau akan memiliki kontrol mutlak pada tubuh, hati, dan pikiran korban."
"Bagimana supaya saya bisa menguasai mantra itu Tuk ?"
"Syaratnya mudah. Cukup puasa 3 hari dan rapalkan seloka Gendhing Abra Abilasa setiap berbuka. Tapi ada masalah dalam penurunan mantra ini."
"Kenapa Tuk ?"
"Ilmuku sudah tumpul sejak kalah oleh si Sutan sialan itu. Karena itu korban sangat sulit untuk ditundukkan ketika periode setelah kau setubuhi untuk pertama. Mantra ini juga bisa ditangkal buat mereka yang punya hati yang kokoh. Dan kau bisa terkena kutukan kalau tidak menambah jumlah budakmu dalam periode tertentu."
"Jadi saya harus apa Tuk ?"tanyaku cemas. Tak kusangka ada resiko mengamalkan mantra ini.
"Kau harus menundukkan setidaknya 3 budak dalam sebulan. Setelah itu kau harus terus mencari budak setiap bulannya 2 kali hingga kau memiliki 27 budak. Nanti semakin lama mantranya akan kuat seiring jumlah wanita yang kau perbudak."
Aku menangguk-angguk mendengar penjelasan dari Tuk Siamang. Jika itu benar, itu berarti aku harus ngentot dengan banyak sekali wanita. Aku bisa membayangkan bagaimana enaknya dapat mencicipi banyak wanita di desaku. Tapi masih ada keraguan yang mengganjal.
"Bagaimana cara saya menyetubuhi mereka ?"
"Gampang. Aku punya beberapa ramuan."Tuk Siamang mengeluarkan kemenyan, gula, dan minyak yang semuanya dibungkus dengan bilah bambu."Gula ini akan membuat wanita terangsang hebat. Minyak ini jika dibalurkan ke tubuh akan membuat tubuh itu bisa kau kendalikan. Sementara kemenyan ini kau bakar sekali di rumah maka orang tidak akan curiga pada tindakan kalian."
"Bagaimana jika saya terkena penyakit ? Lalu bagaimana jika mereka hamil ? Orang kampung bisa merajam saya tanpa ampun."kataku mengungkap kekhawatiranku.
"Mantra ini akan melindungimu dari segala penyakit. Mantra ini juga mencegah sperma penggunanya membuahi wanita yang dia setubuhi. Dan kau juga bisa memperpanjang kontolmu dan memperkuat spermamu."
"Baiklah kalau begitu. Saya siap untuk menggunakan mantra ini."kataku dengan berbinar.
"Bagus. Besok mulailah berpuasa. Setelah berpuasa, kembalilah kesini. Aku akan memberikan ilmu ini padamu."
"Terima kasih Tuk."Aku menunduk dalam penuh terima kasih dan segera berbalik pergi keluar dari gua itu.
Mulai Beraksi
Sore itu, setelah lelah seharian berkebun, aku pulang ke rumah. Suasana di sekitar rumah sangat lenggang. Aku langsung masuk ke rumah dan masuk ke kamarku. Di kamar aku langsung membuka bungkusan yang kemarin diberikan oleh Tuk Siamang. Bungkusan dari daun jati itu berisi semacam gula namun berwarna agak keabu-abuan. Inilah ramuan yang akan memuluskan rencanaku.
Supaya aku dapat mensetubuhi keluargaku, Tuk Siamang memberiku sebuah ramuan perangsang. Itu bukan ramuan biasa. Tuk mengatakan kalau ramuan ini dapat membuat wanita manapun akan dikuasai nafsu yang sangat besar dan akan menyingkirkan akalnya. Jika dosisnya cukup banyak, maka wanita tersebut bahkan akan langsung melepas bajunya meski di tempat umum.
Aku segera membayangkan tubuh sekal ibuku yang telanjang sempurna. Ah, membayangkannya saja sudah membuat kontolku ngaceng maksimum. Dengan segera kuambil secuil gula itu dan kubawa keluar.
Aku segera ke dapur dan merebus air di kompor. Suasana rumah sedang sepi karena Intan dan Syifa tadi izin ikut membantu tetangga yang akan melakukan pernikahan sementara ibu sedang ke warung dan seharusnya sebentar lagi akan sampai. Setelah selesai merebus air, aku segera membuat teh dan memasukan gula yang sudah kusiapkan di dalamnya. Tuk bilang kalau efek dari gula ini hanya akan bertahan maksimal 2 jam jadi aku harus memaksimalkan momentum ini.
"Assalamualaikum."Terdengar suara salam dari ibu. Aku segera meletakkan gelas di meja makan dan segera menuju kamarku yang berbatasan dengan dapur.
Terdengar langkah ibu yang memasuki rumah. Aku berusaha mengintip dari celah pintu yang sengaja tidak kututup rapat. Dari sana bisa kulihat ibu yang begitu anggun dengan gamis biru tua dan jilbab lebar berwarna biru muda. Kulihat ibu sampai di dapur dan duduk di kursi dapur dan meletakkan belanjaannya di atas meja. Ibu terlihat lelah karena membawa belanjaan yang berat. Tanpa pikir panjang, ibu segera mengambil teh yang kusiapkan dan meminumnya dengan nikmat.
Setelah meminumnya ibu bangkit dan merapikan barang belanjaannya. 5 menit berlalu sejak ibu meminumnya tapi tidak terjadi apa-apa. Aku mulai kesal melihatnya. Jangan-jangan Tuk Siamang hanya mengerjaiku. Tapi kusingkirkan pikiran itu jauh-jauh. Tuk Siamang bukan orang abal-abal. Ilmunya tinggi. Tak mungkin ramuannya gagal
"Haris ! sini bantu ibu !" panggil ibu. Melihat kondisi ibu yang masih baik-baik saja membuat keyakinanku mulai goyah. Sepertinya aku harus menelan hasratku untuk menikmati tubuh ibu. Aku berusaha menelan kekesalanku dan keluar kamar.
"Iya bu."
"Ris, ini tolong sayurnya di cuci."Ibuku menunjuk sayur di meja. Aku segera mengambilnya dan kubawa ke dekat keran. Sementara ibu terlihat menyiapkan bahan-bahan untuk memasak.
Dari tempatku aku bisa melihat pantat ibuku yang meski tertutup gamis lebar, masih terlihat sedikit bergoyang mengundang nafsu. Jakunku naik turun membayangkan empuknya pantat ibuku yang semok. Ah, dasar Tuk sialan. Katanya jika memakan gula itu maka akan langsung terangsang hebat. Sekarang sudah hampir 15 menit dan tidak ada apa-apa.
"Ini bu sayurnya sudah kucuci."kataku sambil membawa sayur kearah ibu yang masih sibuk memasak.
"Ya, terima kasih."Jawab ibu tanpa menoleh. Saat itulah, aku tidak sengaja menyenggol tangan ibu yang sedang sibuk memasak. Dan tak kusangka itu mengaktifkan efek dari ramuan yang kuberikan.
"AAAAHHHH."Ibu berteriak kencang dengan tubuh yang bergetar hebat. Lututnya tak mampu lagi menopang tubuhnya dan membuat ibu tersungkur jatuh. Tangan ibu tanpa sadar memainkan toked dan memeknya di luar gamis biru yang dia kenakan. Kakinya mengakang membuatku sekilas dapat melihat celana dalamnya. Kancing ibu yang ada di depan dilepas beberapa agar tangan ibu dapat langsung menjamah tokednya. Nafasnya memburu karena nafsu. Keringat mulai bercucuran meski udara terasa sejuk. Matanya merem melek menahan gejolak nafsu. Dan hebatnya itu semua dilakukan di depanku. Rupanya Tuk Siamang tidak berdusta. Dia bisa membuat ibuku bermastrubasi di depanku.
Permainan tangan ibu semakin liar. Tangan ibu semakin masuk ke dalam bhnya untuk mencapai tokednya. Jilbab ibu tersingkap ke belakang membuatku dapat melihat belahan tokednya karena kancing depan gamis ibu terbuka. Sementara itu tangan ibu yang satunya sekarang menyingkap sepenuhnya gamis bawahnya dan meraih memeknya yang masih berbungkus dengan cd putih. Tanpa sadar ibu mengakangkan kakinya hingga membuatku leluasa melihat celana dalam ibu dan paha ibu yang berisi.
"Ibu kenapa ?"tanyaku pura-pura cemas.
"Gak tau nak. Tiba-tiba tubuh ibu panas dan...... AAAHHH."Ibu berteriak lagi. Tubuhnya menggelinjang hebat. Wajahnya terlihat kusut menahan nafsu yang tiba-tiba bergejolak. Kupikir ibu akan mencapai orgasme dan akan mengeluarkan cairan kenikmatannya. Tapi yang terjadi adalah tubuh ibu beranjak tenang meski masih bergetar. Aku teringat dengan kata Tuk kalau perempuan yang meminum ramuan itu tidak akan dapat mencapai orgasme sebelum disetubuhi oleh laki-laki.
Pandangan ibu tiba-tiba tertuju pada kontolku yang mulai ngaceng sejak melihat ibu yang sedang coli. Sontak tubuh ibu bergerak maju kearah celanaku dan berusaha membuka celanaku.
"Eh ibu mau ngapain ?"tanyaku pura-pura terkejut. Ini semakin menarik. Ibu yang sebelumnya terkenal alim sekarang tak lebih dari wanita yang haus kontol.Aku masih ingin mempermainkan ibu dan membuatnya lebih lama terangsang.
"Ibu...ibu.."jawab ibu terbata. Nafasnya naik turun. Dia sepertinya ingin menuntaskan nafsunya segera.
"Ibu mau apa ?"
"Ibu mau penismu nak."Tanpa sadar tangan ibu sudah memegang kontolku dari luar celanaku.
"Ini namanya kontol bu."kataku tersenyum polos.
"Iya Nak. Ibu pengen kontolmu."
"Kontolku mau diapain bu ?"
"Ibu pengen kontolmu ditancepen di vagina ibu. Vagina ibu gatel banget. Tolonglah ibu. Ibu udah gak kuat."cercau ibu yang tiba-tiba bergetar hebat. Sontak saja tangan ibu kembali bermain di memeknya dan kali ini lebih cepat.
"Tapi kita kan ibu anak. Mana boleh berhubungan."Kataku pura-pura polos.
"Ibu gak peduli. Ibu pengen berzina sekarang. Tolong ibu nak. Setubuhi ibumu ini."
"Mmm tetap aja gak boleh ibu. Ibu harus sadar, ibu itu perempuan baik-baik. Masa mau bersetubuh dengan anaknya sendiri."
"Setubuhi ibu nak !" ibu mencercau lantang. Tangannya mencengkram lututku." Ibu udah gak peduli lagi. Ibu cuma mau dipuaskan."
"Kalau begitu gimana kalau ibu jadi budakku aja."
"Budak ?"
"Iya. Artinya ibu adalah milikku sepenuhnya. Ibu harus menuruti semua perintahku. Ibu gak punya hak lagi bahkan pada tubuh ibu."
"Iya iya. Ibu akan jadi budakmu. Ibu akan mematuhimu mulai sekarang."
"Kalau begitu silahkan lepas baju ibu sampai telanjang bulat kemudian berlutut dan cium kakiku sambil memohon untuk disetubuhi."
Dengan tergesa-gesa ibu mencopot gamisnya dan jilbabnya dan memperlihatkan bh dan cdnya yang berwarna putih. Tangannya segera mencopot benda terakhir yang menutupi tubuhnya itu dan memperlihatkan pemandangan yang mempesona. Rambutnya yang agak bergelombang sampai ke pundak, 2 Buah dada besar seperti pepaya, perut yang agak gemuk, memek tembem dengan sedikit rambut serta sepasang paha besar. Dengan cepat ibu berlutut di depanku dan mencium kakiku serta berujar."Setubuhi budak ini Tuan Haris."
"Bagus-bagus."kataku penuh kemenangan sambil mengusap rambut hitam ibu. "Sekarang coba ibu lepas celanaku sama celana dalamku ."
Tangan ibu bergerak untuk membuka celanaku tapi segera kutepis tangan ibu."Pake mulutlah."
Dengan penuh nafsu mulut ibu bergerak menggigit celana training yang kupakai. Aku memutuskan berdiri untuk mempermudah pekerjaan ibu. Akhirnya celanaku lepas dan disusul dengan celana dalamku hingga menampakkan kontolku yang besar dan mengacung tegang. Mulut ibu dengan rakus berusaha menjilati kontolku tapi segera kuhentikan.
"Sebentar dulu. Sebelum ibu merasakan kontolku yang nikmat ini, coba ibu duduk di kursi sambil mengakang dan tangan ke belakang punggung. Jangan sampai ibu coli." Terlihat ekspresi kecewa dari ibu tapi akhirnya ibu duduk dikursi dengan posisi yang kuminta. Aku sengaja ingin membuat ibu tersiksa dengan nafsu birahinya. Aku beranjak berdiri tanpa menggunakan celanaku dan mengambil minum. Kulihat ibu tersiksa karena harus menahan nafsunya yang menggelora. Kulihat juga matanya tak terlepas dari kontolku yang masih tegang.
"Ibu jadi bener nih mau kontolku ?"tanyaku setelah duduk di depanku.
"Iya nak. Tolong cepet setubuhi ibu. Ibu udah gak kuat lagi."
"Meskipun ibu seorang wanita alim ?"
"Ibu gak peduli lagi nak. Ibu cuma pengen kontolmu."
"Ibu kayaknya udah tergila-gila banget sama kontolku. Emangnya ibu lonte apa ?"
"I..i..ya. Ibu lonte yang haus kontolmu."
"Tapi lonte kan dibayar. Ibu mau aku bayar berapa ?"
"Enggak usah nak. Cukup kamu masukan kontolmu ke vagina ibu."
"Berarti ibu lebih rendah dong dari pada lonte."Aku tertawa melihat ibu yang semakin frustasi nafsunya kupermainkan. Ibu yang sebelumnya seorang wanita alim sekarang menjadi wanita haus kontol yang lebih rendah dari lonte di pinggir jalan." Eh, itu namanya bukan vagina bu. Vagina itu cuma buat wanita baik-baik. Karena ibu sekarang lebih rendah dari lonte, ibu harusnya bilang memek."
"Ba..baik. Tolong masukan kontolmu ke memek ibu."cercau ibu. Terlihat kaki ibu yagn bergetar hebat berusaha menahan rangsangan yang begitu bergejolak sementara tangannya yang dibelakang tidak dapat berbuat apa-apa untuk memuaskan hasrat sexnya yang menggebu.
"Coba ibu berlutut di depanku. Aku pengen kencing." Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, ibu segera berlutut di depanku. Aku segera menyuruhnya membuka mulut dan seketika, s
yurrrr air kencingnku yang berwarna kuning pucat terpancar dan memasuki mulut ibu yang meminumnya dengan lahap. Beberapa tetes kencingku juga terciprat ke muka dan badan ibu.
"Gimana rasanya kencing punya tuanmu ?"
"Enak banget tuan." Ibu tersenyum puas. Tak cukup sampai di situ, mulut ibu menjilati ujung kontolku dari sisa kencingku. Ibu juga mengusap sisa kencing ditubuhnya dan menjilatinya dengan nikmat.
"Sekarang ayo ke kamar. Aku pengen main di sana aja."Dengan semangat ibu langsung masuk ke kamarnya diikuti olehku. Aku lalu berbaring dengan kontol yang mengacung tegang.”ayo bu dudukin kontolku.”
Dengan semangat Ibu langsung duduk di pangkuanku sekaligus membiarkan kontolku masuk ke dalam memeknya.
"Aaaahhhhh"ibu menjerit penuh nikmat setelah kontolku masuk ke memeknya. Matanya merem melek menikmati setiap genjotan yang kulakukan. Aku yang melihat respon ibu semakin semangat menggenjot memek ibu.
"PLOK! PLOK! PLOK!"Suara kelamin kami yang beradu semakin terdengar keras. Tubuh ibu bergetar hebat oleh rangsangan hebat dari memeknya yang telah tertembus kontolku. Memek ibu meski terasa melar, namun tetap saja nikmat.
Nur di ewe
Tanganku yang menganggur segera meraih toked ibu yang sebesar pepaya dan meremasnya kuat membuat ibu semakin kenikmatan. Mulutku bertaut dengan bibir ibu dan mulai bermain.
"Ah memekmu emang mantap bu."cercauku. Aku tidak peduli lagi meski aku adalah anaknya dan hubungan ini diharamkan seluruh agama. Aku sudah dibutakan oleh nikmatnya memek ibuku.
"Ah tusuk lagi memek ibumu, ahhh, kontolmu mantap nak."Ibu juga meracau seperti orang gila kontol. Tangannnya mencengkram badanku yang masih mengenakan kaus.
"OUGHH ! AHHHHH ! Ibu sampai !"Tubuh ibu menggelinjang hebat menerima berbagai rangsangan yang kuberikan. Matanya terpejam rapat menikmati sensasi dari kontolku yang menembus memkenya, tanganku yang meremas toked besarnya, dan mulutku yang menghisap kuat bibirnya. Kombinasi dari sensasi itu ditambah dengan hasrat yang dibangkitkan obat perangsang membuat ibu melayang ke puncak kenikmatan yang tidak pernah dinikmatinya seumur hidup.
"AHHHHH ! Mantap sekali memekmu ! Rasakan spermaku bu !"
Persutubuhan kami tak berlangsung lama. Aku segera mengeluarkan spermaku ke dalam rahim ibu dan membuat tubuh ibu bergetar hebat disusul dengan cairan orgasem yang muncrat tak terbendung dari memeknya.
"Ah kamu memang hebat bu."kataku mendesah nikmat dan menyaksikan ibu yang terbaring kelelahan. Aku teringat kalau aku harus mengambil sehelai rambut ibu untuk ritual. Akupun dengan lembut mencabut 3 rambut ibu dan segera berpakaiaan lagi. Tak lupa kucium pipi ibu dengan penuh cinta.
"Selamat tidur bu. Sebentar lagi ibu akan sepenuhnya takluk padaku."
Mengubah Ibu
2 Hari berlalu sejak aku berhasil menyetubuhi ibuku sendiri. Sejak saat itu ibu terlihat cemas dan takut. Dia selalu menghindariku dan tidak mau berpapasan denganku. Ibu juga sekarang lebih banyak mengurung diri di kamarnya dan bahkan menolak untuk ikut pengajian. Sepertinya dia masih kepikiran soal hubungan seksnya denganku.
Tuk memberitahuku kalau ramuan yang kugunakan tidak akan menghilangkan kesadaran atau ingatan korban. Korban akan sepenuhnya sadar namun tidak dapat mengendalikan dirinya. Karena itulah setelah efek obat itu habis maka korban biasanya akan diliputi oleh perasaan bersalah. Kupikir ibu juga menunjukkan gejala yang sama. Dia sepertinya sangat marah karena hubungan itu tapi dia tidak bisa memarahiku karena dalam ingatannya, dialah yang pertama kali mengajak untuk berhubungan.
Aku juga masih berusaha memikirkan cara untuk menundukkan ibu dan membuat ibu mau bersumpah menjadi budakku karena seperti yang Tuk bilang, hanya dengan cara itu aku bisa sepenuhnya mengontrol ibu. Tapi sikap ibu yang terus menjauh membuatku kesulitan untuk mencari momen yang tepat melancarkan aksiku.
Pagi itu aku pergi ke kebun dengan semangat. Intan dan Kak Syifa juga sudah pergi sebelumnya sementara ibu seperti biasa masih mengurung diri di kamar. Aku berjalan dengan masih memikirkan cara terbaik untuk menundukkan ibu sambil membawa perlengkapan berkebun. Di kebun seperti biasa aku melaksanakan pekerjaanku seperti menyiangi rumput, memperbaiki pagar, dan pekerjaan lainnya. Siang hari ak beristirahat di saung di tengah kebun sambil memakan bekal yang kubawa dari rumah.
Aku mengeluarkan rantang makanan yang sudah kusiapkan dari rumah. Rantang itu berisi sayur, tempe dan nasi. Hidangan yang cukup sederhana namun tetap saja nikmat apalagi setelah bekerja seharian dan sambil menikmati suasana sejuk lembah kami.
Seraya makan, aku kembali memikirkan rencanaku. Aku sudah berhasil menyetubuhi ibu dan mengambil rambutnya untuk memenuhi syarat menggunakan mantra. Sejauh ini rencanaku berjalan dengan sempurna. Kak Syifa dan Intan juga masih belum sadar kalau ibunya sudah melakukan hubungan terlarang denganku dan ibu sendiri sepertinya sudah terkena efek mantraku yang dapat dibuktikan dengan dirinya yang tidak protes denganku. Walaupun itu mungkin karena rasa bersalahnya karena berhubungan denganku.
"Ah, ibu. Kenapa isulit sekali menaklukanmu" gumamku dalam hati sambil membayangkan berbagai rencana untuk menundukkan ibu.
Seperti yang Tuk bilang, setelah aku menyetubuhi korban untuk pertama kali, aku harus mengikis rasa malunya dan membuatnya kecanduan akan kontolku sampai korban menyatakan sumpahnya padaku.
Aku sebenarnya bisa saja memaksakan kehendakku seperti menggunakan ramuan minyak dari Tuk Siamang. Namun sebagian diriku menolaknya. Aku tidak ingin memaksa ibu yang telah melahirkanku. Ibu harus tunduk padaku dengan kesadarannya sendiri tanpa paksaan. Yang kulakukan hanyalah mempengaruhi pikiran dan hatinya.
Ketika aku sedang asyik memakan makananku, aku melihat dikejauhan salah satu sahabatku, Amir, berjalan sambil menenteng cangkul. Amir adalah sahabatku sejak kecil. Orang yang paling dekat denganku sekaligus yang pertama kali mengajarkanku masuk ke dunia sex lewat film-film porno yang dimilikinya. Aku pun memanggilnya dengan keras dan memintanya untuk mampir sebentar.
"Mau kemana Mir ?"tanyaku begitu Amir sampai di dangauku.
"Ini, cangkulku rusak lagi. Mau ke rumah buat perbaikin."
"Lah, kok bisa ?"
"Oh, jadi pas itu aku lagi nyangkul. Nah gak sengaja kena batu gede. Mungkin karena cangkulnya udah tua, patah deh."Amir menunjukkan cangkulnya yang retak. Aku mengangguk-angguk mendengarkan.
"Eh, kau ngancurin cangkul kayak gini gak dimarahin apa sama ibumu ?"
"Jangan ditanya. Marahlah. Kayak gak tau ibuku aja sih."
"Iya ya. Waktu itu aja kita pernah diusir gara-gara kelamaan main."
"Yah, mau gimana lagi. Udah nasib."
"Tapi mungkin ibumu gak bermakdu begitu, dia mungkin sebenarnya peduli sama kau."
"Ah, gak percaya aku sama kata-kata itu."Amir mendengus tak terima."Ibuku itu beda sama ibumu. Kalau ibuku garang melebihi harimau. Kalau ibumu itu lembut dan adem dilihat."
"Ah, ibuku biasa aja kali."
"Serius kali. Masa kau gak perhatikan, dari cara ibumu memandang aja udah kelihatan aura kasih sayangnya."
Aku terdiam mendengar kata-kata Amir. Benar juga. Kenapa aku tidak sadar ya. Meskipun ibu selama ini pendiam, aku mengerti kalau ibu sebenarnya sangat sayang dan peduli pada anak-anaknya. Ibu sering menyiapkan kebutuhan kami, membantu kami, bahkan ketika melanggar ibu biasanya memaafkan. Amir benar. Meski terlihat pendiam, ibu benar-benar menyayangi anak-anaknya dan itu semua bisa dilihat dari caranya memandang.
Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benakku. Sekarang aku paham ada satu kelemahan ibu dan aku akan memanfaatkannya.
Aku pulang ke rumah sebelum azan ashar berkumandang. Seperti yang kuduga, hanya ada Ibu yang masih mengurung diri di kamar.Kak Syifa dan Intan juga sepertinya masih di luar. Aku tersenyum senang. Ini semua sesuai rencanaku. Dengan perlahan, aku merapalkan mantra Gendhing Abira Abilasa di ruang tengah sambil menyebut nama ibuku.
Setelah selesai membaca mantra Gending Abira Abilasa, aku melangkah pelan ke kamar ibu. Tanganku dengan pelan mengetuk pintunya dan memanggil ibu. Dari dalam ibu menyuruhku untuk pergi karena ibu ingin istirahat.
"Ibu, keluar dulu bu. Ada yang ingin Haris sampaikan."kataku lembut. Ajaib, seketika pintu terbuka dan memperlihatkan sosok ibu dengan balutan gamis hijau longgar. Sepertinya mantra Gendhing Abira Abilasa bekerja dengan efektif.
"Kamu mau apa nak ?"tanya ibu dengan nada cemas.
"Cuma mau ngobrol sebentar kok bu,"kataku dengan senyum elegan. Aku menarik kursi di meja makan dan meminta ibu duduk di depanku.
Ibu duduk dengan gelisah. Dia terus menunduk ke meja makan untuk menghindari tatapanku. Aku menyentuh lengan ibu lembut dan membuat ibu berjengit terkejut.
"Ibu kenapa ? Coba ceritakan pada haris dengan sejujur-jujurnya."tanyaku lembut.
"Ibu gak tau kenapa nak. Sejak kita bersetubuh beberapa hari yang lalu, ibu merasakan perasaan yang aneh. Ibu merasakan kenikmatan yang tidak pernah ibu rasakan bahkan dari ayahmu dulu. Ibu merasa melayang bebas. Tapi ibu tau itu perbuatan dosa. Ibu sangat merasa bersalah karena memintamu untuk menyetubuhi ibu waktu itu. Ibu tahu ibu yang salah karena menggodamu. Tapi ibu tidak bisa mengenyahkan bayangan kenikmatan itu."jawab ibu dengan jujur. Aku mengangguk tenang. Tuk memberitahuku kalau orang yang terkena mantra ini tidak akan bisa berbohong.
"Lalu sekarang bagaimana perasaan ibu padaku ? Apa ibu ingin menikmati kontolku lagi ?"
Kepala ibu terangkat karena terkejut. Tapi seperti yang kubilang, ibu tidak bisa berbohong padaku."I..ii..iya nak. Ibu pengen kontolmu yang panjang."
"Tapi ibu gak ingin melakukan perbuatan dosa ?"
"I..i..iya."
"Kenapa bu ?"
"Apa kata tetangga nak kalau ibu bersetubuh dengan anak sendiri."Ibu kembali menunduk. Aku tersenyum sinis. Aku sudah bisa menebaknya. Ibu sejatinya tidak pernah benar-benar mentaati ajaran agama. Ibu hanya tidak ingin kehilangan muka.
"Ibu tau, ibu harus melepaskan semua belenggu itu. Ibu harus mengabaikan gunjingan tetangga. Ibu harus menjadi diri ibu sendiri. Terima diri ibu sendiri. Jangan mengekang nafsu ibu."Aku mengelus pelan lengan ibu dan berujar layaknya motivator.
"Ta..ta..pi bagaimana caranya nak ?"
"Ibu harus berani untuk menunjukkan sisi liar ibu. Ibu harus berani menunjukkan tubuh ibu. Ingat tubuh ibu itu molek. Masa ibu mau menyembunyikannya dari anak ibu sendiri."
"Ta..ta..pi.."
"Ibu sayangkan sama aku ?"tanyaku tersenyum lembut.
"I..i..iya., tapi..."
"Kalau ibu memang sayang, tunjukkan bu. Buat aku puas."
"Tapi ini gak boleh nak."
"Lalu, ibu ingin menyakiti perasaan anak ibu."
Ibu mulai gelisah di tempat duduknya. Dengan sedikit dorongan dari Gendhing Abira Abhilasa, aku bisa membuat dorongan perasana ibu meingkat sehingga akan mengaburkan akal ibu.
"Bu, aku sayang banget sama ibu. Aku ingin menikmati tubuh ibu. Apa ibu gak ingin memuaskanku."
"Tapi ini tetap salah."
"Lalu ibu ingin buat aku menderita ?"
"Baiklah jika itu bisa membuatmu bahagia."
Aku tersenyum bahagia mendengarnya. Rupanya dugaanku benar. Aku bisa menundukkan ibu menggunakan kasih sayangnya padaku. Dengan ini, mantra Gendhing Abira Abilasa dapat digunakan lebih efektif karena Gendhing Abira Abilasa bekerja dengan cara meningkatkan hasrat dan nafsu pada pelaku hingga mengaburkan akal dari korban dan akan bekerja lebih baik jika menggunakan seuatu yang emosional untuk mempengaruhi pikiran korban.
"Sekarang ibu berdiri."Aku berujar lembut. Tubuh ibu seperti dikendalikan sontak berdiri. Mataku terbuka lebar mengamati setiap inci tubuh ibu yang berbalut gamis hijau itu sementara ibu menunduk menghindari tatapanku.
"Kamu mau ngapain nak ?"Tanpa mempedulikan pertanyaan itu, tanganku bergerak cepat menyingkap gamis ibu keatas hingga menampakkan pemandangan yang memukau berupa sepasang paha mulus dan celana dalam berwarna biru. Ibu seperti ingin menjerit tapi aku langsung menyuruhnya diam.
Aku menggulung gamis ibu sampai pinggang kemudian mengikatnya sampai tidak terlepas. Kemudian aku langsung menarik turun cd ibu hingga jatuh di mata kakinya dan memperlihatkan sepasang pantat semok dan memek tembam yang dihiasi sedikit bulu.
Aku jongkok dan mulai mengendus memek ibu yang punya bau sedikit pesing. Lidahku keluar dan menjilati paha bagian dalam sampai ke kloritisnya. Tubuh ibu bergetar hebat menahan rangsangan yang kuberikan. Jilatanku semakin membasahi memek ibu sampai air liurku mengalir turun membasahi lantai. Tak sampai di situ, kedua tanganku membuka bibir memeknya dan menampakkan bagian dalamnya yang berwarna merah muda. Segera saja aku menghisapnya kuat-kuat dan membuat ibu semakin terangsang. Ketika aku merasakan ibu akan mencapai orgasmenya, aku menghentikan aksiku.
"Kok dihentikan ?"ibu terdengar kecewa.
"Ibu tahu kan kalau itu terlarang ?"tanyaku polos.
"Iya nak tapi ibu ingin menikmatinya."Ibuku mulai memelas. Sepertinya rangsanganku berhasil bahkan tanpa perlu mengerahkan semua kekuatan mantraku. Sepertinya perasaan sepi karena ditinggal suami membuat nafsu ibu semakin besar.
"Kalau begitu ibu harus melepaskan semua belenggu itu. Ibu harus membuang martabat dan rasa malu itu dan tunduk pada nafsu birahi ibu. Hanya dengan cara itu ibu bisa menikmati semua kenikmatan ini."
"Baik nak, ibu akan membuang semua rasa malu ini dan menikmati birahi ibu."
"Bagus. Sekarang coba ibu berbalik sebentar. Aku pengen lihat pantat ibu."
Ibu dengan patuh berbalik membelakangiku dengan sedikit membungkuk. Kedua tangannya menggapai kedua bongkah pantatnya dan menariknya berlawanan arah hingga menampakkan lubang kenikmatan yang selama ini memancing nafsuku.
Dengan penuh nafsu aku langsung berjongkok di depan pantat ibu dan mulai menjilati lubang anus ibu. Lidahku dengan lincah bermain dan membuat pantat ibu seketika basah oleh air liurku. Dengan penuh kenikmatan aku menyedot pantat ibu yang punya aroma yang begitu khas. Sementara itu tubuh ibu bergetar tanda akan segera orgasem. Aku memutuskan untuk berhenti sejenak karena ada yang ining kulakukan sebelum ibu orgasem.
"Sebentar bu, aku juga ingin dilayani."Aku segera melepaskan celana sekaligus sempakku."Jongkok dan jilati kontolku bu."
Lagi-lagi tanpa penolakan ibu langsung berbalik dan jongkok di depanku. Tangannya mula-mula memainkan kontol dan buah zakarku hingga agak menegang. Kemudian mulutnya dengan tangkas mulai menjilat dan menyedot-nyedot kontolku dengan nikmat seperti menikmati es krim. Aku merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tiara. Tak akan ada yang menyangka, Nur yang dikenal sebagai wanita taat malah menyepong kontol anaknya.
Mulustrasi Nur ngulum kontol
"Sudah bu. Sekarang coba ibu berdiri dan bersandar di meja makan."Perintahku lagi. Ibu segera melakukannya dan kembali menampakkan pantat semoknya di depanku. Aku meludahkan beberapa liur ke lubang anus ibu untuk melicinkan jalur masuk kontolku sebelum akhirnya kontolku melesat masuk ke dalam pantat ibu.
"Uhhhhh."Aku melenguh kencang ketika kontolku berusaha menembus himpitan dari dua bongkah pantat ibu yang semok. Terasa kontolku seperti ditekan dengan kuat dan membuat tusukan kontolku melambat.
"AHHHAHHH!" Ibu menjerit kesakitan karena anusnya dibor dengan paksa oleh kontolku.
"Tahan sebentar ya sakitnya. Abis ini enak kok."kataku sambil memajukan pinggangku untuk terus mendesak masuk ke dalam anus ibu. Hingga akhirnya dengan segenap tenaga kontolku bisa masuk semuanya ke dalam belahan pantat ibu.
Mulutstasi Nur di anal anaknya
Ibu hanya mengangguk lemah sambil terus menahan rasa sakitnya. Aku semakin mempercepat gerakan menusuk kontolku. Benar saja, semakin lama ibu mulai menikmati anal yang kulakukan. Matanya merem melek menikmati setiap kontolku memompa. Tak butuh waktu lama, spermaku menyembur keluar dan masuk ke lubang anus ibu. Dari pantat ibu melubar sperma bercampur darah.
"Wah, rupanya ibu belum pernah merasakan anal ya. Gimana bu, enak ?"komentarku menyaksikan ibu yang jatuh lemas setelah kupompa pantatnya dengan kontolku.
"Iya, nak rasanya nikmat sekali lagi."Ibu tersenyum lemah menjawab.
"Kalau begitu mulai sekarang ibu harus memperlihatkan memek atau toked ibu jika tidak ada orang atau hanya ada aku. Ibu juga sebaiknya tidak menggunakan pakaiaan ketika tidur."
"Tapi nak....."
"Ibu gak akan menolak kan ?"tanyaku dingin. Aku bisa melihat sedikit rasa penolakan dari wajah ibu tapi akhirnya ibu hanya bisa mengangguk.
Hari-hari berlalu dengan indah. Ibu sudah mulai kembali ke kehidupannya yang dulu karena aku sudah memberi perintah untuk bersikap normal di luar agar tidak dicurigai siapapun. Namun dibalik sosok alim ibu, tersimpan hasrat birahi pada anaknya sendiri.
Ketika tidak ada orang di rumah, ibu akan menggulung bajunya kemudian mengikatnya dipinggang. Dia juga akan melepas celana dalamnya dan akan beraktifitas tanpa sehelai benangpun yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Ibu juga akan melepas semua pakaiaannya ketika tidur. Setiap malam aku akan mengintip ibu untuk memastikan ibu tidur sambil bugil meskipun sebenarnya hal itu tidak perlu kulakukan karena ibu pasti akan mengikuti semua perintahku tanpa bisa menolak.
Suatu malam, ketika Kak Syifa dan Intan tertidur, aku diam-diam membuka pintu kamar ibu. Di sana aku melihat tubuh telanjang ibu yang memakai selimut putih. Suasana diluar diwarnai dengan gerimis sehingga membuat siapapun akan terlelap dengan cepat. Kulihat wajah cantik ibu yang meski sudah berusia 40 tahunan masih cukup cantik dengan hidung mancung dan wajah putih bersih. Perlahan tanganku mengusap pelan wajah ibu yang teduh ketika tidur hingga akhirnya ibu benar-benar terbangun.
"Haris, kamu ngapain di sini ?"tanya ibu agak terkejut. Sontak dia berusaha menutupi tubuhnya dengan selimutnya.
"Hehehe, Aku cuma pengen ngelepas rindu dengan ibu."
"Jangan sekarang nak, Syifa dan Intan lagi tidur."
"Udah jangan takut."Segera aku mencium ibu dengan ganas. Ibu yang agak terkejut tidak dapat melawan dan hanya pasrah menerima ciumanku. Adegan itu terus dilanjutkan hingga aku menghisap-hisap bibir ibu dengan keras hingga ibu kelihatan kesulitan bernafas.
Tanganku juga ikut bermain dengan meremas-remas toked ibu dan memainkan pentilnya yang mulai menegang. Ibu yang sepertinya pasrah menerima permainanku akhirnya mulai bisa menerima dengan mendesah nikmat.
"Bu, ambilin minum dong."pintaku setelah melepaskan ciumanku. Ibu mengangguk pelan dan berjalan ke lemari. Namun sebelum dia membuka lemarinya, aku melarangnya.
"Gak usah pake baju, telanjang aja."
"Tapi nak, nanti kalau...."
"Keluar sekarang bu."Bagai robot, tubuh ibu bergerak otomatis ke luar kamar tanpa mengenakan sehelai benangpun. Aku bisa melihat dadanya yang bergoyang seirama dengan langkah kakinya. Sungguh pemandangan yang menggoda.
Tak selang lama, ibu telah kembali ke kamar dengan membawa segelas air putih. Aku segera mengambil gelas itu dan menyuruh ibu untuk berlutut di depanku yang sedang mengakang.
"Lepas celanaku bu."perintahku. Dengan patuh ibu melepaskan celanaku sekaligus sempakku hingga nampaklah kontolku yang sudah tegang karena melihat tubuh mulus ibu dan adegan ciuman waktu itu.
Mulut ibu seperti reflek ingin langsung melumat kontolku yang sedari tadi sudah menegang. Namun aku menahan kepalanya. Ada satu hal yang ingin kulakukan untuk melengkapi mantraku.
"Tunggu dulu bu, sebelumnya aku punya permintaan pada ibu."
"Apa itu nak. Apapun itu akan ibu penuhi demi bisa menikmati kontolmu yang perkasa."
"Aku tak ingin terus ngentot dengan ibuku sendiri."
"Kenapa nak ?"Ibu terdengar kecewa.
"Biar bagaimanapun, ibu adalah orang yang melahirkanku. Tak pantas bagiku untuk menyetubuhi orang seperti ibu."
"Tapi ibu ikhlas nak."
"Mungkin, tapi setiap kali melakukan ini aku merasakan perasaan bersalah."
"Kalau begitu, apa yang bisa ibu lakukan untuk mengatasi rasa bersalahmu ?"
"Bagaimana kalau ibu bersumpah setia akan menjadi budakku."
"Menjadi budakmu ?"tanya ibu keheranan.
"Benar bu. Ibu tak akan memiliki hak terhadap tubuh ibu. Tubuh ibu sepenuhnya milikku dan ibu tidak berhak menolak segala perintah yang kuberikan. Dengan begitu, bagiku ibu bukan lagi ibu bagiku melainkan sebuah benda yang menjadi pemuasku. Bagaimana, ibu mau kan jadi budakku ?"
Ibu terdiam sebentar sambil berusaha mencerna kata-kataku. Tapi akhirnya dia menyanggupi."Baiklah. Kalau begitu ibu akan menjadi budakmu."
"Bagus. Mulai sekarang ibu harus memanggilku tuan. Sekarang kamu bukan ibuku lagi melainkan benda pemuasku dan tak pantas mendapat sebutan ibu dariku. Sekarang, cium kaki tuanmu dan bersumpah kalau kamu akan setia padaku."
Dengan patuh ibu mencium kakiku dengan khidmat seolah kakiku sangat suci baginya. Setelah itu ibu dengan masih berlutut mengucapkan sumpahnya."Saya, Nur Muslimah dengan ini akan menjadi budak Tuan Haris. Saya akan mengikuti semua perintahnya dan tidak akan pernah menentangnya. Tubuh saya adalah milik Tuan Haris dan berguna untuk memuaskan Tuan Haris. Hidup saya juga milik Tuan Haris dan berguna untuk mengabdi pada Tuan Haris. Saya tidak memiliki hak pada tubuh dan hidup saya karena saya sudah serahkan semuanya pada Tuan Haris."
Aku tersenyum penuh kemenangan mendengar sumpah yang ibu ucapkan. Dengan sumpah itu, maka mantra yang kugunakan sepenuhnya telah mengendalikan ibuku