perbaikannya akhirnya selesai, cerita selanjutnya mungkin masuk ke cerita diluar page 1
Part 5 : Lemah
Di salah satu rumah bertingkat dua dibilangan selatan ibukota, ada seorang pemuda dalam balutan kaus dan jeans sedang duduk diatas motor meratapi nasibnya. Seperti baru saja patah hati dan di tinggal pergi kekasihnya bersama pria lain, hati pemuda ini hancur berkeping-keping. Padahal, saat itu masih terlalu pagi bahkan mentari saja masih malas-malas mengeluarkan sinarnya.
Setelah dua jam menunggu dan galau, akhirnya datang juga orang -orang ke tempat itu, bahkan dua orang sekaligus. Satu dari mereka terlihat kurus sementara lainnya juga sama. Satu dari mereka cukup hitam dan sementara dari mereka ternyata lebih hitam lagi. Ya orang kedua yang nampak pemalu jelas berasal dari daerah timur.
“Maaf mas ada perlu disini?” ucap seorang lelaki yang kurus itu kepada pemuda galau itu.
“Ah iya...” jawab pemuda itu asal menjawab.
“maaf mas... ada urusan apa disini dari pagi-pagi begini? apa tidak salah? ” lanjut pemuda itu mencoba menjelaskan.
“Kalau ada perlu dengan boss saya, mungkin beliau baru datang sekitar jam sepuluh...”
“Masih sekitar...” lanjut lelaki yang ternyata ramah itu sambil menoleh kepada temannya yang lebih hitam.
Namun lelaki hitam timur itu hanya mengangguk sambil mengacungkan tiga jarinya. Ah! ini pasti bermuatan politik, tidak sopan.
“Tiga jam lagi ? ya mungkin sekitar itu mas”
"Beneran mau nunggu?"
Namun pemuda galau itu tidak terkejut. Ia pergi ke tempat itu memang terlalu pagi. Tetapi apa daya ketika ternyata wanita cantik yang tokednya pernah menyusuinya itu sudah menyuruhnya pergi cepat-cepat. Bahkan ketika tetangganya masih belum bangun. Dia ingin kembali merutuk walau... entah.
“Eh? mas Otong?” ucap pemuda galau itu tidak yakin.
“eh?” ucap kami berdua berbarengan.
“Otong?” lanjut lelaki ramah yang banyak bicara itu terlihat kaget.
Aku juga mendadak bingung mengapa tante memberi nama seperti itu? Apa jangan-jangan lelaki ini dan tante... Mendadak kemaluanku mengeras membuatnya kembali terjepit dan tidak nyaman. Ah mengapa pagi-pagi begini aku sudah berpikiran kotor tentangnya? Membayangkan ia berbuat binal di depan para karyawannya yang hanya seorang pribumi. Meremas-remas susunya, memamerkan samping payudaranya atau bahkan menampilkan sedikit pahanya yang putih. Ah aku harus menelan ludah. Semoga saja tante datang setiap hari, agar aku selalu kebagian rejekinya seperti para orang-orang hitam ini.
Ah tiba-tiba aku mengingat foto editanku. Bagaimana kemudian Didepan kakek dan suaminya tante juga memamerkan tubuhnya dengan tatapan ramah seperti biasanya. Bagaimana aku dan sepupu-sepupuku menggumuli tante di depan kakek dan om-ku. Mendadak aku lupa bahwa aku didepan para pembantu itu. yang kini bingung menatap bibir pemuda galau itu yang sudah penuh iler. Ah pemuda galau itu memang adalah aku. Karena mungkin tidak bisa tidur, ibuku sudah bangun pagi-pagi dan begitu saja mengusirku untuk berangkat kerja.
“Maaf mas sendiri siapa? bagaimana tahu nama teman saya?” ucap pemuda itu terlihat bingung.
“Oh dia ternyata yang bernama Otong..." ucapku melirik lelaki timur itu yang sedang berusaha membuka pintu.
Dai pun menoleh kepadaku walau hanya balas mengangguk. Aku pun juga balas mengangguk kepadanya dan tidak sengaja melirik celananya.
"Ah biasa saja... apa karena kecil?"
“Ah!” aku tersadar dan kali in baru aku bisa merasakan tepukan di bahuku.
“mas...” ucap lelaki bernama Nakir.
“Ah i-iya...” jawabku dengan mata nanar.
“Mas belum jawab pertanyaan saya... Kok mas bisa kenal nama kami?”
“Ah sa-saya keponakannya Om.. maksud saya pak Ferdi, Sejak kemarin saya disuruh bantu-bantu disini.... ”
“Oooh...” Jawab Nakir sambil manggut-manggut.
Lalu kami bertiga maksudku berdua mulai mengobrol. Orang bernama Otong itu ternyata adalah seorang pendiam dan tidak banyak bicara seperti Nakir yang ternyata berasal dari Pulau besar lain di sebelah barat Indonesia. Dari cerita laki-laki setinggi 170cm itu, aku mengetahui bahwa hari ini beberapa mesin akan dipindahkan. Rupanya itulah penyebab keadaan lantai bawah sangat berantakan. Karena rupanya mesin-mesin itu akan segera dibawa menuju gudang sewaan yang berada di daerah luar kota.
Menjelang siang setelah duduk-duduk menunggu mobil datanglah karyawan lain yaitu Vita dan juga Yuyun menaiki motor yang menurutku keduanya hanyalah ojek. Maksudku wajah pengedara motor itu biasa saja bahkan cencderung jelek untuk memiliki kedua orang bidadari yang memakai seragam kerja yang cenderung ketat. Sementara itu, baik om maupun tante tidak ada satu pun yang ternyata datang utnuk mengawasi kerja kami. Kemana mereka?
Namun sebelum aku sempat memikirkan itu, Mas Nakir kembali menepuk bahuku... dan meninggalkan sedikit noda oli. Aku merengut meski tidak berbicara apa-apa dengannya.
“Gimana do udah siap belom? Kita paling Cuma berlima nih?” ucap Nakir merasa tidak bersalah.
“hahaha ga tau mas...”tawaku datar terlihat pasrah.
Hei! bajuku kotor!
“Hahaha tante kamu jahat juga ya... kamu di suruh nguli begini...”
“Eh i-iya... ga tau juga sih mas... tapi tolong baju saya...”
"tapi pasti ada maksudnya mungkin..." jawab Nakir mencoba terlihat bijaksana.
“Yah katanya buat ngedidik...” ucapku melirik selangkanganku.
A-apa tante meminta aku lebih gagah? apa dia memintaku menggagahinya? Aku mendadak lupa kepada noda oli sialan itu.
Sementara Otong, pria yang lebih banyak diam itu, lagi-lagi kembali dengan celana basah. sudah empat kali terus saja bolak-balik menuju kamar mandi. Kalau saja kamar mandi yang ia tuju tidak berada di lantai bawah pasti kami sudah mengira bahwa ia ada main dengan para karyawati yang cantik-cantik itu. Anehnya, aku sering mendapatinya mencuri pandang kepadaku. Bahkan itu dilakukannya sambil terkadang menggaruk selangkangannya. Samar-samar aku bisa melihat sebuah silinder yang tadinya tersembunyi saat ia berjongkok kini mulai membayang. Ah ualt gemuk itu sampai mungkin sebesar pentungan satpam. ku-kurang ajar....
mendadak aku merasa iri, penasaran dan juga takut. Sehingga aku mulai mengalihkan perhatian darinya dan mulai berusaha mengigat hal-hal lain. Dan mulai membantu menggeser-geser mesin.
***
“Huff!”
Ternyata... meski terlihat kecil, ternyata mesin-mesin itu lebih berat daripada badan tanteku. Bahkan ketika aku mencoba menggunakan dongrak satu mesin hampir saja terguling jatuh. Demi mencegah kerugian dan omelan, para karyawan om-ku mulai mengusirku. Dan jadilah tugasku sekarang hanya menyingkirkan kardus dan juga menyapu lantai sehingga mesin-mesin berukuran sedang ini bisa digeser tanpa menimbulkan gores yang bisa menurunkan harganya di mata konsumen.
“hhhh” ucapku mulai merasa gerah.
Hanya karena menyapu diruang yang pengap tanpa AC ini, aku dengan segera berkeringat. Tidak, ini bukan berarti karena aku mudah lelah dan lemah, namun karena postur tubuhku dirancang khusus untuk duduk di depan komputer. Apalgi untuk urusan gaming kalian boleh lihat kalau aku bisa bertahan berhari-hari tanpa tidur. Aku sudah berevolusi sesuai perkembangan zaman tidak seperti para manusia gua.
Yah sementara ini pekerjaan menyapuku sudah selesai setengahnya. Aku mulai berpikir untuk duduk dan menatap pekerjaan menyapuku yang bisa terbilang bersih.
“Kalo begini kan istri gw ga kumisan...” batinku memuji pekerjaanku.
Namun aku segera teringat satu hal yang ternyata penting, tante Jennifer seingatku juga berkumis tipis. Setidaknya begitu saat aku melihatnya dari dalam kumpulan foto jejaring sosial miliknya. berarti... berarti ..... li-libidonya seharusya sangat tinggi. pantas saja mereka berani berbuat seperti itu di depan karyawannya. Uhhh... aku semakin ingin menggarapnya.Tante jujur saja kami-... ah tunggu... aku tidak rela kalau bukan aku yang menggarapnya. Aku rela membantumu tante....
“Ah Om- Ferdi memang beruntung.” Ucapku sambil menengok kearah pintu kantor di lantai dua yang sebenarnya hanya berisi dua karyawati.
Dasar mata lelaki, saat itu mataku tiba-tiba menangkap sosok wanita cantik. Terlihatlah seorang wanita yang hanya mengenakan kemeja putih tanpa blazer dan rok ketat yang menutupi lututnya, berjalan keluar dari ruangan kantor. Ia terlihat mengepit sebuah tas kecil didadanya menyembunyikan bentuk tubuhnya yang kuduga besar. Ia bernama Yuyun dan seingatku dia karyawatu yang kagum dengan ukuran kontol om-ku yang terbilang panjang.
“Eh?”
Mbak Yuyun itu mulai menoleh ke arah bawah sebelum berjalan dengan hati-hati menuju ruangan lain yang penuh dengan dokumen. Sesaat pandangan kami bertemu membuatku tersenyum kepadanya. Namun ia terlihat kaget dan buru-buru kabur kedalam ruang dokumen itu. bahkan dia tidak keluar untuk beberapa puluh menit lamanya. Atau mungkin belas... atau mungkin hanya beberapa menit... entahlah.
Aku tidak berpikir terlau jauh... Aku mulai melanjutkan kegiatan menyapuku. Sampai ditengah kegiatan menyapu aku tersadar. Dan nyaris berteriak histeris karena senang.
“Mu-mungkinkah?”
Aku segera berhenti menyapu dan mulai memeluknya erat. Aku mulai teringat kejadian yang pertama kali terjadi saat aku datang. Sebelum toked tante, aku... aku sempat melihat toked. Sebuah toked lain yang telihat putih ... dan penuh susu. Aku bisa merasakan aroma dan rasa susu di lidahku seakan-akan toked itu memanggilku memintaku menghisap susunya dan menghentikan penderitaan susu yang terbuang sia-sia.
Seketika itu aku mulai tidak tenang. Aku mulai tidak sabar menunggunya keluar. Untunglah tidak lama aku menunggu, mbak Yuyun keluar dengan kemeja yang berbeda. Ah dia bergati baju! Itu menjelaskan mengapa aku tidak mengenalinya. Setidaknya itu sedikit menguatkan teoriku. Namun demi bukti yang bisa menjeratnya dan membuatnya bertekuk lutut di hadapanku, aku akan mencari bukti konkrit. aku mulai berjingkat-jingkat menaiki tangga. Dan setelah memastikan tidak ada seorang pun yang melihatku, aku mulai masuk ke dalam ruangan itu.
“Binggo!”
AKu segera menemukan ruangan itu sama seperti hari kemarin. Sebauh bangku pijakan berukuran sedang setinggi lutuku berada di sudut ruangan yang sedikit tertutup. Dan di atas bangku itu... aku bisa melihat tetesan-tetesan cairan berwarna putih yang masih belum kering. Apalagi setelah mencium aromanya yang agak amis, dan mulai mencicipinya. Aku segera paham bahwa dugaanku adalah benar
“uhh...” aku merasakan kontolku mulai bergerak naik.
Tidak ingin kehilangan sensasinya, Aku mengeluarkan kontolku dan mulai mengocoknya dihadapan susu-susu itu. Akan kutinggalkan jejak di samping tetesan susu-susu itu mbak! Aku ingin memberitahukan bahwa kau sudah mengetahui rahasiamu! Takutlah! hahaha....
Demi mempercepat kegiatan peninggalan bukti ala Zorro itu Aku mulai membayangkan siluet toked yang sedikti bengkak. Aku membayangkan meremasnya dari belakang, dan memijat pinggir payudaranya sebelum aku mengunci dan menarik puting-puting mungilnya. Ah dengan mulutku aku akan mulai menghisapnya dan menjilatinya membuat mbak Yuyun mulai menggelinjang.
Kali ini perhatianku mulai teralihkan. Aku mulai melupakan tante bahkan mulai tergila-gila pada mbak Yuyun. Semoga saja aku bisa meng-eksenya dalam waktu sebulan ini. Mbak Yuyun terasa jauh lebih mudah. Apalagi dengan bukti tak bergerak ini. Aku mengocok kontolku sambil terus memikirkan rencana. Aku mulai membungkuk dan menempelkan ujung penisku ke atas kursi itu.
“mbak yuyun boleh ga aldo minum susu mbak?” ucapku lirih menjilat sisa tetesan susu itu.
Ah aku merasakan bangku itu penuh dengan debu tapi rasa hambar yang basah ini pasti susu.
“Minum Aldo minum.... isep susu mbak sampai kering...” ucapku lagi pada diriku sendiri.
“Tidak... nanti anak mbak minum apa?”
"tidak tahu mbak susu sachet-"
Ah benar juga... rencana ini sepertinya tidak akan berhasil. kalau anaknya mati bukankah aku sudah membunuh? karena menghabiskan susu anak itu?
“mbak yuyun... mbak coba lihat rekaman ini. ini rekaman saat mbak sedang memerah susu...”
“Tidak... ke-kenapa kamu punya rekaman itu...”
“Kalau mbak mau rekaman ini puaskan aku mbak...”
“mhhhhh”
Iya mbak hisap terus kontolku, basahkan memek mbak untuk kontolku ini mbak...
Tanganku sudah semakin ahli dan terampil dalam memuaskanku. Tidak butuh waktu lama sampai rasa gatal sudah mulai menggila. kebetulan, aku juga tidak ingin menahannya lagi.
“crot-crot-crot” tiga semburan menyembur keatas bangku.
Bahkan tidak berhenti sampai disana, saat aku kembali memijat kontolku, cairan kental kembali keluar. Sisa-sisa onani semalam yang tertahan menambah volume spermaku siang ini. Sekarang seluruh bangku penuh akhirnya dengan cairan sperma. Bahkan beberapa cairan kental itu mulai menetes ke atas lantai. Aku pun tersadar dan bahwa aku baru saja melakukan kesalahan. Aku tidak bisa lagi membuat tulisan Z atau mungkin R atau bahkan A yang menunjukkan inisialku.
“Oh my....”
kenapa- kenapa pejuku bisa memenuhi bangku ini? Ah bagaimana bisa? Biasanya tidak sebanyak ini?
Tak lama, pandanganku berubah gelap. Untungnya aku masih bisa mengotrol kesadaranku. Sebelum pingsan aku berhasil kabur menuruni tangga untuk menuju lantai bawah. Sampai akhirnya aku berhenti setelah jatuh terduduk di dalam toilet.
Aku segera meraih kain yang tergantung di balik pintu itu untuk mengelap wajahku yang berkeringat. Sebuah kain bunga-bunga yang corak dan wanginya mengingatkanku dengan sesuatu...
Ah! kontolku kembali bereaksi dan mulai menegang.
***
Maaf seharusnya masuk side sotry mengenai POV tante, tapi... nubi kayaknya perlu belajar lagi. Btw bukan karena susah minta izin sama tante kok...