-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------
Cerita 083 – Perjalanan Cinta
[Part 1] – Tak Kenal Maka Tak ..
Kejadian ini berawal saat aku mendapatkan tugas baru di Purwokerto..
Yaitu untuk ekspansi kantor cabang perusahaan yang baru.
Tempatku bekerja adalah sebuah perusahaan otomotif.
Di tempat yang baru ini sebagai Branch Manager..
Aku mendapatkan tugas untuk merekrut karyawan untuk semua posisi.
Untuk itu aku dibantu oleh seorang supervisor yang merupakan orang setempat.
Supervisorku ini ternyata orangnya gaul banget. Hampir setiap orang di sana mengenalnya.
Apalagi kalo masalah kenalan teman wanita atau tempat nongkrong atau dugem.
Suatu ketika aku dikenalkan dengan teman wanitanya yang bernama Risa. Tingginya sekitar 160cm-an..
Dengan badan yang padat tapi tidak terlihat gemuk. Berat badan sekitar 50kg-an, umur 21th.
Wajahnya manis, kulitnya putih, dengan rambut panjang sebahu. Sama dengan seleraku..
yang lebih menyukai wanita berwajah manis daripada berwajah cantik, gak bosen liatnya menurutku.
Kebetulan dia masih kuliah tapi ingin sambil bekerja. Sebelumnya dia juga berprofesi sebagai SPG.
Sebagai Branch Manager aku tinggal aproval saja, selanjutnya kirim data ke HRD Pusat untuk ACC.
Namun sebelumnya harus ke HRD Pusat.. untuk melengkapi berkas-berkas persyaratan..
karena kantor cabang baruku ini belum memiliki Divisi HRD.
Singkat cerita dari Supervisorku aku diberi kabar kalau Risa mendapat panggilan ke Kantor Pusat di Semarang.
Sebenarnya aku juga sudah tau, jadi aku sudah mempersiapkan rencana agar bisa lebih dekat dengan Risa.
Jadwal wawancara hari Sabtu.
Satu hari sebelum wawancaranya, aku mengajukan cuti.. sehingga aku bisa libur 2 hari.
Kepada Risa aku beralibi ada meeting ke Semarang hari Sabtu..
jadi Jumat sore aku mengajak Risa untuk berangkat bersama.
Perjalanan ke Semarang memakan waktu cukup lama.
Kalau naik travel bisa memakan waktu tempuh sekitar 7 jam perjalanan.
Awalnya Risa sempat bingung juga karena dia tidak mempunya saudara di Semarang, tidak ada tempat menginap.
Tapi aku bilang kepadanya tak ada masalah karena di sana aku memiliki saudara dan kami bisa menginap di sana.
Akhirnya dia bersedia untuk berangkat besama ke Semarang.
Tiba hari Jumat sore, aku jemput Risa di rumahnya. Ini pertamakali aku ke rumahnya dan bertemu dengan orangtuanya.
Keluarganya senang karena tidak merasa kawatir Risa harus berangkat ke Semarang sendirian dan ada yang menjaganya.
Sepanjang perjalanan di mobil kami banyak bercerita, dan semakin akrab dan dekat.
Kami tiba di Semarang sekitar jam 8 malam.
Mobil aku arahkan ke Tembalang, ke rumah kontrakanku bersama 2 orang temanku sewaktu masih kuliah di Semarang.
Rumah itulah yang aku ceritakan ke Risa sebagai rumah saudaraku.
Sesampainya di sana ternyata rumah dalam keadaan kosong. Memang ini adalah bagian dari rencanaku.
Setiap hari jumat sore setelah kuliah.. mereka pasti langsung cabut pulang kampung ke Pati dan Solo.
Kuketuk pintu beberapakali tidak ada jawaban.
Setelah 15 menit tidak ada jawaban dari dalam rumah, aku mulai menjalankan rencanaku.
Aku lalu pura-pura menelfon menghubungi saudaraku.
"Hallo ndik, kamu di mana..? Kok rumah gak ada orang..?" Seolah-olah aku berbicara di telefon dengan sadaraku itu.
"Oh gitu ya. Ini aku lagi di Semarang, besok ada meeting dipusat.
Rencana mo nginep di sini. Kamu kapan balik ke Semarang..?"
"Ya udah kl gitu, tar gampang deh. Besok aja aku mampir ke sini lagi. Salam buat Om ma Tante ya.."
kuakhiri panggilan telfonku.
"Ri maaf yah, ternyata Om sekeluarga mendadak ke luar kota siang tadi. Ada saudara yang meninggal.
Aku kemaren juga gak nelfon dulu kalo hari ini mo ke sini, karena biasanya juga mereka jarang-jarang pergi..
misal pergi juga si Andi sepupuku tetep di rumah.." kataku dengan nada pura-pura menyesal.
"Terus gimana mas..?" sahut Risa dengan wajah sedikit cemas.
"Mmmm.. gini aja. Kita nginep di Hotel.. kebetulan ada jatah Hotel di sini kalau sedang ada meeting ke Semarang.
Ga papa kan..?" Tanyaku.
"Ya udah deh, terserah mas aja." sahut Risa dengan nada pasrah.
Selanjutnya kami menuju ke arah kota Semarang. Mobil aku arahkan ke Hotel di daerah Gajah Mungkur.
Di sana aku sudah tau Hotel yang aman dan asik tempatnya.
Sesampainya di Hotel mobil ku arahkan ke tempat parkir depan lobi.
"Ri, Mas ke Lobi dulu ya sebentar. Kamu tunggu di sini aja..?" Kataku sambil membuka pintu mobil.
"Iya mas.." sahut Risa. Bagus.. sesuai rencana.. kataku dalam hati sambil tersenyum manis ke Risa.
Setelah agak lama di lobi yang memang dengan sengaja aku berada di situ, aku kembali ke mobil.
"Lama yah nunggunya..?" Tanyaku ke Risa. Dia hanya tersenyum.
Melihat senyuman itu entah kenapa tiba-tiba muncul perasaan tertentu dalam hatiku.
"Sekali lagi maaf ya Ris, mungkin ada yang bikin kamu gak enak lagi nih. Ternyata di sini tinggal ada satu kamar.
Tadi mas sudah minta tolong ke resepsionisnya untuk dicariin lagi bener-bener satu kamar lagi.
Tapi dia bilang bener-bener udah full.. gak ada yang lain, paling cepet ada cekout besok pagi..” jelasku.
“Terus aku juga minta dicariin ke Hotel lain.. siapa tau masih ada yang kosong, udah coba dicari-cariin udah full semua..
Biasa kalo hari Jumat sampai hari Minggu pasti full booking semua katanya.
Ini aja beruntung masih dapet satu kamar, itu juga lagi dirapiin.." lanjutku sambil pura-pura jengkel.
"Dapetnya yang VVIP. Tar aku tidur di sofa aja gak papa. Gimana, ga papa kan..?" Kucoba meyakinkan Risa.
"Sekali lagi aku minta maaf banget jadi kacau begini jadinya.." kataku lagi sambil pasang wajah penyesalan.
"Aduh gimana yah..” sahut Risa dengan wajah bingung
"Mmm.. udah gak ada alternatif lain sih. Makanya aku tadi agak lama di lobi sambil cari alternatif lainnya.
Aku janji deh, gak akan ngapa-ngapain. Kalau nggak, ntar aku tidur di mobil aja ga papa.."
Kataku mencoba kembali mencoba meyakinkan Risa. Risa masih nampak ragu.
Setelah beberapa saat.. "Mmm.. ya udah deh ga papa. Maaf, malah Risa yang jadi ngerepotin Mas..?"
Sahut Risa dengan suara sedikit memelas.
"Kalau gitu kita segera cari kamarnya aja agar bisa langsung istirahat.."
Sambil kunyalakan mesin mobil dan segera kujalankan untuk mencari kamar yang sudah aku pesan.
Hehehe.. Ada senyum kemenangan dalam hatiku.
Kamar Hotel itu kebetulan berbentuk paviliun.
Terlihat berjajar rapi, seperti satu rumah dengan satu kamar tidur saja jadinya.
Letaknya yang di atas bukit dan view menghadap kota Semarang..
Menjadikan pemandangan yang indah di malam hari dengan pendar lampu kerlap kerlip dari arah pusat kota.
Sesampai paviliun yang sesuai dengan nomor kunci kamar segera kuparkir mobil.
"Yuk Ris, turun. Yang di bagasi biar kubawa aja.." kataku sambil mematikan mesin mobil.
"Wah.. bagus ya pemandangan di sini..!?" Seru Risa sekeluar dari mobil dengan wajah takjub.
"Iya. Banyak pemandangan bagus malam hari di sini..
karena banyak bukit-bukit banyak tempat romantis malam hari di kota Semarang.."
Kataku sambil kubuka bagasi mobil dan mengambil barang-barang yang ada di situ.
"Kalau kamu gak capek, nanti kita makan malam di Kafe yang enak buat nongkrong..
suasananya enak dan pemandangannya bagus.." kataku sambil berjalan ke pintu kamar.
"Iya, makan malem di kafe aja mas.
Risa pengen liat pemandangan kota Semarang, keliatannya asyik.." sahut Risa dengan nada riang.
"Ya udah, sekarang kamu mandi dulu biar badan lebih seger. Habis itu kita cari makan ke Kafe.."
kataku sambil kutatap wajah Risa yang semakin manis saja.
Setelah selesai mandi, kuajak Risa ke Kafe yang menjadi tempat nongkrongku dulu sewaktu masih kuliah di Semarang.
Pengunjungnya tidak begitu banyak karena baru hari Jumat malem.
Aku pilih meja di lantai dua.. agar bisa sembari menikmati pemandangan malam kota Semarang.
"Bener mas, tempatnya enak, romantis. Itu yang di bawah kota Semarang ya Mas..?" Tanya Risa.
"Iya, bagus kan..?"
Sahutku sambil kucoba mencari sesuatu di antara lautan lampu kerlap-kerlip yang terlihat jauh di bawah Kafe.
"Itu yang berwarna biru kerlap-kerlip merah ..” sambil kutunjuk ke bawah memberi tau Risa.
"Besok pagi kita ke sana. Itu Kantor Pusat.." kataku ke Risa.
"Kira-kira susah gak mas wawancara besok..?" Tanya Risa.
"Nggak, cuman formalitas aja. Kemaren aku sudah telfon ke Pak Hari.
Dia orang HRD yang besok wawancara kamu.." jawabku.
Selanjutnya kami ngobrol ke sana ke mari, bercanda, menikmati suasan malam kota Semarang.
Terasa semakin dekat hubunganku dengan Risa.
Tak bosan-bosan kutatap wajahnya, kunikmati senyum dan suara tawanya.
Semakin dalam perasaan tertentu yang kurasakan sedaritadi mulai tumbuh dalam hatiku.
"Udah jam 10. Kita pulang ya Ris.. kamu mesti siap-siap untuk wawancara besok.."
Kuajak Risa pulang kembali ke Hotel untuk beristirahat.
Risa hanya mengangguk dan kugandeng tangannya menuju mobil.
Ada rasa aneh yang menjalar di hatiku saat telapak tanganku bertemu dengan telapak tangannya.
Hatiku berasa berdebar.
Sesampainya di kamar Hotel.. Risa segera ke kamar mandi untuk berganti baju..
sementara aku duduk di sofa sambil menonton televisi.
Sekeluar dari kamar mandi berganti baju..
Aku lihat dia memakai celana pendek dengan kaus longgar yang agak tipis.
Sejenak aku tertegun, karena baru kali ini aku melihatnya seperti itu.
Pahanya yang mulus membuat darahku berdesir.
Kemudian dia berjalan ke meja di sebelah tempat tidur dan membuka tasnya.
Dia mengambil sesuatu dan berjalan ke arahku.
"Ini mas, tadi aku lupa bawa cemilan, buat temen sambil nonton tivi.."
Sambil membungkuk meletakkan cemilan di meja yang ada di depanku.
Bajunya yang longgar tersingkap ke bawah.. blass..!!
Tampak gundukan di dadanya yang tertutup Bra warna hitam menggelantung indah.
Ahhh.. berdesir aliran darahku. Memang tidaklah besar, hanya sekepalan tanganku.
Tapi terlihat kencang putih dan mulus. Ingin saat itu juga kuraba benda kenyal bulat itu.
"Kok diem aja mas..?" Sedikit terkaget aku..
Karena sedang asyik mengamati dua gundukan indah di dada Risa.
"Eh.. iya..iya..makasih.." kataku sambil tergugup.
Dan sepertinya Risa menyadari apa yang terjadi. Buru-buru di pegangnya ujung belahan bajunya.
Kemudia ia berdiri dan berjalan ke tempat tidur.
"Mas, Risa tidur dulu ya..” kata Risa sambil merebahkan badannya ke tempat tidur.
"Iya, tidur aja dulu. Mas belum ngantuk, mo liat film ini dulu.." sahutku.
Kulihat Risa mulai memejamkan matanya sambil kuamati bagian dadanya..
yang sejak tadi membuat jantungku berdebar tak karuan.
Gak besar, tapi memang terlihat kencang. Apakah sudah pernah ada yang menjamahnya..?
Seberapa besar sebenarnya benda kenyal yang ditutupi bra hitam itu tadi..?
Kecil atau besarkah putingnya..? Berwarna pink atau kah coklat putingnya..?
Ahh.. seribu tanda tanya di dalam otakku saat itu yang membuat gairahku naik namun masih ragu.
Hampir 1 jam aku masih di sofa sambil menonton televisi..
Tapi sebenarnya pikiranku terus saja dihinggapi rasa penasaran dan hasrat yang bergejolak.
"Mas.. sudah tidur belum..?"
Tiba-tiba terdengar lirih suara Risa mengagetkan serta membuyarkan bayanganku.
"Belum.." sahutku sedikit kaget.
"Mas pasti gak bisa tidur ya, tadi capek nyetir mobil seharian. Di situ gak bisa ngelurusin badan.
Mas ke sini aja.. tidur di sini aja. Kasihan Mas badannya capek gak bisa tidur.."
Kata Risa kemudian yang membuatku sedikit tidak percaya.
Namun setelah itu aku menjawab.. "Emang gak papa nih mas tidur di situ..? Risa gak khawatir..?"
Sahutku.. walupun pun sebenarnya daritadi aku sudah mengharapkan hal ini bisa terjadi.
"Nggak.. nggak papa mas. Kasihan badan mas capek.." sahut Risa.
Wuih.. berasa seperti dapat durian runtuh nih, ah.. lebih malah.
Segera aku beringsut ke tempat tidur dah merebahkan badanku di sebelah kiri Risa. Mata Risa terpejam.
Cukup lama aku berdiam sambil berpikir. Berani nggak ya..? Kalau aku nekat apa nanti yang akan terjadi..?
Pikiran ini yang berkecamuk dalam otakku saat ini.
Akhirnya kuberanikan untuk mengangkat tanganku..
Kemudian mulai membelai-belai rambut Risa sambil kumiringkan badanku menghadap ke arahnya.
Karena tak ada reaksi.. akhirnya kuberanikan diri untuk mulai menciumi pundaknya.
Risa masih tetap diam saja. Sambil terus kubelai-belai rambutnya, mulai kuciumi telinganya.
Risa mulai sedikit menggeliat. Melihat hal itu justru membuatku semakin bersemangat.
Selanjutnya mulai kuciumi lehernya. Dia kembali hanya menggeliat.
Akhirnya tangan kiriku sudah tidak sabar. Segera tangan kiriku mengarah ke dada Risa.
Kupegang gundukan sebesar kepalan tangan itu sambil terus kuciumi leher dan kubelai-belai rambutnya.
Dia mulai menggelinjang. Tangankupun mulai meremasnya pelan.
Namun masih ada baju dah bra hitam menutupinya.
Tak puas karena masih ada baju dan bra yang menutupi gundukan itu..
tangan kiriku mulai menyelinap ke balik baju dari bawah.
Mulai kugerayangi bagian perutnya.. kusentuh lembut dan pelan dengan ujung-ujung jariku..
Sambil kubelai-belai leher dan telinganya. Dia semakin menggelinjang.
Mulai kuturunkan belaianku ke arah dadanya. Sengaja tidak langsung ke dalam branya.
Sku hentikan belaianku di antara belahan dadanya yang tidak tertutup bra hitam.
Dia menggelinjang-gelinjang sambil sedikit mendesah.
Setelah beberapa lama baru mulai ku coba menyibak bra hitamnya agar bisa kusentuh seluruh gundukan itu.
Risa semakin menggelinjang dan mendesah tak beraturan.
Tiba-tiba tangan kanannya memegang tanganku yang masih berusaha menyibakkan bra hitamnya.
"Ja..ngan mass..” bisiknya lirih.. sambil agak tergagap karena menahan gejolak nafsu yang mulai merasukinya.
Namun tetap saja kucoba menyibakkan bra-nya. Tangan kananku menyusup di bawah bra hitamnya.
Hingga akhirnya dapat kusentuh seluruh gundukan itu.
Saat itu juga badannya seperti terlonjak kaget, karena putingnya tergesek telapak tanganku.
"Mas.. ja.. ngan.." kembali Risa berbisik sambil tergagap. Namun aku sudah tidak peduli.
Kuremas-remas lembut payudaranya yang tepat segenggamanku. Uhhh.. Terasa masih kencang.
Risa kembali menggelinjang-gelinjang seperti cacing kepanasan.
Melihat itu justru semakin membuat birahiku memuncak.
Mulai kusentuh dengan halus ujung putingnya yang kecil dengan ujung jariku.
Dia pun mendesah tak beraturan seperti orang meracau. Kemudian sesekali tubuhnya mengejang.
Dari mimik wajahnya aku bisa melihat kalo dia sedang dalam kondisi horny berat.
Tangannya yang tadi mencoba menghalangi untuk menyentuh bagian yang sensitif..
itupun sudah terkulai di ranjang sambil mencengkeram bedcover.
Tak menyia-nyiakan waktu segera kutarik bajunya ke atas..
sehingga nampak bra hitam yang masih menutupi dadanya.
Kucoba menyibakkan penutup dada itu dengan mendorongnya ke atas.
Begitu bra itu berhasil bergeser ke atas.. jdull..!! Nampak dua buah payudaranya.. mengkal.
Hmm.. kurasa ada sebesar genggaman tanganku.. kini menyembul di dadanya.
Bulat, kencang dan putih mulus, hingga menampakkan gurat-gurat biru urat nadinya.
Payudara putih mulus bermahkotakan puting merah muda yang mulai membengkak..
sehingga nampak retakan-retakan halus.
Aku semakin bernafsu melihat pemandangan yang nampak di depanku.
Segera kuarahkan bibirku untuk menyentuh putingnya, kemudian aku ciumi dengan lembut.
Kembali tubuhnya terkejang dengan desahan tertahan.
Sambil terus kukulum puting sebelah kirinya, tangan kiriku mulai meramas pelan payudara di sebelahnya.
Setelah itu mulai kusentuh lembut putingnya dengan ujung jari-jariku sambil terus mengulum puting kirinya.
Kembali tubuhnya mengejang sambil mendesah dengan lebih kencang lagi.
Agak kaget juga karena kawatir kalau sampai suara itu terdengar dari luar.
Tapi hal itu juga yang justru semakin memacu birahiku.
Ah.. masa bodo, toh kalau ada yang denger juga maklum.. pikirku.
Melihat wajah Risa yang seperti tersiksa, segera aku beringsut ke bawah.
Kutarik celana pendek longgarnya ke bawah. Tidak ada perlawanan.
Kulihat celana dalam boyshorts putih tipis menutupi bagian bawah auratnya. Kini terlihat bercak basah..
pada bagian bawah celana dalam yang menutupi auratnya.. hingga tercetak jelas belahan vaginanya.
Hmm.. sudah mulai basah ternyata pikirku.
Kupegang pinggulnya dan kuarahkan kepalaku ke perutnya dan mulai kuciumi.
Kepalanya menggeleng-geleng dan tangannya memegangi kepalaku.
Kucium dan kujilat dengan lembut bagian perutnya.. semakin lama semakin ke bawah..
hingga tiba persis di atas bagian kemaluannya.
Segera sedikit kuturunkan celana dalamnya.. sehingga mulai terlihat bulu-bulu halus yang tumbuh di situ.
Cuph.. clrupp..! Kucium sambil sedikit kutekan dengan kepalaku.
Tangan Risa yang memegang kepalaku mulai menjambak rambutku.
Sedangkan kedua kakinya mulai menekuk ke atas dengan posisi sedikit mengangkang.
Aku mulai tidak sabar. Pelan-pelan kuturunkan celana dalamya..
sambil kunikmati pemandangan indah yang ada di depanku.
Sedikit demi sedikit terlihat kemaluannya yang sudah basah..
ditumbuhi rambut-rambut halus yang tidak begitu lebat.. dengan lipatan vagina yang masih rapi dan rapat.
Kuhentikan menarik celana dalamnya sampai sebatas paha..
Ini membuat kedua lututnya yang masih tertekuk ke atas dengan sedikit mengangkang beradu..
karena tertahan celana dalamnya yang aku turunkan hingga sebatas paha.
Kembali kunikmati sejenak pemandangan yang sangat seksi itu.
Terlihat kepala Risa menghadap ke samping kiri dengan matanya masih terpejam..
Tangannya terkulai di ranjang dengan napas yang masih memburu.
Sekali lagi kunikmati pemandang lipatan kemaluannya dari bawah kakinya.
Hingga beberapa saat kemudian aku beringsut dengan kepala di antara kedua kakinya..
Clapp..! Kubenamkam kepalaku ke pangkal pahanya.. dengan bibir berada di lipatan vaginanya.
"Aiihhh..!!" Risa terpekik sesaat.. namun segera kuciumi dan kujilati vaginanya.
Kembali Risa hanya dapat menggelinjang.. dengan tangan mencengkeram bedcover menahan hasrat birahinya.
Sedangkan kakinya tak dapat bergerak.. karena masih tertahan celana dalamnya yang sebatas paha.
Saat kujilati vaginanya dan lidahku mulai masuk ke dalam liang kemaluannya.. "Aiihhhhkk..!!"
Kembali badan Risa mengejang dengan pekik tertahan.. kali ini lebih dahsyat.
Dan saat itu mulai kurasakan vaginanya yang semakin basah. Bau khas cairan vagina segera tercium olehku.
Beberapa saat kemudian kuhentikan gerakan lidahku karena badan Risa semakin mengejang dengan hebat.
Aku kawatir kalau Risa sampai tak tahan menahan orgasmenya. Aku lalu duduk di antara kedua kakinya.
Kulihat napas Risa yang masih terengah-engah menahan apa yang telah aku lakukan tadi di ujung pangkal pahanya.
Perlahan kudekati kepalanya dengan mata yang juga masih terpejam.
Kucium mesra keningnya sambil kubelai rambut di kepalanya.
Kedua tanganku bergerak turun ke belakang bahunya. Kucoba mencari pengait bra-nya.
Agak lama kucari-cari tapi aku tak bisa menemukannya.
Sepertinya Risa mengerti tujuanku. "Nggak bisa dari situ mas..” bisiknya.
Kemudian dia bangkit dan melepas sendiri baju serta bra yang telah tersingkap hingga sebatas ketiaknya.
Selanjutnya dia merebahkan lagi badannya ke ranjang sambil menatapku.. sendu
CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------