“Gimana hubungan kamu, Era dan Gadis, Yank? tanyaku pada kekasihku saat kami duduk santai di sofa sambil nonton TV di ruang keluarga. “Kalian baik-baik saja, ‘kan?”
“Iya, yank. Keduanya baik dan care sama Rida. Kami bertiga udah kayak kakak adik.” jawabnya sambil menyunggingkan senyumnya.
“Syukurlah kalo gitu. Aku senang dengernya Yank.” Aku pun balas tersenyum padanya. “Oiya, Yank. Denger-denger Gadis sering main ke gedung Sastra, ya?”
Rida mengangguk lalu mulai bercerita soal Gadis. ”Sejak Gadis putus sama Black, Gadis lebih sering ikut ngumpul bareng aku dan Era. Di antara cowok-cowok di kelas Sastra Bahasa Indonesia, Areke paling sering ikutan nimbrung sama kami. Dari situlah Gadis kenal dengan Areke dan makin hari makin dekat. Aku sama Era tidak tau persis soal hubungan mereka namun setiap kali kami ngumpul bareng, terlihat sekali raut wajah keduanya yang nampak seperti orang yang lagi kasmaran. Yank, Areke itu pinter loh, nulis puisi-puisi cinta. Dan salah satu puisinya pernah ia tulis untuk Cinthunks. Ingat ga yank! Saat Cinthunks nembak Era waktu itu?”
“Iya, aku inget yank.” sahutku. “Tapi puisinya itu kok kayak puisi cabul, ya?”
“Emang yank. Orangnya suka ngomong mesum tapi ditantangin Era malah ketakutan. Hahaha...” Rida tertawa lucu saat membicarakan soal Areke.
“Hahaha…” Aku ikut tertawa. “Tapi kamu ga digodain sama dia ‘kan. Awas aja kalo dia godain kamu yank, tak plites tangannya sampe patah!”
“Ga berani dia yank. Aku jutekin aja dia biar ga digodain sama manusia ajaib itu!”
“Buahahaha….” Aku tertawa terpingkal-pingkal kala mendengar kekasihku menyebut Areke manusia ajaib.