Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Till Death Do Us Part

ceritanya mirip dg kejadian yg pernah dialami...walau dimaki maki tp klo sdh suka dan dlm hati sdh mengikhlaskan...kadang2 perintah otak ga sinkron dg hati...tetep aja kita msh penasaran pingin ngepoin medsosnya,kadang2 gatal jarinya buat nge wa jg....jd ga sabar buat nunggu updatenya...soalnya peristiwanya mirip dg yg pernah aku alami ☺
 
Mngkn crita ini nanti bnyk bwang ny..krn wlpn dpt ce ny untuk perjuangn ayh ny mst berat..tp y apapun itu sy sngt mnikmati crita2 suhu..mst ad yg bs dipetik dr crita2 yg suhu buat..terima ksh..smga bs updte stiap hr..wkwkwkwkw (nglunjK)
 
BAGIAN VIII



Riak kecil di tengah segara



Bangun pagi kali ini merupaka aktifitas yang agak berat hari ini bagi dr. Nafia Almahyra, setelah semalam dia dinas sore dan pulang jam 8 malam, dia masih sempat ngobrol di telepon dengan Aslan hingga jam 11 malam, sehingga pagi ini agak berat kepalanya, meski tadi malam sudah menkonsumsi obat sakit kepalanya.

Kedekatannya dengan anak brondong ini belakangan memang makin dekat dan makin sering berkomunikasi dengan Aslan. Baginya Aslan adalah hiburan setelah kesibukan Hanif yang luarbiasa akhir akhir ini. Memang Hanif juga termasuk kaku dan jarang bicara lama di ponsel, dia tipikal yang sangat teratur waktunya, stick on the plan, dan mungkin itu yang membuat dia sukses dengan usahanya selama ini.

Sedangkan Aslan adalah antitesa dari Hanif. Dia jika berbicara di telpon dengan Fia sangat lancar berbicara atau mendengar cerita dari Fia, ada fase yang berbeda yang dirasakan Fia, dia merasa seperti menemukan teman berbicara dan ngobrol, meski cara komunikasi dengan Aslan tentu berbeda dengan Hanif yang sangat text book dan mature.

Fia bukannya tidak merasakan bahwa ada berbeda dengan Aslan yang belakangan ini dekat dengan dirinya, namun meski dia menyukai sosok Aslan, baginya Aslan hanya sebagai teman atau adiknya saja. Gaya Aslan sebagai anak muda yang mampu berada di posisi dia saat ini membuat Fia kagum, apalagi Aslan sangat dewasa pemikirannya dan selalu jadi dirinya sendiri dalam bertutur, membuat Fia merasa nyaman berbicara lama dengan Aslan, baginya Aslan adalah teman yang menyenangkan diajak berbicara.

Setelah mematut didepan cermin, wajah cantiknya yang dilengkapi kacamata minus, membuat dia terlihat semakin anggun. Buah dada indahnya yang membusung meski badannya langsing, menjadi daya tarik tersendiri, disamping bibir seksi dan matanya yang indah.

Dia lalu membawa tas kerja dan tas hariannya. Turun dari kamarnya yang di lantai 2, Abah sudah pakaian rapih, demikian juga Uminya, yang sudah dandan, sepertinya mereka berdua juga kan keluar bersama.

“morning Abah..... Umi....”

“morning dokter....” sahut Abah sambil matanya tetap di ipadnya.

Fia lalu membuka kulkas dengan menggoyang kakinya, lalu mengambil sereal yang dia simpan di kulkas, lalu mengambil buah di trolly buah, memotong melon, pisang dan apel dengan potongan dadu, meletakan semua di dalam mangkok, mencampurnya dengan sereal jagung, memberi susu kedelai dan madu, lalu duduk di samping Abah dam Umi yang sedang sarapan sandwhich.

“dinas pagi?”

“iya Bah....”

“ngga telat?”

“dikit......” ujarnya sambil senyum

Abah menggelengkan kepala

“kalau disiplin, your sister Adiba is number one.....”

“she is.....” jawab Fia sambil tersenyum saat ayahnya mulai compare

“fia.... “ tegur Mama

“yah Umi...siap...”

Abah memang sangat disiplin dalam banyak hal, makanya tidak heran pagi segini dia sudah siap untuk jalan. Alphard nya saja sudah dipanasin oleh Pak Ikra sopirnya.

“Hanif kemana? Lama Abah ngga lihat dia...”

“ dari Dubai minggu lalu, makanya belum sempat kesini karena masih padat waktunya, apotiknya di Bandung juga mau dilaunching.....”

“well.... congratulation for him.....”

Fia tersenyum

“semua menantu Abah fighter....”

“calon yang satunya...”

“yes, soon to be...”

Dia mengaduk sambil membaca pesan di wa nya dari Aslan, yang mengucapkan selamat pagi.

“kamu dukung selalu.... jangan manja, calon suami sibuk yah begitu....” ujar Umi

Fia kembali tersenyum

“kan sukses juga kamu yang menikmati.....”

I am not, Umi. Demikian batin Fia menjawab. Sedikitpun dia tidak pernah merasakan atau memanfaatkan apapun dari Hanif. Soal hadiah, kado atau traktir makan, itu wajar saja sebagai pria dalam adab berpacaran, tapi tidak ada yang namanya dia meminta fasilitas atau hadiah mahal dari Hanif.

“oh iya.... waktu acara khitanan Sabtu kemarin, Abah lihat kamu bicara dengan Ulfa..... “ Abah menunjukan intonasi yang berbeda saat menyebut kejadian dimana dia sempat berbicara dengan Tante Ulfa, ibunya Aslan

Anisah, Uminya Fia juga menatapnya tajam.

“please, stay away from that pervert family......” tandas Abah

“ they are nice family, Abah...” jawab Fia

“ dan aku mencoba untuk baik saja sama tetangga.... ngga ada maksud lain...” jawabnya lagi dengan lembut

Abah sepertinya kurang senang

“wow, now you are talking....” sambil menurunkan ipadnya ke meja

“kamu tahu....” ujarnya sambil sedikit menunjuk ke arah anaknya.. “ your kindness will be your great wekness as well....”

Fia menarik nafasnya

“orang selalu memanfaatkan kebaikan hati kamu... karena kamu lemah...”

Umi menatapnya tajam, abahnya apalagi

“cara kamu seperti ini akan kesulitan buat kamu nanti jika harus membantu bisnisnya Hanif.... atau mungkin handle bisnis abah kelak.....’

Mendengar vonis sepihak abah, Fia agak kesal hatinya

“aku ngga tertarik dengan bisnis abah.... Kaka mungkin iya....”

‘itulah pointnya, karena kelemahan kamu itu makanya kamu selalu menghindar dengan cukup puas dengan dokter umum kamu saat ini....”

Fia terdiam lagi, abah memang sering mendorong Fia untuk untuk ambil spesialisnya, dan Fia agak jenuh jika harus kuliah lagi. Dia lebih suka dengan statusnya dia saat ini sebagai dokter umum, at least hingga saat ini. Dia akan kuliah lagi jika keinginan untuk itu muncul, dan saat ini belum.

“anyway... back to the my previous point... Abah tidak suka kamu bicara dengan keluarga itu....”

Fia menghela nafasnya, baru bicara sama ibunya saja abah suka segini reaksinya, apalagi jika dia sampai tahu aku sering telpon dan wa an dengan Aslan.

“pervert son came from pervert parents.....”

Baginya omongan abah sudah keterlaluan. Meski dia ingin membantah, karena dia tahu keluarga mereka bukanlah seperti yang abah sampaikan. Ulfa adalah ibu yang hebat, anak-anaknya juga baik Aslan maupun Linda semua anak-anak yang manis. Kenapa bisa dibilang demikian?

“Bah... ngga demikian kali...”

“ngga demikian bagaimana? Anaknya memang kelainan kok....”

Masyaallah Abah. Entah kenapa rasa ingin menyantap sarapan dari Fia jadi tidak berselera lagi

“ itu kejadian sudah lama Bah... jaman dia masih kecil lah.....”

“no...... salah besar.... kecil saja sudah demikian apalagi nanti sudah besar...”

Fia tidak habis pikir hanya karena dia menyapa dan itupun percakapan yang tidak lama dengan Ulfa, lalu perdebatan dari Abah jadi melebar sedemikian panjang, meski dia tahu kebencian Abah ke keluarga mereka.

“kamu tahu bulan kemarin waktu camry umimu dicolong kaca spionnya waktu di jalan Cakung Cilincing? “

Fia diam

“pelakunya anak punk dan usianya 13-15 tahun 3 orang.... apa kamu lihat anak sekarang apa yang mereka perbuat?”

Fia mendorong mangkoknya ketengah

“anak itu bukan dari usia, tapi dari didikan.....” tandas Abah lagi.

Fia memutuskan menyudahi sarapannya, dia lalu berdiri dan segera menyalami abah dan uminya

“ aku takut telat......” sambil mencium tangan abah dan uminya.

Kunci mobilnya segera dia ambil dari lemari tempat kunci mobil diletakan, membuka pintu memasukan semua tasnya di kursi belakang, menstarter mobilnya, lalu membalas beberapa whatssapp yang masuk, termasuk dari Aslan.

Dia sempat mengirim pesan ke whatsapp nya Hanif, namun tidak ada jawaban ataupun tanda bahwa dibaca. Sudah seminggu semenjak dia kembali dari Dubai, mereka hanya bertemu sekali di apartementnya, dan hingga kini belum bertemu lagi. Fia menyadari kesibukan Hanif dengan mempersiapkan cabang barunya di Bandung, serta mencoba proses langsung dengan beberapa jaringan apotik yang ada untuk langsung merintis import dari China tanpa harus lewat pihak ketiga, namum maksdunya Fia agar Hanif juga meluangkan waktunya meski hanya makan malam bareng dirinya. Atau ajaklah dia untuk ikut bersama makan malam dengan koleganya. Tapi niatan dan tujuan Hanif tidak pernah seperti itu.

Meski demikian jika ada acara keluarga, pesat pernikahan temannya, Hanif selalu mengajak dirinya mendampingi. Cuma untuk acara official dalam hal kerjaan, Hanif tidak pernah melibatkan dirinya untuk ikut menemani.

Aku jalan dulu yah ke RS

Hati Ka.... jangan nelpon sambil nyetir yah.... Allah jaga Kaka selalu


Fia tersenyum membaca wa ala abg seperti yang Aslan suka kirim. Dia seperti anak ABG yang mengirim pesan ke Fia, apalagi belakangan ini, dengan sangat rajin, dan memberi tahu dia dimana tanpa diminta, meski menurut Fia ngga penting juga sih.

Sambil menetir Fia jadi tersenyum sendiri membayangkannya.

Dua sosok pria ini memang bertolak belakang sekali.

Fia bukannya kekurangan penggemar. Yang naksir dia jangan ditanya. Teman-teman kampus, sesama dokter di RS ini juga banyak yang suka, pengusaha showroom yang pernah jadi pasiennya, atau dari berbagai kalangan yang kenal dengan dirinya. Namun melihat foto DP Fia, ditambah dengan Fia yang memang tidak pernah menganggapi ajakan atau tawaran mereka, dan mereka melihat standard yang dimiliki Fia lewat Aslan, satu persatu jadi berpikir untuk maju, ditambah dengan karakter orangtua Fia yang memang sangat kaku dan cenderung tinggi hati.

Aslan sendiri yang memang ditanggapi oleh Fia, karena dia menganggap Aslan seperti anak kecil, tetangganya yang dulu nakal dan sekarang jadi anak baik. Dan pendekatan Aslan yang sangat sopan, dia seperti memiliki adik laki-laki yang sedikit kepo dengan hidupnya dan kerap memberinya ‘warning’ setiap hari lewat whatsapp dan telponnya.

Jika Hanif cenderung dewasa, mandiri, berkelas dan sangat elegan, maka Aslan jelas jauh dibawahnya. Aslan seperti anak kuliahan yang masih sangat mentah dan penuh detail dalam menyapa dirinya, sampai sarapan apa, makan siangnya apa suka dia tanyakan. Entah dia belajar di kamus mana untuk bertanya ke wanita seusia Fia dengan cara demikian.

Cara dia terutama waktu di Makasar yang sangat melindunginya, tidak mengijinkan Fia menenteng tentengan, sampai membuka kulit kerang pun terlihat kalau dia seperti ingin menunjukan bahwa dia tidak mengijinkan wanita melakukan sesuatu yang dia sebagai pria lakukan.

Hal ini terbalik dengan Hanif yang western mode sekali. Hanif selalu memandang sebuah kesetaraan antara pria dan wanita. Disetirin oleh Fia adalah hal yang biasa. Pembicaraan mereka berdua pun Hanif selalu menganjurkan agar Fia berani mengutarakan pendapat, meski pendapatnya belum tentu disetujui olehnya, termasuk ajakan menikah.

Setiba di RS dan memarkir di parkiran khusus dokter, Fia segera masuk keruangan jaganya. Semua perlengkapannya dikeluarkan dan bersiap melihat file-file pasiennya dia hari ini. Rutinitas yang dia sukai, bertemu pasien dan keluarganya, apalagi jika pasiennya sudah sembuh dan pulang, kebanggaan bagi dirinya.

Untung hari ini pasien tidak begitu ribet dan masih pada bagus kondisinya, jadi secara umum dia bisa merasakan tensi kerja yang lebih sedikit santai.

Ka, boleh minta sesuatu?

Apa tuh?

Foto Kaka dong pagi ini


Wah Aslan mulai ngaco nih

Tapi dengan senang hati dia mengambil angle yang bagus dan memotret dirinya, lalu foto itu dia kimrim ke Aslan, dan juga ke Hanif

Masyallah cantiknya bidadariku

Apaan sih bidadari, ngaco


Fia tersenyum membaca whatsapp Aslan

Aku taruh jadi DP aku boleh ngga?

Fia kaget membaca permintaan Aslan

Ngga Aslan. Apa kata orangtua kamu? Pacar kamu nanti marah

Ngga punya pacar Ka, ngga ada yang marah

NO ASLAN, please


Huruf capital yang dikirimkan Fia membuat Aslan jadi mengerti. Fia tidak ingin ada salah paham dan muncul dugaan yang aneh-aneh dari orangtua atau siapa saja yang ada di contact Aslan.

Maaf Ka.... iya ngga jadi

Nah gitu dong


Sebaliknya dari Hanif sebuah wa masuk

Morning Babe. Have a nice day today. Aku telp selesai meeting dengan distributor

Tidak ada komentar tentang foto yang dia kirim.

Fia lalu bergegas untuk jalan lagi kontrol ke pasiennya di ruangan Anggrek. Dia memilih untuk sejenak melupakan sedikit kesalnya ke Hanif. Dia berjalan didampingi suster pendampingnya. Dan entah kenapa dia merasa pusing dikepalanya. Pusing yang semalam dia rasakan yang agak reda saat dia minum obat, kini menyerangnya lagi, dan dengan sedikit terhuyung, Fia mencoba menggapai tangan Suster yang disampingnya

“dok....kenapa dok....”

“ngga tau Ses.... kepala saya tiba-tiba pusing.......”

Tiba-tiba lemas dan Fia merasa badannya seperti melayang, untung suster yang mendampinginya sigap menahan badannya dengan cepat, dan suster lain yang ada disekelilingnya segera membantu Fia untuk dibawa ke sofa terdekat.
 
Entahlah, terlalu Gedeg sama Aslan. Bucin akut.
Minta foto terus mau dijadiin profil. Gak etis. Padahal tau kalau Fia in relationship.
Jadi sedikit membenarkan opini Ayahnya Fia. He's pervert.
berarti ciwi2 yang suka pake aktor Kpop di DP mereka pervi juga don, Hu.... wkwkkwwkkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd