Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Addicted To You

berasa banget dominannya, dan Kei kerasa as a slavenya. kl buat ane sih. hehehehe
Baru agan nih yg bisa rasain aura dominan Sesa :ampun:

Di fingering di cafe / tempat umum? Judulnya "Miss @Sesa_ believes in keiko's hand" . Atau "my lust Made me do this". Ane termasuk yg hati hati dan perhatikan kondisi tangan dan jari sebelum fingering cewek :D
Jangan lupa gunting kuku dulu ya gan :lol:
Dalam cerita yang panas tersemat kritik yang pedas
ampun om, nubie baru coba-coba nulis :ampun:
 


HAVISH



Setelah membaca trit Mas Havish, pikiranku traveling ke mana-mana. Aku pun memberinya nomor kontakku sehingga kami bisa lebih leluasa mengobrol.

Di balik kehidupan normalnya sebagai pegawai kementerian, pria berusia 30-an itu diam-diam mendalami tantric massage. Dia suka menghabiskan jatah cutinya ke Singapura untuk ambil workshop singkat sambil ‘buka praktik.’ Kliennya tidak banyak, tapi sejak aktif memijat 4 tahun lalu, dia mengaku sudah punya belasan pelanggan tetap.

Mas Havish cerita awal mula dia penasaran dengan tantric massage adalah karena istrinya kesulitan orgasme setelah melahirkan. Dia sudah berusaha membuat istrinya serileks mungkin, bahkan diajak quality time ke luar kota tanpa anak mereka. Tapi gak berhasil juga. Euforia klimaks itu tak pernah dia rasakan lagi dan Mas Havish jadi merasa bersalah. Dia sangat mencintai istrinya dan gak rela kalau dia hanya puas sendirian.

Penasaran, dia mulai tanya-tanya ke Google dan akhirnya mendarat di artikel soal sensual massage. Kebetulan, gak lama kemudian kantornya menugaskan ke Singapura. Mas Havish pun sekalian ambil cuti untuk ambil kursus di sana.

“Kursusnya menarik banget, Ses. Awalnya, biasa aja, semacam presentasi mendalam soal tantric massage. Anatomi genital perempuan, zona erotis, apa yang perempuan inginkan untuk mencapai kepuasan, cara menekan yang membangkitkan gairah, dan sejenisnya. Tapi, begitu masuk sesi praktik, aku kaget!” cerita Mas Havish di telepon. Suaranya ramah dan menenangkan. Suara khas hot daddy yang bikin hati cewe-cewe adem.

“Kenapa, Mas?”

“Tiba-tiba muncul beberapa perempuan dari pintu. Semuanya hanya pakai bikini. Cantik-cantik dan mulus-mulus. Aku langsung tegang hahaha…”

“Lho, belum-belum kok udah tegang, Mas.”

“Yaaaah, kamu bayangin aja. Aku tuh cowok biasa-biasa aja, baru kenal seks saat menikah. Kamu tahu gak, aku hilang perjaka sama istriku. Dan aku jarang banget lihat porno. Gak sempat. Gak pernah ke bar atau night club juga. Intinya, hidupku lurus-lurus aja. Jadi, aku lumayan syok saat lihat deretan perempuan cantik setengah telanjang berjalan di hadapanku.”

“Terus gimana, kamu kabur?”

Mas Havish tertawa geli.

“Enggak, dong. Aku langsung alihin pikiran ke cicilan rumah supaya gak terlalu tegang.”

“Bagus, Mas. Sayang uangnya, kan sudah jauh-jauh ke sana masa’ kabur.”

“Hari itu aku berhasil bikin Alice, modelku, orgasme dua kali. Not bad laaah…”

“Aku pernah dengar soal sensual massage dan sering lihat di film-film biru. Tapi, aku gak menduga profesi itu benar-benar ada.”

“Ada, dan sudah cukup umum di Singapura. Kalau di sini, baru mulai berjamuran. Kalau aku lihat-lihat, kebanyakan masseur otodidak atau karena punya bakat memijat. Jarang ada yang belajar resmi dan punya sertifikat kemahiran.”

“Semua klien kamu pasti orgasme?”

“Tujuan utama tantric massage untuk healing trauma dan koneksi diri secara sensual maupun spiritual. Jadi, gak melulu soal orgasme atau seks. Perawan pun bisa klimaks hanya dengan tekanan pijatan yang tepat, tanpa perlu penetrasi penis. Masseur juga dilatih untuk menghadapi berbagai jenis blockage mental dan trauma.”

“Dulu, setelah workshop kedua, aku iseng-iseng buka iklan di Singapura. Langsung ada yang bikin appointment. Aku kaget sekaligus senang banget. Tapi saking senangnya aku jadi nervous, dan gak berhasil bikin dia happy. Untung aja, klienku cukup pengertian. Dia bilang, kapan-kapan aku boleh coba lagi kalau sudah mahir. For free of course. Sekarang dia jadi pelanggan tetapku kalau aku lagi ke sana.”

“Kamu mungkin dulu nervous karena lihat cewe bugil, Mas.”

“Iya, itu salah satunya. Hahaha… Aku masih lugu banget waktu itu. Baru dua perempuan yang pernah aku sentuh secara intim: istriku dan Alice. Lihat perempuan telanjang menunggu untuk aku jamah kulit mulusnya benar-benar bikin pusing. Padahal kita dibayar untuk membuat dia puas, bukan masukin penis ke pussy-nya. Gila sih itu, Ses! Benar-benar kayak mind-games…”

“Jadi, cara kamu kontrol diri gimana?” tanyaku sambil tanpa sadar memainkan payudara kiri.

“Ada teknik pernapasan khusus untuk menunda dan mengontrol diri. Aku juga sering praktik ke istriku, hitung-hitung tambahin jam terbang biar pede. Jadi, sekarang amanlah, aku bisa memijat 1-2 jam tanpa pusing harus dikeluarin dan klienku happy. Aku senang banget lihat wajah perempuan bersemu-semu happy dan puas setelah aku pijat. Auranya beda. Glowing alami.”

“Waw…” Aku speechless. Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.

“Kamu free minggu depan, Mas?” lanjutku.

Mas Havish terdiam sesaat sebelum menjawab tegas, “I’ll make the time for you.”





--------

Kopdar dengan member forum di luar urusan kerjaan, check.

Hotel dengan sound proof dan king bed, check.



Aku keluar dari kamar mandi sambil mengusapkan losion ke lengan. Lalu, sambil bernyanyi bisik-bisik aku melihat-lihat celana dalam mana yang akan kupakai malam ini. Ah, mini brief renda warna hitam—seksi, tapi sopan dan elegan.

Aku baru selesai mengikat tali jubah mandi ketika bel berbunyi. Aku memekik senang dan langsung mengintip lewat celah pintu. Sekilas kulihat Mas Havish sesuai deskripsinya: tinggi dan good looking. Ahem... tengkukku berdesir halus.

“Hai, Mas.”

“Hei…”

Mas Havish tersenyum ramah sementara aku membuka pintu lebar-lebar. Saat dia melewatiku, samar-samar tercium aroma lavender… Hmmm…

Kami mengobrol sebentar, sekaligus membangun kembali chemistry kami selama di percakapan telepon ke pertemuan tatap muka. Aku diam-diam mengamati Mas Havish. Sekilas, dia memang kelihatan seperti mas-mas kantoran biasa: kaca mata, kemeja kotak-kotak kecil hijau, celana krem, sepatu pantofel, dan tas ransel. Tingginya sekitar 182 cm, ramping, rahangnya halus dengan janggut dan kumis tipis yang ditrim rapi, kulitnya kuning bersih, dan bahunya lebar. Kalau dia teman kerjaku di kantor, sudah pasti akan kelewat begitu saja, hahaha… gak akan nyangka dia biasa memijat daerah intim perempuan.

“Kamu baru banget pulang kantor, Mas?”

“He eh. Kamu sih enak, kantornya bisa di hotel.”

“Yah tapi kadang-kadang juga aku harus rapat dini hari, nasib pekerja multi zona waktu.”

“Nanti malam ada rapat gak?”

“Gak ada, dong.”

“Bagus, aku bisa fokus mijetin kamu.”

Aku tertawa kecil. Yep, chemistry kami masih sama dengan di online. Berarti aman, bisa lanjut ke acara inti. Baru saja aku mau membuka jubah mandi, Mas Havish membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa barang: lilin, hp, speaker mini, dan… kain?

Dia berjalan ke meja dekat jendela dan menata lilinnya di sana. Aroma lavender menyeruak begitu lilin itu menyala. Hmmm, ternyata wangi lavender yang kucium tadi berasal dari sini.

“Ini biar kamu rileks,” jelasnya sambil tersenyum. Lalu dia izin mandi dulu supaya segar.

Sambil menunggunya aku mencomot kain yang kulihat tadi. Ternyata secarik penutup mata renda berwarna hitam. Hmmmm, pintar banget si Mas.

“Hey, kok sudah dipegang-pegang?”

Ups, hahaha…

“Nanti kita coba pakai itu, ya? Aku cari lagu dulu untuk sesi kita.”

Mas Havish berjalan ke arahku dan meraih hpnya. Tubuhnya begitu dekat denganku sampai-sampai aku bisa mencium aromanya. Aku menghirupnya dalam-dalam… mereguk aroma tubuh khas pria baru selesai mandi yang mengusik hormone wanitaku.

“Oke. Aku dapat lagunya. Shall we?”

We shall, indeed.

Aku balik badan dan melangkah menuju tempat tidur sambil melepas simpul tali jubahku. Kini, hanya ada bra dan celana hitam berenda yang menempel di badanku. Sementara, di depanku, Mas Havish berdiri hanya memakai celana dalam bokser ketat berwarna biru tua.

“Aku belum pernah dipijat cowok. Pakai begini saja cukup?”

Mas Havish mengangguk.

“Senyaman kamu aja.”

Dia agak sedikit pendiam dibandingkan di telepon. Tapi justru itu yang membuat suasana malam ini jadi semakin hikmat.

Mas Havish mengambil kain hitam tadi dan mendekatiku dari belakang. Perlahan, kedua tangannya ke depan dan didekatkan ke kepalaku.

“Pakai ini, ya.”

Aku mengangguk, menarik napas dan menutup mata. Pasrah. Menerima kegelapan indra penglihatanku.

Begitu selesai mengikatnya, Mas Havish meraih pinggangku halus, menuntunku ke tepi tempat tidur.

“Yuk, tengkurap. Kita mulai sesinya.”

Oh, belum mulai saja vaginaku sudah basah.




-------
Update Page 12
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd