Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Yang Ternoda ( No Sara )

Status
Please reply by conversation.
Akankah ada update hari ini?
 
Bangsat.... kau Sukani.....
tinggal lep aja, pake jaim pula..... Bah !!

:adek:

Ampun Suhu @sevensage ......
Titit dan otak kami sudah tersiksa dengan kekentangan ini...
wkwkwkwk....
:semangat::semangat:

Sadis nih Suhu @sevensage
bisa aja bikin kentang yg sangat spesial

Semangat Hu
:beer::beer:
 
Akhwat sudah pun ternoda tubuhnya. Kini menanti hatinya pula dinodai nafsu dan rayuan cinta.
 
Chapter 15 : Merindu


Nurul


Leni


Pak Sukani​

Seminggu sudah waktu berlalu semenjak kejadian naas itu menimpanya, kini Nurul sudah kembali berangsur-angsur menjalani kehidupan normal sebagai ibu rumah tangga meski masih menyisakan banyak trauma yang ada dihatinya. Dalam seminggu ini pula, hari-hari Nurul hanya dihabiskan dengan mendekam dan duduk dirumah karena sudah tidak bekerja lagi. Beberapa hari yang lalu, Ibu Susan sempat menelfon Nurul dan meminta maaf atas perbuatan suaminya dan mengatakan kalau Nurul bebas untuk berhenti bekerja dirumahnya. Tentu saja Bu Susan juga tak lupa memberikan gaji kepada Nurul meski hanya bekerja tidak lebih dari 2 minggu saja.

Haris sang suamipun sudah kembali ke rutinitas awalnya dan meninggalkan Nurul di rumah. Dia hanya menetap selama dua hari, lalu kembali ke tanah kalimantan secepat mungkin untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai pekerja. Awalnya, Nurul agak berat melepas kembali kepergian suaminya itu, Nurul meminta Haris untuk berhenti bekerja di kalimantan dan mencari kerja di rumah saja, karena dia merasa mulai takut ditinggal sendirian dirumah setelah peristiwa pemerkosaan tersebut.

Namun keputusan akhir tetaplah tidak sesuai dengan keinginan Nurul. Haris mengatakan kalau dia tidak bisa berhenti begitu saja dari pekerjaan yang sudah susah payah dicarikan oleh Pak Sukani. Haris berkata kalau dia berhenti sekarang, itu sama saja dia melepas tanggung jawab dan tidak menghargai bantuan yang sudah diberikan orang lain padanya. Hal itu sama saja dengan tidak mensyukuri rejeki yang sudah tuhan limpahkan.

Sebagai gantinya, Haris mengatakan kepada Nurul kalau dia sudah meminta bantuan kepada Pak Sukani untuk menjaga Nurul dirumah selama dia tidak ada. Bahkan Haris pun tidak segan-segan memberikan kunci cadangan rumah mereka kepada Pak Sukani jika sewaktu-waktu ada kejadian yang tak diduga terjadi. Hal yang sempat di protes oleh Nurul sendiri karena Haris terlalu mudah mempercayakan istrinya pada orang lain. Apalagi dia seorang laki-laki.

Tapi dengan cuek Haris hanya bisa menjawab "Kalau Pak Sukani berniat jahat sama Umi, pasti dia udah lakuin itu daridulu" Ucap Haris yang tidak bisa dibantah oleh Nurul. Menurutnya perkataan Haris tersebut cukup masuk akal karena memang sejauh ini Pak Sukani tidak pernah memperlihatkan gerak-gerik yang mencurigakan, namun malah sebaliknya dimana dia terus-terusan membantu keduanya dengan ikhlas.

Nurul sempat berpikir kalau Pak Sukani bisa saja memanfaatkan momen pada malam itu. Sebagai perempuan, Nurul tahu kalau laki-laki pasti akan sedikit bernafsu jika sudah melihat tubuh telanjang seorang wanita, apalagi tubuh yang terbujur tanpa perlawan sedikitpun. Tapi pada malam itu, Pak Sukani bertindak sangat luar biasa dengan menutup tubuh Nurul memakai selimut dan menyelamatkannya dari si pemerkosa. Itu merupakan bukti kalau Pak Sukani adalah orang baik-baik dan bisa dipercaya.

Dan berbicara tentang Pak Sukani sendiri, Hampir setiap hari dia datang mengunjungi Nurul hanya untuk sekedar menanyakan keadaannya. Terkadang ia bisa datang dua kali dalam sehari untuk memastikan kalau Nurul baik-baik saja dan tidak memerlukan apapun di rumah. Sesuatu yang kelihatannya sepele dan kecil, namun berdampak begitu baik pada Nurul yang sekarang mulai merasa aman dan terbiasa dengan kehadiran Pak Sukani di rumahnya. Tanpa Nurul sadari juga, semakin hari diapun semakin menggantungkan hidupnya pada laki-laki tua itu dalam menggantikan peran Haris yang hilang karena pergi bekerja di tempat yang jauh. Pak Sukani pun perlahan-lahan menjelma menjadi sosok "Suami kedua" bagi Nurul.

Seperti pada sore hari ini dimana Nurul tampak gelisah ketika Pak Sukani tidak datang berkunjung ke rumahnya. Padahal selama seminggu penuh ini, biasanya Pak Sukani selalu menyempatkan diri terlebih dahulu untuk datang kerumah Nurul sebelum dia pergi bekerja. Namun sudah dua hari, sosok itu tampak menghilang dan absen menjenguk Nurul tanpa alasan yang jelas. Membuat Nurul uring-uringan tidak tau dengan perasaan hatinya yang mulai merasa kosong dan rindu pada sosok pria tua itu.

Tapi dengan segala ego yang ada, Nurul tak ingin menghubungi Pak Sukani duluan dan menampik perasaan rindu itu jauh-jauh serta berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau itu hanyalah sebuah perasaan normal saja. Bukan perasaan spesial seorang wanita kepada seorang pria. Karena merindukan pria lain selain suami sendiri adalah sebuah perbuatan dosa besar yang akan diberi ganjaran besar pula dikemudian hari. Jadi Nurul tanpa sadar sedang berperang dengan batinnya agar dia tidak melewati batas yang sudah menjadi parameternya sebagai seorang akhwat dan seorang istri shalihah.

Namun tak lama kemudian, tiba-tiba saja Nurul terpikirkan oleh sebuah ide cemerlang. Jika Pak Sukani tidak mendatanginya dua hari ini karena mungkin beliau sedang sibuk, maka tak ada salahnya jika Nurul yang berinisiatif untuk menemuinya duluan sehingga pikiran kalut dan gundah yang ada dihatinya itupun bisa diobati dengan segera. Jadilah dengan segala kemampuannya, Nurul pun kemudian menyulap beberapa bahan mentah yang ada dirumahnya menjadi makanan sehat dan bergizi untuk dijadikan santapan makan malam dan berencana untuk memberikannya kepada Pak Sukani sebagai tanda terima kasih.

Sore hari pukul 5, Nurul pun sudah berdandan dengan sangat rapi dan siap untuk mendatangi rumah Pak Sukani yang tidak terlalu jauh dari rumahnya tersebut. Nurul memakai pakaian syar'i miliknya seperti biasa karena memang itu adalah sebuah keharusan baginya jika sedang keluar rumah. Tapi untuk sekedar berjaga-jaga saja, Nurul pun memutuskan untuk memakai cadarnya agar orang sekitar tidak mengenalnya dan kembali bergosip yang aneh-aneh perihal kasus perkosaan yang menimpanya. Nurul tidak mau tiba-tiba di tengah jalan ada orang yang bertanya kepadanya tentang peristiwa tragis itu seolah-olah itu hanyalah sebuah kejadian biasa saja.

Sesampainya Nurul di rumah Pak Sukani, Nurul pun langsung mengucap salam didepan pintu rumah besar itu memberitahu pemilik rumah bahwa ada tamu yang datang berkunjung, namun setelah beberapa kali dia mengucap salam, yang keluar justru adalah Leni istrinya Pak Sukani.

"Mbak Nurul??" sapa Leni ketika membuka pintu.

Nurul pun melambaikan tangannya "Hai Mbak Len! Pak Sukaninya ada??" tanya Nurul sedikit antusias.

"Mbak ada perlu sama suami saya???" balas Leni dengan pertanyaan lagi.

Lalu dijawab dengan gelengan oleh Nurul "Enggak Mbak! cuma mau ngasih ini" jawab Nurul mengangkat kotak makanan yang sedang dibawanya.

"Loh?? emang dia gak ngabarin Mbak?? Mas Sukani pergi ke surabaya kemarin" jawab Leni memberitahukan keberadaan suaminya yang ternyata sedang pergi ke luar kota. Membuat Nurul entah kenapa merasa sangat kecewa tidak dapat bertemu dengan pria itu.

Tapi Nurul tidak menyerah begitu saja, "Pulang kapan Mbak??" tanyanya mencoba mencari informasi.

"Nanti malam kayaknya juga udah pulang" jawab Leni singkat, lalu dia kembali melanjutkan "Mari masuk dulu Mbak! kebetulan ada yang pengen saya omongin juga sama Mbak" balas Leni mengajak Nurul untuk masuk ke dalam rumah. Tanpa berpikir panjang, Nurul pun menurut saja dan sedikit penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Leni.

Setelah keduanya sudah duduk di ruang tamu, Leni pun kemudian langsung saja bertanya "Maaf Mbak kalau saya lancang, tapi apakah Mbak Nurul berniat menjadi pelakor??" Ucap Leni langsung pada point utamanya.

"Ma--maksud Mbak??" tanya Nurul yang heran dengan tujuan Leni berbicara seperti itu.

Lalu Leni tampak sedikit menarik nafasnya "Saya gak tau apakah Mbak Nurul ini orangnya benar-benar polos atau berpura-pura polos, tapi saya yakin Mbak pasti paham kalau tidak baik bagi seorang wanita untuk mencari suami orang lain seperti ini"

DEEEGGGH!! Hati Nurul terasa seperti ada yang memukul dengan keras saat dia mendengar pernyataan Leni tersebut. Dadanya menjadi sesak dan Tiba-tiba saja pikiran Nurul jadi kalut tersadar kalau apa yang sedang dilakukannya saat ini memang sudah agak berlebihan bagi seseorang yang hanya berniat untuk sekedar berterima kasih saja.

"Tadinya saya memaklumi Mbak yang mungkin masih butuh pertolongan. tapi makin kesini saya makin merasa kalau ini sudah melewati batas dan saya tidak bisa diam begitu saja" sambung Leni melanjutkan kata-katanya.

Sedangkan Nurul hanya bisa terdiam dalam kekeluan hatinya yang merasa sangat sakit dan kecewa terhadap dirinya sendiri, Nurul mengutuk ketidaksadarannya karena sudah terlalu terlena dengan kenyamanan yang diberikan oleh Pak Sukani tanpa mempedulikan fakta kalau dia sebenarnya adalah suami orang lain. Yang mana secara tidak langsung hal itu membuatnya pada posisi yang bisa dikatakan hampir menjadi seorang wanita perebut suami orang alias pelakor.

Tapi tak cukup sampai disitu, Leni kembali mengungkapkan isi hatinya "Saya sudah tau kok! suami saya tiap pagi mampir ke rumah Mbak Nurul dan saya hanya bisa diam karena dia bilang, dia cuma mau ngecek keadaan Mbak Nurul saja. Tapi makin kesini saya makin kecewa Mbak, karena seharusnya Mbak Nurul juga harus bisa menjaga jarak sama suami saya" Ucap Leni kembali.

"Apakah saya salah, kalau saya mengira Mbak Nurul mencoba untuk merebut suami saya???" tanya Leni menyerang Nurul bertubi-tubi.

Leni mengeluarkan seluruh isi hatinya yang selama seminggu ini telah ia coba tahan dan pendam begitu saja. Namun dengan hadirnya Nurul ke rumah untuk mencari suaminya, membuat mau tak mau dia harus menyelesaikan masalah ini dengan Nurul. Karena mulai sekarang, Leni sudah bertekad untuk tidak akan kehilangan Pak Sukani sebagai suaminya.

"Sa--saya minta maaf Mbak! sa--saya gak bermaksud seperti itu" ucap Nurul dengan suara agak parau. Nurul dalam kesadaran penuhnya tau kalau masalah ini memang adalah masalah serius bagi Leni. Dan meskipun Nurul melakukannya secara tidak sadar, tetap saja dia adalah orang yang hampir saja membuat rumah tangga orang lain menjadi retak. Jadi tidak ada salahnya untuk meminta maaf sebelum masalah menjadi semakin rumit.

Leni kemudian menganggukkan kepalanya "Baiklah Mbak! untuk saat ini saya rasa masih dalam batas yang bisa di tolerir. Tapi untuk kedepannya saya berharap kalau Mbak Nurul bisa menjaga jarak dengan suami saya! Mbak Nurul gak mau kan dicap sebagai pelakor dan tukang selingkuh sekaligus???" tanya Leni mencoba memberikan gambaran yang akan menimpa Nurul jika dia berniat mencoba untuk melangkah lebih jauh.

"Saya gak mau Mbak!" geleng Nurul cukup paham apa yang dikatan oleh Leni. Dalam pikirannya, Nurul sepenuhnya mengakui kalau saat ini memang dialah yang sudah melewati batas yang tidak seharusnya dia lakukan.

Sedangkan Leni tersenyum dalam hatinya karena sudah berhasil membuat Nurul kalah telak dalam persaingan ini. Sekarang dirinya merasa sedikit aman dari ancaman Nurul yang sudah menarik perhatian suaminya tersebut. Leni tau dengan pasti kalau kedepannya Nurul akan mencoba menjauhi suaminya dan memperbesar peluangnya untuk mendapatkan hati Pak Sukani kembali.

Malam hari setelah Nurul berbicara dengan Leni, dia semakin gelisah tidak karuan dengan perasaannya. Tadi Nurul memang sempat merasa cukup bersalah kepada Leni karena sudah terlalu melewati batas dalam berhubungan dengan Pak Sukani. Namun setelah Nurul berpikir dan menimang-nimang lagi, rasanya dia merasa kalau dia tidak salah sepenuhnya karena baik Nurul ataupun Pak Sukani tidak melakukan perbuatan yang melanggar aturan. Pak Sukani hanya mengunjungi Nurul dan memastikan keadaannya karena dia sudah berjanji dengan Haris untuk menjaga Nurul. tidak lebih dari itu.

"Seharusnya aku gak minta maaf" ketus Nurul mengutuk dirinya yang begitu lemah.

Seharusnya tadi dia bisa sedikit membantah tuduhan yang diarahkan Leni kepadanya dan membela harga diri dan martabatnya sebagai seorang wanita. Nurul tak pernah sedikitpun berniat untuk mencuri Pak Sukani dari istrinya meskipun dia tak menyangkal kalau kenyamanan yang dia rasakan itu memang ada, tapi untuk berbuat lebih jauh dari itu tentu saja tidak akan pernah dilakukan oleh Nurul.

Hati Nurul terasa cukup panas meskipun keadaan diluar berbanding terbalik. Usai magrib tadi tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya membuat suasana menjadi semakin dingin, tapi hal itu tak berpengaruh kepada Nurul yang sedang duduk bersandar di sofa ruang tamunya. Nurul masih sibuk berkutat dengan batinnya yang masih saja berusaha menjawab-jawab perkataan Leni dan menyanggah tuduhan wanita tersebut dalam pikirannya. Lalu tak berapa lama kemudian, Nurul pun merasa lelah sendiri dan akhirnya tertidur diatas sofa

"TOK!! TOK!! TOK!!!"

Samar-samar sebuah suara ketukan yang menyatu dengan suara hujan terdengar di gendang telinga Nurul yang sudah berada diambang antara sadar dan tidur itu. Awalnya dia tidak mempedulikan suara tersebut karena dia sudah hampir sampai di alam mimpinya. Namun semakin lama suara itu semakin mengganggunya sehingga mau tak mau dia harus dipaksa tersadar kembali ke dunia nyata.

"Siapa sih??" ketus Nurul dalam hati. Dia langsung berdiri bermalas-malasan mengangkat badannya untuk terbangun dari sofa. Dengan sedikit berlari dia menghambur ke pintu sambil berusaha merapikan baju gamis dan hijab lebar yang dipakainya.

Kondisi diluar masih terlihat hujan saat Nurul membuka pintu dan mendapati kalau sosok yang mengetuk pintu rumahnya adalah sosok yang dua hari ini menghilang dan tak datang melihatnya. Sosok yang diam-diam Nurul rindukan itu akhirnya datang dan berdiri di depan pintu rumahnya. siapa lagi kalau bukan Pak Sukani.

"Astagfirullah! Pak Sukani??!! Bapak kok basah-basah???!!" tanya Nurul terlihat panik ketika melihat Pak Sukani berdiri di depan pintunya dengan keadaan basah kuyup. Nampak seluruh pakaiannya sudah basah terkena air hujan.

Sedangkan Pak Sukani hanya tersenyum kecut sambil menggigil "Lupa bawa payung mbak!" jawabnya sambil berpangku tangan.

"Masuk-masuk Pak! aduhhh!!" ajak Nurul yang kemudian mempersilahkan Pak Sukani masuk ke dalam rumah. Dengan secepat kilat pula Nurul kemudian berlari ke dalam kamarnya dan mengambil sebuah handuk yang tergantung di balik pintu.

"Makasih Mbak" ucap Pak Sukani yang menerima handuk tersebut dari Nurul dan mengelap bagian kepalanya.

Saat ini kondisi sangat dingin sehingga tubuh Pak Sukani pun terlihat mengigil tidak berhenti sama sekali. Dari ujung pakaian yang digunakannya, Air jatuh rintik-rintik ke lantai menandakan kalau Pak Sukani sudah cukup berlama-lama di tengah hujan. Membuat Nurul pun jadi khawatir kalau Pria tua itu bisa saja terserang masuk angin.

"Gimana kalau bapak mandi saja?? nanti Pak Sukani bisa masuk angin kalau basah-basah begitu" sarannya yang tiba-tiba saja muncul di kepala.

"Tapi kan saya gak punya baju ganti Mbak" balas Pak Sukani.

Namun Nurul dengan cepat langsung menemukan solusinya "Ah gampang! bapak bisa pakai bajunya Mas Haris" jawabnya singkat. Lalu diiyakan begitu saja oleh Pak Sukani.

Setelah setengah jam terlewati, akhirnya Pak Sukani pun selesai mandi dan terlihat bugar kembali. Tampak baju Haris yang tengah dipakainya agak sempit karena badan Pak Sukani memang agak lebih gemukan dari Haris. Bahkan Nurul sudah mencarikan sebuah kaos dan celana training yang lumayan longgar agar dapat muat di tubuh Pak Sukani, namun tampaknya ukuran tersebut memang terlihat masih sempit di bagian perut dan selangkangannya yang tampak menggelembung oleh isinya.

Sontak hal itu tentu saja langsung disadari oleh Nurul yang memberikan baju dan celana tersebut. Dia sempat tak bergeming ketika pertama kali dia melihat sebuah tonjolan besar yang membuncah tepat dibawah bagian perut gendut orang tua itu. Entah karena kondisi cuaca yang memang pada saat itu mendukung, tiba-tiba saja Nurul mearasakan kalau hasratnya tiba-tiba bangkit dan dia menjadi bergairah begitu saja.

"Mbak Nurul kenapa?? kok bengong??" tanya Pak Sukani melihat Nurul yang hanya diam menatap.

Cepat-cepat Nurul membuang pikirannya tersebut dan kembali berusaha fokus "Eh!! enggak Pak! kayaknya baju Mas Haris kekecilan ya!" jawabnya sedikit gugup.

"Lumayan Mbak!! tapi nyaman kok" balasnya tidak masalah.

"Oh iya! Pak Sukani udah makan belum??" tanya Nurul mencoba mengalihkan pemikiran kotornya yang mulai menggerogoti mata dan otaknya.

Nurul tidak habis pikir kalau seorang akhwat sepertinya bisa berpikiran yang aneh-aneh seperti itu hanya karena menyaksikan sebuah tonjolan pada bagian privasi seorang pria saja. Itu adalah sebuah sikap yang sama sekali tidak etis dan tidak bermoral dari seorang wanita shalihah seperti dirinya. Tidak dapat mengontrol dirinya sendiri hingga dia merasakan syahwat yang bangkit adalah sebuah kesalahan besar.
Tapi untungnya Pak Sukani hanya bersikap biasa-biasa saja sehingga Nurul pun jadi cepat melupakan pemikiran kotornya tersebut. "Belum nih Mbak! saya baru balik dari surabaya langsung mampir kesini! udah dua hari gak ketemu sama Mbak Nurul soalnya" jawab Pak Sukani tersenyum hangat. Ternyata bukan Nurul saja yang rindu dengan sosok Pak Sukani, tetapi malah juga sebaliknya.

Seketika Nurul menjadi bahagia mendengarkan ucapan tersebut, tadi dia sempat berpikiran yang tidak-tidak dan sekarang entah kenapa perasaannya jadi semakin berbunga-bunga ketika mengetahui kalau Pak Sukani datang menemuinya terlebih dahulu ketimbang pulang kepada istrinya.

Nurul merasa kalau sekarang dia sudah menjadi orang yang begitu istimewa ketika diberikan perhatian lebih oleh Pak Sukani. Dan hal ini juga menjadi bukti kalau apa yang dikatakan oleh Leni itu tidak benar. Nurul tidak pernah ingin merebut Pak Sukani dari Leni, namun justru Pak Sukanilah yang terus berusaha mendekat padanya.

Nurul tersenyum sumringah "Kalau gitu ayuk kita makan dulu Pak!" ucap Nurul begitu senang. Kebetulan sekali apa yang sudah Nurul masak tadi tidak jadi dia titipkan pada Leni dan dibawa pulang kembali. Tak disangka kalau makanan yang dibuatnya khusus untuk Pak Sukani tersebut pada akhirnya benar-benar akan dimakan oleh pria itu.


Sesampainya mereka di meja makan, Nurul pun langsung membuka tudung saji diatas meja dan memperlihatkan hidangan yang lumayan beragam tersebut "Waah!! ada acara apa nih Mbak?? masaknya kok banyak??" tanya Pak Sukani langsung menjadi berbinar-binar karena dirinya juga merasa cukup lapar.

Nurul pun ikut senang melihat ekspresi bahagia Pak Sukani tersebut "Tadinya saya mau bawa ini ke rumah bapak! tapi Pak Sukaninya pergi" balas Nurul menceritakan maksudnya.

"Trus kenapa dibawa pulang lagi??" tatap Pak Sukani ke arah Nurul.

Membuat Nurul menjadi salah tingkah karena harus berbohong "Oohh itu!! Dirumah gak ada orang tadi!" balasnya singkat. Nurul tak ingin memberitahu Pak Sukani hal yang sebenarnya terjadi karena bisa saja membuat suasana jadi keruh.

"Ohh gitu! emangnya Leni gak dirumah??" tanya Pak Sukani sekali lagi.

Dan tentu saja Nurul kembali menggeleng "Enggak Pak!" jawabnya semakin berbohong.

"Cih!! perempuan itu tidak pernah mau berubah!" gumam Pak Sukani yang terlihat kesal kepada Leni. Pak Sukani mengira kalau Leni kembali berhubungan dengan Daniel sehingga dia pun pergi tidak ada di rumah.

Sedangkan Nurul merasa sedikit bersalah karena sudah berbohong kepada Pak Sukani tentang hal ini. Nurul tak mungkin memberitahu Pak Sukani kalau Leni sudah mulai tidak suka dengan kedekatan antara Pak Sukani dan dirinya. Bisa-bisa yang terjadi selanjutnya Pak Sukani juga ikut berpikir seperti istrinya dan malah meninggalkan Nurul. Dan tentu saja hal tersebut tidak diinginkan Nurul sama sekali karena Keegoisan yang perlahan-lahan mulai tumbuh dan mengakar dalam hatinya itu, memberitahu Nurul untuk berbohong demi kebaikannya sendiri

Nurul jadi penasaran "Memangnya Mbak Leni kenapa Pak??" tanyanya antusias. Nurul merasa kalau dia juga harus mengetahui beberapa hal tentang Leni yang mungkin saja bermanfaat untuknya nanti. Tidak sadar kalau dirinya sendiri sudah mulai menganggap Leni adalah seorang saingan.

Namun tampaknya Pak Sukani tak ingin membicarakan hal tersebut dihadapan Nurul karena ini bukanlah saat yang tepat "Hahaha. gapapa Mbak!! gak usah dipikirin" balasnya sambil tertawa.

"Yee! kirain ada apa" balas Nurul yang cukup kecewa dengan jawaban tersebut, tapi berusaha dia sembunyikan.

"Memangnya Mbak Nurul ngarepin ada apa-apa gitu??" pancing Pak Sukani yang mulai sadar dengan gerak-gerik Nurul. Entah kenapa dimata Pak Sukani Nurul menjadi terlihat tertarik dengan masalah yang membahas Leni istrinya. atau jangan-jangan sudah terjadi sesuatu diantara mereka?? pikir Pak Sukani dalam hati.

Tapi entah ide darimana, tiba-tiba Nurul dengan pintar memberi alasan "Ah enggak Pak! saya cuma penasaran aja! sejauh ini kan Pak Sukani udah sering banget membantu saya dan Mas Haris, siapa tau sekarang giliran saya yang membantu bapak" jawabnya ingin memancing Pak Sukani juga. Tidak tau kalau dia sedang bermain-main dengan serigala yang sesungguhnya.

"Ohh gitu toh!!" angguk Pak Sukani membalas singkat pernyataan Nurul tersebut. Pak Sukani sengaja bersikap pasif agar memancing keingintahuan Nurul lebih dalam sehingga istri Haris tersebut akan semakin penasaran padanya.

Dan tampaknya usaha itu berhasil karena Nurul kembali berbicara "Kalau ada apa-apa, Pak Sukani bisa kok cerita sama saya" ucapnya yang lagi-lagi masih penasaran tidak menyerah. Nurul mengira kalau dia tengah memancing Pak Sukani untuk bercerita. Tapi pada kenyataannya, justru Pak Sukanilah yang sedang memancing Nurul untuk bersikap lebih berani tanpa malu-malu.

"Hahaha. kapan-kapan deh Mbak saya cerita! soalnya agak sensitif gitu" balas Pak Sukani kembali menutup rasa penasaran Nurul yang semakin meningkat. Namun tak lupa dia memberikan sebuah kalimat pancingan agar Nurul kembali bertanya kepadanya.

Tapi kali ini Nurul tersadar kalau dia juga sudah melangkah terlalu jauh akibat rasa penasarannya sendiri. Karena merasa begitu antusias dengan Leni, Nurul tidak sadar kalau dirinya malah terlihat seperti sedang mengharapkan suatu masalah terjadi di dalam rumah tangga Pak Sukani. Dan tentu saja hal itu adalah sesuatu yang buruk karena Nurul sudah selangkah melewati batasnya.

"Astagfirullah! Astagfirullah" ucap Nurul berkali-kali dalam hati. Lagi dan lagi dirinya semakin tidak karuan dengan perasaannya sendiri yang semakin lama membuatnya berputar-putar pada poros dan keinginan yang sama, yaitu semua hal tentang Pak Sukani.

Pikiran itu semakin berkecamuk ketika tiba-tiba Pak Sukani bertanya. "Kira-kira malam ini saya boleh menginap disini gak mbak??" tanya Pria tua itu dengan santainya.


#Bersambung.......


Menurut suhu feelnya pada chapter ini dapet gak?? kwkwkwkw. Ane lagi sakit jadi gak tau dah ngerasa ada yg kurang aja gitu. maapin kalau ada typo dan semacamnya juga ya hu. kwkwkw

btw. malam ini Pak Sukani nginep di rumah Nurul mau ngapain ya kira2?????
astaghfirullah mantap
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd