Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Aku, Kamu Dan Dia

Status
Please reply by conversation.
Up lagi!!!
Tetep semangat 45, Casper 💪😁
suwun updetnya
Suwun updatenya suhu...
lanjutkan suhu. mantap cerita nya.
Makasih apdetnya
Nice share huu:jempol::beer:
Makasih apdetnya @alif99
Nuhun kang casper
Absen dulu ya ges ya
lannnjjjuuuttttt......
Lanjuuttttt huuuu
Trima kasih para suhu. Siap lanjut ya.
:Dmakasih juragan, udah mulai enak lagi ni benangnya
Benangnya udah kendor hu
 
Sebelumnya
Page 54


Semua kembali normal seperti biasa. Hanya satu yang ingin mempercepat status dudanya berubah menjadi suami yaitu Pak Danu yang mempersiapkan semuanya. Pak Wijaya sudah mengizinkan Ibu Isti menjadi istri siri dari Pak Danu. Rendy dan Pak Wijaya hadir sebagai saksi untuk kedua belah pihak. Akad nikah di Kantor Urusan Agama itu telah berlangsung. Kini Ibu Isti langsung di bawa Pak Danu ke Pulau Bali sebagai bulan madu mereka. Sementara Pak Wijaya kembali tanpa Ibu Isti dirumahnya.

“Pa. Mama kemana?” Tanya Jimmy yang melihat Pak Wijaya kembali kerumah tanpa Ibu Isti.

“Loh. Mama belum pulang?” Balas Pak Wijaya seakan tidak terjadi apa-apa.

“Bukannya tadi pergi sama papa ya?” Sambung Jimmy.

“Memang, tapi papa langsung ke kantor. Tunggu saja, nanti juga pulang.” Jawab Pak Wijaya yang langsung meninggalkan Jimmy menuju kamarnya.

“Isti sudah menjadi istri dari Danu, sementara aku dapat investasi dari Danu. Seharusnya aku bahagia kenapa aku merasa sedih begini.” Ucap Pak Wijaya yang terduduk di ujung ranjang.

Sementara berada di Jakarta, Rendy menjemput Reva dengan taksi onlinenya dan mengajaknya untuk makan malam.

“Kamu udah siap? Papa mama mana?” tanya Rendy.

“Jam segini mereka belum pulang. Bisa jadi saja mamah mampir sebentar ke restoran. Kapan-kapan kita mampir ke restoran ya.” Jawab Reva sambil menggembok pintu gerbangnya.

Reva dan Rendy pun meninggalkan rumah Reva dan menghabiskan satu hari bersama-sama.

“Aku seneng banget, bisa jalan-jalan sama calon suami aku. Ngga sabar jadi istri kamu.” Ucap Reva yang menikmati malam bersama Rendy di kedai sederhana.

“Sabar. Doain aku pindah tugas ke kantor pusat ya. Biar kita sama-sama, pikirin acara pernikahan kita dan kamu juga bisa persiapkan kelulusan nanti. Kalo seperti ini, aku bolak balik Surabaya Jakarta kan lumayan ongkosnya. Bisa buat jajan kamu.” Balas Rendy yang memberikan pengertian pada Reva.

“Asalkan aku tetap sama kamu. Aku sabar menunggunya.” Sambung Reva.

“Lalu, kita kesini mau dengerin rasa bahagia kamu atau mau makan? Cepetan, mau pesen apa?” Tanya Rendy.

“Maaf. Aku pesen... siomaynya kayaknya enak. Boleh ya?” Pesan Reva yang masih melihat-lihat menu tersebut.

Tibalah di Bali, Pak Danu dan Ibu Isti langsung memasuki kamar hotel yang sudah di pesan Pak Danu, tidak lama, Room Service pun datang membawa makanan dan di taruh di meja yang sudah di persiapkan dari Hotel.

“Pemandangannya bagus Mas.” Ibu Isti tertegun dengan pemandangan sore di Bali.

“Semuanya sudah siap, kami permisi.” Ucap Room Service yang sudah menyajikan makanan untuk mereka.

“Isti. Makan dulu yuk. Pasti kamu lapar.” Ajak Pak Danu.

Ibu Isti pun langsung menuju kursi, kemudian mereka menyantap makanan tersebut.

“Saya mau cerita sama kamu. Soal Almarhum Istri saya. Saya tidak mau menutup-nutupi masa lalu aku.” Ucap Pak Danu yang memberikan sebuah foto pada Ibu Isti.

“Ini. Retno?” Tanya Ibu Isti yang langsung mengenali wajah sahabatnya itu.

“Benar. Pasti kamu ingat siapa dia. Saya menikahi Retno setelah lulus Kuliah. Dan kamu pastinya tidak ingat siapa saya. Saya selalu memperhatikan kamu dan Retno sewaktu SMA. Walau kita berbeda kelas. Tapi sejujurnya sewaktu SMA kamulah yang kusukai, namun ternyata Retno cerita kalau kalian berpisah dan kamu tidak ada kabar sama sekali setelah pindah ke Jakarta. Disitu saya terus mencari informasi. Ingin rasanya saya mempertemukan kamu dengan Retno. Namun, Retno yang lebih cepat meninggalkan saya sebelum aku berhasil mencari keberadaan kamu.” Cerita Pak Danu.

Ibu Isti terus memandangi foto Retno yang tersenyum manis sedang memakai kebaya. Wajah ayu khas Wanita Jawa terpancar.

“Maaf. Aku juga kehilangan kontak Retno. Memang aku dan Ibu pindah ke Jakarta, tinggal bersama adik dari Ibu. Lalu aku mencari pekerjaan dan memang mengurus Ibu kala itu. Aku melupakan Retno sahabat aku sendiri. Boleh ngga Mas, kapan-kapan nyekar ke makam Retno?” Balas Ibu Isti.

“Boleh, sangat boleh. Almarhum Retno pasti senang kamu datang. Terlebih lagi sudah menjadi Istri dari suaminya.” Jawab Pak Danu.

Mereka pun menghabiskan makan malamnya sambil bercerita mengenai Retno di kala hidupnya.

Sementara di rumah Pak Aryo, Vina merebahkan diri di kasurnya, mengingat kejadian yang terjadi antara Rey dan Renata di kantor tempo hari.

“Dengan cara apa agar gua bisa luluhkan hati lu, Rey?” Ucapnya dengan nada pelan.

Kakak...” Panggil Pak Aryo.

“Ya pah, sebentar.” Jawab Vina yang segera membukakan pintu.

“Papah udah pulang?” Tanya Vina pada ayahnya di depan pintu kamarnya.

“Sudah. Hari ini lumayan ramai restonya, jadi tutup lebih awal. Kapan-kapan ajak Rey ke Resto Kak. Papah pengen ngobrol sama dia.” Pinta Pak Aryo yang duduk di kursi meja kerjanya.

“Kenapa papah ngga telepon aja sih. Harus kakak yang sampaikan pesan papah?” Tanya Vina.

“Kamu kan sekretarisnya, kamu lebih deket, kamu aja yang sampaikan pesan papah. Pasti Rey mau.” Jawab Pak Aryo.

“Kakak coba ya pah. Papah udah makan belum? Mamah dan Reva belum pulang nih, kita beli martabak telur yuk, sambil nungguin mamah di pertigaan.” Ajak Devi.

“Boleh.“ Semangat Pak Aryo dengan ajakan anak sulungnya.

Pak Aryo dan Vina pun berjalan menuju persimpangan gang rumahnya hendak membeli martabak telur.

“Pak Martabak specialnya 2 ya.” Pesan Vina pada tukang martabak telur.

“Papah, Kak Vina. Jajan malem-malem?” Panggil Reva yang berjalan besana Rendy.

“Reva, eh ada Rendy juga. Kapan dateng dari Surabaya?” Tanya Pak Aryo.

“Tadi Pagi Om. Biasalah, saya sedang di panggil oleh kantor pusat.” Alasan Rendy

“Pah, Kak, Reva duluan kerumah ya.” Pamit Reva.

Rendy dan Reva kembali berjalan menuju rumah Pak Aryo.

“Tuh kak, Reva sama Rendy cocok juga. Kamu kapan? Papah harap, kamu bisa jadian sama Rey?” Pak Aryo sangat berharap.

“Pah. Jangan maksa gitu dong.” Balas Vina.

“Waktu kecil, kamu dan Rey amat dekat, selalu bermain bersama.” Kenang Pak Aryo mengingat Rey dan Vina yang sering bermain bersama.

Rey, ayo. Cari dimana.” Ucap Vina.

“Ah kamu umpetin di mana sih?” Tanya Rey yang mencari benda kecil sebagai harta karun di sebuah pasir.

Reynold terus mencari harta karun itu dekat Vina yang sedang jongkok.

“Nyerah ah. Pasti susah deh ngumpetinnya.” Kesal Rey.

“Harta karunnya ngga aku umpetin, tapi ada di tangan aku.” Senang Vina.

“Ah curang nih. Udahan ah mainnya. Pa, Vina curang mainnya.” Rey semakin kesal dan meninggalkan Vina.

“Cuci tangan dulu sana. Habis main pasir.” Pinta Pak Ricky.

“Kakak, kok mainnya gitu, ngga boleh curang dong. Cuci tangan dulu sana.” Sambung Pak Aryo.

Hari berikutnya, setelah Pak Ricky menikah, ia membawa Ibu Nadine dan Devi ke Restoran Pesona.

“Selamat ya Mas, Mbak. Semakin rukun selalu.” Ucap Pak Aryo yang turut bahagia.

“Terima kasih ya Aryo.” Balas Ibu Nadine.

Rey mengajak Devi untuk bermain ayunan disana, disusul Vina yang ingin ikut bermain.

“Adik ini siapa Rey?” Tanya Vina.

“Ini adikku, Devina namanya. Dek, kenalan dulu sama Kakak Vina.” Pinta Rey.

“Hai Devina. Aku Vina. Rey, kita main harta karun lagi yuk.” Ajak Vina.

“Enggak ah Vin. Devi masih kecil kalau ikutan main pasir nanti tangannya kotor, aku juga harus jagain Devi.” Tolak Rey.

Vina marah dan segera meninggalkan Rey dan Devi di taman dan duduk di samping Pak Aryo.

“Kamu bukannya main sama Rey? Kenapa kesini?” Tanya Pak Aryo.

“Rey ngga mau main lagi sama aku. Katanya kalau main pasir kasian adiknya.” Jawab Vina dengan nada kesal.

Devi bermain bersama Rey dan benar-benar Rey menjaga Devi dari kejauhan.

“Ya memang sih. Coba saja kalau Devi itu Reva, pasti kamu juga akan melarang Reva bermain pasir kan?” Sambung Pak Aryo.

Namun Vina masih kesal dengan Rey dan Vina benar-benar marah, namun sesekali Vina melirik kearah Rey dan Devi.


“Papah, Kakak.” Panggil Ibu Citra yang melihat mereka hendak meninggalkan gerobak Martabak Telor.

“Mamah beli martabak telor juga nih.” Tunjuk Ibu Citra.

“Jadi banyak dong. Ngga apa-apa, dirumah ada Rendy. Bisa makan bareng Rendy.” Balas Pak Aryo.

“Rendy pacarnya Reva? Dia lagi ada di Jakarta?” Tanya Ibu Citra.

“Katanya lagi di panggil sama kantor pusat, jadinya dia ada disini.” Sambung Vina.

Mereka pun berjalan menuju rumahnya bersama-sama.



Mobil Renata tiba di depan pagar rumah Pak Ricky, Devi melihat Renata yang keluar dari mobilnya dari jendela kamarnya.

“Mau ngapain tuh cewek kerumah gue.” Tanya Devi yang terus memperhatihan Renata dari jendela kamarnya.

“Selamat pagi Tante.” Sapa Renata yang melihat Ibu Nadine

“Eh Renata, mau ketemu Om atau Rey?” Tanya Ibu Nadine yang menyambut Renata.

“Kedua-duanya juga ngga apa-apa, sama tante juga boleh.” Jawab Renata.

“Duduk dulu ya. Tante bikinin kamu minum. Sebentar.” Ibu Nadine meninggalkan Renata di ruang tamu.

“Pah.. papa.. Reynold.. ada Renata dateng.” Panggil Ibu Nadine.

Tidak lama Pak Ricky datang menemui Renata yang sedang duduk sendirian.

“Apa kabar Renata?” Tanya Pak Ricky

“Baik Om. Reynoldnya ada?” Tanya Renata yang mencari Rey.

“Ada, sebentar ya. Reynold, ada Renata mau ketemu nih. Beginklah kalau hari Minggu, Rey pasti masih di kamar.” Ucap Pak Ricky.

Reynold pun datang menemui Renata yang di temani Pak Ricky.

“Ada apa nih? Tumbenan mampir.” Tanya Rey yang duduk disamping Pak Ricky.

“Begini Rey. Aku datang kesini, untuk memohon pada kamu, aku minta......"


•~ Bersambung ~•
Page 56
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd