Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 3/Final) - The Last Love

Status
Please reply by conversation.
Indah lalu bercerita bahwa ia melakukan kesalahan estimasi di salah satu section part proyek yang mau jalan ini. Jadi dia melakukan estimasi berdasarkan gambar lama yang belum direvisi, dan gambar itu pula yang diserahkan padaku untuk kuberikan ke supplier. Fatalnya, barangnya sudah jadi dan siap kirim. Lumayan fatal sih.

“Pak gimana dong pak, saya takut nih”, ujarnya.

“Waduh, lumayan fatal juga nih bu, section P sampai Q itu kan termasuk area yg gede, yang kedua terbesar lah setelah section R sampai S, mana material udah siap kirim pula, saya kan cuma ngikutin drawing yang dari bu Indah kasi ke saya, coba drawing yang baru kirim ke email saya sekarang”, jawabku sambil memperhatikan drawing dari Indah di laptopku yang mendadak aku buka.

“Iya makanya itu pak, aduh gawat banget nih, mana proyek pertama saya, habis ini saya dimaki-maki bos, saya bakal dipecat pak”, jawab Indah ketakutan sambil menangis.

“Tenang bu, gak mungkin lah ibu dipecat, perusahaan ibu pasti merhitungin pesangon yang mesti di kasi lah, mikir-mikir mereka juga”, ujarku menenangkan.

“Iya ya pak”, jawab Indah terisak.

“Tapi mungkin ibu dipindah proyek, atau paling fatal turun gaji”, ujarku menakut-nakuti. Dan Indah langsung meledak tangisnya.

“Pak Armand maaahhhh, saya takut beneran iniiiii...”, ujar Indah dalam tangis. Aku menahan ketawa.

“Yaudah bu, ibu tenang aja, saya pasti bantu sebisa mungkin, asal...”

“Asal apa pak...”

“Asal kita ke hotel lagi ya”, godaku.

“Pak Armand ! bisa-bisanya ih lagi darurat begini mikirin begituan !”, hardik Indah sambil nangis.

“Eeehhh iya maaf maaf, udah tenang aja, saya coba bantu deh, ibu tidur aja udah malam”, ujarku.

“Kayaknya saya gak bakal bisa tidur deh pak, kepikiran ini terus, yaudah, makasih ya pak Armand, permisi, tuhan memberkati”, ujar Indah lalu menutup telponnya.

Aku lantas mengecek drawing dan berkas berkas proyek tentang area yang dimaksud Indah, aku membandingkan drawing sebelum revisi dan drawing revisi terbaru yang juga sempat dikirim Indah. Hmmm... ternyata gak fatal-fatal amat. Bedanya cuma sedikit, masih bisa aku akalin nanti pas instalasi di lapangan, cuma memang ada beberapa komponen yang harus dibeli lagi. Si Indah ini memang perfeksionis, tapi panikan. Bisa-bisanya dia buat kesalahan seperti ini padahal orangnya termasuk detail.

“Bos, udah tidur ?”, tanyaku dalam telpon. Aku menghubungi atasan Indah, pak Irman, dia mah udah ce-es, kenalnya sudah dari lama soalnya.

“Weeehhhh masbro, apa kabar ? maaf ya kemaren gak ikut meeting, saya ada perlu keluar kota, gimana nih gimana”, jawabnya.

“Sori bos, ini ada masalah kerjaann sedikit, eh tapi ngomong-ngomong lagi dimana nih ?”, tanyaku.

“Mau tau aja apa mau tau banget Man ? Nih dengerin”

Aku lalu mendengar alunan lagu Careless Whisper versi Kenny G, ah aku tau ini pasti di tempat spa langganan kami di Cikarang Barat nih.

“Waduh boooossss, last order nih yee”, ledekku.

“Hahahahaha tau aja lu kampret, eh ada masalah apa ? mumpung gue masih nunggu terapisnya nih”

Aku pun lalu menceritakan tentang blunder yang dilakukan Indah selaku anak buahnya, pak Irman sempat terdengar emosi.

“****** banget si Indah, waduh gawat ini, saya mesti bilang apa sama Yoshimitsu-san nih aduuuhhhh”, ujar Irman panik.

Namun aku pun menenangkannya dengan memberikan analisisku dan solusinya, perlahan Irman mengerti dan tenang.

“Soal additional item-nya nanti saya bikin penawarannya pak, lagipula emang nantinya bakal ada tambahan item juga buat ekspansi kedepannya, sekalian kita mainin dikit pak kayak biasanya”, jelasku.

“Oke oke, ah kamu ini Man, eh kapan dong nih opening ceremony-nya, masa proyek mau mulai kita gak ada refreshing dulu”, ujar Irman.

“Tenang bos, udah saya atur, justru ini sekalian mau tanya bapak bisanya kapan ? mau bawa berapa orang ? saya sih paling ama Mark aja berdua”.

“Oke Man, nanti saya kabarin lagi kapannya ya, tapi bener ya harus jadi”

“Sip bos, tapi beneran ya, si Indah jangan dimarahin, kasian”

“Iye iyeee gue ngerti, lu ada maen ya ama Indah Man ? Gila kamu, penganten baru udah diembat aja, udah dulu ya, gue mau ke room nih, babay”, Irman pun menutup telponnya.

Beres menelpon aku lalu berusaha untuk tidur, malam ini video call-nya dipercepat jadi habis maghrib barusan karena istri dan anakku sedang menginap di rumah mertuaku, ada saudara datang. Jam baru menunjukkan pukul setengah 10, acara di TV tidak ada yang menarik. Aku pun berusaha tidur saja.

Tak nyenyak sekali tidurku malam ini, entah kenapa aku susah tidur. Mungkin gara-gara tadi siang aku sempat tidur lama waktu kabur ke site. Kalau sudah begini ujung-ujungnya suka sange, coli mungkin membantu, lalu aku tidur. Namun seketika aku terkenang Ayu, ah si gigi tonggos itu, kalau dia masih di sini dia sudah kuentot. Teman-teman satu kosan ini sebenarnya banyak yang perempuan juga, ada yang jablay malah, tapi nggak ah.

Sejak season 1 aku beberapa kali cerita kalau aku pantang main sama jablay, yah karena jablay itu dibayar, ngentotnya pun gak ikhlas, tidak dinikmati. Malahan kalau bisa dia pengen kita cepet ejakulasi biar bisa langsung lanjut ke pelanggan lain, apa enaknya ngentot kayak begitu ? Selain itu, biar begini aku masih inget dosa, udah dosa keluar duit pula, haduh.

Walhasil makin sange aku, tapi aku tidak mau coli. Kulihat jam menunjukkan pukul 1 lebih sedikit. Aku tiba-tiba teringat tentang cerita beberapa teman tentang jablay dan cabe-cabean yg bubaran dugem. Segera aku mengambil kunci mobil dan berangkat keluar.

Aku duduk di sudut meja sebuah restoran cepat saji di Bekasi, menurut info teman disinilah kalau beruntung kita bisa memungut ABG teler gratisan. Aku sempat melihat sekumpulan gadis makan juga dan tertawa keras sambil merokok, namun aku kurang selera melihat wajah-wajahnya, 1 jam disitu aku mulai bosan kemudian aku pulang.

“Mas ! mas ! tunggu mas !”, aku mendengar seperti seseorang memanggil.

Aku menoleh, ada mas-mas pelayan resto cepat saji menghampiriku, rupanya aku meninggalkan kunci mobilku di meja tadi dan ia mengembalikannya.

“Terima kasih sudah datang ke resto kami, sampai jumpa lagi”, ujar mas itu.

“Eh mas tunggu”, ujarku.

“Eh iya, ada yang bisa saya bantu mas ?” tanya masnya.

“Gini mas, hmmm... mau tanya, di dekat sini emang ada diskotik ya ? club dugem begitu ?”, tanyaku. Pertanyaan yang culun sekali.

Si masnya tersenyum dengan ekspresi dongo, ah mungkin dia gak tau pikirku, salah tanya orang sepertinya. Aku pun hendak beranjak pergi, namun ia cepat menahanku.

“Mau nyari yang gimana mas”, ujar si mas itu dengan eksepresi yang berubah jadi serius dan sedikit senyum menyeringai, mendadak seperti mafia Hong Kong, apalagi rambut klimis pomade-nya itu berkilau dibawah cahaya lampu sekitar parkiran.

Aku segera menyelipkan selembar lima puluh ribuan ke tangannya, “Saya gak nyari jablay mas, cuma iseng, katanya daerah sini sering banyak cewek-cewek mabuk pulang dugem”, ujarku.

Si masnya ketawa pelan, “Lah, mas ngincer bubaran toh ? kayak tukang ojek aja nyari bubaran”, ledek masnya. Sialan.

Ia lalu cerita, rupanya banyak pria seperti aku, ngincer bubaran, tapi pada dasarnya ngincer bubaran itu untung-untungan, gak selalu ada. Ia menyarankan untuk datang lagi besok malam, karena besok ada acara ladies nite di sejumlah club dan karaoke di sekitar sini. Aku pun pulang, gak jadi ngewe deh.

Keesokan malamnya, aku beneran balik lagi dan nongkrong di restoran cepat saji yang sama. Sebenarnya, beberapa pelayan resto ini juga ada yang cantik, apa kuembat aja ? Hah, tapi aku lagi males speak-speak, mending yang langsung bisa dihajar aja dah.

Dan benar saja, sekitar menjelang jam 4 pagi banyak perempuan yang datang dengan pakaian seksi, beberapa kulihat beneran mabuk, berteriak kata-kata kotor bahkan ada yang muntah, ramai dan riuh sekali. Namun, banyak juga laki-laki yang datang, mungkin pasangan mereka, atau temannya atau mungkin ngincer bubaran juga, yang jelas perempuan-perempuan rata-rata ada penjaganya.

“... bukannya tadi sama lo ?”

“Gak tau, dia tadi emang teler berat terus mau ke toilet, gue kira langsung ke mobilnya Maya, tapi gak ada ya May ?”

Aku mendengar sekelompok perempuan muda bercakap-cakap di samping mejaku, setelan mereka begitu modis, jelas baru pulang dugem dan agak mabuk karena aroma alkohol menyengat sekali, sepertinya mereka kehilangan salah satu temannya, bodo amat.

Aku pun segera keluar ruangan, mungkin yang free ada diluar, tapi diluar pun tak kalah riuhnya dengan banyak mobil-mobil berjejer, kebanyakan mobil modifikasi. Banyak juga yang lalu lalang, bahkan motor juga. Wah, rupanya gagal lagi aku ini.

Aku lalu kembali ke mobil dan memilih pulang, dipikir-pikir aku sudah buang-buang waktu. Yang kayak begini kan untung-untungan, lagipula mana ada baru 2 kali coba sudah berhasil, ah gak lagi-lagi deh aku nyari bubaran begini. Mobilku pun meluncur kembali ke kosan.

Belum jauh dari resto, aku sempat melihat sepasang pria dan wanita berboncengan agak mepet mobilku, ku klakson saja. Si pria yang membawa motor tanpa memakai helm langsung menoleh seraya melotot ke arahku, tapi eeehhh.... rupanya si mas pelayan resto kemarin, pantes tadi tidak kelihatan, mungkin lagi jatahnya libur atau ganti shift, seketika dia berubah jadi senyum padaku lalu melesat jauh dengan motornya, sempat kulihat cewek seksi memeluknya dari belakang. Sial, si mas itu ngincer bubaran juga mungkin, dan dia berhasil.

Aku masuk ke jalan sepi areal kawasan industri yang berbatasan langsung dengan resto tadi, seketika tiba-tiba...

“Teeeetttttt !!!!”, aku refleks mengerem dan membunyikan klakson.

Kulihat seorang gadis berpakaian gaun terusan hitam ketat dengan tas tangan dan sepatu hak tinggi, terduduk di tengah jalan. Montok sekali. Seketika aku turun dan pelan-pelan mendekatinya, agak takut juga aku. Jalan sepi begini, takutnya dia penjahat yang pura-pura kecelakaan, jangan-jangan di tas kecilnya ada pisau atau pistol, atau yang lebih ngeri lagi, jangan-jangan punggungnya bolong atau kakinya gak napak tanah, hiiiiii.

Tapi rupanya aku cuma paranoid, setelah kudekati perempuan itu, rupanya ia mabuk dan menggumam sesuatu. Salah satu yang pulang dugem juga rupanya. Aku lalu teringat sekelompok wanita muda yang tadi di resto yang kehilangan temannya, mungkin dia ini temannya, bisa nyasar kesini, emang tadi di pangkalan ojek di depan gak ada yang liat dia gitu ? Namun tak lama datang seorang tukang ojek dan temannya menghampiri kami.

“Kadieukeun eta penumpang urang eta euy !”, hardik si tukang ojek itu meminta aku menyerahkan cewek ini dengan bahasa Batak. Eh, Bugis.

Kurasa dia bohong, dia cuma pengen mengambil perempuan ini dan memanfaatkannya mumpung mabuk, mungkin dia baru sadar kalau ada perempuan mabuk nyasar sendirian lewat jalan sepi disini.

Aku kemudian bicara baik-baik dengan 2 orang pria ini, kebetulan sekali masih satu suku satu bahasa satu nusantara Indonesia tercinta, aku meyakinkan mereka bahwa perempuan ini adalah saudaraku yang mau kujemput pulang, bahkan aku memberi mereka uang, namun mereka sudah kepalang sange dan menolak bahkan malah makin memaksaku menyerahkan wanita ini dengan kasar, akhirnya perkelahian pun pecah.

Rupanya salah 1 dari pria ini juga mabuk, dia sempoyongan sehingga mudah bagiku menjatuhkan keduanya, namun yang 1 lagi sadar tapi badannya kurus, sempat kena bogem aku hingga akhirnya si kurus ini juga kutaklukkan. Gak percuma aku nonton film Foreigner belom lama kemaren. Saat kupikir sudah selesai, aku berbalik menuju mobil dan wanita tadi, namun sial si kurus menendang kakiku hingga jatuh dan seketika ia berada diatas badanku sambil mencekikku. Sekilas kulihat si pria mabuk memeluk wanita tadi dari belakang di depan mobilku.

“Oy anggeus ! anggeus tinggalkeun ! Hayu !”, teriak si pria mabuk.

Si pria kurus yang hendak menghajarku lalu menoleh dan bangkit, pria mabuk tadi memberi isyarat untuk pergi. Sebelum pergi aku sempat melihat keduanya berbisik-bisik, lalu segera pergi dengan motornya. Di kejauhan aku mendengar si kurus berteriak padaku namun tak jelas ia mengucapkan apa. Aku lalu bangkit kemudian membopong wanita tadi masuk ke dalam mobil. Di mobil, aku mengajaknya mengobrol, namun dia cuma mengerang, rupanya teler berat dia.

Sampai di kosan, kubopong cewek ini ke kamarku. Dapat mangsa juga akhirnya, persetan besok bangun kesiangan, toh bos-bos pada stay di kantor Jakarta. Segera kurebahkan tubuhnya di atas kasurku, kukunci kamarku dan ke kamar mandi sebentar untuk cuci muka. Kontolku sudah ngaceng sekali ingin segera melampiaskan nafsu, cabul banget ya.

Di bawah sinar remang-remang lampu tidur di kamar kosku, aku mencumbui bibir wanita yang tak kukenal ini, sambil tanganku sibuk menggerayangi toket besarnya bergantian. Sesekali ia membalas ciumanku, namun lebih sering ia terdiam saja, mungkin saking telernya. Rasanya memang kurang seru karena nyaris tidak ada perlawanan, tapi aku sudah kepalang sange ya biarkan saja. Aku bahkan tidak mengecek tasnya untuk sekedar mengetahui identitasnya, lebih baik aku tidak tahu, biar ada sensasinya ngentot wanita yang tak kukenal sama sekali.

“Emmmmpppphhhhh.... sssshhhhh aaaaaahhhhhh....”, desah wanita ini lemah menerima rangsanganku.

Kuturunkan bagian dada dari gaunnya, maka bebaslah kedua toket besarnya yang nampak beleberan karena posisinya sedang terlentang. Segera kuhisap puting hitamnya sambil tanganku meremas-remas toket satunya lagi. Toket putih mulus berputing coklat kehitaman namun putingnya kecil, bentuknya bulat sempurna dan padat. Baru kali ini aku melihat payudara wanita macam begini, teksturnya kenyal sekali dibanding yang biasa kupegang. Sempat ada rasa curiga sedikit, tapi keburu tertutup oleh nafsuku seiring wanita ini menggenggam tanganku menuntun untuk meremas toketnya perlahan.

Kemudian kami bercumbu mesra, kuperhatikan wajah wanita ini cantik cenderung imut dengan bibir tipis dan hidung yang mancung sekali, matanya agak sipit dan alisnya tebal, rambutnya panjang dan lurus seperti hasil smoothing sementara badannya ramping. Mulutnya bau alkohol tapi aku tak peduli, kami bercumbu panas hingga beradu lidah.

Kupilin-pilin puting kecilnya, kemudian aku berpindah menghisapi putingnya. Kali ini aroma parfum begitu menyengat. Kuremas pula toketnya yang padat dan bulat sempurna ini. Sesekali kurasakan tubuhnya bergetar.

“Gggrrrrrrhhhhhhh.... hhhhmmmmmmmmhhhhhh...”, geram wanita ini.

Wanita ini gemas dengan rangsanganku, ia lalu menghentakkan tubuhku ke atas tubuhnya sehingga wajahku terbenam di toketnya yang kenyal. Aku benar-benar kaget, bukan karena hentakannya yang tiba-tiba, namun dengan sesuatu yang menyentuh pahaku. Posisi pahaku kini ada tepat di selangkangannya. Aku berusaha tetap fokus merangsang wanita ini, meski penasaran dengan apa yang baru saja terjadi.

Deg !

Jantungku berdegup kencang ketika sekali lagi memastikan ada sesuatu di selangkangannya kala kugesekkan pahaku. Seketika aku mengurangi intensitas hisapan dan remasanku di toketnya. Seketika kuarahkan tangan kiriku ke selangkangannya, namun seketika ia menepis tanganku seakan mampu membaca pikiranku.

Ia lalu meraih kepalaku dan dijepit dengan lengannya, aku memberontak dengan agak meronta. Proses foreplay kami berubah seakan seperti perkelahian. Aku lalu menghentakkan tubuhku dan meronta kuat demi melepaskan diri dari cengkeramannya. Ia lalu bangkit menarik tubuhku namun kudorong kuat dan kuhempaskan ke kasur, ia pun terkulai lemas di atas kasurku.

Kupegang selangkangannya dan kuremas-remas, kemudian... ya ampun....

Ada gundukan kurasa, kunaikkan bagian bawah gaun ketatnya kemudian celana dalamnya dan....

ANJJJJJIIIIIIIIIIIINNNNNNNNGGGGGGGGGGGG !!! BUENCOOOOOOOOOOONG KAMPREEEEEEETTTTT !!!!

Beberapa saat kemudian aku sedang menyetir di mobil, masih tanpa henti mengutuki diriku, bisa-bisanya aku kena ‘zonk’ begini, pantas saja 2 tukang ojek yang kutemui semalam memilih pergi dan tidak menculik makhluk jadi-jadian ini, rupanya dia waria !!! Makin jijik aku kalau ingat barusan aku sempat foreplay dengannya dan mencumbu dan meraba dan.... hooooeeeekkkkkk !!!

Sementara si bencong sapoy itu terkulai lemas di jok samping, sesekali ia seperti terkekeh sambil menggumam meledekku. Aku bermaksud mengantar siluman ini pulang ke alamnya, eh maksudku ke tempat tinggalnya, tadi dia sempat bilang dia ngekos tidak jauh dari sini. Biar kesal, aku tetap harus mengantarnya pulang, kalau aku lempar begitu saja ke jalan nanti dia malah teriak-teriak memancing warga keluar, apalagi ini jam 5 pagi dimana sudah banyak orang, kan gak lucu kalau aku dikeroyok warga gara-gara bencong. Hiii

Bencong kampret ini juga sempat kutanyai kenapa kok bisa mirip sekali dengan wanita, setahuku cuma ladyboy asal Thailand yang bisa cantik bahkan lebih cantik dan gemulai dari wanita asli. Dia cuma menjawab singkat : “Yu gak tau dunia perbencongan Indonesia sih cyiiinnn...”

Eneg aku dengernya, dari situ aku malas mengajaknya ngobrol lagi.

“Keeeena deeehhh hehehehe....”, ledek waria sialan ini, segera kujitak kepalanya, ia malah makin terkekeh dan tidak melawan.

Sampai di kosannya, sebenarnya ingin sekali kutendang waria ini dari mobilku, namun... ah sudahlah, kupapah dia masuk ke kosannya sambil celingak celinguk takut ada tetangga kosnya yang lihat. Sialnya, kamar bencong kampret ini ada di lantai 3 kosan bertingkat ini, maka kupapah ia ke atas tangga perlahan, sejauh ini kondisi kosannya sepi.

Sesaat sebelum aku sampai ke kamar yang ia tunjukkan, tiba-tiba ia terjatuh dari papahanku di depan pintu kamar kos orang. Nampak banyak sendal dan sepatu berserakan di dempan pintu kamar ini. Aku segera mengangkat tubuhnya dari lantai, namun tiba-tiba...

Cklek ! Suara pintu kamar ini dibuka, terlihat sosok gadis muda bertubuh mungil keluar dari kamar sambil membawa handuk dan perlengkapan mandi. Refleks aku mendongak menatap wajahnya, cantik sekali, bayangkan saja wajah Amanda Manoppo, yah kira-kira seperti dia itulah wajah dan perawakannya. Aku tersenyum pada gadis itu, ia pun membalas senyumku.

Seketika aku juga langsung kikuk ketika ingat aku sedang bawa siluman kadal, pasti gadis ini ngekos disini dan dia tau tetangga kosnya ini bencong dan menyangka aku baru selesai ‘make’ bencong ini, hancurlah reputasiku, buru-buru kupapah tubuhnya menuju kamarnya dan segera kudorong (lebih tepatnya kulempar) ke atas kasurnya, kemudian segera pergi.

“Daaaaahhhhh ganteeeennggggg...”, teriak bencong laknat itu, kubalas dengan mengacungkan jari tengah ke arahnya sambil menutup pintu.

Sampai di depan mobilku, aku baru sadar kunci mobilku tidak ada. Aku segera mencarinya di sekeliling mobilku, namun tidak ada. Kuputuskan untuk ke atas lagi mencarinya, namun belum sempat aku keatas kudengar ada yang memanggilku.

“Kak Armand ! kak !”, panggil suara itu. Aku celingukan mencari sumber suara, rupanya suara itu berasal dari atas, tepatnya dari depan kamar tempat tadi bencong laknat itu jatuh.

“Kakak cari ini ya ?”, tanya gadis itu sambil menunjukkan kunci mobilku. “Tunggu ya aku turun kesitu”, lanjutnya.

Gadis itu kemudian berdiri di hadapanku, cantik sekali, ia memakai piyama terusan dengan handuk yang terbelit menutupi rambutnya. Tubuhnya mungil dan senyumnya manis seraya menampakkan deretan giginya yang rapi, wajahnya berseri dan nampaknya ia blasteran. Kutaksir umurnya masih sekitaran belasan, umur anak SMA.

“Kok tau nama saya ?”, tanyaku.

“Liat dari STNK, eh maaf kak, kalo boleh tau umur kakak berapa ?”, cerocosnya. Dasar gak sopan memang kids jaman now ini, belum apa-apa udah nanya umur.

“Maaf kunci saya”, jawabku agak ketus.

“Ih kok gak dijawab sih kak, umur kakak berapa ? Atau kelahiran berapa deh”

“Ya kamu kira-kira aja sendiri”

“Hmm... 17 ? atau 40 ?”

“Kamu ngeledek ? Kira-kira aja sendiri, udah ah siniin kuncinya”, aku mulai kesal.

“Idih jutek banget sih kak, hmmm... sekitaran 25 deh, ya kan ? ya dong ?”

Aku mengangguk dengan muka masam, dan dia cengar-cengir karena tebakannya benar.

“Ngomong-ngomong aku Inez kak”, ujarnya sambil menyodorkan tangan.

“Oh iya Inez, makasih ya, maaf kunci saya Nez”, pintaku.

Inez menyodorkan kunci mobilku, namun ketika aku hendak meraihnya ia malah menarik kembali tangannya.

“Eits... buru-buru banget, mau kemana sih kak”, pinta Inez.

“Mau kerja Nez, buruan siniin”

“Ummm... minta nomer handphone kakak dulu dong, baru kuncinya aku kasi”

“Idih, buat apaan ?”

“Aku ada perlu sama kakak, pliiissss”

Melihat gadis secantik Inez memelas, aku jadi luluh seketika. Akhirnya dengan mudah kuberikan nomer handphone-ku, ia sempat nge-miss call untuk memastikan aku memberi nomer yang benar. Rupanya anak ABG zaman now memang agresif ya.

“Makasih ya kak, hati-hati kerjanyaaaa”, ujar Inez melambaikan tangan padaku. Aku lalu segera pergi balik ke kosanku.

Update selanjutnya : https://v1.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-3-final-the-last-love.1260480/page-8
 
Terakhir diubah:
Sepertinya Inez bakalan Jadi primadona Di seri ini .. muda .. punya bakat binal juga .. hahaha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd