episode lima (Genap)
Singkat kata singkat cerita, setelah isi formulir ini itu, setelah menjawab pertanyaan itu ini, setelah mengeluarkan beberapa lembar rupiah merah, (sebenarnya aku ikut asuransi kesehatan tapi malu kala ditanya bagian adminstrasi pembayarannya secara tunai atau klaim asuransi, langsung saja aku jawab tunai. Soalnya aku sendiri tidak tahu asuransiku mencover cek sperma atau tidak, kalaupun iya kan maluuuuu lah... kalau nanti orang-orang asuransi tau ada klim cek sperma hehehe).
Yang bikin aku heran tapi bahagia sekaligus deg deg seer....Selama proses penyelesaian administri dik Ayu manja banget, menggelayut mesra. Biasanya kalo kita jalan bareng,kita Cuma jalan beriringan, sekali waktu aku gandeng tangannya, kadang dik Ayu dulu yang pegangan tanganku, itupun hanya kalo nyebrang jalan atau pas di tempat yang ramai. Dan bukan karena alasan mesra, tapi karena sudah terbiasa begitu. Maklum kami besar bersama, sudah sejak kecil sering pergi piknik keluarga bersama. Malah seingatku, bergandengan tangan itu awalnya karena atas suruhan orang tua kami. "Mas, dik Ayu di gandeng ya kalo nanti nyebrang jalan" atau "Ayu jangan lepas gandengannya dari mas lho ya....!" Begitu kira-kira yang selalu dikatakan orang tua kami saat kami masih kecil saat saat berlibur bareng. Sehingga tanpa sadar itu berlanjut sampai kami dewasa dan dijodohkan. Dulu waktu di SMP dan SMA waktu study tourpun pesan orang tua kami masih juga sama, Dik Ayu digandeng kalo nyebarang jalan, gandengannya yang kenceng kalau di tempat ramai, ya gitu-gitu deh. Jadi menggandeng tangan dik Ayu udah biasa banget jadi tidak menimbulkan reaksi-reaksi aneh di tubuhku. Tapi kini ada gejolak yang luar biasa...ehm.... ehm... apa ya??? Susah aku mendeskripsikan. Bahagia iya... nyaman he'eh... hangat... semangat baru... bangga.... merasa dibutuhkan... merasa.. tau deh.. pokoknya komplit sejuta rasanya hehehe... apalagi karena tangan dik Ayu menggamit lenganku, mesra.. menyandarkan kepala dipundak, daaaan.. yang parah...eh.. yang asyik itu sesekali siku tanganku menyentuh sudut daging lembut sekal di dada dik Ayu..... ohhh my ghost... ini yang bikin deg-deg ser... apa lagi entah sengaja atau tidak, bukan hanya menyentuh tapi bergesekan atau digesek-gesekkan ya....??? au ahh lap. Pengalaman diruang periksa payuadara tadi sudah bikin aku gerah body, gerah birahi, eee... ini ditambah lagi sentuhan dan gesekan.. aduuuuh.. duh. Jika aku belingsatan menahan bahagia meradang, dik Ayu aku lirik santai-santai saja, malah berseri cantik kian menarik, . Ada senyum tipis di bibirnya. Hhhmmm bibir... mengapa bibir itu lolos juga dari pengamatanku. Bibir yang baru saja aku rasakan kelembutan, kehangatan dan getaran-getaran rasa lainya yang tak terungkap lewat kata, sesara mengundang kembali untuk dikecup, digigit dan dilumat. Gilaaaaa.... gilaaaa... rusak sudah otakku.
Singkat kata singkat cerita (lagi).... ditemani seorang suster, diantarkanlah kami berdua masuk ke dalam sebuah ruangan. Sekali lagi tanpa ngantri. Ruangannya lebih kecil dari ruangan periksa dik Ayu tadi. Tetapi lumayan lengkap, ada tempat tidur kecil, didepannya ada rak televisi dan dvd, per ac pula. Kamar mandi juga tersedia didalam ruangan itu.
"Silahkan bapak, ini tempat menampung spermanya," kata suster sambil menyerahkan wadah kecil tranparan kepadaku.
"Nanti diusahakan jangan sampai tumbah ya bapak, apalagi semprotan pertama, karena itu yang paling valid hasilnya kalau diperiksa dilab," Suster tadi melanjutkan penjelasannya dengan menundukkan kepala. Ah manis juga wajah suster ini, putih bersih, masih muda lagi... ehmmm.
"Ibu nanti ikut membantu atau bapak melakukan sendiri?" tanya suster
Mendengar pertanyaan itu wajah kami berdua langsung memerah, kaya udang rebus. Terlebih dik Ayu, kelihatan banget kalau dia pura-pura tidak mendengar pertanyaan tersebut, kepalannya dipalingkan ke atas menatap langit-langit ruang periksa.
Entah bagaimana keberanian muncul (mungkin otakku sudah rusak, karena trauma birahi yang barusan aku alami) terbesit keisengan menggoda mbak suster, dengan pura-pura bodoh aku jawab pertanyaan suster tadi dengan pertanyaan, "Maksut suster bagaimana?"
Wajah suster yang putih bersih tampak memerah entah malu atau jengah, sambil menggit tipis bibirnya dengan suara agak serak tapi lirih dia menjawab, "Masturbasinya bapak?"
"Ehmm... Iya mbak membantu apa sus... maaf saya kurang mendengar?!" makin nekat saja aku, nuansa birahi dari ruangan periksa dik Ayu tadi kembali muncul dengan lebih-lebih menggelora, apalagi tadi aku terputus pada kenikmatan. Dik Ayu mencupit pinggangku sambil melotot, tapi... kok ada yang aneh pada tatapan matanya. Memang kelopak matanya membuka lebar seperti orang melotot, tapi ekspresinya kok tidak menunjukkan kemarahan, justru sorot matanya tidak tajam, tapi sayu.... apa dik Ayu anu ya... horny ya.... Tuhkan.... aduh..aduh... otakku kok jadi ngeres begini ya....
"Masturbasinya di bantu ibu atau saya.... eh.. maaf..maaf bapak ibu... maksut saya ehm...ehm.. aduhh... anu... bapak masturbasinya dibantu ibu atau bapak..ehm.. melakukan sendiri," suster menjawab dengan gelagapan dan belepotan. Wajahnya yang manis jadi tampak lebih manis lagi karena pipinya yang putih menjadi merah merona, lidahnya bermain disekitar membasahi bibirnya yang mungil menggemaskan.
Aduh-aduh aroma birahi benar-benar menyelimuti ruang masturbasiku. Dik Ayu yang ayu masih menggelayut mesra dan makin merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Sehingga payudara dik Ayu pun kian menempel ditubuhku. Apalagi entah kapan terjadinya, kami sudah duduk ditepi ranjang, dik Ayu menyandarkan kepalanya dibahuku sedangkan lenganku melingkar tubuh dik Ayu. Dan telapak tangan kananku mendarat tepat dipangkal payudara dik Ayu. Gilanya... telapak tanganku bergerak otomatis mengelusnya. Dik Ayu hanya diam, tapi aku rasakan degup jantungnya yang cepat sangat. Sedangkan di depanku berdiri seorang suster manis yang tertunduk, dengan wajah memerah dan sesekali melirik telapak tanganku yang mengelus pangkal payudara dik Ayu. Dadanya kelihatan turun naik tak berima menandakan nafasnya yang agak sesak tersengat. Bibirnya yang mungit digigit tipis.... ohhh.... ingin aku menjawab.... "masturnasinya dibantu kalian berdua saja ya.... please...please...." tapi tidak ada kata yang keluar dari mulutku. Justru lidahku kelu, dan susah untuk mengucapkan kata karena berulang aku harus menelan ludah karena aku rasakan betapa hausnya aku.... hauss yang teramat sangat....
Setelah sekian menit kami bertiga terdiam bermain dengan imajinasi masing-masing (mungkin) akhirnya otak sedikit tersadar dan dengan suara berat, aku menjawab pertanyaan suster tadi yang sudah sangat telat aku menjawabnya, "Saya lakukan sendiri saja Sus."
Suster tadi hanya diam saja.... seperti orang melamun. Terpaksa aku aku ulang lagi jawabanku, "Sus...Sus.., manturbasinya biar saya lakukan sendiri saja, bagaimana sus."
"Ehm....maaf... maaf... iya bapak... anu.. begini... kalau begitu ibu silahkan tunggu di luar," seperti tersadar dari hipnotis suster tadi merespon jawabanku.
Dik Ayu berdiri tanpa kata-kata, kemudian dengan berani dikecup bibirku, dan melangkah menuju pintu. Sebelum keluar dan menutup pintu dia palingkan wajahnya, tampak olehku senyuman manisnya dan kerlingan matanya. Lalu klek... tinggalan aku berdua dengan suster manis berdua di dalam ruangan yang auranya penuh birahi.
Setelah dik Ayu keluar suster manis tadi kelihatan sedikit lebih santai. Akupun lebih tenang untuk mengamati sosok suster yang melayani cek spermaku. Wajahnya manis, usianya masih sangat muda, kira-kira sekitar 20 tahun. Tubuhnya dibalut seragam putih. Atasannya baju putih lengan panjang, dengan rompi hijau. Tonjolan dadanya membusung sekal, khas gadis remaja. Bawahanya celana panjang putih, membalut kakinya, meskipun tidak ketat tapi paha dan pantatnya tercetak jelas. Ketika membelakangiku membayang garis tipis di kedua pantatnya, tanda dia masih pakai celana dalam.... hehehe... ya iyalah... masa kerja diklinik nggak pakai celana dalam. Terbayang bagaimana seandainya suster tadi melepas seragamnya satu... satu di depanku, sampai tak tersisa selembar benangpun.... ooohhh alangkah indahnya. Imajinasiku membuat birahiku semakin memuncak. Untunglah akal sehatku walaupun sedikit masih bekerja, kalau tidak, sudah aku tubruk suster cantik ini....
"Nah sekarang bapak menyiapkan diri ya.... silahkan rebahan," katanya membuyarkan imajinasiku. Suster manis melangkah menuju televi dan mencoba menyalakannya. Cetek... televisi menyala tanpa gambar hanya warna biru.
"Lho kok tidak menyala dvdnya, sebentar ya bapak, ini Dvdnya tidak mau menyala. Bapak mempersiapkan diri ya, saya coba untuk menyalakan dvd." Suster manis tadi membungkuk di depan televisi mencoba menyalakan dvd. Karena rak televi berada tepat di ujug ranjang maka, otomotis aku yang rebahan mendapat suguhan 2 bongkah pantat yang padat, dengan garis celana dalam yang jelas membayang. Apalagi ketika berusaha mencabut dan menancapkan kabel dvd, bangkahan pantat milih gadis manis ini ikut bergerak ke kanan, ke kiri, seakan melambai-lambai untuk aku eksplorasi dengan sentuhan, usapan, cium... ohhhh.... darahku mengalir tak tentu arah.... birahiku sudah sampai ubun-ubun.
Kelihatannya suster tadi gagal menyalakan Dvd, tanpa menengok ke arahku, dia rogoh kantong celananya, tapi bagiku, yang rebah tepat di belakang dia berdiri, melihatnya bagai suster itu memasukan tangannya kedalam celana dan mengelus-elus vaginanya.... ohhhh... padahal pada kenyataan, suster itu ingin mengambil benda yang ada di dalam sakunya, karena dengan membungkuk jadi agak susah, namun imajinasiku sudah terlanjur terselubung birahi maka yang tampak adalah, tangan suster tadi merogoh celana panjangnya dan mengucek-ucek vagina. Ternyata benda yang ingin dikeluarkan dari kantong celananya adalah handphone. Begitu HP ditangan, masih dengan membelakangiku, suster manis tadi kembali mengingatkanku untuk segera bersiap untuk masturbasi sebelum dia berbicara dengan temannya di HP.
"Bapak segera saja bersiap ya.... ini coba saya minta bantuan teman agar Dvdnya segera menyala... halo... Wulan... iya Putri ini, bisa kamu ke ruang 306, bantu aku. Iya... cek sperma, iya... iya... ini dvdnya gak mau menyala.... iya.. he'eh... segera ya... aku tunggu... iya... makasih ya..." Suster manis mengakhiri percapakapannya di HP, dan kembali membungkuk entah apalagi usaha yang dilakukannya.
Demi mendengar segera mempersiapkan diri untuk masturbasi, sementara nafsuku sendiri sudah membumbung kelangit 7, hilang sudah akal sehatku, segera aku buka buka celanaku sekalian celana dalam, aku pelorotkan sampai ke lutut.
Batangku yang keras tegak mengacung, sudah ada cairan bening membasahi lobang kencing. Pada kondisi normal, aku akan jengah dan malu memamerkan kemaluanku di depan wanita, tapi kini dengan nafas yang memburu batang kemaluanku bebas bernafas di depan gadis manis yang bahkan belum aku kenal. Aku elus-elus batang kemaluanku sambil mataku menatap bongkahan pantat suster manis yang padat bulat. aku elus-elus pelan, kemudian aku kocok-kocok... aku membayangkan batangkan kemaluan ku terjepit diantara pantat suster manis itu... gila aku menikmati banget masturbasi di depan gadis manis walaupun dia membelakangiku....
"Ohhh.... Ohhhh... ," Aku coba menahan lenguhanku, namun sensasi yang teramat erotis, apalagi dorongan nafsuku sudah digoda sedari tadi, membuat aku benar-benar ingin melampiaskan birahiku.
Tiba-tiba suster manis membalikkan wajah (mungkin karena mendengar lenguhanku), tampak begitu terkejut melihat pemandangan di depannya. Seorang laki-laki dengan batang kemaluan tegak menantang, melakukan masturbasi di depannya. Sejenak, suster tadi terpaku, mulutnya yang mungil membuka, matanya menatap ke batang kemaluanku. Sepersekian menit dia hanya diam saja, bahkan matanya yang tadi melotot tampak sayu, dan menggigit bibir bawah. Sedangkan aku.... dengan adanya suster manis menatapku, membuat aku bertambah semangat mengocok kemaluanku, semakin hebat sensasi yang aku rasakan masturbasi di depannya.....
"Oh... suster.... suster... oh...."
"Bapak...lho... bapak... kok begitu, jangan.... jangan sekarang bapak.... aduhhh...bapak... hmmm... ehmm... aduh... sayyaaa... aduh... stop bapak.." Suster tadi entah bicara apa aku sudah hilang konsentrasi.
Entah apa yang dipikirkan suster manis itu, bukannya menjauh atau menutup mata namun dengan langkah gontai dia mendekati aku, dengan setengah menjatuhkan diri dia bersimpuh di samping ranjangku, dan dengan cepat tangannya terulur ketanganku yang sedang mengocok batang kemaluanku yang sudah mengkilat terkena keringat dan pelumas alamiku. Dia dekap kemaluanku.... semakin panas tubuh aku rasakan. Begitu tangan suster manis ini mendekap batangku maka tanganku yang tadinya aku gunakan untuk mengocok aku lepaskan, hasilnya, tangan halus suster manis ini bersentungan langsung dengan batang kemaluanku. Rasanya bagai tersetrum sengatan listrik birahi ratusan ribu voltase. Dan itu membuat kepalaku mendongak ke atas merasakan kenikmatan yang luar biasa.....
'Suster....oh...oh... suster... oh..oh... ach... ach...suster..."
"Stop bapak... berhenti bapak.. ehmm.. bapak... jangan bapak... saya jadi ohhh... sett thop bbbappak...."
Mungkin maksud suster tadi mendekap kemaluanku untuk menghentikan aku masturbasi, tapi justru di situ letak kesalahahannya, dengan mendekap batang kemaluanku, kedua tangannya menyatu dan melingkari batangku yang tegak, meskipun tangan itu hanya diam, namun aku yang sudah terlanda birahi secara naluri menggoyangkan pantatku maju mundur, sehingga mau tidak mau tangan halus suster manis tadi menggesek lembut batang kemaluanku.
"Oooh... suster... ach...ach...ach...." Aku meracau melenguh merasakan sensasi kenikmatan yang belum pernah aku rasakan. Pernah aku masturbasi tapi rasanya jauh banget dengan apa yang aku rasakan saat ini.
Tanganku yang telah bebas tugas, karena digantikan oleh tangan lembut gadis yang sedang mekar ranum, seolah punya mata dan naluri sendiri, bergerak mengarah pada gundukan dada suster manis yang bersimpuh di tepi ranjangku. Ke dua tangan suster yang terulur sibuk mendekap batang kemaluanku yang maju mundur, memudahkan tangan kiri ku untuk meraih payudara yang padat berisi miliknya. Ku coba telusupkan tangan ke dalam bajunya, namun sayang terhalang oleh rompi yang dikenakannya. Aku lanjutkan kreativitas tanganku dalam menjamah daging sekal di dada suster itu walau terhalang dua lapis kain, meski begitu sensasi rasanya tetaplah WOW...
Begitu telapak tanganku menjangkau payudaranya, segera saja aku mengelusnya, meremasnya dengan gemas, sesekali aku urut pada bagian puncak dan aku rasakan ada benda kecil keras. Mungkin itu puting payudara, dan mungkin karena bra yang dipakai suster manis ini bra berkain tipis semacam miniset maka aku dapat merasakan tonjolanya di balik baju dan rompinya, efeknya semakin cepat aku menggerakan pantatku maju mundur.
"Lho ohhh... bapak... tang..tang ..annya... bapak... ehm... jang..jangan.. bapak.... aduh.... oh.. bap..pak... ssuddah...ohh..ach... setop...saaaayaaa.... aduuuhhh oohhh.... babb..paakkk... oh..."
Larangan, atau perintah, atau lenguhan atau desahan... sudah tidak terdengar jelas ditelingaku, birahiku sudah sampai ubun-ubun, aku sudah lupa aku dimana, tangan siapa yang sekarang mengelus dan mengocok kemaluanku.... Mengelus Mengocok????! Setelah tangan kiriku mengelus dan meremas payudara suster manis ini ada perubahan pada dekapan tangannya. Jika tadi diam kini tangan halus lembut suster manis itu iku bergerak, mengurut halus batang kemaluanku seirama elusanku di payudaranya.
"Suster... agak kencang....sus...Oh....ach...ach...oh... suster.... terus... suster.... oh..oh.."
"Suddah babbpphak.... oohh.... tetek saya ooh... ach... setoop... bappaaaak.... oh... aahh bapak...bapak...babbpakk... setooop... tetek syyaaayaa.. oh... bapakkkk ohhh accchhh..... achhhh oohhhh"
Tiba-tiba tangan suster mengocok kemaluanku dengan cepat beberapa saat lalu seketika berhenti dengan mencengkeram tangan yang kian kencang bersamaaan pula saat itu akurasakan kedutan di batang kemaluan dari pelan menjadi semakin cepat... makin-cepat...makin cepat... makin cepat, tubuhku mengejang dan.... akhirnya..
"Chrooot.... chroooot.... chrooot... tumpahlah....entah berapa kali batangku menyemburkan cairan kenikmatan yang luuuuuuar biasa niiiikmatnya.... oooohhhhh.....
sambung ber