-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------
Cerita 092 – Sang Penari
[Part 1] – A Special Customer
Sebut aja namaku Alex. Aku tinggal di kota kuno yang banyak seniman dan budayawannya.
Umurku 35 tahun.. punya istri dan dua anak. Aku buka usaha di bidang advertising.
Kantorku memang sering kedatangan customer para seniman yang minta dibuatkan leaflet.. poster..
buku pameran dan sebagainya. Dan biasanya semua customer dilayani sama sekretarisku.
Kecuali kawan atau customer setia.. pasti aku langsung yang turun tangan.
Di kantor, ruangan kerjaku di bagian depan, jadi bisa tau siapa saja tamu yang datang.
Ruang sekretaris dan ruang kreatif ada di samping ruang kerjaku.
Siang itu, Jumat.. ada tamu cewek. Dia ingin dibuatkan buku panduan untuk pementasan tari.
Stafku langsung melayani dia dengan standar keakraban perusahaan advertising.
Lama banget mereka diskusi.. aku denger-denger si customer lagi kebingungan dengan konsep bukunya.
Karena mungkin stafku dianggap kurang mampu.. dia minta langsung ketemu sama aku.
Terus staf aku masuk ke ruanganku.. dan beri tau ada customer yang pengen ketemu.
Ya udah.. aku keluar ke ruang tamu dan temuin dia.
Kita kenalan. Namanya Yuli.. dia penari dan lagi mau garap pementasan tari di Jakarta.
Tubuhnya mungil.. tingginya sekitar 160 cm.. sintal. Wajah natural.. putih. Dadanya montok.
Bibirnya tipis seksi. Dia udah nikah dan punya anak satu.
Suaminya juga seniman yang waktu itu dapat beasiswa kuliah di Amrik.
Kemudian ane dan Yuli terlibat obrolan yang akrab. Dan obrolan beralih dari soal buku panduan ke masalah pribadi.
Dia banyak cerita kehidupannya sebagai seniman tradisional.. kuliah suaminya yang nggak selesai-selesai..
Padahal limit yang diberikan kampus tempat suaminya mengajar sudah hampir habis.
Pas dia mau pamit pulang.. dia minta no hape aku. Ya udah.. aku kasih. Aku juga minta no hape Yuli.
------ooOoo------
Malam jam 10.. ada SMS masuk ke hapeku. Ternyata Yuli. Dia bilang boleh menelepon aku nggak..?
Standar di kantor.. kalo ada customer mau kontak.. maka kita yang harus menelponnya.
Dan waktu itu aku lagi ngga ada gawean.. langsung aja aku telepon dia.
Di telepon dia bilang setuju sama konsep yang aku tawarkan, terus besok siang mau ke kantor.
Dan dia pesan ga mau kalo ditangani ama stafku.. maunya langsung ama bos.
Aku bilang kalo Sabtu kantor tutup. Tapi dia maksa besok mau ke kantor.
Karena dia maksa.. ya udah aku setujuin aja. Customer adalah raja. Apapun kemauannya kita ikutin..!
Besok siangnya sesuai janji aku ke kantor.. di kantor cuma ada OB..
Tapi dia sudah ada janji mau tengok saudaranya yang sakit, pulang malam katanya.
Jadi kunci aku suruh tinggal. Ga berapa kemudian lama Yuli datang.
Mengenakan baju warna putih tulang yang serasi ama kulitnya, dan kancing bagian atasnya terlepas.
Jadi bisa keliatan tuh bagian bawah lehernya yang putih.
Ia juga mengenakan rok jins ketat. Jadi aku bisa tau pantatnya yang montok. Maklum.. penari. Hehehe..
Karena mau bahas masalah kerjaan.. ane suruh dia masuk ke ruang kerjaku. Pintu depan udah aku kunci.
Kita duduk di sofa bersebelahan, sampai bisa aku cium bau parfumnya yang buat aku ga bisa konsen.
Dia serahin foto-foto yang perlu diekspose.. sambil kasih penjelasan dikit-dikit.
Setelah semua penjelasan selesai.. obrolan beralih ke masalah pribadi.
Aku tanya sudah berapa lama suaminya di Amrik.. dia bilang sudah dua tahun.
Tapi tahun lalu suaminya sempat pulang 1 bulan.
“Jadi udah satu tahun dong ngga pernah disentuh ama suami..?” Tanyaku pengin tau.
“Begitulah..” jawab Yuli pendek.
“Aku heran, padahal baru kemarin kita ketemu.. tapi kok kesannya udah akrab banget seperti kawan lama ya..?” Tanya dia.
“Itu karena mbak Yuli pandai mencairkan suasana..” jawabku memujinya.
“Apa setiap customer kamu perlakukan seperti aku..?” Selidik Yuli.
Aku jawab.. kalo aku jarang nemuin customer secara langsung. Biasanya mereka ditemui sekretaris.
Kalopun customer lama atau kawan.. biasanya mereka juga tidak datang ke kantor hari Sabtu.
“Jadi.. mbak Yuli ini customer spesial..” kataku.
Dia tampak senang dengan jawabanku. Terus dia cerita sehabis ketemu aku kemarin..
Dia seperti menemukan seseorang yang terpercaya buat curhat. Sejak semalam ia kebayang-bayang aku.
“Padahal mas Alex ini secara fisik bukan cowok yang ideal.. tubuh kurus.. wajah sih biasa aja.
Tapi kenapa kok aku ga bisa melupakan mas Alex. Apa aku kamu sihir..?” Tanyanya bercanda.
“He he he iya.. aku emang penyihir. Karena aku kemarin kagum banget sama mbak Yuli, cantik.
Putih.. bahenol.. penari.. entah kenapa kok aku juga sejak kemarin mikirin mbak Yuli terus..” kataku.
“Ah gombal..” balasnya tapi sambil tersenyum.
Terus aku tanya bagaimana dengan suaminya. Dia agak sungkan menjawabnya. Tapi akhirnya dia cerita juga.
Dia menikah sama mas Anton -nama suaminya..- karena terpaksa.. bukan karena cinta.
Sampai di malam pernikahan mereka.. Yuli merasa sangat tersiksa ketika keperawanannya direnggut oleh suaminya.
“Saya tidak merasakan kenikmatan, justru saya sangat sakit, perih, tersiksa dan terhina.
Setelah suami orgasme.. dia langsung tertidur.. membiarkan saya tersiksa sendirian..”
Yuli juga mengaku sampai sekarang dia belum pernah merasakan nikmatnya bercinta sama suami.
Meskipun mereka sudah dikaruniai satu orang anak.
Dia mengaku melakukan hubungan suami istri hanya sekedar menjalankan kewajiban.
Karena penasaran dengan ceritanya aku tanya..
“Emang mbak Yuli, sebagai perempuan apa tidak pengen merasakan kenikmatan seks..?”
Aku tanya begitu.. ternyata reaksinya luar biasa. Dia menatap wajahku.. matanya berbinar-binar.
Dan terus dia megang tanganku. Waduh.. mimpi apa aku semalam..?
Refleks aku sambut tangan dia.. aku belai lembut, terus dia deketin wajahnya ke aku.
Oughh.. bau parfum dan bibirnya yang basah buat aku ga tahan.. langsung aja kusambut bibir itu.
Kucium lembut bibirnya, aku sapu bibirnya dengan ujung lidahku.
Yuli makin memajukan badannya sampai mepet ke badanku. Terus refleks kita berdiri masih dengan ciuman.
Lidahku masuk ke mulut dia dan disedot lembut, terus ganti lidah dia yang masuk ke mulutku.
Aku memang sering terobsesi bercinta dengan penari.
Apalagi aku tipe cowok yang tidak suka bercinta terburu-buru..
Aku lebih suka bercinta dengan kelembutan dan gerakan yang erotis.
Pikiranku langsung bekerja.. Ahhh.. sekarang waktunya mewujudkan impianku.
Tangan kami sudah tidak lagi berpegangan, sedang bibir kami masih lengket berpagutan.
Tanganku mulai mengelus rambutnya.. terus turun ke leher, membelai punggungnya..
Hingga akhirnya mendarat di pantatnya yang bahenol.
Aku belai pelan-pelan, sambil sesekali meremas-remas dua bongkahan pantatnya.
Tangan Yuli juga ga mau kalah. Dia pegang kepalaku.. jambak pelan-pelan rambutku, terus menggerayangi pantatku.
Tubuhku sih biasa ajah, kurus.. tapi kontiku lumayan gedhe.. hehehehe..
Gerakan tangan dia makin liar.. dia mulai melepas bajuku.. terus melepas ritsleting celanaku sampai melorot..
dan meninggalkan celana dalam dengan konti yang tegang.
Aku langsung bereaksi. Kulepas kancing baju dia satu per satu.. kulepas bajunya.
Lalu kulepas rok jinsnya.. kemudian tali ikatan branya.
Kemudian kulepas pula celana dalamnya. Jreng..!! Kini dia sudah telanjang bulat.
Wuihhh..!! Aku betul-betul takjub melihat bentuk tubuhnya.
Bokongnya montok banget.. membuat aku jadi gemes. Toketnya gedhe.. 34b dan kenceng.
Pentilnya udah mengeras.. dan bulu-bulu jembutnya tertata rapi.
Dia melepas celana dalamku.. dan terkuaklah batang kemaluanku yang sudah ngaceng penuh.
Kita masih tetap ciuman dengan lembut dan berirama. Hanya tangan kita yang semakin liar bergerilya.
Dia pegang lembut kontiku. Oughhhh.. enak banget.
Sedang tanganku menari di atas bongkahan pantat dan dua bukit kembarnya.’
Setelah itu aku putar tubuh Yuli, posisinya sekarang dia membelakangiku.
Slepp..! Kuselipkan konti yang sudah tegang itu ke belahan pantatnya.. sementara bibirku menjelajahi..
inci demi inci belakang telinganya.. terus turun ke leher.. sedang tanganku memilin pentilnya.
Yuli cuma bisa mendesah.. dia berusaha menoleh ke aarahku.. mau menciumku. Tapi sengaja tak kuberikan.
Dia cuma bisa mendesah keenakan.. “Oughhhhh shhhhhhhhhtt.. ouhhhhh..”
Bibirku terus menjelajah.. sampai ke punggung, kucium dan jilat itu punggung.
Tanganku yang satu meremas-remas toketnya, sedang yang satunya lagi berpindah ke selangkangannya.
Jariku mengelus-elus lembut mekinya yang sudah mulai basah.
Kugesek-gesek memeknya pelan-pelan. Aku tidak ingin memasukkan jariku ke mekinya.
Karena.. biasanya perempuan ga suka jari tangan masuk ke mekinya.
Terus aku mainin clitnya dengan jari-jariku. Mendapat perlakuan seperti itu.. Yuli cuma bisa mendesah.
Kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya..
Yang otomatis membuat konti ane kegesek-gesek bongkahan pantatnya yang ternyata sudah basah oleh keringat.
Desahan Yuli semakin keras.. “Uuuuughhhhh sayyyyy terusiiiiiinnnnn shhhhhhhttttt.”
Dan gerakannya betul-betul erotis.. seperti penari sedang menari di atas panggung.
Uhhhh.. aku ikutin gerakannya itu.
Dan rupanya Yuli sadar kalau aku ingin dia menari telanjang sambil tubuh kita tetap menyatu rapat.
Tubuhnya semakin ia rapatkan ke tubuhku.. dan dia mulai melakukan gerakan tari.
Tarian erotis yang semakin mengundang birahi.
Semakin cepat gerak tariannya.. semakin cepat pula jari-jariku menggesek meki dan memijat-mijat clitnya.
Yuli semakin liar menari.. dan desahannya semakin sering terdengar.
“Uughhhhsssshhhh.. oughhhhhh puasin aku say.. iyyyyaaaa terussssssshhhh..!!” Racaunya.
Sekira sepuluh menit-an kita menari birahi.. dan bibirku tetap menciumi punggung atau lehernya..
Kontiku merasakan nikmat berada di bongkahan pantatnya yang basah..
Tanganku yang satu berpindah-pindah dari satu toket ke toket yang lain.. dan tangan yang satu membelai mekinya.
Sedang tangan Yuli dilingkarkan ke belakang, di punggungku.
Gerakan Yuli tambah liar.. sampai konti ane sering lepas mencelat dari bongkahan pantatnya.
Dari mulutnya terus meracau dan mendesis.. “Sshhhsss akhhhhhhh. Ouuugggghhhhh.. yaassshhhhh..”
Dan tiba-tiba aja dia mengangkat pahanya tinggi-tinggi.. kakinya ditekuk dan telapak kakinya tepat di dengkulku.
Tubuhnya condong ke depan.. badannya mengejang..
“Sayyyyy aku ga tahaaaaannnn, aku moooooo keluarrrrrrrrrrr, akhhhhhssssshhhhhh terussssss..”
Belum selesai dia bicara.. tubuhnya tiba-tiba mengejang.. dan tanganku merasakan leleran cairan kenikmatan dari vaginanya..
“Oougggggghh Goddddd..!!! enakkkk bangetsssss..!!” Desahnya nikmat. Rupanya dia sudah O pertama.
Abis itu dia lemas.. dengan tetap membelakangiku.. kupeluk tubuhnya. Kedua tanganku memegang toketnya.
“Kamu pintar banget muasin perempuan sayang..” katanya.
Setelah itu aku dudukkan dia di sofa kembali. Kepalanya disandarkan ke bahu ane.
“Kamu hebat, aku nggak pernah merasakan bercinta dengan lembut dan berirama seperti ini..” pujinya.
Kami bicara-bicara sebentar.. tanganku yang satu tetap memegang toketnya..
Sedang yang lain membelai pahanya yang putih mulus. Tangan Yuli membelai lembut kontiku..
“Ehmm.. kontol kamu gede banget sayang. Memekku belom pernah dimasukin kontol segede punyamu..” katanya.
“Mau coba dimasukin..?” Tanyaku.. Yuli ga menjawab, cuma kocokan tangannya di kontiku semakin cepat.
Terus dia bangun dan mendekatkan wajahnya ke wajahku.. bibirnya mencium lembut bibirku, terus turun ke bawah..
Ia menjilati pentilku yang kecil. Mendapat serangan mendadak gitu aku cuma bisa merem-melek keenakan.
Bibir Yuli terus menyusur ke bawah, ke perut.. dan terus sampai ke konti. Dia ciumi lembut kontiku..
Ia jilat-jilat lubang konti.. dan jilatannya turun ke batang.. pelan dan lembut sekali. Ane dibuat kelojotan.
Kemudian mulutnya mainin buah pelerku.. dan tangannya mengocok lembut kontolku.
Buah pelerku dimasukin ke mulut.. disedot.. dikeluarkan secara bergantian.
Terus mulutnya naik ke atas.. menjilat-jilat kepala konti.. ughhh.. terus kontiku dimasukin ke mulutnya pelan-pelan.
Kemudian tangannya meremas-remas buah pelerku. Aku cuma bisa mendesis.. "Sshhhhhh akhhhhhhhh.."
Tanganku mulai lagi memainkan toketnya. Yuli semakin bernafsu kulum kontiku waktu teteknya aku pijat-pijat.
Kontolku seperti kena strum, tapi strum enakkkk..!!
Karena sudah ga tahan. segera kubimbing dia untuk bangkit.. terus aku dudukkan di sofa.
Pahanya aku buka lebar-lebar,.. kini tampaklah mekinya yang ternyata berwarna kemerahan.. membasah.
Slrupp.. clrupp..! Aku jilati mekinya dari ujung bawah.. terus naik sampai clitorisnya.. aku isep-isep.
Yuli cuma bisa mendesah dan menggelinjang. Mekinya makin basah.. bercampur dengan air liurku..
“Aakhhhhsssshh sayyyyyanggggg aku ga kuattttt, masukin sayyyyaaaangggg, puasin akuuuuu..!!” Pintanya.
Aku sendiri udah ga nahan liat mekinya dan denger desahannya.
Langsung aja aku berdiri dan arahkan kontolku ke mekinya.
Slepp.. slepp.. slepp.. slepp.. aku gosok-gosokin kepala konti ke clitnya beberapakali..
Terus.. slebb.. blessepp..!! Baru aku masukin pelan-pelan. Gileee..!! Sempit banget meki dia..!!
“Sayyyyyy.. kontol kamu gede bangetttt.. pelan-pelan masukinnya sayyyang..” Yuli merintih.
Aku masukin kontol aku pelan-pelan.. kocok maju mundur.. baru setengah kontiku yang masuk.
Biar dia ga teriak kesakitan waktu kontiku masuk ke mekinya.. aku sedot tuh putingnya yang merah kecoklatan.
Clebb.. clebb.. Sambil pinggulku maju mundur berusaha meneroboskan kontiku di liang mekinya yang sempit.
“Akhhhhh.. ya terussss.. masukin pelan-pelan sayyyyanggg..” katanya dengan tatapan mata yang sayu.
Tangannya memegang pantatku. Sedang toketnya masih kusedot-sedot.
Gerakan pinggulku kubuat berirama.. kadang cepat kadang lambat.. sesekali maju mundur.. sesekali berputar.
Crebb.. crebb.. clebb.. crebb.. clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. clebb.. crebb.. dorong.. tarik.. dorong tarik..
Yuli sepertinya mampu mengimbangi permainanku.
Dia goyangkan pinggulnya mengikuti irama sodokan kontolku di memeknya.
Setelah 10 menitan kontolku ‘menari’ di memek Yuli.. aku merasakan ada desakan lahar mani di kontolku.
“Sayang, aku mau keluarrrrrr..” erangku memperingatkan Yuli.
“Sama sayyaaaanggg, aku juuuuuggga. Kita keluuuuuurarrrr bareng-barengg..” balasnya mendesah.
Clebb.. Jleghh.!! Aku tekan kuat-kuat kontolku ke dalam memeknya.. dan Yuli mengejangkan vaginanya..
Hingga terasa kontolku diperas-peras. Tidak lama kemudian.. crott..crott..crott.. pejuhku membanjiri vagina Yuli.
Dan bersamaan dengan itu, Yuli juga menegang pinggulnya terangkat ke atas..
Tangannya menarik-tekan pantatku kuat-kuat. Rupanya dia juga mengalami orgasme.
Kubiarkan kontolku tetap di dalam memeknya beberapa waktu, sambil bibir kami saling berpagut.
“Terimakasih sayang.. kamu sudah memuaskan aku. Aku belom pernah ngentot seenak ini..” bisiknya.
“Sayang kita baru sekarang ketemu, coba kalau beberapa tahun lalu.. pasti aku mau menikah denganmu Yuli..” kataku.
Kami berpelukan erat, saling merasakan detak jantung yang merasakan kedamaian dan keindahan.
Setengah jam kami berpelukan di sofa, kemudian dia bangun dan menuju kamar mandi di ruang kerjaku.
Bersih-bersih. Setelah selesai dia berpamitan pulang.. sebelum dia pulang kami sempat berciuman lagi.
Setelah hari itu.. kami sering bertemu dan bercinta lagi di beberapa tempat.
------oOo------
Pengalaman pertama berselingkuh dengan orang lain membuat pikiranku tak tenang.
Ditambah lagi kenekatanku mengeluarkan sperma di memek Yuli.. aku khawatir dia hamil.
Kalo itu terjadi.. wah.. bakan jadi skandal.
Dan untuk menghilangkan rasa bersalah serta biar istriku tidak curiga.. malam itu aku bercinta dengan istriku.
Tapi saat bercinta.. aku selalu membayangkan tubuh Yuli.
Gerakan-gerakan erotisnya.. pantatnya yang bahenol.. dan susunya yang padat montok.
Esok harinya aku telepon Yuli dan menyampaikan kekhawatiranku. Jawaban Yuli cukup menenangkan pikiranku.
“Mas pikir aku sudah gila apa.. kemarin itu pas masa aku ndak subur mas. Jadi aku mau pejuh mas nyemprot di anuku.
Aku juga tidak mau suami dan keluargaku tau apa yang terjadi. Sungguh itu pengalamanku pertama..” katanya.
Obrolan kami lanjutkan dengan nada penyesalan.. mengapa perselingkuhan itu harus terjadi.
Tapi aku dan Yuli tidak berani berjanji perselingkuhan itu tak akan terulang lagi.
Seminggu kemudian.. Yuli SMS, menanyakan aku sibuk atau tidak.
Aku jawab.. “Untuk kamu segala kesibukan bisa aku tinggal..”
Kemudian dia ngajak ketemuan di salahsatu cafe di mall terbesar di kotaku.
Katanya ada yang ingin dia obrolkan. Langsung aja aku meluncur dengan Jazz kesayangan ke mall itu.
Sesampai di mall, aku memarkir mobil, dan langsung menuju cafe.
Di sana aku lihat Yuli sedang duduk membaca majalah.
“Cantik sekali kau siang ini Yul..” kataku mengagetkannya.
“Hai.. apa kabar..? Mas Alex ini datang mengagetkan, pakai muji-muji segala..” jawabnya diiringi senyum manis.
Aku lantas duduk di sampingnya, memesan cafelatte.
Aku langsung tanya.. “Katanya ada yang mau diobrolin, soal apa sih..?”
Wajah Yuli yang semula cerah.. berubah menjadi sendu. Tampak ada beban berat yang sedang dipikulnya.
Terus dia cerita habis berantem sama mertuanya.. karena ia dianggap boros dalam membelanjakan gaji suaminya.
“Aku titipkan anakku ke kakak iparku, aku mau cari ketenangan, karena itu aku telepon mas Alex.
Aku malas di rumah dalam kondisi mertua masih uring-uringan..” paparnya terdengar kesal.
“Ya udah.. sekarang kita mau ke mana..?” Tanyaku.
“Terserah mas Alex aja, yang penting sebelum jam 7 malam aku sudah di rumah..” balasnya.
Otakku berpikir cepat.
Lalu aku ajak dia jalan-jalan ke tempat wisata pegunungan yang sejuk yang letaknya tak jauh dari kotaku.
Di tempat itu aku punya villa. Dia setuju.
Setelah membayar minuman.. kami langsung berjalan menuju parkiran, dan tancap gas menuju kawasan wisata itu.
Di perjalanan kami saling berpegangan tangan, dan bercanda.
Tapi sebenarnya aku berpikir keras gimana caranya menyuruh keluar Pak Arman penunggu Villa.
Tidak mungkin aku membawa perempuan lain ke vilaku.. pasti nanti pak Arman akan bicara sama istriku.
Akhirnya aku putuskan untuk check in di salahsatu penginapan.
Sampai di Taman Sari.. sebut saja begitu nama tempat wisata itu..
Aku putar-putar sebentar mencari penginapan yang cocok, yang jauh dari vilaku.
Dan pilihanku jatuh pada vila Lily. Tempatnya asyik.. dan aku pilih kamar yang di belakang.
Biar agak tersembunyi.. dengan parkir mobil di bawah, dan kamar di atas.
Begitu masuk ke dalam kamar pintu tidak aku kunci.. karena penunggu penginapan pasti akan datang lagi..
mengantarkan minuman yang kami pesan dan perlengkapan mandi.
Begitu pintu aku tutup.. tanpa dikomando, aku dan Yuli berpelukan rapat.. bibir kami saling pagut.
Erat sekali pelukan kami, sampai hampir sesak nafas, seperti sepasang kekasih yang sudah lama sekali tak bertemu.
“Aku kangen banget sama mas Alex..” katanya dengan nafas memburu.
“Aku juga kangen sama kamu Yul.. aku ingin kamu bersamaku selamanya..” kataku juga dengan nafas terputus-putus.
“Kita menikah aja yukkk..!?” Pintanya.
“Aku mau.. tapi apa mungkin....?” Jawabku.
Sepuluh menit kami berciuman.. tubuh yang berpelukan berjalan kecil, berputar-putar seperti penari salsa.
Pelukan dan ciuman kami harus berhenti waktu pintu diketuk dari luar.
Yuli segera duduk di sofa sambil merapikan pakaiannya yang agak kusut.
Kubuka pintu kamar.. kubiarkan penunggu penginapan meletakkan 2 cangkir teh ke meja..
dan meletakkan handuk serta sabun di tempat tidur.
Waktu penunggu penginapan pamit, kuselipkan uang 50 ribu ke tangannya sambil mengucapkan terimakasih.
Si penunggu senang sekali mendapat tips dariku.
Begitu sang penunggu keluar, pintu kamar langsung aku kunci.
Aku duduk di sofa, di samping Yuli. “Mumpung masih hangat, diminum yuk..” kataku.
Dan Yuli langsung mengambil cangkir teh hangat itu, meneguk isinya.
Kuperhatikan caranya minum, sexy sekali bibirnya.
Aku lihat begitu, Yuli tersenyum, senyu yang manis, yang membuat nafsuku menggelegak.
Kurapatkan tubuhku ke tubuh Yuli.
Saat dia meneguk tehnya lagi.. segera kutarik tangannya.. lalu kucium bibirnya yang masih penuh dengan air teh.
Akibat terkaman bibirku itu.. teh yang ada di mulut Yuli sedikit tumpah keluar, dan sebagian masuk ke mulutku.
Kubuka mulutnya dengan lidahku, sampai air teh itu berpindah semua ke mulutku.
Kemudian teh yang di mulutku kembali kudorong ke mulut Yuli.. begitu bergantian.
Hmmmm.. ciuman yang asyik.. yang pernah aku impikan tapi baru sekali ini bisa aku lakukan.
Setelah beberapakali tukar air teh yang bercampur air liur kami berdua.. akhirnya teh di mulut kami habis.
Kini aku yang minum teh dengan porsi yang lebih banyak..
Kami berciuman lagi.. saling dorong air teh ke mulut kami masing-masing.
Tak ada desahan yang keluar, karena mulut kami dipenuhi minuman.
Setelah teh kedua itu habis dari mulut kamu, Yuli menarik bibirnya.
“Gila.. darimana mas Alex dapat ide ciuman model begitu..? Enak banget mas, asyik..!” Katanya ngos-ngosan.
Memang ciuman model seperti itu membuat nafas kita ngos-ngosan..
karena harus menjaga minuman agar tidak banyak yang tumpah dari mulut.
“Aku sering berkhayal melakukan persetubuhan denga berbagai cara. Yang romantis dan lembut.
Termasuk cara berciuman tadi..” jawabku.
Kemudian aku berdiri dan kuraih tangannya, kami berdiri berhadapan..
Saling merapatkan tubuh kami, dan kembali berciuman.
“Fantasi apa lagi yang mau kamu terapkan mas..?” Tanya Yuli penasaran.
Tanpa menjawab pertanyaannya, kudorong tubuhnya ke meja rias yang cerminnya besar.
Di depan meja rias itu, tubuhku menghadap ke cermin dan tubuh Yuli membelakanginya.
“Aku ingin kita menari, dan tarian kita bisa kita lihat di cermin..” kataku sambil melepas baju dan celananya.
Yuli memahami maksudku, dia juga melepas baju dan celanaku, termasuk celana dalamku.
Kami telanjang bulat di muka cermin.
Kontolku yang sudah tegang menempel di perut Yuli.. dan buah pelernya menempel di jembinya yang tertata rapi.
Auhhh..!! Ada sensasi luar biasa saat buah pelerku kegesek-gesek bulu kemaluannya.
Dari cermin kulihat pantat montok Yuli.. Ooughhhhh.. pantat itu betul-betul membangkitkan nafsuku.
Kuraih bibir Yuli, kuciumi dengan lembut dan ia membalas dengan cara yang sama.
Sedang tanganku meremas dan meembelai pantat Yuli, sesekali tanganku meraba punggunnya.
Tangan Yuli juga meraba pantatku, sesekali rabaannya menjangkau buah pelerku.
Sambil berpelukan, berciuman, saling raba, tubuh kami bergerak ke kiri dan kanan.
Sesekali kami berputar, sehingga Yuli ganti yang melihat tubuhku di cermin.
Perut Yuli sudah mulai basah dengan precumku yang terus menetes..
Dan gesekan-gesekannya pada bidang pantat Yuli membuatku kontolku berdenyut-denyut.
Tak lama.. tanganku mulai bergerilya.. membelah pantat Yuli..
Mengikuti lekuk-lekuknya sampai ke lubang anus.. dan terus turun ke memeknya.
Hmm.. Kini dapat kurasakan memeknya sudah basah.
Toketnya yang gedhe, dan pentilnya yang mengeras semakin membuat denyut di kontolku tambah keras.
Tubuh kami mulai berkeringat.. dan keringat itu semakin membuat nikmat..
Karena.. kontolku bisa lebih leluasa bergerak di tubuh Yuli. Auhhhh..!!
CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo------------------------------------------------------