Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Addicted To You

KEIKO



Hai Kak Sesa. Aku sudah otw nih.

Oke. Saya sampai 5 menit lagi.




Pukul 10:45, kafe Loko, Jogjakarta.

Aku tiba 15 menit lebih awal. Kafenya agak ramai, penuh anak muda yang nongkrong atau belajar. Aku pesan segelas es cappuccino dan sepiring singkong keju kemudian ambil meja yang agak sepi di bagian belakang. Sambil menunggu, aku menyeruput minumanku… namun sepertinya vaginaku sulit diajak tenang. Ya ampun, ototnya mungkin punya semacam ingatan sensorik, mengantisipasi pertemuan dengan si pemilik suara yang sudah berkali-kali bikin ku basah.

“Kak Sesa?”

Criit. Gila! Saraf vaginaku tiba-tiba merespons sebuah suara yang familiar. Mati-matian aku menjepitnya supaya berhenti merespons dan mengalirkan oksigen ke otakku kembali.

“Hai. Keiko?”

“He em,” cowok di depanku mengangguk. Tersenyum.

Oke. Inilah definisi kesempurnaan: rahang kuat, mata ramah, wajah simetris, tubuh atletis, dan suara indah yang keluar dari bibir terseksi yang pernah aku lihat. Bagian atas dan bawah yang tebal, penuh, berlekuk, mengundang untuk dilumat. My kind of lips. Yummms.

Begitu otakku terisi oksigen, aku langsung berdiri dan bersalaman. Genggaman tangannya kuat dan padat. It’s a good sign. Keiko duduk di hadapanku sambil membuka jaketnya.

“Masih capek ya, kak?”

Aku tersenyum tipis. “Ah, enggak kok. Kan udah sempat istirahat semalam.”

“Oh maaf, soalnya wajah kakak agak pucat.”

Huft, Ini wajah horny, tau gak sih kamu?!

Aku menarik napas panjang, berusaha memusatkan perhatian ke tujuan semula.

Please, jangan panggil aku kak. Umur kita gak jauh beda, kok. Panggil Sesa aja.”

“Sesa.” Keiko mengucapkan namaku lamat-lamat, tapi seketika otot vaginaku kembali mengencang. Hush, diam dong. Please. I’m here for bussiness!

“Nah, begitu. Aku panggil kamu Keiko atau Kei?”

“Apa aja boleh.. Sesa.” Dia tersenyum gemas saat mengucapkan namaku lagi.

Sesa, fokus!

Gak lama, minuman pesanan Keiko datang dan aku mulai kasih pitch. Aku sengaja mendominasi pertemuan ini, menjelaskan panjang lebar tujuan dan penawaranku. Aku gak kasih dia waktu untuk bicara banyak… aku gak mau dengar suaranya terlalu sering hahahaha. Bisa-bisa aku terlena dan harus ganti celana dalam di toilet kafe.

So, tell me, Kei. Kamu dapet ide ceritanya dari mana? Menarik banget, out of the box.”

Keiko menjawab dengan wajah sedikit memerah. “Hmmm. Aku malu ceritanya hahaha..”

“Aku gak akan bocorin ke siapa-siapa, tenang aja.”

Keiko menatapku beberapa saat. Matanya teduh, tapi kuat. “Oke. Begini. Beberapa tahun lalu, pacarku tergila-gila ngikutin film 50 Shades of Grey. Terus, dia beli buku-bukunya dan kasih tahu aku isinya. Deskripsinya detail banget, aku sampe-sampe kepikiran terus …”

Keiko berhenti sesaat, malu-malu menyesap minumannya.

“Jadi, setiap dia main ke kosan aku, dia bacain satu – dua bab. Terus, ajak aku untuk praktikin. Awalnya, aku bingung karena gak punya gear apa-apa. Kami kumpulin satu-satu dan hampir tiap minggu kami scene. Pas kami putus, aku tetap lanjutin dengan beberapa rope bunnies.”

“Sampai sekarang?”

“Yep, sampai sekarang. Kalo lagi scene, aku suka dapat beberapa ide. Karena udah numpuk, aku sekalian bikin cerita bersambung.”

I see. Makanya cerita kamu kayak real banget, based on true scenes rupanya.”

“Kamu pasti udah sering baca cerita yang mirip punyaku. Aku yakin.”

“Betul, tapi gaya bercerita kamu engaging banget. Aku suka.” Dan suaramu. Oh! Muncrat aku dibuatnya.

Keiko menatapku agak lama. Atmosfer kafe jadi terasa hangat… suara-suara sekitar kami entah kenapa meredup.

Tiba-tiba raut wajah Keiko berubah.

“Kapan kamu balik ke Jakarta?”

“Eh?” Aku sama sekali gak siap sama perubahan arah percakapan:

Kepala Keiko maju, lalu dia mendekatkan bibirnya ke telingaku. Embusan napasnya hangat saat dia berbisik: “4 hari lagi aku ada scene sama Gita. Shibari sederhana. Kamu bisa datang dan lihat. Kalau mau.”

Aku bahkan gak dengar kalimat terakhirnya.

Bibirku kering. Mataku terpejam. Telingaku panas. Otot vaginaku menjepit. Basah.

Kerongkonganku kering. Aku menelan ludah, tanpa sengaja mendekatkan kedua pahaku, beradu menahan rangsangan tiba-tiba.

“Sesa?”

“Hmmm?” Akhirnya aku bisa membuka mata.

“Sori. Abaikan aja kata-kataku tadi… Aku… Aku suka impulsif di depan cewe kayak kamu.”

Aku tersenyum. “Kamu bawa talinya?”

Keiko menelengkan kepala, tanda ragu-ragu sama pendengarannya.

“Shibarinya. Kamu bawa sekarang?” ulangku dengan lebih tegas.

Kerut di dahi Keiko menebal, lalu pelan-pelan menghilang. Matanya bersinar. Ujung bibirnya menipis. Uh, rasanya pengen kugigit!

Suara Keiko terdengar dalam sekaligus tenang saat berkata, “Ada di kosan aku. Searah ke hotel kamu.”

Aku menyambar hape dari dalam tas. Mengetik password dan mengklik aplikasi taksol.

“Ini, masukin alamat kosan kamu.”



---
Update page 5
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd