Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Yang Ternoda ( No Sara )

Status
Please reply by conversation.
Chapter 19 : Ternoda Kenikmatan


Nurul


Pak Sukani​

Malam semakin larut saat kedua insan manusia berbeda status dan kedudukan tersebut memutuskan untuk berpindah ke dalam kamar. Usai keduanya saling meluapkan rasa kasih sayang dalam bentuk sebuah ciuman hangat diatas sofa ruangan tengah itu, muncul sebuah ide gila dari Nurul untuk mengajak sang lelaki tua pergi ke dalam kamar pengantinnya. Tempat sakral yang seharusnya menjadi bukti kesucian pernikahan dirinya bersama Haris.

Dan Kini tempat itu akan menjadi saksi bisu terjadinya sebuah petaka penyelewengan antara dirinya dan Pak Sukani.

Bahkan dinginnya suasana disekitar, nampaknya tak berpengaruh sedikitpun kepada Nurul dan Pak Sukani yang sama-sama sudah merasakan aliran panas yang terbakar api nafsu yang membara di tubuh mereka. Tatapan nanar keduanyapun saling memberitahu kalau mereka memang sedang memikat satu sama lain dan menginginkan hal yang sama. Suatu tujuan yang harus dicapai dengan mengayuh bersama berbarengan.

"Kamu cantik sekali Dik! aku beruntung" Puji Pak Sukani menyentuh wajah Nurul dan mengusapnya lembut. Wajah manis itu tak bisa menyembunyikan sebuah semu yang tampak merona kemerahan kontras dengan cahaya lampu kamar yang terang. Sentuhan kasih sayang dari pria tua itu benar-benar membuat Nurul nyaman dan seakan siap untuk mengarungi jurang dosa yang sudah berada di depannya.

Nurul memejamkan mata, menikmati seluruh sentuhan kulit kasar dari tangan pria tua itu di wajahnya sembari mencoba memantapkan hati sekali lagi serta membunuh segala keraguan yang masih berusaha melarangnya untuk melakukan hal ini.

"Emmmmmph" Gumaman lembut keluar dari mulut mungil Nurul saat dia merasakan getaran syahwat itu semakin mengguncang tubuhnya. Apalagi saat dia menyadari ada sebuah benda keras yang mendesak dan menusuk-nusuk bagian perutnya di bawah sana. Menandakan kalau sang Pria tua yang sedang menindih tubuhnya saat ini juga merasakan hal yang sama dengannya.

Dan Pak Sukani memang terangsang, melihat kemolekan tubuh perempuan yang merupakan istri dari rekannya tersebut. Meski saat ini tubuh itu masih terbalut pakaian dan sebuah hijab yang lebar, tapi Pak Sukani tau harta karun macam apa yang tengah bersembunyi di balik sana. Apalagi bau tubuh Nurul tercium samar-samar bercampur dengan wangi sabun wanita. Membangkitkan hasrat laki-laki Pak Sukani makin menjadi-jadi.

Pak Sukani menggerakkan kepalanya maju. Bibirnya kembali bersentuhan dengan bibir lembut perempuan akhwat itu yang tengah dilanda oleh nafsu yang demikian hebatnya. Sehingga ketika bibir keduanya bertemu, Nurul secara buas membuka mulutnya dan melahap bibir Pak Sukani dengan ganas. Lidahnya bergerak bagaikan belut licin yang segera dibalas dengan tautan lidah oleh Pak SUkani. Mereka berdua berpagutan, saling mengecup, berciuman, menjilat dan bertukaran air liur.

"Sssmmmooockk.. mmmpppuuaacchh... sluurppp.. aaaahhhhhhhhhh" berbagai suara bercampur menjadi satu dalam melodi indah yang semakin merangsang keduanya untuk berbuat lebih.

Tangan Nurul yang tadinya pasrah telentang kini mulai mengalung di leher Pak Sukani, menekan bagian belakang kepala pria tua itu agar semakin maju dan menempel erat dalam pelukannya. Nurul seakan ingin berkata kalau dia tidak ingin memisahkan bibir mungilnya itu dari pagutan ganas Pak Sukani yang tampak bersemangat menyusuri bibir dengan tekstur dan rasa yang nikmat.

"Luar biasa!!" gumam Pak Sukani bersorak sorai dalam hatinya. Tanpa disangka-sangka olehnya, Nurul bergerak semakin aktif dan semakin berani. Pertanda kalau memang Nurul telah begitu kuat menahan gairah seksualnya selama ini sehingga terasa bagaikan sebuah bom waktu yang akan meledak-ledak ketika dilepaskan.

Untuk itu, Pak Sukani pun tak mau berdiam diri membiarkan wanita itu berusaha sendiri memenuhi syahwatnya. Hal yang utama yang harus dia lakukan saat ini adalah memberikan sebuah kesan hebat dan nikmat dalam diri Nurul agar istri Haris tersebut bisa mengingat betapa menagihkan dan hebatnya permaianan seks beliau. Hingga suatu saat nanti, wanita akhwat itu akan meminta dan meminta terus. karena itulah, sebuah kesabaran tinggi harus dibutuhkan.

Berbeda dengan Nurul, tangan Pak Sukani berusaha menopang tubuh tambun miliknya agar tidak terlalu menghimpit tubuh kecil Nurul yang berada dibawahnya. Posisi itu mirip seperti orang yang sedang melakukan push up dengan tubuh yang terangkat.

Namun dibagian selangkangan sana, Pak Sukani bergerak-gerak seperti seorang biduan yang bergoyang menggesek-gesekkan penis tegang milknya pada daerah selangkangan Nurul yang masih mengatup. Dia memberi sebuah isyarat kepada wanita itu agar dapat mengangkangkan kakinya dan membiarkan kelamin mereka berdua saling bergesekan dan beradu satu sama lain.

Dan seakan bisa mengerti dengan semua maksud Pak Sukani, Nurulpun perlahan-lahan membuka kedua kakinya serta kemudian melingkarkan kaki jenjang itu di pinggang Pak Sukani. Membuat kedua alat kelamin mereka akhirnya dapat saling bertemu bergesakan dan bersentuhan satu sama lain dibalik celana yang masih menutupinya.

"Ssssssssssshhhhhhhh..." Nurul mendesis seperti seekor ular di sela-sela ciuman panas itu. Sebuah luapan batin dan syahwat yang begitu hebat menjalar disekujur tubuhnya sampai tiba-tiba dia merasakan ada sebuah alir cairan hangat yang keluar membasah dari dalam vaginanya. Bukti bahwa tubuh Nurul benar-benar bereaksi terangsang nikmat yang begitu hebat.

"Enak ya??" tanya Pak Sukani tersenyum menarik tautan bibirnya. Dia lalu mengusap-usap wajah Nurul yang mulai mengeluarkan bulir-bulir keringat dibagian dahinya pertanda kalau hawa panas memang sudah menjangkit dalam tubuh istri Haris itu.

Dan Nurulpun mengangguk mengiyakan. Tak perlu berbohong karena saat ini memang itulah yang dia rasakan. Rasa nikmat yang tak dapat di jelaskan dengan kata-kata bercampur aduk dengan sensasi tabu perselingkuhan yang mendebarkan. Sekarang dirinya mulai paham kenapa banyak orang selalu berkata kalau selingkuh itu nikmat. Karena saat ini, Nurul merasakan semua itu dalam dirinya sendiri.

"Aku panas Mass!" Ucap Nurul mendesah manja memberi kode kepada pejantannya.

Sebagai Pria yang berpengalaman, tentu saja Pak Sukani langsung paham dengan keinginan Nurul tersebut. Namun sekali lagi dirinya tak ingin terburu-buru mengambil aksi dan lebih memilih untuk memancing libido Nurul yang selalu tersimpan rapat-rapat dalam diri seorang istri shalihah yang tengah memagut liar bibirnya itu.

"Aku buka--boleh?" tanya Pak Sukani lembut meminta persetujuan dari Nurul saat dia memegang kancing baju tidurnya. Lelaki tua itu tampak juga sedikit tidak sabaran ingin melihat lebih dekat kemolekan tubuh Nurul yang selalu tertutupi oleh pakaian-pakaian syar'i setiap harinya.

Namun sebuah asa keraguan datang menghampiri hati Nurul. Dia yang tadinya merasa sudah sangat siap untuk melakukan tindakan penyelewengan ini, tiba-tiba saja menjadi tidak yakin dengan dirinya sendiri. Nurul merasa takut dan merinding saat dia membayangkan tubuhnya sendiri akan telanjang di depan pria yang bukan suaminya. Tubuh yang dari dulu benar-benar dia jaga semaksimal mungkin dari tatapan orang lain itu, rasanya seperti sebuah harta karun yang seharusnya benar-benar dia jaga.

Jadi untuk sekarang, rasanya Nurul masih ingin bernegoisasi terlebih dahulu agar jiwa dan dirinya bisa siap sepenuhnya "Tak bisakah kita tetap begini saja Mas??" ucapnya menolak.

"Bukannya kamu merasa panas??" senyum Pak Sukani begitu licik. Lelaki tua itu sangat pandai membalikkan semua perkataan kembali pada diri Nurul sendiri.

"Iya maksudku--"

"Kenapa?? kamu ragu Dik?! kita bisa mengentikan ini sekarang kalau kamu mau" potong Pak Sukani mengeluarkan jurus andalannya. Yaitu sebuah tekni menarik diri dan bersikap seolah-olah dia tidak menginginkan hal ini sama sekali.

sebuah sikap yang secara tidak langsung mensugesti alam bawah sadar Nurul untuk memancingnya bergerak menahan. "Ja--jangan Mas!!" tahan Nurul tergugup.

Entah setan apa yang tengah beraksi, atau memang karena dorongan seksual begitu kuat dalam dirinya. Nurulpun sekali lagi harus menyerah dan takluk dalam permainan Pak Sukani. Rasa ragu yang tadi sempat membuatnya berpikir dua kali, sekarang malah hilang dan berubah menjadi keinginan untuk memasrahkan diri kepada pria tua itu.

"Jadi aku buka nih?!" Tanya Pak Sukani sekali lagi meminta persetujuan.

Dan dengan lembut serta sedikit bergetar, Nurulpun menganggukkan kepalanya lemah "Iya Mas! dibuka saja. Aku milikmu malam ini" jawabnya memberi Pak Sukani sebuah lampu hijau dengan kata-kata yang tiba-tiba saja keluar dari mulutnya. Entah darimana Nurul bisa berkata seperti itu, tapi yang pasti Nurul tau kalau dirinya benar-benar merasa lega sesudah mengucapkan kata itu dengan begitu lantang. Menepis segala sisa keraguan dalam hatinya jauh-jauh.

Tak ayal Pak Sukani yang tengah menindih tubuh Nurul itupun kemudian tersenyum begitu senang. Tubuhnya terasa semakin panas saat mendengar kata-kata persetujuan dari Nurul yang terdengar seperti sebuah ikrar penyerahan diri. Sebuah titik dimana akhirnya semua usaha dan kesabaran Pak Sukani selama ini membuahkan hasil yang tidak sia-sia.

Sehingga tak perlu berlama-lama, tangan kanan Pak Sukani pun kemudian mulai menyelusup masuk ke balik hijab lebar milik Nurul dan meraba-raba peyudara suci nan terawat milik istri Haris itu secara perlahan. Pak Sukani memang berniat membuka kancingan baju tidur Nurul dari awal, akan tetapi disaat yang bersamaan dia juga ingin membuat Nurul tetap merasakan sendiri getaran syahwatnya setelah bagian sensitif itu diraba oleh tangan Pak Sukani.

Dan benar saja, sesaat kemudian desahan-desahan pelan diselingi erangan binal meluncur di antara bibir istri salihah itu “Aaaahhh... maasssshhh.. geliihhh...."

"Tapi enak kan??" tanya Pak Sukani mencoba menebak apa yang tengah Nurul rasakan saat ini. Wanita manapun memang akan bereaksi sama jika diraba dan diperlakukan begitu lembut penuh kasih sayang.

Namun Nurul tak langsung menjawab, bibirnya kelu karena nikmat dan hanya bisa kembali memagut bibir Pak Sukani untuk memberitahu pria tua itu bahwa dia memang sedang merasa keenanakan. Keduanyapun kemudian kembali terlibat dalam ciuman panas yang sangat membara dan membakar birahi tanpa bisa dihentikan sama sekali.

Dalam pagutan tersebut, tangan Pak Sukanipun mulai beraksi menanggalkan satu persatu kancing baju yang menjadi penutup tubuh Nurul. Bak seorang pemain sulap yang begitu handal, Pak Sukani pun meloloskan seluruh kancing dari lubangnya dengan begitu cepat dan tak kasat mata. Bahkan Nurul sendiripun tidak sadar kalau bagian depan tubuh indahnya tersebut, sekarang sudah menampakkan wujudnya dan mengekspos diri dihadapan pria yang bukan mahramnya itu.

"Wow! badanmu indah sekali Dik" Puji Pak Sukani menatap tubuh setengah telanjang Nurul. Tak bisa dia menyembunyikan kekagumannya pada tubuh yang berkulit putih tanpa cela sedikitpun itu. Karena meskipun dulu Pak Sukani sudah pernah melihat sekilas ketelanjangan Nurul, namun kali ini semua terasa berbeda karena dia melihat dari jarak yang begitu dekat.

Merasa tak nyaman dengan tatapan Pak Sukani, Nurul pun kemudian reflek kembali menutup bajunya "Jangan diliatin gitu! aku malu" ucap Nurul memprotes. Karena baru kali ini ada seorang pria yang menatap begitu kagum pada tubuhnya. Bahkan untuk suaminya sekalipun, reaksi Haris tidak sebegitu hebatnya dibandingkan Pak Sukani.

"Kenapa malu Dik?? tubuhmu indah dan aku menyukainya" balas Pak Sukani memuji Nurul. Melambung tinggikan hati istri Haris itu sampai setinggi-tingginya. Menambah bukti bahwa wanita memang suka sekali perhatian dan pujian, terutama yang bersifat pengakuan. Apalagi kalau semua itu datang dari orang yang mereka cintai dan sayangi.

"Tapi aku gak suka ditatap begitu!" ucap Nurul membuang muka menahan senyum bahagia yang sedari tadi dia tahan. Hatinya begitu berbunga-bunga mendapat pujian dari pria tua yang menjadi sumber kenyamanan dan kenikmatannya tersebut. Mungkin inilah yang orang sebut sabagi momen jatuh cinta dimana sedikit pujian saja sudah dapat membuat jiwa menjadi begitu senang dan bahagia.

Pak Sukani mengulum bibirnya tersenyum gemas, ingin rasanya dia menerkam langsung tubuh ranum Nurul yang sekarang tampak malu-malu mengintip dari bagian baju tidurnya "Katanya tubuh ini sudah jadi milikku untuk malam ini?? berarti boleh dong aku liat isinya" goda Pak Sukani mengingatkan kembali sebuah perkataan penyerah diri yang tadi sempat Nurul ucapkan.

Membuat Istri shalihah Haris tersebut semakin malu dengan dirinya "Iiihhhh.. Mas nakal!!" balasnya mengalihkan tangan dari baju ke wajahnya. Tak sengaja, tangannya tersebut menggeser baju tidurnya dan menunjukkan gundukan payudara yang masih tertutup oleh sebuah BH berwarna hitam.

"Katanya malu kok malah dibuka?? mancing-mancing nih" lagi-lagi Pak Sukani menggoda Nurul yang semakin malu dan salah tingkah.

Namun Nurul tidak menutup kembali bajunya dan membiarkan saja pemandangan tersebut dilihat oleh Pak Sukani "Kalau Mas gak suka yaudah!!" balasnya cemberut.

"Eittss!! siapa bilang aku gak suka!! hehehee" Pak Sukani terkekeh bahagia. Matanya kembali nanar menatap tubuh Nurul yang begitu mengundang syahwatnya dan memaksa dia harus meneguk ludah sendiri beberapa kali.

"Yuk lanjut!!" ajak Nurul tersenyum begitu nakal pada Pak Sukani.

Dan pria tua itu juga tampak mulai tidak sabaran "Aku buka semua ya??" tanya Pak Sukani.

Tapi Nurul tidak segera menjawab. Ia hanya memejamkan matanya sambil berdehem ringan yang langsung diartikan Pak Sukani sebagai sebuah izin. Kali ini tidak ada lagi penolakan maupun keraguan dari dalam diri Nurul untuk mempersilahkan lelaki yang bukan suaminya tersebut melucuti pakaian yang menjadi penutup tubuhnya saat ini.

Bahkan sekarang Nurulpun ikut sedikit mengangkat badan memberi jalan kepada tangan Pak Sukani untuk melolosi bagian atas baju tidurnya. Tak lupa pula pengait BH yang berada dipunggung Nurul ikut ditanggalkan Pak Sukani agar tak ada satupun benda lagi yang menjadi penghalang tubuh bagian atas akhwat tersebut. Dalam sekejap, baju tidur dan BH itu telah tergeletak di atas kasur meninggalkan pemiliknya tanpa busana yang sekarang hanya menyisakan sebuah hijab lebar berwarna hitam dan bagian bawah yang masih tertutup lengkap oleh celana tidur bermotif bunga-bunga.

"Masyaallah indah sekali tubuhmu Dik!" Puji Pak Sukani yang tak dapat menyembunyikan kekagumannya sendiri.

Tubuh atas Nurul yang begitu polos dan indah tersebut nampak putih bersih begitu ranum dan menggairahkan seperti tubuh perempuan muda yang belum pernah tersentuh sama sekali. Bahkan dirinya yang terkenal tidak terlalu religius tersebut tak dapat memilih kata-kata lain untuk memuji keindahan tubuh istri Haris itu selain sebuah ungkapan rasa kagum pada sang maha pencipta itu sendiri.

Sedangkan Nurul kembali merasa canggung oleh tatapan liar itu, "Lebay!! kayak gak pernah liat aja!" ledek Nurul cuek tak paham dengan apa yang dirasakan oleh Pak Sukani.

Pria tua itu memang sudah pernah melihat Nurul telanjang, atau melihat perempuan-perempuan lain dalam keadaan bugil. Namun untuk saat ini, Pak Sukani harus mengakui kalau melihat dari dekat tubuh Nurul ini adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupnya. Dan tak ada satupun tubuh wanita yang pernah dilihatnya dapat mengalahkan tubuh Nurul. Bahkan tubuh Leni istrinya sekalipun.

"Ak--akku pegang boleh??!"

Badan Pak Sukani sedikit bergetar saat dia meminta persetujuan dari Nurul. Tak disangka seorang Sukani yang sudah sangat hapal dan khatam dengan tubuh wanita tersebut juga dapat berdebar-debar tidak karuan ketika dia mulai bergerak menyentuh gundukan daging payudara Nurul tersebut dengan tangan kanannya.

"Oouuggghhh... Massshh!" sebuah desahan keluar dari mulut Nurul saat telapak tangan Pak Sukani menyentuh dan meremas payudaranya secara utuh. Gundukan daging kenyal dengan ukuran 36B itu tampak begitu pas dalam genggaman Pak Sukani yang bertangan besar. Menutupi seluruh area sesitif itu dengan begitu nikmat dan hangat.

"Tetekmu indah dan begitu kenyal Dik! Pasti Mas Haris suka memainkannya" senyum Pak Sukani mulai menguatkan remasan tangannya. Mengirim beribu-ribu aliran syahwat ketubuh Nurul melewati bagian payudaranya tersebut. Tak lupa sebuah kalimat-kalimat nakal diucapkannya untuk menambah sensasi yang saat ini tengah Nurul rasakan.

Namun bukannya menjawab perkataan pria tua itu, Nurul malah mendesah nikmat "Ssshh... akkhhhh.. maasssshhh.. Mas Sukaniihh.. enak masssshh….!!” ucapnya menyebut nama Pak Sukani dalam desahannya saat pria tua itu bukan lagi meremas saja, namun juga sudah mulai bermain dengan kedua buah putingnya yang mencuat begitu keras.

Hal itu seolah menghapuskan rasa dahaga Nurul akan syahwatnya sendiri karena rasa geli yang terdapat dibagian putingnya malah membuat vagina Nurul terasa berdenyut-denyut sangat nikmat. Kedua tangan Pak Sukanipun kini meremasi kedua buah payudara putih Nurul yang lumayan besar dan membulat sempurna itu. Sedangkan jempol dan telunjuk Pak Sukani memilin-milin puting berwarna merah muda Nurul yang kini sudah mancung mengacung.

"Mauu ciuuummm!!" rengek Nurul begitu manja mengalungkan kembali tangannya ke leher Pak Sukani dan menariknya.

Nurul melenguh penuh nafsu saat bibir mungilnya itu kemudian bertemu kembali dengan bibir tebal Pak Sukani. Ia bahkan berusaha menyedot keras-keras mulut dan lidah pria tua sehingga membuat ludah mereka bercampur satu sama lain. Memberikan kesan yang begitu liar diantara mereka berdua.

Tapi tak berselang begitu lama, Pak Sukanipun kemudian menghentikan permainan tangannya di payudara Nurul.

"Kok berhenti Mas?" tanya Nurul sedikit kecewa.

Namun Pak Sukani hanya tersenyum saat kepalanya kini mulai beranjak dari mulut Nurul dan turun kebagian payudaranya. Dengan sigap dan cepat, Pria tua itu menyingkap hijab lebar milik Nurul sampai ke bagian leher. Lalu tanpa peringatan dan aba-aba sedikitpun, dia langsung mencaplok gundukan payudara Nurul sebelah kanan menggunakan mulut tebal miliknya.

"Awwwhhh.. geliihhh!!" teriak Nurul mengerang tanpa kenal rasa malu mengantisipasi kedatangan mulut nakal Pak Sukani di daerah dadanya.

Untuk pertama-tama, Pak Sukani sengaja tidak menyentuh bagian puting Nurul secara langsung karena ingin menjelajahi sekitaran bukit indah tersebut terlebih dahulu. Membasahi kulit dan pori-pori payudara itu dengan air liurnya sendiri. Tangan kiri Pak Sukani juga tidak diam dan bergerak membelai-belai serta meremas perlahan payudara Nurul sebelah sebelah kanan.

Nurulpun ikut memegang tangan kiri Pak Sukani dengan perlahan seakan menyemangati pria tua itu dalam aksinya. Sementara tangan kanannya mendekap kepala Pak Sukani yang tengah asik mengenyoti payudaranya dan meremas-remas rambut bagian belakang Pria tua itu sambil terus mendesah-desah.

"Uuuuggghhh.. masssh.." Ucap suara yang keluar dari mulut mungil Nurul.

Cukup lama juga Pak Sukani menikmati buah dada Nurul hingga membuat istri Haris itu semakin tak mampu menahan gejolak birahinya. Dari yang tadinya dia menciumi gundukan sebelah kanan, lalu berpindah kesebelah kiri bergantian. Semua dilakukan Pak Sukani sampai membuat kedua bongkahan payudara Nurul mengkilat oleh air liurnya sendiri. Kini, yang tersisa hanyalah puting ranum berwarna pink milik Nurul yang mencuat begitu tegang menantang Pak Sukani untuk segera melahapnya.

"Numpang netek ya Dik!" ucap Pak Sukani terkekeh bercanda dengan vulgarnya. Dia kemudian bergerak ringan mengarahkan bibirnya untuk segera menyedot kuat puting Nurul seakan mengharapkan ada yang keluar dari sana.

Membuat tubuh Nurul menggelinjang tak karuan merasakan tekstur kasar lidah Pak Sukani bersentuhan dengan puting miliknya "Aaawwhhhh... sshhhh.. geliii bangetttt!" teriaknya menggeser badannya tersebut kekiri dan ke kanan. Namun sejauh Nurul menghindar, mulut Pak Sukani tetap tidak terlepas dari putingnya itu.

Bahkan sekarang hisapannya tersebut mulai mengeluarkan bunyi-bunyi kecil "Mmmpppuuuaaahhhh... mpppppphhhhh... mmmpppppppphhhhh" pertanda kalau hisapan Pak Sukani tersebut sangat kuat dan menyedot-nyedot layak sebuah vacum cleaner.

Dan suara itupun berbalas dengan suara Nurul yang terus meracau dan mendesah, tak menduga kalau kegiatan "Menyusu" seperti ini juga dapat mendatangkan nikmat yang luar biasa kepada dirinya. Rasa ngilu, geli dan nikmat bercampur menjadi satu kombinasi yang berhasil membuat Nurul jadi semakin terlena dan jatuh ke dalam jurang syahwatnya sendiri. Apalagi ketika Pak Sukani dengan sangat pandai memainkan tempo dan saling memindahkan hisapannya dari puting kanan ke puting kiri secara bergantian. Membuat Nurul mau tak mau merasa tergelitik geli di sekujur tubuhnya.

Beberapa minggu yang lalu, Haris suaminya juga pernah melakukan hal yang sama kepada Nurul. Namun setelah merasakan hisapan kedua pria dewasa itu di putingnya, Nurul jadi tau perbedaan pengalaman diantara keduanya yang bagaikan langit dan bumi. Permainan Haris suaminya masih sangat kaku dan harus banyak belajar, sedangkan Pak Sukani tampak sudah begitu lihai dan pandai dengan apa yang dia kerjakan layaknya seorang ahli.

"Uuugghhhh... udaahh masshh!! gelii bangett!! rasanya aku mau pipis dicelana" Ucapnya mencegah kepala Pak Sukani yang bergerak liar dibagian dadanya. Nurul seperti hampir tidak dapat menahan sebuah rasa menggelitik dibagian rahimnya yang seolah mendesak untuk dikeluarkan dari sana. Rasa seperti ingin pipis itu tak diketahui Nurul bahwa dia sebenarnya sudah hampir mencapai puncak kenikmatannya sendiri.

Berbeda dengan yang punya badan, Pak Sukani seolah tau apa yang maksud Nurul dengan kata "Pipis" tersebut berkat segala pengalamannya. Pak Sukani kemudian menghentikan gerilya panasnya di dada Nurul agar istri Haris itu bisa meredam kembali nafsunya yang sudah hampir memuncak.

Hal ini sengaja dilakukan Pak Sukani agar Nurul bisa lebih lama menikmati gejolak syahwatnya hingga pada titik yang benar-benar tidak dapat ditahannya lagi. Hingga pada saat Nurul meraih puncaknya, Istri shalihah milik Haris itu akan merasakan kedahsyatan dan kenikmatan orgasmenya berlipat-lipat ganda karena telah menahan diri sebelumnya secara tidak sadar.

Pak Sukani tersenyum mengangkat tubuhnya dari atas Nurul "Kamu pengen ice cream gak Dik??" tanya pria tua itu secara iseng menawarkan Nurul Penis miliknya secara kiasan.

"Emang Mas punya ice cream?? beli dimana??" tanya Nurul yang tidak mengerti.

"Gak beli! tapi hadiah dari tuhan" Pak Sukani melirik Nakal ke arah Nurul.

Barulah Istri Haris tersebut sadar apa yang dimaksud oleh pria tua didepannya "Iiiiihhhh... Mas nakal!!!" Protesnya begitu manja.

Secara reflek Nurul kemudian mengarahkan matanya yang tampak berbinar menatap ke arah selangkangan Pak Sukani yang membusung besar karena isinya. Nurul tau kalau benda yang tersembunyi dibalik sana berukuran sangat besar karena sedari tadi benda itu terus menghentak-hentak dibagian selangkangannya. Jantung Nurul tiba-tiba kembali berdetak begitu kencang mencoba membayangkan seperti apa bentuk dari benda tersebut dan seberapa besarkah ukurannya.

Nurul tiba-tiba menggigit kuku jari jempolnya karena merasa sedikit ragu untuk bertanya, namun dorongan nafsu itu begitu kuat sehingga dia tak dapat lagi menyembunyikan rasa penasaran itu. Dan usai menimang-nimang sebentar, akhirnya Nurul pun memutuskan untuk langsung pada maksudnya saja.

"Emang boleh??" ucap Nurul dengan sangat pelan. Cukup pelan untuk didengar oleh Pak Sukani.

Namun pria tua itu tak ingin menjawab langsung “Apa?? aku nggak denger Dik. COba ulang??”

Pak Sukani pun memancing rasa penasaran istri Haris yang sudah setengah telanjang itu dengan menyodorkan telinganya ke wajah Nurul. Syahwat Nurul pun makin berkobar melihat tingkah Pak Sukani yang seperti memancing dirinya agar lebih berani lagi dengan kata-katanya sendiri. Badan Nurul terasa panas dingin dibuatnya karena dia belum pernah bertindak meminta sesuatu se-binal dan se-vulgar ini.

Akan tetapi dengan segala birahi dalam dirinya yang sudah siap meledak, Nurul meraih telinga Pak Sukani dan berbisik lembut, “aku mau liat ice creamnya" Ucap Nurul yang kemudian menutup mukanya sendiri menahan malu.

Nurul merasa begitu cabul dengan tindakannya sendiri, merasa kalau harga dirinya sebagai seorang wanita akhwat dan seorang istri shalihah telah tercabik-cabik di depan pejantannya kali ini. Badan Nurul melemas seperti kehilangan tenaga usai mengucapkan permintaan yang begitu vulgar kepada pria yang bukan bagian dari mahramnya tersebut. Namun entah kenapa, ungkapan itu malah berhasil membuat Nurul semakin melayang-layang.

Sedangkan Pak Sukani malah makin bersemangat mendengar ucapan dari luapan syahwat istri Haris tersebut. Yang perlahan-lahan tapi pasti, telah menunjukkan kebinalannya itu dengan ikhlas sepenuh hatinya. Merelakan rasa malu yang menjadi bagian paling penting dalam kehidupannya sebagai istri dan seorang akhwat. Membuat Nurul sekarang tidak lebih dari seorang wanita yang haus akan dahaga seks dan kenikmatan duniawi saja.

"Buka sendiri dong kalau pengen liat!" goda Pak Sukani mengerlingkan matanya.

Semuanya belum terasa cukup karena Pak Sukani masih punya segudang teknik dalam dirinya untuk membuat Nurul semakin lupa diri. Sekarang adalah bagaimana caranya agar dia dapat merubah Nurul yang sedikit pemalu tersebut, menjadi seorang wanita pemberani yang agresif dan binal. Dan cara yang paling tepat untuk memuluskan hal itu adalah dengan membiarkan Nurul mengambil inisiatifnya sendiri.

"Gak mau ah! Mas bukain aja!" balas Nurul bersikap pasif. Hal yang tentu saja tidak sesuai dengan keinginan Pak Sukani diawal.

Akan tetapi pria tua itu tidak kehabisan akal begitu saja, "Coba deh kamu pegang dulu!" pinta Pak Sukani yang lalu membimbing tangan mungil Nurul ke bagian selangkangan tempat Penis besarnya bersembunyi.

Nurul tertegun sangat kaget sewaktu tangan mungilnya tersebut menyentuh benda pusaka Pak Sukani yang terasa sangat keras seperti sebuah balok kayu. Meski hanya meraba dari luar celana, dia tahu kalau Penis Pak Sukani tersebut amatlah sangat besar dari segi ukurannya. Nurul seketika jadi bergidik ngeri membayangkan bagaimana nantinya benda sebesar itu bisa muat dalam lubang peranakannya yang berukuran sangat kecil.

"Iiiihhh... Punya bapak terlalu besar!" tukas Nurul menarik tangannya dari selangkangan Pak Sukani.

Tak dapat dia sembunyikan jantungnya yang berdegub-degub tak beraturan karena tiba-tiba dia diingatkan oleh penis milik Pak Primus yang hampir berukuran sama dengan punya Pak Sukani. Nurul jadi teringat bagaimana dahsyatnya kenikmatan yang dia raih saat sebuah batang penis sebesar itu berada dalam vaginanya dan mengaduk-aduk setiap inci dari dinding kemaluannya tersebut. Dan sekarang, ada batang serupa yang berada tepat di depan matanya.

Pak Sukani tersenyum "Kenapa?? kamu gak suka sama yang gede Dik??" tanyanya menggoda.

"Gak tau! gak pernah nyoba" Nurul membuang muka.

Membuat Pak Sukani terkekeh gemas, "Berarti Punya Mas Haris kecil dong ya?? hehehehe"

"Siapa bilang??" Protes Nurul.

"Itu tadi ngakunya belum pernah nyoba yang gede. berarti punya Masmu kecil" jawab Pak Sukani menarik kesimpulan.

Entah bagaimana bisa, Nafsu Nurul menjadi kian menggebu saat Pak Sukani tiba-tiba saja membawa nama Haris suaminya dalam pembicaraan mereka. Nurul jadi terbayang bagaimana lucu dan imutnya penis sang suami yang berukuran sangat kecil dibandingkan dengan punya Pak Sukani. Darah Nurul jadi berdesir hebat saat dia mencoba membayangkan bagaimana kalau seandainya Pak Sukanilah yang menjadi suaminya dan menggunakan Penis besar miliknya tersebut untuk memuaskan Nurul tiap hari.

"Boleh pegang lagi gak Mas??" Nurul memberanikan dirinya.

Lalu disambut oleh sebuah anggukan dari Pak Sukani, "Boleh! tapi dibuka aja sekalian!" kerling Pak Sukani tersenyum nakal. Celananya terasa sangat sesak dan sudah saatnya dia melepaskan burung itu dari dalam sangkar yang mengekangnya.

Nurul yang memang sudah berada dalam badai nafsu itupun, tersenyum sumringah tanpa berpikir panjang beranjak mendekat ke arah selangkangan Pak Sukani. Menatap bagian yang menonjol itu dengan mata yang berbinar antusias lalu mulai bergerak membuka sabuk serta kancing celana yang dipakai pria tua itu. Nurul merasa waktu bergerak begitu lambat karena tak percaya seorang istri shalihah seperti dirinya mampu berbuat cabul seperti ini.

"Maafkan aku ya allah!! aku berdosa" ucap Nurul dalam hati. Namun bukan merasa menyesal ataupun ingin berhenti, dia malah semakin menggebu-gebu tidak dapat menahan diri.

Nurul lalu menurunkan celana bahan yang dipakai oleh Pak Sukani beserta sebuah celana dalam yang berwarna biru tua. Dan seketika dirinya meneguk ludah dalam-dalam begitu terkejut dengan apa yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Sebuah Batang penis berukuran besar meloncat keluar begitu saja dan mulai mengangguk-angguk gagah di depan wajahnya. Bahkan ukurannya berkali-kali lipat lebih besar dari milik Haris suaminya.

"Astagfirullah! besar!! besarrr!!!" teriak Nurul dalam hatinya sekali lagi. Matanya begitu nyalang melihat Penis Pak Sukani dengan kepala membulat besar bak sebuah jamur berwarna merah hati.

Nurul mengangkat kepala dan memandang Pak Sukani dengan tatapan tidak percaya. "Kenapa??" tanya Pak Sukani heran membalas dengan sebuah senyuman bangga.

Lalu Nurul kembali menatap kearah Si penis dihadapannya tersebut dan tiba-tiba ingin mencoba menggenggamkan satu tangannya. Namun dia jadi terperanjat saat jemari kecilnya itu ternyata tak sanggup menggenggam gumpalan otot keras itu dengan penuh. Penis pria tua ini benar-benar terlihat seperti sangat besar layaknya penis monster.

"Iihhh.. kok berdenyut!" Ungkap Nurul yang merasakan aliran-aliran pembuluh darah di Penis Pak Sukani tersebut seakan membuat benda itu hidup. Badannya bergetar tidak tahan ingin melakukan sesuatu terhadap penis tersebut karena merasa gemas dengan bentuk dan teksturnya yang terasa begitu nyaman dan enak dalam genggamannya.

Tiba-tiba, Pak Sukani mendekatkan wajahnya kearah telinga Nurul dan berbisik nakal "Coba kamu kocok pelan-pelan Dik!" Dia lalu menyodorkan Penisnya tersebut mendekat ke arah Nurul.

Dengan sedikit meragu, Nurul mulai mengocok penis besar milik pria tua itu naik turun dengan sangat pelan, dibantu oleh tangan Pak Sukani yang memegangi tangan Nurul seperti seakan mengajarinya cara mengocok Penis dengan benar.

Nurul lalu menatap ke atas memandang Pak Sukani.

"Begini Pak??" tanyanya begitu polos. Dia tanpa sadar jadi bertingkah seperti seorang gadis perawan yang belum pernah sama sekali memegang penis milik seorang pria. Dan dirinya seakan merasa begitu senang bisa di tuntun langsung oleh orang yang sudah mencuri hatinya tersebut dengan sangat gentle dan begitu lembut.

Berbeda dengan Nurul, Sekarang Pak Sukani merinding geli merasakan tangan halus nan lembut milik istri Haris itu bergesekan dan mengocok Penis miliknya. Pak Sukani tak mampu lagi menahan erangan dalam dirinya yang keluar seperti sebuah tanda kalau dia sedang dilanda nikmat.

"Uuuugghhh.. yahhh.. begitu Dik!! uuugghhhh terussshhh" racaunya tak tertahankan.

Menarik perhatian Nurul yang kembali menatap keatas "Suka??"

“Sangat suka” jawab Pak Sukani memejamkan matanya.

Lama kelamaan Nurulpun semakin rileks dan terbiasa dengan kocokannya pada penis itu. Hingga dia mulai berani mengocoknya tanpa harus di bantu oleh tangan Pak Sukani. Dan meski ukuran penis itu terlalu besar bagi tangannya yang mungil, namun Nurul terlihat begitu antusias menjalankan tugasnya dengan penuh penghayatan karena melihat Pak Sukani begitu tampak menyukainya.

"Ssshhh.. tanganmuu lembutt sekali Dikk!! ooogghhhh yeaahhhhh" Tampak pemandangan agak kontras antara tangan putih Nurul dan penis sawo matang Pak Sukani terlihat begitu menggairahkan.

Hanya dengan bermodalkan sebuah Insting, sekarang Nurul tak hanya mengocok, namun juga mulai reflek memberikan pijatan-pijatan berirama pada Penis itu dengan tempo yang berubah-ubah. Sekarang diapun juga sudah menggunakan kedua tangan mungilnya untuk menjelajah dibagian kemaluan Pria yang menjadi selingkuhannya itu. Mulai dari bagian kepala jamurnya, hingga pada pangkal penis dimana terdapat dua biji keramat menggantung di bawahnya.

Nurul tidak tau darimana dia bisa mengetahui cara memanjakan penis seorang pria seperti itu, akan tetapi dirinya sangat bahagia melihat sang pejantan mulai mendesah-desah enak di tangannya.

"Aaaachhhh.. kamu ngocoknya pinter banget Dik!! belajar dimana sih???" tak henti-henti Pak Sukani memuji kemampuan Nurul yang cukup membuatnya sedikit kaget tersebut. Tak menyangka kalau Nurul begitu natural dan seperti terlahir alami sebagai wanita yang ditakdirkan untuk memuaskan dahaga para pria. Dan kini Pak Sukanipun hanya bisa memegangi kepala Nurul yang terbalut hijab lebar itu dan menikmati setiap sensasi genggaman tangan Nurul di penisnya.

Sang Akhwat shalihah istri dari Haris itu juga tak dapat menyembunyikan kebahagiaan hatinya manakala Pak Sukani terus memuji-muji kemampuan yang baru dipelajarinya itu. Segala macam bentuk iman dan rasa malu dalam dirinya kini benar-benar sudah hilang tanpa jejak. Nurul sekarang bahkan tidak peduli lagi dengan statusnya tersebut dan hanya berpikir bagaimana caranya agar dia dapat memberi kenikmatan yang hakiki kepada pejantan yang sudah menguasai dirinya sekaligus mengharapkan balik kenikmatan-kenikmatan lain.

Tiba-tiba saja, sebuah ide gila terlintas dalam pikiran Nurul ketika dirinya teringat dengan kejadian tempo hari dengan Haris suaminya. Nurul lalu tersenyum menatap nakal mata Pak Sukani. Kemudian tanpa aba-aba sedikitpun, ia langsung memajukan mulutnya untuk mulai mengulum kepala penis Pria tua itu dan Menghisap ke dalam mulutnya dengan gerakan lambat.

"Gilaakk!! kamu kok??!!" Teriak Pak Sukani yang kaget dengan sergapan mendadak mulut Nurul. Kepala penisnya langsung terasa hangat dan basah saat mulut Nurul
melahap bagian paling sensitif dari kemaluannya itu.

Nurul mendorong kepalanya dengan teramat pelan, sedangkan matanya tak pernah lepas dari mata teman suaminya itu. Ia merasa semakin birahi saat menyaksikan raut wajah penuh kepuasan yang ditunjukkan oleh Pak Sukani karena perbuatannya tersebut. Vaginapun berdenyut-denyut dengan nikmat manakala dia berusaha meregang rahangnya selebar yang dia mampu, agar dapat menampung Penis besar itu dimulutnya.

"Oooogghhhh... uedaaannn.. kamuuu pernah nyepong Dik??" racau Pak Sukani meremas-remas kepala Nurul.

Sebuah anggukan pun kemudian diberikan Nurul saat dia menarik mulutnya "Puuuaaaahhhh!!! udaah Mas! punya Mas Haris" jawab Nurul yang kemudian mengocok batang penis itu kembali, membuat air liur yang berasal dari mulutnya merata di penis pria tua itu sampai mengkilat.

Memancing rasa penasaran Pak Sukani yang tidak menyangka kalau wanita akhwat sealim Nurul ternyata juga pernah melakukan blowjob pada sebuah penis, padahal setau Pak Sukani hal tersebut cukup tabu dan dilarang oleh agama.

"Udah sering??" tanya Pak Sukani singkat.

Lalu Nurul menggeleng "Baru sekali" balasnya menjawab jujur.

"Kok udah pinter aja???!!" Pak Sukani terheran.

Tapi Nurul membalas dengan mengangkat bahunya, "Gak tau! mungkin aku udah ditakdirkan pinter begituan kali mas! hihihihihi.." Nurul tertawa sangat bangga dengan dirinya sendiri. Hal yang sepatutnya tidak pantas dibanggakan oleh seorang wanita akhwat seperti dirinya karena tujuan hidup mereka bukanlah untuk menjadi pemuas bagi para pria.

"Oh ya?? kalau begitu tunjukin lagi dong kepinteran kamu" Ucap Pak Sukani memancing sekaligus menantang Nurul untuk berbuat semakin liar. Dipegangnya kepala terbalut hijab warna hitam itu lalu dituntunnya kembali kearah selangkangannya tempat sang pusaka berada.

Nurulpun langsung mengerti keinginan Pak Sukani dan mulai kembali melancarkan aksinya. kali ini dengan hasrat yang begitu menggebu-gebu, Nurul menjadi sedikit beringas dan liar memasukkan batang besar itu kedalam mulutnya. Dipegangnya pinggang Pak Sukani, lalu dia mulai memasukkan penis besar itu disertai dengan hisapan kuat.

"Ssssllluuuuuuuuuuurrrrrrrrrppppppp" sebuah bunyi seperti anak kecil sedang menghisap es krim itu terdengar begitu nyaring saat Nurul menghisap penis itu. Menambah lagi napsunya berkali-kali lipat tidak bisa ditahan-tahan. Di bawah sana, Nurul dapat merasakan ada sesuatu yang keluar kembali dari dalam vaginanya, seperti sebuah cairan yang terasa hangat membasahi bibir kemaluannya.

Kembali pada aksinya, Kini Nurul sudah memaju mundurkan kepalanya menghisap Penis Pak Sukani. Begitu dia mundur sampai mencapai kepala penisnya, dia dorong lagi dengan pelan kedalam sepanjang yang bisa dia masukkan. Tak luput pula lidahnya turut menari menggelitik batangnya juga. Nurul Menghisap dan mengecap rasa penis Pak Sukani yang sangat memabukkan itu dengan semangat sampai-sampai batang itu begitu basah meluncur mudah keluar masuk dalam mulutnya.

"Ooouuugghhh... stopp sayangg!! udaaahhh!!! udaah!!" tahan Pak Sukani yang ternyata hampir saja kalah dalam permainan Nurul yang begitu natural dan alami.

Nurul yang sedang asyik itupun sedikit kecewa mendengar ucapan Pak Sukani, "Kenapa Mas??" tanyanya begitu polos. Nurul tidak tau kalau beberapa hari belakangan ini birahi Pak Sukani juga tidak terpuaskan, membuat rasanya sekarang lebih gampang untuk mendekati ejakulasi.

Tapi dengan pintarnya, Pak Sukani tau kapan dirinya harus berhenti dan meredam nafsunya untuk sementara.

"Gapapa Dik!! aku gak tahan" Pak Sukani berasalan. Memang nafsunya sudah berada di ubun-ubun dan menuntut untuk segera dipuaskan.

"Maksud Mas gimana??" tanya Nurul heran.

Namun Pak Sukani tak menjawabnya dengan kata-kata melainkan dengan sebuah gerakan halus yang menidurkan Nurul kembali diatas ranjang. Pak Sukani tersenyum nakal seraya kedua telunjuk tangannya meraih pinggang celana Nurul dan mencangkoknya seperti sebuah kail pancingan. Dengan satu tarikan kuat, Pak Sukani menarik celana tidur yang dikenakan Nurul tersebut kebagian bawah beserta sebuah celana dalam hitamnya

"Aaaawwwwwwwuuuuhhhhhhhh" Teriak Nurul kaget merasakan celana tidur beserta celana dalamnya sudah beranjak pergi dari tempatnya dengan cepat. Hawa dingin malam langsung menyinggung kulit dan pori tubuh bagian bawah Nurul yang membuatnya langsung merinding nikmat.

Pak Sukani lagi-lagi tertegun. Mata pria tua itu kembali melotot melihat pemandangan indah yang tersaji di depannya. Sebuah tubuh dengan lekuk sempurna, putih bersih tanpa cacat, Paha dan kaki yang juga amat sangat ramping terlihat indah dan mulus. Serta sebuah kemaluan yang masih terlihat tertutup sempurna dihiasi oleh bulu-bulu tipis dibagian atasnya. Mahakarya sang pencipta yang tidak ada dua sama sekali didunia ini.

"Mas kenapa?? kok diem aja??" Tatap Nurul heran kepada Pak Sukani. Pria tua itu nampak seperti mematung ketika melihat tubuh polosnya.

Pak Sukani lalu tersenyum sambil menggeleng, "Gapapa Dik! aku hanya kagum sama tubuhmu. sangat indah dan terawat. suamimu sangat beruntung memilikimu" jawabnya mengeluarkan pujian begitu tulus.

"Dan sekarang juga akan jadi milikmu Mas!" balas Nurul tiba-tiba membuka lebar kakinya mengangkang dan menunjukkan bagian selangkangannya. Memperlihatkan Vagina suci seorang akhwat yang jarang sekali dimasuki oleh sebuah Penis. Vagina yang tampak merekah merah dan basah berlendir itu seakan-akan seperti memanggil-manggil Penis Pak Sukani yang semakin mengangguk-angguk menegang.

Nurul memejamkan matanya, berusaha bertahan dalam posisi cabul itu selama mungkin dan menahan rasa malu serta perasaan hina dalam dirinya saat dia bertingkah layaknya seorang pelacur tanpa harga diri. Sekarang rasanya dia sudah siap kapanpun Pak Sukani menginginkan tubuh sucinya ini. Karena sekarang kenikmatan yang ada di depan matanya, jauh lebih penting dari segala keimanan, norma, dan aturan yang berlaku dalam hidup Nurul sebelumnya.

“Aku sudah siap Mas!“ Kembali Nurul mengeluarkan Kata-kata untuk menyentak Pak Sukani agar bertindak dengan segera.

Dan paham dengan apa yang diinginkan oleh betinanya, Pak Sukani pun kemudian beranjak menindih tubuh Nurul yang masih mengangkang tersebut. Tadinya dia berniat untuk sedikit bermain-main lebih lama dengan birahi Nurul dan memanfaatkan setiap momen dalam penaklukannya. Namun karena Nurul sudah merasa siap dan birahinya sendiripun juga tak dapat diajak komptomi lagi, akhirnya Pak Sukani memutuskan untuk segera mengeksekusinya langsung.

Di tatapnya sejenak wajah Nurul yang memejamkan mata menahan malu dalam posisi itu, lalu dia tersenyum puas sambil memegang penisnya dan menempelkan perlahan kepalanya diujung bibir vagina Nurul. "Maafkan aku karena menodaimu" Kata Pak Sukani seperti merasa seolah bersalah ketika muali melakukan penetrasi menusukkan ujung penisnya ke dalam liang vagina Nurul.

Sedangkan Nurul tak mendengarnya karena dia sedang berperang dengan batinnya sendiri. “Astaghfirullah.... Astaghfirullah.. maafkan aku Ya Allah! maafkan aku" teriaknya dalam hati memohon ampun atas perbuatan dosa berbalut desakan syahwat yang melanda dirinya. Amuk birahi yang menerpa begitu besar membuat Nurul akhirnya tenggelam dalam perzinaan yang nikmat ini.

"Oooooohhhhhh Mass!! Pelaaanhhh! mmmmppphhhh"

Sebuah desahan keluar dari mulut Nurul merasakan badannya menggeletar hebat ketika batang penis asing dengan kehangatan dan ukuran yang jauh berbeda dari milik Haris suaminya tercinta itu mulai merengsek masuk membelah bibir vaginanya dengan sangat pelan. Kontraksi otot vaginanya secara reflek mengatup rapat tak mengizinkan si benda asing tersebut masuk lebih dalam lagi.

"Jangan dilawan Dik!! rileks kan badanmu!" ujar Pak Sukani yang sudah merasa kepala penisnya telah terapit oleh bibir luar vagina Nurul. Dia merasa seperti sedang memerawani seorang gadis yang belum pernah disentuh oleh laki-laki manapaun.

Pantang menyerah, Pak Sukani kemudian mencoba menekan sedikit pantatnya kedepan memasukkan penisnya ke vagina Nurul secara paksa. Tapi lagi-lagi otot kemaluan istri Haris itu memasang pertahanan berlapis sehingga Pak Sukanipun semakin kesusahan.

Namun tanpa kehabisan akal, Pak Sukani yang merasa sudah kepalang tanggung itu langsung membungkukkan badannya dan meraih bibir Nurul menggunakan bibirnya. Sebuah ciuman dan pagutan penuh nafsu dilancarkan oleh Pak Sukani untuk bertujuan membuat Nurul lebih rileks dan melonggarkan otot-ototnya. Tak lupa pula kedua tangannya juga aktif meremas payudara Nurul beserta memainkan putingnya dengan jari.

Menghasilkan sebuah suara yang merangsang naluri dan nafsu Nurul itu sendiri "Mmpppppphhhhh....aaaacchhhh....ssssllllrruuppp... mmmpppphhhhh"

Keduanya bergumul di atas tempat tidur yang tampak sudah acak-acakan itu. Meski amat bernafsu, Pak Sukani masih bisa dengan sabar merangsang Nurul dan menunggu wanita akhwat itu menyiapkan dirinya untuk di penetrasi. Keringatpun sudah tampak mulai membasahi tubuh besar sawo matangnya, sehingga terlihat agak mengkilat terkena cahaya lampu kamar.

Dirangsang sedemikian rupa, kegatalan pun akhirnya mulai dirasakan oleh Nurul. Pelan-pelan kontraksi otot vaginanya melemah dan terbiasa dengan sebuah ganjalan daging keras didalamnya. Hal Ini tentu saja langsung dimanfaatkan oleh Pak Sukani untuk mendorong lebih dalam sampai akhirnya kepala penis hitam berebntuk jamur besar itu berhasil menguak pertahanan vagina Nurul sampai setengahnya.

"Mmmmmppphhh... ayoo seddikit lagi sayaangg!!" ucap Pak Sukani memberikan semangat.

Namun Nurul sudah merasakan begitu sesak dibagian vaginanya yang terasa sudah tidak ada ruang lagi "Punyaahh Mass terlalu bezzaarr!!! gakk muaat masss!! sakiitttt!!" Teriak Nurul mencoba mengatupkan kedua kakinya. Namun dengan kedua tangan besar berotot kekarnya, Pak Sukani mencoba menahan paha Nurul tersebut sambil terus mencium-cium mulut Nurul yang menganga karena kekurangan udara.

"Ssssssshhhhhhhhh... ayoo dibuka lagi sayang!! dikit lagi masuk kok"

Sedikit demi sedikit Pak Sukani mendorong Penis miliknya dengan perlahan inci per inci tanpa menghiraukan lagi rintihan dan penolakan dari Nurul. Ia tau kalu ukuran penisnya tersebut memang amat sangat besar bagi vagina Nurul tampak sehingga mau tak mau dia harus sedikit memaksakan dorongannya tersebut agar Nurulpun tidak merasakan sakit terlalu lama.

"Tahan ya Dik!! sedikiiitttt lagii!!" bujuk Pak Sukani yang mulai mendorong paksa.

Hingga pada akhirnya, seluruh batang penis berukuran ekstra besar miliknya tersebut tertanam mantap di dalam vagina Nurul secara utuh tanpa ada protes dari Nurul lagi. "Nah udah masuk semuaa!!" ucap Pak Sukani tersenyum sumringah menatap wajah Nurul yang memerah dan matanya begitu sayu. Diusap-usapnya wajah cantik nan ayu milik Nurul itu sebagai tanda selamat sudah berhasil melakukan tugasnya dengan begitu baik.

"Su--sudah semua Mas?" tanya Nurul tergugup. Tak percaya kalau vagina kecil miliknya ternyata dapat menampung benda sebesar penis Pak Sukani tersebut secara keseluruhan. Sejenak dia berusaha melirik ke bagian selangkangannya yang tampak sudah menyatu erat dengan selangkangan Pak Sukani itu bagai sebuah kunci.

Tanpa Nurul sadari, Ia pun tiba-tiba meneteskan air mata sebagai penggambaran rasa hina, sesal dan bahagia. Hina karena dirinya telah membiarkan laki-laki lain mengotori tubuh sucinya. Sesal karena sudah mengkhinati sang suami tercinta. Dan bahagia karena sudah mencapai apa yang diinginkannya. Kini, semua rasa itu bersatu padu dalam diri Nurul memacu syahwatnya menuntut lebih dari hanya sekedar penetrasi saja.

Namun Pak Sukani merasakan hal yang lain. Keinginannya dari bertahun-tahun yang lalu akhrinya dapat terjadi juga. Oleh karena itu, ia untuk sementara diam membeku meresepai dan merasakan seluruh sensasi nikmat yang ada dalam dirinya. Seluruh batang penisnya sudah ambles di dalam liang vagina akhwat yang menjadi incarannya tersebut.

Dan Seluruh dinding vagina itupun kini menjepit Penisnya erat-erat bagaikan tak mau melepasnya. Ia juga sadar bahwa dinding vagina Nurul itu seakan membuka dan menutup seirama dengan pompaan nafas wanita alim itu. Walaupun tidak terlalu keras, tetapi tetap terasa.

"Kamu kenapa sayang??" tanya Pak Sukani menghapus bulir-bulir air yang jatuh dari pelupuk mata istri Haris itu. Sekarang dia sengaja berdiam diri tak bergerak agar memberikan sebuah ruang adaptasi bagi Nurul supaya terbiasa dengan penis besar miliknya.

Nurul kemudian menggeleng lemah dan tersenyum sambil masih sedikit terisak, "Gapapa Mas! aku hanya bahagia bisa melakukan ini bersama Mas" ucapnya mengungkapkan setengah dari isi hatinya.

"Aku juga Dik! aku senang bisa memilikimu seperti ini" balas Pak Sukani membalas perkataan Nurul.

Tapi obrolan itu belum selesai karena Nurul kembali bertanya "Apakah nanti kita akan terus seperti ini Mas??"

"Entahlah! kalau kamu ingin, aku bersedia kapanpun" jawab Pak Sukani tersenyum puas.

Lalu kedua insan manusia berbeda status dan kedudukan itupun kembali berciuman mesra meluapkan seluruh rasa sayang dan birahi mereka dengan saling melumat dan berpagutan. Membakar kembali gairah mereka yang tadi sempat sedikit terhenti oleh percakapan singkat.

Lama kelamaan Nurul pun kembali terlarut dalam badai nafsu sehingga cairan kewanitaannya mulai meluber keluar membasahi penis Pak Sukani. Membuat liang surgawi istri Haris tersebut menjadi semakin licin dan ngilu terkena gesekan penis besar tersebut. Pak Sukani yang sudah mendiamkan penisnya lumayan lama itu, kemudian berinisiatif untuk mulai bergerak menggenjot.

Pak Sukani menarik perlahan penis besarnya keluar dari vagina Nurul, namun tidak sampai terlepas semua. Bagian kepala jamurnya dibiarkan masih tertanam didalam lalu dia mendorong pantatnya mencoba memasukkan kembali.

"Oooohhh.. nikmaattt!!!" desah Pak Sukani merasakan gesekan-gesekan yang begitu enak di penisnya.

Kegiatan yang sama dilakukannya berulang secara perlahan-lahan sampai bunyi kecil peraduan alat kelamin mereka itupun mulai terderang. Pak Sukani terus memaju mundurkan penis besarnya di lubang vagina Nurul yang sekarang mulai terlihat mudah untuk dimasuki, Tapi tetap saja jepitan vagina istri Haris itu masih sangat kuat seakan terlihat sedang melumat penis besar itu bulat-bulat.

"CLOKKKKK!!"

"KCLOOOKKKK!!"

"CLLOOOKKKK!!"

"KKOCLOOKKKK"


Suara vagina Nurul terdengar sangat basah, Meski ritme genjotan Pak Sukani masih pelan. Namun kenyaringan suara itu tak dapat disembunyikan begitu saja. Apalagi Saat Pak Sukani menarik penisnya keluar, vagina Nurul terlihat mengerucup. Namun, saat Pria tua itu menekan penisnya masuk, bibir vagina Nurul terlihat merekah lebar dan mengeluarkan suara layaknya sebuah benda becek.

Nurulpun akhirnya tak dapat menyembunyikan birahi liarnya dan mulai mendesah menikmati genjotan Pak Sukani yang mulai mempercepat temponya. “Oooouuhhhh...!! Aammpuun Massh!! ini Ennnaaakkkk bangeeeettttt.." ucap istri Haris itu begitu histeris. Ia hanya bisa merintih dan mendesah karena tubuhnya bagai lemas tak bertenaga menikmati setiap sodokan Pak Sukani di liang vaginanya.

"Ugghhh... mantaaappp!!" Pak Sukani melenguh menikmati jepitan dan kehangatan vagina Nurul yang begitu menggigit.

Wajah Istri Haris itu agak sedikit mengernyit saat Pak Sukani mulai menggerakkan penisnya maju mundur secara cepat tak beraturan. Setiap tusukannya terasa semakin tajam dan semakin dalam menusuk rahimnya sampai suara gesekan alat kelamin keduanya itu terdengar begitu merdu dan liar. Dipadu pula dengan rintihan lirih yang keluar dari bibir manis Nurul, maka sempurnalah ritual persetubuhan mereka malam itu.

"Ooooohhh Maassshh.. apaa iniihhh..!! enakkk bangettt... akuuu sukaaa.. ooohhhh akku enaaakkk"

"Nikmati sayang!! ini namanya surga duniaaa... Ohhhhh" ucap Pak Sukani tak kalah ingin mendesah.

Mata Pak Sukani nanar menatap payudara Nurul yang berguncang-guncang pelan akibat gerakannya. Dengan segera, ia lalu dengan gemas memeganginya sambil memijit dan meremas-remasnya, mata Pak Sukani berpesta pora menikmati tubuh indah dan putih mulus milik Nurul yang sekarang berada di dalam dekapannya itu. Ia sungguh beruntung bisa mendapatkan wanita ini, perempuan akhwat teramat cantik yang sudah disia-siakan oleh suaminya yang bodoh.

”Ooouuuugghhh Massshhh... enaaakkkkk” kepala Nurul terlempar ke kiri dan ke kanan menerima tusukan dari Pak Sukani yang semakin lama terasa semakin kuat. Matanya tertutup, tapi bibirnya yang merah merekah terlihat begitu indah mengeluarkan kata "Enak" berulang-ulang kali.

Pak Sukanipun segera mengecup dan melumatnya mesra. ”Mmmmmpp.. Dikk!!” panggilnya lemah. Nurul hanya mengangguk sambil membalas ciuman itu hingga mereka kembali berpagutan sejenak sebelum Pak Sukani mengalihkan mulutnya ke puncak payudara Nurul yang membusung indah. Pria tua itu kemudian dengan rakus mencucup dan menjilati puting berwarna pink Nurul secara bergantian. Sementara pinggulnya terus bergerak cepat di bawah sana menusuk dan mengobrak-abrik vagina sempit milik Istri shalihah Haris itu hingga membuatnya semakin basah dan lengket.

”Ouuuhhhh.. Maaashhh... akkuuu... akuuu.. mauu pipissshhhh.. berheeentti duluuhhh!!” pekik Nurul saat Pak Sukani makin menambah kecepatan genjotannya. Tak disangka ternyata Nurul sudah semakin dekat dengan puncak kenikmatannya yang seperti membayang dibalik desahan dan teriakan penuh nafsunya.

Namun Pak Sukani tak punya niatan untuk berhenti, Ia terus menggenjot cepat dan beringas menghujamkan batang penis besar miliknya tersebut ke dalam vagina Nurul, "Keluarkan sajaa diik!! keluarkan pipismuu ituu jangan di tahan!!!" teriaknya begitu kuat.

Bersamaan dengan itu, Pak Sukani merasakan ada semburan cairan hangat yang sangat banyak sekali dari lubang kewanitaan Nurul menyemprot enak batang penisnya.

"OOOOOOOOOOORRRRGGGHHHHHHH... PIIIPIIISSSHHH... MAAAAAASSHHH!!!!" lolong Nurul tepat dibawah Pak Sukani. Badannya seketika menegang seperti terkena kram pada urat-urat syaraf dan tubuhnya itu melengkung dan terpelinting, sedangkan matanya terbeliak keatas memperlihatkan bagian putihnya saja serta mulutnya menganga terbuka mencari-cari udara.

Nurul meregang selama beberapa saat meresapi perasaan nostalgia yang pernah dia rasakan ketika dirinya dizinahi oleh Pak Primus waktu itu. Perasaan nikmat yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata tersebut sekarang terasa semakin nyata karena Nurul tidak dalam pengaruh obat apapun.

Kenikmatan ini begitu jelas dan nyata menstimulasi otaknya seperti membuat dia melayang di awang-awang. Badannya terasa ringan dan merasa lemas, tulangnya bagaikan copot satu persatu dari tempatnya. Tapi di sisi lain, wanita akhwat yang menjadi istri Haris ini merasa amat sangat puas dengan sebuah pipis yang berbeda dari pipis seperti biasanya.

"Enaaak.. bangett.. Maaashhh!! uuuggghhhhh"

Sementara Nurul menikmati orgasmenya, Pak Sukani terus menggenjot vagina Nurul karena merasa penisnya dijepit dan diremas dengan amat kuat oleh kontraksi dinding vagina Nurul, membuat Pria tua itu juga mulai merasa kepala penisnya menjadi amat sangat gatal dan kantong kemihnya tergelitik ingin mengeluarkan sesuatu. Namun sekuat mungkin dia bertahan agar kenikmatan yang dia rasakan ini tidak berlalu begitu saja.

"Uuuuggghhh.. Diik!!" panggil Pak Sukani sambil mengerang.

Memancing Nurul untuk menoleh ke arahnya, "aa--aku sudah mau keluar. aku cabut ya?" ucap Pak Sukani terengah-engah.

Namun sebuah respon tak terduga justru datang dari Nurul. Dia yang masih dalam keadaan sedikit lemas sesudah diterjang badai orgasme itu, tiba-tiba saja melingkarkan kakinya ke pinggang Pak Sukani seperti seolah melarang pria tua itu untuk mencabut tusukan penisnya. Malah dalam genjotan cepat Pak Sukani tersebut, Nurul secara aktif mulai membalas dan menggoyangkan pantatnya.

"Hamili aku mas!" Pinta Nurul secara gamblang. Tak berpikir resiko macam apa yang akan menantinya dikemudian hari. Tak berpikir pula bagaimana perasaan Haris nantinya jika dia benar-benar hamil oleh benih Pak Sukani.

Dalam hati Nurul sekarang, dia hanya bisa berharap agar permintaannya ini dapat benar-benar terkabulkan sehingga nantinya dia bisa memiliki seorang anak. Tidak peduli kalau anaknya tersebut adalah buah hasil dari perselingkuhan sekalipun. Yang terpenting, dirinya terbebas dari caci maki lingkungan sekitar dan mewujudkan impiannya untuk memiliki buah hati.

Permintaan gila itupun, sukses menyihir birahi Pak Sukani yang memang sudah berniat membuahi Nurul dari awal persetubuhan mereka. Dia hanya berpura-pura ingin mencabut penisnya agar Nurul sendirilah yang meminta untuk dibuahi secara langsung.

Suara becek dua organ kelamin yang saling bergesekan itupun kian menjadi-jadi memenuhi ruangan kamar pengantin Haris dan Nurul manakala Pak Sukani juga semakin cepat dengan genjotannya. Sebuah irama perselingkuhan yang tentu saja juga masih diiringi oleh melodi rintihan dari kedua pelaku penyelewengan tersebut. Bahkan hawa malam yang dingin tak mampu lagi menahan panas tubuh mereka berdua sampai-sampai peluh keduanya sudah meleleh dan saling bercampur menjadi satu.

"Kita akan punya anak sayang!!" Ucap Pak Sukani tersenyum penuh semangat 45 berteriak Bagaikan orang kesetanan. Pak Sukani meningkatkan gerakan maju-mundurnya dengan sangat cepat sampai matanya semakin melotot dan dengusannya semakin menguasai ruangan kamar tersebut. Hingga akhirnya, disertai teriakan membahana, Pak Sukanipun melepaskan arus syahwatnya yang sudah bersiap meluncur dari batang kemaluannya itu.

"Oooouuuggghhhh...terimaa pejuhkuuuu ini Diiik!!!" teriaknya menyemprot rahim Nurul dengan air maninya yang menyembur mengirimkan pasukan "pembuah" yang jumlahnya miliaran tersebut.

"CROTTT... CROOOTTT... CROOTTTTT.. CROOOTTTT.. CROOOTTTT"

Total 6 kali semburan sperma Pak Sukani tersebut sangat hangat terasa oleh Nurul yang menjadi penyambutnya. Nurul merapal berbagai macam doa dalam hatinya pada yang maha kuasa agar usaha pembuahan ini dapat menghasilkan seorang buah hati yang dirindu-rindukannya selama ini.

#Apakah cerita ini tamat??? kwkwkwkkw.
========================


Sumpah suhu!!! ane mengetik begitu saja hingga tak sadar sudah beribu-ribu kata yang terangkai. Ane berharap chapter ini gak mengecewakan bagi para suhu pembaca. dan feelnya dapet gak ada yang dipermasalahkan.
mohon maaf kalau ada typo atau salah penulisan kata. ane gak ngedit chapter ini langsung posting gitu aja. jadi harap maklum ya suhu.
hehehehe..
Chapter demi chapter ane baca hu, dan chapter ini yg paling bikin ane nyembur berkali2..

Kayaknya suhu ini penulis stensil senior nih hahaha
 
Ini

Siapa yg sibuk ngatur bung,yg bikin crita bukan gw tpi orang lain terserah mau dibawa kemana nih cerita gw cuma sekedar jdi reader,justru gw komen itu cerita bagus,anda yg harus berpikiran dewasa jangan lebay...

Ooo begitu

Lah terus ini apa :D :D ... Saya sih menerjemahkan opini anda dan itu yang saya tangkap

"Ya udah bikin haris meninggal seperti mengalami kecelakaan,biar sbagian pembaca tidak merasa kasihan pada haris,serta g di bikin emosi sama nurul,sukani, "
 
Terakhir diubah:
Berarti TS nya jago bikin cerita jd reader ikut kebawa suasana dlm cerita suhu..kan tdk smua kata2 dlm cerita bisa bikin baper klo emang TS nya tdk bisa merangkai/mncari kata yg tepat... :Peace:

Merangkai cerita yang bagus sehingga pembaca merasa terlibat secara emosional memang bagus. Emotional engagement itu bukti konkrit kalo seorang penulis berhasil dalam storytellingnya.

Yang saya kritik adalah pembaca baper lalu meminta penulis mengubah arah cerita supaya sesuai imajinasinya pembaca. Itu udah keseringan saya temui di sini
Lain cerita kalo memang penulisnya sendiri yang meminta sumbangan ide ya
 
Jadi inget dulu ya, awal2 muncul cerita cuckold. Rame yg protes. Tpi serujuga baca komen nya, ngak kalah sma ceritanya.
 
Beuuhh.. baca cerita nte bikin panas dingin Oom.. bikin nagih terus.. semangat bikin tulisannya Oom..
 
Chapter 21 : Haris part 2


Haris


Ipah


Pak Sukani


Lunar​

Sebut Haris sedikit munafik ketika dirinya malah memilih melaporkan keburukan Ipah langsung kepada Mufti tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Haris tak berpikir sebuah konsekuensi yang akan dihadapi temannya tersebut jika seandainya dia mengetahui bahwa istri tercintanya telah berselingkuh dengan Bosnya sendiri.

Yang Haris tau, malam itu juga dia harus segera bergegas menelfon Mufti serta meminta temannya tersebut untuk menemuinya dan berbicara empat mata. Haris tak mau menunggu sampai besok pagi karena menurutnya ini adalah hal yang sangat-sangat penting untuk diketahui temennya tersebut. Andai saja Haris menunggu esok, mungkin malam ini dia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak setelah semua kejadian yang disaksikannya.

"Temui Ane sebentar Muf!! ini bener-bener penting" Haris menelfon Mufti ketika dia sampai ditambang dengan cepat. Nafasnya tersengal-sengal ketika dia berlari dari rumah Mufti ke Messnya untuk mengambil motor, lalu menancap gas ke pertambangan.

Nada suara Haris membuat Mufti sedikit merasa cemas, "Ente kenapa Ris?? kok kayak ngos-ngosan gitu?"

"Gak usah dipikiran!! Ente buruan keluar!!" Haris sudah tak dapat mengontrol dirinya.

Selang 10 menit kemudian, sosok Mufti akhirnya keluar dari kantor dengan muka bingung melihat ke arah Haris yang tampak seperti orang hilang, berkali-kali Mufti melihat Haris menggaruk kepala, berjalan mondar-mandir dan menggigit kukunya sendiri. Untung saja, tugas lembur Mufti saat ini hanyalah memonitor mesin pengangkut saja, sehingga dia punya banyak waktu luang untuk pergi keluar menemui temannya tersebut.

"Ente kenapa??" tanya Mufti mendekat.

Haris tersenyum sumringah, "Ane pengen memberitahukan Ente sesuatu! tapi kayaknya Ane aus juga"

"Sial!! bikin orang penasaran aja malam-malam!! yuklah masuk dulu" gerutu Mufti mengajak Haris.

Keduanya pun kemudian berjalan ke dalam ruangan kerja Mufti sambil mengobrol santai, sekali-sekali Haris menyeletuk dan bercanda untuk mengusir rasa ragu yang datang menderu hatinya. Entah kenapa, Haris tiba-tiba kehilangan niat dan keberaniannya untuk melaporkan perselingkuhan Ipah kepada Mufti.

Haris dilanda rasa bimbang yang lumayan besar ketika dia menyaksikan guratan wajah capek temannya tersebut yang berjuang siang dan malam untuk mencari nafkah. Terlebih ketika Haris memikirkan bagaimana nantinya jika dia tau kalau istrinya telah berselingkuh, pastilah temannya tersebut akan sangat terpukul mendengarnya. Belum lagi, nasib anak-anak mereka yang nanti pasti juga akan sangat menderita.

"Aus banget Ente?" tanya Mufti tersenyum melihat Haris langsung meminum Air kemasan dengan sekali tegukan.

Namun bukannya berhenti, Haris malah mengambil satu gelas lagi dan meminumnya, "Sumpah!!! Ente kenapa Ris?? Ane jadi heran ini" lanjut Mufti semakin penasaran.

"Ane bingung Muf! gak tau cara gimana ngomongnya sama Ente.."

"Bah!! bikin kesal nih orang!!" gerutu Mufti.

Kemudian Haris duduk mencoba mengatur nafasnya. Sekali lagi dia mencoba mempertimbangkan matang-matang persoalan ini serta memikirkan segala kemungkinan dampak dan akibat yang akan terjadi jika dia benar-benar memberitahukan Mufti. Di satu sisi, Haris merasa harus memberitahu sahabatnya tersebut agar Mufti tak dibohongi lagi oleh istrinya. Sempat juga Haris berpikir kalau suatu saat perselingkuhan Ipah pasti akan terbongkar sendiri, Namun itu pasti akan menyakiti Mufti lebih dalam lagi, karena semakin lama Mufti tak tau maka semakin sakit pula dia nantinya.

"Sorry Muf! Ane benar-benar harus beritahukan ini sama Ente!" Ucap Haris membulatkan tekadnya.

Dan Muftipun sudah memasang telinganya lekat-lekat, "Sebenarnya..."


"Iya?? Sebenarnya??"


"Ane adalah Power Ranger merah Muf!"

PLETAAAAAAK!!!!!! kepala Haris langsung dipukul Mufti dengan kuat. "Sialan!!! Ente mau mati Ris??!!!" teriak Mufti begitu kesal.

Haris mengaduh kesakitan memegangi kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak tidak berhenti. Akan tetapi dalam hatinya, dia menderu kasihan kepada Mufti karena saat ini Haris tak cukup berani untuk membongkar penyelewangan Ipah. Tepat di momen-momen pentingnya tersebut, tiba-tiba saja Haris terbayang dengan senyum bahagia kedua pasangan suami itu tersebut. Senyum yang pasti akan hancur, jika Haris memilih membuka suara.

Jadi untuk saat ini, Haris berpikir untuk manahan diri terlebih dahulu dan berpikir secara matang-matang apa yang harus dia lakukan kedepannya. Jangan sampai keputusannya tersebut bukannya malah berakhir dengan sebuah kebaikan, namun justru jadi petaka untuk Mufti dan Ipah serta bagi Haris sendiri. Karena bisa saja, Haris malah berakhir dituduh sebagai perusak rumah tangga orang.

"Gih pulang! Udah muak Ane liat muka Ente!" Mufti masih kesal dengan candaan Haris.

Tapi Haris masih menunjukkan tawa palsunya dan tidak berhenti bercanda seolah-olah dia sedang menutupi rasa bersalahnya. "Huuuu!! Gitu aja sewot!" balas Haris mengejek.

Tak berselang lama, Haris pun akhirnya pamit kepada Mufti setelah puas saling bercanda ria. Pikirannya tentu saja masih dirundung rasa bersalah, tapi Haris meyakinkan diri kalau dia akan lebih siap dilain waktu meski seminggu lagi dia juga akan meninggalkan tanah kalimantan. Sambil membawa sepeda motor, Harispun pulang dengan sebuah janji dalam dirinya untuk mengungkapkan semua ini sebelum semuanya jadi terlambat.

Sesampai Haris di tempat Messnya, semua rencana serta kepercayaan diri yang tadi berusaha dia kumpulkan langsung hilang ketika dia mendapati sosok Ipah tengah duduk di teras seperti sedang menanti kedatangannya. Tubuh Haris langsung menggigil ketika dia terbayang wajah Ipah yang begitu liar bersama Koh Steven tadi, kini tersenyum manis menatapnya dengan anggun.

Kini tak ada satupun corak wajah binal penuh nafsu yang ditunjukkan istri Mufti tersebut. Tak ada pula baju tipis ataupun pakaian tak sopan lain yang tengah dikenakannya. Ipah yang sekarang berada di depan Haris, sudah terlihat seperti diri biasanya dimana dia menjadi perempuan yang berhijab dan seorang istri yang baik.

"Dari mana Mas??" tanya Ipah menyambut kedatangan Haris.

Membuat Haris jadi tergugup tidak bisa menjaga sikapnya, "Ca--cari angin Mbak!" bohongnya membuang muka, namun dia malah melirik ke arah payudara Ipah yang masih saja terlihat membusung tersebut.

"Hahaha! emang Anginnya ilang kemana Mas??!"

"Ke--ke Hutan!" Balas Haris berusaha bercanda menepis kegugupannya.

Haris tidak tau harus bersikap seperti apa ketika orang yang tadi dia pergoki berbuat mesum dan berselingkuh, kini justru malah mendatanginya dan bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa sama sekali. Bahkan sekarang pun, Haris sudah tak bisa memandang Ipah lagi dengan pandangan yang sama usai dirinya telah melihat bagian-bagian tubuh Ipah yang menggairahkan.

Baju gamis yang tengah dipakai istri Mufti tersebut, tampak tak bisa memberhentikan pikiran Haris yang seolah melihat menembus ruang dan pandang. Terbayang jelas dimatanya bagaimana payudara besar Ipah yang membulat sempurna itu terjuntai-juntai mengeluarkan air ASI-nya. Ditambah lagi dengan ingatan bahwa payudara tersebut dijamah dan dicabuli oleh laki-laki lain selain suaminya, membuat Haris langsung merasa sesak dibagian celananya.

"Kayaknya Si Angin malah masuk ke tubuh Mas Haris deh!! Mas sampai bengong begitu" canda Ipah tersenyum menyadari kegugupan Haris.

Segera, suasana pun sedikit mencari dan Harispun sadar dari lamunan kotornya, "Hehehe.. Mbak bisa aja!! Mbak ada perlu??" tanya Haris penasaran.

"Iya! Mau ngomongin sesuatu sama Mas Haris.." jawab Ipah tiba-tiba serius.

"Sok diomongin aja atuh Mbak! jangan di pendam-pendam.." Haris tersenyum masih bercanda.

Lalu Ipah diam sebentar seperti mempersiapkan diri, "Mas pasti sudah tau rahasia saya kan??" tanyanya.

"Ma--Maksud Mbak??" Haris mulai gugup.

"Koh Steven punya sopir. Dan sopirnya liat Mas Haris ngintip!"

JEDAAAAAAAAAAARRR!!! Haris terjungkal kebelakang tidak percaya. Aksi bodohnya mengintip Ipah dan Koh Steven ternyata dipergoki oleh seseorang. Dan sekarang, Ipah juga sudah tau apa yang telah dia perbuat. Anehnya lagi, Haris justru malah merasa bersalah dengan tindakannya tersebut ketimbang membela diri dan membalas perkataan Ipah.

"Maa--maafkan saya Mbak!! sa--saya tidak sengaja!" gugup Haris sedikit menunduk.

Ipah kemudian menarik nafasnya pelan, "Bukan salah Mas Haris kok! Saya yang kurang berhati-hati" balasnya menyalahkan diri.

Melihat Ipah bingung, Harispun tiba-tiba diliputi rasa kasihan. Dia yang harusnya marah dan meminta penjelasan kepada Ipah justru malah berbalik berempati kepada wanita itu. Ia seakan tau perasaan Ipah yang pasti sudah berusaha mengumpulkan begitu banyak keberanian untuk berbicara kepadanya secara langsung. Haris tau tidak mudah bagi seseorang untuk mengakui semua kesalahan yang mereka perbuat kepada orang lain.

"Sa--saya belum beritahu Mufti kok Mbak!! Mbak te--tenang saja!" Entah kenapa Haris berbicara seperti itu.

Namun Ipah justru tersenyum tipis membalasnya, "Mas Mufti sudah tau kok Mas!"

JEDAAAAAAAARRR!! lagi-lagi Haris dibuat kaget tak berdaya oleh perkataan Ipah. Kali ini dengan fakta bahwa ternyata Muftipun sudah tau dengan hubungan terlarang istrinya tersebut. Membuat Haris jadi terheran kenapa Ipah masih saja melanjutkan perselingkuhan itu dan kenapa pula Mufti tidak menceraikan istrinya jika dia sudah tau bahwa dia sudah dikhianati.

"Mb--mbaak jangan becanda deh!! Gak mungkin Mufti sudah tau!! dia pa--pasti akan marah. Mb--mbak kan istrinya." ucap Haris masih tidak percaya. Jantunganya menjadi berdegub-degub sangat kencang dan nafasnya menjadi tak beraturan.

Namun Ipah hanya tersenyum menanggapinya, "Mas Haris boleh tanya sama dia! lagipula semua ini juga keinginan Mas Mufti dari awal!"

Lagi dan lagi, Haris semakin terkejut bukan main ketika satu persatu fakta tentang rumah tangga Mufti dan Ipah tersebut diungkap oleh Ipah sendiri. Terlalu banyak perkataan yang harus diproses otaknya, sehingga membuat badan Haris pun sedikit huyung kebelakang kehabisan tenaga.

"Ja--jadi semua ini??"

Ipah mengangguk, "Iya! ini maunya Mas Mufti dari awal!"

"Ke-kenapa bisa???" tanya Haris tak berhenti.

Ipah lalu mengidikkan bahunya keatas, "Ceritanya panjang. Mas tanya sama Mas Mufti saja. Saya kesini bukan untuk hal itu" balas Ipah mendekati Haris.

Tiba-tiba saja, Wanita alim yang berstatus sebagai istri temannya tersebut meraih kepalanya dengan kedua tangan lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Haris. Tanpa sempat bereaksi, Harispun hanya bisa pasrah ketika Ipah segera melumat bibirnya dengan penuh nafsu. Haris yang terkejut bak tersengat alisan listrik, langsung mencoba mendorong tubuh Ipah menjauh darinya.

"Astagfirullah!! Mbak apa-apaan ini??" tanya Haris tidak terima.

Namun Ipah malah tersenyum balik membalasnya, "Hadiah dari saya Mas.."

"Hadiah?? Mbak sudah gila!! saya ini temannya Mufti!!" teriak Haris lumayan keras.

Ipah langsung menutup mulut Haris dan meletakkan jarinya dibibir, "Sssstt.. jangan berisik Mas! nanti tetangga pada bangun loh!" goda Ipah dengan nada begitu manja.

Ia lalu menarik tangan Haris mengikutinya ke bagian teras rumah dan memaksa Haris untuk duduk dikursi plastik yang ada disana, "Mb-mbak mau ngapain??" Haris mulai tergugup dan jantungnya berdegub dengan kencang.

Ipah lalu berjongkok diantara selangkangan Haris sambil mengedipkan matanya, "Mau liat dedeknya Mas Haris" kerling Ipah berbinar.

Tenaga Haris seperti hilang entah kemana ketika selanjutnya Ipah secara cepat melorotkan celana training beserta celana dalam yang tengah dipakainya tersebut kearah bawah. Tubuh Haris merasa mendadak lumpuh tak dapat bergerak sama sekali ketika benda pusaka miliknya itu sudah terkspos bebas didepan wajah istri temannya.

"Wew!!kecil bangeettttt" ucap Ipah menggenggam batang kemaluan Haris dengan gemas.

Tampak penis kecil itu perlahan menegang dan tenggelam dalam genggaman Ipah, "Ja--jangan Mbak!!" protes Haris yang terlihat seperti setengah-setengah.

Perasaan aneh tiba-tiba mulai menjalar disekujut tubuh Haris. Sekalipun hatinya menolak, tubuhnya tidak bisa mengingkari rangsangan yang datangnya bertubi-tubi dari tangan Ipah. Iman kuat yang dipunyai Harispun bahkan tak dapat membendung rasa ngilu bercampur baur dengan birahi dan naluri seksual itu. Dirinya harus mengakui kalau tangan lembut Ipah tersebut membuat dirinya benar-benar terangsang.

"Enakkan kocokan saya??!!" goda Ipah mulai mengurut batang itu pelan. Mengirim sensai nikmat yang begitu kuat keseluruh bagian tubuh Haris.

Haris tak bisa melawan bukan karena dia tak punya tenaga, tapi sebagai pria normal dengan nafsu syahwat yang jarang dipuaskan, kocokan Ipah di penisnya tersebut terasa begitu membawanya ke awang-awang kenikmatan. Haris bahkan tak pernah melakukan onani dengan tangannya sendiri selama ini. Lalu tiba-tiba saja, seorang bidadari berbadan montok dan bertangan lembut datang entah darimana memberikan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

Jadi tak heran, sebuah lenguhanpun kemudian keluar dari mulutnya, "Oooghhh.. Mbaakk!! Sudaahhh!!!!.. berhentiiihhhh!!!"

Sekuat tenaga Haris berusha untuk tidak terhanyut dalam dorongan birahinya, tapi pada saat yang bersamaan, dorongan itu begitu kuat membetot setiap simpul syaraf yang ada ditubuhnya seraya kenikmatan itu semakin bertambah kuat.

"Mas mau saya berhenti??? yakin nih???" Ipah mempercepat kocokannya.

Dan tentu tidak, Haris tidak yakin sama sekali dengan apa yang diinginkannya saat ini. Dirinya terasa mabuk oleh suatu rasa nikmat yang tak dapat dia jelaskan dengan kata-kata ketika penisnya tersebut diurut-urut dan dikocok-kocok sedemikian rupa oleh Ipah. Bahkan kedua biji penisnya yang menggantung ikut jadi bulan-bulanan tangan Ipah yang terlihat paham sekali cara membuat laki-laki berkelojotan nikmat.

"Mbaak!! oouugghh.. stopp! Mbaakk!! ini gakk baiik!!" Balas Haris menggenggam tangan Ipah dengan kuat.

"Tapi enak kan????" balas Ipah semakin menggoda.

Dengan tangan masih mengelus-elus batang kemaluan tersebut, lidah Ipahpun mulai beraksi maju untuk bermain dengan lincah menjilati kepala penis kecilnya Haris, Karena ukurannya juga, Ipah dengan mudah sekali memasukkan Penis itu kedalam mulutnya sambil sekali-sekali batang kemaluan tersebut dia kulum-kulum seperti sebuah es krim.

“Ooohhh... ooohhh.. ssshhhh...aahhhh eennaak Mbaaakk!!” kali Haris tampak menyerah dengan dirinya sambil mendesah kenikmatan, matanya merem melek akibat selomotan dan jilatan Ipah di penisnya sambil merasakan betapa lembutnya bibir istri temannya tersebut.

Jilatan itu juga ikut menambah rasa kengiluan yang dirasakan Haris semakin memuncak. Dari atas dia mencoba perlahan membuka matanya menyaksikan bagaimana bibir merah istri temannya itu melingkar dengan kuat pada penisnya. Pemandangan erotis seorang wanita alim berjilbab sedang naik turun diselangkangannya itu membuat Haris seperti kehilangan akal sehatnya.

"Ooohhh... teruussshh Mbaaakk!! gilaaakkk!! enaaaakkhhh... emmmppphhhh"

Haris lagi-lagi menggelinjang saat lidah wanita itu menyapu urat besar di bawah alat kemaluannya, tekstur lidah Ipah yang basah dan panas itu tampak sudah sangat ahli dalam memainkan penis seorang pria. Semakin lama Haris bertahan, semakin kuat pula rasa geli yang mulai berkumpul di pinggangnya seperti menunggu sebuah aba-aba. Tapi dengan Sekuat tenaga Haris menahan aliran tersebut agar dia tak kalah dalam tegangan napsu yang dihadapinya ini.

Sadar akan lenguhan-lenguhan Haris yang mulai tidak karuan, Ipah pun tersenyum senang, "Ayo mas!! keluarkan saja! jangan ditahan-tahan" ucapnya menyemangati.

Haris terduduk lemah menikmati kuluman mulut Ipah dipenisnya itu ketika sebentar lagi dia akan mencapai puncak ejakulasinya. Haris hanya dapat membalas kuluman nikmat itu dengan mengangkat pantatnya saat penisnya itu berada dalam mulut Ipah. Haris tentu saja ta berani melakukan hal yang lebih dari itu, tangannyapun belum berani menyentuh kepala Ipah yang bergerak naik turun berirama, yang dapat ia lakukan hanya meremas pinggiran kursi plastik yang didudukinya sambil mengeluarkan desahan-desahan serta lenguhan-lenguhan nikmat.

"Aaaaaaahhhhhhhh... Mbaakk!!! akkkuuu mau keluarr!! aaaaaaaccchhh.."

Tidak bertahan lama dengan serangan Ipah tersebut, Harispun akhirnya mulai terbayang puncak kenikmatan yang akan segera ia rengkuh, pendakian bukit birahinya hampir sampai dan sudah mulai merasakan denyutan hebat pada pangkal penisnya. Aliran tersebut kemudian menerjang kuat mengaliri batang kemaluannya sampai membuat tubuh Haris mengejang dan pantatnya terangkat seolah menyambut mulut Ipah untuk lebih dalam lagi mengulum penisnya.

"CROOOTTT!! CROTTT!! CROTTT!! CROTTT!!"

Begitu dahsyat ejakulasi Haris sampai-sampai badannya bergetar seperti orang kesurupan dan jiwanya melayang terbang entah kemana. Belum pernah selama ini Haris merasakan nikmat yang amat sangat hanya dengan kuluman mulut saja. Bahkan saat Haris melakukan uji coba bersama Nurul istrinya, Haris tidak merasakan nikmat sedahsyat dan sehebat ini. Entah karena mungkin dia memang sempat berpikiran kotor terhadap Ipah atau karena memang hebatnya permainan mulut istri temannya tersebut.

"Udah kecil, keluarnya cepet pula!" Masam Ipah dalam hati sambil melepeh sperma Haris yang berada dimulutnya. Tadinya dia beranggapan kalau Haris bisa bertahan sedikit lama dari ini namun ternyata tidak sama sekali. Kemampuan Haris dalam menahan rangsangan ternyata tidak beda jauh dengan suaminya si Mufti. Malah Ipah tau kalau suaminya tersebut bahkan bisa lebih baik dari ini.

"Kecewa aku Mas!" geleng Ipah yang merasakan hasrat birahinya ikut menghilang melihat Haris terkulai lemas.

Apalagi ketika dia menyaksikan penis Haris yang berukuran kecil tersebut malah menyusut semakin kecil hingga terlihat seperti sebuah tonjolan saja. Bukannya malah bernafsu, Ipah justru cekikikan dan tertawa melihat betapa menyedihkannya penis teman suaminya tersebut. Ipah menjadi ikut merasa kasihan kepada wanita yang menjadi istri Haris diluar sana karena tak akan pernah dapat merasakan kenikmatan bercinta yang sesungguhnya.

Tidak dengan penis sekecil yang dipunyai Haris tersebut. "Pasti istrimu gak pernah puas Mas!" geleng Ipah berdecak.


====================================


Sementara itu beberapa hari yang lalu........

Disebuah sudut ruangan kafe bernuansa modern tampak dua orang berbeda usia tengah duduk saling berhadap-hadapan. Siapa saja yang melihat pemandangan ini pasti akan mengira kalau keduanya adalah pasangan ayah dan anak dari usia mereka. Sang wanita tampak sangat masih muda dan begitu cantik, namun wajahnya mengeluarkan ekspresi sedikit khawatir kearah orang yang ada didepannya. Sedangkan lawan bicara wanita tersebut adalah seorang pria tua yang tampak tersenyum terkekeh mengeluarkan seringai-seringai nakal.

"Jadi? untuk apa kamu memanggilku kesini??" tanya si Pria tua.

Sang wanita muda nampak masih ragu, "To--tolong Om! temui Mamah saya!"

"Untuk apa??" Si Pria tua cuek.

"Mamah berubah sikap setelah bertemu dengan Om dikantor polisi saat itu..."

"Trus??"

"Aku mau Om bantuin aku buat bujukin Mama!!"

"Untungnya buatku apa??" Si Pria tua bernegoisasi.

Tampak gurat wajah khawatir tersirat di wajah wanita muda itu, "Ak--akku akan nurutin semua kemauan Om!" balasnya memejamkan mata.

"Oh ya?? menurutmu apa kemauanku??"

Wanita muda itu menggeleng, "Tidak tau" jawabnya singkat.

"Nona muda, aku juga tidak tau apa yang kau harapkan dariku, tapi aku sudah katakan kalau aku tidak mau berurusan lagi dengan Ibumu itu" balas Si Pria tua.

Namun sang Gadis masih mencoba, "Tak bisakah Om membantuku sekali saja?? aku benar-benar sedang bingung sekarang" ucap Sang Gadis menunduk lesu.

Sudah beberapa hari ini dia mencoba mencari berbagai solusi untuk membuat Ibunya kembali pada keadaan normal seperti biasa. Usai tak sengaja dia menyaksikan kejadian dimana Ibunya memeluk seorang pria lain dan menangis dalam dekapan pria tersebut, Sang gadis lalu mendapati kalau sang Ibu mulai berubah. ibunya tersebut jadi sering merenung mengurung diri di dalam kamar, jarang menyentuh makanan serta seringkali menangis tak berhenti-henti.

"Kurasa tidak ada lagi yang harus kita bicarakan" Ucap Si Pria tua beranjak dari tempat duduknya. Ia menatap sekilas gadis muda yang tengah menunduk tersebut dengan tersenyum simpul mengetahui kalau rencananya mulai berjalan mulus.

Dalam hatinya dia bergumam, "Lunar! nama yang sangat bagus. Hehehehehehe" Ucap Si Pria tua yang tak lain adalah Pak Sukani.

Beberapa yang lalu dia dihubungi oleh orang tak dikenal yang mengaku sebagai anak dari Susan cinta pertamanya. Tak menyangka kalau ternyata orang tersebut adalah seorang gadis muda yang sangat cantik dan polos seperti Lunar ini. Wajahnya pun persis sama seperti wajah ibunya ketika dia masih muda. Apalagi Pak Sukani tau kalau Lunar ini adalah seorang penganut yang taat. Terbukti dari cara berbicara dan gaya berpakaiannya yang lumayan sopan menjaga diri.

Selain itu, tingkah polosnya yang tak mengerti betapa kejamnya dunia inipun ikut membuat Pak Sukani sangat gemas. Dia membayangkan bagaimana ekspresi gadis itu jika seandainya Pak Sukani malah meminta imbalan tubuh ranum miliknya. Pasti Lunar akan pingsan saat itu juga.

"Satu lagi!! pesan dariku, berhentilah menawarkan sesuatu kepada orang lain yang sebenarnya tidak kamu ketahui apa keinginan mereka. bisa-bisa mereka meminta sesuatu diluar kehendakmu dan kamu akan terluka" kata-kata bijak meluncur dari mulut Pak Sukani.

Membuat Lunar yang tadinya menunduk menatap balik dirinya, "Ak--aku sanggup melakukan apapun" balasnya menantang.

"Oh ya?? bagaimana jika aku meminta tubuh dan kegadisanmu, apa kamu sanggup??" pancing Pak Sukani.

Namun Lunar justru mengangguk berani, "Sa--sanggup" jawabnya gugup.

"Kamu Bodoh nona muda!!" kesal Pak Sukani melihat keberanian wanita muda itu.

"Iya!! aku memang bodoh!! malahan cukup bodoh untuk tidak mengetahui rahasia keluargaku sendiri!!" Lunar mulai terisak.

Hati Lunar terenyuh begitu sakit ketika dia terbayang bagaimana bodohnya dia dalam menjalani kehidupannya sendiri. Sedari kecil dia merasa kalau dia punya keluarga harmonis melebihi keluarga-keluarga lain diluar sana. Namun pada kenyataannya, semua itu hanyalah sebuah kamuflase semata untuk menyembunyikan berbagai macam kejahatan dan keburukan yang terjadi di dalamnya.

Lunar begitu shock, saat pertama kali dia mendengar seluruh rahasia keluarganya dari mulut Sean sang Adik. Bagaimana dia disuruh bersekolah di sekolah agama agar Lunar hidup lumayan jauh dan tidak mengetahui keburukan kedua orang tuanya tersebut. Bagaimana pula bentuk tindak tanduk Ayah dan Ibunya yang memiliki tingkat kelainan seksual yang jauh menyimpang. Serta tak lupa pula, bisnis gelap yang menjadi sumber penghidupan keluarga mereka.

"Kasih tau alamat rumahmu!" Ucap Pak Sukani tiba-tiba. Pria tua itu menjadi sedikit kasihan juga melihat gadis polos didepannya tersebut sudah cukup frustasi dengan kehidupannya. Paling tidak, Pak Sukani harus sedikit berbuat baik dulu untuk sekarang. Karena kejahatannya kedepan, mungkin akan lumayan menyakitkan untuk Lunar sendiri.

Tangis Lunarpun mereda berganti jadi sebuah senyuman merekah, "Om mau bantuin aku??" tanyanya bersemangat.

"Anggap saja aku lagi dalam keadaan baik" balas Pak Sukani bersikap jual mahal.

Tiba-tiba saja, Lunar menghamburkan diri memeluk tubuh Pak Sukani dengan sangat kuat, "Makasih Om! aku janji akan membalas niat baik Om ini!!"

"Balas dengan tubuhmu. hehehehee" kekeh Pak Sukani dalam hati.


#Bersambung........

Hehehe. Maafin kalau ada typo dan sebagainya ya suhu..
btw udah ada yg kangen sama Nurul belum???? hahaha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd