Campur Aduk
Sudah seminggu lebih semenjak kejadian aku telanjang dikantor, aku belum pernah masuk lagi dan aku tidak memberi kabar pada Mbak Arni. Aku hanya berkirim informasi mengenai proyeknya Koh Yon dengan Topan, aku tak peduli, mungkin aku akan resign saja.
Kejadian tempo hari menguak kembali masa laluku yang selama ini kusimpan rapi dalam lubuk hatiku. Bukan tentang cinta segi tiga, ini segi empat antara aku, Andre, Mas Dani dan Mbak Arni. Aku kenal Mas Dani semenjak masa orientasi, sosok yang memiliki leadership, good looking, atlet basket, buatku saat itu adalah idaman banget, adat ketimuranku sangat kuat, gengsi kalau harus menyatakan cinta terlebih dahulu. Kemudian aku kenal Andre playboy kampus dari mas Dani. Seiring berjalannya waktu, aku berfikir Mas Dani tidak pernah ada 'rasa' untukku, jadi aku lebih dekat sama Andre yang begitu gencar mendekatiku dan kemudian Mas Dani menikah dengan Mbak Arni, aku mengubur perasaanku pada Mas Dani ketika dia memutuskan untuk menikahi sahabat ku sendiri.
Bolak balik Mbak Arni mengirim pesan meminta maaf dan memintaku melupakan semuanya, aku tak mengacuhkannya, telpon beberapa kali pun aku belum mau mengangkatnya biarlah aku meredakan emosiku dulu, baru bicara dengan jernih dari hati ke hati dengannya.
"Oh, hush, my dear, it's been a difficult year
And terrors don't prey on
Innocent victims
Trust me, darling, trust me darling
It's been a loveless year
I'm a man of three fears
Integrity, faith and
Crocodile tears
Trust me, darling, trust me, darling"
Bait awal dari Imagine Dragon yang kujadikan ringtone berbunyi nyaring dari hapeku, sekilas kulihat 'Mas Dani' muncul di layar hapeku.
Kubiarkan sampai lagu itu berhenti, kemudian kembali berbunyi, sampai beberapa kali aku tetap membiarkannya. Akhirnya hening, mungkin dia capek atau kesal, masa bodoh, fikirku.
Ting! Notif chat ku berbunyi. Penasaran, aku intip notifnya, Mas Dani mengirim video, aku buka juga akhirnya, dan isinya video yang tempo hari Mbak Arni kirim. Aku biarkan saja.
Ting!
Mas Dani: Kita harus ketemu
Masih aku biarkan
Ting!
Mas Dani: Please jangan sampai aku harus memohon padamu Day...
Ting!
Mas Dani: Aku menuju ke rumah, tolong buka pintu, biarkan aku bicara
Tidak! Tidak boleh kesini, walaupun suamiku sedang keluar kota, dia punya banyak mata dan telinga, dia bisa curiga kalau tau Mas Dani datang ke rumah tanpa Mbak Arni.
Aku: Tolong jangan kerumah, too risk
Mas Dani : Oke kita ketemu di Apartemen Jingga
Aku : Kenapa apartemen?
Mas Dani : Low risk, sekarang, aku tunggu
Ragu antara ya dan tidak untuk pergi, serba salah buatku. Pergi beresiko tidak pun sama riskannya. Akhirnya kusambar tas slempang ku dan meluncur ke Apartemen Jingga, kawasan yang bisa dikatakan elite, jelas orang orang yang tinggal disini, bukan type yang bersay hallo dengan tetangga, relatif lebih aman dari radar suamiku.
Ketika sampai Mas Dani sudah menungguku di Lobby, dan langsung mengajakku ke lantai 5, masuk ke unit bertype studio.
"Makasih Day sudah mau datang, silakan duduk..." dia membuka pembicaraan. Aku diam tidak merespon apapun, sambil mencari tempat duduk, satu satunya tempat duduk ya bed yang berada d tengah ruangan, tak ada kursi apalagi sofa, dengan ragu aku duduk di pojok dekat jendela.
"Mau minum apa?"tanyanya, sambil membuka kulkas samping pantry.
"Air mineral saja, please..." jawabku ya, tenggorokannku terasa begitu kering saat ini.
"Day, aku minta maaf soal tempo hari, aku tahu kamu merasa direndahkan, tapi sedikitpun aku tidak bermaksud begitu" sambil memberikan sebotol air mineral, tanpa mempedulikan aku yang tidak merespon dia melanjutkan.
"Tapi Day, aku ngga menyesalinya, malah aku menikmatinya, aku menahan semua ini semenjak pertama kali kita bertemu..." dia menghentikan kata katanya, dan mendekatiku, aku beringsut menjauhinya.
"Day, aku ga pernah bisa melupakanmu, bahkan setelah aku menikah, terlebih ketika Andre mengirimkan video ini..." dia menyodorkan hapenya, aku hanya melongok layarnya tanpa berniat mengambil hapenya, tapi begitu melihat adegan dua sosok insan yang sedang dimabuk asmara, saling memagut dan mendesah, berguling ke segala arah, aku langsung menjauhkan hape miliknya. Kejadian sepuluh tahun lebih itu kembali berkelebat di fikiranku, Andre, bagaimana bisa dia merekam semua kejadian waktu itu, untuk apa? Dan kenapa sekarang?
"Video ini aku dapat dari Andre beberapa tahun yang lalu, aku kecewa, padahal dia berjanji padaku tidak akan menyentuhmu, kenapa aku rela melepasmu..." Dia mundur demi Andre? Aku hanya bertanya dalam hatiku.
"Dan dia menanyakan kabarmu. Baru 1 minggu lalu dia pulang dari Melbourne, dan menanyai tentang kamu. Dia begitu senang ketika tahu kamu kerja bareng Arni, dia mendesakku untuk dipertemukan denganmu..." dia berjongkok dan memegang tanganku. Andre disini?
"Untuk apa? Aku sudah menikah, aku bahagia dengan kehidupanku sekarang..." gumamku, sebenernya kata kata itu lebih kutujukan untuk diriku sendiri.
"Dia yang memberi informasi yang di FS itu kamu, dia bilang, dia hafal betul lekuk tubuh kamu, makanya dia minta tolong untuk menanyakan langsung sama kamu..."dia menjelaskan.
"Dia tau semuanya, dia tau kalau aku selalu mencintaimu..." Aku kaget mendengarnya reflek aku menarik tangannya dan berdiri menjauh darinya.
"Please, cukup sudah aku ngga mau mendengarnya lebih lanjut" kataku, menahan emosi. Tanpa menggubris aku yang mulai emosi dia memegang kedua lenganku.
"Aku ingin kamu tau langsung dariku, aku selalu mencintaimu, dan akan terus mencintaimu..." genggaman tangannya mulai mengendur.
"Selain itu dia akan memberikan video itu ke Mas Herdi..."lanjutnya. Apa? Kenapa harus bawa bawa suamiku segala?
"Dan aku bari sadar, kamu pun masih menyimpan rasa itu, aku tahu saat tempo hari aku menyentuhmu, kamu juga menginginkanku sama seperti aku menginginkanmu, Day...kumohon jujurlah untuk kali ini, liat aku, katakan kamu tidak menginginkanku..." sambil menarik tubuhku kearahnya. Mengangkat daguku dan menatap mataku dalam dalam, aku hanya diam mematung balas menatapnya, wajahnya semakin mendekat dan bibir kami pun berpagutan. Kubiarkan lidahnya bermain beradu dengan lidahku. Ciuman yang awalnya mengalir lambat, tambah lama semakin bernafsu seiring dengan pergerakan tangan yang tidak terkendali, desahan dan lenguhan saling bersahutan. Tanpa melepaskan ciumannya, dia menggerayangi seluruh bagian tubuhku, tak ada yang terlewat, terutama bokong dan payudaraku, yang otomatis membuatku mengeluarkan desahan yang memacu birahinya. Dia mendorongku kedinding, semakin kasar ciumannya, sambil membuka jaket, kaos, kemudian braku dilempar kesegala arah. Dengan rakusnya dia turun ke payudaraku meninggalkan bekas bekas merah disana. Semakin kasar dia semakin keras juga lenguhan dan eranganku.
Tanganku mulai menggerayangi dadanya menyusup kebalik kemejanya, setengah kutarik kubuka kancing kemejanya, kuremas Mr P nya sedikit agak kasar.
"Ahhh Day, kamu menginginkannya...?" kedua matanya memandangku nanar. Tanpa memberi jawaban aku berjongkok membuka resleting celananya dan menghentakkan celana sekaligus boxernya.
"Owh my kinky girl..."dia meremas remas rambutku. Aku langsung mengulum batang Mr P nya, kuliukkan ujung kepalanya kekiri dan kekanan dinding pipiku. Sesekali dia menjambak rambutku dan menekan pinggulnya sehingga seluruh batangnya masuk di mulutku, tentu membuatnya menyentuh tenggorokanku.
"Day, aku benar benar menginginkanmu, aku menggilaimu..."serta merta dia mengangkat tubuhku seperti sebuah karung disimpan dipundaknya dan setengah dibanting dihempaskannya aku ke tengah kasur.
"Ahhh, emmmhhh, owhhh" sambil dia menurunkan jeans dan cd ku aku memainkan kedua payudaraku. Kami sudah sama sama bugil. Dia menjilati kaki kiri bagian dalamku, bergerak menuju pahaku, kemudian beralih ke paha kanan sambil tangan kirinya mengacak ngacak Mrs V ku. Tubuhku menggelinjang menikmati gairah yang kubuang selama bertahun tahun, terlebih ketika dia melahap Mrs V ku, memainkan lidahnya menelusuri bibir dan melesakan lidahnya ke lobang Mrs V.
"Arrggghhh Mas..." Aku tak tahan lagi, aku menumpahkan cairan kenikmatan menyembur ke mukanya. Bukannya berhenti dia malah makin brutal mengaduk ngaduk Mrs V.
Tak tahan Mrs V diobol obok seperti itu tubuhku kembali mengejang, squirt yang kedua. Aku menjambak rambutnya. Dia bergerak menciumi perut, payudara dan kembali melumat bibirku, dan aaahhh dia mempertemukan Mr P dengan Mrs V.
Kami saling menggoyang, saling menghentak, berguling dengan berbagai posisi. Dinding Mrs V semakin terasa panas seiring dengan gesekan maju mundurnya Mr P Mas Dani.
"Mas...Dannnniiii..."
"Ya Day sayang emmhhh..."
"I...love...you...Massss...ahhhh"
"I love you too Day, sayanggg nggghhhh"
Gerakan kami semakin cepat, semakin kasar, semakin tidak beraturan dan dengan waktu yang bersamaan melepaskan puncak gairah, terasa hangat didalam sana...
Ruangan ber AC tetap membuat kami basah berpeluh. Kami saling berpelukan, tetiba aku terisak menangis, entah apa yang ada dibenakku saat ini, bahagia, sedih, khawatir semuanya bercampur menjadi satu.
Mas Dani semakin mempererat pelukannya dan mencium dahiku dengan perasaan yang mendalam.
"Kita hadapi ini bersama Day..." Katanya, dadaku berdesir ada perasaan damai disana...
Selamat beristirahat...
Bagian terakhir
Ruins from the past