Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Yang Ternoda ( No Sara )

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Chapter 25 : Anal Untuk Nurul


Nurul


Pak Sukani​

"Nah! sekarang, gimana kalau kita mulai hidangan spesialnya??" senyum Pak Sukani dengan Penis mengacung ke arah lubang pantat Nurul.

Masih dalam keadaan terengah-engah usai menikmati orgasme pertamanya, Nurul mencoba melirik sebentar ke bagian belakang tubuhnya tempat Pak Sukani sedang berlutut menatap binar kearah pantatnya. Nurul sedikit mengernyitkan dahi merasa penasaran dengan apa yang tengah diperbuat oleh Pak Sukani yang bergerak mengambil cairan cinta yang tumpah dari bagian vaginanya, Lalu kemudian mengoleskan cairan itu disekitar lubang pantat.

"Awwwhhh" Nurul menjerit kaget saat dirinya merasa jari kasar Pak Sukani menggesek memasuki celah pantatnya.

"Sakit Dik??" tanya Pak Sukani berhati-hati.

Namun bukan rasa itulah yang dirasakan Nurul saat ini, "Ja--jangan disitu lagi Mas!!" larang Nurul dengan suara paraunya.

Rasa geli sebenarnya menusuk tubuh Nurul saat jari tengah Pak Sukani mulai menekan-nekan dan bermain-main ringan di lubang pantatnya. Akan tetapi Nurul yang belum pernah diperlakukan seperti itu tentu saja merasa sedikit canggung dan tidak nyaman dengan perbuatan Pak Sukani. Apalagi dirinya merasa bahwa tempat tersebut bukanlah sesuatu yang bersih untuk jadi objek permainan jari Pak Sukani. Walau sebenarnya Nurul sangatlah ketat menjaga dan membersihkan daerah pantatnya tersebut setiap hari. Tapi tetap saja, tempat itu adalah tempat pembuangan limbah kotornya.

Namun berbeda dengan apa yang dirasakan Nurul, Pak Sukani justru tengah bernafsu hebat ketika bermain-main dengan lubang pantat Nurul yang kecil mungil berwarna merah jambu agak kehitaman tersebut. Tidak ada terbesit sedikitpun rasa jijik dalam dirinya karena Pak Sukani yakin bahwa seorang akhwat muslimah seperti Nurul pastilah sangat menjaga kebersihan tubuhnya. Dan itu semua pun terbukti dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Coba kamu nungging kayak tadi Dik!" pinta Pak Sukani dengan ramah.

Nurul yang masih berdebar-debar itupun menuruti permintaan sang pejantannya tersebut dengan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi untuk menyunggingkan bongkahan daging bahenol miliknya mengarah ke wajah Pak Sukani yang tersenyum senang melihat pose Nurul. Bahkan meskipun saat ini Nurul masih memakai hijab dan cadar sebagai identitasnya sekalipun, Pak Sukani dapat melihat kalau Nurul ternyata memang adalah wanita yang benar-benar binal dan menggairahkan secara alami tanpa dibuat-buat.

"Hehehe. seksi sekali" kekeh Pak Sukani mengelusi daerah pantat Nurul dengan tangan kasarnya.

Pak Sukani kembali memperlakukan istri berjilbab Haris itu seperti tadi tanpa menyadari mata Nurul yang tengah memperhatikannya dengsan seksama. Pak Sukani kembali menjilati anus Nurul, bermain-main dengan lidahnya yang bergerak liar dengan ganas di bagian lubang kecil nan perawan itu tanpa merasa jijik sama sekali.

"Ouugghhh.. Massshh.. enaakk... geliihhhhh.." desah Nurul merasakan lidah panas Pak Sukani yang dengan cepat melakukan sapuan panjang di sekitar daerah selangkangannya, menjilati permukaan bibir vagina Nurul dan terus menyapu hingga ke bagian lubang anusnya. Bahkan tak ayal kemudian lidahnya ditusuk-tusukkan ke dalam anus Nurul sehingga membuat Istri berjilbab Haris itu kembali harus berpegangan pada sprei ranjang dengan tubuh menggigil dan tersentak-sentak menahan getaran nikmat yang kembali mulai menjangkitinya.

"Sllluuurrrppp.... emmppppphhhh... mmmmuuuaahhhh... ssllluurrpp" bunyi basah melembab akibat liur Pak Sukani pada pantat Nurul terdengar membahana di ruangan tersebut.

Deburan darah dan jantung Nurulpun kian terpacu mulai kencang kembali. Nurul mengelinjang, berdesis dan merintih merasakan kenikmatan yang tadi sudah membawanya ke puncak, kini kembali hadir tak terelakkan. Geliat lekuk tubuh Nurul mulai menunjukkan bahwa dia sudah kembali terangsang oleh permainan ringan lidah Pak Sukani pada pantatnya yang sangat erotic ini.

Sambil nafasnya tersengal memburu, Nurul mendorong pantatnya dengan agak kasar ke wajah Pak Sukani berharap kalau lidah kenyal dan panas milik pria tua itu menusuk lubang pantatnya semakin dalam. "Aaahhh... yaahh... kedalaamm lagiii... lagiiihhh" pinta Nurul menegadahkan kepala dan memejamkan matanya.

Pak Sukani pun juga bergerak cepat mengikuti permintaan si betina nya itu, kedua tangannya menarik pangkal paha Nurul dengan kuat sehingga wajahnya semakin terbenam ke dalam pantat semok itu. Tak lupa dia menggerakkan maju mundur lidahnya hingga Istri berjilbab milik Haris itu semakin kelojotan geli dan bergerak melawan arah dengan harapan supaya lidah kasar pria tua itu bisa masuk lebih jauh lagi kerelung anusnya.

"Hehehe.. udah gak tahan ya??" senyum Pak Sukani menarik wajahnya dari pantat Nurul.

Dengan sigapnya, Pak Sukani menggantikan lidah dengan meluncurkan tangan kirinya kearah bawah untuk menjamah vagina Nurul yang masih berdenyut-denyut usai menerima orgasme hebat tadi. Pak Sukani lalu mulai mempermainkan gairah seksual primitif dari istri berjilbab Haris itu untuk semakin kembali terhanyut kedalam nafsu syahwatnya.

Bahkan gesekan jari Pria tua itu dibuat beritme dan berirama secara teratur, sambil sesekali ujung jarinya juga menyentil-nyentil klitoris Nurul. "Ouugghhh... yaaahh.. teruuuussshhhh!!" desah Nurul meminta untuk terus dipuaskan oleh jari-jari Pak Sukani.

Namun tak diduga oleh Nurul sebelumnya, tangan kanan Pak Sukani justru bergerak ke arah lubang pantatnya seperti ingin melakukan sesuatu. "Lemesin badanmu Dik!" pinta Pak Sukani memberikan instruksi pada Nurul. Sambil jari tengahnya bergerak menusuk lubang pantat sang akhwat yang masih begitu sempit tersebut.

Karena kaget, Nurulpun berusaha untuk memprotes, "Jangan Mas!! jangan dimasukin!!" pinta Nurul berharap Pak Sukani akan berhenti.

Tapi sebegai seorang yang berpengalaman, penolakan setengah hati Nurul tentu saja diabaikan oleh Pak Sukani begitu saja. Lagipula tujuan Pak Sukani hari ini adalah untuk mengambil keperawanan lubang pantat Nurul. Jadi dirinya tentu tidak akan berhenti sampai tujuannya tercapai.

"Sudah!! kamu yakin sama aku Dik!! nanti kamu bakalan keenakan" Ucap Pak Sukani kembali melancarkan serangannya untuk merangsang Nurul.

"Uuugghhh.. Maaassshh.. Jaaangann dimasukiinn!! oouugghh" Protes yang dilayangkan Nurul mulai terdengar diselingi desahan-desahan tertahan dari bibir mungilnya.

Saat gairah seksual sang Akhwat itu sudah terbangkitkan. Pak Sukanipun tidak menyia-nyiakan kesempatan emasnya tersebut dengan segera melancarkan aksinya. Perlahan tapi pasti, jari tengah yang gemuk besar milik Pak Sukani tersebut mulai ia dorong secara paksa ke dalam lubang pantat Nurul yang tampaknya sudah mengembang mekar karena tubuh Nurul sudah sedikit rileks.

Dalam hitungan detik berikutnya, Jari tengah Pak Sukani sudah terbenam secara utuh dilubang pantat Nurul yang sempit itu, "Hehehehe.. gimana Dik?? enak gak?? udah masuk satu jari loh ini" goda Pak Sukani tersenyum puas.

Namun Nurul tak menjawabnya karena tengah berusaha menahan rasa sesak pada pantatnya yang disarangi oleh jari besar Pak Sukani tersebut. Nurul hanya memejamkan mata sambil melenguhkan suaranya untuk memperlemah jepitan otot pantatnya yang seperti reflek menolak dan mengejan untuk mengeluarkan jari tersebut dari dalam pantatnya.

Yang ada dalam pikiran Nurul saat ini adalah bagaimana cara permainan ini harus di tuntaskan sesegera mungkin agar dia tidak tersiksa terlalu lama. Nurul sadar bahwa sudah terlanjur baginya untuk menolak keinginan aneh Pak Sukani tersebut. Karena Nurul tau bahwa lelaki tua yang tengah menggeluti tubuh indahnya itu pasti akan memberikan kenikmatan-kenikmatan lain seperti yang telah ia rasakan sebelumnya.

"Jangan dilawan sayang!! buang napasnya dalam-dalam coba!!"

Dengan pintar, Pak Sukani mengiringi usaha penetrasi jarinya dengan sebuah instruksi yang mempermudah Nurul untuk semakin beradaptasi dengan benda asing di lubang pantatnya. Cukup lama Pak Sukani mengambil waktu membiarkan Nurul terbiasa karena ini adalah bagian penting dalam merangsang otot-otot pantat Nurul agar nantinya mudah untuk di penetrasi.

Sampai saat ketika dirasa badan Nurul sudah merasa rileks, Pak Sukani pun kemudian melanjutkan aksinya dengan menghimpit jari tengahnya menggunakan telunjuk untuk membuka lebih lebar lubang pantat Nurul. Kini dia mencoba sekali lagi dengan perlahan mendorong jari telunjuknya untuk segera bergabung semakin masuk ke dalam lubang pantat Nurul yang basah karena diolesi oleh cairan cintanya sendiri.

Barulah ketika jari telunjuk itu sedikit demi sedikit menghilang, lenguhan rasa sakit mulai digaungkan oleh Istri berjilbab Haris itu.

"Mmppphhh... Maashh!! peeelaaann!!! ooouuuggsshhhhh.. saakkkiitthh!!" geliat Nurul mencoba menjauhkan pantatnya dari jari Pak Sukani yang berusaha menguak lubang anus Nurul secara paksa.

Badan Nurul terpelingting ke depan serta jari-jari kakinya melengkung saat dia menahan rasa sakit yang menderu badannya. Istri Haris itu semakin kalang kabut dilanda rasa sakit namun juga birahi secara bersamaan. Tak pernah dirinya diperlakukan seperti ini. Walau ada sedikit rasa sakit, namun ajaibnya Nurul malah merasa tidak ingin berhenti ditengah jalan begitu saja karena ada nikmat lain yang dirasakannya.

"Nahh! masuk dua." Senyum Pak Sukani sumringah melihat dua jari tangan kanannya sudah bersarang nyaman di pantat Nurul.

Sengaja Pria tua itu menghentikan sejenak gerakannya untuk meringankan rasa sakit yang melanda Nurul sekaligus merasakan sensasi hangat dan lembut didalam lubang pantat istri berjilbab Haris itu. Terasa sekali oleh Pak Sukani bahwa denyut jepitan otot pantat Nurul begitu erat membetot kedua jarinya seraya berkedut-kedut seirama dengan nafasnya. Pak Sukani mulai berpikir bagaimana rasanya jikalau penis besar miliknya bersarang di lubang sempit ini. Pastilah dia akan sangan keenakan.

“Mass??” Panggil Nurul begitu lirih.

“Kenapa Dik??? masih sakit ya?? ujar Pak Sukani berupaya melenyapkan segala keraguan di wajah istri Haris itu.

Namun Nurul malah menggelengkan kepalanya pelan. "U--udah enggak" balasnya tergugup.

"Aku gerakin ya sekarang" ujar Pak Sukani memberi rambu bagi Nurul agar mempersiapkan dirinya.

Tanpa menunggu persetujuan selanjutnya, Pak Sukani pun bergerak menarik kedua jarinya yang berada di dalam pantat Nurul secara perlahan-lahan. Gerakan tersebut sengaja dibuat Pak Sukani berbarengan dengan tangan kirinya yang menusuk masuk ke dalam vagina Nurul untuk bergantian memberikan rangsangan sekaligus nikmat kepada istri Haris tersebut.

"Ahhhh...." desah Nurul ketika rasa sakit di bagian pantatnya berganti dengan rasa nikmat pada vaginanya.

Akan tetapi baru sebentar Nurul mencoba meresapi rasa nikmat tersebut, Pak Sukani malah kembali menarik tangan kirinya dari vagina Nurul lalu berganti memasukkan kedua jarinya ke dalam lubang pantatnya sekali lagi. Sontak rasa ngilu dan sakit itu kembali terasa oleh Nurul saat jari-jari besar pria tua itu kembali bersarang mantap di lubang pembuangannya tersebut.

Sekali lagi, Pak Sukani menarik kedua jarinya dari pantat Nurul lalu memasukkan jari satunya lagi ke dalam vaginanya. Berulang-ulang Pak Sukani melakukan hal tersebut secara berganti-gantian hingga membuat tubuh Nurulpun menjadi bingung dengan rasa yang mendera tubuhnya bergonta-ganti setiap saat. Ketika lubang pantatnya ditusuk, Nurul merasakan rasa sakit dan ngilu lumayan hebat. Sedangkan ketika vaginanya di mainkan, Nurul merasakan nikmat dan gatal yang luar biasa.
Cukup aneh efek yang dirasakan badan Nurul ketika kedua rasa yang berlawanan tersebut berganti-gantian menusuki kedua lubangnya secara teratur. Dan disetiap gerakan yang perlahan tersebut pasti menimbulkan lecutan-lecutan gairah yang makin menggelora mendera batin Nurul yang sudah mulai kehilangan rasa sakit dan ngilunya. Kebasahan mulai timbul pada lepitan vagina Nurul pertanda bahwa dia sudah sangat terangsang oleh permainan jari Pak Sukani yang seolah mempunyai mata untuk tau bagian mana yang dapat membuatnya makin bergairah.

“Oouugghh.. Masssshh.. aaapaaa inihhhhhh...” Rintih Nurul sambil mendelik-delik Saat jari Pak Sukani mulai menusuk dengan tempo yang dipercepat bergantian di pantat dan vaginanya.

Tanpa disadari oleh Nurul, Pak Sukani yang tengah menggerak-gerakkan tangannya itu meludah pada bagian pantat Nurul untuk menambah cairan pelicin disana. Akibatnya, gesekan kedua jari Pak Sukani mulai lancar membuka lubang sempit tersebut dan menggesek-geseknya semakin panas tak berhenti. Bahkan sesekali jari itu meluncur semakin dalam dan mengorek-ngorek setiap dinding yang telah lembab tersebut untuk berusaha membuatnya semakin rengggang. Dan perbuatan itu telah cukup membuat Nurul semakin blingsatan tidak berhenti.

"Aaaaaaachhh... Masss.. enaakkk... teruuussshhh... ouuugghhhhh..."

Erangan Nurul kian liar menjadi-jadi untuk menuntut serta puncak kenikmatan yang sudah kembali membayang di tubuhnya. Pandangan Nurul mulai menjadi sedikit kabur karena delikan matanya berputar-putar mengekspresikan kenikmatan yang tengah dirasakannya. Dan dalam keadaan sayu tersebut, sebuah rasa yang telah dikenalnya kini mulai muncul untuk menggedor garis pertahanannya.

"Oooouuggg.. sedikiiittt.. ooowwhhggg... mauu keluarrr.. sedikiiitt lagiiihh!! teruuusss" Desah Nurul meminta agar dahaganya segera dipenuhi.

Dari arah pinggangnya, sebuah rasa mulai menggelitik hebat memencar melalui seluruh pembuluh tubuhnya untuk segera mengalir pada daerah kewanitaannya. Saat rasa itu sudah hampir meledak dalam diri Nurul, Pak Sukani malah memberhentikan kedua aktivitas tangannya di masing-masing vagina dan lubang pantat Nurul secara tiba-tiba.

"Nnggh??" heran Nurul yang kentang karena gagal meraih puncak orgasme.

Tak cukup sampai disitu, kini Nurul malah dikejutkan dengan sebuah benda yang menempel di dinding lubang pantatnya. "Tahan ya Dik?" seringai Pak Sukani mendorong ujung penisnya ke dalam lubang pantat Nurul.

“Aaaakhhhh.... Masssssssssshhhh.. jangaaaannnn” rintihan kuat keluar dari mulut Nurul saat merasakan lubang pantatnya terbuka untuk menerima penis besar Pak Sukani.

Nurul bisa merasakan ujung penis yang besar dan tegang itu itu melesak ke dalam liang anusnya. Kepala jamur penis Pak Sukani yang basah oleh air liur itu mendesak masuk ke liang pembuangan Nurul untuk pertama kali dalam hidupnya. Jeritan begitu pilu mengiringi penis pria tua itu saat menerobos masuk lubang pantatnya secara paksa sedimikian rupanya.

Istri berjilbab milik Haris itu mengernyit kesakitan saat siksaan tersebut sangat tak tertahankan olehnya. Nurul mencoba melompat ke depan dan berusaha menggeliat menjauhkan diri dari tusukan penis Pak Sukani di anusnya. Tapi Pak Sukanipun tanpa berbelas kasihan ikut bergerak maju dan menindih tubuh Nurul dengan tubuh gempalnya.

"Sakiittt... sakiiittt Masss... sakiiittt maassshhhhh.. cabuuutttt.." Nurul kalang kabut, rasa sakit yang menghantamnya begitu menyayat pedih sehingga kepalanya langsung pusing berkunang-kunang. Air matanya pun langsung menetes akibat rasa perih yang tak terkira melanda lubang anusnya yang kecil tersebut kini dimasuki oleh benda asing yang sangat besar.

Tapi apalah arti perlawanan Nurul saat Pak Sukani justru sudah kesetanan dengan dirinya. Rasa nikmat yang tengah dirasakan pria tua itu tengah membutakan akan sehatnya yang sudah hilang entah kemana. Bahkan jepitan pantat Nurul yang begitu kuat menolak penisnya pun tak dapat mengurungkan niat Pak Sukani yang keblingeran merasakan nikmat yang memijat batang penis besarnya seiring pusakanya itu semakin masuk menusuk kedalam.

"Ouugghh.. tahan sayangg.. tahan!! sedikit lagii" Ujar Pak Sukani sambil menarik pinggul indah istri Haris yang molek itu kebelakang.

Nurul yang sudah kehilangan akal tersebut, hanya dapat menggelengkan kepala kesana-kemari dengan panik saat perlahan-lahan batang penis besar Pak Sukani itu menerobos masuk ke dalam lubang pantatnya semakin dalam. Nurul masih terus berusaha memberontak, tapi himpitan badan gempal Pak Sukani diatas tubuhnya membuat istri Haris itu tidak dapat berbuat banyak.

"Aaaaaaaaaaargghhh... sakiiitttttt.." teriak Nurul begitu kuatnya saat Pak Sukani melesakkan kemaluannya secara utuh pada pantat Nurul.

Nurul bisa merasakan lubang anusnya yang sempit tersebut sobek ketika penis Pak Sukani menancap kuat disana. Pun begitu dengan Pak Sukani yang juga merasakan ada darah segar yang mengalir keluar dari pantat Istri Haris itu melelehi batang penisnya yang bersatu di lubang pantat sang akhwat. Dan tercapai sudah keinginan Pak Sukani untuk memerawani anus Nurul malam ini.

"Maafkan aku Dik!" ucap Pak Sukani tiba-tiba merasa kasihan dengan Nurul yang terisak-isak di bawahnya. Sengaja dia mencoba untuk tidak melakukan pergerakan sama sekali karena pasti akan memberikan rasa sakit kepada Nurul.

"Mas jahatt!! hikksss.." isak Nurul menangis karena kesakitan. Desakan Penis pria itu sangat membuat Nurul sakit sekaligus sesak karena lubang yang belum pernah dimasuki sesuatu tersebut kini tersumpal penuh oleh sebuah benda besar.

Namun dengan penuh kesabaran Pak Sukani mencoba mengerti keadaan Nurul dengan tidak berbicara lebih jauh lagi. Pria tua itu sadar bahwa tidak peduli apapun yang akan dia katakan kepada Nurul, tidak akan membantu istri Haris tersebut untuk mengurangi rasa sakit di anusnya akibat disumbat oleh benda asing yang berukuran terlalu besar untuk lubang pantatnya yang kecil nan perawan.

Satu-satunya jalan untuk dapat mengurangi rasa sakit yang diderita Nurul tersebut yaitu dengan kembali membangkitkan gairah sang akhwat. Pria tua itu tahu bahwa Nurul pasti butuh waktu untuk menyesuaikan dirinya. Tapi begitu Nurul sudah terbiasa, Pak Sukani amat sangat yakin kalau istri berjilbab Haris itu akan merintih-rintih nikmat oleh sodokannya nanti.

Maka dari itu, Pak Sukani pun mulai beraksi merabai punggung Nurul dengan lembut penuh kasih sayang, mengelus-elus kepalanya yang terbalut oleh hijab lebar, serta mencium pundaknya dengan ciuman lembut dan kecupan-kecupan mesra.

"Hiikkss.. Mas jahatt!!" Ucapan yang sama, sekali lagi keluar dari mulut mungil Nurul ketika Pak Sukani bergerak mencoba merangsangnya.

Tapi kali ini Pak Sukani tidak menghiraukan ucapan kekesalan Nurul tersebut. Ia malah aktif bergerak mendekatkan wajahnya kebagian tengkuk Nurul hinga napas hangat Pria tua itu terasa menyapu halus bagian-bagian belakang leher Nurul karena hijabnya disingkap sedemikian rupa. Perlahan-lahan Pak Sukani melancarkan serangannya kembali seraya bersabar menunggu aba-aba kesiapan dari Istri Haris tersebut. Pria tua itu lalu mengecup bagian leher belakang Nurul, terus bergerak ke arah pundak dan memainkan ciumannya berputar-putar di punggung Nurul.

"Empphhh" lengungan pertama dikeluarkan oleh Nurul ketika rasa geli menghampiri dirinya. Dalam dekapan dan himpitan pria tua yang menjadi selingkuhannya tersebut, Nurul mulai pelan-pelan menemukan kenyamanan dalam dirinya berada dalam posisi seperti itu. Walau dirinya tengah disodomi dengan sebuah rasa sakit yang begitu memedihkan, akan tetapi pintarnya cara Pak Sukani memainkan hasratnya membuat mau tak mau Nurulpun mulai melupakan rasa sakit di bagian pantatnya.

Pak Sukani tersenyum melihat reaksi perubahan Nurul. Kedua tangannya bergerak melingkari tubuh istri Haris tersebut secara pelan memberikan pelukan dari belakang untuk menyiratkan perasaan senangnya. Tanpa berkata-kata, Pak Sukani menunduk sekali lagi. Menjatuhkan kecupannya pada bagian telinga Nurul yang tertutup oleh hijab lebarnya.

"Aku sayang kamu Dik!" bisiknya begitu pelan di pinggir bagian kiri daun telinga istri Haris tersebut.

Begitu romantisnya perlakuan Pak Sukani secara tiba-tiba membuat Nurulpun jadi tersihir merona merah dibalik cadar hitam yang dipakainya. Nurul menggerakkan kepalanya ke samping mengarah pada wajah Pak Sukani. Dengan mata yang sayu itu, Nurul mencoba memberitahu Pak Sukani sesuatu yang tengah dirasakannya saat ini.

"Cium aku Mas!" pinta Nurul dengan lembut.

Seketika Pak Sukani kembali tersenyum mengangguk, dalam keberatan nafasnya itu pula, ia bergerak menyingkapkan cadar Nurul sambil langsung mengalihkan ciumannya pada rahang yang melengkung indah dan menjalarinya dengan kecupan-kecupan ringan sesuai permintaan sang Akhwat. Tak lupa pula tangan Pak Sukani satunya lagi mengelus perlahan punggung wanita alim itu sambil merasakan kehangatan tubuhnya mulai meningkat.

Ciuman Pak Sukani terus bergerak hingga ke permukaan bibir ranum milik Nurul yang perlahan mulai membuka dengan sendirinya. Pria tua itu langsung saja melumat bibir istri Haris tersebut dengan cepat dan buas, merasakan kalau sang wanita juga menyambutnya dengan hangat. Bibir mereka saling berkait perlahan makin erat. Memperkuat simpul-simpul birahi yang menggiring kedua pasangan selingkuh tersebut menuju dunia yang semakin diliputi oleh dosa nikmat tiada tara.

"Emmppphhh.. Massshhh..." Terhanyut sudah Nurul dalam birahinya. Desahan-desahan nikmat mulai keluar dari dalam bibir Nurul menggantikan rintihan kesakitan yang sedari tadi digaungkannya.

Nafsu birahi yang bercampur rasa sakit dalam diri Nurul membuatnya mulai kelihatan bergairah kembali. Ada perasaan aneh yang menyapu tubuh Nurul saat kenikmatan yang dirasakannya malah tercampur oleh sensasi pedih-pedih nikmat yang menyelimuti badannya dari ujung kaki hingga ke ujung rambut. Dan Nurulpun tampaknya mulai terbiasa dengan kemaluan Pak Sukani dalam lubang pantatnya. Bahkan dinding pantatnya tersebut terasa mulai merenggang dan menyesuaikan dengan ukuran penis besar yang tengah menginvasinya.

Pak Sukani tersenyum menyadari. Kepasrahan Nurul serta kesabarannya dalam bertindak nyatanya memang telah membuahkan keberhasilan bagi Pak Sukani yang ikut senang karena bagian tersulit dalam penetrasinya kini sudah berakhir. Ibarat pepatah mengatakan, setelah bersakit-sakit dahulu, tinggallah yang senang-senangnya kemudian.

"Aku goyang ya Dik?" seringai Pak Sukani memberi aba-aba.

Mata Nurul terbelalak melebar saat Pak Sukani mulai bergerak menyodominya. Pak Sukani mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan sehingga penisnya tertarik keluar hingga tersisa setengahnya berada dalam pantat Nurul. Dibiarkannya Nurul menarik nafasnya sebentar sebelum Pak Sukani kembali menggerakkan maju penisnya dengan pelan kedalam pantat sang akhwat. Gerakan tersebut begitu pelan namun sudah mampu untuk memberi rasa nyaman bagi Nurul yang mulai kehilangan rasa sakit di daerah tersebut.

"Emmpppphh... ja--jangan keras-keras Masshh..." tahan Nurul dengan tangannya pada perut Pak Sukani.

"Tahan ya sayang!! lama-lama juga bakalan enak kok." bujuk Pak Sukani sambil terus menggerakkan penisnya maju mundur dengan pelan meresapi nikmatnya jepitan erat dari otot pantat Nurul. Pria tua itu meraih pundak Nurul dari belakang dam membenamkan batang penisnya untuk menusuk semakin dalam.

“Ouuugghhhhh... ” erang Nurul saat dirinya merasakan kembali dorongan penis Pak Sukani dalam pantatnya.

Syaraf-syaraf anus Nurul mulai terbiasa dengan gerakan penis Pak Sukani serta hujaman-hujaman ringan pria tua itu yang perlahan memompakan gelombang demi gelombang bergelora kenikmatan tiada taranya kesetiap simpul syaraf yang ada di tubuh Nurul. Suara rintihan istri berjilbab Haris itu mulai terdengar pelan digantikan dengan suara desahan penuh kenikmatan.

Gerakan Pak Sukani juga tak tampak terburu-buru mengiringi setiap sodokannya. Hal tersebut membuat Nurul merasa sedikit lega karena rasa sesak dalam lubang pantatnya perlahan mulai berkurang. Walau dirinya tampak megap-megap merasakan sensasi pedih dan nikmat yang melanda anusnya, Namun Nurul sudah mulai membalas sodokan Pria tua itu dengan sedikit meninggikan pinggulnya.

"Hehehehe.. udah enakan Dik??" pancing Pak Sukani dengan nafas yang berat.

Keringat sudah mulai mengucuri badan gempal pria tua itu yang semakin mengkilat diterpa oleh cahaya lampu kamar karena berusaha memuaskan Nurul secara sabar. Pemandangan dalam kamar pengantin suci milik Haris dan Nurul itu tampak sangat kontras saat tubuh Pak Sukani tengah naik turun diatas tubuh kecil nan ranum milik Nurul. Perbedaan warna kulit, postur tubuh serta usia mereka masing-masing, tampaknya tak menjadi penghalang berarti untuk keduanya. Nurul tampak ikhlas menunggingkan pantat moleknya tinggi-tinggi menyambut hujaman dan sumbatan penis Pak Sukani pada liang pembuangannya tersebut.

“Aaachhh... Massshhhh... yahhhh..” erang Nurul mulai terdengar berulang-ulang dengan suara serak. Gerakan Pak Sukani pun makin mantap dan bertenaga memompa pinggulya menyesaki lubang anus Nurul dengan hunjaman-hujaman tak kenal lelah. Memacu hasrat mereka berdua demi penuntasan puncak yang diinginkan.

"Enak Dik??" tanya Pak Sukani di sela-sela sodokannya.

Nurul yang tengah meresepi kenikmatan yang baru tersebut pun mengangguk lemah, "Enaakk.. Masshh.. Enaakk... ouuhhh"

"Suka gak kalau aku sodokin pantat kamu gini??"

“Ah! Ah! sukaaa.. masshh.. Sukaahhh!!” Nurul terengah-engah menjawab tiap kali kontol Pak Sukani menerobos ke dalam liang anusnya yang hangat dan sedikit basah tersebut. Gerakan tubuh mereka seirama dan kompak serta merta menjadi cepat meningkatkan ritmenya.

Seiring makin cepat genjotannya pada lubang sempit Nurul itu, Pak Sukani merasakan batang penisnya seolah–olah di pilin oleh kelembutan yang mencekal hangat dan liat mencengkram disetiap batang kemaluannya tersebut. Kadang otot-otot anus istri berjilbab Haris tersebut mengatup kuat berdenyut serta mengurut serasa menghisap dirinya semakin dalam.

Tak tahan dengan segala gelitikan pada penisnya, Pak Sukani mendekatkan kembali kepalanya ke wajah Nurul dan mulai menangkup bibir Nurul dengan bibirnya dari arah belakang. Bibirnya yang tebal menciumi setiap inci bibir Nurul dengan buas hingga basah kuyup oleh air ludah. Lidahnya yang panjang juga bergerak menyusur seluruh bagian dalam mulut Nurul bak seekor ular yang sedang menari.

"Ma--mau yang lebih nikmat gak Dik??" terengah-engah Pak Sukani berkata sedimikian rupanya.

"Maau Masss!! mauu" jawab Nurul yang juga bernafas dengan satu-satu.

Dengan sigap, Pak Sukani meraih tangan kanan Nurul dan mengarahkan pada bagian vaginanya, "Mainin memek kamu sendiri coba!!" perintahnya singkat.

Begitu Nurul merabai daerah vaginanya sendiri, Tubuhnya langsung mendelik kengiluan karena vaginanya terasa amat sangat sensitif dan basah melembab. Tanpa kekuatan untuk menguasai diri sendiri dan hanya dapat mengikuti instingnya, Nurul pasrah dan menyerah pada gairah seksual yang semakin menguasai tubuh dan perasaannya. Kemaluan Pak Sukani yang ukurannya sangat besar itupun juga semakin memenuhi liang dubur Nurul dengan penuh.

Hanya dengan menggerakkan pinggulnya sedikit, penis itu terasa sudah sampai di ujung terdalam dinding anus Nurul, sehingga Istri Haris itupun belingsatan dan merem melek keenakan.

Sambil tetap bergerak menumbuk ke belakang dan menerima kontol Pak Sukani di dalam anusnya, Nurul mencoba bervariasi dengan memasukkan dua jari lentiknya ke dalam lorong vaginanya sendiri yang terasa berkedut-kedut sensitif. Gerakan tangannya dibuat mulai seirama dengan sodokan demi sodokan yang dilancarkan Pak Sukani pada lubang anusnya.

"Ouugghhh.. Maasshhhh.. enaakkk.. teruusss.. eenaakk bangettt.." ronta Nurul semakin merasakan nikmatnya bertambah dua kali lipat.

"Hehehe. binal sekali kamuu Dik!!" hardik Pak Sukani yang menyeringai senang melihat Nurul begitu liar.

Namun tanpa diduga Nurul malah membalasnya tak kalah binal, "Aaaahhh.. yaahhh.. akkuu binall Masss.. ouuggg.. eenaakk"

PLAK!! sebuah tamparan ringan dilayangkan oleh Pak Sukani pada pantat bahenol Nurul, "Akhwat kok binal!!" ucapnya lagi-lagi melecehkan status Nurul.

Tapi bukannya malah memprotes, Nurul kian menjadi-jadi dengan gerakan pantatnya bak seekor kuda yang tengah dilecuti oleh sang kusir. Kini pinggul indah Nurul justru semakin dominan mengambil alih kendali permainan. Bahkan Pak Sukani dengan isengnya mencoba berhenti bergerak sebentar untuk menyaksikan bagaimana Nurul bergoyang, berputar- mutar dan memilin-milin penisnya dengan gerakan yang begitu sensual.

"Wohooo.. mantep goyanganmu Dik!!" puji Pak Sukani pada gerakan liar Nurul.

Gerakan itu menyebabkan lubang anusnya yang masih basah itu serasa di aduk – aduk oleh ujung membara batang penis Pak Sukani. Semakin lama gerakan istri berjilbab Haris itu makin tak terkendali dan semakin liar mencanduinya. Tangan kanan Nurul tetap bermain-main di daerah vaginanya, serta pinggulnya tetap terus bergerak-gerak bergoyang.

"Maasshhh... ohhhh.. Maashhh... Masshhh" panggil Nurul terengah-engah.

"Hmmmm.." gumam Pak Sukani yang sudah semakin fokus dengan genjotannya.

“Ra--rasanyahh.. semakinnn..., eennaakkk... aaakkuuu gakk kuatttt...” sahut Nurul memaparkan apa yang tengah dirasakannya.

Desahan manja dan kebinalan Nurul membuat Pak Sukanipun makin tak kuat menahan nafsunya. Dengan penuh tenaga pria tua bertubuh gempal itu mencoba mempercepat gerakan menumbuknya sehingga Nurul makin kebingungan, sedikit perih dan panas sekaligus enak sekali rasa yang tengah menghinggapinya, ia tidak tahu harus berbuat apa selain hanya bisa mengimbangi gerakan Pak Sukani dengan membalas hentakan pria tua itu sambil tetap bermain-main dengan vaginanya.

"Ouugghhh... Maasss... ceepaattt.. aakkuuu.. udaahh.. mauuu.. sampaiiihh" teriak Nurul memberi rambu-rambu.

Ombak orgasme tampaknya sudah membayang di tubuh Nurul semakin dekat pada puncaknya. Pun begitu dengan Pak Sukani yang ternyata juga tengah berusaha keras menahan lonjakan birahinya agar dia tidak terlalu cepat mengeluarkan air maninya, ia masih ingin menikmati lubang pantat Nurul yang begitu nikmat menjepit dan memijat batang kemaluannya dengan kuat.

Tapi tetap saja ia tak bisa mengingkari kekuatannya sendiri, "Taahaan sayangg!! aku juga sudah mau keluarrrr" ucap Pak Sukani mengerang kuat. Dengan sigap, Pria tua itu tiba-tiba segera menarik batang penisnya keluar dari pantat Nurul hingga terdengar bunyi seperti sebuah tutup botol yang terbuka, "PLOOPPP!!"

Begitu terlepas, Pak Sukani segera membalik tubuh Nurul yang dari tadi menungging hingga menelentang mengarah menghadapnya. Dengan kedua kaki Nurul yang terbentang lebar secara otomatis, Pak Sukani pun memegang kemaluan besarnya dan mengarahkan pada lubang vagina Nurul.

”Ohhhh......!” rintih Nurul merasakan kepala batang kejantanan Pak Sukani menyeruak masuk pada kewanitaannya yang telah basah. Pak Sukani mendorong perlahan hingga kepala batang kejantanannya mulai membelah lepitan vagina istri Haris tersebut. Lalu dengan satu gerakan cepat, Pak Sukani mulai menindih tubuh sintal itu dan membenamkan penisnya secara kuat.

"Uuuurrrggggghhh... " erang Pak Sukani tertahan mendelikkan mata merasakan liang vagina Nurul yang licin dan panas. Penis besar Pak Sukani melesak masuk dengan mudah karena vagina Nurul sudah sangat basah, cairan cinta yang keluar dari dalam liang kenikmatan Sang akhwat itu membanjir dengan deras, memudahkan batang kemaluan Pak Sukani melesak masuk ke dalam.

"Ouugghh.... Mass... aku nggak tahan.. aaaahhhh.. ayoooohh” Nurul merengek manja tersiksa dalam kenikmatan.

Pak Sukani tidak mampu menjawab karena merem melek keenakan. Vagina Nurul terasa lebih hangat dan basah mencengkram serta meremas – remas kemaluannya seperti memilin dan menggilingnya dengan gerakan kuat nan lembab. Ia tidak menyangka bahwa rasanya sungguh sangat berbeda ketika tadinya Pak Sukani menyarangkan kejantanannya di lubang anus Nurul.

Walau sudah pernah dimasuki oleh Penisnya yang besar, namun vagina istri berjilbab Haris itu masih begitu sempit dan nikmat, bahkan sekarang Pak Sukani merasa penisnya seakan disedot ke dalam tubuh Nurul. Berbeda sekali rasanya dengan pantat Nurul yang sedikit kering, vagina Nurul justru begitu nikmat dirasakan Pak Sukani usai tadinya sang pusaka tidak bersarang disana.

"Memek Akhwat memang beda" gumam Pak Sukani yang takjub dengan kenikmatan yang dirasakannya.

Dengus nafas berat Nurul yang semakin keras, Pak Sukani mulai menarik kemaluannya dari liang cinta istri berjilbab Haris tersebut sambil perlahan mendorongnya masuk lagi dengan gerakan lambat. Pak Sukani lalu mencengkeram pinggang Nurul dan mulai menggoyangkannya pinggulnya pelan-pelan sehingga penisnya dapat mengaduk-aduk dan keluar masuk di kemaluan Nurul dengan mudah.

"Emmmpphhh... yaahh.. gituuuhhh" Nurul mendesah merasakan persetubuhannya dengan Pak Sukani sekarang amat pelan dan penuh perasaan. Padahal tadinya Nurul sudah merasa diujung gelombang nikmatnya. Tapi dengan begitu pandainya pria tua yang menjadi selingkuhannya tersebut memainkan gairahnya naik turun sehingga dirinya semakin mabuk dan candu dengan kenikmatan terlarang itu.

Keduanyapun kemudian berciuman lembut dan mesra dengan deru nafas mereka yang membuat suasana makin erotis dan menggairahkan. Nurul yang sudah sepenuhnya dikuasai oleh nafsu seksual yang menggebu itu tanpa diminta mulai mengimbangi permainan Pak Sukani dengan pinggulnya kembali. Dibiarkannya Pak Sukani memacu tubuhnya dengan pelan, namun tiap kali sodokan penis Pak Sukani berhenti, secara refleks Nurul menggerakkan pinggulnya sendiri membuat genjotan penis Pak Sukani pada vaginanya tidak berhenti.

"Maashh.. ayooohh.. yang cepeettt" rengek Nurul yang sudah tidak sabar lagi ingin segera merengkuh puncak kenikmatannya.

Kembali Pak Sukani bergerak memompa penisnya. Vagina Nurul juga turut terasa makin basah sehingga membuat Pak Sukani dapat bergerak makin cepat. Semakin lama gerakannya semakin beringas untuk meraih bayangan birahi yang juga sudah hinggap di sekujur badan Pria tua itu. Diliriknya Nurul yang tengah terombang-ambing sambil memejamkan mata menahan nafasnya yang juga ikut memburu seraya gerakannya sambil tersenyum.

"Akuu mau keluar Dik!!" ucapnya yang juga tidak tahan dengan rasa yang sudah menggelitik hebat dibagian pinggangnya. Ditambah lagi dengan bunyi kebasahan vagina Nurul yang melumasi persentuhan batang kejantanannya dengan permukaan lembut bagian dalam kewanitaan Nurul yang terdengar sangat erotis. Hingga tanpa disadari, Tubuh ranum Nurul yang mungil itu menggelinjang gelinjang dalam pelukan Pak Sukani.

“Aahhhhhh... keluaaaaaaaaarrr,” pekik Nurul seraya menyentakkan pinggulnya menyambut hunjaman batang kejantanan Pak Sukani yeng memenuhi liang kewanitaannya semakin dalam.

Tanpa aba-aba sama sekali, Nurul melepas puncak orgasmenya yang begitu hebat hingga dirasakan oleh Pak Sukani denyut denyut kecil vagina istri berjilbab Haris itu mencekal batang kejantanannya. Bibir mungil Nurul menggigit dada Pak Sukani menahan rasa nikmat gelombang demi gelombang surgawi yang mengalir disekujur tubuhnya.

Sekali lagi, Nurul merasakan dirinya terlontar terbang ke awan nikmat sambil mengambang melayang di sepanjang langit-langit yang begitu indah. Menerbangkan jiwanya yang ringan layaknya kapas yang di terpa oleh angin yang melenakan. Tubuh mungilnya bergetar dan bergerak liar menyempurnakan penyampaian puncaknya yang membahana dan begitu dahsyat.

Klimaks yang didapatkan oleh Nurul tersebut, ternyata juga memacu birahi Pak Sukani untuk segera menuntaskan hasrat yang sudah ditahan-tahannya. Pria tua itu terus bergerak memberikan hujaman- hujaman kuat sambil terus mendesak pinggul indah Nurul yang tenggelam ke ranjang memacu bara gairahnya yang juga telah membakar seluruh bagian badannya. Terasa lecutan-lecutan menggelitik mulai mengalir dari pinggangnya menuju terus ke ubun-ubun.

”Keluarinnn.. Di dalem aja mas..... oouuhhh..!” bisik Nurul menggoda pelan seakan tau Pak Sukani sudah hampir mencapai klimaksnya.

Begitu mendengar perkataan vulgar dari Nurul, Pak Sukanipun mengeram panjang seperti seekor singa yang tengah terluka sambil mendesakkan pinggulnya kuat–kuat semakin dalam pada lubang vagina Nurul. Menyentakkan pinggulnya seperti ingin menyatu dengan tubuh akhwat berjilbab itu seolah tak ingin melepaskan diri dari sana.

Dari batang kejantanannya, Pak Sukani pun merasakan aliran kuat pada pembuluh yang ada pada daging pusakanya itu mengalir menuju ujung pelepasannya. Kepala besarnya berkedut berdenyut sesaat sampai cairan kental hangat pembawa kehidupan itu tersembur keluar bak letusan gunung berapi yang melepaskan lavanya yang terpendam.

"CRROOTTTT!!" "CROOOTTTTT!!" "CROOOTT!!" "CROOTTTT!!" tersentak sudah tubuh Pak Sukani ketika dia melepaskan seluruh bebannya.

Nurul yang berperan sebagai penerima itupun merasakan semburan hangat sperma Pak Sukani mencercah setiap sudut dinding kewanitaannya. Meleleh menerjang menuruni lereng rahimnya perlahan-lahan menjadi hangat dibuatnya.

Suasana menjadi hening sebentar saat kedua insan yang berbuat maksiat terlarang itu terdiam dengan napas yang masih tersengal–sengal menikmati sisa ledakan klimaks yang telah meledakkan perasaan mereka masing-masing. Kedua tubuh yang bersimbah keringat itu tampak berpelukan tengah meredakan gemuruh nafas mereka sambil mata keduanya terpejam.

Tiba-tiba saja, dering smartphone Nurul terdengar nyaring berbunyi mengagetkan kedua insan yang tengah berpelukan tersebut.

"Mas Haris, Mas!" Ucap Nurul yang melihat nama si penelfon adalah suaminya sendiri.

#Bersambung....

Maafkeun kalau ada typo ataupun salah2 pengulangan kata.
Maafkeun juga kalau sex scenenya kurang panas dan membara karena ane belum punya banyak pengalaman. wahahahha....
sampai berjumpa seminggu lagi.
hehehehe
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd