ITA PART III
# Menuju perkenthuan ke 3 + edisi curhat
Setelah perkenthuan di puncak pada malam tahun baru itu hubungan kami semakin merenggang akibat saya yang ceroboh curhat sama teman saya dan bilang kalau doi akan menikah dengan cowok lain, doi pun marah luar biasa karena saya di sangka sengaja bikin doi malu padahal saya tak bermaksud demikian.
Pada awalnya saya bisa menerima keadaan yang membuat hubungan saya dan doi semakin berjarak apalagi doi semakin cuek dan kerap mengacuhkan saya ketika menghampiri dan sekedar ingin berbicara dengan doi di tempat kerja.
Saya sebenarnya mulai berusaha move on dan mencari pengganti doi akan tetapi beberapa cewek yang saya dekati tidak bisa membuat saya bisa berpaling sama si doi.
Saya pun berusaha untuk kembali mendekati doi yang saya pikir sudah mulai melupakan saya, doi waktu itu pun memblokir kontak saya sehingga tidak bisa menghubunginya.
Sayapun kerap curhat kepada widya yang merupakan teman satu kos si doi bahwa saya sangat sedih ketika doi meninggalkan saya dan memilih orang lain rupanya widya cukup membantu dan menyampaikan keluhan saya kepada si doi tapi saya mendapat kabar yang kurang mengenakan saat widya memberi tahu saya bahwa doi enggan untuk kembali membuka hubungan dengan saya.
Sayapun merasa hancur sebagai seorang laki laki yang tidak bisa meyakinkan pasangan untuk tetap bersama melewati saat saat yang sulit, harga diri saya pun semakin hancur ketika si doi kerap membagikan momen momen bersama pasangan barunya yang widya bagikan kepada saya dan melalui widya juga lah saat itu doi mulai " menyerang" saya secara pribadi dan kerap membongkar aib saya kepada widya, sayapun sebenarnya ingin membalas dengan menceritakan aib kami yang pernah berhubungan badan.
Tapi saya merasa itu tidak akan cukup membawa keuntungan pada saya dan mungkin akan membuat kesempatan saya untuk bisa mendekati doi lagi semakin tertutup.
Sedih,kesal dan kecewa tentu saya rasakan saat itu tidak di sangka memang belum lama setelah kami lewati malam indah di puncak itu ternyata situasi bisa berubah dengan cepat.
Momen untuk kembali mendapatkan hati doi pun terbuka saat doi hampir mendapatkan SP karena kelalaian doi yang tidak melakukan recheck untuk bebrapa part saat kerja shift malam, dan saat semua tim melimpahkan kesalahan kepada si doi saya pun dengan cukup berani berbicara kepada pak Aji bahwa kesalahan tersebut adalah kesalahan bersama dan tidak bisa hanya di timpakan kepada si doi.
Saat saya bicara itu doi nampak menatap tajam kearah saya seolah saya melakukan itu untuk mendapat simpati si doi dan doi juga malah meminta agar hanya dirinya yang mendapat konsekuensi atas kesalahan tersebut, akhirnya pak aji menerima usulan saya bahwa kesalahan itu harus jadi tanggung jawab bersama.
Boro boro di beri ucapan teima kasih atas usaha saya yang membela doi saya malah mendapat chat yang menunjukan doi tidak senang dengan sikap saya yang seolah ingin menjadi " pahlawan kesiangan" saat itu, kalau bahasa sekarang memang gak habis fikri sih.
Doipun mengirim saya satu pesan yang isinya sangat menyakiti hati saya,Satu chat itupun saya tidak hapus meskipun isinya sangat menyakitkan saya hanya berharap agar doi tidak lagi memblokir kontak saya.
Saya pun makin terkejut setalah pak aji memberi tahu saya bahwa doi berharap pindah grup dan tidak lagi bekerja di grup yang sama dengan saya dan pak aji pun mengintervensi dengan mempertemukan kami berdua, dan saat pertemuan itu doi pun bercerita kepada pak aji bahwa saya kerap menganggu doi di tempat kerja maupun di luar yang menganggu kenyamanannya dan sayapun sama sekali tidak membantah apa yang doi katakan pada saat itu, akan tetapi pak aji pun memberi saran bahwa saya dan Ita harus berbaikan dan tidak membawa urusan pribadi ke tempat kerja dan doi pun malah semakin tidak senang kepada saya.
Jelas saja situasi itu membuat saya semakin tidak nyaman dan karena kontrak kerja saya yang tinggal satu bulan lagi sayapun berbicara kepada pak aji bahwa saya tidak akan memperpanjang masa kerja saya di perusahaan tersebut meskipun orang lain berusaha mati matian supaya di perpanjang saya justru meminta agar kontrak kerja saya tidak di perpanjang karena bagi saya kenyamanan itu lebih penting dari apapun.
Pak Aji pun beberapa kali membujuk saya agar tetap kerja di sana karena saya memang salah satu kepercayaan pak aji di line.Sayapun langsung merencanakan untuk melamar di perusahaan lain sejak saat itu, yang nantinya bekerja di perusahaan lain dengan gaji yang lebih besar.
Rekan rekan kerja pun menyayangkan saya yang terkesan " cemen " karena selalu mengalah padahal saya punya banyak alasan untuk membela diri, saya pun kerap tak masuk kerja karena mengikuti proses rekrutment di perusahaan lain.
Singkatnya saya lolos tes dan mendapatkan pemberitahuan dari perusahaan baru itu bahwa proses training akan di mulai pada saat kontrak kerja saya belum benar benar habis, sayapun menulis surat resign agar segera bisa menjalani proses menjadi karyawan baru di perusahaan lain.
Saya pun di haruskan tetap bekerja selama 3 hari lagi sebelum saya benar benar keluar dan si sisa waktu yang singkat itu saya sebenarnya berusaha untuk berpamitan secara baik baik kepada semua orang termasuk doi.
Tapi tetap saja doi tidak bergeming dan tetap mengacuhkan saya dan tepat di hari terakhir saya bekerja saya pun meminta izin kepada pak aji agar saya di beri waktu sejenak untuk bisa berbicara dengan doi dan pak aji pun menyetujui permintaan saya itu, setelah istirahat terakhir jam 3 sore itu saya dan doi pun di pertemukan oleh pak aji dan pak aji pun membiarkan saya dan doi mengobrol berdua.
" Ta kamu sama jay baikan dulu ya kasihan dia besok udah gak di sini lagi" itulah yang di ucapkan pak aji saat meninggalkan kami mengobrol berdua. Situasi yang canggung itu pun saya berusaha cairkan dengan mengeluarkan candaaan agar doi mau bicara.
Saya: ta besok aku udah gak di sini lagi, mudah mudahan kamu jadi tenang kerjanya
Ita: yaudah kalo kamu mau keluar mah keluar aja
Saya: Aku minta maaf ya udah bikin kamu jadi gak nyaman kerja di sini
Ita: nggak kok aku mah enak aja kerja di sini
Saya: lah kemarin ngapain minta pindah segala
Ita: Ya pengen pindah aja
Saya: kalo aku udah keluar masih pengen di pindahin gak
Ita: Gak tau gimana nanti aja
Saya: oohh.. kirain.
Ita: kirain apa,Yaudah mau ngomong apa lagi, aku mau kerja lagi nih
Saya: kata pak aji kita boleh sampe pulang lho
Ita: kan udah,kamu kan gak ada lagi yang mau di omongin
Saya: yaudah kita balik ke line aja sekalian aku mau pamitan. gak salaman dulu ( sayapun mengulurkan tangan)
Ita: yaudah aku maafin( doi seolah tak merespon permintaan maaf saya)
Saya: sama mantan kok gak mau maafin
Ita: mantan apa emang kita pernah pacaran apa
Saya: kamu ko sampe segitunya sih sama aku
Ita: emang kan kita gak pernah jadian
Saya: oh iya maaf aku lupa ( sayapun tak kuasa menahan kesedihan dengan jawaban doi)
Ita: huh dasar
Saya pun gagal mencairkan suasana saat itu dan kami hanya berbincang sekitaran 10 menit, saya lalu kembali ke line kerja berpamitan kepada semua atasan dan semua rekan kerja.
Sayapun di buat terharu saat saya di beri hadiah sebuah foto saat tim kita berfoto bersama saat kerja dan beberapa foto saat saya dan doi "tercyduk" berduaan saat acara family gathering di puncak dulu, entah dari mana mereka mendapatkan foto itu dan rupanya pak aji yang merencanakan ini.
Air mata sayapun tidak bisa tertahan saat pak aji meminta saya untuk mengucapkan sepatah dua patah kata perpisahan saat jam kerja selesai dan satu persatu rekan rekan kerja pun saya salami dan mereka pun memeluk saya sambil meminta maaf jika ada kesalahan selama saya berkerja di sana namun saya sengaja tidak menyalami si doi karena sikap doi yang tidak mengenakan kepada saya sebelumnya.
Semua orang yang ada saat itupun sebenarnya meminta agar saya dan doi bersalaman dan berbaikan namun saya yang sudah kecewa pun berlalu begitu saja saat berhadapan dengan doi.
Bang Rangga : Jay Jay salaman dulu dong sama mantan tuh hahaha
Pak Aji: udah baikan lah masa judes judes an Mulu
Mujib: wah gak ada lagi nih sweet couple
Pak Bram: Jay udah lah cowok ngalah minta maaf duluan dong
Di tengah kesedihan saya itu semua orang malah seperti menabur garam di atas luka
dan gak ada yang memahami perasaan saya.
Itulah hari terakhir saya dan doi bekerja di perusahaan yang sama dan ketika sudah pulang ke kosan saya terkejut karena saya sudah bisa kembali melihat status Whatsapp si doi yang berarti doi sudah tidak memblokir lagi kontak saya.
Sampai saat ini saya pun masih ingat status doi saat itu " Terima kasih buat semuanya orang baik sukses buat kamu ya" sayapun dengan iseng membalasnya " sama sama" yang mana saat itu saya tak berharap status itu di tujukan untuk saya tapi ternyata doi pun kembali membalas chat saya itu yang menandakan memang itu di tujukan buat saya
Ita: Aku minta maaf ya kalo aku ada salah
Saya: gak usah
Ita: kenapa gak usah, aku tadi gak maksud gitu, kamu marah ya sama aku
Saya: enggak
Ita: terus kenapa aku minta maaf gak usah
Saya: sebelum kamu minta maaf aku sudah maafin kamu ko
Ita: halah gombal
Saya: ngapain gombal sekarang kan kamu udah punya orang lain
Ita: hmmm???
Ita: beneran maafin aku ya
Ita: kok di baca doang
Ita: aku beneran minta maaf
Sayapun tak lagi membalas chat karena sikap doi yang seolah tidak tulus kalaupun ingin meminta maaf, seolah olah saya adalah sumber dari segala ketidaknyamaan si doi tapi ya namanya cewek kan mana ada yang mengaku bersalah.
Sayapun mulai menjalani proses training di perusahaan baru dan tidak lama kemudian saya pun bergabung di perusahaan tersebut. Ketika baru beberapa hari bekerja saya mendapat info dari widya yang mengatakan bahwa doi kerap mendapatkan " bully" di tempat kerjanya bahkan karyawan baru yang menggantikan sayapun rupanya kerap menggoda si doi dan membuat doi tidak nyaman.
Saat itu saya sebenarnya senang karena seolah doi mendapat karma atas perlakuannya kepada saya, sayapun tak terlalu menghiraukan info tersebut.
Tapi beberapa hari kemudian Widya kembali menghubungi saya dan menyarankan saya agar menghubungi si doi dan menghiburnya karena widya pun tau kalo doi sangat dekat dengan saya dulu walaupun pada akhirnya hubungan saya dan doi harus berakhir dan lagi lagi dengan gengsi sayapun menolak ide tersebut sampai saat mulai kerja shift malam doi pun kerap mengirimi saya chat kosong seolah memberi kode bahwa doi ingin berbicara tapi tetap tidak saya hiraukan.
Akan tetapi kembali melihat peluang untuk kembali "menjebol" doi dengan situasi doi yang kurang menguntungkan tersebut saya pun mulai menurunkan ego saya dan mulai kembali berkomunikasi dengan si doi walaupun awalnya hanya komunikasi ala kadarnya seperti menanyakan kabar dan lain lain.
Ita: kamu kemana aja kok gak balesin chat aku
Saya: maaf ta mungkin akunya lagi sibuk
Ita: kamu gimana kabarnya
Saya: Alhamdulillah baik aja
Ita: gak nanyain kabar aku
Saya: ya kamu sendiri gimana
Ita: Alhamdulillah aku juga baik
Saya: maafin aku juga ya kemarin kemarin gak balesin chat kamu
Ita: iya aku ngerti ko kamu masih marah
Saya: gak marah, cuma gak kebaca aja
Ita: sekarang kita baikan ya
Saya: iya ta
Dan akhirnya hubungan kami sedikit demi sedikit mulai kembali membaik dan saya melihat doi yang mulai melunak dengan kerap menghubungi saya terlebih dahulu padahal saat kami menjalin hubungan dulu pun doi kerap ngambek saat saya tidak menghubungi doi bahkan sehari saja.
Ita: kamu kenapa itu tangannya berdarah
Saya: tadi kena scrap lagi gak pake sarung tangan
Ita: kamunya gak apa apa
Saya: gpp cuma berdarah dikit
Ita: coba aku lihat
Saya: iya nanti di fotoin
Ita: ihh ko dalem gitu, sakit ya
Saya: iya cuma perih pas awalnya doang, tapi gak seberapa lah
Ita: makanya kamunya hati hati ya
Saya: iya, mungkin lagi gak fokus aja banyak pikiran
Ita: lagi mikirin apa emang
Saya: ya ada lah
Ita: kamu gak mau ngasih tau aku
Saya: kayaknya gak usah
Saya juga mulai memberanikan diri menelepon doi dengan durasi yang singkat dalam upaya memulihkan hubungan kami, rupanya upaya saya cukup berhasil dan doipun kerap berupaya mengulur waktu tanpa alasan jelas saat kita sedang teleponan berharap saya terus melayani obrolan dan menghiburnya.
Saya: assalamualaikum ta, si dini habis kontrak ya
Ita: iya, sekarang aku bener bener gak ada temen
Saya: gak ada gimana, kan masih ada yang lain
Ita: sama yang lain aku mah gak terlalu Deket,
Saya: ya nanti kan juga ada gantinya, siapa tau jadi temen kamu
Ita: ya mudah mudahan bisa deket kayak sama dini
Saya: yaudah makasih ya, maaf nih aku udah ganggu waktu kamu
Ita: gpp, kamu cuma nanyain dini doang
Saya:iya, cuma mastiin doang soalnya di statusnya dia ngucapin kata kata perpisahan gitu
Ita: oh, gak nanyain aku emang
Saya: kamu kenapa emang
Ita: gpp sih kirain mau nanyain aku juga
Saya: udah ya aku takut kelamaan nelponnya
Ita: enggak enggak, santai aja kita ngobrol dulu aja
Saya: ngobrol apa ya, akunya bingung mau ngomongin apa
Ita: apa ke gitu, kamu kan biasanya suka cerita yang lucu lucu
Saya: lagi gak mood mau cerita juga
Ita: ceritain apa aja lah
Saya: hmmmm, dulu ada raja adil, bijak, dia punya kerajaan yang luas dan maju pas dia mau nyerang suatu kerajaan lain...
Ita: bentar dulu, akunya mau pake headset dulu,... Nah terusin
Saya: nah dia tuh ceritanya mau nyerang kerajaan lain, di perjalanan dia sama tentaranya istirahat di bawah pohon jahe
Ita: bentar bentar... Pohon jahe kan kecil ko istirahatnya di situ
Saya: eh kamu mah malah di potong, karena malah istirahat terus ketiduran, gak jadi deh nyerangnya, udah we tamat
Ita: ih ko gak reme sih
Saya: gini ada lagi cerita lain
Ita: iya gimana gimana
Saya: ada cowok lagi naik bis, di bis itu pas lagi penuh jadinya berdiri. Terus di belakangnya ada cewek terus megang megang celananya si cowok itu, dalem hati si cowok itu mikir" wah ini pasti copet nih cewek" dibiarin aja sama dia teh, terus si cewek itu tangannya di masukin ke celananya si cowok itu, dia gak tau kalau celananya itu bolong nah pas dia pegang pegang ko empuk ya, di kirain hp, pas lagi gitu sama ci cowoknya malah di jepit tangan si cewek itu sambil di bisikin " mau saya teriak kamu copet, mending di mainin"
Ita: hehehehe... Aduh kasian banget tuh copetnya hehe...
Saya: Ke Balikpapan sama bi Yayah
Ita: terus
Saya: udahan yah
Ita: ah kamu mah, cerita yang lain lagi atuh
Saya: ah enggak ah, gak bayar juga
Ita: nanti aku bayar deh emang berapa bayar nya
Saya: akunya udah ngantuk
Ita: Baru juga jam berapa ini, jangan tutup dulu emmm
Ita: nanti pas pemilu kamu libur kan
Saya: iya, kenapa gitu
Ita: aku pengen ketemu sekalian mau minta maaf sama kamu
Saya: ya aku usahain deh
Ita: makasih ya
Saya: enggak, aku yang makasih masih bisa telponan sama kamu, udah ya ntar cowok kamu nelpon
Ita: gpp atuh kan lagi libur ini, diamah kalo libur malah jarang nelpon
Saya: ok gitu ya
Ita: terusin lagi dong ceritanya
Saya: cerita apa lagi
Ita: apa aja yang penting lucu
Saya: hmmm ceritanya gini, ada anak cewek anaknya tuh nakal banget, suka main bola bareng anak cowok, suka main kelereng bahkan suka main layang-layang juga, biarpun cantik tapi udah SMP juga dia tuh ngompol di kelas, dia juga suka bolos sekolah sama teman teman cowoknya
Ita: ih kamu mah kayak lagi nyeritain aku itu mah
Saya: ya emang hehehehe....
Ita: ih dasar kamu mah gitu ih jahat
Saya: ya tapi kan lucu... hehe..
Ita: nyesel deh aku pernah ceritain itu sama kamu
Saya: gak apa apa atuh ya
Ita: gak ah bahas yang lain aja
Karena males ngetik jadinya saya skipp aja
Kami pun mengobrol panjang lebar sampai hampir tengah malam dan doipun menikmati percakapan bersama saya itu dan kerap tertawa saat kami mulai saling ejek ejekan seperti dulu
Dan tepat pada saat libur pemilu 2019 saya dan doi akhirnya kembali bertemu untuk pertama kalinya, tak mau kehilangan kesempatan sayapun meminta doi agar datang ke kosan saya yang baru kalau memang doi ingin bertemu dan doi sepertinya cukup bisa membaca niatan saya yang ingin kembali " mantap mantap" lagi dengan doi dan doi pun justru meminta saya yang datang ke kosannya dengan harapan saya tidak berani"macam macam"jika kami bertemu di tempatnya.
Saya: aku besok jemput kamu ya
Ita: gak ah, di kosan aku aja ketemu nya
Saya: di sini aja deh
Ita: udah di sini aja, aku kan gak ada motor, ribet kalo pake ojek
Tak hilang akal sayapun membaca situasi itu dan melobi widya agar mau di ajak kerja sama, saya meminta widya agar out sejenak saat saya datang nanti dan widya pun mendukung rencana saya.
Hari itupun tiba dan saya pun kembali tempat bersejarah itu dengan harapan agar kami bisa kembali mengulang momen indah di tempat itu.
Saya lalu menunggu waktu sampai widya keluar dari kosan tersebut sebagaimana rencana kita, dan saya juga melihat situasi yang sangat mendukung dimana pak Solihin sang pemilik kosan itu juga tidak ada di sana karena mungkin pulang ke depok untuk melakukan pencoblosan presiden pada saat itu.
Saya pun memasuki kosan doi dan doi nampak sedikit terkejut karena saya tidak memberi tahu waktu tepatnya saya akan datang karena saya yang sudah " main mata" dengan widya. Widya hari itu pergi entah kemana yang mana kami pun mulai berbicara dengan situasi yang cukup canggung menyembunyikan perasaan rindu yang sebenarnya kami berusaha tutupi.
Ita: ih kamu ko gak ngasih tau udah nyampe sini
Saya: sengaja mau bikin kejutan
Ita: akunya kaget tau siapa yang ngetok pintu, kalo Widya juga biasanya langsung masuk, udah masuk dulu kamunya, aku gak punya apa apa nih
Saya: iya ta makasih gak usah ngerepotin
Doi cuma memberikan air putih sebagai suguhan untuk saya saat itu,
Saya: gimana kamu sekarang kerjanya
Ita: ya gitu aja kerja aku mah masih sama kayak dulu
Saya: anak baru yang gantiin aku gimana, asyik gak dia
Ita: ih si irfan mah orangnya nyebelin
Saya: nyebelin gimana emang
Ita: dia mah genit suka colek colek terus juga suka tanya " mbak udah punya pacar belum"
Saya: yah sama aja dong kayak aku. hahaha..
Ita: gak tau dia mah padahal aku udah bilang mau tunangan tapi dia mah tetep aja gitu
Saya: Kamu gak bilang sama pak Aji
Ita: udah, tapi pak aji malah bilang aku yang di suruh jangan gampangan soalnya dulu juga aku bikin kamu sampe resign katanya
Saya: Hahha.. ya kan bener kamu yang pengen aku keluar
Ita: ya kalo gantinya kayak si irfan mah mending juga kerja bareng kamu aja
Saya: ya salah sendiri kamu yang pengen aku keluar
Ita: Kamu ko jadi nyalahin sih, kan kamu sendiri yang minta resign
Saya: iya aku mah sengaja resign biar kamu tenang gak ada yang gangguin
Ita: aku tuh gak nyampe kepikiran kamu bakal resign
Saya: gak apa apa sih aku juga niatnya pengen buat kamu tenang
Ita: aku sih juga ada rasa bersalah juga pas kamu resign
Saya: gak usah di pikirin nasi udah jadi goreng
Ita: jadi bubur kali
Saya: aku mah lebih suka nasi goreng daripada bubur ta
Ita: hehe.. bisa aja kamu cup
Saya: apaan sih Ucup Ucup ehh beka ( panggilan sayang saya buat doi)
Ita: hehehe.. makasih ya udah mau ke sini aku jadi bisa ketawa lagi
Saya: kenapa gak bisa ketawa emang kotak tertawa kamu rusak
Ita: emang aku Spongebob apa hehe...
Saya: bukan Spongebob, Squidward yang kotak tertawanya rusak mah
Ita: ih kamu mah ya ( doipun kembali mencubit saya dengan manja seperti biasa dulu waktu masih pacaran)
Saya: aw Aw sakit tau
Ita: eee boong tuh keliatan tuh idungnya mancung
Saya: emang vino Bastian
Ita: Pinokio kali
Saya: gak, aku sukanya bagi bukannya kali
Ita: ihhh dasar Ucup nyebelin
Rupanya jokes receh itu cukup bisa mencairkan suasana kami yang cukup kaku pada awalnya, ketika saya berusaha memegang tangan, si doi buru buru menepis tanda tak mau, sayapun tak ingin terburu buru dan tetap berusaha membuat doi nyaman setelah sekian lama kami melewati saat saat yang tidak baik. Kamipun melanjutkan obrolan kami.
Ita: eh kalo kamu kerjanya gimana sekarang
Saya: ya allhamdilillah agak santai sih gak harus lari lari kayak dulu
Ita: berarti enak dong
Saya: ya enak sih tapi kayak ada yang kurang aja
Ita: kurang apanya
Saya: ya kalau di tempat baru kan gak ada kamu
Ita: hmmmm masa
Saya: beneran, ya terserah kalau kamu gak percaya mah
Ita: boong ah Ucup kan tukang boong
Saya: ya ampun Ka kamu gak percayaan banget sih
Ita: enggak aku mah gak percaya hehe...
Sembari ngobrol itulah entah sadar atau tidak doipun mulai menyandarkan kepalanya di pundak saya dan doi mulai curhat tentang orang orang di tempat kerja yang kerap membullynya dan menyalahkan doi karena saya resign, sayapun tak banyak berbicara dan hanya mengiyakan saja apa yang doi katakan.
Ita: si Rifki temen kamu makin songong aja tuh
Saya: emang kenapa
Ita: dia suka bilang gara gara aku, kamu jadi resign
Saya: yaudah biarin aja dia kan emang kayak gitu
Ita: yang lain juga kayaknya gak seneng sama aku, aku kayak di musuhin
Saya: kamu yang sabar aja ya
Ita: iya yang... eh cup
Saya: kamu keceplosan gak
Ita: iya, jangan Geer yah kamu mah biasanya suka geer
Saya: enggak ko, kan emang bener
Ita: bener apa
Saya: kamu masih sayang sama aku
Ita: hmmm, geer aja itu mah kamu
Saya: bukannya geer, dulu aja kamu yang deketin aku duluan
Ita: iya gitu
Saya: coba aja inget lagi, yang nelpon duluan siapa
Ita: oh iya hehe..
Saya: gpp sih aku juga sebenarnya seneng banget pas kamu nelpon
Ita: iya gitu, perasaan kamu tuh kayak sombong banget pas dulu aku telpon tuh
Saya: gak, aku mah gak sombong, di bilang sombong juga masih ada yang suka kangen
Ita: siapa, ih enggak aku mah dulu pas nelpon juga lagi ada perlu ko
Saya: emang harus nelpon gitu, bilang aja kangen gitu udah gak harus debat
Ita: ya waktu mah iya sih hehehe...
Saya: sekarang emang enggak kangen
Ita: emm gak tau, menurut kamu gimana
Saya: kata aku sih yes
Ita: ih geer ih(megangin tangan)
Saya: tuh kan, kan akunya udah di sini
Ita: hemmm, makasih ya
Doi pun memang tak bisa menyembunyikan perasaan yang juga kangen dan masih memiliki perasaan kepada saya.Melihat situasi yang kian menguntungkan itu tangan saya lagi lagi reflek memegangi pundak si doi yang kali ini doi nampak pasrah saja.
Tapi saya tak mau buru buru lebih jauh, saya hanya ingin membuat doi lebih nyaman saja dan terus bercerita tentang keluh kesahnya di tempat kerja. Sayapun kembali menggoda doi dengan menceritakan saat saat pertama kita ngenthu di tempat itu dan doi ternyata tidak bereaksi negatif dan sesekali mengungkap bahwa itu juga saat yang berkesan, tapi doi juga bilang bahwa dia berharap kejadian itu tidak lagi terulang sementara saya berharap sebaliknya.
Saya: Ka kamu inget gak dulu kita ngapain pas malem malem berdua di sini
Ita: ya inget lah
Saya: Aku sama kamu kayak magnet aja ya tau tau nempel
Ita: heheh.. heem kenapa bisa gitu ya
Saya: takdir kali
Ita: kamu yang nakal itu mah
Saya: kalo gak di ajak nginep mah gak kejadian itu
Ita: ngapain sih kamu nginget nginget itu terus
Saya: Habisnya aku gak bisa move on dari malem itu
Ita: Ya salah sendiri kenapa kamu gak berani buat halalin aku padahal kita udah cocok
Saya: Aku kan gak pernah bilang gak berani cuma aku cuma minta waktu, tapi kamu malah iya aja pas ada yang mau ngelamar
Ita: Udah ah aku gak mau bahas bahas itu lagi
Saya: aku seneng banget bisa gitu sama kamu
Ita: aku juga sebenarnya masih suka keinget ko, waktu itu memang lagi suka sukanya sama Kamu
Saya: Pas di puncak juga kamu udah lupa?
Ita: udah ihh aku gak mau bahas yang udah berlalu
Saya:yang lagi yu mumpung sepi hehe ...
Ita: mau ngapain emang
Saya: ngenthu ( sambil membisiki doi)
Ita: iya..eh nggak ah
Saya: mau lagi kan tuh ngaku ayo
Ita: aahhh kamu mah maunya gitu mulu ah
Saya: tadi kamu bilang iya, aku udah kangen nih
Ita:masa tiap kangen pengen gitu terus
Saya: Aalah kamu juga kangen kan
Ita: siapa sih yang kangen geer aja itu mah kamu
Saya: ngaku aja kenapa sih
Ita: enggak aku gak kangen, aku sebel sama Ucup pokoknya
Saya: udah lah yah yu, aku tau kamu juga pasti pengen lagi kan
Ita: tapi aku takut hamil
Saya: aku tanggung jawab
Ita: gak atuh ah, udah kita gini aja berdua enak kan
Saya: lebih enak kalo maen yu ah
Ita: ah atuh kamu mah ih, iya deh tapi kamunya pake kondom ah biar akunya gak hamil
Saya: beli di mana, aku gak tau belinya
Ita: ya di mana ke
Saya: tuh kan ketauan kamu emang pengen juga
Ita: ya terserah kamu deh, kalo gak mau beli aku juga gak mau gituan
Saya yang mulai menemukan celah dan terus menggoda doi yang nampak mulai masuk dalam perangkap saya. Akhirnya doi mengiyakan ajakan saya itu dengan syarat si Imin harus pake kondom dan Sayapun memikirkan cara agar bisa mendapatkannya tanpa harus malu malu bilang, dan sayapun terbersit ide untuk meminta bantuan kasir waktu itu.
Waktu itu saya masuk mini market alpabet terdekat dan seolah sedang mencari barang yang rupanya membuat salah satu pelayan menghampiri saya." nyari apaa pak" tegur si pelayan, saya pun berbisik kepada si pelayan " minta sutra 1 mas" saya pun memberi uang 50 ribu kepada si kasir dan memintanya agar memberikanya kepada saya di luar. Rencana itu pun berhasil dan sayapun tak ragu memberi uang tip untuk si pelayan tadi. Dengan antusias saya kembali ke kosan si doi dan bersiap untuk melakukan eksekusi dengan pengaman itu.
Singkat cerita saya pun kembali ke kosan doi setelah mendapatkan pengaman yang akan saya gunakan, sayapun kembali bermanja dengan si doi setelah sebelumnya terjadi banyak masalah dalam hubungan kita dan saat itu adalah momen pertama kami berbaikan. Saya pun kembali menghampiri doi dan mengajak doi bernostalgia saat dulu kami melakukan perkenthuan pertama kali dulu.
Saya pun mencoba kembali memeluk doi seperti saat dulu kami masih belum ada masalah, tapi doi nampak masih enggan melayani saya. Saya pun tak hilang cara dan kembali duduk bersampingan dengan doi sambil memegang tangan doi, secara iseng sayapun mengarahkan tangan doi supaya mau kembali memegang si imin.
Saya: tuh ini si imin udah kangen pengen masuk gua kamu lagi katanya hehe..
Ita: Udah dua kali masa masih mau terus sih
Saya: yah masa dua kali doang udah bosen
Ita: ihhh kamu mah,malu ah
Saya: Malu kenapa gak ada orang lho
Ita: Aku tuh mau nikah sama orang masa beginian terus sama kamu
Saya: Ya kamunya dulu yang godain aku dulu, ayo atuh lah
Ita: aku lagi seneng malah kamu ngajak gitu
Saya: entar juga nambah seneng lho
Ita: aku kapok ah nyesel pengen ketemu kalo kamunya mau gitu doang
Saya: jangan ngomong gitu, entar kalau kangen aku gak kesini lagi ah
Ita: tuh ih ngambekan kamu mah
Saya: abis kamu jahat sampe suka cuekin aku
Ita: aku kan udah minta maaf
Saya: yang, yu ah
Ita: kan udah, pake dulu itunya ah
Doi pun menyandarkan kepalanya di dada saya dan saya pun membelai kepala doi layaknya kucing yang sedang kekenyangan di pangkuan majikannya.
Saya pun terus membisiki doi dengan kata kata rayuan supaya birahi doi naik dan saya pun mencium bibir doi setelah sekian lama doi membuat saya jengkel, tak di sangka doi pun mau melayani permainan adu bibir, saya kemudian saya mulai menciumi leher dan teteknya.
" udah ah udah" doipun membujuk saya untuk menghentikan percumbuan itu tapi saya tak peduli saya pun terus saja mencumbui doi sambil membaringkan tubuh doi di atas kasur kosan itu. " yang aku kangen tau" rayuan itu tak terlalu doi hiraukan padahal biasanya doi sangat menyukai kata kata gombal saat kami bercumbu sebelum sebelumnya.
Kami pun terus saja bercumbu tanpa melepaskan pakaian, dan doipun akhirnya kembali mendesah seperti dulu, saya pun berusaha membuka pakaian si doi namun doi masih menunjukan penolakan, Saya pun membuka celana dan memasangkan balon pengaman karena si imin yang sudah menegang.
Saya: yang ayo atuh sekali lagi ini aja yu
Ita: ahhh gak mau
Saya: bohong ah ngapain tadi kamu desah tadi
Ita: ya abis kamunya nyosor nyosor aku mulu
Saya: ih gitu ih gak mau ngaku
Ita: yaudah ini terakhir ya, awas kalo mau lagi nanti
Saya: iya deh iya, tuh udah senyum senyum gitu mah pengen kamu
Ita: ya gimana lagi hehe....
Doi pun menurunkan celananya sekaligus melepaskan cd nya, tapi doi menolak saat saya ingin kembali menjilati mekinya, sayapun langsung kembali menusukan si imin ke dalam mekinya.
Saat masuk nampak doi tak terlalu bereaksi seperti saat kami ngenthu pertama dan saat di puncak dulu. Saya kemudian kembali menggenjot doi dengan pelan pelan karena saya merasa sensasi ngenthu dengan pengaman tak senikmat ngenthu dulu tanpa pengaman.
Beberapa saat menggenjot doi pun tak lagi mendesah menikmati genjotan saya itu dan ketika saya meningkatkan genjotan barulah doi mulai bisa mendesah. " ah ah ahhh" suara yang saya rindukan pun kembali bisa saya dengar saat itu.
Sementara si imin yang sedang beraksi hp doi tiba tiba berbunyi yang ternyata si cowok tunangannya menelepon saat itu saya pun justru tetap melanjutkan pergenjotan itu dan doipun tidak meminta saya untuk berhenti.
Tetapi saya yang juga tak terlalu menikmati perkenthuan itu akhirnya berhenti menggenjot karena terganganggu dengan suara hp itu, doi lalu mengangkat telepon dulu sementara saya tetap stand by, doipun beralasan sedang di luar dan tak lama kemudian telepon pun doi tutup.
Kami pun kembali melanjutkan perkenthuan itu dengan posisi doi di atas, akhirnya saya kembali merasakan ulekan doi yang memang lihai bermain di atas, dan saya pun mulai menikmati permainan itu,ketika doi mulai kelelahan gantian saya yang menyodok doi dari bawah, sementara saya menikmati permainan nampak doi merasakan klimaks dan saya pun merayu doi agar melanjutkan permainan dengan melepas pengaman, tapi doi tetap menolak.
Saya: yang buka aja ya gak enak
Ita: kalo di buka ya udahan mainnya
Saya: atuh masih pengen
Ita: ya pilih aja, mau terus apa mau kamu copot
Akhirnya sayapun melepas pengaman karena sensasi yang kurang nyaman, saya pun meminta doi untuk menjilati si imin dan sesekali doi mengemut ngemut si imin dan akhirnya " crot crot crot" si imin pun kembali muntah di mulut si doi.
Doi lalu menjilati sisa sisa pejuh yang masih menempel dan doi lalu memuntahkan pejuh yang tadi di jilatinya. Doi pun kembali mengenakan pakaiannya dan saya pun kembali mengenakan pakaian saya.
Sebenarnya saya berniat untuk membuat doi naik lagi saat kami kembali bercumbu setelah pengecrotan itu tapi saya dan doi terkejut saat widya kembali ke kosan dan mengetok pintu, saya pun mengamankan balon"sutra" yang baru saya gunakan, dan doi pun membuka pintu kosan.
Widya pun agak canggung saat kembali itu," aduh maaf aku ganggu ya" sayapun dengan sedikit bercanda menjawab " iya ah kamu mah ganggu aja", dan doi malah mencubit saya dengan cukup keras saat saya menjawab itu. Nampak doi buru buru merapikan pakaian nya saat si widya membeli minuman untuk saya, Doi pun meminta saya segera pergi karena tidak enak sama widya.
Ita: udah pulang gih, itu bekasnya sekalian buang
Saya: santai aja atuh Widya lagi beli jus
Ita: ya kamu beli aja sendiri
Saya: gak ah masih ada yang gratis ngapain beli
Saya tetap di sana beberapa waktu dan mengobrol bersama widya sementara doi yang canggung tidak banyak bicara saat kami berbicara itu, widya pun menyarankan kami untuk jalan jalan keluar karena sudah berbaikan tapi doi menolak usulan widya itu,
Widya: sana atuh keluar jalan jalan kan udah baikan
Saya: kamu mau gak yang
Ita: ih apaan sih sayang sayang
Saya: masih malu katanya Wid
Widya: ah giliran gak ada aja bilang nya kangen katanya, giliran udah ada orangnya diem diem Bae
Ita: ih enggak enggak boong Widya mah, apaan sih kamu aku gak pernah bilang gitu ah
Widya: biasa ji rada era keneh meureun
Saya: keun we Wid kalem we heula
Widya: hahaha.. nya atuh lah sok cing akur
Saya: yang aku pulang ya
Ita: Yaudah sana
Saya pun akhirnya pamit pulang setelah bisa kembali merasakan meki si doi hari itu. Sejak hari itu saya dan doi mulai berbaikan dan doi bahkan sempat mengajak saya kembali mampir ke kosannya yang mungkin doi ingin kembali ngenthu dengan saya tetapi sangat di sayangkan saya sedang kerja lembur saat hari minggu itu.
Ita: Jay kamu ke sini lagi gak
Saya: kenapa gitu
Ita: kali aja mau kesini
Saya: kangen lagi ya
Ita: ih apaan, anterin aku beli baju ya
Saya: gak kangen emang
Ita: apaan sih kangen kangen
Saya: hehe... Yaudah kalau gak kangen mah
Ita: iya deh, tapi anterin beli baju dulu ya
Saya: aku lagi gawe, entar aja malem ya
Ita: ah kamu mah, enggak ah malem mah males
Saya: takut Widya keburu balik ya
Ita: Iyah, suka banyak orang juga
Saya: kamu sih ngasih taunya ngedadak
Ita: aku gak tau kalo Widya mau keluar
Saya: yaudah Minggu depannya aja ya
Ita: akunya mau pulang
Saya: ya gimana dong
Ita: udah lah kapan kapan aja nanti
Sangat di sayangkan memang saya melewatkan kesempatan itu dan jadi penyesalan saya di kemudian hari, dan setelah itu kami akhirnya bisa ngenthu lagi beberapa waktu kemudian meskipun dengan sensasi yang tidak senikmat dulu tapi kesannya sangat berkesan. Nanti saya cerita lagi chapter terakhir dari pengalaman perkenthuan saya dengan Ita. Salam crot crot suhu suhu sekalian