Part 17
Orang-orang pun berhamburan keluar mendengar suara itu termasuk orang tua gilang,
” gilaanggg” jerit histeris mamanya melihat dan tau mobil yang di tabrak adalah mobil gilang yang hendak keluar dari restoran. Tubuh mobil terlihat terjepit antara tembok dan badan mobil truk.
Papa gilang langsung memanggil bantuan dan segera menetalisir tempat kejadian, ia melihat gilang terjepit di dalam mobil dan tak sadarkan diri. 15 menit menunggu mobil ambulance dan mobil bantuan lainnya sudah datang langsung menarik mobil yang menjepit mobil gilang.
Dengan perlahan mereka membongkar pintu mobil gilang, dan mengeluarkanya.
“ gilanggg” jerit histeris mamanya menlihat kepalanya bercucuran berdarah. Gilang pun langsung di pindahkan ke ambulance.
“mama tenang dong, papa ikut panic juga” ucap papa nya saat melihat gilang langsung di beri pertolongan,
“gimana keadaannya?” Tanya papanya dengan wajah yang benar-benar panic,
“belum bisa memastikan,” ucapnya salah satunya, mobil ambulance pun langsung menuju ke rumah sakit terdekat, di susul orang tua gilang. Kakak gilang mencoba menenangkan mamanya karena begitu sangat shok, belum lama gilang hampir mati, dan kali ini juga.
Gilang kembali masuk ke ruang UGD, para dokter langsung memeriksa kondisinya dan mereka semua menunggu di ruang tunggu. Kini mereka semua harap-harap cemas menunggu kabar keadaan gilang.
Dokter pun keluar dengan raut wajah yang datar “ gimana dok?” dokter hanya tersenyum.
“tak ada yang serius cuman benturan di kepalanya kena pecahan kaca. Kondisi vitalnya semua normal, dan belum sadarkan diri karena efek shok dari kejadian itu.”
“kalau ia di tabrak tepat kursinya mungkin lebih fatal, kalian semua bisa menunggu di ruang ICU, oh ia kemungkinan gilang bakal kehilangan keseimbangan dalam beberapa hari.” ucap dokter senyum membuat mereka semua bernafas lega. Gilang pun di pindahan ke ruang rawat dan menunggu sampai sadar kembali.
***
Pagi-pagi buta shanty sudah bangun dan siap berkemas, keputusannya sudah bulat untuk meninggalkan rumah ini, walau ia sangat nyaman karena sesuai harapannya. Tetapi ia kembali tak mau membuat luka karena dirinya lagi, dan berharap gilang bahagia tanpa dirinya.
Terdengar suara mobil memasuki halaman rumahnya, shanty pun mengintipnya dari dalam, “bukan mobil gilang” ucapnya spontan,
Tak lama pun orang yang ia kenal, yaitu tommy keluar dari dalam mobil, “tok tok tok”
“ngapain pagi-pagi gini? Di suruh gilang biar yakinin gue udah pindah?” Tanya shanty dengan nada jutek saat membuka pintu.
“busettt, galak banget, masih pagi giniii” celetuk tommy.
“terus mau apa?”
“gue mau kasih kabar”
“kabar apa?”
“gilang kecelakaan tadi malam, mobilnya di tabrak saat keluar dari restoran” ucapnya pelan tanpa ekpresi
“teruss?” tanyanya sedikit terkejut mendengar gilang kecelekaan.
“yah di rawatlah, tapi belum sadar” jawabnya pelan.
“parahh?”
“liat aja kalau mau tau, gue mah kasih kabar aja,” ucapny berbalik
“lo mau kemana?”
“tugaslah”
“rumah sakit mana?” ucap shanty dengan suara yang lebih lembut.
“gak jauh dari sini, cari aja. Tapi gue berangkat tugas lewatin tuh rumah sakit” ucapnya menoleh kearah shanty.
“gue boleh ikut?” ucapnya lagi dan kali ini sedikit ragu.
“ayooo,”
“okee bentar”
“Bangggg gue ke rS dulu, tunda dulu yaa “ teriaknya dari luar setelah mengambil jaket, shanty pun ikut bersama tommy tanpa menganti pakaian tidurnya.
Tommy melirik kearah wajah shanty yang tanpa ekpresi yang menyimpan rasa kwahtirnya kepada gilang.
“lantai berapa?”
“331 lantai 3 ruang 31” shanty pun langsung keluar mobil dan melangkah cepat menuju ruangan yang di sebut tommy. Ia pun segera menanyakan tempat gilang berada.
***
“ini kamarnya” ucapnya sedikit terengah karena ia setengah berlari menuju kamarnya, shanty pun membuka perlahan, tak ada seorang pun di sini.
“cari siapa?” Tanya seseorang wanita yang tak lain adalah mama gilang. Shanty pun langsung terkejut dan terdiam seribu bahasa.
“kamu shanty kan?” tanyanya pelan. Shanty mengangguk dan menunduk.
“maaf tante, gilang kecelakaan mungkin kerana saya, maaf” ucapnya entah tiba-tiba ia merasa seperti itu.
“mau liat kondisi gilang?” anggukannya lagi setelah mendengar ucapan lembut mamanya, mamanya pun langsung membuka gorden ranjangnya.
“gilangg!!!” bentak mama saat gilang sudah bangun dan sedang merogoh-rogoh selangkangannya..
“mama? Shanty?” ucapnya terkejut, langsung menghentikan aksinya. Shanty pun sedikit terkejut melihat kondisi gilang yang ternyata tak terlalu parah.
“ada yang jenguk, mama cari sarapan buat kakak kamu” ucapnya melangkah pergi keluar ruangan dan kembali tinggal shanty dan gilang di ruangan itu. Mereka kembali terdiam.
“kok tau gue disini?” gilang membuka pembicaraan.
“dari temen lo tommy, dia bilang lo kecelekaaan” ucapnya dengan nada ketus.
“aihh bawel tuh anak, sempak aahh.” gerutu gilang.
“gue kira lo luka parah, taunya gak” ucapnya memelankan suaranya.
“untungnya hhehe, gue gpp cuman kena benturan di kepala jadi masih sedikit pusing”
“lo pasti kwahtirkan makanya buru-buru sampai masih belum ganti baju tidur” lanjut gilang tersenyum sambil menunjuk karah bajunya.
“IAAAAAAHHHH “ ucapnya keras. Gilang kembali tersenyum melihat wajah shanty yang kini bener-bener kwahtir,
“gue butuh jawab lo jujur kali ini bukan terpaksa” ucap gilang berdiri mendekati shanty dengan bertumpu di pinggir tempat tidur.
“gue butuh lo buat terus jadi orang yang paling special di hidup gue” ucapnya memeluknya pelan
“apa gue pantes? Gue merasa gue sangat gak pantas buat itu, gue ngerasa seperti benalu kalau hidup sama lo” ucapnya pelan. Membiarkan gilang memeluknya.
“kenapa enggak? Lo percaya kesempatan kedua?”, kalau gue percaya. Karena kesempatan itu kita bisa menjadi lebih baik, gue udah rasain itu.
“tapi gue kesempatan kedua menjadi orang yang lebih buruk, gak ada kesempatan lagi” jawab shanty pelan.
“masih banyak kesempatan seseorang untuk berubah, Bukan hanya satu dua kalI, tetapi dimana asal kita percaya” Ucap gilang memeluk erat tubuh shanty.
“jadi biarin gue tunjukin kesempatan ituuu, dan butuh kepercayaan lo soal ini” gilang langsung mendongakkan kepalanya dan langsung menciumnya dengan penuh perasaaan, di lumatnya perlahan. Shanty memejamkan matanya sambil memegang tangan gilang eratnya.
“gue harap lo gak pergi lagi shan,, “ ucap pelan gilang memegang kepalanya dengan tatapan serius.
“dan bilang ke gue seejujur-jujurnya persaaan lo ke gue, plis” shanty memejamkan matanya sambil mengehela nafas, dan mendorong gilang sampai melepaskan tangannya dan melangkah mundur perlahan.
Gilang menghela nafas melihat shanty mundur, tiba tiba shanty berjalan mendekatinya dan memeluknya erat meletakan kepalanya di bahu gilang.
“jawaban gue sama kayak lo, apa yang lo rasain itu yang gue rasain” pelukannya semakin erat, shanty tak bisa mengungkapkan secara lisan, tetapi dengan cara ini ia menyampaikan perasaannya. Gilang tersenyum lebar sambil terus memeluknya erat.
Gilang pun menuntun shanty berbaring di ranjang saling bertatapan karena gilang merasa tubuhnya tak seimbang, bibirnya pun semakin dekat dan langsung mengulum perlahan.
“uhmm, jangan ah” ucapnya mendorong kepala gilang.
“kenapa?”
“takut kepergok lagi, gak enak” ucapnya pelan,
“iahhh. Tapi lo cocok juga yah lemah lembut gini” tawa gilang
“gue juga aneh kalau ngomong gitu, lidah gue kayak ke plintir ngomong gitu di depan lo” ucapnya tanpa ekpresi.
“dih, marah.. tapi beneran tau, sensual gituuu, apa lagi ngomong pelan sambil mendesah ahhaaha” tawanya girang.
“awh awah awhh kepala gue” teriaknya saat shanty menjambak gilang, shanty pun langsung melepaskan jambakannya mendengar teriakannya.
“sakit ya?”
“gak tuh, muaahhhcch” jawab gilang sambil mencium mesra bibirnya.
“ihhh “ gerutunya dengan wajah yang gregetan.
“ gue balik dulu yaa, nanti gue kesini lagi. Mau mandi” senyum shanty sambil mencium bibirnya pelan.
“okee, yang wangi yah, ” gilang membalas ciuman shanty dan lambaian tangan mengiringi shanty keluar ruangannya,
***
Shanty pun berlari kecil masuk kedalam rumah, “bang, kita gak jadi pindah yaa” teriaknya keras sambil berlari kecil.
“bagus dah, gua juga belum siap-siap” jawabnya santai sambil menonton tv.
“oh ia emang lo darimana? Dateng-dateng teriak” Tanya langsung posisi duduk tegap.
“ke rumah sakit, gilang kecelakaan mobil,” ucapnya pelan.
“terus?”
“kondisinya gpp, cuman kepalanya kebentur keras, tommy yang kasih tau pagi-pagi” jelasnya.
“ouh,,, baguslah” jawabnya menangguk.
“haa? Bagus apanya?”
“bagus dia kecelakaan, jadi lo gak jadi pergi dari sini haha”
“isshhh.”
“oh iah bang, gue udah putusin”
“lo terima dia?” potong bang benny.
“ihh tau darimana lo?”
“tau lah, lo bilang gak jadi tinggalin nih rumah, jadinya lo pasti nerima diaa, simple kan?” tawa bang benny. Shanty senyum kecut kearah bang benny.
“gue ikut seneng, kok. Akhirnya ada juga yang mau sama lo” tawanya lagi.
“issh,dah ah bang, gue mau mandi mau ke rs lagi, “ shanty berjalan sambil berbenyanyi kecil, bang benny hanya tertawa pelan melihat tingkah shanty hari ini.
***
Shanty yang sudah rapih kembali ke rumah sakit, dan sedikit terkejut karena gilang menggunakan kursi roda saat di loby rumah sakit.
“heii shan” sapa gilang saat di dorong oleh papanya. Shanty hanya melambaikan tangannya.
“lo kok pakai kursi roda?” Tanya pelan.
“gilang masih belum bisa menyeimbangkan tubuhnya karena efek benturan di kepalanya, jadi harus pakai kursi roda sementara” jelas papanya langsung meninggalkan gilang dan shanty menggantikan papanya mendorong kursi roda.
“ke taman aja, gue enggap di kamar terus.” Shanty mendorongnya perlahan menuju taman tengah rumah sakit,
“sorry “ ucap shanty menghela nafas. Saat mereka behenti pohon rindang di tengah taman rumah sakit.
“gara-gara gue, harusnya gue gak bilang kayak gitu, dan cari waktu yang pas” shanty mendundukan kepalanya.
“gpp kok, tapi gue seneng, liat lo jadi feminim gini, lebih cantik, dannn rambut pendek lo cocok hehe”
“walau sedikit tomboy” ucapnya pelan, shanty langsung menatapnya tajam, gilang hanya tersenyum.
“lagi pula, bokap sama nyokap gue gak nyalahin lo kok” belaian lembut tangan gilang ke pipi shanty.
“uhhmm gitu” helaan nafasnya.
“gue mau Tanya, jawab dengan jujur lo seneng gue yang dulu apa yang lemah lembut” tanyanya pelan dengan tatapan tajam.
“lemah lembut, tapi ganasnya di ranjang aja” celetuk gilang sambil tertawa.
“isshh, serius ah”
“gue suka lo apa adanya, hehe”
“gue mau bilang gue yang sebenarnya “ di tatapnya wajah gilang dengan serius,
“maksudnya?” tatapan terkejut mendengar ucapan shanty.
“iah, gue mau kasih tau lo kenapa gue jadi pengamen 10 tahun lalu, gak mau juga gpp sih” ucapnya membuang muka.
“iah boleh, tapi di kamar aja, mulai panas disini”
“issh” gerutu shanty kembali mendorong kencang kursi roda gilang kembali masuk kedalam.
“gue dengerin deh sekarang” ucap gilang membuka pembicaraan, setelah sampai di kamarnya.
“iaah bawel”
“gue di buang gitu aja sama kedua orang tua gue waktu umur 5 tahun, dan di paksa jadi ngamen sama orang itu, lo tau kan bang ipul?” anggukan pelan gilang.
“dia yang asuh gue, sekaligus paksa ngamen, “ jelasnya singkat.
“hmm terus, tattoo di punggung lo?” Tanya gilang memotong pembicaraanya.
“buat tutupin luka bakar kena balok kayu” jawabnya tersenyum pelan.
“si big boss yang saranin gitu, dan setelah itu gue mulai jadi pemuas, di club malam selama 5 tahun,” gilang terdiam sejenak.
“lo pasti jijik ya, udah banyak pria yang udah obok-obok gue?” gilang menggelengkan kepalanya.
“terusin aja, gue dengerin kok”
“saat gue itu mikir, duit hasil jual badan, hasilnya di ambil bokapnya si botak big boss, dan gue dapet 25% aja”
“kurang lebih 500 rb/orang, walau tariff gue saat itu gede,” ucapnya tertahan sambil mengambil nafas dalam-dalam.
“pas bersamaan, papa si botak itu, minta layanan gue tanpa bayaran, dan langsung terbesit ide buat nyolong barangnya, “
“gue kira dia gak bakal sadar, dan hasilnya yang lo tau dari kantor polisi” ucapnya menoleh kearah gilang yang terus memperhatikannya dengan serius.
“hmm soal kaki bang benny?” tanyanya.
“ituuuu” shanty terdiam sejenak.
“dia selamatin gue, pas gue obrak abrik kantornya, bang benny dateng tanpa sepengetahuan gue. lindungi gue dari para preman big boss dan kakinya menjadi ganjaran atas perbuatan gue” helaan nafas panjang shanty,
“dan saat itu gue di ajarin copet sama bang benny, dan hasilnya cukup buat lunasin hutang jam tangan si pria tua itu” senyum shanty kembali menghela nafas.
“berat banget yah” ucap gilang sambil membelai rambut shanty.
“terus lo sendiri ?”
“gue?” anggukan pelan.
“kan lo udah tau,”
“maksudnya selama 10 tahun abis kejadian itu lo ngapain?” Tanya baliknya
“ohh itu..”
“sejak 1 minggu kejadian itu, gak ada kabar dari lo, dan semua beranggapan lo udah tewas, tapi perasaan gue berkata gue ngak, setiap gue jatuh gue selalu teringat liat senyum lo selalu cerita membuat gue bangkit dikit demi sedikit,
“dan gue berniat masuk kepolisian, tanpa bantuan orang tua gue, dan seiring waktu, tentang keberadaan lo gak ada, gue udah ikhlasin kalau lo benar-benar tewas kejadian itu.”
“gue merasa, walau lo udah tiada, tetapi lo selalu ada di ingatan gue, karena bagi gue seseorang benar-benar mati ketika tak ada yang ingat dengan dirinya lagi” senyum gilang menarik nafas panjang.
“akhirnya gini deh, “ tawanya pelan.
“gue gak bakalin tinggalin lo kok, asal lo jangan di obok-obok sarang lo” goda gilang sambil menatap shanty genit. Mencairkan suasana yang hampir membuat gilang meneteskan air matanya mendengar cerita hidup shanty yang sangat berat.
“ihh sarang apaan sih” jawabnya.
“Dan ternyata benar, gilang cupu dulu, sekarang polisi mesum” gumamnya menatap tajam.
“hahaha, sstt, gue gak perduli tuh sarang udah berapa kali di obok-obok, asal detik ini cuman gue yang boleh obok-obok” tawanya sambil menaikan alisnya.
“iaahh, tunggu sembuh, gue bersihin sarangnya buat burung yang istimewa” senyum shanty pelan.
“okeeyy, “ gilang tersenyum pelan, mendengar shanty berbicara lemah lembut, shanty pun membantu gilang berbaring di ranjangnya sambil menunggu makan siang yang baru saja di siapkan,
Mulai hari ini shanty mencoba menjadi wanita sesungguhnya yang penuh lemah lembut, ia menyuapinya dengan tulus, tawa dan senyum sangat lepas tak ada beban lagi di hatinya. Tanpa di sadari mereka berdua di awasi kedua orang tua gilang yang hendak masuk kedalam ruangnnya.
“gak nyangka ya pa, “ ucap mama gilang di balik pintu.
“apanya?”
“mama masih gak nyangka aja, wanita itu sumber kekuatan gilang selama ini” senyum mamanya memegang tangan papanya.
“kalau bukan dia, mungkin gilang bakal jadi penakut “
“bosen ah, mama omonginnya itu itu aja, dah tinggalin mereka, gilang pasti cepat pulih”.
To Be Continue....