Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
Jalan Nan Terjal




Part 20





MAtLWW5.jpg








Pov Marni







Terik mentari pagi menemani hari indahku kali ini, sekian lama pemuda yang selalu kunantikan akhirnya jatuh juga dalam pelukanku, aku menyukainya entahlah pemuda itu memiliki karisma yang berbeda menurutku, agak pendiam dan lumayan jutek tapi kadang juga suka nyeplos kalau ngomong.


Ah... Dasar pemuda sok ga butuh, padahal di kasih juga ga nolak, la iya wong di kasih enak-enak kok hi hi...

Jujur andai statusku kala itu tak suami dan sekarang menjanda, aku tak peduli dia punya kekasih atau tidak aku pastikan akan merebutnya, entahlah saat aku sudah mendapatkan calon suami aku baru dapat kesempatan, untuk urusan sex aku rasa Ian tak mudah ku taklukkan, untuk pembuktian kalau jadi nanti malam pasti ketahuan seberapa kuat pemuda itu, jujur saja aku lebih menginginkan dia dari pada calon suamiku.


Tapi apa mau di kata, jauh dari harapan kalau mau hidup bersama dia, biarlah kapan pun dia menginginkanku, tepatnya menginginkan tubuhku dengan senang hati akan ku berikan.
Pagi ini setelah melakukan aktivitas sex singkat tapi mampu memberikan satu kali orgasme untukku, Ian mengantarkanku belanja keperluan tokoku, aji mumpung aku kerjain sekalian pemuda itu Hi hi hi, angkat inilah angkat itu lah sampai semuanya selesai.
Di perjalanan saat pulang aku mencoba merayunya tapi nihil, Pemuda itu tak terpancing sama sekali, padahal aku pengen sensasi yang berbeda, entahlah aku menyukai aktivitas sex yang ada tantangannya seperti itu.
Kejadian bersama kang Jono waktu itu membuat aku ingin mengulang lagi dan pernah beberapa kali ku lakukan bersama calon suamiku.

Kembali lagi ke Ian, malam ini aku segera menutup toko, tinggal menunggu Ian yang janji mau datang kesini malam ini, dan waktu terus berjalan pemuda yang ku tunggu tak kunjung datang, ah... Aku yakin Ian sedang bersama kekasihnya.


Yo wes mending nutup toko pelan-pelan, pucuk dicinta Ian pun datang, he he he...

Aku memintanya agar langsung ke rumah saja, toh aku sudah hampir selesai juga.



“ehem... Kirain ngga jadi datang mas, dari tadi tak tungguin kok he he “



“ jadi lah mbak? Lagian rokokku juga habis kok he he “


Jawab Ian



“ yo wis, nanti tak bawa in, mas Ian langsung ke rumah aja yo? Ini sudah selesai kok. “



Aku meminta Ian agar langsung ke rumah saja, mumpung ngga ada yang lihat biar aman, aku pun dengan cepat menyelesaikan acara membereskan toko, tak lupa aku membawa pesanan Ian dan menghampirinya.



“ kok lama? “


Tanyaku singkat,



“ Katanya agak malam? “


Jawab Ian, lalu ku hampiri dia dan ku bisikkan kata-kata yang aku yakin dapat dengan cepat memancing gairahnya.



“ bikin aku hamil sebelum aku menikah hi hi “


Benar saja, Ian melucuti Pakaian yang aku kenakan, ia lebih aktif dan entahlah pemuda itu begitu terobsesi dengan bulu kemaluanku, dari pertama ia melihat bagian tubuhku saja yang ia bahas juga bulu itu.
Ronde pertama ku kayuh persenggamaan, tak di pungkiri rasa adalah segalanya, mungkin karna aku menyukainya aku cepat mendapatkan orgasme bersamaan dengannya, aku senang tapi juga khawatir.
Khawatir kalau setelah ini Ian kelelahan dan tidur, tapi melihat gelagatnya Ian tidak seperti itu, ia juga masih aktif meremas bagian sensitif tubuhku.


Sambil bercerita sesekali tangan Ian membelai rambutku, hal itu membuat pikiranku melayang jauh, tentang masa laluku yang kelam tentang rumah tanggaku yang hancur karena aku terlalu menuruti nafsu yang aku rasa terlalu besar, sehingga membuat diriku terjerumus di lembah perselingkuhan, menyesal kah aku? Iya! Aku menyesal, walau bagaimana pun sesungguhnya aku mencintai suamiku, tapi nafsu birahi memang susah untuk ku kendalikan.
Sekarang ini aku akan menikah pun bukan karena cinta tapi lebih karna menuruti nafsuku saja, untuk pemuda yang saat ini bersamaku mungkin ada harapan aku memperbaiki diri, karna aku memang menyukai dia, tapi aku sadar diri siapa aku dan bagaimana kalau dia tau masa laluku yang pernah menjajakan diri.

Semua sudah ku perhitungkan, cukuplah aku memilikinya walau sesaat seperti sekarang ini, tak terasa air mataku menetes membasahi pipi saat mendapatkan perlakuan halus dari pemuda ini.



“ Mbak? “


“he em “


“kok nangis to? “


“Eh, ngga apa-apa mas Ian? “


“Ndak percaya, pasti mbak kenapa napa, “


Cup!


“ ndak mas Ian sayang... “


Ku kecup keningnya, dengan tatapan teduhnya Ian memandangku, Lagi-lagi hatiku berdesir, ia memeluk tubuh telanjangku, entah siapa yang mulai yang jelas saat ini aku berpagut mesra selayaknya orang pacaran, lidahku tak henti merangsek menelusuri rongga mulut mas Ian, sesekali lidah kami saling membelit satu sama lain.


Dan jari jemari mas Ian pun tak tinggal diam, ia remas lembut payudaraku dan sesekali memainkan putingku yang sudah mengacung, menandakan kalau aku sudah siap untuk di buahi, jariku sendiri sejak tadi sudah aktif menari-nari di penisnya, yang membuatku gemas penis mas Ian bengkok ke samping, tak terlalu gemuk tapi bengkoknya memiliki efek yang lebih dari penis yang ukurannya gemuk, saat jemarinya berpindah ke liang tempik ia melepas pagutannya dan menatapku seolah meminta izin, dan aku mengangguk memberi tanda kalau ia boleh melakukan apa yang ia inginkan, kemudian mas Ian mengecup keningku dan merebahkan tubuhku, perlahan mulutnya melumat kedua buah dadaku lalu turun ke pusar dan turun lagi ke bawah, tepatnya di nonok rimbun yang sudah becek karna pergumulan bibir dan sentuhan tangannya di payudaraku tadi.



“eeegh... aach... Mas? “



Mas Ian tak menghiraukan tingkahku, ia begitu asik menyibak jembutku dan menjilati liang nonokku, lidahnya menelusuri setiap rongga nonokku dan menemukan sesuatu disana, tubuhku bergetar seketika saat mas Ian mengulum itilku, tak hanya sebentar ia selalu mengulang dan mengulang lagi mengulum bagian itu, membuatku tak mampu lagi menahan orgasmeku.


Mas Ian terus menjilat dan mengulumnya, bahkan ia tak berhenti melakukannya ketika tubuhku bergetar hebat, ia baru berhenti saat tubuhku sudah kembali normal, ia pun merangkak dan menindih tubuhku, posisiku yang telentang dan kaki yang mengangkang lebar memudahkan mas Ian mengambil posisinya, ia tak segera melakukan penetrasi tapi Lagi-lagi ia mengecup kening lalu mengulum bibirku.
Batang penisnya yang tegang maksimal terasa panas menggesek nonokku, tanganku mencoba membimbing penisnya namun mas Ian melarangku, ia terus melumat bibirku sembari menaik turunkan pinggulnya,


Blees...



“Ach.... “



Desahku saat penis mas Ian memasuki liang kenikmatanku terasa panas terasa penuh lubang nonokku ini, dengan gerakannya yang lembut birahiku kembali membuncah, ku geol pinggulku mengikuti goyangannya dan tak sampai lima menit aku kembali merasakan badai kenikmatan, yah, aku kembali orgasme dalam waktu yang singkat.

Mas Ian tersenyum melihat tubuhku bergetar, namun ia tak menghentikan gerakannya, malah ia menambah variasi gerakan pinggulnya, tak lama setelah itu ia memintaku untuk berganti posisi, kini aku yang ambil kendali, gaya WOT membuat aku bebas melakukan gerakan, tapi Lagi-lagi aku harus menerima badai kenikmatan untuk yang ketiga kalinya saat mas Ian menyodokkan penisnya dari bawah, aku dibuat seperti cacing kepanasan dengan rintihan-rintihan kenikmatan, aku tak sanggup berada di atas, tanpa di suruh aku turun dan nungging di sebelahnya, mas Ian paham maksudku, ia pun bangkit dan memasukkan penisnya dari belakang, aku merasakan penis mas Ian semakin panas saja, itu artinya sebentar lagi ia akan memuntahkan pajuhnya, aku pun menengadah lalu menengok ke belakang.



“maash... Keluarin di dalam yah?... “


Pintaku padanya, ia tak menjawab dan hanya menganggukkan kepala, lalu gerakan pinggulnya semakin cepat mengocok nonokku, terasa panas dan geli luar biasa disana, dan akhirnya aku kembali mendapatkan orgasme yang ke empat di barengi dengan semburan pejuh mas Ian di dalam rahimku, saking kencangnya sodokan terakhir mas Ian membuat aku ambruk dan tengkurap bersamaan dengan mas Ian, dengan penis yang masih menancap ia menindihku dan sesekali penisnya mengejat di dalam nonokku, hal itu memaksaku menengok ke belakang, akhirnya bibir kami pun kembali bergumul.


Pergumulan kembali terulang dan sekitar setengah jam kemudian mas Ian menyemburkan pejuhnya di dalam rahimku, puas dan kami pun tidur tanpa busana, pagi hari setelah membersihkan diri aku memancing birahi pemuda yang masih tertidur lelap di kamarku, gayung bersambut dan akhirnya pergumulan pagi pun berakhir dengan skor sama dan keluar bersamaan juga, aku sempat membuatkan secangkir kopi dan semangkuk mie instan untuknya sebelum ia pamit pulang, sambil menunggu sepi sekitar jam delapan pagi mas Ian pun pamit, karna memang jam delapan para warga sudah berada di lahan pertanian masing-masing.


Aku tau rasa ini bukan rasa semalam saja, dan aku tak kan mengganggu apa pun dan siapa pun yang kelak menjadi pasangan hidupnya, namun jika mas Ian memintaku mengulang asmara Seperti semalam aku takkan menolaknya, semoga ia bahagia dengan hidupnya begitu juga dengan aku, tentu aku berharap ada benih cinta yang tulus setelah aku menikah nanti.








~~~~~~~~~














Hampir satu bulan Ian di kampung dan sekarang ia kembali ke kota S sedikit banyak masalah sudah teratasi, bahkan rumah Iwan sekalipun ia datangi, bukan untuk mencari keributan tapi kali ini Ian meminta maaf.
Yah, walaupun keluarga itu tak begitu merespon tapi paling tidak ada Itikad baik dari Ian.


Satu minggu sudah Ian berada di kota dengan kesibukannya yang luar biasa membuat ia tak sempat menemui kekasihnya, satu tempat kerja tapi beda divisi membuat mereka tak dapat bertemu.


Langit Sore dengan warna jingganya menandakan kalau sang Surya sudah mulai tenggelam di ufuk barat, tak seperti biasanya, satu minggu ini Ian selalu pulang malam tapi kali ini pas hari Sabtu Ian pulang lebih awal dari biasanya, namun pada saat melintas di sekitaran rumah Herni dengan jelas ia melihat kekasihnya jalan berdua dengan seorang lelaki, alangkah kagetnya Ian, namun ia segera menepis pikiran buruk terhadap sang kekasih dan lelaki itu.


Aargh!...

Duar!!



Tanpa sadar Ian menggebrak pintu mobil yang ia tumpangi, terang saja tingkahnya membuat pak sopir kaget,



“Lah... Ngopo to An?... Kaget lo aku... “


“E eh, he he sepurane (maaf) pak, khilaf”


“Oalah... Lha mbokya bilang kalau mau begitu he he... Eh iya kamu barusan lihat pak bos ndak”


Nah sekarang Ian yang gelagapan, gegara itu Ian menggebrak mobil dan sekarang malah sopirnya tanya tentang itu.


“ Ndak pak, lha pripun (gimana) toh “



“Lha yang lewat di pengkolan tadi itu, jalan sama anak pemotongan, si Herni itu loh an? “


“ Oalah... Njih, lha pripun (gimana) “


“ Tapi jangan ngadu sama bu Dara yo An? “


“He he njih pak, ada apa toh kok ndak boleh bilang “


Tanya Ian mulai penasaran.
“ Lho kamu ndak tau to kalau pak Yanto itu suka godain karyawatinya, “



Degh!!


Sejenak Ian mencerna ucapan si sopir, sedari tadi ia mencoba menepis pikiran buruk terhadap kekasihnya, namun ucapan si sopir jelas membuat jantung Ian berdetak lebih kencang.



“Oey..... An, Malah bengong to? Gerbang di depan mata itu le tole? “


Ucap pak sopir yang membuyarkan kegundahan yang Ian rasakan. Ian pun turun lalu membuka pintu gerbang, setelah itu Ian pulang ke rumah, yah pulang ke rumah pak bos Yanto tempat bernaung Ian selama ini.



Di dalam rumah Mbak Dara istri dari pak Yanto baru saja selesai mandi, tubuh sekalnya hanya berbalut handuk, ia tak sadar jika Ian sudah berada di dalam rumah.

Mbak Dara mondar-mandir dan bersenandung mungkin merasa tak ada orang lain selain dirinya, namun hal itu tak berlangsung lama, matanya melihat seonggok tubuh lelah dan raut muka yang tampak lesu sedang bersandar memejamkan mata di sofa ruang tamunya.



“ Hay hay hay.... Mas Ian sudah pulang toh rupanya, Ngopi ya? Tak bikinin sebentar. “


Celotehan mbak Dara membuat Ian membuka matanya, ia melihat sosok yang barusan bicara, mata Ian nanar melihat tubuh semok yang hanya berbalut handuk itu berjalan lenggak lenggok menjauh darinya.
Cukup lama Ian menikmati pemandangan indah itu.



“Walah... Punya istri kayak begitu kok masih nyari yang lain to? “


Ucap Ian sendiri,
NAKAL terbersit di otak Ian untuk melakukan itu, mengingat kejadian di jalan tadi membuat Ian merubah pandangannya terhadap bosnya, tapi Ian tak kan melakukan apa pun pada pak Yanto, mengingat pak Yanto juga teman dari pamannya dan memang selama ini ia baik terhadapnya, lagi pula Ian juga tak begitu serius dengan Herni.
Sudah ada dua wanita yang selalu mengisi relung hatinya.
Ian hanya sedikit kecewa dengan tingkah kekasihnya saja, cemburu pasti, karna statusnya masih ada hubungan dengan Ian.
Ian menghela nafas mencoba mendamaikan kondisi batin yang berkecamuk di dada.


“Huuf.... Lebih baik mandi lah, “


Gumam Ian sendiri, lalu ia pun beranjak menuju kamar mandi, kamar mandi yang sama dengan yang di pakai mbak Dara, yah Ian bebas di rumah ini, itu juga karna pak Yanto dan mbak Dara yang membebaskan Ian.



“Dancuk! “


Ucap Ian sambil geleng kepala, yah! Di dalam kamar mandi ia melihat bulu jembut berserakan di lantai, mau tak mau Ian membersihkan dahulu kamar mandinya, setelah itu ia buru-buru mandi, ia tak mau memikirkan hal aneh dengan pemilik bulu jembut.


Selesai mandi dan merapikan diri Ian menuju ruang tamu, aroma secangkir kopi yang tersaji begitu menggoda, tapi Ian tak mau lancang, ia tak mau langsung menyeruput kopi itu.



“ Aiih... Udah ganteng aja masnya, eh iya maaf ya yang itu... “


Ucap Mbak Dara, merasa ngga enak dengan Ian karna kelupaan membersihkan kamar mandinya,



“He he... Nopo tho mbak kok ada maafnya tho? “



Tentu Ian tau maksud dari ucapan ibu bos. Malah Ian yang merasa ngga enak hati, pasalnya sampai saat ini Mbak Dara belum juga melepaskan handuknya.



“Itu yang di kamar mandi ih... Jangan ngeres lho ya? Hi hi hi.. “



“ Oalah... Tenang saja mbak? Tapi kalau mbak ndak buru-buru pakai baju ya mau ndak mau saya jadi ngeres mbak he he “


“ Hush... Nakal ah, yo wes. Wong tadi mbak itu buru-buru kok, malam minggu mas Ian ndak ngapel? “


“ Harus pulang kampung lagi kalau mau ngapel mbak he he he “


“Yo wis tak pakai baju dulu, kopinya ngga di minum jadi agar-agar itu? “


Ian tak pernah menyangka keluarga sebaik itu masih saja ada luka yang tak tampak, Ian pun merenung akankah keluarganya kelak akan seperti itu atau malah lebih parah.

Sedangkan sekarang saja ia sudah bermain dengan hatinya sendiri, lambat laun dalam heningnya ruangan dan dalam rangka penentuan sikapnya nanti kepada pak bos, mata Ian pun terpejam, namun belum sampai Ian tertidur sebuah tangan halus menggoyang lengannya, sontak matanya kembali terbuka.

Di hadapannya berdiri mbak Dara yang sudah mengenakan pakaian rapi sedang tersenyum ke arahnya.



“ Piye? Dah cantik kan?... Ayo jalan mas, biar aku kayak anak muda dan kamu ngga kayak jomblo Hi hi... “


“ Ealah mbak... Ndak enak saya nya, moso anak buah jalan sama ibu bosnya iki piye to? Ndak enak juga kalau nanti ketemu kenalannya bapak sama mbaknya lo mbak?... “


“ Mbak ndak masak loh? Ini keluar juga biar kita ndak kelaparan lo mas... Moso malam minggu kelaparan sih, kan lucu to? “


“ Oalah... Tapi mending kita tunggu bapak aja mbak, tadi mobilnya masih di parkiran gudang kok, “


“ Sampai besok juga di sana mobilnya, la wong tadi pamit mau pergi sama temannya kok, wes ayo jalan, cari warung yang dekat aja biar ndak capek, wes ayo ah.. “


Ian tersenyum kecut mendengar ucapan mbak Dara, tapi semua itu bukanlah urusan Ian, lalu Ian pun berdiri mengikuti langkah wanita di depannya.


Warung tenda tak jauh dari lokasi rumah menjadi tujuan mereka berdua.
Acara makan malam bersama ibu bos alias mbak Dara pun selesai, namun Mbak Dara meminta Ian untuk menemaninya di taman yang juga masih sekitar rumah, sekedar menghilangkan sepi maka Ian pun menuruti kemauan mbak Dara.


Tak selayaknya bos dan karyawan, Ian sudah tak canggung lagi berduaan di luar rumah dan tidak merasa khawatir akan ada yang kenal, mereka duduk berdua di bangku pinggiran taman.


“ Mas e mbokya pacarnya di ajak kesini ae... “


“ Pengen nya mbak, niat saya sih dalam waktu dekat ini mau cariin kerja dia mbak, “


“ Lho pacarmu mau kerja apa to mas? “


“Itu dia mbak, aku yo bingung he he “


“ Lo lha pengalamannya apa, masnya harus tau dulu biar gampang cariin kerja, ah piye to? “


“He he he belum pernah kerja e mbak. “


“ Ooo tak jitak sisan kowe mas... Yo wes nanti tak bantu mikir yo? Inget bantu mikir tok He he he “


“Alhamdulillah... Matursuwun lho mbak? Ha ha ha “


Jawab Ian sambil tertawa.



“ Wes tenang ojok spaneng yo? Ntar malah edan he he”


“ Njih mbak, aku tenang mbak, tapi nek pacarku selingkuh aku gagal tenang lo mbak, “



Mereka berdua pun tertawa, dan obrolan yang ngga penting tapi cukup menghibur membuat kedua insan berbeda kasta itu sukses membuang sepinya malam minggu di taman itu hingga jam sepuluh, di rasa sudah malam mereka berdua pun kembali ke rumah.





Ditempat lain, tempat yang sama dimana Ian pernah singgah.


“ Aagh.. Eeegh... Eeegh... Ayo pakh... “


Lenguhan di dalam kamar dan suara Hentakan paha mengalun, bahkan rengekan engas pun terlontar dari mulut Herni,


Plok!

Plok!

Plok!


Hentakan paha pak Yanto dan Herni begitu kuat, namun sejak percumbuan pertama hingga tubuh polos Herni berlumuran pejuh pak Yanto belum sekali pun Herni mengerang kenikmatan, sekali pun Herni merengek untuk di puasi selalu saja pak Yanto tak mampu menyelesaikan gairah Herni yang kadung membuncah, hingga akhirnya Hentakan penis pak Yanto menyemburkan cairan kenikmatannya di buah dada Herni namun tetap saja Herni belum mendapatkan apa yang dia inginkan.


Yah! Herni membutuhkan pasangan yang staminanya kuat.

Kini kaki Herni mengangkang lebar, satu tangannya meremas buah dada sekal miliknya sedang yang satunya membuka lubang tempiknya, ia berharap sekali saja pak Yanto membuatnya orgasme.



“ Aach... Buat aku keluar pakh.. Aach... “


“ Hoosh... Hoosh..., istirahat dulu yah... “


Mendengar jawaban itu Herni pun cemberut, namun apa daya penis pak Yanto sudah mengkerut dan si empunya penis terkapar di sebelah Herni, tampak tiga buah kondom bekas berserakan di lantai Herni, percuma saja mengiba kenikmatan kalau pasangannya hanya mementingkan diri sendiri, terpaksa Herni memainkan kelentitnya sendiri barulah ia mendapat apa yang ia inginkan.



Pagi hari saat ayam berkokok dan kumandang Adzan menggema pak Yanto kembali mencumbu Herni, buah dada yang semalam penuh pejuhnya kini sudah bersih, yah sebelum tidur setelah masturbasi Herni menyempatkan membersihkan dirinya, kini pak Yanto mengulum puting yang menantang milik Herni, ia begitu bersemangat menyedot dan mengulum persis seorang balita.


Lambat laun Herni pun terbangun dan menyambut perlakuan bosnya itu, penis pak Yanto yang sudah menegang maksimal ia genggam dan sesekali mengocoknya, efeknya luar biasa, pak Yanto menghentikan kulumannya dan langsung membuka celana dalam Herni, ia singkap gaun tidur bagian bawah dan mencucup selangkangan Herni, tak ayal Herni menggelinjang.
Mereka berdua tak mau terlalu lama melakukan foreplay,


Kaki Herni mengangkang lebar, kedua tangannya menyibak kemaluannya sendiri dan pak Yanto pun siap menancapkan penisnya,


Blees...

Aach...


Desah Herni saat penis pak Yanto memasuki tempiknya yang sudah basah oleh cairannya sendiri dan air ludah pak Yanto, lalu pak Yanto mendekap tubuh Herni yang masih mengenakan gaun, ciuman panas pun terjadi dan lidah mereka saling belit. Namun itu tak berlangsung lama, pak Yanto lebih fokus ke kocokkan penisnya, ia tak lagi memeluk tubuh Herni.

Kedua tangannya memegang paha Herni dan menekuknya hingga menyentuh payudara, otomatis pak Yanto lebih leluasa mengocok liang senggama wanitanya.


“Aaach.. Trus pakh... Aaach... “


Racau Herni yang merasakan gempuran hebat dari pak Yanto,


“Uuugh.. Ho oh.... “


Plok!

Plok!

Plok!


“Uuugh... “


Dengus pak Yanto lagi, kali ini ia buru-buru mencabut batang penisnya dan tak butuh waktu lama cairan kepuasannya tumpah ruah di atas jembut Herni, Lagi-lagi Herni harus menelan pil pahit persenggamaan, pasangannya selalu saja keluar sebelum ia mendapatkan kepuasan, untung pak Yanto mencabut penisnya tepat waktu, karna saat penetrasi pak Yanto tak memakai kondom.

Setelah itu Herni pun pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri, sementara pak Yanto kembali terkapar di kamar tidur.



Pagi hari saat terik mentari menyinari halaman rumah, pak Yanto baru saja terbangun dari tidurnya, saat ia beranjak dan menuju ruang tamu, secangkir kopi sudah tersaji di atas meja, sedangkan Herni sendiri sudah mulai beraktivitas menyapu halaman rumahnya.
Setelah selesai ia pun masuk kembali ke dalam rumah. Ia melihat pak Yanto sudah meminum kopi buatannya.


“Pak nanti saya mau pergi, bapak mau pulang jam berapa? “


Ucap Herni tanpa tedeng Aling-aling, ia tak takut bosnya tersinggung.


“ Kemana Her? “


“ Ada acara sama teman pak, “


“Oya sudah? “


Lalu pak Yanto mengambil selembar uang dan di berikan pada Herni,



“ Tolong beli in sarapan ya Her? Sama kamu sekalian ya? “


Herni pun menerima uang itu,


“ Saya sudah sarapan pak, bapak aja ya? “


Lalu Herni pun pergi, niatnya ingin membeli sebungkus bubur ayam, tampak dua orang sedang duduk membelakangi arah Herni berjalan, saat membeli bubur Herni sempat melirik dua orang yang memakai jaket hitam dan memakai topi condong sehingga nyaris menutupi mukanya, tapi Herni tak sadar dua orang itu memperhatikan gerak geriknya bahkan sejak ia keluar dari rumah.



Memang pangkalan tukang bubur itu lokasinya tak jauh dari rumahnya, tak perlu waktu lama untuk mendapatkan makanan itu dan setelah membayar Herni langsung pulang.


Pak Yanto sendiri setelah menghabiskan secangkir kopi langsung membersihkan diri, setelah itu memakan makanan yang Herni beli, sekitar jam delapan pak Yanto pun pamit kepada Herni.



“ Her, bapak pulang ya? Terima kasih untuk semuanya lho ya? “


Herni menjawab hanya dengan anggukan kepala saja, Lalu pak Yanto memberikan sebuah amplop kepada Herni.



“ Ini yang kamu butuhkan, ingat itu bukan pinjaman ya? Semoga Ibumu lekas sehat ya Her? “


“ Amin... Terima kasih pak, pulang naik apa pak. “


“ Jalan kaki saja, hitung-hitung olah raga he he “


Lalu pak Yanto pun melangkah pergi menyusuri jalanan yang lumayan sepi karna pas hari minggu tak banyak aktivitas pekerja, tapi naas di jalan yang kebetulan sepi dan jarang di lalui kendaraan, dua orang menghadang langkahnya, dengan cepat salah satu orang menendang paha pak Yanto, tentu pak Yanto tidak siap sama sekali mendapatkan serangan seperti itu, ia pun terhuyung.

Sadar dirinya dalam bahaya pak Yanto mencoba bertahan, ia segera berdiri tegap dan waspada kepada dua orang di depannya.


“ Mau apa kalian... Hah! “


Bugh!!


Gertak pak Yanto, namun telat baru saja selesai dengan ucapannya dengan cepat ia di serang oleh salah satu orang di depannya, kali ini serangannya telak mengenai perutnya, ia pun terhuyung ke belakang.


Buuugh!!!

Blaam!!

Dua kali serangan sudah membuat pak Yanto terjengkang, lalu seorang yang memakai jaket hitam mencengkeram krah bajunya,


“Jangan pernah lagi kamu dekati dia, atau nyawa kamu ku habisi! Paham!! “


Ancam pria itu, pak Yanto pun mengernyitkan dahi ia segera sadar akar permasalahannya.


Bugh!

Tanpa di sadari pak Yanto menendang sekuat tenaga perut si pria yang mencengkeram krah bajunya, sehingga pria itu pun terjengkang.


Buugh!!!


Pak Yanto mendapatkan hadiah dari perlawanan yang ia lakukan, si pria yang terjengkang pun bangkit, tatapan dingin dan seringainya membuat nyali pak Yanto menciut seketika, ia sadar sesuatu yang buruk akan terjadi padanya, tapi pak Yanto tak pasrah, ia bangun dan mencoba bertahan.


Dengan sekejap saja pak Yanto menjadi bulan-bulanan kedua pria itu, mukanya sudah lebam sana sini, dan fisiknya sudah terlalu payah walau pun hanya sekedar berdiri dan sudah saatnya ia pasrah, pak Yanto hanya meringkuk saja menerima tendangan dan injakan.



“Hoy!!.... “


Syuuut....

Blaam!!...


Tiba-tiba dari arah belakang suara teriakan di barengi dengan Terjangan kaki membuat salah satu dari mereka tersungkur,


Hiaaat..

Plak!!...


Aargh!!!...


Pria yang tidak terkena tendangan pun mendapatkan bagiannya, pukulannya tepat mengenai telinga sebelah kanannya, sehingga membuat pria berjaket hitam itu meringis kesakitan,



“Bajingan... Hiaaat.. “


Plak!

Plak!


Serangan dari pria yang jatuh tersungkur itu berhasil di halau, beberapa saat mereka bertiga saling menatap,



“Asu!!!.... Kalian lagi rupanya. “


Ucap pria yang tak lain adalah Ian itu.


“ Bagus.... Kalian menyerang orang yang sudah tak mampu melawan rupanya, ha ha ha... “



Dan salah satu orang yang menyerang pak Yanto adalah mantan suami dari Herni, orang yang sama yang pernah menyerang Ian saat mengantarkan Herni pulang.


Kini dua orang itu berdiri tepat di depan Ian namun pria yang menjadi mantan Herni memberi kode agar temannya mundur.

Seringai sinis menjadi khas pria itu.



“ Mau ikut campur? Hah!! “


Syuuut...


Bugh!!


Ian sama sekali tak menduga, tubuhnya terhempas ke belakang, namun dengan cepat ia menguasai keadaan, segera ia pasang kuda-kuda agar jika ia terkena serangan mendadak ia tak kan terjatuh.

Dan benar saja, saat Ian melirik kearah seseorang yang meringkuk Ian kembali mendapatkan serangan mendadak,


Syuuut...


Plak!

Plak!


Adu pergelangan tangan dan adu jejakkan kaki pun terjadi, dengan cepat keduanya melakukan serangan dan dengan tepat pula menangkis setiap serangan, tak ada yang Ian khawatirkan, malah ia menghadapi lawan tidak dengan nafsu membunuhnya, namun Ian tetap fokus, ia sadar bahwa masih ada satu orang yang bisa saja ikut menyerang dirinya.


Plak!


Plak!


Bugh!!


Dan pada akhirnya Ian mampu membuat lawannya mundur karena Hentakan kakinya tepat mengenai perut si pria.



“Hiaaat... “

Bugh!!


Seorang yang di suruh mundur kini maju menyerang Ian, dan terjangannya sukses membuat Ian terpental, kedudukannya imbang, Ian dan musuhnya sama-sama terpental,


“Cuiih!! “


Ian pun meludah, artinya ia siap menghadapi dua orang itu, dan teman dari mantan suami Herni telah salah mengambil keputusan untuk ikut membantu temannya,



“Eerr... “


Ian mengerang, ia tatap tajam kedua lelaki di depannya,
Tentu Ian paham mana yang ciut nyalinya dan mana yang tidak, terbukti orang yang baru saja menyerangnya mundur beberapa langkah, dan Ian semakin mendekat dan bersiap menyerang.



“Pergi atau mati!! Hiaaat... “



Teriak Ian


Bugh!!..

Bugh!!..


Tanpa mereka sadari dan dengan kecepatan yang tak mereka duga, disaat si lawan hendak menghardik temannya yang ikut campur, Ian sudah merangsek dan menerjang keduanya sekaligus, tendangan Ian melayang dan masing-masing mendapatkan satu jejakkan darinya tidak sampai di situ saat keduanya terhuyung Ian memberikan masing-masing pukulan di telinganya, bukan kepalan tangan tapi Ian menggunakan jarinya yang di tekuk untuk menyerang, tentu lebih sakit jika mengenai sasarannya.

Tak ayal keduanya semakin terhuyung, bahkan teman mantan suami Herni terjengkang di sebelah pak Yanto yang tak sadarkan diri, Ian terus merangsek dengan berbagai serangannya membuat lawan Ian kewalahan.

Hanya sesekali ia mampu menahan serangan dari Ian, selebihnya ia harus rela menerima setiap pukulan Ian.


Dan saat pria yang jatuh hendak menyerang, Ian menunjuk dengan jari sebagai isyarat agar pria itu tetap diam di tempat, sadar akan kekalahannya mantan suami Herni pun memberi isyarat kepada temannya agar segera meninggalkan tempat itu.


Setelah kedua orang itu pergi Ian menghampiri seonggok tubuh yang tak sadarkan diri itu, Ian membalikkan tubuhnya, alangkah terkejutnya Ian mendapati bosnya yang menjadi korban penganiayaan.

Niat hati Ian ingin mencari udara segar di taman yang semalam ia datangi akhirnya gagal total, dan Ian tau penyebab bosnya bisa seperti itu. Dan itu artinya selama ini mantan suami Herni masih menguntit kehidupan Herni.





Bersambung
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd