Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

COMEDY “…..SEBUTKAN PERMINTAANMU….!! (Tamat)

PART 3
"... JIKA AKU SEORANG RAJA...!!"








Rio yang sudah puas melakukan aksi balas dendamnya pada Weni langsung pergi menuju tempat penampungan sampah. Rio mencegat taksi dan meluncur menuju tempat tujuan yang letaknya tidak jauh dari hotel. Sesampainya di sana, Rio melihat keributan di depan mesin pembakaran sampah. Rio pun mendekati mereka dengan cara mengendap-ngendap ingin menguping bagaimana akhir cerita tas itu.

“Bangsat, kalian duit 5 M habis terbakar, kalian tau kan akibatnya …” Ancam seorang wanita memaki para anak buahnya, hanya Mira dan Shinta yang tak kena maki karena pada saat itu mereka berdua sedang menghadapi panggilan bossnya.

5 milliaarr ... Wanjjirrr ... Pantesan gue hitung tumpukan duit itu kagak kelar-kelar...” Pikir Rio sambil memperhatikan rombongan itu pergi dari tempat pembakaran sampah.

Lalu Rio pun penasaran akan wajah boss wanita tadi, dibalik keremangan akhirya Rio bisa melihat dengan jelas sosok wanita itu. Matanya membulat sempurna saat melihat sosok wanita yang menjadi boss tersebut. Ingatannya langsung tertuju pada saat ia akan dibunuh olehnya. Seluruh bulu di tubuhnya bangkit meremang, hatinya ciut karena merasa takut.

Gila ... Bisa-bisa gue berurusan ama wanita kejam itu lagi ... Gue mesti cabut dari sini...” Gumam Rio dalam hati yang mengenali sosok wanita itu.

Sambil menggeleng-gelengkan kepala, Rio mundur beberapa langkah untuk meninggalkan tempat persembunyiannya. Saat badan Rio berbalik, tidak jauh di depannya tampak seorang wanita yang memandang aneh sekaligus terkejut.

“Rio ngapain di sini…?” Seseorang yang mengenal dia telah memergoki dirinya membuat Rio seketika itu juga langsung memasang kuda-kuda seperti hendak menahan serangan yang dilancarkan musuh.

“Ehhh...!!!” Rio meloncat kaget. “Tiiikaaa ...!” Selanjutnya Rio terkejut melihat sosok yang memergokinya itu tidak lain adalah Tika.

“Ngapain kamu di sini? Lagian kenapa muka kamu keliatan panik gitu?” Tika memberondong Rio dengan pertanyaan karena merasa heran dengan tingkah pemuda yang baru saja dikenalnya.

“Annu Tik… Iituuu...” Rio gugup tak bisa menjawab sedangkan Tika memasang wajah seperti penasaran menuggu jawaban. “Anuuu… Eh, kamu juga ngapain di sini? Tengah malem lagi ...” Rio langsung mengalihkan pertanyaan Tika.

“Lah ... Aku kan rumah di sekitar sini ... Tuh, di sebelah sana ... Habis pulang kerja, aku mau buang sampah, gak taunya liat kamu mojok di sini ... Ya, aku deketin.” Jawab Tika teralihkan.

“Ya udah ... Aku antar kamu pulang ... Gak baik anak gadis pulang tengah malem ... Ntar diculik genderewo lagi...!!” Rio menawarkan diri.

“Iya genderowonya itu kamu ... Hi hi hi ...” Canda Tika kemayu.

“Tega kamu ... Mentang-mentang wajahku jelek yah...!!” Ucap Rio dengan memasang muka cemberut.

“Hi hi hi ... Gak ding ... Gak gitu kok ... Ya udah, ayo kalo mau nganterin!” Tika akhirnya mengizinkan Rio untuk mengantarnya. Sepanjang menyusuri jalan mereka asik mengobrol dan bercanda tak terasa hingga sampailah di rumah Tika.

“Yo ... Mau mampir dulu...!!” Tawar Tika.

“Gak lah, gak enak ... Udah malam, lagian aku pun capek mo langsung balik dulu ... Eh Tik ... Bentar ... Itu kok, depan rumah kamu ...!!!” Rio menunjuk ke arah sebuah papan yang tertulis bahwa tanah yang didiami oleh Tika akan digusur.

“Entah lah Yo ... Ini masalah yang keluargaku hadapi bersama yang lainnya ... Kita diancam agar menjual tanah yang kita diami dan menerima direlokasi ... Katanya sih mo dibuat pusat perbelanjaan.” Keluh Tika. “Sering keluargaku menerima teror dari kaki tangan pihak pengembang..!!” Lanjut Tika yang tiba-tiba wajahnya menjadi muram.

“Ooo ... Aku turut prihatin Tik ... Mudah-mudahan ada jalan keluarnyanya...!!” Rio turut prihatin atas kejadian yang menimpa Tika.

“Makasih yo ... Gimana mau masuk gak ...?” Tanya Tika.

“Gak lah ... Aku mau langsung pulang ... Ya udah, aku pamit Tik ...” Setelah berpamitan Rio pun langsung pergi pulang.

*

Sepanjang jalan pulang Rio memikirkan Tika, baru kali ini Rio memikirkan seorang wanita dalam hidupnya. Hatinya luluh dan jatuh cinta saat mulai berkenalan dengan dia yang tak memandang dirinya menerima apa adanya. Hatinya tergugah karena dia seorang wanita cantik yang mau berteman dengannya tanpa melihat fisik.

“Andai dia jadi istriku ... Seisi dunia pasti akan iri ... He he he ...!!” Rio tersenyum sendiri mengkhayal andai Tika menjadi pasangan hidupnya.

Dengan hati yang berbunga-bunga, Rio bergerak menjauh rumah Tika. Langkah kakinya sangat mantap. Suasana hening begitu terasa. Suara tanah yang dilalui hentakkan sepatu Rio begitu teratur. Tak lama berselang, Rio melewati sebuah bangunan yang nampak banyak puluhan orang berwajah garang yang sedang berkumpul di sana. Mata Rio pun terbelalak saat melihat dua sosok wanita yang dikenalnya sedang berdiri mematung dan terlihat sedih di wajahnya.

“Itu Mira dan Shinta ... Lagi ngapain malem-malem di sini ... ? Itu wajahnya kok sedih banget?” Gumam Rio. Karena rasa penasaran yang tinggi, membuat Rio jadi pengen tahu apa yang terjadi di sana. Diam-diam ia mengendap-endap mendekat.

“HARI INI AKU UDAH KEHILANGAN UANG 5 MILLIAR, ITU GARA GARA KALIAN... DENGAN ITU SEMUA RENCANA UNTUK MENYUAP PARA PEJABAT YANG AKAN MEMBANTU AKU, SEMUA JADI GAGAL TOTAL, SEKARANG AKU GAK MAU TAHU… DALAM 1 BULAN, LAHAN INI MUSTI SUDAH TAK ADA WARGA YANG TINGGAL DI SINI... DAN PROYEK HARUS SUDAH MULAI BERJALAN 2 BULAN KE DEPAN!!!” Ujar Wanita yang menangkap Rio kemarin ternyata pemimpin mereka.

“Tapi bu boss, mereka semua pada gak ingin menandatangani kontrak untuk menjual tanah mereka pada kita.” Ujar salah seorang pentolan dari puluhan orang yang hadir.

“AKU GAK PEDULI !!! DENGAN CARA YANG KALIAN LAKUKAN, YANG JELAS LAHAN INI HARUS SEGERA BERSIH ... NGERTI..!!”

”Baik bu boss, aku akan mencari tambahan anggota lagi untuk meneror warga agar mereka bisa lekas menandatangani kontrak dan pergi dari sini, mungkin lusa kita akan bergerak.” Tawar pentolan itu.

“Baik... Aku percaya ama kamu... Ya sudah, kamu cari sebanyak-banyaknya orang untuk meneror warga dan aku gak mau mendengar kegagalan lagi... ngerti!!! Sekarang bubar!!!” Amarah si boss mulai mereda.

“Baik Bu boss..!!” Akhirnya kumpulan orang-orang itu membubarkan diri hanya menyisakan 10 orang, diantaranya adalah si bos, Mira dan Shinta.


"Bu Boss ... Bolehkah aku minta keringanan ... Aku minta bu boss memberikan harga lebih untuk..!!” Ucapan Mira yang memohon pada boss-nya langsung terpotong.

“Cukup Mir... Aku muak mendengar rengekan kalian berdua ... Kamu itu aku bayar untuk bekerja untuk aku, bukan untuk merengek meminta sesuatu ... Jika kamu keberatan, silahkan kalian pergi saja, aku tak mau punya anak buah yang cengeng kayak kalian...!! Ayo kita pergi...!!” Si boss bersama para pengawalnya langsung pergi meninggalkan Mira dan Shinta.

Sepeninggal boss-nya, Mira dan Shinta menangis tersedu-sedu sambil berpelukan. Entah apa yang dia minta pada bossnya, yang jelas dari sikap mereka berdua membuat miris hati Rio. Pemuda yang sedang mengintip itu pun sangat menghargai niat mereka untuk memperjuangkan kebaikan.

“Mira... Shinta…!“ Rio pun keluar dari tempat persembunyiannya mendekati mereka berdua.

“Riooo ...!!!” Shinta langsung memeluk dan menangis didekapannya sedangkan Mira hanya menatap Rio dengan berurai air mata. Rio pun mengangkat tangannya dan melambai pada Mira agar mendekatinya. Seperti yang terhipnotis, Mira pun mendekat dan langsung memeluk Rio bersama Shinta. Mereka menangis di dada Rio menumpahkan rasa sakit dalam hatinya. Rio hanya bisa terdiam dan memeluk mereka berdua memberikan kehangatan jiwanya untuk memenangkan hati mereka.

“Sudah ... Berhenti menangis ... Ini sudah larut malam ... Lebih baik kalian pulang ...” Ucap Rio setengah berbisik pada kedua wanita itu.

“Aku ingin sama kamu ...” Ucapan Shinta tentu saja membuat jantung Rio seperti akan copot dari tempatnya. Dan tiba-tiba saja ada bisikan-bisikan di hati Rio untuk mengajak kedua wanita cantik ini ke kamar kosnya.

“Kalian mau tidur di kos aku, gak?” Tanya Rio setengah berharap.

“Iya ...” Jawab Shinta pelan.

“Ayo ...!” Akhirnya Mira pun menyetujui usulan Rio.

Tak terkira senangnya hati Rio, entah angin apa yang membuat kedua wanita cantik itu mau diajak ke tempat kosnya. Mereka pun meninggalkan gedung dan naik taksi menuju kos, tempat tinggal Rio. Hanya duapuluh menitan, Rio beserta kedua wanita itu sampai di tempat tujuan dan langsung masuk ke dalam kamar kos si pemuda yang terlihat berantakan. Namun Mira dan Shinta tak memperdulikan keadaan kamar kos Rio yang bau apek dan lembab, keduanya langsung membaringkan tubuh di atas kasur.

“Aku tidur duluan ya ...” Ucap Mira pada Rio yang masih berdiri di dekat meja belajar.

“Ya ...” Jawab Rio.

Rio memandangi tubuh kedua wanita itu yang sudah terlelap. Terpancar dari wajah mereka rasa nyaman disela-rasa lelahnya. Perlahan tapi pasti, aliran darah kelelakiannya mulai memenuhi saraf sensitif dan otak kotornya. Mira dan Shinta malam itu terlihat menantang, apalagi saat tidurnya sudah tidak terkontrol. Rok yang digunakan mereka tersingkap sehingga memperlihatkan pangkal paha yang terbalut celana dalam mereka.

Namun, Rio tidak cukup mempunyai keberanian untuk ‘mencicipi’ tubuh mereka dan memang tak ada alasan untuk melakukannya. Lagi pula, keadaan kedua wanita itu yang dirundung kesedihan membuat Rio memilih untuk duduk di bangku depan meja belajarnya. Dan karena rasa kantuk yang tak tertahankan, Rio pun tertidur dengan meletakan kepalanya di meja belajar.



**


Pagi harinya ...

Rio mendengus kesal tidurnya dibangunkan oleh suara gedoran pintu dan panggilan dari luar kamar. Suara gedoran dan panggilan tersebut semakin lama semakin kuat. Tentu saja, Rio terpaksa bangkit dari tidurnya dan perlahan-lahan berjalan ke arah pintu kamarnya.

“Den Rio...!!!” Teriak Bi Inah di balik pintu kamar.

“Sialan ahhh … Pagi-pagi dah dibangunin ...!” Dengan langkah berat karena masih mengantuk Rio pun beranjak ke arah pintu. Sebelum membuka pintu, Rio menoleh pada Mira dan Shinta yang masih tertidur manis.

Dug ... dug ... dug ...! Kembali diketuk bi Inah

“Denn…!!”

“Ya... ya... Tunggu bentar ...!!

Pintu pun dibuka, Bi Inah yang berdiri dihadapan Pintu.

“Ada apa Bi ... Pagi-pagi gini ... Eh, apa ada masalah…?” Rio melihat wajah tak biasanya diraut wajah Bi Inah.

“Eeeuu... Enggaak ... Aanuu ... Itu ada tamu yang nyari Den Rio...” Jawab Bi Inah tapi dari suaranya terdengar seperti menyembunyikan sesuatu.

“DASAARR MANUSIAAA… KERE...!!” Tiba-tiba teriakan dari arah samping pintu.

“Plaaaaakkkkk ...!!!” Sebuah tamparan mengenai pipi Rio.

“Wwweeeni…” Rio sangat terkejut dengan suara tertahan ketika melihat siapa yang menamparnya.

“BRENGGSEKKK...!!! DASAR MONYETTT...!!! MANUSIA JELEK...!!! ORANG KERE…!!! MAKSUD LU APAAN MAU NGANCURIN HIDUP GUE???” Cecar Weni sambil memukul badan Rio, hingga terdorong jatuh dan menjauh dari pintu kamar. Sementara Bi Inah hanya terdiam, tak tau musti apa.

“Maksud mu apa Wen...? Aku gak ngerti...!!” Rio yang hanya duduk di lantai sambil mengusap pipinya.

“AAAHH… JANGAN PURA-PURA BEGO LU…!!! LU KAN SENGAJA BOOKING GUE TUK NGEJEBAK GUE... DAN GARA-GARA LU, GUE DIPUSTUSIN ARDI…!! “ Weni yang makin beringas memaki Rio dan meludah muka Rio.

“Oooo itu masalahnya ... Kalo nurut gue wajar lu diputusin, punya cowok baik masih aja jadi lonte… kurang apa coba ...” Rio yang tenang menghadapi Weni sambil berdiri.

“EEE ... ANJIIIING ... GUE GAK BUTUH CERAMAH DARI LU ...! LU JANGAN IKUT CAMPUR URUSAN GUE … DASAR MANUSIA UDIK ... LIAT TAMPANG LU, BIKIN GUE PENGEN MUNTAH ... CUIIIH...” Weni meludahi wajah Rio.

“Heii ...” Seseorang sudah berada di belakang Weni, dan Weni pun menoleh.

“PLAKKKK!!!” Sebuah tamparan keras mengenai pipi Weni.

“Ngapain lonte kayak kamu di sini ...? Berani-beraninya kamu nampar cowok orang...!” Ternyata yang menampar Weni adalah Mira yang terbangun akibat keributan. Shinta pun terlihat kesal seakan hendak ikut menampar Weni.

“Siapa lu…???” Weni merasa ciut melihat wajah dingin Mira kepadanya.

“Kita ceweknya Rio ... Mo ngapain lu, labrak cowok kita...!!” Jawab Shinta.

"Eh dengerin, cowok kalian udah bikin gara-gara ama gue ... Gara-gara dia, gue diputusin cowok gue ... Ajarin cowok kalian, jangan ikut campur ama urusan orang lain, lagian mau-maunya amat sih kalian jadi cewek orang kere kayak dia!!” Hina Weni.

“Eh denger yah ... Terserah gue, milih dia jadi cowok gue ... daripada...!!” Shinta yang tak terima Rio dihina.

“Cukup Shin ... Biar aku aja yang beresin…!!” Mira menahan Shinta.

“Denger yah ... Gue tau siapa lu ... Mulai dari lu anak pesuruh kelurahan hingga sampe lu ngelonte tadi malem di hotel Gra*** ...” Lanjut Mira dingin namun tegas dan terlihat menyeramkan.

“Atau mau sebutin nama bapak lu biar semua disini tau siapa lu sebenernya ... Gampang kok, gue tinggal kirim bukti ke bokap lu ... Bentar kalo gak salah no… 08****** !!” Mira mengetik sesuatu pada handphone-nya lalu menunjukannya pada Weni. Seketika Weni semakin menciut, terlihat wajah yang ketakutan saat melihat nomor kontak yang tertera di handphone-nya.

“Gue harap lu angkat kaki dari sini ... Jangan macam-macam ama cowok gue ... NGERTI...!!!” Ancam Mira.

Tanpa sepatah kata Weni pun langsung pergi meninggalkan mereka. Rio pun membawa Mira dan Shinta masuk ke dalam kamar kos. Dari sudut mata, Rio melihat Bi Inah kembali ke dapur dengan wajah muram.

“Kamu gak papa kan Rio?” Tanya Shinta, Rio menggelengkan kepalanya.

“Makasih Mir... Shin... Udah nolongin aku...” Ujar Rio, mereka pun mengangguk.

“Tapi ...” Rio memasang muka penasaran.

“Apa... Kamu mo bilang, kenapa aku tau nomer bapaknya tuh lonte... Shin, lu inget gak waktu kita ngurus surat-surat di desa *** saat itu yang ngurus si pak *** kita sempet main ke rumahnya. Nah waktu tadi liat siapa yang ribut, aku teringat dia ama wajahnya yang terpampang di dinding rumah si pak ***.“ Terang Mira.

“Oooo itu… Iya iya... Aku inget...” Jawab Shinta.

“Trus ... Kok tau dia kemaren ... Itu ...” Lanjut Rio bertanya namun perasaannya sedikit was-was. “Apa jangan-jangan mereka tau yang booking si Weni itu adalah aku ...” Khawatir Rio dalam hati.

“Pasti lu mikir, sapa yang booking dia semalem kan ha ha ha... Gue tau yang booking itu elu... Lu inget kita ini detektif swasta yang professional.” Ujar Mira dengan santai.

Anjriiit… Dia tau... Mati gue... Ancur harga diri gue depan mereka.” Pikir Rio, keadaan duduknya mulai tak nyaman.

“Shin liat tuh...!” Mira menertawakan Rio yang gelisah karena aksinya diketahui oleh mereka.

“GGGuuee cca-carrii ... Sarapan dulu...!!” Rio pun langsung pergi dengan alasan mencari sarapan karena malu.

“Hi hi hi ....” Mira dan Shinta hanya terawa melihat tingkah Rio.


Rio angkat kaki dan setengah berlari meninggalkan kamar kosnya. Selain menanggung malu karena ketahuan nge-booking Weni, nama baiknya pun dipertaruhkan di hadapan kedua wanita cantik itu.

Apes gue... Kagak inget dia tuh detektif dan kita kan ketemu di sana ... Hadeeuuuh, habis dah pasaran gue di mata mereka...!!” Batin Rio sambil melangkahkan kakinya ke rumah Bi Inah.

Setibanya di tujuan, Rio yang langsung masuk ke dalam rumah yang emang jelas pintu rumahnya yang terbuka. Bi Inah yang sedang menangis dan termenung di kursi tamu sedangkan anak-anaknya hanya terdiam hanya bisa menonton televisi seperti tahu beban yang dirasakan ibunya.

“Bi...” Rio menyapanya, Bi Inah kaget dibuatnya.

“Eh, Den Rioo...!!” Ucap Bi Inah sambil mengusap air matanya.

“Ada apa bi ... Keliatannya punya masalah ... Apa uang kemarin masih kurang..?” Tanya Rio langsung menebak.

“Gak den ... Uang dari den Rio masih banyak sisanya ...” Jawab Bi Inah pelan.

“Terus kenapa lagi?” Tanya Rio. Bi Inah tak menjawab hanya bisa menunduk.

“Teh... Bisa beliin kakak nasi uduk ama gorengan ... Tolong beliin 3 bungkus ... Nih, uangnya... Sekalian ajak adik-adik kamu jajan ...” Ujar Rio menyuruh putri tertua Bi Inah sambil memberikan selembar uang merah.

"Assiiiik ... Yu akh, teh kita jajan...!!” Ujar putri nomor 2 sangat senang.

“Bapak... Temenin emak yah ... Kalo bisa entot lagi ... Biar emak gak sedih lagi ...” Ujar putri bungsu pada Rio.

Brengsek nih anak ... Masih aja manggil gue bapak...!!” Rio membatin dan kesal dipanggil bapak oleh putri bungsu Bi Inah.

“Husss dekkk...!” Ujar kakaknya.

“Biarin, dari pada bapak dede yang udah kabur, mending kak Rio aja yang jadi bapak dede...” Celotehnya.

“Udah ah ... yu ...!“ Si bungsu langsung ditarik oleh si sulung seperti yang telah mengerti Rio maksud menyuruhnya pergi.

Sepeninggal ketiga anak tersebut ...

“Den ... Mamang dah kawin lagi ... Pantes dia ngak pulang 10 bulan ini..!! ”Bi Inah membuka pembicaraan memberitahukan permasalahan yang menimpa dirinya.

“Tau dari siapa bi?” Tanya Rio sambil duduk di samping Bi Inah. Bi Inah lalu menunjukan sepucuk surat, ternyata isinya adalah surat gugatan cerai dari si Mamang, bukti foto pernikahan Mamang serta terselip sepucuk kertas.

“Dia telah menceraikan bibi dalam surat itu.” Bi Inah menunjuk secarik kertas dan Rio membacanya.

“Bagi Bibi gak masalah mamang udah bosan ama bibi dan melupakan anak-anaknya, aden tau sendiri ama sikap putri bibi apalagi anak bungsu bibi yang menganggap aden menjadi ayah mereka. Tapi yang jadi permasalahannya, dalam surat itu mamang mengusir bibi dari rumah ini dan harus meninggalkannya termasuk pekerjaan bibi. Ya, bibi akui, bibi bisa bekerja di sini karena pemilik kost-an masih keluarga Mamang. Yang bibi pikirkan sekarang adalah anak-anak bibi, musti di mana kita tinggal sekarang...” Keluh Bi Inah.

Rio hanya menghembuskan nafas, meski pikiran Rio hanya sebatas birahi pada tubuh Bi Inah tapi kalau melihat permasalahan yang dihadapin Bi Inah membuat Rio pun Iba. dipikirannya pantesan tadi putri bungsunya tahu bahwa bapaknya telah kabur dan meminta Rio jadi Bapaknya ternyata mereka telah tau apa yang terjadi..

“Kak Rio ... Ini nasi uduknya...” Tiba-tiba ketiga anak Bi Inah pun telah kembali.

“Bi ... Aku pikirkan untuk tempat tinggal bibi nanti ... Sekarang bibi beresin aja semua barangnya, nanti aku kemari lagi ...” Seperti mempunyai ide, Rio pun langsung meraih kantung makanan dan kembali ke kamar kosnya.

Pas sampai di kamarnya, Rio melihat Mira dan Shinta sedang menangis berpelukan membuat pemuda itu heran tak mengerti apalagi masalah yang datang.

“Kenapa kalian...? Ini sarapannya...!” Rio hadir diantara mereka sambil meletakkan makanan. Tiba-tiba saja Mira dan Shinta memeluk Rio dengan tangisan mereka yang semakin keras. Tanpa diminta pun, kedua wanita itu menceritakan siapa mereka mulai dari awal hingga akhir.

Ternyata mereka adalah anak yatim piatu yang besar bersama di suatu panti asuhan, hingga saat mereka lulus SMA mereka direkrut dan dididik menjadikan seorang penyelidik swasta oleh seorang wanita yang sekarang menjadi bossnya. Selama empat tahun mereka bekerja dibawah bossnya, sudah beberapa kasus yang mereka selidiki, tetapi semua penghasilan yang mereka dapatkan hanya sebagian kecil yang mereka terima, selebihnya mereka musti setor pada si boss sebagai bayaran balas jasanya pada mereka.

Lama kelamaan Mira dan Shinta pun mulai tahu sifat bossnya yang ternyata berambisi, kejam dan serakah. Malah sekarang ini boss mereka tanpa perasaan akan menggusur paksa bangunan panti asuhan yang dulu telah membesarkan mereka. Mira dan Shinta merasa terpukul dan ingin membela panti asuhannya tetapi apa daya mereka tak mempunyai kekuatan untuk melawan boss-nya.

“Jadi sekarang apa yang akan kalian lakukan?” Tanya Rio setelah mereka mengakhiri ceritanya.

“Entahlah Yo ... Aku pengen hidup normal seperti wanita lainnya ... Aku ingin berhenti menjadi detektif swasta dan juga berhenti menjadi anak buah boss aku ...” Harap Mira lalu memeluk lengan kiri Rio.

“Kami sedari dulu bercita-cita ingin jadi pengusaha kuliner, Yo ... Tapi yah gitu lah, boro-boro buat modal, untuk hidup kita pun kadang pas-pasan ...” Timpal Shinta yang memeluk lengan kanan Rio lalu menyandarkan pada bahu Rio. Memang Shinta terlihat lebih manja dibanding Mira. Sejenak Rio pun berfikir, sekarang dua masalah yang ada dihadapannya, meskipun bukan masalah yang berhubungan dirinya tetapi hatinya terenyuh pada para wanita di dekatnya.

“Ya udah sekarang makan dulu ... Terus kalian menghadap ke boss kalian ... Bilang kalian akan mengundurkan diri ...” Rio memberika saran.

“Tapi Yo ... Itu susah ... Udah aku coba ...” Respon Mira.

“Lagian ... Nanti kita makan ama tinggal darimana kalo kita keluar ...” Sambung Shinta.

“Untuk masalah hidup kalian ... Nanti aku cari jalannya ... Aku janji itu, yang jelas kalian musti berhenti bekerja sama si boss ...” Rio meyakinkan mereka.

“Terima kasih Yo ... Terima kasih ... Kamu baik ke kita ...” Ucap Mira sembari memainkan wajah Rio dengan telunjuknya. Sementara itu buah dada Mira menekan-nekan lengan sebelah kiri Rio.

“Aku juga terima kasih ... Rioo… entah kenapa dari pertama aku melihatmu, aku merasa kamu adalah malaikat penolong yang akan bantu kita ... dan sekarang mendengarkan janji kamu aku yakin itu perkiraanku tak kan salah ... Rio … Makasih yah... hmmmppp ...” Shinta mencium bibir Rio setelah mengatakan ucapan terima kasihnya. Terasa sekali kalau buah dada Shinta lebih kerasa kenyal di lengan kanan Rio.

“Kalian gak usah berlebihan begini ... Aku ikhlas kok bantu kalian ...” Kata Rio yang gelagapan menerima ciuman di bibirnya, tetapi tak dipungkiri hatinya senang dan bersemangat karena terhimpit body montok kedua wanitanya, apalagi Shinta yang menciumnya.

“Baru kali ini aku menemukan orang sebaik kamu ...” Puji Mira yang mengikuti kepalanya bersender di bahu kiri Rio dan bibirnya terus menciumi pipi kiri Rio.

“Benarkah?” Rio memalingkan wajahnya ke arah Mira. Tanpa sengaja bibir pemuda itu menyentuh bibir manis Mira. Mira tak menjawab pertanyaan Rio karena bibirnya langsung melumat bibir Rio. Ciuman pun tak terhindarkan. Ciuman yang awalnya lembut kini semakin menuntut dan panas.

“Ih ... Aku juga pengen ...” Kata Shinta sambil mengambil paksa kepala Rio. Shinta serta merta melumat bibir Rio dengan ganas.

Rio tidak menyangka kalau kisah hidupnya akan sedramatis dan semelankolis ini. Sampai ada dua wanita yang menyukainya. Rio merasakan anugerah yang tak ternilai dari semesta kelahirannya. Anugerah yang begitu indah dan melimpah. Dalam hati Rio pun berterima kasih pada jin teko. Walau mengabulkan permintaannya salah tetapi jin teko telah membuka jalan bagi dirinya untuk memiliki kedua wanita cantik yang ada di sisinya kini meski dalam hati Rio sudah tertambat pada seseorangan.



***


Setelah sarapan Mira dan Shinta pun langsung pergi menemui bossnya meninggalkan Rio sendiri. Tak lama mereka pergi handphone Rio pun berdering, ternyata Tika menelepon dirinya.

“Ya Tik ... Ada apa..?” Rio mengangkat telepon, terdengar suara tangis di seberang sana, lalu Tika menceritakan yang sedang terjadi, ternyata para antek si boss telah memulai meneror dan memaksa para warga untuk menandatangani kontrak dan menjual rumah dan tanah mereka. Intinya Tika meminta bantuan Rio untuk mengalau para peneror dan mencegah penggusuran paksa di kawasan rumahnya.

“Ya Tik, aku pasti bantuin kamu... Kamu sabar aja dulu, ntar aku pikir-pikir dulu gimana cara mau bantuinnya ... Tunggu aku yah!” Jawab Rio diakhir pembicaraannya.

Gue mesti punya cara bantuin si Tika ... Aku yakin dengan membantunya bisa buat Tika bisa menaruh hati ke aku...” Kekeh Rio membayangkan Tika menjadi pendamping hidupnya.

“Hai jin penunggu teko ... Keluarlah!” Rio berucap. Keluarlah asap dan membentuk jin teko, tak seperti biasanya si jin teko kali ini tengah duduk malah terlihat bahagia di kiri kanannya boneka sexnya duduk mengapit si jin layaknya seorang raja yang diapit oleh selirnya.

“Haaallooww boss… katempona (keliatannya) lagi butuh bantuan ... Apa yang musti aing bantu...” Jin malah langsung menawarkan diri.

“Tau aje lu jin…“ Ucap Rio sambil memandang jin seperti ada yang dia pikirkan.

“Eh si boss malah nempokeun (melihat) ... Jadi malu ...” Jin teko cengengesan merasa malu dengan posisi dia sekarang, lalu bergeser duduknya menjauh dari boneka sex.

“Lu tuh lagaknya kaya jadi raja, tapi pikir-pikir bisa jadi ide untuk permintaan ini.” Gumam Rio.

“Ah si boss mah ngaledek...” Jin malah cengo tak mengerti.

“Jin gue ada permintaan nih ... Gue minta jadiin gue seorag raja yang punya istana megah dan banyak pengikutnya di kota ini.” Tanpa banyak basa-basi, Rio langsung meminta permintaannya. Dipikiran Rio dengan meminta itu dia bisa menyelesaikan tiga masalah yang dia hadapi. Istana bisa menjadikan rumah Mira, Shinta, Bi Inah serta putrinya, dan penghalauan terror bisa dihadapi oleh para pengikutnya.

“Si boss mah aneh-aneh aja permintaan teh ... yang lain aja boss, jaman minta yang gituan ... Di negara kita gak ada raja apalagi istana yang banyak pengikutnya ... yang lain aja ... Cariin rumah yang mo dijual murah kek, atau …” Jin teko mencoba menawar sambil berfikir.

“Udah jangan banyak nawar ... Pokoknya cari istana di kota ini yang banyak pengikutnya ... Buat gue jadi raja ... Pikir aja sendiri!!” Rio memaksa. Jin langsung berputar-putar mengelilingi Rio seperti berfikir. “Jadi gimana ... sanggup gak?” Lanjut Rio sambil memaksa.

“Deal...!” Jin langsung menjawab kesanggupannya.

Dan, “fusssssssss…!” Cahaya yang menyilaukan berselimut asap tebal, Rio dibuat pusing kepalanya hingga pingsan seketika.



****



Entah berapa lama Rio tak sadarkan diri. Saat dia siuman ...

“SELAMAT PAGI BOSS WUNENG*!” (*pelesetan dari kalimat Wúnéng berarti Pemalas) sekelompok orang yang berpakaian kumal dan kotor sedang bersujud dihadapan Rio yang sedang berselonjoran duduk bersandar di sebuah lori butut.

“Di maanaa ini ...?” Rio yang menghiraukan orang dihadapannya hanya mengamati keadaan di sekitarnya. Kini Rio berada disebuah bangunan yang besar tetapi jauh dari harapan dirinya, dia menginginkan sebuah istana yang indah dan megah namun kenyataannya hanya sebuah bangunan besar layaknya sebuah gudang tak terpakai yang kotor dan penuh barang rongsokan. Tersadar apa yang terjadi buru-buru dia menjamah tubuhnya. Dia merasa susah mengerakan tubuhnya kini telah berubah menjadi sosok yang super duper gemuk hingga untuk bergerak pun susah.

“JIINNN KAMPRETTTT … LU BUAT GUE JADI APA ...!!!” Rio histeris tak terima dengan kondisi tubuhnya sekarang.

“Boosss... Bosss, jangan banyak bergerak kita susah nahan...!!” Terdengar suara panik di belakangnya menahan tempat yang dia duduki agar tak bergoyang akibat tingkah histeris Rio.


1bde401328759432.jpg

Mulustrasi Boss Wuneng diatas Kursi kerajaannya



“Boss, kenapa boss, jangan marah bosss, emang setoran anak-anak dari berbagai wilayah untuk minggu ini sedikit tapi bukan salah mereka ... Cuma biasa boss, akhir bulan... Lagi pada seret orang-orang...!!” Seseorang menenangkan Rio, terlihat lelaki dengan dandanan layaknya perempuan ber-make up tebal alias bencong.

“Siapa lu...? Dimana ini...? Terus, gue nih siapa...?” Tanya Rio ngeberondong yang masih sangat shock.

“Aih si boss ngedadak amnesia di istana ... Mentang-mentang dah main ama si Wanti semalaman, langsung lupa ama eike ... Eike kan cewek kesayangan boss ...” Ujar bencong itu mencolek dada Rio dengan gaya kemayu.



1e13e71328759558.jpg

Mulustrasi Selir kesayangan Boss Wuneng - Susi




“Ehh anjing... Lu colek-colek susu gue ... Emang gue cowok apa, hah!!!” Rio marah sekaligus merasa geli.

“Ih si boss wuneng biasa nya juga suka ...” Jawabnya makin menjadi kecentilan malah sekarang menjewil genit dada Rio.

“Brengsek gue dijadiin apa ama si jin? Jangan-jangan gue jadi cowok yang suka wanita jadi-jadian??” Dumel Rio dalam hati.

“Dah cukup ...!! Lama-lama gue habisin lu ... Kalo nyolek dada gue lagi ...!” Rio mencegah si lelaki tadi menjamah dadanya.

“Ih mau dong ... Eike dihabisin ama si boss ...” Si bencong malah makin nempel pada Rio.

“Dah lu jangan kecentilan!!! Sekarang lu ceritain siapa gue ...!”Rio mendorong tubuh bencong itu.

“Ih si boss, kan eike kangen boss dah lama lagi kita gak main, lagian masa sih lupa ama sendiri... Boss itu namanya boss wuneng ... Raja dari segala boss pengemis, pengamen ama anak jalanan, yah seperti eike boss, hi hi hi ...” Terang si bencong siapa Rio sebenernya. “Nah hari ini, hari di mana semua distrik nyetor ke boss!!” Lanjutnya, sambul menopangkan dagunya di paha Rio.

“Bener-bener kampret nih jin ... Maksud gue, gue bukan jadi raja para gembel apalagi raja bencong...” Batin Rio dalam hati sambil menatap para pengikutnya.

Tak banyak bicara lagi, semua pemimpin distrik para pengemis menyetor setoran mingguan ke boss Wunen alias Rio. Rio yang masih tak terima keadaan dirinya masih diam termenung hingga tersadar dengan sebuah laporan dari salah satu distrik.

“Bos maaf untuk daerah kita kali ini gak akan setoran ... Gara-gara di sana lagi ricuh. Gara-gara penggusuran paksa ... Malah anak buah kita banyak yang disiksa dan diusir ama para preman!!” Ujar pememimpin distrik memberi laporan. Laporan itu membuat Rio sedikit teringat akan Tika.

“Daerah lu dekat ama panampungan sampah itu, bukan?“ Tanya Rio dibalas dengan anggukan lemah.

“Boss ... Menurut eyke, kita kumpulin aja anak buah kita dari seluruh kota ini buat ngelawan mereka ... Kita musti bales dendam temen kita dah disakiti, eike yakin bisa.” Ujar bencong tadi, membuat Rio sedikit tertegun.
“Bener juga apa kata si bencong ini... Lagian pas momennya untuk menghalau si peneror ... Kita punya banyak massa untuk melawannya.“ Pikir Rio sejenak sambil memandang bencong itu.

“Ih si bos malah liatin eyke ... Bikin eike malu aja boss ... Kepengen yah ... Ayo eike layanin sekarang ... Hi hi hi ...” Bencong itu tertawa kegenitan.

“Bujubuneng ... Ogah ...! Jelek-jelek juga gua normal oyy ...!!!” Dalam hati Rio merasa enek melihat gaya bencong itu.

“Dah bos tenang aja ... Bentar eike panggil si wanti ... WANTTII ... Sini deh ...!” Teriak bencong ini memanggil, dari arah sebuah tenda keluarlah sesosok yang tak jauh beda dengan si bencong ini.

“Ada apa ciin ... Panggil-panggil eik... Eik masih cape nih layanin boss barusan!!” Jawab Wanti yang juga seorang banci.

07c1f61328759568.jpg

mulustrasi Selir Boss Wuneng - Wanti



Waduuh bencoong lagi … Jadi tadi gue main ama dia … Untung aja sebelum diganti gue ...!” Rio merasa mual apa yang dilakukan sosok ini sebulum diganti dirinya.

“Ini say ... Lu ada perintah dari si boss ... Kasih tau semua anak buah kita ... Kita mo bales para preman yang mukulin anak buah boss ... Biar Susi nyiapin kendaraan ...” Ujar bencong pertama ternyata bernama Susi.

“Oke cinn ... Apa sih yang gak bisa eik lakukan untuk boss ... hmmmpp ...” Ujar si Wanti sambil melepaskan cium jauhnya ke arah Rio.

“Huuueeekk...!!!” Membuat Rio mual dibuatnya.



****



Beberapa jam kemudian di sebuah bangunan mewah dimana Mira dan Shinta sedang menghadap boss besarnya.

“Bu Boss ... Sekian lama kita berbakti ama bu boss dan untuk kali ini kami mau mengundurkan diri dari boss!!” Mira mengutarakan maksudnya.

“Maksud kamu..!!”

“Ya bu boss ... Semenjak ibu berniat menggusur panti kami ... Kami merasa sudah tak pantas berada di sisi boss, secara tak langsung boss juga telah mendepak kami di sini!!” Shinta menjelaskan tanpa keraguan.

“Jadi kamu akan keluar dari kelompok yang udah ngasih makan ke kalian?” Bentak si boss.

“Bbuuukan booss ... Cuma...!! Gugup Mira.

“Aaahh basiii … Sudah sana pergi ... Gue gak perlu denger alasan kalian … Gue gak perlu anak buah yang gak punya rasa terima kasih ...!“ Ketus bos sambil mengusir Mira dan Shinta. Mira dan Shinta pun pergi meninggalkan kediaman boss-nya.



Tepat bersamaan di kawasan tempat tinggal Tika, sekelompok berwajah garang sedang berkumpul hendak melakukan aksinya yakni memaksa para warga untuk menandatangani kontrak penjualan tanah milik mereka pada bossnya.

“Gimana kalian udah siap dan awas jangan sampe gagal ...! Malam ini kalian musti berhasil dapetin tuh kontrak ... Jangan buat si bu boss marah besar ... Kalian mengerti...!!!“ Ujar pemimpin kelompok itu.

“Bang... Bahaya bang…!!” Salah seorang tergopoh-gopoh datang menghampiri pada pemimpin kelompok.

“Ada apa!!”

“Bosss wuuneng datang ama seluruh anak buahnya…!!” Jawabnya dengan terengah-engah sambil menunjuk ke arah di mana sesosok tubuh gempal yang berdiri di atas sebuah lori sambil didorong mendekati diikuti para anak buahnya. Semua pengamen, pengemis, anak jalan, tuna wisma termasuk banci kalengan yang ada di kota ini bergabung untuk menyerang kelompok peneror.

“Mo ngapain tuh gembel ke sini ...? Bikin ribet masalahnya ...” Gumam sang pemimpin kelompok dengan geram hanya terdengar di telinganya. Sementara itu suara Rio alias Bos Wuneng meneriaki untuk menghajar kelompoknya.

“Serrraaanggg …. Usiiirr mereka ...!!!” Teriak Boss Wuneng alias Rio. Serentak beribu-ribu orang menyerang para peneror, meski kelompok Boss Wuneng tak segarang dan setangguh para peneror tapi dengan jumlah yang sangat banyak membuat keadaan tak berimbang dan hasilnya para peneror dibuat kalang-kabut melawan mereka.

Entah berapa lama bentrokan terjadi hingga suara sirene meraung. Beberapa truk dari aparat kepolisian telah tiba memisahkan pertikaian. Satu persatu para peneror pun ditangkap oleh polisi hingga situasi pun menjadi terkendali lagi.



*****



Merasa telah berhasil menghalau dan menggagalkan rencana penggusuran, membuat hati Rio berbunga dan semakin yakin kalau Tika akan menambatkan hatinya pada dirinya. Dengan susah payah akibat tubuh yang over berat, Rio berjalan mencari sosok Tika hingga, dimana dirinya menemukan Tika yang sedang mengobrol dengan seorang perwira muda.

“Ehhmm” Rio berdehem membuat Tika dan Perwira menoleh ke arahnya.

“Bapak yang mengorganisir para tuna wisma dan pengemis untuk melawan peneror ini?” Tanya Perwira itu.

“Beettuull pak!!” Jawab Rio, matanya melirik ke arah Tika, tetapi terlihat Tika seolah tak mengenalnya hanya tersenyum dingin padanya.

“Kalo gitu ... Bisa, besok bapak menemui kami untuk memberikan laporan di kantor!!” Lanjut perwira, dijawab dengan anggukan.

“Baiik pak ... Tolong bereskan masalah penggusuran paksa ini ... Tangkap pelaku utamanya!!” Pinta Rio pada perwira itu.

“Sudah pasti pak ... Kita akan mendalami kasus penggusuran paksa ini hingga pelakunya tertangkap.” Jawab perwira itu.



Lalu perwira itu pun minta izin agar bisa kembali mengobrol dengan Tika untuk mengorek informasi seputar kasus yang mereka hadapi dan Tika pun melayaninya tanpa sepatah kata pun pada Rio, tidak menghiraukan keberadaan di sampingnya meski dengan sosok yang berbeda. Dalam hati, Rio menganggap wajar jika Tika bersikap dingin padanya, mungkin dia tak mengenali wujudnya yang sekarang. Andai dengan wujud Rio yang asli pasti Tika akan menyambut dengan senyum manisnya.

“Boosss… Kemana aja? Eikkke cari cari boss, ehh gak taunya di sini...” Susi sibanci kaleng sudah ada di sisinya diikuti anak buahnya mendorong lori kursi kejayaannya.

“Kok boss sedih sih ... Udaah... ntar eike kasih ena-ena ...” Ujar Susi yang memergoki Rio yang bersedih melihat Tika yang asik mengobrol dengan perwira muda itu tanpa memperdulikan dirinya. Lalu Rio pun menaiki lori kebanggaannya, dan pergi menjauhi Tika.


Saat hendak meninggalkan lokasi ....

“Bosss bentarrrr…” Terdengar suara wanita menahan Rio pergi. Rio pun menoleh, ternyata Mira dan Shinta yang memanggil.

“Kalliaann ...!!” Ujar Rio membuat Mira dan Shinta bengong dibuatnya melihat sosok asing yang mengenalinya.

“Maaf Boss ... Emang kita pernah kenal?” Tanya Mira.

“Eeeh ... Maaf, di-dikira anak buahku ...” Rio pun sadar akan wujudnya yang sekarang, mustahil Mira dan Shinta mengenalinya.

“Udah Gak papa boss ... Kami ke sini untuk mengucapkan terimakasih pada boss yang udah berhasil mengusir para antek penggusur, yang jelas panti kami gak akan di hancurkan ... Kesian banyak anak yatim piatu yang kena imbasnya jika penggusuran ini terjadi ...” Mira dan Shinta bersujud dihadapan Rio.

“Sudah ... Sudah ... Bangun kalian ... Malu, masa cewek cantik bersujud ama orang kayak saya ...”

“Gak boss ... Bagi kami boss penyelamat kami ... Sepantasnya kami lakukan ini ...” Shinta pun bersujud kembali, merendahkan dirinya dihadapan Rio.

“Semoga Boss diberkahi atas kebaikannya ...” Timpal Mira yang ikut bersujud kembali.

Hati Rio terenyuh melihat sikap Sinta dan Mira yang berbeda dengan perlakuan Tika padanya. Rio pun pergi meninggalkan Shinta dan Mira yang masih bersujud.



******



Di istana gembel sang raja pengemis, Rio yang tengah termenung di atas ranjang memikirkan Tika yang dingin padanya. Karena suasana di tempat itu panas ditambah bodynya yang overweight membuat dia menanggalkan bajunya meninggalkan kolor yang menempel di tubuhnya.

“Gue ngerasa kok Tika menjadi sosok lain, gak ramah ke orang yang tak dikenal malah dia fokus mencari perhatian si polisi ... Emang sih dia ganteng dan gagah ... Ah mungkin gara-gara aku yang dah bersalin rupa jadi dia tak mengenaliku.” Gumam Rio menentramkan hatinya.

“Hii bosss… Ihh si boss udah siap-siap aja ...“ Susi yang muncul dari balik kain sekat pintu tenda di mana Rio berada, dengan dandanan super sexy, dengan berlenggok berjalan mendekati Rio. Bukannya bernafsu akan kehadiran Susi tetapi membuat Rio malah ketakutan, dengan susah payah Rio menggerakan tubuhnya untuk menjauh karena body-nya yang super duper gemuk, tetapi Susi tak menghiraukan malah terus berlenggok berjalan mendekatinya.

“Huuss... Husss ... Sana ... Sana …!!!“ Usir Rio, terus mencoba menjauhkan Susi.

“Ih bos kok gitu... Kan malam ini giliran eike muasin boss ... Boss, Sussi sexy kan..?” Ujar Susi malah menari erotis di hadapan Rio membuat pemuda itu merinding. Satu persatu pakaian yang melekat pada tubuh Susi ditanggalkan hingga akhirnya.

“Bujubuneenggg... Jaanggan mendekat ... Aammpuunn huss husss… Yaa dewaaa, dossaa apa guee … Sana pergi...!!!” Rio makin merinding melihat batang kemaluan Susi yang telah tegang.

“Yayang Wuneng kan suka konti Susi … nih ...!” Si Susi malah memainkan kontinya lalu tubuhnya mendudukan diri di atas dada Rio yang kesusahan untuk menjauh disodorkan ke wajah Rio.

“Anjjing... Jiiiinnn ... JIiinnn ... Di mana lu…??? Wasssuuu… Oooiii tolong gue...!!” Rio terus berontak tetapi apa daya karena tubuhnya yang gemuk tak bisa berbuat banyak tenaga dan nafasnya cepat habis.

“Ih Boss banyak gerak jadi gemes deh ... Eike isepin dong bosss...” Susi terus mengasongkan kontinya ke mulut Rio.

"Hmmmp... hmmppp...” Rio menahan mulutnya, tiba-tiba dirinya tersantak kaget sesuatu sedang merogoh ke dalam celana dalamnya.

“Ihh ... Wanti kok ikutan sih ...?” Susi yang menoleh ke belakangnya, ternyata Wanti tengah merogoh ke dalam celana dalam Rio.

“Habis konti si boss imut bikin ngangenin ...” Jawabnya manja. Bagaikan tersengat listrik saat tangan Wanti sang bencong meremas dan mengeluarkan penis Rio.

“Jiiinn... Jinnnn...! Tolongin gueee... Aadduuhhh Jinnn...! Brengsseeekkk...!!! Guee lupa lagi manteraaa nya… Ooiii oiii bentar jangan jjjaanggnn ddiikkulummm.. hmmmppp wwpp..!!” Teriak Rio dalam otaknya terus berputar berfikir akan mantera yang pernah jin teko berikan dulu. Tapi fokus otaknya terganggu akan hembusan nafas Wanti pada ujung kontinya. Saat berteriak disumpalnya mulut Rio dengan penis Susi.

“Aaahhh boosss enaakkk .... ayo dong Sedddoot boss yang kuat ...! dikkiiiitt laagiii bossss moooo.. keeluaaar” Erang Susi sambil menggoyangkan pinggulnya. Rasa jijik dan mual di benak Rio yang seumur hidupnya tak pernah mengulum penis.

“Ihhh geemes deh hmmm ...aahh” Wanti yang tak sabar langsung mengulum penis Rio. Pemuda itu memberontak tak ingin dirinya diperkosa oleh dua bencong ini. Tetapi tak disangka oleh Rio terdengar sayup-sayup suara lagu yang dia kenali, sebuah lagu dari penyanyi legenda hidup di negara ini dari arah luar tenda membuat Rio teringat mantera yang jin teko berikan. Tanpa banyak bicara, Rio langsung menggigit keras penis Susi.

“aarrggghh bosssss keel......AAAWWW .... Bosss sakit ....!!!!” Susi menarik penisnya seiring ujakulasinya di mulut Rio, tak ingin kesempatan terbuang percuma, Rio langsung berteriak.



“BENTO…. BENNNTOO… BENNNNTOOOO!!!”


FUUUSSSSSS, hembusan angin kencang menerpa tenda hingga hancur terbawa angin dan sebersit sinar menyambar tubuh Rio dan

BLASSSSS! Asap mengepul menutupi tubuh Rio. Rio merasa tubuhnya melayang dan pening di kepalanya hingga kembali pingsan dibuatnya.



*******



“Nang Ning Ning Nag Euuu” Terdengar di telinga Rio yang mulai sadar dari pingsannya.

“Anjingg... Jin... Jinnn... Jinnnn... Tolong gue... Jin... Puaaah... Puaaah ... Tolongin jinn, mulut gue disumpal kontol... Puaaahhh…” Rio yang langsung bangun melepeh-lepeh mulutnya tak sadar bahwa dirinya telah kembali ke kamar kosnya.

“Bosss… booosss ... Eling bosss…!“ Jin teko menyadarkan Rio yang masih panik tanpa menghentikan tingkahnya yang sedang menari dengan kedua boneka kesayangannya.

“Eeehh lu Jin … Di mana gue…?“ Rio menoleh ke arah jin yang sedang menari dengan kedua bonekanya.

“Lah masa bos lupa, ini kan kosan boss ...” Jawab jin teko, dan tanpa pikir panjang Rio langsung beranjak dan berlari ke arah kamar mandi, lalu dia membersihkan seluruh tubuhnya, apalagi pas mulutnya tak henti mencucinya sampai sampai air detergen dipakai untuk berkumur-kumur karena merasa jijik teringat mulutnya pernah mengulum penis bencong hingga ngecrot dan masih terasa ketir dilidahnya rasa cairan yang menyembur dimulutnya .

"hueeekk... hueekk" Rio memaksa memuntahkan apa yang telah masuk kedalam perutnya, Setelah merasa yakin bersih, Rio langsung kembali ke kamarnya dan melabrak jin teko yang masih asik berdansa dengan bonekanya.

“Anjing lu jin .... Yang kira-kira dong ... Kalo nempatin gue ...!!!” Kesal Rio tak terima.

“Apa lagi sih boss ... Setiap ada permintaan pasti ujung-ujungnya marah-marah...??” Jawab jin teko sambil meletakkan bonekanya.

"Lu tuh yah ... Gue tak terima ... segala permintaan gue yang lu beri Ujung-ujungnya bikin gue apes ..!!” Dumel Rio.

“Lah ... Bos mintanya apa coba...?” Tanya jin teko dengan sedikit nada meledek.

“Ya gue minta jadiin raja ... Tapi gak gitu juga lagi ... Masa gue jadi raja gembel sih..!! Bikin elit dikit kek, jadi panglima tentara kek ... Presiden kek ...” Ujar Rio geram.

“Lah boss mikir dikit napa ... Dimana aya (ada) raja ya di nagara urang …. Yang adanya cuma raja gembe, lagian kalo presiden boss gantiin, apa kata dunia? Negara ini ancur punya presiden kayak boss!!” Kilah jin teko.

“Tapikan…” Rio hendak menampik argument jin teko.

“Istana… pengikut banyak …. Mana ada boss yang kayak gitu… Ya itu cuma dia kok yang ngaku punya istana dan punya banyak pengikutnya.” Timpal jin teko, membuat Rio tak berkutik. Dalam pikirannya membenarkan, mana ada raja yang punya pengikut banyak di negara ini. Namun meski jadi raja gembel, usaha Rio untuk menghentikan penggusuran telah berhasil.

“Hu uh oge si jin ... Gue salah lagi permintaannya ... Tapi jin, masa raja punya selir bencong? Mana gue mau diperkosa lagi ama mereka ... Mulut gue jin, mulut gue nih, disumpel kontol ...” Rio teringat akan nasibnya yang hendak diperkosa oleh pacar si bos wuneng.

“Buahahaha ... Aslinya bos … Asiiik dong bisa tusbol mereka ha ha ha ...!!” si jin teko malah menertawakan Rio.

“Anjing lu jin ...! Bukannya bela sungkawa mulut gue diperawanin tu kontol ...!!!” Rio bersungut-sungut geram, merasa ditertawakan jin peliharaannya.

“Buahahahahaha .....!!!” Makin keras tawa jin teko mendengar kejadian yang dialami Rio ditambah melihat mimik wajah Rio yang nelangsa.

“Udah ... Udah ah .... Ngetawainnya…!!! Lu kesenengan ngetawai gue ...!!!” Dumel Rio kesal.

“Maaf ... Maaf boss ...” Jin teko meminta maaf.

“Dah ... Daripada ngetawain gue, mending lu keluarin duit yang gue titipin, setengahnya aja dulu, gue musti beli rumah ...” Perintah Rio.

“Oke boss ...” Jawab jin teko sambil menjentikan jarinya, lalu tumpukan kecil uang telah berada di hadapan Rio. Rio pun langsung menghitung uang yang ada di hadapannya. “1,5 M, keliatannya cukup buat beli rumah ...” Usai menghitung uang, Rio menoleh ke arah jin yang terlihat melayani boneka.

“Ngapain lu jin...?” Merasa ada yang janggal melihat jin melayani boneka dengan memijat kakinya.

“Eeehh ngak bos ... Ieu pegel cenah kakina (Ini pegel kakinya).” Jin teko tak bergeming dengan kegiatannya. Rio memperhatikan dua boneka yang didudukan oleh jin teko di atas ranjangnya.

"Jin keliatannya ada yang aneh pada boneka ...” Rio menangkap sesuatu pada sosok boneka seks milik jin teko.

“Apaan boss?” Jin teko berpaling, berbarengan itu handphone Rio berdering, tertera Tika meneleponnya.

Ah, ternyata Tika gak lupain aku ... Dia masih ingat aku ...” Ucap Rio dalam hati, hingga perhatian pada boneka teralihkan.

“Haloww Tik… … Ohhh Gitu yah jadi dah beres masalahnya … Ooohh ternyata banyak pemalsuan …. Ditangkap .... Syukurlah kalo si otak pelaku dah tertangkap …. Ya udah kapan-kapan aku singgah deh ke sana … Oke deh Tik ... Bye ...“ Rio pun mengakhiri teleponnya.

“Siapa Bos.. ?” Tanya jin teko pada Rio.

“Kecengan baru jin ... Mudah-mudah bisa dijadiin bini, he he he ...”

“Lah trus ... yang dua itu, mo diapain?” Tanya jin teko.

“Lah lu tau... Ngintip yah...!!”

“Kagak lah boss ... Cuma dikit he he he ... Karunya boss, keliatannya mereka bogoh ka boss, lagian dua deui jiga urang si boss rek nyaingan urang euy hebat.. !! (Kesian bos, keliatannya suka ama bos, dua lagi kayak saya, si boss mau nyaingin saya hebat..!!)...” Ujar jin teko cengengesan sambil nunjuk boneka kesayanganya.

“Oh Iyaa... Hampir lupa, boneka lu tuh keliatannya...” Belum juga beres bicara.

“Rioooo...!!” Terdengar dua suara wanita di balik pintu kamarnya.

“Boss gue balik dulu ...!!!” Ujar jin teko yang mendengar suara di balik pintu kamar Rio.

“Fussssss ...!” Asap mengepul dan jin teko dan bonekanya pun menghilang kembali ke dalam teko.

Rio pun membuka pintu ....

“Rioooo kita seneng banget … Kita bebass …” Mira dam Shinta langsung berhamburan memeluk Rio saat pintu terbuka.

“Oooooiii ...“ Rio yang tak siap langsung terjatuh saat di peluk oleh Mira dan Shinta secara bersamaan hingga mereka menindih Rio.

“Riooo makasih yah ... Muaacchhh ...” Mereka silih berganti mencium pipi Rio.

“Heyy ... Ada apa sih...?” Rio pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi pada dua gadis ini.

“Shin...” Tiba-tiba Mira menghentikan ciumannya dan matanya tertuju pada uang yang menumpuk di dekat kasur.

“Rio ... I-itu uang si-siapa?” Tanya Shinta sangat terkejut setelah melihat uang yang bertumpuk-tumpuk tersebut.

“Eehh… Bentar minggir dulu ... Berat ...!!” Setelah kedua wanita itu bergeser, Rio pun bangkit lalu berdiri.

“Aku mau beli rumah untuk tempat tinggal kita ... Apa kalian keberatan kalo aku ajak tinggal bersama?” Rio tidak lantas menjawab pertanyaan Shinta. Mira dan Shinta hanya berdiri terdiam, disudut matanya mulai menetes airmata.

“Riioo kamu bener-bener baik ama kita ...” Ujar Mira tak percaya atas tawaran Rio.

“Rioo... Aku mau...!!” Lagi-lagi Shinta lebih agresif, dia memeluk erat lengan kanan Rio. Rio mengangkat tangannya mengajak Mira agar mendekatnya. Seperti ada magnet di tubuh Rio, Mira pun mendekat dan memeluk lengan kiri dan berkata ...

“Aku juga mau yo...” Ujarnya pelan.

“Hhmm ... Tapi aku akan mengajak Bi Inah ... Kesian dia dan putrinya sekarang tak punya tempat tinggal ...!” Ujar Rio.

“Kita mah ngikut aja…” Jawab mereka berbarengan.

“Ya udah ... Sekarang kita pergi ... Kita cari rumah yang letaknya strategis, selain jadi tempat tinggal, aku pengen dimana kita bisa mewujudkan impian kalian ... Gimana?” Kata Rio sambil tersenyum.

“Yoo...” Mereka melepas dekapannya lalu memandang Rio setengah tak percaya yang dikatakan Rio untuk mendukung impian mereka.

“Udah ah jangan cengo ... Kita jalan jalan cari rumah ... Shin, kamu bawa tuh uang bagi dua ama Mira supaya gak berat ... Aku mau ngajak Bi Inah sekalian nyari mobil sewaan ...” Rio langsung meninggalkan mereka untuk mencari Bi Inah.



Di hari ini merupakan hari terindah dan bahagia bagi Rio di mana selama mencari tempat tinggal, Rio merasakan kehadiran Mira, Shinta, Bi Inah serta ketiga putrinya. Kehangatan mereka membuat Rio seperti merasa berada di tengah keluarganya.

“Umi… Abah... Rio kangen... Rio pengen pulang...” Gumam dalam hati Rio disela tawanya.





Bersambung

(Next last episode)
 
Terakhir diubah:
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd