Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Yang Ternoda ( No Sara )

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Chapter 12 : Masa Lalu Dua Serigala


Nurul


Pak Primus


Bu Susan


Pak Sukani


Leni


Ibu Halimah​

Beberapa warga terlihat tengah berkumpul di ruang tamu rumah Nurul sambil berbincang-bincang dan bergosip tentang kejadian upaya pemerkosaan yang baru saja menimpa sang tuan rumah. Beberapa ada yang menyalahkan Nurul karena mempersilahkan laki-laki lain masuk ke dalam rumah, namun tak sedikit juga yang membela Nurul sebab dia mungkin hanyalah beramah-tamah saja terhadap majikannya dan Nurul juga tidak mungkin menduga kejadian seperti ini akan terjadi padanya.

Diantara banyaknya warga, ada Pak Sukani yang berdiam diri tak mengeluarkan sepatah katapun. Giginya menggertak dan kepalan tangannya tidak mengendur sama sekali. Pak Sukani masih sangat marah karena upaya dia untuk menghajar Pak Primus langsung dicegat oleh warga yang kebetulan baru pulang dari sholat magrib berjamaah di musholla terdekat.

Marah Pak Sukani bukanlah didasari oleh peristiwa pemerkosaan Nurul tadi. Tapi lebih kepada sejarah yang terjadi antara dia dan Pak Primus di masa lampau. Pak Sukani tak menyangka kalau takdir akan mempertemukannya kembali dengan orang yang dulu sudah membuat hidupnya menjadi seperti neraka. Musuh bebuyutannya yang dari dulu tak dapat ia sentuh sama sekali karena Pak Primus berasal dari background keluarga yang berbeda kasta.

Dulu, hidup Pak Sukani tidak sekaya dan tidak senyaman ini. Beliau lahir dari keluarga yang sudah mengabdikan diri menjadi pembantu selama puluhan tahun di rumah seorang konglomerat kaya raya. Bahkan Pak Sukani pun dulunya tak bisa lepas dari takdir tersebut hingga dia juga harus ikut mengabdikan dirinya disaat dia masih seorang remaja. Akan tetapi, tuhan berkehendak lain pada Pak Sukani ketika diam-diam sang Putri dari majikannya tersebut jatuh hati pada Pak Sukani. Sehingga terjadilah hubungan majikan pembantu diantara mereka.

Hubungan tersebut mereka jalani secara diam-diam dan sempat berjalan cukup mulus tanpa hambatan, tapi semua berubah ketika Sang Putri dijodohkan oleh orang tua mereka dengan anak seorang konglomerat lainnya. Dan anak itu adalah seorang pria bernama Primus Yudistira, pemuda manja yang hanya mengandalkan koneksi orang tuanya untuk hidup enak dan semena-mena terhadap orang lain.

Disisi lain, sang Putri yang bernama lengkap Susan Praditha tersebut, menolak dengan keras perjodohan yang telah direncanakan oleh kedua orang tua mereka karena dia sudah merasa memiliki calon suami yang tepat, yaitu pria bernama Sukani anak dari pembantunya sendiri. Tapi tak lama, hubungan tersebut terendus oleh Primus yang merupakan calon suami Susan. Dan seorang Primus yang licik, tidak melaporkan hal tersebut kepada kedua orang tuanya namun malah mengancam Ibu dari Sukani.

Primus mengancam akan melaporkan kelakuan Sukani kepada orang tua Susan kalau sang Ibu tidak mau melayani nafsu bejat pemuda tersebut di ranjang. Ibu Sukani yang saat itu merasa takutpun, akhirnya takluk di tangan Primus dan memutuskan untuk menyerahkan dirinya menjadi budak seks pemuda itu hingga dia dihamili oleh Primus.

Hingga akhirnya petaka pun terjadi dimana orang tua Susan mengetahui kehamilan pembantu janda mereka dan terlibat cekcok satu sama lain. Ibu dari Susan mengira kalau yang menghamili pembantu mereka tersebut adalah suaminya sendiri karena beberapa kali dia memang sering memergoki suaminya tersebut memandang penuh nafsu pada pembantunya tersebut.

Dan tak lama kemudian, kisah asmara Susan dan Sukani pun di bongkar oleh Primus sehingga permasalahan menjadi semakin rumit. Bahkan pada akhirnya, Ibu dari Sukani merenggut nyawanya sendiri beserta nyawa bayi yang ada didalam kandungannya dengan cara bunuh diri.

Disanalah akhirnya Pak Sukani tersingkir, diusir dari tempat tersebut hingga dia harus hidup menggelandang selama berbulan-bulan lamanya. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya hanya untuk mencari sesuap nasi. Nasib untung, Pak Sukani kemudian bertemu dengan salah seorang pendeta baik hati yang mengajaknya untuk tinggal bersama, memperbaiki tatanan hidupnya hingga Pak Sukani pun menjadi seorang yang sukses seperti dia sekarang.

"Pak Sukani! bisakah kita berbicara sebentar" sapa seorang pria berbadan tegap menghampirinya.

Pak Sukani menyadari kalau pria tersebut adalah Yewen, seorang polisi yang tadi membantunya menangkap Primus "Ya Wen! kenapa??" tanya Pak Sukani.

"Tersangka sudah kita bawa ke polsek terdekat. Tapi beliau menyangkal tuduhan tersebut dan malah mengaku kalau Pak Sukanilah yang memperkosa Mbak Nurul" balas Yewen khawatir.

Pak Sukani tersenyum tergelitik melihat tingkah Pak Primus yang masih saja licik seperti dulu "Jadi saya harus gimana??"

"Saya hanya menyarankan kalau bapak menyerahkan bukti video tersebut kepada pihak kepolisian" balas Yewen lengkap.

Pak Sukani pun membuang nafasnya "Tapi apakah kamu yakin kalau video ini tidak akan tersebar??? kasian Mbak Nurul Wen! Dia perempuan baik-baik" Balas Pak Sukani teringat akan Nurul. Entah kenapa, ingatan tentang ibunya yang bernasib sama dengan Nurul melintas dikepalanya.

"Saya tau Pak! tapi ini demi kepentingan penyelidikan dan kebaikan bapak sendiri" ucap Yewen kembali.

"Baiklah Wen! saya hanya minta kamu untuk menjaga ini sebaik mungkin. Kalau sampai banyak orang yang melihat. kehidupan Mbak Nurul bisa hancur" jelas Pak Sukani berberat hati.

Akhirnya, camera handycam yang menjadi bukti atas upaya pemerkosaan itupun diserahkan Pak Sukani kepada Yewen. Meski dirasanya cukup berat, Namun ini lebih baik dia lakukan agar dia bisa menjerat Pak Primus dalam penjara dan membalaskan dendamnya. Pak Sukani mungkin akan merasa sedikit bersalah pada Nurul, namun hal ini sudah bukan lagi menjadi masalah Nurul sendiri karena sudah melibatkannya juga.

Yewen lalu tersenyum licik menerima barang bukti dari Pak Sukani, dia tak menyangka kalau Pak Sukani mau menyerahkan video tersebut dengan begitu mudahnya. Sekarang, video pemerkosaan akhwat yang suka menjadi bahan onaninya tersebut, sudah berada di tangannya. Dia sudah tidak sabar lagi ingin melihat tubuh telanjang Nurul yang sehari-hari hanya bisa dia lihat terbungkus pakaian Syar'i tersebut.

"Bagaimana dengan suaminya Pak??" tanya Yewen kemudian teringat dengan Haris.

"Mas Haris sudah saya hubungi! besok pagi dia akan naik pesawat pertama dan langsung pulang" balas Pak Sukani.

Dia memang sudah menghubungi Haris dan mengabarkan kalau istrinya dirumah telah menjadi korban pemerkosaan. Hal yang membuat Haris menjadi sangat panik dan hilang kendali karena dia malah menyalahkan Pak Sukani tidak menjaga dengan baik istrinya sesuai kesepakatan mereka. Namun Pak Sukani dengan santai membalikkan hal tersebut kepada Haris karena dialah yang telah mengizinkan Nurul bekerja di rumah orang seperti Pak Primus.

Pak Sukani juga menjelaskan pada Haris bahaya seperti apa yang mengintai Nurul jika sampai dia tidak ada disana, dia juga tak lupa memberitahu siapa itu Primus dan bagaimana kelicikan dia dalam bertindak. Haris harusnya berterima kasih padanya karena sudah menyelamatkan istri Akhwat nya tersebut dari nasib malang yang akan menimpanya di kemudian hari.

"Baiklah kalau begitu Pak! saya pamit undur diri dulu" Ucap Yewen yang sudah tidak sabaran ingin segera melihat rekaman video Nurul.

Tapi Pak Sukani menghentikannya "Wen! saya mau tanya sedikit" ucap Pak Sukani menatap tajam.

Yewen hampir tak bisa bernafas karena ditatap oleh Pak Sukani, dia takut kalau orang itu mengetahui niat dan rencananya yang ingin mengcopy video pemerkosaan Nurul tersebut sebelum diserahkan pada pihak yang bertanggung jawab untuk dijadikan barang bukti. Tapi anggapannya salah ketika Pak Sukani kemudian kembali bertanya.

"Bagaimana dengan keluarga tersangka??" tanya Pak Sukani serius.

Lega sudah pikiran Yewen "Ohh.. ituu! kita sudah beritahu istrinya kok Pak! besok pagi beliau juga akan hadir untuk dimintai keterangan awal seperti bapak" balas Yewen sedikit tergugup.

"Apa kamu tau alamat rumahnya???" tanya Pak Sukani kemudian.

Yewen mengangguk "Tau pak! rumahnya tidak jauh dari sini kok" balas Yewen kemudian memberitahu Pak Sukani alamat rumah Pak Primus.

Seketika jantung Pak Sukani menjadi berdebar-debar tidak karuan. Ternyata selama ini orang yang membuat hidupnya begitu susah, tinggal di tempat yang hanya berjarak beberapa kilometer dari rumahnya tanpa dia sadari sama sekali. Entah itu adalah sebuah takdir manis untuk Pak Sukani, atau mungkin sebuah karma yang buruk bagi Pak Primus, Namun ini adalah kesempatan emas bagi Pak Sukani untuk membalas semua rasa sakit yang dulu pernah dia dapatkan dari Pak Primus. Apalagi ketika dia ingat kepada Susan cinta pertamanya tersebut, Pak Sukani jadi tersenyum karena dia merasa sedikit kangen dengan sosok itu.

"Baiklah Wen! terima kasih banyak" kata Pak Sukani menepuk pundak Yewen.

Usai kepergian Yewen, Pak Sukani pun kemudian beranjak dari tempat duduknya. Orang-orang yang sedang berkumpul disana langsung sadar dengan keberadaan Pak Sukani dan mulai bertanya-tanya. Pak Sukani sama sekali tidak peduli dengan orang-orang tersebut dan berjalan ke arah kamar Nurul yang pintunya sedang di tutup.

"Pak Sukani liat sendirikah Mbak Nurul diperkosa??"

"Berarti Pak Sukani liat Nurul telanjang dong???"

"Nurul mandul jadi gak bakalan hamil!!"

"Pak Sukani sebenarnya ngapain sih di rumah Mbak Nurul??"

Beberapa pertanyaan dan perkataan Ibu-ibu kepo itupun membuat Pak Sukani semakin jengkel, "Buk! Apa Ibu-ibu semua tidak kasian dengan Mbak Nurul??? ini tuh musibah besar!!! tapi ibu masih sempat-sempatnya menggosip!!" Ucap Pak Sukani yang membuat semua orang di ruang tamu itu terdiam.

"Orang-orang seperti ibu ini yang membuat keadaan semakin parah!! Mbak Nurul itu butuh support, bukan gunjingan kalian!!" lanjutnya penuh api amarah yang membara.

Entah kenapa Pak Sukani malah menjadi bersimpati terhadap Nurul. Padahal kalau di pikir-pikir, rencana Pak Sukani sebenarnya tidak jauh dari rencana Pak Primus yang sama-sama ingin menikmati tubuh Nurul. Bedanya Pak Sukani hanya ingin menikmati Nurul sendiri, sedangkan Pak Primus ingin menjual tubuh akhwat tersebut menjadi pelacur. Hal Itu diketahui oleh Pak Sukani setelah dia melihat langsung video rekaman yang dibuat oleh Pak Primus dengan mata kepalanya sendiri. Dia tidak percaya bagaimana nasib Nurul kalau seandainya tadi dia tidak datang menyelamatkan istri Haris itu.

Tok! tok!! tokk!! ketuk Pak Sukani ke pintu kamar Nurul.

"Mah! aku mau masuk sebentar!" Ucap Pak Sukani meminta ijin.

Lalu pintu kamar itupun terbuka dan terlihat Leni istrinya "Masuk Pah!" Ucap Leni kemudian menutup pintu.

Di dalam kamar, tampak tubuh Nurul sedang tertidur dan sudah berpakaian lengkap seperti biasanya "Gimana kondisinya Dok??" tanya Pak Sukani kepada dokter perempuan berhijab yang dari tadi ada di dalam kamar Nurul bersama istrinya Pak Sukani.

"Kondisi Ibu Nurul cukup memprihatinkan Pak! efek obat yang dipakai nampaknya terlalu kuat untuk tubuhnya! jadi kita harus membius Ibu Nurul agar dia bisa berhenti" jelas Dokter bername tag "Adelia" tersebut.

"Apa nanti bakal ada efek sampingnya Dok??" tanya Pak Sukani lagi.

"Sejauh ini saya belum tahu Pak! saya juga tidak tau obat perangsang jenis apa yang dipakai pelaku. Tapi saya sudah mengambil sampel darah Ibu Nurul untuk kita teliti lebih dalam" balas Dokter Adelia.

Kemudian setelah berbincang-bincang ringan, sang Dokter pun pamit undur diri karena hari sudah lumayan malam. Dokter juga menyarankan untuk berjaga-jaga jika Nurul terbangun dan butuh pertolongan. Karena setelah bangun nanti, kondisi mental Nurul bisa saja bermasalah karena telah mengalami kejadian yang traumatis tersebut. Tak lupa, Dokter Adelia juga memberikan beberapa resep obat penenang untuk Nurul.

"Papah mau kemana??" selidik Leni yang melihat suaminya ikut beranjak setelah kepergian dokter Adelia.

Lalu dia menjawab singkat "Menebus obat" ucapnya.

"Untuk apa?? lebih baik Papah nikmatin tubuh ini sebelum dia bangun" Ucap Leni menunjuk ke arah Nurul yang tidur karena dibius.

"Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu??" tanya Pak Sukani.

Leni tersenyum "Bukankah ini yang papah inginkan??? kenapa Papah berpura-pura menolak?? aku bahkan tidak perlu capek-capek membantu papah" ucap Leni kemudian.

"Apa kau sebegitu bencinya padaku sehingga menganggapku tak punya nurani??? atau kau benar-benar sudah muak hidup denganku sehingga kau ingin pergi dengan Daniel pacarmu itu??" tanya Pak Sukani sedikit memelas. Hari yang cukup menguras tenaganya ini membuat pria tua sangar itu juga merasakan sedikit capek dan lelah.

Leni bahkan tidak menyangka akan mendapat balasan seperti itu dari suaminya yang terkenal cukup keras tersebut "Aa--akku tidak bermaksud" Ucap Leni tergugup. Hatinya menjadi sedikit berdenyut sakit mendengar ungkapan dari suaminya itu.

"Hari ini aku cukup lelah, jadi sepertinya aku tidak ingin berdebat denganmu" balas Pak Sukani kemudian meninggalkan Leni yang merasa sedikit bersalah karena ucapannya.


=================================
Intermezoooooooo!!!!!
=================================

*Oke! sebelum suhu melanjutkan membaca kebawah. Ane ingetin dulu buat yang merasa dirinya sebagai seorang yang gampang tersulut emosi, bersumbu pendek, penceramah online, dan sobat gurun yang ekstra sensitif terhadap hal yang berbau "SARA", Ane saranin untuk berhenti membaca sampai bagian ini. Karena lanjutannya di bawah adalah cerita tentang Ibu Halimah yang mengandung unsur2 yang lumayan menyayat hati. Dan ane cuma mau bilang kalau lanjutan ini amat sangat tidak penting, jadi suhu bisa menskipnya saja.
tapi kalau suhu merasa aman-aman saja dan tak akan menghujat serta melaporkan saya. maka lanjutan dibawah memang untuk suhu.
hahahhahahhaha

=================================
Lanjoooooooottt!!!
=================================

Malam harinya.....

Disebuah ruangan kamar yang begitu mewah, nampak Ibu Halimah berjalan berlenggak-lenggok menghampiri seorang pria tua yang sedang menunggunya sambil telentang diatas sebuah kasur berukuran King Size. Malam itu Ibu Halimah tampil dengan penampilan yang beda dari biasanya karena saat ini dia memakai gamis dan hijab besar seperti pakaian yang dulu sering dia gunakan sehari-hari. Ini adalah pertama kalinya Ibu Halimah berpakaian seperti seorang akhwat kembali semenjak dirinya dulu memutuskan pindah keyakinan dan tidak pernah berpakaian tertutup lagi.

Sang Pria tua pun terheran "Mamah kok pakai baju kayak gini lagi???"

"Hihihih. lagi pengen aja Pah! Papah kan emang suka sama wanita berhijab" balas Ibu Halimah bermaksud menyenangkan hati si Tua bangka.

Dan Si Pria itu pun memang tampak sangat senang melihat istrinya berpakaian seperti seorang akhwat muslimah tersebut "Mamah tau aja!" balasnya begitu senang.

"Eitttsss.. Jangan panggil Mamah dong!! Panggil aku Ustadzah" pinta manja Ibu Halimah berpose layaknya seorang akhwat muslimah yang menundukkan pandangannya.

Tawa si Pria tua semakin menjadi-jadi saat melihat Ibu Halimah berakting menjadi dirinya yang dulu "Duh, Ustadzah darimana kalau bentukannya seksi kayak gini" ucapnya sambil meremas bokong Ibu Halimah dengan lembut.

"Astagfirull*h!!! tolong jangan pegang-pegang saya Pak! bukan muhrim. saya cuma mau silaturahmi saja" balas Ibu Halimah yang mendalami perannya sebagai seorang Ustadzah.

"Oh yaudah silahkan ustadzah! kenalin saya Mahesa" balas si Pria tua yang mengaku sebagai Mahesa.

Ibu Halimah cemberut tidak suka "Huh!!! siapa juga yang mau kenalan sama situ!!!"

"Loh?? tadi kan katanya pengen silaturahmi!" balas Pak Mahesa.

"Iya, tapi silaturahminya sama yang ini!" Ibu Halimah lalu mengelus-elus batang kemaluan Pak Mahesa dibalik celana boxer ketat yang sedang dipakainya. Batang penis itu nampak menonjol keluar karena ukurannya yang sangat besar.

Pak Mahesa pun berpura-pura menghindar "Astaga!! Ustadzah kok megang-megang punya orang kafir!" balasnya.

"Soalnya gede sih!! Ustadzah jadi suka" Ucap Ibu Halimah menggigit bibir bawahnya. Tampak dia sedang dilanda nafsu yang amat berat tidak sabar ingin menuntaskannya. Namun saat ini dia sedang ingin memanjakan suaminya tersebut dengan sepenuh hati.

"Gedean mana sama punya Kyai suami Ustadzah??" tanya Pak Mahesa memancing.

Ibu Halimah pun tersenyum kembali mengelus batang itu "Gedean yang ini dong!! Punya Kyai mah kecil, pendek, trus cepet keluarnya" ledek Ibu Halimah membandingkan ukuran penis kedua orang tersebut. Mantan suami dan suaminya sekarang.

"Waahh!! kalau saya sih besar, panjang dan kuat berjam-jam" sombong Pak Mahesa.

"Kalau begitu Ustadzah boleh nyoba gak Pak???" tanya Ibu Halimah.

Pak Mahesa memegang dagunya "Hmmmm.. boleh aja sih! tapi kalau nanti Ustadzah ketagihan gimana??" tanyanya pura-pura.

"Gampang!! tinggal minta lagi sama Bapak" balas Ibu Halimah santai, tangan halusnya tidak berhenti-henti mengelus selangkangan Pak Mahesa yang semakin lama semakin menggunduk tinggi karena ereksi penisnya.

"Trus suami Ustadzah gimana??"

Ibu Halimah tersenyum "Saya udah minta izin sama dia buat ngerasain kontol gede! hihihihi"

"Trus diijinin gak sama Pak Kyai???"

"Harus diijinin dong!! kalau dia gak mau saya tinggalin!!" tawa Ibu Halimah begitu puas.

Pak Mahesa tersenyum "Memangnya Ustadzah mau ninggalin suami Ustadzah demi orang kafir kayak saya???" lanjut Pak Mahesa kembali memancing Ibu Halimah.

"Mau dong! apapun akan saya lakukan demi bapak dan kontol ini" remas Ibu Halimah di penis Pak Mahesa dengan gemas. Dia sudah tidak sabar lagi ingin merengkuh kenikmatan dari benda tumpul tersebut.

Pak Mahesa mengelus kepala Ibu Halimah yang terbungkus hijab itu "Gimana kalau Ustadzah pindah keyakinan saja??" tanya Pak Mahesa semakin dalam jatuh dalam fantasinya.

"Duh!! kalau yang itu kayaknya agak susah Pak!! masa' Ustadzah jadi murtad" protes Ibu Halimah.

"Tadi katanya mau lakuin apa aja buat saya??" ledek Pak Mahesa.

"Iya sih tapii---"

Ucapan Ibu Halimah dipotong "Kalau Ustadzah mau pindah keyakinan! Ustadzah bisa layanin saya tiap hari!! trus bisa main sama dedek ini sepuasnya" Ucap Pak Mahesa yang menarik tangan Ibu Halimah masuk ke dalam celana boxernya.

"Aduh!! gimana ya??" akting Ibu Halimah berpura-pura keberatan, namun tangannya sudah mulai mengocok Penis Pak Mahesa naik turun.

Pak Mahesa pun semakin senang melihat akting role play Ibu Halimah ini karena dia merasa seperti sedang menaklukan seorang Ustadzah sungguhan. Memang selama ini Pak Mahesa berfantasi sebagai pria yang membuat wanita-wanita akhwat muslimah bertekuk lutut dan menyerah dibawah kendalinya. Apalagi setelah dulu mantan istrinya menjadi seorang Mualaf, Pak Mahesa semakin menjadi-jadi dengan fantasinya tersebut. Akan tetapi karena dirinya merasa sudah tidak muda dan kurang menarik lagi, akhirnya dia hanya dapat berfantasi saja setiap harinya.

Namun nasib baik kemudian menghampiri Pak Mahesa beberapa tahun yang lalu. Anaknya yang bernama Mario, pulang kerumah membawa seorang wanita cantik yang dulunya adalah seorang muslimah. Bahkan lebih hebatnya lagi, wanita tersebut pernah menjadi seorang Ustadzah yang mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada orang banyak. Sebuah fantasi yang selama ini dia idam-idamkan akhirnya terwujud juga.

Dengan perlahan-lahan, Pak Mahesa pun kemudian menarik hati si wanita tersebut sampai Dia pun kemudian memutuskan untuk menikah dengan Pak Mahesa dan meminta dibimbing menjadi hamba yang taat di keyakinan barunya. Dan wanita itu adalah Ibu Halimah si mantan Ustadzah.

"Hmmm...Oke deh kalau begitu! Ustadzah mau!" jawab Ibu Halimah bermanja-manja.

Pak Mahesa pun tersenyum sumringah "Kalau begitu ayo kita mulai prosesi pemindahannya!!" balas Pak Mahesa yang kemudian langsung menerkam tubuh Ibu Halimah dan menyeretnya ke atas kasur.

Dengan cepat Pak Mahesa pun menarik celana boxernya turun kebawah dan memperlihatkan batang kemaluan tak disunat itu. Bentuknya yang besar, panjang dan bengkok itu tampak seperti sebuah "pentungan satpam" yang terayun-ayun menggantung menunggu dilahap oleh mulut lawannya.

"Nah! sekarang coba Ustadzah cium dulu ujung kulupnya" pinta Pak Mahesa masih dengan fantasi liarnya.

Dengan senang hati, Ibu Halimah pun memajukan bibirnya ke arah Penis Pak Mahesa dan mengecup mesra ujung benda besar itu yang tertutupi oleh sebuah kulup dari kulit yang tidak dipotong. Ciuman itu penuh dengan rasa cinta dan pengaguman dalam diri Ibu Halimah seperti seseorang yang memuja benda itu dengan begitu khusyuk dan khidmat.

"Kontolnya wangi Pak!! Ustadzah suka!!" komentar Ibu Halimah usai mencium kelamin pria tua itu.

Pak Mahesa tersenyum "Coba dong dipijat-pijat" pintanya lembut.

Deengan perlahan, Ibu Halimah pun kemudian memegang daging keras tersebut dengan kedua tangannya. Karena saking besarnya ukuran penis tersebut, satu tangan mungil Ibu Halimah tidaklah cukup untuk menggenggam secara utuh keseluruhan, jadi dia harus menggunakan kedua telapak tangannya agar bisa memegang penis itu. Kini, Ibu Halimah tampak seperti sedang mengatupkan kedua tangannya seolah-olah sedang berdoa.

"Mulai sekarang, Ustadzah berdoanya harus seperti ini" jelas Pak Mahesa tersenyum.

Lalu mulai lah Ibu Halimah mengurut penis yang sangat besar itu dengan kedua tangannya. Ibu Halimah duduk di antara kedua kaki Pak Mahesa sambil masih terus mengurut dan mengocok. Membuat Pak Mahesa memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya. Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Ibu Halimah beraksi naik turun di selangkangannya.

“Eeemmmhhh... Pinterr...!” erang Pak Mahesa keenakan.

Tangan Ibu Halimah naik turun mengurut-urut daging besar itu hingga bagian kepala jamurnya muncul dari balik kulup yang menutupinya, lalu diurutnya lagi dengan pelan hingga ujung penis pria tua itu kembali tersembunyi ke dalam. Tiba-tiba Ibu Halimah berhenti melakukan kocokannya, dan Dia beranjak keatas mendekati wajah Pak Mahesa dengan tatapan yang sayu. lalu kemudian tanpa berbicara langsung mencium dengan mesra dan lembut bibir tebal pria tua itu.

Pak Mahesa pun membalas mencium dan memagut bibir indah Ibu Halimah sambil tangannya meremas lembut pantatnya yang terbalut oleh gamis ungu berbahan satin itu. Belaian lembut tangan istrinya yang tak berhenti mengurut di bagian Penisnya, membangkitkan gairah Pak Mahesa menjadi semakin tinggi. Tangannya mulai meraba-raba dan meremas lembut bukit dada Ibu Halimah dengan satu tangannya lagi.

"Mmppphhhhh...." Ibu Halimah melenguh dan semakin ganas dengan permainan ciumannya berkat rangsangan dari tangan Pak Mahesa yang mulai menjalar di tubuhnya.

Siapapun mungkin akan terkejut melihat pemandangan dua manusia yang sedang bercumbu ini, perbedaan usia mereka mungkin sekitar 15 tahun antara pria tua yang sudah keriput itu, dengan wanita yang masih bisa memelihara badannya seperti seorang anak gadis. Sang wanita yang juga sudah bukan seorang muslimah lagi, tampak berpakaian lengkap seperti seorang akhwat demi si Pria sambil bersikap ganas dan agresif terhadap pria tua itu yang ada di bawahnya. Pria itu bahkan sudah bertelanjang bulat tanpa ada satupun yang menutupi badannya yang sudah mulai keriput dan menua.

"Rrrrrrrrrrrrrtttttttttttttt!!!"

Asik fokus dengan ciumannya, Ibu Halimah tidak menyadari kalau Pak Mahesa sudah menurunkan resleting gamis satinnya yang berada di bagian belakang punggung itu. Dengan gerakan yang masih sama, Pak Mahesa kemudian meraih bahu Ibu Halimah dan menarik turun pakaian syar'i yang menutupi badan istrinya tersebut hingga sampai ke daerah pinggang.

"Ummmpppphhh... muuuachhhh...aaachhhhhh"

Bunyi peraduan mulut mereka masih terdengar nyaring karena Ibu Halimah masih ganas menikmati bibir Pak Mahesa yang keras itu. Bahkan kini payudara milik Ibu Halimah sudah menggantung manja diatas tubuh Pak Mahesa tanpa penutup lagi karena di balik baju gamisnya tersebut, Ibu Halimah sudah tidak memakai apa-apa lagi.

Bukit payudara Ibu Halimah tampak masih ranum dengan putingnya yang berwarna kecoklatan, tonjolan daging itu telah menegang seolah menantang untuk segera dihisap. Perlahan, Pak Mahesa mulai menyusuri bukit dada yang sebelah kiri dengan belaian tangannya yang kasar. Ia memainkan jari-jarinya hingga ke puting payudara Ibu Halimah sambil sesekali mencubit dan menarik bagian sensitif seorang wanita itu.

Puas bermain dengan bibirnya Pak Mahesa, Ibu Halimah pun mulai turun menciumi sekujur tubuh suaminya tersebut. Ibu Halimah perlahan menjilati dada dan menggelitiki puting sang suami dengan lidahnya yang bergerak-gerak berputar. Mengirim sensasi geli sekaligus nikmat kesekujur tubuh Pak Mahesa dengan sangat cepat.Tak lupa tangan Ibu Halimah terus menjalari sekujur tubuh Pak Mahesa dan meraba-raba batang kelelakian suaminya tersebut, memainkannya, mengelus dan mengurutnya terus-menerus. Ibu Halimah tersenyum manja. Perlahan, disusurinya bagian perut Pak Mahesa yang buncit itu, ke pusar dan kemudian berakhir di titik selangkangannya.

"Saya udah pengen banget ngemutin ini daritadi" Ucap Ibu Halimah memukul-mukul penis berkulup Pak Mahesa ke arah bibirnya.

Pak Mahesa pun semakin keenakan dibuatnya "Silahkan dicicipi saja Ustadzah!" Ucap Pak Mahesa senang.

"Tapi burungnya gede Pak! muat gak yah??" goda Ibu Halimah menimang-nimang.

Sudah tidak sabaran, Pak Mahesa pun menuntun penis besar miliknya ke arah bibir Ibu Halimah sambil memegang kepala istrinya itu yang saat ini masih terbungkus hijab lebar. Mata Pak Mahesa terpejam- pejam ketika lidah basah Ibu Halimah mulai melumat kepala penisnya dengan lembut lalu berlanjut dengan kuluman yang hanya bisa menampung sebagian ujung penis berkulupnya itu.

“Eeemmpphh.. Mulutmu enak banget Ustadzah. sangat cocok untuk menyepong kontol” desah Pak Mahesa yang merasakan geli-geli nikmat yang membuat seluruh bulu di badannya merinding.

Pak Mahesa mengusap-usap kepala Ibu Halimah yang tertutup hijab tersebut dengan penuh kelembutan. Perlahan jilatan lidah Ibu Halimah semakin turun ke arah selangkangan Pak Mahesa. Dengan jemari tangan kirinya yang halus, ia menggenggam penis Pak Mahesa, mendongakkannya, dan dia mulai menjilati daerah pangkal Penis suaminya itu.

"Wow!! Ustadzah belajar nyepong dimana???" kaget Pak Mahesa yang tidak pernah terbiasa dengan permainan mulut istrinya tersebut. Semakin hari dia selalu dikejutkan oleh perkembangan Ibu Halimah yang semakin pintar dalam melayani nafsunya.

Ibu Halimah berhenti sejenak "Yang pasti gak belajar sama Pak Kyai Pak!!" jawabnya tersenyum gemas.

"Uggghhhh.. kamu emang Ustadzah nakal!! Ustadzah Binal!!!" racau Pak Mahesa semakin tidak karuan.

Sementara itu Ibu Halimah berpuas diri dalam hatinya karena mampu memuaskan laki-laki yang dia puja dan kagumi ini. Setiap seminggu sekali, Ibu Halimah bahkan rela mengikuti kursus seks yang diadakan oleh jemaat satu kotanya untuk melatih para mantan muslimah dan perempuan-perempuan murtad lainnya agar mampu melayani pasangan mereka dengan baik.

Kembali fokus pada kegiatannya, Ibu Halimah kemudian menyusuri penis Pak Mahesa dengan lidahnya dari pangkal bawah hingga ke ujung puncak yang tak bersunat itu. Dia lalu menarik kebawah kulupnya hingga kepala jamurnya yang merah hati itu terlihat. lalu memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang kencing yang berada di sekitar ujung batang penis itu.

Ibu Halimah sempat diberitahu oleh seorang suster pengajar kursus seks tersebut, kalau lubang kencing seorang pria adalah sebuah kelemahan sekaligus tempat sensitif yang membuat para pria bisa mendelik nikmat tiada henti.

Dan itulah yang dilihat oleh Ibu Halimah sekarang. Pak Mahesa tampak sangat menikmatinya hingga badannya terangkat-angkat dan matanya merem melek menikmati "Oouuuggghhhh... enaaakk bangett sayaaaangg" racau suaminya tersebut.

Dari ujung penis itu, Ibu Halimah kembali menyusurinya hingga ke bagian bawah pangkal penis Pak Mahesa, menjilat-jilat buah pelirnya dan sesekali mengecup dan agak menghisapnya. Rasa aneh antara sakit, geli, dan enak membuat Pak Mahesa menggeliat-geliat.

"Wohoooooo... bisa-bisa aku keluar cepet nih! " desah Pak Mahesa sambil meremasi kepala Ibu Halimah. dan Ibu Halimah pun memandang Pak Mahesa dengan pandangan mata yang menggemaskan.

Usai puas memberikan servis mulutnya dengan cukup lama, Ibu Halimah pun kemudian berdiri sebentar sambil langsung meloloskan baju gamis miliknya yang tadi sudah terbuka sampai kedaerah pinggang. Kini dihadapan Pak Mahesa, tubuh bugil dan terawat milik istrinya pun terpampang begitu jelas tanpa ada hambatan sedikitpun.

Pak Mahesa sedikit kaget melihat ke arah selangkangan Ibu Halimah yang biasanya ditutupi oleh jembut yang cukup lebat, sekarang terlihat bersih tanpa ada satu rambutpun "Loh?? Mamah cukuran??" tanya Pak Mahesa kaget sampai dia lupa dengan aktingnya sendiri.

"Ihh!! bukan Mamah!!! tapi Ustadzaahh Pak!!!" protes Ibu Halimah manja.

Pak Mahesa pun tertawa "Oh iya saya lupaa!! maksud saya, Ustadzah kok cukuran??" tanyanya heran.

"Besok saya mau ditindik di memek Pak!!" balas Ibu Halimah.

"Loh??!! Ustadzah kok memeknya di tindik?? ntar apa kata Pak Kyai" ledek Pak Mahesa.

Ibu Halimah menghampiri kembali Pak Mahesa "Kan malam ini saya mau murtad Pak!! jadi masa bodoh sama Pak Kyai" balas Ibu Halimah tersenyum.

"Astaga!! Ustadzah udah bersikap seperti pelacur saja" geleng-geleng Pak Mahesa.

"Saya kan emang calon pelacur Bapak!! liat nih memek saya udah banjir pengen cepet-cepet silaturahmi sama yang ini" balas Ibu Halimah memegang penis Pak Mahesa yang mengkilat karena air liur.

Tersenyum, Pak Mahesa segera menyuruh Ibu Halimah berbaring dikasur dengan kedua kaki dibuka lebar-lebar. Tampak memek basah Ibu Halimah terkuak dengan begitu jelasnya dan tampak mereka seperti sebuah bunga di awal musim semi.

"Baiklah Ustadzah! sekarang saya akan memurtadkan kamu dengan gaya misionaris ini" ucap Pak Mahesa memposisikan penisnya diantara selangkangan Ibu Halimah.

"Sebaiknya Ustadzah berdoa agar persetubuhan ini diberkati" lanjut Pak Mahesa.

Dan seakan sudah tau dengan keinginan suaminya tersebut, Ibu Halimah pun mulai melipat kedua tangannya diatas dadan dan mulai berdoa "Wahai engkau yang disurga. Berkatilah persetubuhan ini sebagai pertanda bahwa aku akan menjadi pengikut setiamu. Izinkan aku merengkuh kenikmatan duniawi yang telah kau ciptakan untuk hamba-hambamu ini sampai aku kembali terselamatkan di jalanmu. Aaamin"

"Nah sekarang bukalah hijabmu sebagai tanda bahwa kau sudah meninggalkan keyakinan lamamu" Perintah Pak Mahesa serius.

Lalu dengan sebuah nyanyian rohani yang dilantunkan oleh Pak Mahesa, Diapun mulai memasukkan batang kemaluannya ke dalam vagina Ibu Halimah perlahan-lahan seperti bergerak dengan gerakan slow motion sambil Ibu Halimah juga mulai membuka hijab lebar yang terpakai di kepalanya.

"Oooooouuuuuugggghhhhhhhh..." rintih Ibu Halimah merasakan vaginanya mulai di tembus oleh Penis besar Pak Mahesa.

Penis besar milik suaminya tersebut meluncur begitu hebatnya ke dalam liang kenikmatannya yang membelah kedua belah daging yang merekah kemerahan tersebut dengan sangat-sangat pelan. Sensasi nikmat yang dirasakan Ibu Halimah semakin bertambah saat rongga kewanitaannya tersebut terasa penuh diisi oleh sebuah benda besar, membuat dia mendongak keatas dan mendelikkan matanya.

"Sekarang! kamu bukan lagi seorang Ustadzah! kamu adalah domba yang sudah kembali kejalan kebeneran" Ucap Pak Mahesa dengan begitu berwibawa.

Disambut oleh sebuah senyuman dari Ibu Halimah "Terima kasih Pak!! saya berjanji akan mengimani keyakinan baru saya dengan sangat baik dan setia" balas Ibu Halimah gembira.

"Nah sekarang! raihlah kenikmatan yang ingin kau rasakan tersebut dengan upayamu sendiri" perintah Pak Mahesa.

Yang kemudian membalikkan badannya hingga posisi mereka bertukar satu sama lain menjadi posisi "women on top" tanpa melepas penis besar tersebut dari vagina Ibu Halimah. Kini, Ibu Halimah yang sudah berada diatas tubuh Pak Mahesa. mulai sedikit-sedikit menggoyangkan pinggulnya mencoba meraih kenikmatan duniawi yang dia inginkan.

Namun tak disangka, pengganggupun datang dipertengahan persetubuhan mereka tersebut. sebuah ketukan keras datang dari balik pintu kamar kebesaran Pak Mahesa dan Ibu Halimah. Membuat kedua manusia yang dimabuk oleh nafsu tersebut, terpaksa harus berhenti sejenak.

"Maafkan saya Madam! tapi saya punya berita penting" ucap seorang lelaki bersuara tegas di balik pintu.

Pak Mahesa yang jengkel, langsung berteriak "Menurut kau seberapa penting masalah itu sampai kau mengganggu kami Bernard???" tanyanya ke arah pintu.

"Maafkan saya Tuan, tapi ini adalah perintah madam" jawab Bernard dengan tegas. Bodyguard sekaligus orang suruhan Ibu Halimah yang selalu mendampingi beliau kemanapun.

Sontak Ibu Halimah dan Pak Mahesa pun saling menatap satu sama lain "Berita macam apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Ibu Halimah.

"Ini tentang Mbak Nurul" balas Bernard kembali.

Alis Pak Mahesa terangkat "Nurul?? Nurul siapa??" tanya Pak Mahesa mencari penjelasan pada Istrinya.

Sedangkan Ibu Halimah terpaksa harus beranjak dari tempatnya dan menarik vaginanya dari penis Pak Mahesa "Nanti akan aku ceritain Pah!" Ucap Ibu Halimah kemudian turun dari ranjang.

Dia meraih kimono yang tak berada jauh dari ranjangnya tersebut, kemudian berjalan keluar meninggalkan Pak Mahesa dalam keadaan kentang tak berdaya. Bahkan Penisnya yang sudah mengacung tegak itu langsung menyusut lemah akibat istrinya yang pergi begitu saja.

"Nurul??? Sialaaan kau Nurull!!!!!!" teriak Pak Mahesa dalam hatinya.


#Bersambung................

Waduh. kira2 gimana nih nasib kedua petarung andalan Suhu??
Pak Primus di penjara, sedangkan Pak Sukani punya rencana balas dendam.
lalu siapa yang akan menodai Nurul kita??????
kwkwkwkw
 
wow..***panya itu kisah silam..punca permusuhan..hehe
kayak ada unsur korupsi hehe
mantap cukup mantap :adek:
 
Chapter 12 : Masa Lalu Dua Serigala


Nurul


Pak Primus


Bu Susan


Pak Sukani


Leni


Ibu Halimah​

Beberapa warga terlihat tengah berkumpul di ruang tamu rumah Nurul sambil berbincang-bincang dan bergosip tentang kejadian upaya pemerkosaan yang baru saja menimpa sang tuan rumah. Beberapa ada yang menyalahkan Nurul karena mempersilahkan laki-laki lain masuk ke dalam rumah, namun tak sedikit juga yang membela Nurul sebab dia mungkin hanyalah beramah-tamah saja terhadap majikannya dan Nurul juga tidak mungkin menduga kejadian seperti ini akan terjadi padanya.

Diantara banyaknya warga, ada Pak Sukani yang berdiam diri tak mengeluarkan sepatah katapun. Giginya menggertak dan kepalan tangannya tidak mengendur sama sekali. Pak Sukani masih sangat marah karena upaya dia untuk menghajar Pak Primus langsung dicegat oleh warga yang kebetulan baru pulang dari sholat magrib berjamaah di musholla terdekat.

Marah Pak Sukani bukanlah didasari oleh peristiwa pemerkosaan Nurul tadi. Tapi lebih kepada sejarah yang terjadi antara dia dan Pak Primus di masa lampau. Pak Sukani tak menyangka kalau takdir akan mempertemukannya kembali dengan orang yang dulu sudah membuat hidupnya menjadi seperti neraka. Musuh bebuyutannya yang dari dulu tak dapat ia sentuh sama sekali karena Pak Primus berasal dari background keluarga yang berbeda kasta.

Dulu, hidup Pak Sukani tidak sekaya dan tidak senyaman ini. Beliau lahir dari keluarga yang sudah mengabdikan diri menjadi pembantu selama puluhan tahun di rumah seorang konglomerat kaya raya. Bahkan Pak Sukani pun dulunya tak bisa lepas dari takdir tersebut hingga dia juga harus ikut mengabdikan dirinya disaat dia masih seorang remaja. Akan tetapi, tuhan berkehendak lain pada Pak Sukani ketika diam-diam sang Putri dari majikannya tersebut jatuh hati pada Pak Sukani. Sehingga terjadilah hubungan majikan pembantu diantara mereka.

Hubungan tersebut mereka jalani secara diam-diam dan sempat berjalan cukup mulus tanpa hambatan, tapi semua berubah ketika Sang Putri dijodohkan oleh orang tua mereka dengan anak seorang konglomerat lainnya. Dan anak itu adalah seorang pria bernama Primus Yudistira, pemuda manja yang hanya mengandalkan koneksi orang tuanya untuk hidup enak dan semena-mena terhadap orang lain.

Disisi lain, sang Putri yang bernama lengkap Susan Praditha tersebut, menolak dengan keras perjodohan yang telah direncanakan oleh kedua orang tua mereka karena dia sudah merasa memiliki calon suami yang tepat, yaitu pria bernama Sukani anak dari pembantunya sendiri. Tapi tak lama, hubungan tersebut terendus oleh Primus yang merupakan calon suami Susan. Dan seorang Primus yang licik, tidak melaporkan hal tersebut kepada kedua orang tuanya namun malah mengancam Ibu dari Sukani.

Primus mengancam akan melaporkan kelakuan Sukani kepada orang tua Susan kalau sang Ibu tidak mau melayani nafsu bejat pemuda tersebut di ranjang. Ibu Sukani yang saat itu merasa takutpun, akhirnya takluk di tangan Primus dan memutuskan untuk menyerahkan dirinya menjadi budak seks pemuda itu hingga dia dihamili oleh Primus.

Hingga akhirnya petaka pun terjadi dimana orang tua Susan mengetahui kehamilan pembantu janda mereka dan terlibat cekcok satu sama lain. Ibu dari Susan mengira kalau yang menghamili pembantu mereka tersebut adalah suaminya sendiri karena beberapa kali dia memang sering memergoki suaminya tersebut memandang penuh nafsu pada pembantunya tersebut.

Dan tak lama kemudian, kisah asmara Susan dan Sukani pun di bongkar oleh Primus sehingga permasalahan menjadi semakin rumit. Bahkan pada akhirnya, Ibu dari Sukani merenggut nyawanya sendiri beserta nyawa bayi yang ada didalam kandungannya dengan cara bunuh diri.

Disanalah akhirnya Pak Sukani tersingkir, diusir dari tempat tersebut hingga dia harus hidup menggelandang selama berbulan-bulan lamanya. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya hanya untuk mencari sesuap nasi. Nasib untung, Pak Sukani kemudian bertemu dengan salah seorang pendeta baik hati yang mengajaknya untuk tinggal bersama, memperbaiki tatanan hidupnya hingga Pak Sukani pun menjadi seorang yang sukses seperti dia sekarang.

"Pak Sukani! bisakah kita berbicara sebentar" sapa seorang pria berbadan tegap menghampirinya.

Pak Sukani menyadari kalau pria tersebut adalah Yewen, seorang polisi yang tadi membantunya menangkap Primus "Ya Wen! kenapa??" tanya Pak Sukani.

"Tersangka sudah kita bawa ke polsek terdekat. Tapi beliau menyangkal tuduhan tersebut dan malah mengaku kalau Pak Sukanilah yang memperkosa Mbak Nurul" balas Yewen khawatir.

Pak Sukani tersenyum tergelitik melihat tingkah Pak Primus yang masih saja licik seperti dulu "Jadi saya harus gimana??"

"Saya hanya menyarankan kalau bapak menyerahkan bukti video tersebut kepada pihak kepolisian" balas Yewen lengkap.

Pak Sukani pun membuang nafasnya "Tapi apakah kamu yakin kalau video ini tidak akan tersebar??? kasian Mbak Nurul Wen! Dia perempuan baik-baik" Balas Pak Sukani teringat akan Nurul. Entah kenapa, ingatan tentang ibunya yang bernasib sama dengan Nurul melintas dikepalanya.

"Saya tau Pak! tapi ini demi kepentingan penyelidikan dan kebaikan bapak sendiri" ucap Yewen kembali.

"Baiklah Wen! saya hanya minta kamu untuk menjaga ini sebaik mungkin. Kalau sampai banyak orang yang melihat. kehidupan Mbak Nurul bisa hancur" jelas Pak Sukani berberat hati.

Akhirnya, camera handycam yang menjadi bukti atas upaya pemerkosaan itupun diserahkan Pak Sukani kepada Yewen. Meski dirasanya cukup berat, Namun ini lebih baik dia lakukan agar dia bisa menjerat Pak Primus dalam penjara dan membalaskan dendamnya. Pak Sukani mungkin akan merasa sedikit bersalah pada Nurul, namun hal ini sudah bukan lagi menjadi masalah Nurul sendiri karena sudah melibatkannya juga.

Yewen lalu tersenyum licik menerima barang bukti dari Pak Sukani, dia tak menyangka kalau Pak Sukani mau menyerahkan video tersebut dengan begitu mudahnya. Sekarang, video pemerkosaan akhwat yang suka menjadi bahan onaninya tersebut, sudah berada di tangannya. Dia sudah tidak sabar lagi ingin melihat tubuh telanjang Nurul yang sehari-hari hanya bisa dia lihat terbungkus pakaian Syar'i tersebut.

"Bagaimana dengan suaminya Pak??" tanya Yewen kemudian teringat dengan Haris.

"Mas Haris sudah saya hubungi! besok pagi dia akan naik pesawat pertama dan langsung pulang" balas Pak Sukani.

Dia memang sudah menghubungi Haris dan mengabarkan kalau istrinya dirumah telah menjadi korban pemerkosaan. Hal yang membuat Haris menjadi sangat panik dan hilang kendali karena dia malah menyalahkan Pak Sukani tidak menjaga dengan baik istrinya sesuai kesepakatan mereka. Namun Pak Sukani dengan santai membalikkan hal tersebut kepada Haris karena dialah yang telah mengizinkan Nurul bekerja di rumah orang seperti Pak Primus.

Pak Sukani juga menjelaskan pada Haris bahaya seperti apa yang mengintai Nurul jika sampai dia tidak ada disana, dia juga tak lupa memberitahu siapa itu Primus dan bagaimana kelicikan dia dalam bertindak. Haris harusnya berterima kasih padanya karena sudah menyelamatkan istri Akhwat nya tersebut dari nasib malang yang akan menimpanya di kemudian hari.

"Baiklah kalau begitu Pak! saya pamit undur diri dulu" Ucap Yewen yang sudah tidak sabaran ingin segera melihat rekaman video Nurul.

Tapi Pak Sukani menghentikannya "Wen! saya mau tanya sedikit" ucap Pak Sukani menatap tajam.

Yewen hampir tak bisa bernafas karena ditatap oleh Pak Sukani, dia takut kalau orang itu mengetahui niat dan rencananya yang ingin mengcopy video pemerkosaan Nurul tersebut sebelum diserahkan pada pihak yang bertanggung jawab untuk dijadikan barang bukti. Tapi anggapannya salah ketika Pak Sukani kemudian kembali bertanya.

"Bagaimana dengan keluarga tersangka??" tanya Pak Sukani serius.

Lega sudah pikiran Yewen "Ohh.. ituu! kita sudah beritahu istrinya kok Pak! besok pagi beliau juga akan hadir untuk dimintai keterangan awal seperti bapak" balas Yewen sedikit tergugup.

"Apa kamu tau alamat rumahnya???" tanya Pak Sukani kemudian.

Yewen mengangguk "Tau pak! rumahnya tidak jauh dari sini kok" balas Yewen kemudian memberitahu Pak Sukani alamat rumah Pak Primus.

Seketika jantung Pak Sukani menjadi berdebar-debar tidak karuan. Ternyata selama ini orang yang membuat hidupnya begitu susah, tinggal di tempat yang hanya berjarak beberapa kilometer dari rumahnya tanpa dia sadari sama sekali. Entah itu adalah sebuah takdir manis untuk Pak Sukani, atau mungkin sebuah karma yang buruk bagi Pak Primus, Namun ini adalah kesempatan emas bagi Pak Sukani untuk membalas semua rasa sakit yang dulu pernah dia dapatkan dari Pak Primus. Apalagi ketika dia ingat kepada Susan cinta pertamanya tersebut, Pak Sukani jadi tersenyum karena dia merasa sedikit kangen dengan sosok itu.

"Baiklah Wen! terima kasih banyak" kata Pak Sukani menepuk pundak Yewen.

Usai kepergian Yewen, Pak Sukani pun kemudian beranjak dari tempat duduknya. Orang-orang yang sedang berkumpul disana langsung sadar dengan keberadaan Pak Sukani dan mulai bertanya-tanya. Pak Sukani sama sekali tidak peduli dengan orang-orang tersebut dan berjalan ke arah kamar Nurul yang pintunya sedang di tutup.

"Pak Sukani liat sendirikah Mbak Nurul diperkosa??"

"Berarti Pak Sukani liat Nurul telanjang dong???"

"Nurul mandul jadi gak bakalan hamil!!"

"Pak Sukani sebenarnya ngapain sih di rumah Mbak Nurul??"

Beberapa pertanyaan dan perkataan Ibu-ibu kepo itupun membuat Pak Sukani semakin jengkel, "Buk! Apa Ibu-ibu semua tidak kasian dengan Mbak Nurul??? ini tuh musibah besar!!! tapi ibu masih sempat-sempatnya menggosip!!" Ucap Pak Sukani yang membuat semua orang di ruang tamu itu terdiam.

"Orang-orang seperti ibu ini yang membuat keadaan semakin parah!! Mbak Nurul itu butuh support, bukan gunjingan kalian!!" lanjutnya penuh api amarah yang membara.

Entah kenapa Pak Sukani malah menjadi bersimpati terhadap Nurul. Padahal kalau di pikir-pikir, rencana Pak Sukani sebenarnya tidak jauh dari rencana Pak Primus yang sama-sama ingin menikmati tubuh Nurul. Bedanya Pak Sukani hanya ingin menikmati Nurul sendiri, sedangkan Pak Primus ingin menjual tubuh akhwat tersebut menjadi pelacur. Hal Itu diketahui oleh Pak Sukani setelah dia melihat langsung video rekaman yang dibuat oleh Pak Primus dengan mata kepalanya sendiri. Dia tidak percaya bagaimana nasib Nurul kalau seandainya tadi dia tidak datang menyelamatkan istri Haris itu.

Tok! tok!! tokk!! ketuk Pak Sukani ke pintu kamar Nurul.

"Mah! aku mau masuk sebentar!" Ucap Pak Sukani meminta ijin.

Lalu pintu kamar itupun terbuka dan terlihat Leni istrinya "Masuk Pah!" Ucap Leni kemudian menutup pintu.

Di dalam kamar, tampak tubuh Nurul sedang tertidur dan sudah berpakaian lengkap seperti biasanya "Gimana kondisinya Dok??" tanya Pak Sukani kepada dokter perempuan berhijab yang dari tadi ada di dalam kamar Nurul bersama istrinya Pak Sukani.

"Kondisi Ibu Nurul cukup memprihatinkan Pak! efek obat yang dipakai nampaknya terlalu kuat untuk tubuhnya! jadi kita harus membius Ibu Nurul agar dia bisa berhenti" jelas Dokter bername tag "Adelia" tersebut.

"Apa nanti bakal ada efek sampingnya Dok??" tanya Pak Sukani lagi.

"Sejauh ini saya belum tahu Pak! saya juga tidak tau obat perangsang jenis apa yang dipakai pelaku. Tapi saya sudah mengambil sampel darah Ibu Nurul untuk kita teliti lebih dalam" balas Dokter Adelia.

Kemudian setelah berbincang-bincang ringan, sang Dokter pun pamit undur diri karena hari sudah lumayan malam. Dokter juga menyarankan untuk berjaga-jaga jika Nurul terbangun dan butuh pertolongan. Karena setelah bangun nanti, kondisi mental Nurul bisa saja bermasalah karena telah mengalami kejadian yang traumatis tersebut. Tak lupa, Dokter Adelia juga memberikan beberapa resep obat penenang untuk Nurul.

"Papah mau kemana??" selidik Leni yang melihat suaminya ikut beranjak setelah kepergian dokter Adelia.

Lalu dia menjawab singkat "Menebus obat" ucapnya.

"Untuk apa?? lebih baik Papah nikmatin tubuh ini sebelum dia bangun" Ucap Leni menunjuk ke arah Nurul yang tidur karena dibius.

"Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu??" tanya Pak Sukani.

Leni tersenyum "Bukankah ini yang papah inginkan??? kenapa Papah berpura-pura menolak?? aku bahkan tidak perlu capek-capek membantu papah" ucap Leni kemudian.

"Apa kau sebegitu bencinya padaku sehingga menganggapku tak punya nurani??? atau kau benar-benar sudah muak hidup denganku sehingga kau ingin pergi dengan Daniel pacarmu itu??" tanya Pak Sukani sedikit memelas. Hari yang cukup menguras tenaganya ini membuat pria tua sangar itu juga merasakan sedikit capek dan lelah.

Leni bahkan tidak menyangka akan mendapat balasan seperti itu dari suaminya yang terkenal cukup keras tersebut "Aa--akku tidak bermaksud" Ucap Leni tergugup. Hatinya menjadi sedikit berdenyut sakit mendengar ungkapan dari suaminya itu.

"Hari ini aku cukup lelah, jadi sepertinya aku tidak ingin berdebat denganmu" balas Pak Sukani kemudian meninggalkan Leni yang merasa sedikit bersalah karena ucapannya.


=================================
Intermezoooooooo!!!!!
=================================

*Oke! sebelum suhu melanjutkan membaca kebawah. Ane ingetin dulu buat yang merasa dirinya sebagai seorang yang gampang tersulut emosi, bersumbu pendek, penceramah online, dan sobat gurun yang ekstra sensitif terhadap hal yang berbau "SARA", Ane saranin untuk berhenti membaca sampai bagian ini. Karena lanjutannya di bawah adalah cerita tentang Ibu Halimah yang mengandung unsur2 yang lumayan menyayat hati. Dan ane cuma mau bilang kalau lanjutan ini amat sangat tidak penting, jadi suhu bisa menskipnya saja.
tapi kalau suhu merasa aman-aman saja dan tak akan menghujat serta melaporkan saya. maka lanjutan dibawah memang untuk suhu.
hahahhahahhaha

=================================
Lanjoooooooottt!!!
=================================

Malam harinya.....

Disebuah ruangan kamar yang begitu mewah, nampak Ibu Halimah berjalan berlenggak-lenggok menghampiri seorang pria tua yang sedang menunggunya sambil telentang diatas sebuah kasur berukuran King Size. Malam itu Ibu Halimah tampil dengan penampilan yang beda dari biasanya karena saat ini dia memakai gamis dan hijab besar seperti pakaian yang dulu sering dia gunakan sehari-hari. Ini adalah pertama kalinya Ibu Halimah berpakaian seperti seorang akhwat kembali semenjak dirinya dulu memutuskan pindah keyakinan dan tidak pernah berpakaian tertutup lagi.

Sang Pria tua pun terheran "Mamah kok pakai baju kayak gini lagi???"

"Hihihih. lagi pengen aja Pah! Papah kan emang suka sama wanita berhijab" balas Ibu Halimah bermaksud menyenangkan hati si Tua bangka.

Dan Si Pria itu pun memang tampak sangat senang melihat istrinya berpakaian seperti seorang akhwat muslimah tersebut "Mamah tau aja!" balasnya begitu senang.

"Eitttsss.. Jangan panggil Mamah dong!! Panggil aku Ustadzah" pinta manja Ibu Halimah berpose layaknya seorang akhwat muslimah yang menundukkan pandangannya.

Tawa si Pria tua semakin menjadi-jadi saat melihat Ibu Halimah berakting menjadi dirinya yang dulu "Duh, Ustadzah darimana kalau bentukannya seksi kayak gini" ucapnya sambil meremas bokong Ibu Halimah dengan lembut.

"Astagfirull*h!!! tolong jangan pegang-pegang saya Pak! bukan muhrim. saya cuma mau silaturahmi saja" balas Ibu Halimah yang mendalami perannya sebagai seorang Ustadzah.

"Oh yaudah silahkan ustadzah! kenalin saya Mahesa" balas si Pria tua yang mengaku sebagai Mahesa.

Ibu Halimah cemberut tidak suka "Huh!!! siapa juga yang mau kenalan sama situ!!!"

"Loh?? tadi kan katanya pengen silaturahmi!" balas Pak Mahesa.

"Iya, tapi silaturahminya sama yang ini!" Ibu Halimah lalu mengelus-elus batang kemaluan Pak Mahesa dibalik celana boxer ketat yang sedang dipakainya. Batang penis itu nampak menonjol keluar karena ukurannya yang sangat besar.

Pak Mahesa pun berpura-pura menghindar "Astaga!! Ustadzah kok megang-megang punya orang kafir!" balasnya.

"Soalnya gede sih!! Ustadzah jadi suka" Ucap Ibu Halimah menggigit bibir bawahnya. Tampak dia sedang dilanda nafsu yang amat berat tidak sabar ingin menuntaskannya. Namun saat ini dia sedang ingin memanjakan suaminya tersebut dengan sepenuh hati.

"Gedean mana sama punya Kyai suami Ustadzah??" tanya Pak Mahesa memancing.

Ibu Halimah pun tersenyum kembali mengelus batang itu "Gedean yang ini dong!! Punya Kyai mah kecil, pendek, trus cepet keluarnya" ledek Ibu Halimah membandingkan ukuran penis kedua orang tersebut. Mantan suami dan suaminya sekarang.

"Waahh!! kalau saya sih besar, panjang dan kuat berjam-jam" sombong Pak Mahesa.

"Kalau begitu Ustadzah boleh nyoba gak Pak???" tanya Ibu Halimah.

Pak Mahesa memegang dagunya "Hmmmm.. boleh aja sih! tapi kalau nanti Ustadzah ketagihan gimana??" tanyanya pura-pura.

"Gampang!! tinggal minta lagi sama Bapak" balas Ibu Halimah santai, tangan halusnya tidak berhenti-henti mengelus selangkangan Pak Mahesa yang semakin lama semakin menggunduk tinggi karena ereksi penisnya.

"Trus suami Ustadzah gimana??"

Ibu Halimah tersenyum "Saya udah minta izin sama dia buat ngerasain kontol gede! hihihihi"

"Trus diijinin gak sama Pak Kyai???"

"Harus diijinin dong!! kalau dia gak mau saya tinggalin!!" tawa Ibu Halimah begitu puas.

Pak Mahesa tersenyum "Memangnya Ustadzah mau ninggalin suami Ustadzah demi orang kafir kayak saya???" lanjut Pak Mahesa kembali memancing Ibu Halimah.

"Mau dong! apapun akan saya lakukan demi bapak dan kontol ini" remas Ibu Halimah di penis Pak Mahesa dengan gemas. Dia sudah tidak sabar lagi ingin merengkuh kenikmatan dari benda tumpul tersebut.

Pak Mahesa mengelus kepala Ibu Halimah yang terbungkus hijab itu "Gimana kalau Ustadzah pindah keyakinan saja??" tanya Pak Mahesa semakin dalam jatuh dalam fantasinya.

"Duh!! kalau yang itu kayaknya agak susah Pak!! masa' Ustadzah jadi murtad" protes Ibu Halimah.

"Tadi katanya mau lakuin apa aja buat saya??" ledek Pak Mahesa.

"Iya sih tapii---"

Ucapan Ibu Halimah dipotong "Kalau Ustadzah mau pindah keyakinan! Ustadzah bisa layanin saya tiap hari!! trus bisa main sama dedek ini sepuasnya" Ucap Pak Mahesa yang menarik tangan Ibu Halimah masuk ke dalam celana boxernya.

"Aduh!! gimana ya??" akting Ibu Halimah berpura-pura keberatan, namun tangannya sudah mulai mengocok Penis Pak Mahesa naik turun.

Pak Mahesa pun semakin senang melihat akting role play Ibu Halimah ini karena dia merasa seperti sedang menaklukan seorang Ustadzah sungguhan. Memang selama ini Pak Mahesa berfantasi sebagai pria yang membuat wanita-wanita akhwat muslimah bertekuk lutut dan menyerah dibawah kendalinya. Apalagi setelah dulu mantan istrinya menjadi seorang Mualaf, Pak Mahesa semakin menjadi-jadi dengan fantasinya tersebut. Akan tetapi karena dirinya merasa sudah tidak muda dan kurang menarik lagi, akhirnya dia hanya dapat berfantasi saja setiap harinya.

Namun nasib baik kemudian menghampiri Pak Mahesa beberapa tahun yang lalu. Anaknya yang bernama Mario, pulang kerumah membawa seorang wanita cantik yang dulunya adalah seorang muslimah. Bahkan lebih hebatnya lagi, wanita tersebut pernah menjadi seorang Ustadzah yang mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada orang banyak. Sebuah fantasi yang selama ini dia idam-idamkan akhirnya terwujud juga.

Dengan perlahan-lahan, Pak Mahesa pun kemudian menarik hati si wanita tersebut sampai Dia pun kemudian memutuskan untuk menikah dengan Pak Mahesa dan meminta dibimbing menjadi hamba yang taat di keyakinan barunya. Dan wanita itu adalah Ibu Halimah si mantan Ustadzah.

"Hmmm...Oke deh kalau begitu! Ustadzah mau!" jawab Ibu Halimah bermanja-manja.

Pak Mahesa pun tersenyum sumringah "Kalau begitu ayo kita mulai prosesi pemindahannya!!" balas Pak Mahesa yang kemudian langsung menerkam tubuh Ibu Halimah dan menyeretnya ke atas kasur.

Dengan cepat Pak Mahesa pun menarik celana boxernya turun kebawah dan memperlihatkan batang kemaluan tak disunat itu. Bentuknya yang besar, panjang dan bengkok itu tampak seperti sebuah "pentungan satpam" yang terayun-ayun menggantung menunggu dilahap oleh mulut lawannya.

"Nah! sekarang coba Ustadzah cium dulu ujung kulupnya" pinta Pak Mahesa masih dengan fantasi liarnya.

Dengan senang hati, Ibu Halimah pun memajukan bibirnya ke arah Penis Pak Mahesa dan mengecup mesra ujung benda besar itu yang tertutupi oleh sebuah kulup dari kulit yang tidak dipotong. Ciuman itu penuh dengan rasa cinta dan pengaguman dalam diri Ibu Halimah seperti seseorang yang memuja benda itu dengan begitu khusyuk dan khidmat.

"Kontolnya wangi Pak!! Ustadzah suka!!" komentar Ibu Halimah usai mencium kelamin pria tua itu.

Pak Mahesa tersenyum "Coba dong dipijat-pijat" pintanya lembut.

Deengan perlahan, Ibu Halimah pun kemudian memegang daging keras tersebut dengan kedua tangannya. Karena saking besarnya ukuran penis tersebut, satu tangan mungil Ibu Halimah tidaklah cukup untuk menggenggam secara utuh keseluruhan, jadi dia harus menggunakan kedua telapak tangannya agar bisa memegang penis itu. Kini, Ibu Halimah tampak seperti sedang mengatupkan kedua tangannya seolah-olah sedang berdoa.

"Mulai sekarang, Ustadzah berdoanya harus seperti ini" jelas Pak Mahesa tersenyum.

Lalu mulai lah Ibu Halimah mengurut penis yang sangat besar itu dengan kedua tangannya. Ibu Halimah duduk di antara kedua kaki Pak Mahesa sambil masih terus mengurut dan mengocok. Membuat Pak Mahesa memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya. Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Ibu Halimah beraksi naik turun di selangkangannya.

“Eeemmmhhh... Pinterr...!” erang Pak Mahesa keenakan.

Tangan Ibu Halimah naik turun mengurut-urut daging besar itu hingga bagian kepala jamurnya muncul dari balik kulup yang menutupinya, lalu diurutnya lagi dengan pelan hingga ujung penis pria tua itu kembali tersembunyi ke dalam. Tiba-tiba Ibu Halimah berhenti melakukan kocokannya, dan Dia beranjak keatas mendekati wajah Pak Mahesa dengan tatapan yang sayu. lalu kemudian tanpa berbicara langsung mencium dengan mesra dan lembut bibir tebal pria tua itu.

Pak Mahesa pun membalas mencium dan memagut bibir indah Ibu Halimah sambil tangannya meremas lembut pantatnya yang terbalut oleh gamis ungu berbahan satin itu. Belaian lembut tangan istrinya yang tak berhenti mengurut di bagian Penisnya, membangkitkan gairah Pak Mahesa menjadi semakin tinggi. Tangannya mulai meraba-raba dan meremas lembut bukit dada Ibu Halimah dengan satu tangannya lagi.

"Mmppphhhhh...." Ibu Halimah melenguh dan semakin ganas dengan permainan ciumannya berkat rangsangan dari tangan Pak Mahesa yang mulai menjalar di tubuhnya.

Siapapun mungkin akan terkejut melihat pemandangan dua manusia yang sedang bercumbu ini, perbedaan usia mereka mungkin sekitar 15 tahun antara pria tua yang sudah keriput itu, dengan wanita yang masih bisa memelihara badannya seperti seorang anak gadis. Sang wanita yang juga sudah bukan seorang muslimah lagi, tampak berpakaian lengkap seperti seorang akhwat demi si Pria sambil bersikap ganas dan agresif terhadap pria tua itu yang ada di bawahnya. Pria itu bahkan sudah bertelanjang bulat tanpa ada satupun yang menutupi badannya yang sudah mulai keriput dan menua.

"Rrrrrrrrrrrrrtttttttttttttt!!!"

Asik fokus dengan ciumannya, Ibu Halimah tidak menyadari kalau Pak Mahesa sudah menurunkan resleting gamis satinnya yang berada di bagian belakang punggung itu. Dengan gerakan yang masih sama, Pak Mahesa kemudian meraih bahu Ibu Halimah dan menarik turun pakaian syar'i yang menutupi badan istrinya tersebut hingga sampai ke daerah pinggang.

"Ummmpppphhh... muuuachhhh...aaachhhhhh"

Bunyi peraduan mulut mereka masih terdengar nyaring karena Ibu Halimah masih ganas menikmati bibir Pak Mahesa yang keras itu. Bahkan kini payudara milik Ibu Halimah sudah menggantung manja diatas tubuh Pak Mahesa tanpa penutup lagi karena di balik baju gamisnya tersebut, Ibu Halimah sudah tidak memakai apa-apa lagi.

Bukit payudara Ibu Halimah tampak masih ranum dengan putingnya yang berwarna kecoklatan, tonjolan daging itu telah menegang seolah menantang untuk segera dihisap. Perlahan, Pak Mahesa mulai menyusuri bukit dada yang sebelah kiri dengan belaian tangannya yang kasar. Ia memainkan jari-jarinya hingga ke puting payudara Ibu Halimah sambil sesekali mencubit dan menarik bagian sensitif seorang wanita itu.

Puas bermain dengan bibirnya Pak Mahesa, Ibu Halimah pun mulai turun menciumi sekujur tubuh suaminya tersebut. Ibu Halimah perlahan menjilati dada dan menggelitiki puting sang suami dengan lidahnya yang bergerak-gerak berputar. Mengirim sensasi geli sekaligus nikmat kesekujur tubuh Pak Mahesa dengan sangat cepat.Tak lupa tangan Ibu Halimah terus menjalari sekujur tubuh Pak Mahesa dan meraba-raba batang kelelakian suaminya tersebut, memainkannya, mengelus dan mengurutnya terus-menerus. Ibu Halimah tersenyum manja. Perlahan, disusurinya bagian perut Pak Mahesa yang buncit itu, ke pusar dan kemudian berakhir di titik selangkangannya.

"Saya udah pengen banget ngemutin ini daritadi" Ucap Ibu Halimah memukul-mukul penis berkulup Pak Mahesa ke arah bibirnya.

Pak Mahesa pun semakin keenakan dibuatnya "Silahkan dicicipi saja Ustadzah!" Ucap Pak Mahesa senang.

"Tapi burungnya gede Pak! muat gak yah??" goda Ibu Halimah menimang-nimang.

Sudah tidak sabaran, Pak Mahesa pun menuntun penis besar miliknya ke arah bibir Ibu Halimah sambil memegang kepala istrinya itu yang saat ini masih terbungkus hijab lebar. Mata Pak Mahesa terpejam- pejam ketika lidah basah Ibu Halimah mulai melumat kepala penisnya dengan lembut lalu berlanjut dengan kuluman yang hanya bisa menampung sebagian ujung penis berkulupnya itu.

“Eeemmpphh.. Mulutmu enak banget Ustadzah. sangat cocok untuk menyepong kontol” desah Pak Mahesa yang merasakan geli-geli nikmat yang membuat seluruh bulu di badannya merinding.

Pak Mahesa mengusap-usap kepala Ibu Halimah yang tertutup hijab tersebut dengan penuh kelembutan. Perlahan jilatan lidah Ibu Halimah semakin turun ke arah selangkangan Pak Mahesa. Dengan jemari tangan kirinya yang halus, ia menggenggam penis Pak Mahesa, mendongakkannya, dan dia mulai menjilati daerah pangkal Penis suaminya itu.

"Wow!! Ustadzah belajar nyepong dimana???" kaget Pak Mahesa yang tidak pernah terbiasa dengan permainan mulut istrinya tersebut. Semakin hari dia selalu dikejutkan oleh perkembangan Ibu Halimah yang semakin pintar dalam melayani nafsunya.

Ibu Halimah berhenti sejenak "Yang pasti gak belajar sama Pak Kyai Pak!!" jawabnya tersenyum gemas.

"Uggghhhh.. kamu emang Ustadzah nakal!! Ustadzah Binal!!!" racau Pak Mahesa semakin tidak karuan.

Sementara itu Ibu Halimah berpuas diri dalam hatinya karena mampu memuaskan laki-laki yang dia puja dan kagumi ini. Setiap seminggu sekali, Ibu Halimah bahkan rela mengikuti kursus seks yang diadakan oleh jemaat satu kotanya untuk melatih para mantan muslimah dan perempuan-perempuan murtad lainnya agar mampu melayani pasangan mereka dengan baik.

Kembali fokus pada kegiatannya, Ibu Halimah kemudian menyusuri penis Pak Mahesa dengan lidahnya dari pangkal bawah hingga ke ujung puncak yang tak bersunat itu. Dia lalu menarik kebawah kulupnya hingga kepala jamurnya yang merah hati itu terlihat. lalu memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang kencing yang berada di sekitar ujung batang penis itu.

Ibu Halimah sempat diberitahu oleh seorang suster pengajar kursus seks tersebut, kalau lubang kencing seorang pria adalah sebuah kelemahan sekaligus tempat sensitif yang membuat para pria bisa mendelik nikmat tiada henti.

Dan itulah yang dilihat oleh Ibu Halimah sekarang. Pak Mahesa tampak sangat menikmatinya hingga badannya terangkat-angkat dan matanya merem melek menikmati "Oouuuggghhhh... enaaakk bangett sayaaaangg" racau suaminya tersebut.

Dari ujung penis itu, Ibu Halimah kembali menyusurinya hingga ke bagian bawah pangkal penis Pak Mahesa, menjilat-jilat buah pelirnya dan sesekali mengecup dan agak menghisapnya. Rasa aneh antara sakit, geli, dan enak membuat Pak Mahesa menggeliat-geliat.

"Wohoooooo... bisa-bisa aku keluar cepet nih! " desah Pak Mahesa sambil meremasi kepala Ibu Halimah. dan Ibu Halimah pun memandang Pak Mahesa dengan pandangan mata yang menggemaskan.

Usai puas memberikan servis mulutnya dengan cukup lama, Ibu Halimah pun kemudian berdiri sebentar sambil langsung meloloskan baju gamis miliknya yang tadi sudah terbuka sampai kedaerah pinggang. Kini dihadapan Pak Mahesa, tubuh bugil dan terawat milik istrinya pun terpampang begitu jelas tanpa ada hambatan sedikitpun.

Pak Mahesa sedikit kaget melihat ke arah selangkangan Ibu Halimah yang biasanya ditutupi oleh jembut yang cukup lebat, sekarang terlihat bersih tanpa ada satu rambutpun "Loh?? Mamah cukuran??" tanya Pak Mahesa kaget sampai dia lupa dengan aktingnya sendiri.

"Ihh!! bukan Mamah!!! tapi Ustadzaahh Pak!!!" protes Ibu Halimah manja.

Pak Mahesa pun tertawa "Oh iya saya lupaa!! maksud saya, Ustadzah kok cukuran??" tanyanya heran.

"Besok saya mau ditindik di memek Pak!!" balas Ibu Halimah.

"Loh??!! Ustadzah kok memeknya di tindik?? ntar apa kata Pak Kyai" ledek Pak Mahesa.

Ibu Halimah menghampiri kembali Pak Mahesa "Kan malam ini saya mau murtad Pak!! jadi masa bodoh sama Pak Kyai" balas Ibu Halimah tersenyum.

"Astaga!! Ustadzah udah bersikap seperti pelacur saja" geleng-geleng Pak Mahesa.

"Saya kan emang calon pelacur Bapak!! liat nih memek saya udah banjir pengen cepet-cepet silaturahmi sama yang ini" balas Ibu Halimah memegang penis Pak Mahesa yang mengkilat karena air liur.

Tersenyum, Pak Mahesa segera menyuruh Ibu Halimah berbaring dikasur dengan kedua kaki dibuka lebar-lebar. Tampak memek basah Ibu Halimah terkuak dengan begitu jelasnya dan tampak mereka seperti sebuah bunga di awal musim semi.

"Baiklah Ustadzah! sekarang saya akan memurtadkan kamu dengan gaya misionaris ini" ucap Pak Mahesa memposisikan penisnya diantara selangkangan Ibu Halimah.

"Sebaiknya Ustadzah berdoa agar persetubuhan ini diberkati" lanjut Pak Mahesa.

Dan seakan sudah tau dengan keinginan suaminya tersebut, Ibu Halimah pun mulai melipat kedua tangannya diatas dadan dan mulai berdoa "Wahai engkau yang disurga. Berkatilah persetubuhan ini sebagai pertanda bahwa aku akan menjadi pengikut setiamu. Izinkan aku merengkuh kenikmatan duniawi yang telah kau ciptakan untuk hamba-hambamu ini sampai aku kembali terselamatkan di jalanmu. Aaamin"

"Nah sekarang bukalah hijabmu sebagai tanda bahwa kau sudah meninggalkan keyakinan lamamu" Perintah Pak Mahesa serius.

Lalu dengan sebuah nyanyian rohani yang dilantunkan oleh Pak Mahesa, Diapun mulai memasukkan batang kemaluannya ke dalam vagina Ibu Halimah perlahan-lahan seperti bergerak dengan gerakan slow motion sambil Ibu Halimah juga mulai membuka hijab lebar yang terpakai di kepalanya.

"Oooooouuuuuugggghhhhhhhh..." rintih Ibu Halimah merasakan vaginanya mulai di tembus oleh Penis besar Pak Mahesa.

Penis besar milik suaminya tersebut meluncur begitu hebatnya ke dalam liang kenikmatannya yang membelah kedua belah daging yang merekah kemerahan tersebut dengan sangat-sangat pelan. Sensasi nikmat yang dirasakan Ibu Halimah semakin bertambah saat rongga kewanitaannya tersebut terasa penuh diisi oleh sebuah benda besar, membuat dia mendongak keatas dan mendelikkan matanya.

"Sekarang! kamu bukan lagi seorang Ustadzah! kamu adalah domba yang sudah kembali kejalan kebeneran" Ucap Pak Mahesa dengan begitu berwibawa.

Disambut oleh sebuah senyuman dari Ibu Halimah "Terima kasih Pak!! saya berjanji akan mengimani keyakinan baru saya dengan sangat baik dan setia" balas Ibu Halimah gembira.

"Nah sekarang! raihlah kenikmatan yang ingin kau rasakan tersebut dengan upayamu sendiri" perintah Pak Mahesa.

Yang kemudian membalikkan badannya hingga posisi mereka bertukar satu sama lain menjadi posisi "women on top" tanpa melepas penis besar tersebut dari vagina Ibu Halimah. Kini, Ibu Halimah yang sudah berada diatas tubuh Pak Mahesa. mulai sedikit-sedikit menggoyangkan pinggulnya mencoba meraih kenikmatan duniawi yang dia inginkan.

Namun tak disangka, pengganggupun datang dipertengahan persetubuhan mereka tersebut. sebuah ketukan keras datang dari balik pintu kamar kebesaran Pak Mahesa dan Ibu Halimah. Membuat kedua manusia yang dimabuk oleh nafsu tersebut, terpaksa harus berhenti sejenak.

"Maafkan saya Madam! tapi saya punya berita penting" ucap seorang lelaki bersuara tegas di balik pintu.

Pak Mahesa yang jengkel, langsung berteriak "Menurut kau seberapa penting masalah itu sampai kau mengganggu kami Bernard???" tanyanya ke arah pintu.

"Maafkan saya Tuan, tapi ini adalah perintah madam" jawab Bernard dengan tegas. Bodyguard sekaligus orang suruhan Ibu Halimah yang selalu mendampingi beliau kemanapun.

Sontak Ibu Halimah dan Pak Mahesa pun saling menatap satu sama lain "Berita macam apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Ibu Halimah.

"Ini tentang Mbak Nurul" balas Bernard kembali.

Alis Pak Mahesa terangkat "Nurul?? Nurul siapa??" tanya Pak Mahesa mencari penjelasan pada Istrinya.

Sedangkan Ibu Halimah terpaksa harus beranjak dari tempatnya dan menarik vaginanya dari penis Pak Mahesa "Nanti akan aku ceritain Pah!" Ucap Ibu Halimah kemudian turun dari ranjang.

Dia meraih kimono yang tak berada jauh dari ranjangnya tersebut, kemudian berjalan keluar meninggalkan Pak Mahesa dalam keadaan kentang tak berdaya. Bahkan Penisnya yang sudah mengacung tegak itu langsung menyusut lemah akibat istrinya yang pergi begitu saja.

"Nurul??? Sialaaan kau Nurull!!!!!!" teriak Pak Mahesa dalam hatinya.


#Bersambung................

Waduh. kira2 gimana nih nasib kedua petarung andalan Suhu??
Pak Primus di penjara, sedangkan Pak Sukani punya rencana balas dendam.
lalu siapa yang akan menodai Nurul kita??????
kwkwkwkw
Bungkus dulu biar gak dibawa kabur
 
Tandain dulu bacanya ntar, masih di office wkwkwk
 
sukani b*go dikit apa ya? santapan lezat gitu ditinggal begitu aja wkwkwkwk
 
Dari judulnya ahkwat yg ternoda,setelah nurul ternoda jangan sampai keterusan ternodanya bila perlu nurul jdi wonder woman...bagus pak sukani siapa tau jdi pelindungnya nurul
 
wow..***panya itu kisah silam..punca permusuhan..hehe
kayak ada unsur korupsi hehe
mantap cukup mantap :adek:
kwkwkw. korupsi apaan suhu??
Masih menunggu Nurul hamil
2099 still waiting. wkkwkw
waduh ada lg tokoh baru si mahesa
jgn2 nanti malah dia yg dapetin nurul
hahahha. tokoh baru datang dan pergi suhu.
Terima kasih update nya suhu!
Mantul! Hahaha
asyiappp suhuuu
 
Ternyata halimah binal juga
halimah udah binal dari dulu suhu. kwkwkw
Tidak menyaka kalau konflik nya berbuntut panjang
iya nih suhu. saya juga gak nyangkaa
Bungkus dulu biar gak dibawa kabur
dibawa kabur sama siapa suhu???
sukani b*go dikit apa ya? santapan lezat gitu ditinggal begitu aja wkwkwkwk
hahahha, Sukani masih punya nurani ceritanya gan
Mantap ceritanya,maksih hu updatenya ,jdi pengen ngehajar si mahesa
duh. apa sih salah mahesa, baru muncul di cerita, ditinggal kentang ibu halimah, sekarang mau dihajar sama suhu. wkkwkw
 
Bimabet
Wah polisinya juga ngincer Nurul nih sepertinya. Makin banyak nih "lebah" yg mengincar "madu"
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd