-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
Cerita 128 – Dua Dunia..
--------------------------------------------------
Eps. 4.2: Pocong Pemangsa Gadis
--------------------------------------------------
Setiapkali Parjono menyodokkan penisnya.. penis Bento yang sedang dikulum Mitha..
jadi semakin tertekan ke dalam mulutnya.. menyalurkan efek kenikmatan berantai pada Bento.
Namun begitu.. Mithalah yang pertamakali mencapai klimaks.
Vaginanya makin basah memperlancar sodokan Bento yang makin lama makin cepat..
Hingga akhirnya ia orang kedua yang mencapai orgasme.
Mitha kini lebih leluasa mengulum penis Bento setelah Parjono mencabut miliknya.
Satu tangan Mitha melakukan gerakan memijat di penis Bento.. sementara kepalanya terus bergerak maju-mundur.
Sesekali ia berhenti untuk melakukan sedotan yang cukup dalam, lalu kembali bergerak maju-mundur.
“Oooyaa.. terus.. terus.. non terus..” Bento menyemangati Mitha dan beberapa saat kemudian penisnya berkedut..
Crett.. crettt.. crett.. crett.. crett..!! Lalu sperma kental tersembur memenuhi mulut Mitha.
“Jijilati yang bersih..” perintah Bento. Dengan patuh Mitha membersihkan penis Bento dengan mulutnya.
Lidahnya enjilati cairan asin yang menetes dan mengalir di batang keras tersebut.
Mitha akhirnya merasa lega saat kemudian Bento dan Parjono beranjak meninggalkan dirinya.
Artinya ia bisa istirahat sejenak.
Dalam hatinya ia bersyukur saat mengetahui ada perempuan lain yang bernasib sama dengannya di tempat ini.
Ia tak mengenalinya namun siapa pun dia yang pasti kehadirannya membuat beban Mitha sedkit lebih ringan.
Bento dan Parjono kini mendekati Nadia yang duduk bersandar pada sebuah tiang kayu.
Pandangan matanya kosong seperti sedang melamun.. sakit kepala yang menderanya memang sudah tak terasa lagi..
tinggal menyisakan rasa shock dan tak percaya pada apa yang terjadi.
Bagai computer yang direset mendadak.. sebagian memorinya tentang masa lalu terasa kabur dan menghilang.
Ia tak ingat kapan terakhir pergi ke kampus.. atau kapan terakhir bertemu Arman.
Ia juga tak ingat makanan terakhir yang ia makan.. baju yang ia pakai atau film yang ia tonton.
Ingatannya hanya berputar sekitar Bento.. Parjono dan suster yang tak ia kenal.
Siksaan mentalnya semakin bertambah saat melihat Bento, Parjono dan Mitha tadi.
Ia menyadari jika perempuan itu juga adalah korban seperti dirinya.
Dan ia juga menyadari jika dirinya juga akan menjadi budak seks..
Sama seperti apa yang baru dilihatnya tadi.
“Hehehe.. si non satu ini ngelamun kayaknya..” Kata Bento
“Kayaknya ngelamunin kita tuh.. gak sabar pengen ngent*t sama kita..” Timpal Parjono.
Nadia memandang jijik dan marah pada dua pria telanjang di hadapannya, tak sepatah kata pun terucap dari mulutnya.
Secara naluriah Nadia meyilangkan kedua tangan menutupi dadanya dan merapatkan kakinya.
Bento berjongkok di samping Nadia dan dengan tiba-tiba menjambak rambut gadis itu hingga terpekik kesakitan.
Bento lalu berbisik di telinga Nadia. “Dengar baik-baik ya.. nona Nadia kini milik kami. Jadi ikuti semua kata kami..
Atau rasakan akibatnya.. paham..!?” Nadia diam tak menjawab apa-apa.
“Pahaamm..!?” Bento membentak sambil menjambak rambut Nadia lebih keras.
Meski terpekik kesakitan Nadia tetap diam seribu bahasa, hanya wajahnya saja yang menyiratkan rasa marah dan terhina.
Bento dan Parjono saling berpandangan, gerakan kepala mereka mengisyaratkan sesuatu.
Dengan gerakan cepat Bento meraih kedua tangan Nadia dan memitingnya hingga gadis itu tak bisa bergerak..
Parjono tak kalah sigapnya.. ia membuka lebar kedua paha Nadia dan menahannya dengan lutut..
Hingga gadis itu tak bisa menutup kakinya.
“Eehhh.. mau apa kalian.. jangan.. tolong.. mau apa kalian..!?”
Melihat situasi yang tak menguntungkan seperti ini, Nadia baru bersuara.
Kini giliran Bento dan Parjono yang tak bicara apa-apa..
Alih alih bicara Parjono malah mengacungkan dildo berwarna hitam di depan wajah Nadia.
Dan belum sempat Nadia bereaksi, Parjono dengan cepat menancapkan dildo itu di vaginanya.
“Haaaaa..!!” Nadia menjerit keras saat dildo itu mulai menerobos masuk.
Awalnya hanya terasa ngilu biasa layaknya penis yang pernah memasuki vaginanya..
Namun semakin lama dildo itu terasa hangat.
Sampai kemudian dengan cepat berubah menjadi panas dan menyalurkannya ke seluruh tubuhnya.
Nadia berontak dan meronta.. namun ia tak bisa banyak bergerak.
Tangannya dipiting Bento sementara kakinya ditahan Parjono.
“Aaaahhhhh..!!” Nadia menjerit panjang menahan rasa panas dari dildo tersebut.
Seperti halnya terjadi pada Mitha sebelumnya..
Penis buatan itu memberikan siksaan rasa panas luar biasa namun tak menyebabkan luka fisik.
Nafas Nadia mulai memburu.. dadanya membusung.. pandangannya mulai nanar dan kabur.
Untunglah saat siksaan rasa panas itu semakin tak tertahankan lagi.. Parjono mencabut dildo itu.
Lututnya tak lagi menahan kaki Nadia. Begitu pun Bento yang melepaskan pitingannya.
“Nah.. non Nadia ngerti kan gimana kalo gak nurut sama kita..??”
Nadia diam tak menjawab karena masih mencoba mengatur nafasnya.
“Heeehhh..!!! Ngerti nggaakk..!?” Sentak Bento kembali menjambak rambut Nadia.
“Ii.. iya bang.. ngerti.. ngerti..” Nadia menjawab tergagap.
Tak ada gunanya juga pikir Nadia untuk melawan.. malah akan membuat mereka semakin ganas dan kasar.
Lagipula Nadia sudah cukup syok dan terpukul dengan apa yang dialaminya.
Kehilangan memorinya dan hanya menyisakan kenangan dirinya bersama Bento, Parjono dan suster misterius..
membuatnya sangat tertekan. Nadia mengalami disorientasi.
Bento dan Parjono tertawa puas melihat Nadia sudah menyerah.
Mereka tak menyangka ternyata membuat gadis ini menyerah cukup mudah.
Tak seperti Mitha dulu yang harus diperkosa habis habisan baru menyerah.
Parjono menarik bangkit Nadia dan membawanya mendekati Mitha, Bento mengikutinya dari belakang.
Dan untuk pertamakalinya Mitha dan Nadia saling mengenal.
Tak banyak kata yang terucap dari kedua gadis itu selain tatapan mata senasib.
Dalam hati Nadia mengagumi kecantikan Mitha.
Jika situasinya berbeda.. mungkin ia akan merasa iri padanya. Namun sekarang ia justru kasihan padanya.
Sebuah kecantikan yang sempurna harus rusak oleh dua manusia terkutuk.
Bento dan Parjono menggiring kedua gadis itu keluar dari ruangan melalui sebuah pintu..
tanpa mengenakan sehelai benang pun di tubuh mereka.
Sebelumnya Bento telah melepas total seluruh pakaian yang melekat di tubuh Mitha.
Hal pertama yang dirasakan Mitha dan Nadia saat keluar adalah hawa dingin malam yang menusuk tulang.
Apalagi mereka berdua tak berpakaian. Sambil terus berjalan, tubuh mereka terlihat menggigil kedinginan.
Nadia dan Mitha digiring menuruni sebuah tangga batu yang membentuk jalan setapak.
Tak ada bangunan lain disekitarnya.
Di sisi kiri dan kanan mereka yang terlihat hanyalah rerumputan tinggi dan pepohonan besar.
Dari kejauhan di bawah sana terdengar gemericik air yang ternyata sebuah sungai.
Rupanya ke sanalah Bento dan Parjono membawa mereka.
Sungai itu tak terlalu besar.. aliran airnya cukup tenang, beberapa batu besar terlihat menghiasi sungai tersebut.
Tak jauh dari sana di hulu sungai,..terdapat aiar terjun mini yang airnya tak terlalu deras.
Seandaianya saja ini siang hari.. dan seandainya saja mereka tidak dalam cengkraman kekuatan jahat..
mungkin Nadia dan Mitha akan menikmati pemandangan di hadapannya ini.
“Nahh.. gadis gadis.. sekarang saatnya mandi..!” Nadia dan Mitha tercengang mendengarnya.
Hawa malam ini saja sudah cukup menyiksanya apalagi harus berendam di sungai.
“Ayoo cepaatt..!!” Bentak Bento Kedua gadis itu menatap ragu dan cemas aliran sungai di hadapannya.
“Aahhh.. kelamaan..!!” Kata Bento seraya mendorong Nadia dan Mitha hingga tercebur ke sungai.
Nadia dan Mitha terpekik kaget nyaris bersamaan. Di luar dugaan mereka.. air sungai ini ternyata hangat..
layaknya sumber air panas di pegunungan dan sama sekali tak terasa dingin.
Malahan tubuh mereka berdua mulai terasa nyaman.. apalagi setelah tadi tersiksa oleh dinginnya angin malam.
“Hehehe.. kita nggak sejahat itu kan..?? Masa’ perempuan cantik suruh berendem dia air dingin tengah malem..
Masa’ kita-kita tega.. ya gak Jon..!?” Nada suara Bento terdengar mengejek.
“Iya.. kita kan orang baik..” jawab Parjono.
Huh.. kalau orang baik tentunya tidak akan memperkosa kami berdua.. pikir Nadia dalam hati.
“Nah.. ayo silakan mandi, bersihin badan biar seger..!” Sungai itu tak terlalu dalam bagi Mitha dan Nadia.
Mereka terendam hanya sebatas pinggang saja.. apalagi tinggi mereka tak jauh berbeda.
Nadia hanya beberapa senti lebih tinggi dari Mitha.
Nadia akhirnya memanfaatkan kesempatan ini untuk membersihkan diri.
Kehangatan air sungai itu membuatnya nyaman dan rileks.
Ia menggosok gosok seluruh badannya sendiri dengan air sungai itu.. Mitha pun melakukan hal serupa.
Nadia memejamkan mata dan membenamkan tubuhnya hingga sebatas leher..
Mencoba lebih menikmati kehangatan sungai itu dan membayangkan dirinya berada dalam sauna.
Tubuh Nadia semakin lama semakin nyaman.. bahkan kehangatan yang dirasakan di bagian bawah tubuhnya..
membuat birahinya mulai terangkat naik.. khayalan bermain cinta dengan Arman kembali muncul di pikirannya.
Kehangatan sungai yang asalnya terasa nyaman sedikit demi sedkit berubah menjadi kehangatan yang erotis.
Sentuhan halus di bahunya mengagetkan Nadia yang sedang berkhayal
“Aku Bantu bersihin ya kak..!?” Kata Mitha dengan suara lirih menggoda..
Tanpa menunggu jawaban.. Mitha langsung saja menyeka punggung Nadia dengan tangannya.
Dan Nadia sendiri membiarkannya dan menikmatinya.
Sentuhan halus tangan Mitha di punggungnya semakin menaikan gairah Nadia.
Mitha kini beralih ke depan.. sehingga mereka saling berhadapan..
Tanpa canggung Mitha mengusap dada Nadia hingga ke buah dada.
Tangannya melakukan gerakan mengusap mengikuti bentuk bulatan buah dada Nadia..
Jarinya menggelitik nakal seputar putingnya.
“Ooohh.. tanpa sadar Nadia mendesah lirih dengan nikmatnya.
Belum pernah ia terangsang oleh perempuan sebelumnya. Bahkan terpikir pun tidak.
Namun secara misterius kehangatan air sungai ini mampun membangkitkan birahinya hingga level tertinggi.
Usapan lembut di buah dada Nadia, kini berganti menjadi pijatan pijatan yang makin membuat Nadia terangsang.
Secara otomatis tangan Nadia bergerak menyentuh buah dada Mitha.. dan melakukan hal serupa.
Hawa erotis sungai ini ternyata mampu membuat kedua gadis cantik ini melupakan situasi sebenarnya..
Melupakan jika mereka berada dalam cengkraman kekuatan jahat, pikiran mereka telah tertutup oleh birahi.
Nadia dan Mitha saling berbalas.. menggelitik, mencubit dan meremas buah dada.
Tak ada sedikit pun rasa canggung.. senyum kecil di wajah mereka menandakan keduanya saling menikmati.
Wajah cantik kedua gadis itu kini saling mendekat.. bibir indah mereka saling bertemu..
Menghasilkan ciuman terdahsyat dan terpanas yang pernah mereka lakukan.
Bibir mereka saling mengulum mesra.. lidah mereka menari liar mencari pasangan.
Nadia dan Mitha berciuman sambil berpelukan.. semakin panas ciuman mereka semakin erat mereka berpelukan.
Buah dada mereka yang bersentuhan saling menekan.. mereka gesek-gesekkan dengan sensual..
Semakin memberi rangsangan luar biasa bagi keduanya.
Bento dan Parjono hanya menyaksikan saja semuanya dari tepi sungai dengan asyiknya.
Btanag penis mereka semakin keras menegang menunggu pelampiasan.
Memang sebuah tontonan menarik. Dua gadis cantik jelita dengan tubuh indah putih dan mulus..
berendam telanjang di sungai sambil saling bercumbu begitu mesra begitu panas.
Tangan Nadia meluncur masuk ke dalam air dan menyentuh vagina Mitha..
Jarinya meliuk liuk nakal menggelitik di liang vagina Mitha.
“Aaaahhh..!!” Mitha melepas kuluman bibirnya dan berseru panjang.
Tubuhnya seperti kena strum saat vaginanya disentuh jari Nadia..
Yang kemudian menajdi rasa geli dan berakhir dengan kenikmatan.
“Ooohh.. oohhhhh.. aaachhh..”
Mitha tak menahan erangannya saat jari Nadia bermain keluar masuk di vaginanya.
“OOuuhh.. ooohh.. as.. aahh..” Mitha memeluk Nadia kian erat.. buah dada kedua gadis semakin saling menekan.
Puting keduanya semakin mengeras.. apalagi bagi Mitha yang kemaluannya makin basah.
Rangsangan jari Nadia hampir saja membuat Mitha orgasme. Namun sebelum itu terjadi..
Bento dan Parjono telah ikut masuk ke dalam sungai dan memisahkan kedua gadis itu.
“Udah dong ah.. masa' kita dicuekin sih..!?” Kata Parjono sambil menarik tubuh Nadia..
Sementara Bento menarik Mitha ke tepian sungai.. kemudian membawanya ke air terjun di hulu sungai.
Nadia sendiri dibawa Parjono ke sebuah batu besar berpermukaan datar.. membentuk seperti meja altar.
Parjono membaringkan Nadia yang terlihat pasrah di sana.
Sejenak ia memandangi tubuh polos Nadia..
memuaskan matanya sambil jarinya menelusuri setiap lekuk keindahan tubuh Nadia.
“Wuiihh.. ini baru body..!!” Gumam Parjono.
Lelaki itu lalu mengambil posisi di hadapan vagina Nadia.. paha gadis itu ia buka lebar mengangkang.
Tak ada perlawanan apa pun dari Nadia.
Jari Parjono bergerak nakal di permukaan vagina Nadia..
untuk sesaat kemudian mulai mengorek nakal liang kenikmatan itu.
Nadia hanya menggelinjang geli dan mendesah nikmat atas perlakuan Parjono.
Apalagi lelaki itu begitu ahli memainkan jarinya, korekan..
putaran dan gesekan yang mampu membuat Nadia melayang.
Setelah beberapa lama, vagina Nadia semakin basah tubuhnya pun semakin menegang..
HIngga akhirnya permainan jari Parjono membuatnya orgasme.
Parjono yang sedari tadi sudah menahan diri.. kini tak berbasa basi lagi.
Penisnya sejenak ia gesekkan dan pukulkan ke vagina Nadia, sebelum akhirnya mendorongnya masuk ke dalam.
Slebbb.. blessekk..! “Aaahh.. aahkk..!!” Nadia sedikit tersentak oleh dorongan Parjono.
Pria itu membiarkan sejenak penisnya merasakan jepitan vagina Nadia..
Ehmm.. terasa begitu hangat dan menyenangkan.
Ia lalu meremas nakal kedua bulatan kembar di dada Nadia. “Oooohh..!!”
Tanpa sadar Nadia merangkul pinggul Parjono dan sedikit mendorongnya.. meminta Parjono untuk segera beraksi.
Parjono tertawa senang dengan sikap Nadia.
Ia pun mulai bergerak maju-mundur melesakkan penisnya semakin dalam.
Gesekan penis pada klitorisnya membuat Nadia begitu terangsang..
HIngga menjadaikan ia tak ragu mengekspresikannya dengan desahan keras.
Setiapkali Nadia mendesah.. semakin semangat pula Parjono melakukan genjotan.
Sodokannya kian cepat dan kuat.. membuat tubuh Nadia terguncang-guncang dengan liar.
Beberapa saat kemudian Nadia merasakan darahnya mengalir lebih cepat, tubuhnya bergetar..
Dadanya membusung dan tangannya mengepal.. "Engghhhhh aaahhh..!!"
Satu erangan panjang menandakan Nadia telah orgasme.. tubuh gadis itu kemudian melemas.
Kini giliran Parjono mengejar kenikmatan, sodokannya semakin cepat dan cepat.
Tubuh Nadia yang lemas semakin teguncang-guncang tak berdaya dan akhirnya Parjono menggeram.
"Herghhh..!!" Crettt.. crettt.. crett.. crett..!! Pinggulnya menhentak kuat ke selangkangan Nadia.
Lalu tubuhnya menegang dan spermanya meluncur deras membasahi vagina Nadia.
-------ooOoo-------
Di hulu sungai.. Bento membawa Mitha menuju air terjun mini dan mereka berdiri di bawahnya.
Karena tidak terlalu besar.. efek yang dirasakan tak jauh berbeda dengan shower..
kecuali air terjun ini sedikit lebih deras dan volume airnya lebih banyak dibandingkan shower.
Bento merangkul Mitha dari belakang di bawah guyuran air terjun. Diciumnya pundak gadis itu penuh nafsu.
Kedua tangannya tak pernah lepas menggenggam bulatan sempurna payudara Mitha.
Penisnya yang keras terasa mengganjal di bagian bawah gadis itu.
Mitha menyentuh tangan Bento yang menggenggam buah dadanya.. meminta untuk meremas lebih keras lag.
Tentu saja dengan senang hati Bento mengabulkannya.
Sambil terus menelusuri leher Mitha dengan lidahnya.. ia meremas-remas gemas buah dada gadis itu.
Putingnya yang mengeras ia mainkan.. ia sentil.. pilin dan jarinya melakukan gerakan memutar di sana.
membuat Mitha semakin mendesah nikmat.
Aksi Bento berlanjut.. lidahnya bergerak menelusuri punggung polos Mitha yang putih bersih.
Bergerak dari pangkal leher hingga ke pinggul.. lalu kembali lagi ke atas dan mengulanginya lagi.
Mitha hanya menggelinjang kegelian. Kali ini sungguh menikmati rangsangan dari Bento.
Putingnya semakin mengeras. Vaginanya terasa ‘gatal’ ingin segera disodok.
Bento berjongkok di bawah Mitha.. mengagumi bongkahan padat pantat Mitha.
Dicubitnya dengan gemas pantat gadis itu. Namun ia tak berlama-lama di sana.
Ia kemudian membalikan tubuh Mitha.. sehingga gadis itu tepat berada di hadapannya.
“Buka lebar dong non kakinya..!” Mitha melebarkan kakinya.. sehingga ia berdiri mengangkang.
Kini Bento lebih leluasa. Diawali dengan korekan-korekan nakal jarinya di liang vagina Mitha..
berlanjut dengan jilatan lidahnya yang menyapu ganas permukaan kemaluan gadis itu..
lidahnya menyeruak mencari klitoris.
Jilatan jilatan panas di vaginanya membuat Mitha semakin melayang, nafasnya semakin memburu..
Sesahannya semakin keras. “Oohhh.. oosshhh.. ahhhh.. aauhh.. aahhh.. soooohh..!!”
Nafas Mitha semakin memburu cepat.. tubuhnya menggelinjang tak terkendali.
Tangannya mengacak acak dan menarik narik rambut Bento sebagai pelampiasan.
Bento sudah merasakan jika Mitha sudah hampir kalah.. jilatannya semakin liar dan ganas.
Kini ditambah dengan remasan gemas di pantat Mitha, nafsu Mitha semakin melonjak tak terkendali.
Sampai akhirnya Mitha merasakan seolah seluruh cairan tubuhnya tersedot keluar.
Tubuhnya otomatis melemas membuatnya jatuh berlutut di bawah guyuran air terjun.
Saat Mitha berlutut.. giliran Bento yang berdiri.
Sejenak ia membiarkan Mitha mengatur nafasnya, lalu ia menyodorkan penisnya.
“Gentian non..” kata Bento sambil mengeluskan penisnya ke pipi Mitha. Karena nafasnya masih belum pulih..
untuk sementara Mitha hanya menggunakan tangan untuk memijat penis Bento.
Barulah setelah pulih, ia mulai menggunakan mulutnya. Kepala jamur Bento ia jilati dengan gerakan melingkar..
Diselingi dengan gerakan bibirnya yang menjumput kepala penis itu layaknya sedang menjumput ujung es krim.
Tentu tak hanya itu. Lidahnya juga menelusuri batang penis besar itu dari atas hingga ke zakar.. lalu naik lagi ke atas.
Melakukan jumputan bibir di kepalanya.. lalu kembali bergerak menjilat hingga ke bawah.
“Weeitss.. ternyata non Mitha udah jago nih..! Hehehehe..” Mitha tak mempedulikan omongan Bento.
Ia sudah terlanjur pasrah pada apa yang terjadi.. jadi ia hanya berusaha untuk menikmatinya saja.
Apalagi bagi Mitha yang belum banyak pengalaman soal seks.. melakukan permainan di bawah air terjun yang hangat..
ternyata menghantarkan sensasi yang luar biasa baginya, membuatnya begitu bergejolak dan bernafsu.
Beberapa jilatan kemudian.. Mitha mulai memasukkan penis itu ke dalam mulutnya.
Satu hal yang paling disukai oleh Bento adalah kuluman bibir Mitha yang terasa berbeda dibandingkan bibir lain..
yang pernah mengulum penisnya.. mulut Mitha terasa lebih dahsyat dan sensasional.
Hanya butuh waktu beberapa menit.. sampai akhirnya penis Bento menyemburkan spermanya di mulut Mitha.
Dan meski merasa jijik.. Mitha terpaksa menelannya lalu menjilati sisanya yang berleleran di batang penis.
Bento lalu membawa Mitha ke tepian sungai yang tertutup rerumputan.
Ia pun lantas berbaring di sana.. kemudian menyuruh Mitha untuk naik ke atas tubuhnya.
“Ayo dong anak manis.. abang kangen goyangan mautnya nih..!”
Mitha menaiki tubuh Bento, penis pria itu ia bimbing masuk ke dalam vaginanya.
Padahal penis itu baru saja melemas setelah mengeluarkan isinya.
Namun dengan cepat pula penis itu kembali menegang kembali.. siap untuk bertugas lagi.
Slebbb..! “Aaaawww..!” Mitha mendesah pelan pada saat penis itu mulai menancap, agak sedikit ngilu tapi nikmat.
Mitha perlahan mulai bergerak naik-turun di atas tubuh Bento. Dan pria itu tentu saja sangat menikmatinya.
Tangan Bento tak lepas menjelajahi lekuk-lekuk tubuh indah gadis remaja yang terbentuk sangat sempurna ini.
Buah dada Mitha terguncang-guncang erotis senada dengan gerakan naik-turun pemiliknya.
“Hiiiihh..!!” Bento meremas buah dada itu dengan gemas.
Sudut mata Mitha menangkap adegan panas Nadia dan Parjono tak jauh dari sana.
Mereka tengah bercumbu dengan panasnya sambil berendam di sungai.
Adegan itu cukup efektif untuk melecut birahi Mitha semakin naik..
Goyangan pinggulnya makan gencar dan ganas.. membuat kenikmatan yang dirasakan Bento semakin bertambah.
“Hheee.. ya.. uughhh.. terus.. non.. teruss..!!” Bento makin ramai melenguh dan mengerang keenakan.
Semakin cepat gerakan Mitha.. semakin keras pula remasan Bento pada buah dada gadis itu.
Mereka pun akhirnya mencapai orgasme bersamaan.. desahan kenikmatan keduanya terdengar saling bersahutan.
Sperma Bento terilhat mengalir di antara bibir vagina Mitha.. dan penis Bento yang masih menancap di sana.
Sepanjang malam itu Bento dan Parjono secara bergantian menyetubuhi Mitha dan Nadia.
Berbagai gaya permainan mereka praktekan di sana.
Awalnya Mitha dan Nadia masih bisa mengimbangi dan menikmati permainan seks liar tersebut.
Apalagi air sungai yang hangat memberikan nuansa erotis yang menaikkan birahi mereka.
Namun lama kelamaan tenaga mereka mulai habis.
Apalagi Bento dan Parjono terlihat tak pernah lelah dan puas meski telah orgasme berkali-kali.
Akhirnya Mitha dan Nadia benar-benar kepayahan, bahkan untuk berdiri pun tak sanggup.
“Hehehe.. kasihan nih.. tamu tamu kita yang cantik kecapean..” kata Bento sambil mengelus elus wajah Nadia.
“Iya.. elu sih.. terlalu bernafsu Ben..” kata Parjono sambil mendekap Mitha, buah dada gadis itu terus ia remasi.
“Jangan takut nona nona cantik.. sekarang kalian boleh istirahat kok.. nanti kita main lagi ya.. hehehehe..”
Wajah Mitha dan Nadia terlihat lega mendengar perkataan Bento..
karena jika permainan ini terus berlanjut, mereka sudah benar-benar tak sanggup.
Karena tenaga kedua gadis itu sudah habis, maka Bento dan Parjono membopong mereka kembali ke rumah besar.
Bento menggendong Nadia sementara Parjono membopong Mitha.
Sepanjang jalan menaiki jalan setapak, Parjono sesekali menciumi dan mengulum bibir Mitha..
meski gadis itu tak merespon karena kelelahan. Akhirnya mereka sampai juga kembali ke rumah besar.
Dan Bento serta Parjono sungguh terkejut saat ada yang menyambut kedatangan mereka.
“Wah.. wah.. wah.. kalian apain tuh mereka sampe kayak gitu..!?”
Suara pria itu terdengar tak asing bagi Bento dan Parjono. Dia adalah pak Mamat alias Ki Sewu.
Bagi pak Mamat yang berilmu tinggi.. bukanlah hal yang sulit untuk bolak balik pergi ke alam ghaib seperti sekarang ini.
Bento dan Parjono membaringkan kedua gadis yang dibawanya di atas kasur.. lalu bergegas menghampiri pak Mamat.
Kedatangan pak Mamat memang mengejutkan mereka.
Namun sebenarnya mereka terkejut karena pak Mamat tak datang sendiri.
“Aki.. kok bisa ada di sini.. dan itu..?” Bento terdengar bingung sambil menunjuk seseorang yang dibawa pak Mamat.
“Tapi.. beneran nih.. tapi kan.. waaahh..!!” Parjono lebih terlihat bingung lagi.
Pak Mamat tertawa lepas melihat kebingungan mereka. Ia lalu menghampiri seseorang yang datang bersamanya.
Dia adalah seorang perempuan cantik. Matanya begitu indah namun menyiratkan kemarahan.
Betapa tidak.. gadis itu terikat di sebuah tiang kayu dengan tangan di belakang.
Pakaiannya tersingkap tak karuan.. memperlihatkan bagian-bagian indah tubuhnya.
Buah dadanya telah mencuat keluar tanpa penutup.
“Kalian semua bajingaan.. bangsaaattt..!! Bajingaannn..!!” Gadis itu berteriak marah.
Pak Mamat tertawa sambil menepuk pelan pipi gadis itu.. sementara Bento dan Parjono masih terlihat bingung.
“Jangan bingung.. sekarang dia bukan apa-apa lagi.
Sekarang dia adalah budak seks kalian yang baru..” kata pak Mamat.
Bento dan Parjono saling berpandangan tak percaya.
Diamatinya baik-baik gadis di hadapannya ini. Mereka sangat mengenal perempuan ini.
Perempuan yang kata pak Mamat akan menjadi budak seks mereka yang baru di alam ghaib ini.
Dialah suster Asti.
(. ) ( .)
-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
End of Cerita 128..
Sampai Jumpa di Lain Cerita.. Adios..