Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Rara

Bimabet
Gaya tutur bercerita yg beda dr kebanyakan mastah suhu disini..

Detail dan pemilihan kosa kata beragam yg menjadikan nya unik.. Ga berlebihan kalo sist flo.. Ehh sist eliza jd fans berat suhu :ampun:

Keep it that way suhu :jempol:
 
gausah ikut LKTCP, LTKT, e KTP atau apalah itu suhu... mending ngadem dimari ajah... karya nya haluuuuuus banget dah, macam kulit amoy..jiaaah.. :bata:
cara write nya halus, potensial, sexual arrousal...haaa... :) baca nya seperti merasa pacaran dulu, perut agak2 mules, rasa2 exitement muncul.. hormon2 yang dulu hilang memoars kembali. sesuatuh banget kata syahrini ini mah... lanjut suhu... membaca nya seperti saya flashback 5 tahun yg lalu...hadeeeeh....
overall... kompor gas... klo saya sih yes yah....


:jempol:
 
Belum update y suhu :sendirian:
 
Gaya tutur bercerita yg beda dr kebanyakan mastah suhu disini..

Detail dan pemilihan kosa kata beragam yg menjadikan nya unik.. Ga berlebihan kalo sist flo.. Ehh sist eliza jd fans berat suhu :ampun:

Keep it that way suhu :jempol:


Terima kasih, suhu...

Terima kasih sudah sudi mampir dan membaca tuturan nubi..


:)
 
gausah ikut LKTCP, LTKT, e KTP atau apalah itu suhu... mending ngadem dimari ajah... karya nya haluuuuuus banget dah, macam kulit amoy..jiaaah.. :bata:
cara write nya halus, potensial, sexual arrousal...haaa... :) baca nya seperti merasa pacaran dulu, perut agak2 mules, rasa2 exitement muncul.. hormon2 yang dulu hilang memoars kembali. sesuatuh banget kata syahrini ini mah... lanjut suhu... membaca nya seperti saya flashback 5 tahun yg lalu...hadeeeeh....
overall... kompor gas... klo saya sih yes yah....


:jempol:


Ahihihii..

Terima kasih, suhu...

Semoga update selanjutnya tidak mengecewakan suhu..
 
Update 03

***

Siang setelah malam dan pagiku di rumah Kak Hajrah, tepat saat kuputuskan untuk berhenti memikirkan Hara, kuterima pesan singkatnya,

Hara : Ta..
Nant : Yaa..
Hara : :)
Nant : Apaan, mesem-mesem begitu..
Hara : Jadi kamu lebih suka aku cemberut?
Nant : Ra, pls, kalo mmg ga suka aku dekat2, bilang sj, jangan begini..
Hara : Begini gimana?
Nant : Sambut aku kalau kamu juga mau. IOH, usir sj aku.

Hara tidak menjawab. Beberapa jam berlalu,

Hara : Ta..
Nant : Yaa..
Hara : Aku baru sampe rumah, tdi ada kuliah. Kamu ke sini..
Nant : Gak.

Namun hatiku tidak bisa kudustai. Sejam kemudian, aku melaju ke rumahnya di atas kuda besi.

***

Tidak ada basa-basi saat itu. Bibir kami saling melumat pada detik pertama Hara membuka pintu. Pakaian kami berceceran dari ruang tamu hingga ambang pintu kamar terdekat di bawah tangga. De Javu? Mungkin begitu.

Hara tidak memberiku kesempatan bicara. Setiap kali kutarik wajahku dari ciumannya, diterkamnya kembali dengan cepat. Kami berdiri di ambang pintu kamar, saling pagut, seolah khawatir kehilangan gairah. Kubulatkan tekad, kulepaskan lingkar lengannya dari leherku, kudorong tubuhnya menjauh.

Kami bersitatap sesaat. Hara berdiri memandangiku yang melangkah keluar, memunguti baju dan celanaku lalu mengenakannya kembali di ruang tamu.

“Jelasin, Ra..”

“Apa?”

Sekilas kurasakan kembali kemasygulan hati yang sama, kebingungan yang sama ketika Hara menamparku di kampus beberapa hari sebelumnya.

“Jelasin, Ra. Kamu mau anggap aku apa? Teman?”

“Teman tidak seperti ini, Ra.. Kalau kau menginginkanku lebih dari itu, maka katakan lebih dari itu. Jika tidak, usir aku. Apa yang kita lakukan ini tidak sehat, Ra..”

Hara duduk di sampingku. Menghempaskan diri, mengenakan pakaiannya kembali.

“Kamu gak akan ngerti, Ta..” Hara menghela napas, menyandarkan badan di kursi di sampingku.

“Maka buat aku mengerti. Aku gak bodoh-bodoh amat kan, menurutmu?”

“Ta, gak bisakah kita lewatkan saja percakapan ini? This is useless, Ta..”

Hara memutar badannya menghadapku.

“Aku gak bisa mungkir, aku pengen kamu, Ta. Dan kamu gak perlu menahan diri, karena aku tahu kamu ingin aku juga. Tapi tolong, jangan ada ikrar bahwa kita lebih dari teman, Ta.. Jangan bikin ini jadi rumit..”

Kata-kata Hara barusan membuatku paham; Hara tidak bisa menjadikanku kekasih karena suatu alasan, tetapi perasaannya yang kuat padaku membuat kami sulit untuk saling melepaskan.

Yang belum dapat kutemukan adalah alasan apa itu. Alasan yang menahan perasaan Hara padaku. Apakah larangan orangtua? Tidak mungkin. Orangtuanya belum tahu tentangku. Ataukah karena sebuah sumpah masa lalu? Kemungkinan kedua ini terlalu kecil dan hampir mustahil.

Aku tidak bisa menembus alasan itu, membuatku sesaat berpikir; mungkin kepalaku terbuat dari batu.

Hara melihat kalutnya pikiranku. Dia beringsut mendekat,

“Ta, aku tahu, berat bagimu melakukan sesuatu tanpa berpikir. Tapi sekali ini saja, lakukan untukku..”

Hara mengulurkan tangan, membelai rambut dan pipiku. Telapak tangannya memalingkan wajahku menghadap ke arahnya, menarikku ke dalam ciumannya.

“Ta, jangan mikir, plis..”

…saat aku tak kunjung membalas lumatan bibirnya.

“Jika kamu sulit menganggapku sekadar teman karena semua yang kita lakukan ini, maka berpura-puralah, bagiku itu tak apa..”

Hara berbisik ketika dirasakannya aku tidak juga membalas pelukannya.

“Katakan, Ta.. Katakan aku temanmu..” bisikan Hara berangsur berubah menjadi desahan lirih.

Bibirnya bergerak dari telinga, pipi, dan menuju bibirku dengan pasti. Aku menyerah. Pasrah pada ciumannya yang basah.

Bibirku perlahan membalas kuluman dan lumatan Hara. Kami duduk menyamping bersandar di kursi tamu, dengan wajah melekat erat, menyatu dalam ciuman hangat. Kulingkarkan tangan di pinggangnya, Hara mengeratkan pelukan di leherku.

Olah bibir Hara terasa lancar, membuatku tahu, aku baginya bukan ciuman pertama. Pikiran itu membawa benakku mengingat, bagaimana cumbuan dan ransangan yang diberikannya padaku terasa begitu ampuh, seperti serangan yang langsung mengena di jantung musuh. Sungguh kontras bagiku, melihat betapa lancarnya Hara berlaku erotis, dibandingkan gaya dan cara berpakaiannya yang begitu tertutup dan agamis.

Pikiranku yang terganggu membuatku tidak bisa menikmati. Ditambah kenyataan bahwa pengalaman-cium-ku memang masih dangkal. Aku hanya pernah mencium seorang gadis, pacarku, walaupun pernah kukatakan padanya telah banyak kali kulakukan itu.

Kutarik wajahku sejenak dari Hara. Dalam terengah, kukatakan padanya,

“Aku gak bisa berpura-pura, Ra.. Aku gak bisa berpura-pura menganggap kamu teman. Gak ada teman yang melakukan ini..”

Hara menatapku, lalu tersenyum dan berkata,

“Kalo gitu kita beneran berteman saja. Teman beneran..”

“..tapi teman yang berpura-pura jadi kekasih. Itu masuk akal buat kamu?” Hara masih tersenyum.

Aku semakin bingung, tapi akh, persetan..

Kuterkam Hara, kulumat bibirnya, kutindih tubuhnya di sofa. Hem yang belum selesai dikancingnya terlepas kembali, menampakkan kulitnya yang bersih terbalut bra berwarna putih.

Kami bertindihan, membujur di sepanjang sofa beludru berwarna hitam. Warna yang membuat kulit Hara terlihat kontras dan berkilau, muda, kencang dan menggairahkan.

Rok Hara tersingkap hingga atas paha, menampakkan kulit kakinya yang halus, melingkar, menjepit pahaku, menekanku ke bawah, mendesak tubuhnya.

Jari-jari Hara bergerak dengan lincah, melepas kancing kemejaku satu persatu. Beberapa kancing terlontar, saat Hara menariknya lepas dengan tidak sabar.

Kuturunkan ciumanku ke lehernya yang lembab berpeluh.

“Mmmmmmhhh.. Galih..” perlahan Hara merintih..

Galih? Siapa?

Kebingungan tidak menghentikanku menciumi titik-titik rangsangan di tubuhnya. Kukecupi kuping, belahan dada, perut dan pahanya. Tanganku berputar ke belakang, menyusup mencari kait bra. Hara terkikik saat menyadari jari-jariku yang tersesat di punggungnya.

“Kaitnya di depan sini.. hihi..”

Hara mengenakan bra dengan kait di depan, di perbatasan dua cup-nya. Aku ikut tersenyum, sedikit malu.

“Aku lepas, ya, Ra..”

Ra? Siapa? Panggil aku Ratna..”

Melihat ekspresiku yang bingung, Hara kembali tersenyum,

“Katanya mau pura-pura jadi sepasang kekasih..”

Aku tertawa. Hara menanggapi perkataanku literally. Aku berpura-pura jadi Galih, dan dia jadi Ratna. Sepasang kekasih dalam sebuah karya sastra lama.

Sesaat kunikmati saat-saat kami bercanda. Lalu Hara bangkit dari tindihanku, menarikku berdiri dan berjalan ke kamar. Kembali kami berciuman di ambang pintu, kali ini dengan lembut, tidak tergesa. Hara penuh berpeluk pada leherku, sementara jariku menarik tali bra-nya lolos dari bahu.

Kuangkat tubuh Hara, sedikit berat, nafasku agak sesak, Hara tertawa melihatnya. Kurebahkan tubuhnya di kasur, menendang pintu tertutup, lalu menyusul Hara, kujatuhkan diriku menindih tubuhnya.

Hara menyambut bibirku penuh nafsu. Ritme napas kami meningkat, dari panjang-perlahan lalu singkat-memburu. Bibirnya yang luwes menari, memandu area oralku mencecap nikmatnya cumbu. Hara mengerang, mendesis kenikmatan.

Kami bergulingan di peraduan, saling tindih bergantian. Hara duduk tegak di atas tubuhku, lalu melepas kait bra di dadanya. Kutegakkan tubuh, membenamkan wajahku di belahan dadanya yang membulat menentang udara.

“Mmmmmmmhhh.. Terusin, Galih..”

Jari Hara meremas rambutku, mengarahkan wajahku menemukan puting susunya yang menantang, merah dengan semu kecokelatan. Kucucup perlahan, bergantian.

“Aaaaaahhh.. Galih..”

Hara menarik rambutku ke belakang,

“Sakit.. jangan kencang-kencang hisapnya..” Hara tersenyum sambil meringis.

“Ng, bukannya enak yah? Syaraf sensori kan berpusat di situ..” aku bertanya, lugu.

Hara tersenyum, membelai wajahku dengan lembut,

“Tidak semua syaraf sensori adalah perasa geli. Areola wanita beda-beda, Lih, punyaku mungkin lebih banyak syaraf sensori perasa nyeri..”

Sebuah pelajaran baru,

“Terusin, Lih, tapi jangan kencang-kencang..” Hara menarik wajahku, mencucup putingnya, lagi dan lagi..

Aku benar-benar menikmati sensasi ini. Kusadari saat itu, pria memang lebih lama menikmati masa bayi, hihi..

Kembali Hara menindihku. Bibirnya mencecap leher, dada lalu turun ke putingku. Kurasakan suatu sentakan kenikmatan, mendesak, menyengat seperti aliran listrik bolak-balik. Sebuah pertanyaan masa kecilku terjawab saat itu juga (apa kegunaan puting susu pada pria? Haha..)

Tubuh Hara melengkung di atasku, saat dengan cepat dilepaskannya kain terakhir yang melekat di tubuhnya. Tak mau kalah, kubuka gesper celanaku. Rasa grogi membuatku kesulitan, dengan sabar Hara membantuku. Sikap tenangnya membuatku kembali sadar, aku bukan pria pertama yang pernah mengerang nikmat di tempat tidurnya. Kupejamkan mata, sedikit jengah, sedikit kalah.

Sesaat kemudian, sensasi sengatan listrik kembali menyerang tubuhku. Kali ini serangan terjadi di area bawah. Ketika kubuka mata, kusadari Hara sedang menciumi batang penisku. Kecupan-kecupan ringan, disela dengan gigitan, membuatku tidak tahan. Tubuhku menggelinjang.

Hara terlihat sangat senang dengan gerakan tubuhku yang dilanda kenikmatan. Sekilas mata kami bertemu pandang, de javu kembali melandaku. Kilas balik dari masa SMP.

Sesaat kemudian kusadari, lirikan mata Hara saat menciumi senjataku mengingatkanku pada kerling mata wanita dalam film blue. Duh Puang, mengapa ingatan tentang persetubuhan orang lain malah membuatku semakin terangsang?

Aku tidak tahan lagi, kutegakkan tubuh, namun Hara menahanku. Tangannya bergerak cepat, mendorongku terjengkang, kembali terlentang.

Sesaat kemudian, Hara menarik batangku, memasuki dirinya, melalui gerbang yang tidak pernah kusangka. Hara mengulum penisku!

Desahku tidak tertahan, terlontar ke udara, kesadaranku terangkat sepenuhnya,

“Ahhhhhhh.. Raaaa..”

Hara mengangkat wajahnya, tersenyum nakal, mencubit perutku,

“Namaku Ratna..”

Duh, mengapa seorang wanita masih bisa menggoda, ketika pria sudah kehilangan akalnya?

“Plis, aku gak tahan..” aku tak sadar mengerang.

Ratna tertawa. Atau Hara. Akh, setang belang. Kutegakkan tubuh, melawan segala dorongan yang Ratna-Hara lakukan.

Kubalikkan posisi, tubuhku di atas tubuhnya. Kutatap dalam matanya. Hara memeluk leherku, melebarkan paha. Dengan pengalaman seadanya, kuarahkan batangku menuju pintu yang seharusnya.

“Oooooohhh.. Ta..” Tak sadar Hara menjeritkan namaku dengan lirih, melanggar aturan mainnya sendiri.

Pinggulnya bergerak menyesuaikan diri, meloloskan tubuhku semakin dalam, melesak menuju inti tubuhnya yang lembab, basah dan berdenyut-denyut menghisap.

“Aaaaaahhh.. Galih.. Terus, jangan berhenti.. Ahhhhh..” Akal sehat Hara sudah kembali.

Salahkan Hara yang menggodaku dengan fellatio-nya yang gila. Lima, enam, tujuh tusukan, kumuntahkan laharku di bawah sana. (Baiklah, mungkin hanya dua atau tiga). Kekuatanku bagai tersedot habis dari tubuhku, meresap bagai sihir osmosis, berpindah ke tubuh Hara, yang terus bergerak dengan liarnya.

Menyadari gerakan tubuhku yang terhenti, Hara berguling mendominasi. Tubuhnya kini tertelungkup rapat di atasku, pahanya mengangkangi pahaku. Lembab dan hangat di kurasakan di bawah sana, di tempat di mana penisku tertawan dalam dekapan vaginanya.

Bibir Hara terbenam di leherku, dengan kuku menancap lembut di bahuku. Tubuhnya berguncang, bergerak naik turun, maju mundur, berputar dan menekan. Hara menggali kenikmatannya sendiri, menyadari aku tidak berkutik lagi setelah orgasme-ku tadi.

“Aaahhhh.. Mmmmmmhhh.. Galihh.. Nnggggghhhhh.. Ahhhh..”

Seperti mantra tak bernada, memenuhi candra, menanjak, tertahan di puncak, lalu jatuh..

“Oooooohhhh.. Aaaaaaaahhhhhh.. Akkhhhh.. Aaaaaaaaaaahhhhhhhh..”

Hara menyusulku, mencapai puncak yang sudah kuraih beberapa menit lebih dulu.

Kurasakan dadanya memompa dengan ritme surut, saat napasnya yang terengah berangsur-angsur turun. Hara merapatkan wajahnya di wajahku, mata kami sejajar dalam pejam.

Ungkapan cinta biasanya diucapkan sepasang kekasih pada moment ini, tetapi aku tahu lebih baik diam. Aku belum ingin kehilangan kesempatan.

Hara berguling, kami berpelukan dalam posisi menyamping. Dengan beberapa penyesuaian, kaki di sini, lutut di sana, pertemuan selangkangan kami mendapatkan posisi idealnya. Perlahan kumulai kembali gerakan memompa.

Duh, suhu sekalian. Bersenggama dalam posisi berbaring berhadapan, saling menatap dan membelai, adalah pengertian baru akan keindahan. Mata saling kunci, tidak kuasa mengalihkan pandangan, hingga tidak ada yang terlewatkan. Gesekan batang kejantanan dengan dinding kemaluan, desah napas yang tertahan, ekspresi kenikmatan yang tidak terperikan, semuanya mengalir perlahan, penuh perasaan.

“Aaaaahhh.. Ooohhhh.. Ahhhhhh..”

Kenikmatan tingkat tinggi, di ranah diri paling dalam, tidak tergambarkan, tidak terdefinisi..

Sekali lagi, orgasme melanda sekujur tubuhku, mendera ke-delapan tungkaiku hingga lumpuh.

Aku dan Hara berpelukan dalam diam, menyerah pada rasa lelah yang menyelimuti kami perlahan demi perlahan.

***

“Kamu mungkin menyadari, ini bukan yang pertama buatku.” Hara bersandar di bahuku, bergelung dalam selimut ketika kami terjaga beberapa jam kemudian.

Kami duduk bersandar di kepala tempat tidur, berpelukan, telanjang.

“Ceritakan, Ra, buat aku mengerti..”

Hara mencubit dadaku dengan lembut,

“Suatu saat, Lih. Akan kuceritakan semua. Sampai saat itu tiba, plis jangan menggali, jangan mencari tahu..”

“Aku pengen kamu nanti tahu bukan dari orang lain. Dengan begitu gak bakal ada yang sakit hati.” Hara melanjutkan.

Kami menghabiskan hari hingga senja di kamar itu. Kak Tirta hampir tidak pernah pulang pada hari minggu.

Seperti yang diinginkan Hara, aku berpura-pura menjadi kekasihnya. Kami bercinta sesiangan hingga malam, tanpa berpikir, sedikit bicara.

Kelak kusadari, malam itu Hara mengubahku, menjadi seorang pria yang dulunya bukan aku..

***

Pukul 11 malam. Aku terbangun di pos ronda. Kulirik ponsel, sebuah pesan dari pacarku, bukan dari Hara.


Husna said:
Adek baru bangun nih.. capek kak..

Getar lagi. Pesan lagi.


Husna said:
Tapi enak, mau lagi.. luv u, kak Nanta lale..

Aku tersenyum. Bukan pesan yang kutunggu, tetapi cukup menimbulkan desir dalam perasaanku.

Sebelum kembali memejamkan mata, kusadari sesuatu..

Bahkan saat bercakap dengan pacarku yang belia, ingatanku tetap tertuju pada Hara..

***

Part ini parallel dengan Update 6 pada thread sebelumnya..

Semoga terhibur, suhu sekalian..
 
Terakhir diubah:
:semangat:
Kalo ikutan LKTCP saia dukung dah jadi juara...2-3 gpp kan yg penting masuk podium.. :)
Kebetulan wife juga dulu kul di jurusan fisika, kalo ane sih teknik, jadi sdikit banyak ane terbawa sm cerita ini..
Sumpah....
Soo smooth gitu..macam busa milk shake.. :)
:jempol:
 
Penasaran ane sama hara....

Tks buat update nya suhu :jempol:
 
Seperti biasa, teknik pengolahan kata ente luar binasa bro... Hmmmm... Rara... jangan2 itu singkatan dari RAtna haRA ya... ;)

Iya, nyambung kok bro, sama part 6 nya... Keep update yoo...:Peace:
 
Gila, mantep banget punya temen kayak Hara. Gak perlu pake komitmen udah bisa cucus
;)
 
Good as always... tp disini ane mulai merasakan ada galon ntar



:hua:

Ane harap Rara itu ya si sahara... bkn citra... atau ra yang lain.



Yaaaaaahhhhh semoga :sendirian:





:hua:
 
Hara yg diselimuti misteri. Sex scene yg sangat "soft". Teman tp berlakulah spt.kekasih. Top bingits. Bener2 beda isi goresan suhu. Mantaf. Amazing. Thumb up for u. 4 Jempol buat suhu. Thks for update. Lanjutken...
 
:semangat:
Kalo ikutan LKTCP saia dukung dah jadi juara...2-3 gpp kan yg penting masuk podium.. :)
Kebetulan wife juga dulu kul di jurusan fisika, kalo ane sih teknik, jadi sdikit banyak ane terbawa sm cerita ini..
Sumpah....
Soo smooth gitu..macam busa milk shake.. :)
:jempol:



Salam buat polda..
:)

Busa milkshake?
Haha..
 
Seperti biasa, teknik pengolahan kata ente luar binasa bro... Hmmmm... Rara... jangan2 itu singkatan dari RAtna haRA ya... ;)

Iya, nyambung kok bro, sama part 6 nya... Keep update yoo...:Peace:


RAtna+haRA = rara..?

Hmmm..

Bisa jadi.. bisa jadi..

:D
 
Good as always... tp disini ane mulai merasakan ada galon ntar



:hua:

Ane harap Rara itu ya si sahara... bkn citra... atau ra yang lain.



Yaaaaaahhhhh semoga :sendirian:





:hua:



We'll see, suhu..

:)

Terima kasih masih mampir..
 
Hara yg diselimuti misteri. Sex scene yg sangat "soft". Teman tp berlakulah spt.kekasih. Top bingits. Bener2 beda isi goresan suhu. Mantaf. Amazing. Thumb up for u. 4 Jempol buat suhu. Thks for update. Lanjutken...


Softcore dong ya, suhu?
:)

Terima kasih, suhu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd