Part two
Alun alun Gwanghwamun
Suasana di sekitar tempat itu cukup ramai dikunjungi pengunjung, bahkan tidak sedikit yang berasal dari mancanegara. Memang tempat ini memiliki nilai sejarah yang teramat penting bagi negeri Korea. Sebuah patung berdiri kokoh di bagian selatan alun-alun sebagai penggambaran pahlawan perang negeri ini, yang di kenal sebagai Laksamana Yi sun Shin.
Di dekat patung sang Laksamana terdapat air mancur dua belas dua puluh tiga (12:23) yg melambangkan dua belas kapal perang di bawah pimpinan Laksamana Yi sun Shin yang telah mengalahkan puluhan kapal perang Jepang dalam perang laut myeongryang . Sedang angka dua puluh tiga melambangkan jumlah pertempuran yang telah di menangkan oleh sang Laksamana untuk mempertahankan negerinya dari serangan musuh. Sebuah simbol patriotisme dan kepahlawanan yang luar biasa semangat pengorbanan dan perjuangan yang di sertai tetesan darah ribuan jiwa jiwa pemberani. Semua darah dan luka itu semata untuk masa depan negeri yang mereka cintai.
Jeong Gyeko, wanita tua berusia hampir tujuh puluh lima tahun itu, berdiri belasan meter di hadapan patung Laksamana Yi Sun Shin. Pakaian nya yang terbuat dari bahan pilihan berkualitas serta dua pengawal pribadi yang berdiri tak jauh di belakang nya menunjukkan bahwa ia bukan lah wanita biasa. Mendiang suami Jeong Gyeko adalah pendiri perusahaan HUNG-GYEKO dan sudah puluhan tahun lama nya mereka berjuang untuk membesarkan HUNG-GYEKO hingga akhirnya perusahaan itu menjadi salah satu perusahaan pilih tanding di Korea Selatan dan kini dikenal sebagai HUNG-GYEKO Group.
Jeong Gyeko memandang wajah Laksamana Yi Sun Shin dengan tatapan kosong. Pikirannya menerawang jauh ke masa lalu, hari hari dmna ia dan mendiang suaminya berhiaskan kebahagiaan dalam kesederhanaan dengan hanya di temani seorang bayi laki-laki hasil kasih sayang mereka berdua. Betapa rindunya ia akan hari-hari itu. Di dalam kesederhanaan itu lah, ia dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, cinta seorang suami dan hangatnya pelukan kasih sayang seorang anak. Namun seiring berjalannya waktu, segalanya dapat berubah karena pada dasarnya setiap insan pasti di bayangi oleh ambisi yang menjadi sumber dari sebuah kekhilafan.
Nyonya Jeong memejamkan matanya. Tanpa disadari tetes air mata penyesalan mengalir dari sela-sela mata keriput yang terpejam itu. Dadanya serasa sesak bagaikan terhujam pasak. Wajahnya yang telah di penuhi kerutan tak mampu menutupi bayang bayang kepedihan yang tengah ia rasakan. Melalui perjalanan panjang, HUNG-GYEKO berhasil meraih puncak kejayaan, mencapai apa yang di impikan oleh nya dan mendiang suaminya.
HUNG-GYEKO Group adalah simbol perjuangan dan kerja keras mereka, sebuah kejayaan yang di raih dengan tetesan keringat, darah dan pengorbanan. Ia seperti halnya Laksamana Yi Sun Shin, hanya saja berharap bahwa apa yang telah mereka raih tidak lah sia sia. Ia menyadari kelak dirinya akan menyusul sang Laksamana dan mendiang suaminya sendiri, menjadi bagian dari sejarah yang secara perlahan akan tergerus oleh perkembangan jaman.
Kini, Nyonya Jeong berdiri dalam kehampaan, meratap dalam kesunyian batin dihadapan sang perkasa Yi Sun Shin. Satu persatu orang yang ia cintai pergi meninggalkan nya. Mendiang sang suami meninggal karena sakit kanker yang di deritanya, sementara putra satu-satunya Chang Gyeko juga pada akhirnya menutup mata di usia muda. Chang Gyeko adalah harapan satu-satunya yang diharapkan menjadi penerus HUNG-GYEKO Group, putra satu-satunya yang amat ia sayangi. Namun Chang Gyeko jugalah putra yg telah mengandaskan sumua harapannya.
Setelah pengorbanan yang dilakukan bersama sang suami, Chang muda memilih jalan hidup yang berbeda, menjalin kasih dengan gadis penghuni panti dan memupuskan impian sang Ibunda untuk memimpin HUNG-GYEKO. Jeong Gyeko tidak pernah mengakui pernikahan putranya itu dan ini adalah penyesalan terbesar dalam hidupnya. Penyesalan yang tiada berarti karena membuatnya kembali kehilangan harta yang paling berharga dalam hidup ini.
Tiga tahun setelah pernikahan nya, Chang Gyeko meninggal dalam sebuah kecelakaan bersama sang istri di provinsi Gangwon. Saat itu Jeong Gyeko masih terlalu angkuh untuk mengakui pernikahan mereka. Namun tahun terus berjalan dan dunia terus berputar. Perjalanan waktu yang panjang itu pada akhirnya telah mengikis kekerasan hati Jeong Gyeko.
Kini di usia senja nya, Jeong Gyeko kembali merasakan betapa berartinya sebuah keluarga. Rasa rindu dan kehampaan yang membelenggu hari-hari nya membuatnya resah dan terus di landa kegelisahan tiada akhir.
Mata yang semula terpejam itu mulai terbuka, berpandangan tepat dengan sang Laksamana yang terdiam membisu penuh arti. Sebuah tekad kuat semakin terpatri dalam hati Jeong Gyeko, sebuah tekad untuk menebus segala kesalahan di masa lalu. Satu tugas harus terselesaikan sebelum batas akhir riwayat kehidupan nya di ambil sang penguasa langit.
"Nyonya! Hari semakin siang . Anda memiliki janji dengan dokter Hio." Seorang laki-laki berkumis tipis berusia sekitar empat puluh tahun dan mengenakan jas hitam datang mendekat. Suaranya setengah berbisik, seakan enggan mengusik lamunan Jeong Gyeko. Dia asisten kepercayaan yang loyal dengan keluarganya. Tuan Sung Ji.
Jeong Gyeko tiada menoleh, ia masih memandang patung sang Laksamana Yi Sun Shin didepan sana, bukannya memberikan jawaban yang di harapkan, justru Jeong Gyeko berbalik mengajukan pertanyaan yang berbeda.
"Menurut ku, sudah saatnya untuk mengirim mereka ke Cheonan. Gimana pendapat mu?" Suara Jeong Gyeko terdengar berat seakan masih menahan beban.
Mendengar pertanyaan itu, Sung Ji tidak langsung menjawab. Dia menghela nafas panjang terlebih dahulu seakan berusaha menyelami alam pikiran Nyonya Jeong Gyeko sebelum akhirnya memutuskan berbicara.
"Saya rasa juga demikian Nyonya."
"Bagaimana status mereka saat ini? Apakah mereka masih pekerja kontrak?"
"Benar Nyonya, dapat di katakan mereka bekerja masih bagian dari HUNG-GYEKO, namun berada di luar sistem manajemen kita, Nyonya?"
"Apakah mereka sungguh dapat di percaya? Karena untuk sementara , aku tidak ingin para pemegang kebijakan dan manajemen di perusahaan mengetahui masalah ini."
"Mereka tidak memiliki kedekatan dengan manejemen perusahaan, bahkan saya rasa mereka termasuk kelompok yang keberadaannya sedikit terabaikan. Dan dari hasil penyelidikan , sepertinya mereka orang baik baik yang dapat kita percaya, Nyonya" jelas Sung Ji kepada Nyonya Jeong.
"Terabaikan. Aku tidak pernah terpikir ada kondisi semacam itu di perusahaan kita!"
"Maafkan saya, Nyonya!" Sung Ji segera membungkukan badan karena sadar ucapannya dapat menyinggung kepemimpinan nya.
"Lupakan, aku percaya padamu"
"Terima kasih Nyonya. Saya akan berusaha sebaik mungkin agar segala sesuatu nya berjalan sebagaimana yang anda harapkan."
Mendengar penuturan asistennya, Jeong Gyeko menarik nafas panjang mencoba melepas semua beban yang masih tersisa di dada.
"Kita berangkat sekarang. Jangan sampai dokter Hio menunggu terlalu lama" ucap Jeong Gyeko seari membalikkan badannya dan melangkah menuju mobilnya yang di ikuti oleh Sung Ji dan kedua pengawal nya.
*******
Hyun In
Ditempat yang berbeda.....
"Bagaimana nona Hyun in? Bisakah kau menjelaskan maksud ucapan mu tadi?" Ujar manajer Kim Lee bicara dengan nada yang tetap lembut.
Pemuda tampan yang usianya tidak terpaut jauh dengan Hyun in itu tidak menunjukkan rasa tersinggung. Bahkan sebaliknya, suaranya sedemikian tenang dengan senyum yang terus terukir di bibir. Namun caranya dia memandang Hyun in membuat gadis itu tak mampu berkata sepatah kata pun. Tenggorokan nya serasa tercekat dan pipi nya memerah menahan rasa malu yang tidak tertahankan.
"Nona Hyun in..." Manajer Kim Lee kembali membuka suara.
"Sa... Saya, emm..., ta... tadi saya...." Hyun in semakin panik . Rohnya seakan lepas dri raga. Di hadapan nya, manajer Kim Lee bagaikan pangeran dari langit dan dia adalah peri kecil yang tidak berdaya.
"Oh, manajer Kim, anda sudah datang. Terima kasih, mari kita ke ruangan. Ada yang ingin saya bicarakan." Tiba-tiba manajer Choi datang dan menyela.
Perhatian Kim Lee teralihkan. Dia menyambut jabatan tangan dari manajer Choi dan tak sempat untuk berbicara banyak karena manajer Choi langsung mengajaknya ke ruang kerjanya.
Hyun in tidak berani memandang ketika manajer Kim Lee berjalan melintasi nya.
Dengan lemas Hyun in kembali terduduk. Walau jantungnya masih berdetak kencang, setidaknya ia dapat bernapas lega. Kedatangan manajer Choi telah menyelamatkan nya. Shin Eun dan beberapa rekannya yang sejak tadi memperhatikan langsung datang mendekat.
"Wuih, hampir saja!" Seru Shin Eun setengah berbisik.
"Kenapa kau tidak mengatakan kalau dia ke sini!"
"Aku sudah memberikan isyarat. Kau saja yang tidak menyadari."
"Ah... Kau ini, selalu begitu!"
"Maaf" ujar Shin Eun.
"Kurasa ini bukanlah hari yang baik untukku" gumam Hyun in.
"Ah, sudah lupakan saja?"
Walaupun sudah terselamatkan , Hyun in tetap merasa resah. Ia yakin Manajer Kim Lee tidak mungkin melupakan kejadian tadi begitu saja.
"Heiii! Lihat ini. Desainer ternama Angelina Khan bersama empat desainer Asia lainnya akan bertandang ke Seoul bulan depan. Mereka menjadi tamu kehormatan dalam launching buku dari David Hurtman di Grand paradise hotel!" Salah satu anggota tim pemasaran tiba-tiba menyeruak masuk sembari membawa artikel yang baru saja di cetak dari internet dan membuat perhatian semua orang tertuju padanya.
Shin Eun yang berada paling dekat dengannya langsung meraih artikel tersebut.
"Angelina Khan...! Bukankah saat ini tim kita hendak melakukan pendekatan dengannya terkait rencana busana terbaru HUNG-GYEKO!? Kebetulan sekali jika ia datang ke Seoul." Ucap Shin Eun.
" Tidak, ini bukan kebetulan. David Hurtman memiliki jaringan relasi yang kuat dengan Donghae Group. Jangan-jangan.....?" Nada bicara Hyun in menunjukkan kecurigaan.
"Apa kau pikir Donghae Group juga bermaksud mendekati Angelina Khan? Kalau benar maka rencana yang sudah kita persiapkan sejak tahun lalu bisa berantakan! Tidak bisa kita biarkan.!"
Shin Eun mulai membaca arah pemikiran Hyun in. Beberapa rekan lain nya juga mengerutkan dahi, pertanda sedang berfikir keras. Memang Donghae Group adalah salah satu kompetitor terbesar HUNG-GYEKO. Tidak tertutup kemungkinan mereka berusaha menjalin kerjasama terlebih dahulu dengan Angelina Khan dan tentu hal ini akan merusak semua rencana yang telah di persiapkan oleh HUNG-GYEKO.
"Kawan-kawan , segera selidiki proyek apa yang sedang di lakukan oleh Donghae Group selama beberapa bulan terakhir ini!! Aku akan mencoba mendekati David Hurtman" seru Hyun in penuh semangat.
"Mari kita lakukan !" Shin Eun dan yang lainnya menyambut penuh antusias.
___________________________________________
(Bersambung)
Jgn lupa kripik nya suhu ....
Alun alun Gwanghwamun
Suasana di sekitar tempat itu cukup ramai dikunjungi pengunjung, bahkan tidak sedikit yang berasal dari mancanegara. Memang tempat ini memiliki nilai sejarah yang teramat penting bagi negeri Korea. Sebuah patung berdiri kokoh di bagian selatan alun-alun sebagai penggambaran pahlawan perang negeri ini, yang di kenal sebagai Laksamana Yi sun Shin.
Di dekat patung sang Laksamana terdapat air mancur dua belas dua puluh tiga (12:23) yg melambangkan dua belas kapal perang di bawah pimpinan Laksamana Yi sun Shin yang telah mengalahkan puluhan kapal perang Jepang dalam perang laut myeongryang . Sedang angka dua puluh tiga melambangkan jumlah pertempuran yang telah di menangkan oleh sang Laksamana untuk mempertahankan negerinya dari serangan musuh. Sebuah simbol patriotisme dan kepahlawanan yang luar biasa semangat pengorbanan dan perjuangan yang di sertai tetesan darah ribuan jiwa jiwa pemberani. Semua darah dan luka itu semata untuk masa depan negeri yang mereka cintai.
Jeong Gyeko, wanita tua berusia hampir tujuh puluh lima tahun itu, berdiri belasan meter di hadapan patung Laksamana Yi Sun Shin. Pakaian nya yang terbuat dari bahan pilihan berkualitas serta dua pengawal pribadi yang berdiri tak jauh di belakang nya menunjukkan bahwa ia bukan lah wanita biasa. Mendiang suami Jeong Gyeko adalah pendiri perusahaan HUNG-GYEKO dan sudah puluhan tahun lama nya mereka berjuang untuk membesarkan HUNG-GYEKO hingga akhirnya perusahaan itu menjadi salah satu perusahaan pilih tanding di Korea Selatan dan kini dikenal sebagai HUNG-GYEKO Group.
Jeong Gyeko memandang wajah Laksamana Yi Sun Shin dengan tatapan kosong. Pikirannya menerawang jauh ke masa lalu, hari hari dmna ia dan mendiang suaminya berhiaskan kebahagiaan dalam kesederhanaan dengan hanya di temani seorang bayi laki-laki hasil kasih sayang mereka berdua. Betapa rindunya ia akan hari-hari itu. Di dalam kesederhanaan itu lah, ia dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, cinta seorang suami dan hangatnya pelukan kasih sayang seorang anak. Namun seiring berjalannya waktu, segalanya dapat berubah karena pada dasarnya setiap insan pasti di bayangi oleh ambisi yang menjadi sumber dari sebuah kekhilafan.
Nyonya Jeong memejamkan matanya. Tanpa disadari tetes air mata penyesalan mengalir dari sela-sela mata keriput yang terpejam itu. Dadanya serasa sesak bagaikan terhujam pasak. Wajahnya yang telah di penuhi kerutan tak mampu menutupi bayang bayang kepedihan yang tengah ia rasakan. Melalui perjalanan panjang, HUNG-GYEKO berhasil meraih puncak kejayaan, mencapai apa yang di impikan oleh nya dan mendiang suaminya.
HUNG-GYEKO Group adalah simbol perjuangan dan kerja keras mereka, sebuah kejayaan yang di raih dengan tetesan keringat, darah dan pengorbanan. Ia seperti halnya Laksamana Yi Sun Shin, hanya saja berharap bahwa apa yang telah mereka raih tidak lah sia sia. Ia menyadari kelak dirinya akan menyusul sang Laksamana dan mendiang suaminya sendiri, menjadi bagian dari sejarah yang secara perlahan akan tergerus oleh perkembangan jaman.
Kini, Nyonya Jeong berdiri dalam kehampaan, meratap dalam kesunyian batin dihadapan sang perkasa Yi Sun Shin. Satu persatu orang yang ia cintai pergi meninggalkan nya. Mendiang sang suami meninggal karena sakit kanker yang di deritanya, sementara putra satu-satunya Chang Gyeko juga pada akhirnya menutup mata di usia muda. Chang Gyeko adalah harapan satu-satunya yang diharapkan menjadi penerus HUNG-GYEKO Group, putra satu-satunya yang amat ia sayangi. Namun Chang Gyeko jugalah putra yg telah mengandaskan sumua harapannya.
Setelah pengorbanan yang dilakukan bersama sang suami, Chang muda memilih jalan hidup yang berbeda, menjalin kasih dengan gadis penghuni panti dan memupuskan impian sang Ibunda untuk memimpin HUNG-GYEKO. Jeong Gyeko tidak pernah mengakui pernikahan putranya itu dan ini adalah penyesalan terbesar dalam hidupnya. Penyesalan yang tiada berarti karena membuatnya kembali kehilangan harta yang paling berharga dalam hidup ini.
Tiga tahun setelah pernikahan nya, Chang Gyeko meninggal dalam sebuah kecelakaan bersama sang istri di provinsi Gangwon. Saat itu Jeong Gyeko masih terlalu angkuh untuk mengakui pernikahan mereka. Namun tahun terus berjalan dan dunia terus berputar. Perjalanan waktu yang panjang itu pada akhirnya telah mengikis kekerasan hati Jeong Gyeko.
Kini di usia senja nya, Jeong Gyeko kembali merasakan betapa berartinya sebuah keluarga. Rasa rindu dan kehampaan yang membelenggu hari-hari nya membuatnya resah dan terus di landa kegelisahan tiada akhir.
Mata yang semula terpejam itu mulai terbuka, berpandangan tepat dengan sang Laksamana yang terdiam membisu penuh arti. Sebuah tekad kuat semakin terpatri dalam hati Jeong Gyeko, sebuah tekad untuk menebus segala kesalahan di masa lalu. Satu tugas harus terselesaikan sebelum batas akhir riwayat kehidupan nya di ambil sang penguasa langit.
"Nyonya! Hari semakin siang . Anda memiliki janji dengan dokter Hio." Seorang laki-laki berkumis tipis berusia sekitar empat puluh tahun dan mengenakan jas hitam datang mendekat. Suaranya setengah berbisik, seakan enggan mengusik lamunan Jeong Gyeko. Dia asisten kepercayaan yang loyal dengan keluarganya. Tuan Sung Ji.
Jeong Gyeko tiada menoleh, ia masih memandang patung sang Laksamana Yi Sun Shin didepan sana, bukannya memberikan jawaban yang di harapkan, justru Jeong Gyeko berbalik mengajukan pertanyaan yang berbeda.
"Menurut ku, sudah saatnya untuk mengirim mereka ke Cheonan. Gimana pendapat mu?" Suara Jeong Gyeko terdengar berat seakan masih menahan beban.
Mendengar pertanyaan itu, Sung Ji tidak langsung menjawab. Dia menghela nafas panjang terlebih dahulu seakan berusaha menyelami alam pikiran Nyonya Jeong Gyeko sebelum akhirnya memutuskan berbicara.
"Saya rasa juga demikian Nyonya."
"Bagaimana status mereka saat ini? Apakah mereka masih pekerja kontrak?"
"Benar Nyonya, dapat di katakan mereka bekerja masih bagian dari HUNG-GYEKO, namun berada di luar sistem manajemen kita, Nyonya?"
"Apakah mereka sungguh dapat di percaya? Karena untuk sementara , aku tidak ingin para pemegang kebijakan dan manajemen di perusahaan mengetahui masalah ini."
"Mereka tidak memiliki kedekatan dengan manejemen perusahaan, bahkan saya rasa mereka termasuk kelompok yang keberadaannya sedikit terabaikan. Dan dari hasil penyelidikan , sepertinya mereka orang baik baik yang dapat kita percaya, Nyonya" jelas Sung Ji kepada Nyonya Jeong.
"Terabaikan. Aku tidak pernah terpikir ada kondisi semacam itu di perusahaan kita!"
"Maafkan saya, Nyonya!" Sung Ji segera membungkukan badan karena sadar ucapannya dapat menyinggung kepemimpinan nya.
"Lupakan, aku percaya padamu"
"Terima kasih Nyonya. Saya akan berusaha sebaik mungkin agar segala sesuatu nya berjalan sebagaimana yang anda harapkan."
Mendengar penuturan asistennya, Jeong Gyeko menarik nafas panjang mencoba melepas semua beban yang masih tersisa di dada.
"Kita berangkat sekarang. Jangan sampai dokter Hio menunggu terlalu lama" ucap Jeong Gyeko seari membalikkan badannya dan melangkah menuju mobilnya yang di ikuti oleh Sung Ji dan kedua pengawal nya.
*******
Hyun In
"Bagaimana nona Hyun in? Bisakah kau menjelaskan maksud ucapan mu tadi?" Ujar manajer Kim Lee bicara dengan nada yang tetap lembut.
Pemuda tampan yang usianya tidak terpaut jauh dengan Hyun in itu tidak menunjukkan rasa tersinggung. Bahkan sebaliknya, suaranya sedemikian tenang dengan senyum yang terus terukir di bibir. Namun caranya dia memandang Hyun in membuat gadis itu tak mampu berkata sepatah kata pun. Tenggorokan nya serasa tercekat dan pipi nya memerah menahan rasa malu yang tidak tertahankan.
"Nona Hyun in..." Manajer Kim Lee kembali membuka suara.
"Sa... Saya, emm..., ta... tadi saya...." Hyun in semakin panik . Rohnya seakan lepas dri raga. Di hadapan nya, manajer Kim Lee bagaikan pangeran dari langit dan dia adalah peri kecil yang tidak berdaya.
"Oh, manajer Kim, anda sudah datang. Terima kasih, mari kita ke ruangan. Ada yang ingin saya bicarakan." Tiba-tiba manajer Choi datang dan menyela.
Perhatian Kim Lee teralihkan. Dia menyambut jabatan tangan dari manajer Choi dan tak sempat untuk berbicara banyak karena manajer Choi langsung mengajaknya ke ruang kerjanya.
Hyun in tidak berani memandang ketika manajer Kim Lee berjalan melintasi nya.
Dengan lemas Hyun in kembali terduduk. Walau jantungnya masih berdetak kencang, setidaknya ia dapat bernapas lega. Kedatangan manajer Choi telah menyelamatkan nya. Shin Eun dan beberapa rekannya yang sejak tadi memperhatikan langsung datang mendekat.
"Wuih, hampir saja!" Seru Shin Eun setengah berbisik.
"Kenapa kau tidak mengatakan kalau dia ke sini!"
"Aku sudah memberikan isyarat. Kau saja yang tidak menyadari."
"Ah... Kau ini, selalu begitu!"
"Maaf" ujar Shin Eun.
"Kurasa ini bukanlah hari yang baik untukku" gumam Hyun in.
"Ah, sudah lupakan saja?"
Walaupun sudah terselamatkan , Hyun in tetap merasa resah. Ia yakin Manajer Kim Lee tidak mungkin melupakan kejadian tadi begitu saja.
"Heiii! Lihat ini. Desainer ternama Angelina Khan bersama empat desainer Asia lainnya akan bertandang ke Seoul bulan depan. Mereka menjadi tamu kehormatan dalam launching buku dari David Hurtman di Grand paradise hotel!" Salah satu anggota tim pemasaran tiba-tiba menyeruak masuk sembari membawa artikel yang baru saja di cetak dari internet dan membuat perhatian semua orang tertuju padanya.
Shin Eun yang berada paling dekat dengannya langsung meraih artikel tersebut.
"Angelina Khan...! Bukankah saat ini tim kita hendak melakukan pendekatan dengannya terkait rencana busana terbaru HUNG-GYEKO!? Kebetulan sekali jika ia datang ke Seoul." Ucap Shin Eun.
" Tidak, ini bukan kebetulan. David Hurtman memiliki jaringan relasi yang kuat dengan Donghae Group. Jangan-jangan.....?" Nada bicara Hyun in menunjukkan kecurigaan.
"Apa kau pikir Donghae Group juga bermaksud mendekati Angelina Khan? Kalau benar maka rencana yang sudah kita persiapkan sejak tahun lalu bisa berantakan! Tidak bisa kita biarkan.!"
Shin Eun mulai membaca arah pemikiran Hyun in. Beberapa rekan lain nya juga mengerutkan dahi, pertanda sedang berfikir keras. Memang Donghae Group adalah salah satu kompetitor terbesar HUNG-GYEKO. Tidak tertutup kemungkinan mereka berusaha menjalin kerjasama terlebih dahulu dengan Angelina Khan dan tentu hal ini akan merusak semua rencana yang telah di persiapkan oleh HUNG-GYEKO.
"Kawan-kawan , segera selidiki proyek apa yang sedang di lakukan oleh Donghae Group selama beberapa bulan terakhir ini!! Aku akan mencoba mendekati David Hurtman" seru Hyun in penuh semangat.
"Mari kita lakukan !" Shin Eun dan yang lainnya menyambut penuh antusias.
___________________________________________
(Bersambung)
Jgn lupa kripik nya suhu ....
Terakhir diubah: