begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 620
- Like diterima
- 10.883
A r y a n i
TEMAN kerja saya, Aryani kalau lembur, dia pulang suka ikut mobil saya. Kalau tidak lembur, biasanya dia pulang ikut mobil antar jemput dari kantor.
Aryani, berusia 32 tahun sudah mempunyai suami. Saya kenal baik dengan suaminya. Kalau saya antar pulang Aryani lembur, suami Aryani sering keluar dari rumah ngobrol dengan saya. Mereka punya 1 orang anak berusia 6 tahun.
Saya lebih tua dari Aryani. Usia saya 40 tahun. Saya mempunyai seorang istri yang lumayan cantik dan dari hasil pernikahan kami yang sudah mau memasuki 12 tahun, kami dikaruniai 2 orang anak, masing-masing berusia 10 tahun dan 7 tahun.
Masalah sex, kami bukan pasangan yang kaku. Kami tidak pernah kekurangan ide mengekplorasi hubungan seks kami dengan penuh imajinasi, gaya dan gairah.
Saya selalu menyediakan waktu untuk bercumbu dengan istri saya yang mempunyai ukuran payudara 38B ini sesibuk apapun diri saya, secapek apapun saya pulang kerja.
Kalau istri saya pengen, dia juga tidak segan-segan meminta dengan saya terutama pada hari-hari menjelang dia mau mens, napsunya lebih tinggi dari biasanya.
Selesai sekali, dia berani minta saya mengulangi di lubang yang berbeda, ANAL SEX. Memang libido istri saya lumayan tinggi. Tetapi sangat menyenangkan hubungan seks kami.
“Pak Mul, nanti saya ikut pulang, ya?” kata Aryani datang ke ruang kerja saya sebelum jam pulang kantor.
“Hari ini apa nggak ada mobil antar jemput?” tanya saya.
“Ada, cuma saya mau mampir di mall Pak. Saya mau membeli sepatu untuk anak saya. Segen kalau saya minta mobil kantor antar saya sampai ke mall, tapi kalau ikut Bapak kan Bapak lewat, he... he...”
“Iya deh...” jawab saya.
Aryani berlalu dari ruang kerja saya. Jam 5 kurang 5 menit Aryani sudah datang ke ruang kerja saya membawa tasnya. Saya segera berkemas, karena pekerjaan saya juga sudah selesai, lalu saya minta izin pulang dengan teman seruangan saya yang masih bekerja.
Turun ke lobby kantor, kami masing-masing mampir ke toilet untuk berjaga-jaga jika terjadi kemacetan di jalan raya supaya kami tidak kebelet ingin kencing di tengah perjalanan.
Kalau saya sendiri di dalam mobil, sih gampang-gampang saja, tinggal keluarkan botol air minum kosong, kencing di botol. Selesai! Aryani?
Tapi keluar dari toilet, saya melihat Aryani sudah melepaskan blazernya dan dia memakai blouse berwarna putih yang lumayan tipis tanpa memakai lapisan lagi di balik blousenya yang tipis itu, sehingga saya bisa melihat bra Aryani dengan jelas, warnanya hitam.
Seberapa besar dan tebal cup bra yang menunjang buah dada Aryani berukuran 34B itu saya juga bisa melihatnya dan karena Aryani memakai bra yang cup-nya model V lebar sudah pasti buah dadanya juga kelihatan.
Wajah Aryani kalau dibilang cantik, menurut saya sih tidak, cantik istri saya. Ya dong, masa saya puji istri orang lain? Tubuhnya tinggi langsing.
Berhubung sore itu jalan tidak macet, saya tidak perlu membawa Aryani pergi ke mall lewat jalan raya berbayar, dan dengan cepat pula kami sampai di mall. Karena saya ikut mampir, lalu saya mengajak Aryani makan di foodcourd.
Selesai makan, saya tidak langsung pulang. Saya masih sempat ikut Aryani masuk ke sebuah dept store mencari sepatu anaknya.
Akan tetapi barangkali inilah buruknya sifat wanita, tidak istri saya tidak Aryani. Mata mereka tidak bisa menghindar dari barang-barang diskon 50% + 20%.
Aryani memilih BH. Karena sudah kebiasaan saya pergi ke mall tidak pernah meninggalkan istri saya berbelanja, demikian juga saya dengan Aryani. Aryani memilih BH, saya berdiri di samping Aryani.
"Bagus nggak, Pak?" tanya Aryani pada saya tentang BH yang dipilihnya.
"He.. he..." saya tertawa pelan, lalu mencandai Aryani, "Kalau saya yang pilih, kamu pakai perlihatkan pada saya, ya?"
Senyuman Aryani membuat saya menyerahkan kartu kredit saya pada kasir. Tidak banyak belanjaan Aryani. Dengan sepatu anaknya dan 2 lembar bra, tidak sampai 600 ribu rupiah.
Kami pulang ke rumah masing-masing malam itu dengan aman, damai, sejahtera dan sentosa.
Saya tidur dalam pelukan istri saya, saya juga tidak bermimpi tentang Aryani.
Lewat satu hari, hari berikutnya saya lembur dan Aryani menelepon saya lewat intercom kantor bahwa ia juga lembur. Tidak ada masalah. Malahan saya rugi, Aryani lembur dibayar, saya tidak, karena Aryani masih staff, bukan level manager.
Masa kerja Aryani boleh lebih lama dari saya, tetapi sebelum saya bekerja di perusahaan ini saya sudah malang melintang di dunia perauditan keuangan dan pajak.
Jam pulang kantor saya datang ke ruangan kerja Aryani, dan tentu saja Aryani senang. Ia pulang dijemput sampai ke ruang kerjanya. Dan sewaktu Aryani berdiri dari tempat duduknya, apa yang saya lihat?
Blouse Aryani kancingnya terbuka satu dan dengan jelas saya bisa melihat belahan payudaranya yang dalam.
"Waww... kamu pakai BH yang kemarin beli di mall ya, Ar...?" tanya saya.
"He.. he.. iya, Pak..." jawab Aryani tertawa tidak menyadari kancing blousenya terbuka.
"Kata kamu pengen kasih saya lihat, mana dong..." goda saya karena di ruangan Aryani hanya tinggal kami berdua.
Ups... tiba-tiba tangan Aryani mencengkeram leher bajunya. "He.. he... nggak mau Pak ahh, malu..." jerit Aryani.
Saya mendekati Aryani. Wajah Aryani cembetut tapi masih terkandung sekelumit senyuman. "Kecil, Pak... Ar malu...”
Saya mencium pipi Aryani yang original tanpa polesan kosmetik dan tampak flek hitam kecil-kecil menghiasi pipinya itu. Apa yang terjadi berikutnya?
Aryani memeluk saya. Ruangan yang sepi berbaur dengan kehangatan tubuh kami yang berbeda jenis kelamin, ditambah AC ruangan masih menyala, kami berduapun berciuman lupa dengan keluarga kami masing-masing.
Aryani juga sudah lupa dengan payudaranya yang kecil sewaktu ludahnya bercampur dengan ludah saya. Dibiarkannya jemari saya membuka kancing blousenya satu persatu.
Alhasil, cup BH-nya saya singkap ke atas. Payudaranya telanjang sudah dan payudara yang terasa lembut di telapak tangan saya itu, saya remas. Putingnya mancung.
"He... he... Bapak... tuh satpam lagi ngintip di pintu..." goda Aryani.
"Ah... jangankan satpam," kata saya.
"Bapak nakal deh, sudah dibilang kecil..."
"Sepertinya jarang diremas, ya..."
"I...yaaa... Pak..."
"Saya mendapat kehormatan, nih..."
Aryani memeluk saya. "Mau kita tuntaskan di rumah atau di hotel?" tanya saya.
"Parah Bapak, masa satu lobang dikeroyok berdua...?" kata Aryani.Saat itu sempat terlintas di pikiran saya, bagaimana kalau saya mengajak Aryani 'change partner'? Tetapi nanti dulu, saya harus menundukkan Aryani sekarang, tidak boleh moment ini terlewatkan.
Ternyata bukan keberuntungan saya malam ini. Handoko telepon Aryani bahwa Bayu badannya panas.
~~~♤♤♤~~~