Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG AGUS, Sang Pemijat Wanita

*Bab 4*

Tanganku memijat bagian belakang Mbak Maya dengan lembut sambil sesekali mengoleskan minyak. Terlihat Mbak Maya terdiam sambil memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan dan pijatan pada kulitnya. Aku sedikit tersenyum kala melirik raut wajahnya yang seperti menikmati pijatanku.

"Maaf Mbak, ganti bagian depan," kataku sambil menepuk pelan bahunya.

Mbak Maya perlahan membuka matanya dan bangun dari posisi tidurnya. Kedua tangannya menutupi bagian dadanya yang sedikit terekspos karena BH nya yang terlepas. Matanya sedikit melirik ke arahku dan seketika aku sedikit menundukkan pandanganku.

" Guss, tolong kaitkan dulu tali BH nya, " bisik Mbak Maya dengan suara manja padaku.

“Eh… Iya, Mbak,” jawabku tergugup sambil meraih tali BH nya yang masih dalam kondisi terlepas.

“Kamu kenapa, kok kelihatannya gugup begitu?” tanya Mbak Maya dengan nada sedikit menggoda.

“Nggak apa-apa kok, Mbak,” jawabku sambil tertawa kecil untuk mencairkan suasana.

Tanpa banyak basa-basi aku langsung sigap mengaitkan tali BH Mbak Maya. Ia sesaat meregangkan tubuhnya sambil merapikan rambutnya yang berantakan sebelum akhirnya menaikkan kain yang menutupi setengah tubuhnya dan membalikkan badan. Mbak Maya membalikknya tubuhnya perlahan hingga akhirnya sekarang ia berhadap-hadapan denganku.

“Gantian pijat yang bagian depan ya, Mbak,” ucapku.

“Iya, Gus,” sahut Mbak Maya.

Aku kembali pindah duduk ke bagian kaki Mbak Maya, kulihat kakinya yang jenjang dan putih mulus tanpa sedikitpun bulu. Aku mengambil sedikit minyak kemudian ku oleskan pada bagian kakinya. Jujur saja aku masih enggan untuk menatap langsung wajah Mbak Maya, hanya sesekali aku mencuri-curi pandang kala Mbak Maya sedang menutup mata menikmati pijatanku. Dapat kulihat wajahnya yang begitu cantik yang membuat jantungku semakin berdebar.

“Iya bagian situ, Gus , pegel banget rasanya,” gumam Mbak Maya sambil memejamkan matanya.

Mendengar Mbak Maya yang menikmati pijatan di bagian kaki, aku semakin mengurutnya dengan tekanan yang agak kuat agar otot-otot kakinya tak tegang. Aku memainkan jari jemari tanganku untuk memijat jari jemari kaki Mbak Maya, lalu dengan sapu tangan handuk yang aku bawa aku memegang pergelangan kakinya dan menarik satu per satu jemari kakinya.

Kretek!

“Akh…” terdengar suara lega keluar dari mulut Mbak Maya.

Hampir semua jari jemari kaki Mbak Maya yang aku tarik berbunyi, hal itu menandakan otot-otot kakinya yang semula tegang kini mulai rileks. Mbak Maya membuka matanya dan menatapku sambil tersenyum. Sungguh senyuman yang mengembang dari bibirnya yang tipis membuatku semakin salah tingkat dibuatnya.

"Enak banget Gus, pinter kamu mijatnya," kata Mbak Maya memujiku.

Aku yang merasa salah tingkah karena dipuji olehnya, mencoba berani memegang dagu Mbak Maya dan menaikkan wajahnya. Bola matanya yang indah menatap tajam ke arahku, seketika membuat jantungku serasa ingin berhenti.

“Astaga! Senyuman dari wajahnya begitu cantik!” teriakku dalam hati.

“Gus,” tutur Mbak Maya.

Aku hanya terdiam sambil tersenyum sendirian hingga tak menyadari kalau Mbak Maya barusan memanggil namaku. Kini bukan hanya jantungku yang berdetak kencang namun kedua tangan dan kakiku juga mendadak tremor. Aku berusaha untuk membuang semua pikiran kotor yang muncul dikepalaku meskipun aku tahu sekeras apapun aku menepis pikiran kotor itu, aku tetap saja kalah.

“Gus!” tukas Mbak Maya menyadarkan lamunanku.

“Hah? Iya Mbak, ada apa?” jawabku kaget.

“Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Kesambet setan kamu?” tanya Mbak Maya sambil tertawa.

“Hahaha… Nggak kok, Mbak cuma….” ucapku lalu seketika terdiam.

“Cuma apa?” ujar Mbak Maya penasaran.

“Ah, nggak apa-apa kok, Mbak,” jawabku sambil garuk-garuk kepala.

Aku kembali memijat bagian betis, semakin lama mulai ke pahanya yang putih mulus. Sebelum aku menyingkap kain yang menutupi bagian betisnya, Mbak Maya seolah sudah tahu tentang isi pikiranku dan ia pun menarik kain itu hingga memperlihatkan semua bagian pahanya. Seketika aku membelalakkan mata sambil menelan saliva.

“Bagian bawahnya saja indah, bagaimana dengan bagian atasnya,” ucapku dalam hati.

Aku mulai mengurut bagian pahanya dari bagian luar kemudian perlahan masuk ke paha bagian dalam. Kulitnya begitu lembut bagai kulit bayi dan putih bersih bagaikan kapas. Saat aku sedang menikmati momen ini, tiba tiba Mbak Maya berusaha bangun dan melambaikan tangan padaku. Aku refleks menghentikan aktivitasku dan mendekat padanya.

"Guss, sini sebentar," bisik Mbak Maya dengan gaya centilnya.

“Ada apa, Mbak?” tanyaku dengan polosnya.

Betapa aku terkejut setengah mati, kala Mbak Maya menegakkan tubuhnya seketika kain yang menutupi separuh tubuhya terlepas. Terlihat jelas di depan mataku buah dada dengan ukuran yang cukup besar, padat dan sintal yang hanya tertutupi oleh BH berwarna merah itu. Kali ini aku tak mampu berkutik lagi, seluruh tubuhku seolah membatu, di tambah dengan adik kecilku seperti meronta-ronta di bawah sana kala melihat pemandangan indah semacam ini.

“Akh, kain ini sangat menganggu,” gumam Mbak Maya.

“Wow, sexy sekali belahan dadanya begitu menggoda, montok seperti buah mangga yang siap dipetik dan putih mulus, rasanya aku tak mampu lagi untuk menahan hawa nafsuku,” ucapku dalam hati.

Seolah mengerti isi pikiranku, Mbak Maya hanya tersenyum melihatku yang melotot memandangi buah dadanya yang sintal. Entah kenapa rasanya ingin sekali aku menyesap buah dada itu . Namun dengan santainya, Mbak Maya kemudian menutup kembali dadanya yang terekspos dengan kain penutup.

"Pijatnya sudah dulu ya, lain kali kalau nggak ada orang kamu datang lagi ke sini untuk pijat aku ya? Pijatan kamu enak dan bikin aku ketagihan," bisik Mbak Maya di telingaku.

Aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum getir, aku masih merasa syok dengan apa yang terjadi barusan. Aku masih merasa jika ini adalah hanya sebuah mimpi di siang bolong.

Melihat aku yang hanya diam tak berkutik, Mbak Maya lalu mencubit perutku seraya membisikkan sesuatu, kemudian bangkit berdiri berjalan ke kamar mandi.

“Jangan melamun, nanti kesambet. Hihihi….” goda Mbak Maya kemudian masuk ke kamar mandi.

Aku bangkit berdiri dan masih terdiam karena bingung, aku menatap diriku di depan cermin yang ada di ruangan ini, sungguh aku terlihat seperti orang tolol sekarang. Aku memegang dadaku sendiri dan dapat aku rasakan jantungku yang masih berdetak kencang, sekalipun aku berusah amenarik napas untuk menenangkan diri, ini sama sekali tak membantu.

“Astaga, mimpi apa aku semalam sampai mendapatkan kejutan seperti ini? Ya Tuhan, baru saja aku merasakan sensasi luar biasa,” gumamku sambil memejamkan mata.

Aku kemudian membuka mata dan melihat adik kecilku yang sedari tadi sudah mengeras. Aku kemudian mengelus penisku perlahan, agar membuatnya sedikit lemas. Tak terasa tiba-tiba suara erangan pelan keluar dari mulutku. Saat aku sedang menikmati momen kenikmatan ini, tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka dan Mbak Maya keluar dari kamar mandi.

“Akh, segar sekali rasanya,” ucap Mbak Maya.

Kulihat ia sudah berganti pakaian dengan semula, kaos putih tanpa lengan dan celana biru muda pendek. Ia tersenyum sambil berjalan mendekati ke arahku. Aku membalas senyumannya dengan salah tingkah.

"Mana ponselmu, Gus?” bisiknya pelan di telingaku yang membuat bulu romaku seketika berdiri.

"Ada di saku celana panjang," jawabku dengan suara pelan sambil menunjuk celana panjangku yang tergeletak di atas kursi.

"Ya sudah, sana ganti pakaian dulu sekalian," ucap Mbak Maya balik berbisik.

Saat Mbak Maya merapatkan tubuhnya ke arahku, dapat kurasakan wangi tubuhnya yang begitu segar. Aku sejenak memejamkan mataku menikmati harumnya tubuh itu. Sebelum akhirnya aku sadar jika Mbak Maya tertawa melihat tingkahku.

"Baik, Mbak," balasku pelan sambil mengambil celana panjang yang tergeletak di kursi.

Aku langsung bergegas ke kamar mandi, sambil bingung sendiri ada apa gerangan. Dengan tergesa-gesa aku mengenakan kembali celana panjang dan jaket lalu keluar dari kamar mandi.

Belum selesai aku dibuat syok dengan semua tingkah Mbak Maya tadi, aku kembali dibuat terkejut kala melihat Mbak Maya duduk santai di sofa di kamar dengan kakinya terbuka lebar memperlihatkan paha putih mulusnya dan dengan cuek melihat ke aku. Ia kemudian melambaikan tangan dan aku langsung ke sana sambil merogoh saku celana mengambil ponselku.

"Ini ponselku, Mbak," kataku sambil menyodorkan ponselku.

"Paswordnya?" katanya pelan terlihat dari bahasa bibirnya yang sexy merah menggoda.

"Ohhh," jawabku sambil berpikir.

"Ohhh?” tanya Mbak Maya sambil cekikikan.

"Bukan, maksudku 151005," kataku gugup.

Aku menggaruk-garuk kepalaku karena merasa salah tingkah. Mbak Maya hanya tersenyum melihat tingkahku lalu mengotak-atik ponselku. Ia terlihat seperti sedang mencari kontak dan tidak lama kemudian menelpon seseorang. Aku hanya terdiam sambil mengerutkan dahi, siapakah yang ia telepon barusan. Tidak lama kemudian Mbak Maya mengakhiri panggilan, lalu mengetik sesuatu dan mengembalikan ponsel kepadaku.

"Ini Gus, pulsa kamu udah mau habis, tapi jangan khawatir nanti malam aku kirimin pulsa buat kamu. Oh iya, ingat ya, ini rahasia kita berdua jangan sampai ada orang lain yang tahu," bisiknya sambil bangkit berdiri lalu mencubit perutku dan keluar kamar.

“Iy…Iya, Mbak aku paham,” sahutku dengan gugup.

"Mbok, aku udahan nih pijetnya," kata Mbak Maya terdengar memanggil Ibuku .

“Oh, sudah selesai ya? Gimana pijatannya Agus?” tanya Ibuku dengan ramah.

"Mantap Mbok, Agus pijetnya pinter enak banget lhooo," jawab Mbak Maya yang merasa puas dengan service yang diberikan oleh Agus.

"Syukurlah Non, kalau Agus pijetannya enak, jangan kapok ya, Non pijat sama Mbok," jawab Ibuku sambil tersenyum ramah.

"Enggak kok Mbok, Agus kerjanya benar-benar profesional dan pasti aku bakal manggil lagi buat pijet sama dia,” jawab Mbak Maya.

Mendengar Mbak Maya yang merasa puas dengan service yang aku berikan dan berjanji akan menggunakan jasaku lagi membuat hatiku merasa lega. Rasanya aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan gantian memijat adik kecilku yang sedari tadi sudah meronta-meronta. Aku bergegas keluar kamar dari kamar dan aku melihat ibuku masih memijat pundak Pak Ardy-suami Mbak Maya

“Yah, masih mijat, ayo dong, buruan pengen cepet-cepet ngocok nih,” ucapku dalam hati.

Aku berjalan menuju ke tangga keluar lalu duduk menunggu ibuku selesai memijit di ujung tangga itu. Tak lama kemudian ponselku bergetar dan aku melihat ada notifikasi pesan masuk, aku segera membukanya dan sekali lagi aku dibuat terkejut.

"Gus, kakak isi pulsa kamu lima puluh ribu ya, lain kali pijat kakak siang hari bisa kan?" ucap Mbak Maya melalui pesan singkat.

“Makasih Mbak, kapan saja Mbak Maya butuh, Agus siap asal tidak bertabrakan sama jam sekolah,” jawabku.

"Jangan panggil Mbak dong, panggil saja Kakak,” tutur Mbak Maya.

“Siap Kak,” sahutku sambil tersenyum.

Berselang lima menit kemudian Kak Maya keluar dari kamarnya, dan aku melihat ia membawa sejumlah uang. Rupanya uang itu adalah uang bayaran jasa untuk aku dan ibuku yang sudah memijat dirinya dan suaminya.

"Boy, pijetnya sudah belum?” kata Kak Maya dengan manja ke suaminya.

"Oh, iya sudah sayang," sahut Pak Ardi sambil meregangkan tubuhnya.

"Mbok, sudah cukup deh," kata Pak Ardi pada ibuku.

"Baik, Den," jawab Ibuku lalu menghentikan kegiatan memijatnya.

"Ini Mbok, untuk uang pijetnya," kata Kak Maya sambil menyodorkan sejumlah uang kepada Ibuku.

"Makasih banyak Non, jangan kapok pakai jasa Mbok lagi," jawab Ibuku.

Aku melihat uang yang disodorkan Mbak Maya kepada ibuku cukup banyak, bahkan jauh lebih banyak daripada uang bayaran yang biasa ibuku dapatkan ketika memijat di tempat lain.

Kak Maya menatap ke arahku sambil diam-diam tersenyum centil. Terdengar ibuku memberesi barang bawaannya seperti minyak dan kain, lalu berpamitan pada Pak Ardi dan Kak Maya. Aku dengan sopan juga ikut berpamitan pada mereka, saat aku hendak membalikkan badan tiba-tiba tangan Mbak Maya dengan nakal mencubit pantatku.

“Sampai ketemu lagi, Gus,” bisik Kak Maya diam-diam tanpa sepengetahuan Pak Ardi dan Ibuku.



•••


Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd