Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

---------------------------------------------------

Cerita 113 – Ritual Nikmat

Mbak Narsih


Sebelumnya.. perkenalkan nama saya. Wawan. – Samaran..– Saya sekarang berprofesi sebagai seorang konsultan di Kota S.
Bagi para pembaca yang memerlukan jasa konsultasi penulisan ilmiah – skripsi/thesis..– bisa kontak e-mail saya.. pasti akan saya bantu sampai selesai.
Okay.. saya akan memulai menceritakan pengalaman saya waktu masih kuliah dahulu.

Hari itu adalah malam Jum’at Pon.. kira-kira 7 tahun yang lalu.
Hari itulah awal yang mengubah kehidupanku.. dari seorang mahasiswa yang lurus-lurus saja.. pokoknya serba lurus deh..!
Apalagi kalau si kecil lagi tegang.. wah lurus sekali..! Ha..ha..ha..

Waktu itu aku masih kuliah di satu-satunya PTN yang ada di kota S.
Sebagai seorang anak rantau aku kost di belakang kampus yang cukup jauh dari keramaian.

Pertimbanganku untuk memilih kost di tempat itu adalah di samping harganya murah..
aku juga berharap dapat menghindari godaan keramaian yang ditawarkan kota S itu.
Maklum.. misiku ke kota S ini adalah untuk menimba ilmu demi masa depan.

Berkali-kali orangtuaku menyuruhku agar hidup prihatin.. karena mereka pun harus hidup prihatin demi menyekolahkanku.
Dengan memilih tempat itu rasanya aku sudah berusaha memenuhi permintaan orang tuaku, yaitu agar hidup prihatin.
Namun ternyata nasib membawaku lain dan melenceng dari misi semula ini.

Sudah dua tahun aku kost di daerah itu.. sehingga aku sudah kenal baik dengan semua masyarakat penghuni kampung itu.
Aku sudah dianggap sebagai warga karena kesupelanku dalam bergaul.
Nah.. dari kesupelanku itulah aku sudah terbiasa bercanda dengan setiap penduduk dari anak kecil hingga nenek-nenek.

Suatu hari.. pada saat liburan semester.. aku tinggal di tempat kost sendiri karena memang aku tidak pulang.. maklum aku aktif di kegiatan kampus.
Saat itu sedang musim kemarau.. sehingga banyak sumur penduduk yang kering, hanya sumur di tempat kostku itulah yang masih cukup banyak airnya..
sehingga banyak tetangga yang ikut minta air dan bahkan ikut mandi di kost-ku.

Dan diantara mereka ada satu tetanggaku yang waktu itu umurnya mungkin hanya terpaut 7 atau 8 tahun di atasku.. namanya Mbak Narsih.
Perawakannya sedang.. tidak begitu tinggi.. – sekitar 158 - 160 cm..– tetapi bodynya tidak kalah dengan pesenam aerobik, deh.

Kulitnya sawo matang khas wanita Jawa dan wajahnya manis sekali.. terutama pada saat tersenyum.. aduh makk.. bisa rontok jantung. Hehe..
Dia sudah punya suami dan dua orang anak yang masih kecil.. yang pada saat itu umurnya baru sekitar 4 dan 2 tahunan.

Selain sebagai ibu rumah tangga biasa.. dia juga nyambi berjualan barang-barang kelontong di dekat kost-ku.
Nah suatu hari.. seperti biasa pagi-pagi sekali Mbak Narsih ketok-ketok pintu tempat kost-ku.. biasa.. mau ikutan ambil air dan sekaligus mandi.

“Dik.. Dik.. cepet tolong bukain pintunya..!” Dia berteriak agak tak sabaran.
“Iya bentar Mbak..” jawabku sambil setengah mengantuk.

“Kok lama banget to Dik..?” Suaranya terdengar tak sabar.
“Ada apa sih Mbak kok nggak sabar sekali..?” Tanyaku saat kubuka pintu untuknya.

Wajahnya nampak meringis menahan sesuatu. Rupanya dia sudah mulas dan hendak buang hajat daritadi.
“Anu Dik.. aku sakit perut nih..” katanya agak malu.

Begitu pintu terbuka ia langsung lari terbirit-birit masuk KM dan membanting pintu. Rupanya sang beban sudah hampir keluar.. pikirku.
“Sorry ya Dik.. tadi Mbak nggedor-nggedor..” katanya.

“Habis perut Mbak udah mulas dan di rumah nggak ada air.. itu lho bapaknya anak-anak semalam enggak pulang..
jadi Mbak belum sempat ngisi air di rumah.. maafin Mbak ya..” jelasnya panjang lebar.
“Ah.. enggak apa-apa kok Mbak.. saya malah harus berterimakasih udah dibangunin sama Mbak..” ujarku santai.

Sejak itu hubunganku dengan Mbak Narsih jadi tambah akrab.
Hingga pada suatu siang, aku ingat hari Kamis, Mbak Narsih datang ke tempat kostku.

Siang itu ia kelihatan manis sekali dengan memakai baju kaos lengan panjang warna krem ketat yang mencetak tubuhnya.
“Eh Dik Wawan.. hari ini ada acara enggak..?” Tanyanya begitu kutemui di teras depan.
“Mm.. kayaknya enggak Mbak.. memang ada apa Mbak..?” Tanyaku agak penasaran.

“Anu Dik.. kalau tidak keberatan.. nanti adik Mbak ajak pergi ke Gml mencari bapaknya anak-anak.. Dik Wawan enggak keberatan kan..?”
“Lho memangnya Mas Gun di sana di rumah siapa Mbak..?” Tanyaku semakin penasaran.

“Anu Dik.. katanya orang-orang Mas Gun sudah punya istri simpanan di sana.. jadi Mbak mau melabrak.. tapi Mbak nggak berani sendirian..
jadi Mbak minta tolong Dik Wawan nganter Mbak ke sana..” katanya terbata.
“O gitu.. Baiklah Mbak.. tapi saya enggak mau ikut campur dengan urusan Mbak lho..” kataku menyanggupi permintaannya.

Sorenya kami berdua dengan sepeda motor milik Mbak Narsih berboncengan ke arah Gml, + 27 KM sebelah utara kota S arah ke Pwd.
Mbak Narsih membawa sebuah tas yang cukup besar. Aku jadi curiga, tetapi tetap diam saja.. pokoknya wait and see lah prinsipku.

Kami tak banyak bicara saat dalam perjalanan. Hingga setelah sampai ke Gml aku baru bertanya letak rumahnya.
“Oh.. itu.. itu masih terus ke utara Dik..” jawabnya agak tergagap.

Kecurigaanku makin mendalam tetapi tetap diam saja sambil kuikuti permainannya.
I’ll follow the game.. begitu pikirku.. toh tidak ada ruginya dengan wanita yang cukup menarik ini.

Kami terus ke utara hingga sampai ke tempat dimana terdapat gerbang bertuliskan ‘Obyek Wisata Gunung Kemukus..’
“Lho kok ke sini to Mbak..? Apa enggak kebablasan..?” Tanyaku agak bingung.
“Anu.. anu sebenarnya Mbak enggak mencari Mas Gun kok Dik.. tapi Mbak mau ziarah ke sini..” Jawabnya agak khawatir kalau aku marah.

Aku kasihan juga melihatnya saat itu yang begitu ketakutan. Aku Cuma menghela napas.. tapi tidak ada ruginya kok bagiku.
Toh Mbak Narsih orangnya cukup manis dan menarik jadi berlama-lama berdekatan dengannya juga tidak rugi pikirku menghibur diri.

Singkat cerita aku dan Mbak Narsih mengikuti ritual yang harus dilakukan di sana.
Ternyata bukan hanya kami berdua yang ada di sana. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang datang ke sana sore itu.

Semuanya mempunyai tujuan yang sama ‘Berziarah’ – atau berzinah.. barangkali lebih tepatnya.. hehe..–
Soalnya.. yang aku dengar.. kalau berziarah ke sana untuk mencari berkah harus berpasangan yang bukan suami-istri..
Dan harus ‘Tidur’ bersama di sekitar cungkup.. – makam..– yang ada di sana..
– Mungkin ini ritual mencari kekayaan yang paling nikmat di dunia.. hehehe..–

Setelah mengikuti berbagai ritual dan prosesi, selesailah sudah acara mohon berkah. Sekarang tinggal ‘finishing’-nya, yaitu tidur bersama..!
Aku sendiri menjadi panas dingin membayangkan aku harus tidur dengan seorang wanita..!

Gila.. ini benar-benar pengalaman pertama bagiku. Seumur umur belum pernah berdekatan dengan wanita.. apalagi harus tidur bersama..!
Dan katanya harus 7 kali malam Jum’at berturut-turut pula..! Gila..! Benar-benar tur gila.. asyiik..!

“Eh.. Dik Wawan sudah punya pacar belum..?” Tanya Mbak Narsih memecah kesunyian.
“Eh.. mm. anu.. b-bel.. belum Mbak..” jawabku agak tergagap.. soalnya lagi ngelamun yang lain.. lagian pikiranku sedang bingung.

Mbak Narsih mungkin tau apa yang kurasakan.. jadi dia cuma diam saja dan menggandengku mencari tempat untuk menggelar tikar..
– Rupanya Mbak Narsih sudah mempersiapkan segalanya dari rumahnya..–
Sontoloyo..! Makiku dalam hati. Tapi aku juga senang juga membayangkan mau tidur dengan wanita semanis Mbak Narsih ini..

Rupanya mencari tempat yang ‘Sesuai’.. – dalam artian sepi dan aduhai..– di sekitar cungkup pada malam itu susah juga.
Aku yang baru kali itu mengunjungi Gunung Kemukus.. takjub sekali dengan pemandangan yang kulihat di sana.

Bukan keindahan alamnya yang kukagumi.. tetapi begitu banyaknya pasangan yang memenuhi lokasi sekitar cungkup bak ikan bandeng dijajar-jajar.
Gilanya.. semua mungkin bukan pasangan suami-istri yang sah..
–Kalau boleh kukatakan ini namanya ‘Perzinahan massal. bukannya ‘Perziarahan massal’..–

Cukup lama kami mencari tempat untuk bermalam di tempat terbuka.
Rupanya malam Jum’at Pon ini adalah hari ‘Raya’nya Gunung Kemukus. Ramainya mungkin malah melebihi keramaian di Kota S.

Dan semua pasangan itu rela ‘Tidur’ bersama di tempat terbuka..
berjajar-jajar tanpa sekat pelindung yang membatasi privasi dengan pasangan lain di sebelahnya.

Akhirnya.. setelah cukup lama mondar-mandir melewati jalan setapak nan gelap dan di kanan-kirinya bergelimpangan pasangan..
yang sedang melakukan ‘Laku’ tidur bersama.. kami menemukan tempat yang kami anggap ’sesuai’ bagi kami.

“Di sini saja Dik Wawan.. tempatnya masih longgar..” kata Mbak Narsih sambil melepas gandengannya dan mulai menggelar tikar yang dibawanya.
Di sebelah kanan dan kiriku ada pula pasangan yang sudah terlebih dahulu menempati kapling mereka.
Jadi aku dan Mbak Narsih termasuk datang agak terlambat.

Setelah basa-basi sejenak dengan tetangga kanan-kiri.. kami pun rebahan sambil berpelukan dalam gelap di tempat terbuka lagi.
Aku yang masih lugu tak tau harus berbuat apa. Soalnya.. seumur-umur baru kali inilah aku memeluk seorang wanita dewasa.

Tanganku diam saja sementara debar jantungku tak teratur.
Mbak Narsih yang semula hanya memeluk.. perlahan-lahan mulai mengelus dadaku salahsatu pahanya ditumpangkannya di atas pahaku.

Tuink..! Kontan saja batang kemaluanku mengeras.. tapi aku tak berani berbuat apa-apa.
Saat itu kurasakan kalau tubuh bagian bawah Mbak Narsih terbungkus sarung.. karena salahsatu pahanya menindih pahaku.
Napasku semakin memburu dan jantungku berdebar kian keras saat ia mulai meraba-raba puting dadaku.

“Dik.. ikutan masuk sarung aja biar hangat..” bisiknya pelan.. seolah takut terdengar pasangan yang ada di samping kami.
“Ba-baik Mbak..” Jawabku juga pelan.

Lalu dengan hati-hati sekali aku mulai ikut memasukkan tubuh bagian bawahku ke sarung yang dipakai Mbak Narsih.
Jadi sekarang satu sarung berdua..! Aku sangat terkejut saat tubuh bagian bawahku masuk ke dalam sarung.

Ternyata Mbak Narsih tidak memakai selembar kain pun pada tubuh bagian bawahnya.
Celana panjang yang tadi dipakainya sekalian celana dalamnya rupanya sudah dilepaskannya secara diam-diam saat mengenakan sarung tadi.
Aku jadi serba salah.. mau gerak tak berani mau diam kok seperti ini..!

Batang kemaluanku yang daritadi sudah keras menjadi semakin keras memberontak dalam celanaku.
Apalagi tanpa dapat kucegah tangan Mbak Narsih mulai meraba-raba batang kemaluanku dari luar celanaku.
Napasku kian memburu mendapat perlakuan seperti itu.

“Ayoo.. pegang dada Mbak.. Dik..” bisik Mbak Narsih dengan napas yang juga sudah mulai memburu.
Aku dengan 'terpaksa'.. – karena gak kuat menahan napsu..– mulai menggerakkan tanganku dan meraba-raba dada Mbak Narsih dari luar gaunnya..

Ahhh.. Kurasakan dadanya begitu sekal dan kenyal.. mungkin semua wanita begitu kali ya..
Napas kami semakin memburu tangan kami saling meraba dalam gelap..

– Mungkin.. ini yang dimaksud dengan peribahasa ’sedikit bicara banyak bekerja’ kali ya..?
Pinter juga tuh orang yang bikin peribahasa ini.. atau mungkin dia nemu peribahasa gini saat lagi begituan kali..!–

Napasku seolah terhenti saat tiba-tiba batang kemaluanku sudah digenggam Mbak Narsih dan dielus-elus dengan lembutnya..
Luar biasa.. benar-benar pengalaman terhebat yang pernah aku rasakan saat itu..!

Tubuhku meliuk-liuk menahan nikmat yang tiada tara saat tangan halus Mbak Narsih mengurut dan meremas batang kemaluanku..
kedua biji pelirku pun dielusnya dengan penuh kasih sayang.. aduh makk..!

“Mbak.. ahkk..” bisikku pelan-pelan tanpa berani bersuara keras-keras..
“Masukkan tanganmu Dik.. remas tetek Mbak.. ayoo..” bisik Mbak Narsih yang menyadarkanku.

Sebenarnya tanpa disuruh pun aku sudah ingin meraba langsung bukit menggairahkan itu.
Segera dengan semangat 45.. – Ini kan zamannya tujuh-belas Agustusan..– bak pejuang kita dahulu..
aku menyusupkan tanganku ke dalam kaos ketatnya dari bagian bawah dan mulai mencari-cari bukit kenyal di dada Mbak Narsih.

Tanganku terus meraba dan bergerak liar di dalam kaus Mbak Narsih dan terpeganglah apa yang kudambakan.
Kusibak BH yang masih menempel dan tanganku bergerak liar di balik BH itu.

Begitu gemas rasanya aku meremas dan meraba.. –boso jowone ‘Ngowol’..– kedua bukit kembar itu bergantian.
“Och.. ter.. terushh.. Dikk.. ouch..” Kudengar Mbak Narsih berbisik pelan sekali di telingaku dengan napas yang semakin memburu.

“Ayo lepaskan celanamu itu Dik..” bisiknya lagi.
Dengan hati berdebar keras membayangkan apa yang akan terjadi kuturuti permintaan Mbak Narsih.

Kuhentikan aktivitasku di dada Mbak Narsih dan melepas celanaku pelan sekali.
Soalnya takut ketahuan tetangga di sebelahku, yang sempat kulirik mereka juga sedang krusak-krusuk sendiri dalam gelap.
Aku tau itu dari bunyi kain yang bergeser-geser.

Setelah melepas celanaku dan menyimpannya di tas Mbak Narsih aku mulai beraktivitas lagi.. dan Mbak Narsih juga.
Kami saling meraba lagi. Batang kemaluanku yang sudah sangat keras.. –dalam bahasa Jawanya ‘ngaceng berat’..–
diurut dan diremas dengan lembut oleh Mbak Narsih.. menimbulkan rasa geli yang luar biasa..

Aku sempat tak bisa bernapas merasakan hal ini.. Tanganku pun sekarang mulai berani bergerak sendiri.
Sasaranku sekarang adalah bagian bawah Mbak Narsih.

Dari perutnya yang sudah agak gendut sedikit tanganku bergeser turun dan tersentuhlah gumpalan rambut pekat di selangkangan Mbak Narsih.
“Terushh.. Dikk.. hhkk, ya.. itt.. itu..” bisik Mbak Narsih sambil terus menjilat lubang telingaku.

Tanganku terus menyisir celah celah di tengah rimbunan rambut itu yang sudah basah dan panas.
Celah itu kurasakan begitu licin dan basah.. lalu dengan rasa ingin tahu.. kumasukkan jariku di tengah-tengah celah sempit itu.

Aku kaget.. karena tiba-tiba jariku seolah tersedot dan terdorong oleh gerakan celah di selangkangan Mbak Narsih itu.
Dengan naluri alami tanganku mulai meraba dan meng’obok-obok’ selangkangan Mbak Narsih yang semakin basah.

–Jadi bukan cuma Yoshua yang bisa ‘ngobok-obok’ aku juga bisa kok..! Hayoo siapa diantara pembaca.. –cewek tentunya–
yang mau di ‘obok-obok’.. silakan kirim e-mail..! Hahaha..–

Mbak Narsih semakin kelimpungan saat jari-jariku yang nakal mulai memasuki liang hangat dan basah di selangkangan Mbak Narsih.
Slepp.. Jariku terus bergerak masuk ke celah-celah hangat dan licin itu hingga sampai pangkal.. dengan cepat kuhentak tarik keluar.. srett..

"Oghh..!" Mbak Narsih hampir memekik kalau tidak buru-buru menggigit leherku saat kutarik jariku dengan cepat dari jepitan liang kemaluannya.
Lalu pelan-pelan kudorong jariku masuk dalam jepitan kehangatan liang kemaluan Mbak Narsih, kutarik lagi cepat dan kodorong pelan-pelan..

Begitu terus kulakukan berulang-ulang hingga akhirnya Mbak Narsih berkelejat dan tubuhnya seolah tersentak.
“Ohk.. shh.. akhh..” bisik Mbak Narsih sambil terus menggigit keras leherku.

Karena kukira Mbak Narsih merintih kesakitan, spontan kuhentikan gerakan jariku.
“Terush.. Dikk.. ter.. ouch..” rintihnya pelan sekali saat kuhentikan gerakan jariku di liang hangat di selangkangannya..
yang kini terasa semakin licin oleh lendir yang keluar dari liang kemaluannya.

Mendengar permintaannya, otomatis jariku mulai bergerak semakin liar di dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Narsih yang semakin berlendir dan licin.
Tubuhnya meliuk liuk dan tersentak berkejat-kejat seiring dengan gerakanku.

Gerakannya semakin lama-semakin lemah dan berhenti.. jariku tetap terjepit kehangatan liang kemaluannya..
lalu kedua tangan Mbak Narsih memegang kedua pipiku dan diciumnya bibirku dengan mesra sekali.

“Kamu pintar Dik..” bisiknya mesra. “Mbak rasanya seolah mengawang tadi..”
“Kukira tadi Mbak Narsih kesakitan.. makanya kuhentikan gerakanku..” bisikku.

“Enggak.. Mbak enggak sakit kok.. justru nikmat sekali..” bisiknya manja.
“Sekarang biar Mbak yang gantian memuaskan kamu..” balasnya.

Kemudian dengan pelan, karena takut ketahuan pasangan di sebelah.. – Yang aku yakin juga sedang melakukan hal yang sama dengan kami..!–
Mbak Narsih mulai menaiki tubuhku.

Dikangkangkannya kakinya.. dan dipegangnya batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat seperti meriamnya Pak tentara yang siap menggempur GAM.
Lalu perlahan dengan penuh penghayatan digesek-gesekkannya ke kepala kontolku. di celah hangat di selangkangannya yang sudah sangat licin dan basah.

“Hkkk..” napasku seolah terhenti saat batang kemaluanku mulai terjepit erat dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Narsih.
Sensasi terhebat dalam hidupku..! Dan barangkali inilah awal sejarah hilangnya keperjakaanku..!
Yang selanjutnya akan mengubah kehidupanku..! –Akan kuceritakan kelak–

Dengan pelan tetapi pasti.. alon-alon asal kelakon.. batang kemaluanku mulai menyeruak masuk dalam jepitan kehangatan liang kemaluan Mbak Narsih.
Mataku terbeliak menahan nikmat yang tiada tara.. – Mungkin inilah yang namanya sorga dunia ya..?–

“Mbak..” bisikku di telinga Mbak Narsih.. “Geli Mbakk..”
“Hushh.. diam saja nikmati saja..” balas Mbak Narsih mesra.

Aku menggigit bibir menahan nikmat yang tiada tara. Mbak Narsih terus berkutat di atas perutku, bergoyang dan berputar pelan.
Hingga akhirnya seluruh batang kemaluanku tertelan dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Narsih.

Blessebb..! Seluruh batang kemaluanku masuk sampai ke pangkalnya.. sampai kurasakan kepala kontolku menumbuk sesuatu di dalam sana.
Mbak Narsih pun mungkin merasakan hal yang sama denganku, kutau itu dari napasnya yang tersengal-sengal.

Gesekan demi gesekan dari kedua kemaluan kami menghangatkan dinginnya malam di Gunung Kemukus itu.
Kami sudah tidak peduli lagi dengan pasangan-pasangan lain di sekitar kami.
Yang kami tau adalah bagaimana mereguk nikmat dan menuntaskan hasrat yang sudah hampir mencapai klimaksnya.

Mbak Narsih terus bergerak pelan. Lama-lama gerakannya sudah mulai tidak teratur dan kurasakan Mbak Narsih menggigit leherku lagi.
Aku pun hampir saja berteriak menahan sesuatu yang hampir meledak dari dalam diriku.

Kurasakan dorongan semakin kuat mengehentak bagian bawah perutku. Gerakan Mbak Narsih semakin tidak teratur dan gigitannya semakin kencang.
“Ouchkk.. Dikk.. Mbak mau kelu.. arrghh..” bisiknya sambil tubuhnya mengejat-ngejat di atas perutku.

Akupun sepertinya tidak mampu lagi menahan dorongan yang menghentak dan akhirnya tanpa dapat kupertahankan jebollah sudah pertahananku.
Crrt.. crett.. crett.. crett.. crett.. keluarlah lahar panas dari ujung kepala kontolku yang membasahi dan menyiram rahim Mbak Narsih.

Tubuhku seolah melayang dan terhentak seperti terkena arus listrik. Kurasakan puncak sensasi bersetubuh yang ruarr biasa..
Tanganku mencengkeram bongkahan pantat Mbak Narsih yang masih saja bergerak liar untuk mencoba menghentikannya.

Tetapi semakin erat kutahan.. semakin liar gerakannya hingga aku pasrah saja dan menikmati sensasi semampuku.
“Mbak sud.. sudah.. Mbak.. ohh..” bisikku di telinganya.

Rupanya saat aku mencapai orgasme tadi Mbak Narsih juga sedang mencapai orgasme.. sehingga sulit kuhentikan gerakannya.
“Kamu hebat Dikk..” bisiknya mesra sekali. “Mbak puas sekali..”

Kami masih terus berpelukan beberapa saat. Mbak Narsih masih menindihku dan batang kemaluanku masih erat terjepit dalam liang kemaluannya.
Dan secara perlahan kurasakan batang kemaluanku mulai terdorong keluar akibat kontraksi liang kemaluannya..
lalu tubuh kami sama-sama tersentak saat batang kemaluanku terlepas sendiri dari jepitan liang kemaluannya.

Kami saling berpandangan mesra dan tersenyum.. Duh manisnya Mbak Narsih kalau tersenyum..
– Aku membatin.. andai saja Mbak Narsih ini jadi istriku betapa bahagianya aku..–

“Mbak.. aku kok jadi sayang sekali sama Mbak..” bisikku mesra.
“Mbak juga kok Dik..” balasnya.

“Nanti kita pulangnya mampir dulu istirahat di losmen di depan stasiun Blp.. mau kan..?” Lanjutnya.
“Mau dong.. masa' mau menolak rejeki..” jawabku nakal.

“Memang Mas Gun enggak marah..?” Tanyaku.
“Enggak kok.. malah dia yang nyuruh aku untuk ke sini melakukan ritual.. malahan dia yang memilihkan pasangannya.. ya Dik Wawan itu..” jawabnya santai.
Sialan.. gerutuku dalam hati. Rupanya aku mau dijadikan tumbal pesugihannya..! Tapi biarin dah.. yang penting nikmatt, ya kan.. hehe..–

Mulai detik itu aku berjanji dalam hati akan mengerjai istrinya habis-habisan atas keputusannya menjadikanku sebagai tumbal pesugihannya.
Dan janjiku akan kubuktikan sebentar lagi.

Pagi sekali, kira-kira jam 04.00 pagi satu per satu pasangan yang telah menjalani laku gila ini mulai beranjak pulang.
Kami pun ikut pulang ke tempat kami.
Dinginnya udara pagi tak kurasakan.. karena Mbak Narsih yang kubonceng memeluk erat tubuhku sepanjang perjalanan.
Tubuhku jadi hangat apalagi dada Mbak Narsih yang kenyal menekan erat punggungku.

Kupacu kendaraanku kencang-kencang takut kesiangan. Sementara Mbak Narsih tetap erat memelukku..
dan tangannya tak ketinggalan dimasukkan ke dalam celanaku dan meremas-remas batang kemaluanku sepanjang perjalanan itu.

Mendapat perlakuan itu, tentu saja adik kecilku bangkit berdiri dan memberontak seolah hendak menyeruak keluar dari sarangnya.
Remasan dan pelukan Mbak Narsih membuatku melupakan dinginnya udara pagi dan lamanya perjalanan dari Gml ke kota S..
yang kira-kira sejauh 30 Km itu.
---------

Selang setengah jam kemudian.. kami pun sampai ke kota S.. dan kami pun menuju daerah sekitar stasiun Blp untuk mencari penginapan yang 'Sesuai'.
– sepi dan asoy.. Haha..–

Setelah berputar-putar beberapa saat, kami pun menemukan sebuah losmen yang cukup bersih dan letaknya agak tersembunyi.
Kami memilih kamar yang mempunyai kamar mandi di dalam agar privasi kami lebih terjaga.

Setelah check in.. aku langsung masuk kamar mandi dan mulai membuka seluruh pakaianku untuk mandi.
Sementara itu Mbak Narsih langsung tiduran sambil menonton acara televisi pagi.

Sedang asyik-asyiknya menyabuni.. tiba-tiba Mbak Narsih masuk kamar mandi dan sudah telanjang bulat..
tanpa selembar benangpun yang menutupi tubuhnya yang indah itu.

Seketika aku terpana dan tanpa sadar menghentikan kegiatanku.
Mulutku melongo menyaksikan pemandangan yang terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.

Ya.. walaupun kami pernah bersetubuh.. tetapi aku belum pernah melihat seluruh tubuhnya sejelas ini.
Tadi malam kami bersetubuh dalam gelap dan itupun kami masih terbalut pakaian atas kami masing-masing.

Benar-benar luar biasa pemandangan yang terpampang di hadapanku ini.
Walaupun perutnya agak berlemak.. namun keindahan tubuh Mbak Narsih masih sangat mempesona.

Kulitnya yang khas wanita Jawa berwarna sawo matang tampak mulus tanpa cacat.
Rambutnya yang hitam lurus, sebahu panjangnya tampak indah tergerai.

Dan payudaranya yang masih cukup kencang menggantung indah dengan puting yang mencuat kecoklatan.
Sedikit turun ke bawah bulu-bulu hitam keriting memenuhi gundukan bukit kecil di bawah perutnya. Luar biasa..!
Aku sampai melongo dibuatnya. Apalagi tubuhnya tersorot lampu neon dari kamar tidur dan dari kamar mandi sekaligus..

“Lho.. kok mandinya berhenti..?” Tanya Mbak Narsih mengejutkanku hingga membuatku gelagapan.
“Eh.. anu.. eh.. Mbak.. kok ma-masuk ke sini Mbak..?” Tanyaku gelagapan..
sevara otomatis tanganku menutupi batang kemaluanku yang sudah penuh sabun.

“Kenapa emangnya..? Apa enggak boleh mandi bareng-bareng..?” Katanya santai.. terus dimintanya sabun yang sedang kupegang.
“Sini Mbak mandiin biar bersih..!”

Aku pun manda saja.. dan kunikmati elusan tangan Mbak Narsih yang menyabun seluruh tubuhku.
Digosoknya punggungku dengan sabun terus ke bawah hingga pantatku pun tak lupa digosok-gosoknya.

Oughhh.. Aku merem melek menikmati remasan tangan Mbak Narsih di kedua belahan buah pantatku. KontiCroott..
---------------------------------------------------
 
-------------------------------------------------

Cerita 113 – Ritual Nikmat

Part 2

“Hayo..
sekarang depannya..” tiba-tiba Mbak Narsih menyuruhku untuk menghadapinya.
Tangannya mengusap leherku terus ke bawah dan beberapa saat memainkan jarinya di kedua tetekku bergantian.

Huff..! Aku menahan napas ketika tangannya terus merayap ke bawah dan mulai menyabuni selangkanganku.
Diremasnya batang kemaluanku dengan lembut. Kontan adik kecilku terbangun dan mengeras seketika.

“Lho.. kok terus kencang..?” Gurau Mbak Narsih demi melihat batang kemaluanku berdiri tegak bak petarung yang siap laga.
Aku jadi jengah dan sedikit malu. “Iya soalnya dia tau ada lawan mendekat..” balasku untuk menghilangkan kekakuan.

“Dia tau sebentar lagi mau disuruh kerja.. he.. he.. he.!” gurauku.
“Ah.. maunya..!” Mbak Narsih memonyongkan bibirnya.

Aku yang sudah sangat terangsang dengan elusan dan remasan tangannya di selangkanganku langsung saja memeluknya..
Lalu.. tanpa ba Bi Bu lagi kusergap bibirnya yangs sedang monyong itu. Kupeluk tubuh telanjangnya dan dengan ganas kucium bibirnya.

“Mphhf..” Mbak Narsih gelagapan saat bibirnya kuserobot dan tanganku erat memeluknya.

Sambil terus menciumnya tanganku dengan beraninya berkeliaran mengelus punggung Mbak Narsih..
dan terus ke bawah ke arah bongkahan pantatnya yang padat. Kuremas kedua belah buah pantatnya bergantian.

“Dikk.. ohh” Mbak Narsih Cuma bisa melenguh dan menggelinjang dalam dekapanku.
Tangannya semakin liar mengurut dan meremas batang kemaluanku.

Aku sendiri tidak peduli kalau tubuhku masih penuh dengan busa sabun dan bau keringat Mbak Narsih yang belum mandi sejak kami bersetubuh semalam.
“Dik.. Mbak.. Mbak be.. belum mandi..” napas Mbak Narsih tersengal-sengal saat dengan ganasnya kuciumi lehernya.

“Biar Mbak mandi dulu.. ughh..” Mbak Narsih melenguh minta kulepaskan.
Mungkin ia risih dengan bau keringatnya sendiri. Lalu kulepaskan pelukanku. Kusiram tubuh Mbak Narsih dengan air dingin.

“Sini Mbak.. biar gantian kumandiin..” kuraih sabun yang dipegangnya.
Lalu kubalik tubuh Mbak Narsih dan kusabun punggungya. Kugosok bagian punggungnya dan tanganku yang nakal bergeser terus ke bawah.

Begitu tanganku menyentuh bagian pantatnya yang padat tanganku mulai meremas dengan gemas.
Kuelus dan kugosok ke dua belah bongkahan pantat Mbak Narsih.

Setelah puas bermain-main dengan pantatnya, tanganku mulai menyabun tubuh Mbak Narsih bagian depan.
Namun saat itu posisiku masih di belakang Mbak Narsih, jadi tanganku menggosok bagian depannya sambil memeluknya dari belakang.

Saking ketatnya pelukanku, tubuh bagian bawah kami saling menempel ketat.
Batang kemaluanku yang sudah sangat keras tergencet antara bongkahan pantat Mbak Narsih dengan perutku sendiri..
– Pembaca bisa bayangin gimana rasannya..– Luar biasa..!

Apalagi pantat Mbak Narsih dan batang kemaluanku sangat licin karena penuh busa sabun.
Rasanya syurr.. apalagi Mbak Narsih sengaja menggoyang-goyangkan pantatnya hingga batang kemaluanku tergesek-gesek. Nikmatt..!

Kedua tangan Mbak Narsih diangkat ke atas kepalanya seolah-olah membiarkanku untuk semakin mudah menggosok kedua payudaranya dari belakang. Sementara pantatnya yang menggencet batang kemaluanku sebentar-sebentar digoyang.

Aku semakin terangsang hebat dengan perlakuannya itu. Lalu tanganku kugeser ke arah selangkangannya.
Kugosok gundukan bukit kecil di selangkangan Mbak Narsih yang lebat dengan rambut.

Kusabun dan gundukan bukit itu dengan arah dari atas ke bawah mengikuti alur celah hangat di selangkangan Mbak Narsih.
“Ouchh.. ter.. rushh Diikk..” sekarang Mbak Narsih sudah berani bersuara agak keras karena kami hanya berdua.

Tidak seperti keadaan semalam.. di mana kami hanya bisa berbisik-bisik.. takut ketahuan pasangan lain.
Aku semakin semangat bermain-main dengan bukit kecil di selangkangannya.

Tanganku yang jahil sekali-sekali menusuk masuk ke celah hangat di selangkangannya.
Hal ini membuat Mbak Narsih semakin liar menggerakkan pantatnya.

Akibatnya aku sendiri yang melenguh kenikmatan karena batang kemaluanku tergencet pantatnya yang licin.
“Akhh.. terr.. ushh..” Mbak Narsih semakin liar menggumam tak karuan saat kukorek-korek liang kemaluannya dengan jariku.

Kumainkan jariku di dalam liang kemaluan Mbak Narsih.
Mbak Narsih semakin meronta dan menggelinjang saat jariku memainkan dan menggosok tonjolan daging kecil dalam liang kemaluannya.
Kepalanya mendongak ke atas dan mulutnya setengah terbuka menahan nikmat.

Kugosok terus dan sesekali kutarik tonjolan daging itu. “Terush.. Dikk.. ohh.. ter.. ruushh” Mbak Narsih terus menceracau.
Lalu.. "Ngghhhh.. ohhhh.." dengan diakhiri lenguhan panjang.. tiba-tiba tubuhnya mengejang.. kepalanya terhentak dan tubuhnya meliuk.
Mungkin dia mencapai orgasme saat kumainkan tonjolan daging di selangkangannya.

Kemudian setelah beberapa saat ia terdiam dan matanya terpejam seolah menikmati sensasi yang baru saja dirasakannya.
Setelah napasnya mulai teratur diraihnya gayung dan disiraminya tubuhnya dan tubuhku dengan air.

Sambil menyirami sisa busa sabun di tubuhku.. tangannya mengelus dan mengurut batang kemaluanku yang sudah sangat kencang..
–Ngaceng habis-habisan..!–
“Dik.. kamu tiduran saja di lantai.. biar Mbak yang service sekarang..” disuruhnya aku berbaring di lantai kamar mandi.

Aku pun menurut saja apa maunya. Kubaringkan tubuhku di lantai kamar mandi yang dingin..
Aku saat itu berbaring sambil berdiri pembaca..! Bayangkan berbaring sambil berdiri..!
Ya.. aku memang berbaring.. tapi adik kecilku berdiri tegak.. menunjuk langit-langit kamar mandi..! Hahaha..

Setelah aku berbaring, Mbak Narsih merangkak di atas tubuhku. Ia duduk di atas perutku dan mulai mencium keningku.
Ufffh..! Aku memejamkan mata merasakan sensasi luar biasa. Antara napsu dan sayang.

Napsu.. soalnya selangkangan Mbak Narsih yang hangat menempel ketat di atas perutku..
dan batang kemaluanku menempel pantatnya. Sayang.. karena aku seolah-olah sedang dimanja.
Ya.. aku sedang dimanja.. karena aku tidak diperbolehkan bergerak dan disuruh menikmati layanan total yang hendak diberikannya padaku.

Dari keningku.. perlahan bibirnya bergerak turun dan mulai menjilati telingaku kanan dan kiri bergantian.
Rasa geli yang luar biasa menerpaku saat lidah Mbak Narsih menyapu-nyapu lubang telingaku.

“Akhh.. Mbaak..” bisikku mesra. Tubuhnya terus bergeser ke bawah saat bibir Mbak Narsih beranjak turun ke bibirku.
Kami saling memagut dan dorong mendorong lidah. Aku yang belum berpengalaman ikut saja permainan yang diberikan Mbak Narsih.

Lidahnya menyapu-nyapu lidahku dan kusedot kencang-kencang lidah Mbak Narsih.
Akibatnya tubuh bagian bawahnya yang sekarang menindih batang kemaluanku semakin ketat menekanku.

Rasa hangat menjalar dari batang kemaluanku yang terjepit gundukan bukit di selangkangan Mbak Narsih yang kurasakan makin licin.
Sementara bibir kami saling berpagutan, kemaluan Mbak Narsih yang menjepit kemaluanku digesek-geseknya dengan pelan.

Kembali lagi kurasakan sensasi luar biasa. Betapa tidak.. walaupun batang kemaluanku belum memasuki lubang yang semestinya..
namun karena bibir kemaluan Mbak Narsih sudah sangat licin.. jadi kemaluanku yang terjepit di antara bibir kemaluannya dan perutku sendiri seperti diurut.

Nyutt.. nyutt.. nyutt.. Batang kemaluanku mulai berdenyut-denyut. Gerakanku sudah mulai liar tak terkendali.
Namun permainan belum berakhir..! The game was just begun..! Permainan baru dimulai..!

Bibir Mbak Narsih terus menjilat seluruh tubuhku. Leherku sudah basah oleh liur Mbak Narsih.
Dari leher bibirnya terus merangsek ke bawah, kedua puting dadaku pun habis dipermainkan lidahnya.

Dari sini bibirnya terus ke bawah hingga pusarku pun dijilatinya habis-habisan.
Lagi-lagi sensasi luar biasa menyerbuku saat lidah Mbak Narsih mengais-ngais pusarku..
sementara kedua payudaranya menempel ketat di batang kemaluanku..! Edann..!

Kali ini batang kemaluanku terjepit di tengah-tengah belahan payudaranya yang kenyal..!
Sensasi nikmat semakin meningkat saat tanpa dapat kucegah bibir Mbak Narsih mulai menciumi batang kemaluanku dari ujung hingga pangkalnya.

Gilaa..! “Upff.. Mbaak..” aku setengah memekik saat ujung kemaluanku serasa terjepit benda hangat..!
Ternyata batang kemaluanku sedang dikulum Mbak Narsih..!

Dia mengulum batang kemaluanku seperti anak kecil yang sedang menjilati ‘magnum’ es krim yang terkenal itu..!
Sambil dikocok batang kemaluanku dihisapnya habis-habisan..!

Tidak puas menjilat batang kemaluanku, Mbak Narsih mulai menjilat kantung pelerku –gaber–.
Ya gaberku..! – Gaber adalah bahasa Banyumas untuk kantong peler..- bukan pamannya Donal Bebek..–

Dikuakkannya lipatan gaberku dan dijilatinya inci demi inci gaberku itu..!
Batang kemaluanku semakin berdenyut kencang. Kocokan tangan Mbak Narsih pada batang kemaluanku semakin kencang.

Sekali lagi batang kemaluanku jadi bulan-bulanan mulut Mbak Narsih.
Dikulumnya lagi batang kemaluanku yang semakin berdenyut hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulutnya.

Mataku semakin membeliak menahan sesuatu yang mendesak dari perut bagian bawahku.
Aku mencoba bertahan dengan mencoba memegang kepala Mbak Narsih agar diam..!

Namun semaki kencang aku memegang kepalanya, semakin kencang pula kepalanya bergoyang..
hingga batang kemaluanku dikocok-kocok dengan mulutnya.

“Aarghh..” aku melenguh kencang saat aku tak mampu lagi menahan desakan lahar yang menyembur keluar dari ujung kemaluanku!
Cratt.. crett.. crett.. crett.. crett.. hampir limakali aku menyemburkan air maniku untuk yang keduakalinya hari ini..!

Namun kali ini aku mengeluarkannya di mulut Mbak Narsih..! Tubuhku bergetar dan mengejat-ngejat.
Semakin ketat kutekan kepala Mbak Narsih agar batang kemaluanku semakin dalam terbenam dalam mulutnya..!
Akibatnya hampir semua air maniku tertelan olehnya..!

“Bagaimana Dik Wawan..?” Tanya Mbak Narsih menggodaku, “Enak..?”
“Uff.. luar biasa Mbak..!” Jawabku agak malu dan penuh rasa bersalah.. karena aku mengeluarkan air maniku di mulutnya.

“Sorry ya Mbak aku.. aku.. kel-keluar di mulut Mbak..”
“Enggak apa apa Dik..” kata Mbak Narsih yang mencoba menenangkanku.

“Malah Mbak senang bisa buat jamu.. hik.. hik.. hik..”
“Ayo sekarang istirahat dulu..” ajaknya sambil menarikku agar bangkit.

Setelah membersihkan diri dan mengeringkan tubuh kami, kamipun berbaring di tempat tidur sambil menonton TV berita pagi.
Kami masih sama-sama telanjang bulat dan berpelukan di tempat tidur.

Mungkin karena terlalu mengantuk dan capai setelah semalaman tidak tidur ditambah ejakulasi dua kali membuatku langsung terlelap.
Aku tidak tau telah berapa lama tertidur sambil memeluk tubuh telanjang Mbak Narsih.

Aku tersadar saat tubuh bagian bawahku terasa geli.. perlahan kubuka mataku dan kulihat Mbak Narsih sedang menciumi tubuh bagian bawahku.
Aku diam saja pura-pura tertidur.. padahal si kecil sudah bangun sedaritadi.

Batang kemaluanku berdenyut-denyut saat seluruh batang kemaluanku masuk dalam kuluman mulut Mbak Narsih yang hangat dan bergelora.
Lidahnya yang kasar dan panas menyapu-nyapu ujung kemaluanku yang membuatku tak sadar menggelinjang..
hingga Mbak Narsih tau kalau aku hanya pura-pura masih tidur..!

“Rupanya kamu nakal ya..!” Katanya sambil memencet batang kemaluanku yang sudah sangat keras itu. “Awas kamu..” ujarnya lagi.
“Adaoww..!” Jeritku manja. Rasanya sakit tapi enak juga dipencet oleh tangan Mbak Narsih yang halus itu..!
Pembaca gak percaya..? – Boleh dicoba.. ntar kuminta Mbak Narsihku memencet pembaca yang penasaran..! Hahaha..–

Aku semakin menggelinjang kegelian campur sedikit ngilu saat mulut Mbak Narsih menyedot buah pelerku kencang-kencang.
Geli tapi ngilu.. ngilu tapi geli.. pembaca bisa bayangin gimana rasanya.. pokoknya campur aduk deh.. sulit digambarkan dengan kata-kata..

Tiba-tiba Mbak Narsih membalikkan posisinya.. mulutnya masih sibuk melumat batang kemaluanku..
tetapi sekarang tubuh bagian bawahnya digeser ke atas..
sehingga gundukan bukit di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi bulu hitam sekarang tepat berada di hadapan wajahku.

Kedua kakinya mengangkangi wajahku.. sehingga jelas kulihat belahan merah jambu segar di tengah-tengah gundukan itu.
Sringg.. Hmm.. Ada bau khas.. semacam bau cumi-cumi segar menyeruak lubang hidungku.. Oo.. rupanya seperti inikah bau kemaluan wanita..
Seperti bau cumi-cumi.. orang Korea bilang katanya bau Ojingo.. atau bahasa kitanya cumi-cumi..!

Segar dan sedikit amis.. gitu..!
Aku yang baru kali ini melihat dari dekat bentuk kemaluan wanita dewasa menjadi terpesona melihat pemandangan seperti itu.

Mengetahui aku diam saja Mbak Narsih yang tadinya asyik menjilati batang kemaluanku berhenti melakukan aksinya..
lalu diturunkannya pantatnya pelan-pelan.. sehingga lubang kemaluannya menekan hidung dan mulutku.

Aku yang sedang melongo jadi gelagapan karena tiba-tiba kejatuhan memek..! Pas di mulut dan hidungku lagi..!
– Pembaca pernah enggak kejatuhan memek..? Kalau belum.. bisa dicoba suruh aja cewek pembaca ngangkang di atas dan melakukan aksi seperti itu..!
Pasti ditanggung kaget tapi nikmat..! Hahaha..!–

Begitu liang kemaluan Mbak Narsih yang sudah basah dan panas menekan mulutku..
otomatis tanpa disuruh bibirku melahap seluruh cairan yang membasahi liang kemaluan Mbak Narsih.. rasanya.. sedikit agak asin..

Lidahku menyeruak masuk ke dalam liang kemaluan Mbak Narsih hingga kepala Mbak Narsih terdongak dan pantatnya semakin menekan wajahku.
“Shh.. terusshh Diikk.. ohh..” Lidahku terus menerobos liang kemaluannya dan masuk sedalam-dalamnya.

Aku semakin gelagapan susah bernapas.. karena kemaluan Mbak Narsih begitu ketat menekan mulut dan hidungku.
Tekanan pantatnya semakin ketat saat tubuhnya meliuk-liuk dan berkejat-kejat saat kusedot tonjolan daging di sela-sela liang kemaluannya.

"Ougghhh.. diikkkk..!!" Mbak Narsih menjerit dan semakin kuat menekankan pantatnya..
Hingga hidung dan mulutku seolah amblas ditelan bongkahan liang kemaluannya yang menindihku.

“Upf.. brr..!" Karena tak tahan akibat susah bernapas.. kusembur kencang-kencang liang kemaluan mbak Narsih..
Hingga perbuatanku menimbulkan bunyi aneh seberti kain robek. Brrtt..! “Ihh..” Mbak Narsih menjerit kaget atas kenakalanku itu.

“Awas ya.. entar Mbak balas kamu..!” Jeritnya manja.
“Abis.. aku enggak bisa bernapas.. Mbak juga sih..” balasku tak kalah manja sambil meremas-remas bongkahan pantatnya yang sekal dengan gemas.

Mbak Narsih pun membalas aksiku tadi.
Kini disedotnya kuat-kuat lubang saluran kencingku.. aku sempat mengawang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini.

Aku pun balas lagi kutekan pantatnya dan kudekatkan bibir kemaluannya ke mulutku dan mulai mlumat bibir kemaluannya dengan gemas.
Kembali Mbak Narsih menggelinjang dan akhirnya tak tahan sendiri.

“Oh.. su.. sudah diikk..!” Desisnya.. “Mbak sudah enggak kuat..”
Lantas ia mengubah posisinya. Sekarang kami berhadap-hadapan dan Mbak Narsih masih di atas tubuhku.

Dengan tangannya.. batang kemaluanku dicocokkannya ke liang kemaluannya yang sudah sangat licin. Clopp..
Setelah tepat kemudian ditekannya pantatnya pelan-pelan.. sleppp.. hingga batang kemaluanku mulai menyeruak kehangatan liang kemaluannya.

Aku menggigit bibirku agar tidak melenguh. Hingga.. blessspp.. Jlebb..!
Hampir seluruh batang kemaluanku terbenam dalam kehangatan liang kemaluan Mbak Narsih.

Mbak Narsih menghentikan gerakannya dan kami menikmati keindahan saat-saat menyatunya tubuh kami.
Kami saling bertatap pandang dan tersenyum mesra. Oh.. alangkah mesranya.

“Aku sayang kamu Dikk..” bisik Mbak Narsih di telingaku dengan mesra.
“Aku juga Mbak..” balasku tak kalah mesra. Bibir kami saling berpagutan. Lidah kami saling bertaut.

Slebb.. slebb.. slebb.. slebb.. Dengan pelan Mbak Narsih mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun di atas tubuhku.
Batang kemaluanku semakin kencang tergesek-gesek dalam jepitan liang kemaluannya.

Tanganku tak tinggal diam. Kuremas buah pantat Mbak Narsih dengan gemas.
Semakin lama semakin cepat Mbak Narsih menggoyangkan pantatnya di atas tubuhku.

Mulutnya tak henti-hentinya mendesis dan merintih. Aku pun mengimbangi gerakannya dengan memutar pinggulku menuruti instingku.
Mbak Narsih semakin liar menggoyangkan pantatnya dan mulutnya semakin kencang merintih. “Ouch.. terushh.. Diikk..” mulutnya terus merintih.

“Mbak mau kell.. oohh..” belum habis ia bicara ternyata Mbak Narsih sudah sampai ke puncak pendakiannya.
Srrr.. srrrr.. srrr.. srrr.. Tubuhnya meliuk dan berkejat-kejat bak terkena aliran listrik yang dahsyat.

Aku pun semakin kencang memutar pantatku mengimbangi gerakannya..
dan terdorong keinginan untuk memuaskan hasrat wanita yang kusayangi ini.

“Kamu.. hebb. bathh..” bisik Mbak Narsih mesra.
Beberapakali ia menggelepar di atas tubuhku dan akhirnya tubuhnya ambruk di atas perutku.

Ia terdiam beberapa saat. Kubiarkan Mbak Narsih untuk menikmati keindahan yang baru diperolehnya.
Aku yang sudah duakali mengeluarlan air mani selama satu malam itu merasa belum apa apa.

Setelah napasnya mulai teratur kubisikkan agar Mbak Narsih mengubah posisi.
Sekarang kuminta Mbak Narsih tengkurap di ranjang dan kujulurkan kedua kakinya ke lantai..
hingga pantatnya yang indah menungging di tepi tempat tidur.

Perutnya kuganjal dengan bantal hingga posisi menunggingnya agak tinggi.
Indah sekali pemandangan yang terpampang di hadapanku.

Betapa tubuh telanjang Mbak Narsih dengan pantatnya yang indah tengkurap dengan posisi menungging.
Kunikmati pemandangan ini beberapa saat hingga Mbak Narsih mengomel manja.

“Ayo.. tunggu apa lagi..?” Dia mengomel dengan manja.
Aku pun menempatkan posisiku tepat di belakangnya.

Dengan berdiri kucocokkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya dari arah belakang.
plepp.. plepp.. plepp.. Kugesek-gesek liang kemaluannya dengan kepala batang kemaluanku agar licin.

Setelah licin.. slebbb.. dengan pelan kutekan batang kemaluanku hingga menyeruak liang kemaluan Mbak Narsih.
Beberapakali kukocok batang kemaluanku sebelum kubenamkan seluruhnya. cllbb.. cllbb.. clbb.. clbb.. clbb..

Mbak Narsih mulai mendesis dan dengan pelan mulai menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakanku.

Setelah beberapakali kocokan.. Jlebhh..!
Dengan sekuatnya kutekan pantatku hingga seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam liang kemaluan Mbak Narsih.

"Nghhhh.." Kepala Mbak Narsih terdongak saat tulang kemaluanku beradu dengan pantatnya.
Plokk.. cplokk.. plokk..! Terdengar bunyi beradunya tulang kemaluanku dengan pantatnya hingga menimbulkan gairah tersendiri bagiku.

Apalagi mulut Mbak Narsih kembali mendesis dan merintih saat batang kemaluanku mengocok liang kemaluannya.
Aku semakin bersemangat memacu dan mengayunkan batang kemaluanku dalam jepitan liang kemaluannya.

Mbak Narsih semakin liar menggoyangkan pantatnya membuat mataku terbeliak menahan nikmat.
Karena dengan gerakannya itu batang kemaluanku seolah-olah diremas-remas dan dipelintir.

Kutekan pantat Mbak Narsih agar tidak terlalu kencang berputar.
Aku bisa menahan napas lega begitu aku dapat mengontrol diriku agar tidak terbawa permainan Mbak Narsih.

Aku ingin berlama-lama merendam batang kemaluanku dalam jepitan kehangatan liang kemaluannya. Aku tidak ingin cepat-cepat selesai.
“Ayoo.. kok pelan..?” Protes Mbak Narsih begitu aku memperlambat tempo.

Pantatnya semakin kencang. Kembali ia memutar pantatnya semakin lama semakin cepat..
hingga aku kembali merasakan desakan yang sangat dahsyat menekan dari perut bagian bawahku.

Aku harus berusaha keras menahan desakan yang menggelegak dan kembali kutekan pantat Mbak Narsih agar tidak terlalu cepat berputar.
Batang kemaluanku yang terjepit dalam kehangatan liang kemaluannya seolah-olah terpelintir dan terjepit kian erat.

Ujung kemaluanku terasa berdenyut-denyut seperti mau meledak. Semakin lama denyutan di ujung batang kemaluanku semakin kuat.
Apalagi pantat Mbak Narsih bukan hanya berputar, tetapi sesekali diselingi dengan gerakan maju-mundur mengikuti ayunan pantatku.

Ughh.. Rasanya aku sudah tidak kuat lagi untuk mengeluarkan air maniku.
“Akhh.. Mbaak.. aku.. aku.. ma..” napasku kian tersengal hampir tak kuat lagi menahan gejolak.

Mbak Narsih semakin liar memutar pantatnya. Payudaranya berguncang-guncang seiring dengan gerakan tubuhnya yang liar.
Bunyi beradunya pantat Mbak Narsih dengan tulang kemaluanku semakin keras bercampur dengan deru dengusan napas dan rintihan kami.

Aku semakin cepat mengayunkan pantatku maju-mundur disambut dengan gerakan meliuk dan maju-mundur pantat Mbak Narsih.
Gerakanku semakin tak teratur saat desakan yang sudah tak mampu lagi ku bendung meledak.

Ujung batang kemaluanku berdenyut kian kencang dalam jepitan liang kemaluan Mbak Narsih.
“Arghh..” aku melenguh kuat. Mataku terbeliak dan tubuhku tersentak seperti terkena aliran listrik.

Kucengkeram buah pantat Mbak Narsih dan kutekan dengan kuat hingga batang kemaluanku semakin dalam menghujam ke dalam liang kemaluannya.
Cratt..! cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. Hampir limakali kusemburkan air maniku ke dalam rahim Mbak Narsih.

“Ouch.. shh..” Srrr.. srrr.. srrr.. srrr.. Mbak Narsih pun rupanya kembali mengalami orgasme.. kini pada saat yang bersamaan denganku.
Tubuhnya meliuk dan ikut berkelejat dan beberapa saat kemudian tubuh kami ambruk.

Batang kemaluanku masih terjepit erat dalam liang kemaluan Mbak Narsih.
Kubiarkan saja batang kemaluanku di sana. Aku rasanya sudah tak punya tenaga untuk menariknya.

Kutindih tubuh telanjang Mbak Narsih yang masih nungging di atas tempat tidur empuk itu.
Kami sama-sama mengatur napas setelah berpacu dalam nikmat..
– Mirip acaranya Mas Koes Hendratmo aja.. cuma dia bikinnya ‘Berpacu dalam Melody’ Hahaha..!–

Kami sama-sama terdiam. Kupeluk tubuh Mbak Narsih. Tubuh kami sama-sama basah dengan keringat.
Aku masih sempat merasakan liang kemaluan Mbak Narsih berdenyut-denyut menjepit batang kemaluanku yang sengaja tidak kulepas.

Perlahan-lahan batang kemaluanku mulai terdorong keluar oleh denyutan liang kemaluan Mbak Narsih. Plop..!
Akhirnya batang kemaluanku terlepas dari jepitan liang kemaluan Mbak Narsih dengan sendirinya.
Kugigit ujung telinga Mbak Narsih sebagai ungkapan rasa sayangku.

Kami bertatapan dan saling tersenyum mesra. “Kamu cepat pintar.. sayang” bisik Mbak Narsih mesra.
“Siapa dulu dong instrukturnya..” balasku sambil mencium bibirnya.

Kembali bibir kami saling bertautan. Batang kemaluanku yang baru saja ‘terlempar’ keluar dari liang kemaluan Mbak Narsih mulai berlagak lagi.
Perlahan namun pasti ia mulai mengeras. Gila..! Baru berdekatan aja sudah bertingkah.

Mungkin capai dengan posisi nungging, Mbak Narsih pun menggulingkan tubuhnya dan kini kami saling menindih dengan posisi saling berhadapan lagi.
Bibir kami masih tetap saling melumat dan lidah kami pun saling dorong mendorong.

Batang kemaluanku yang sudah keras kembali menempel ketat pada gundukan di selangkangan Mbak Narsih yang hangat dan mulai basah lagi.
Tanganku pun tak mau diam. Kedua payudara Mbak Narsih yang sekal menjadi bulan-bulanan tanganku yang sibik remas sana remas sini..
Raba sana raba sini..

Mendapat perlakuanku yang agak kasar, tubuh Mbak Narsih menggelinjang di bawah tindihan tubuhku. Napasnya mulai memburu.
Lalu tangannya mencari-cari dan akhirnya terpeganglah batang kemaluanku yang sudah sempurna dan siap tempur.

Dibimbingnya batang kemaluanku ke celah-celah di selangkangannya dan digesek-gesekannya di celah hangat dan sempit itu.
Setelah licin.. tiba-tiba kedua tangan Mbak Narsih memegang pantatku.. Jlebb..
Ditariknya hingga batang kemaluanku kembali menghujam liang kemaluannya dan bersarang di sana.

Kembali kami mengulang persetubuhan kami. Entah berapa babak kami bertempur hari itu.
Kami baru pulang ke rumah kami masing-masing setelah waktu check out habis, antar jam 1 atau jam 2 siang itu.

Kami pun berjanji akan meneruskan ritual di Gunung Kemukus malam Jum’at berikutnya. Ohh assikknyaaa.. haha.. (. ) ( .)
-------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
----------------------------------------------------------

Cerita 114 – Tiga Dara

Part 1 – Berani Berbuat .. Berani Bertanggungjawab..?

Cici bersandar di dinding.. gadis itu duduk sambil memeluk kedua lututnya.
Setengah busana atasnya masih rapi.. tapi seluruh rok dan celananya sudah terbuka. Menampakkan kedua paha yang putih mulus dan montok.

Sementara tumpukan daging putih kemerahan menyembul di sela rambut-rambut hitam.. yang nampak baru dicukur.
Sedikit tengadah dan dengan tatapan mata sendu ia berujar lirih.. “Masukkanlah, kak..! Aku juga ingin menikmatinya..”

Aku hanya terdiam.. kami sama-sama sudah membuka busana bagian bawah, beberapa menit kemudian kami bergelut di pojok ruangan itu.
Dengan penuh nafsu kutekankan tubuhku ke tubuh gadis itu. Ia membalas dengan merengkuh leherku dan menciuminya penuh nafsu.

Tubuhnya terasa panas dan membara oleh gairah, bertubi-tubi kuciumi leher, pundak dan buah dadanya yang kenyal dan besar itu.
Ia hanya melenguh-lenguh melepas nafasnya yang menderu. Setiap remasan dan kuluman diiringi dengan erangan penuh kenikmatan.

Tanpa kusuruh ia membuka sebagian kancing bajunya. Menampakkan onggokan buah dada yang membulat dan putih.
Tanpa membuka tali beha ia mengeluarkan buah dadanya itu dan mengasongkannya ke mulutku.

Dengan rakus kukulum buah dada besar Cici sepenuh mulutku.
Ia mengerang antara sakit dan enak. Nafasku pun semakin tersendat, hidungku beberapakali terbenam ke bulatan kenyal dan hangat itu.

Puncak dadanya basah oleh air liurku yang meluap karena nafsu.
Licin dan agak susah meraih puting susunya yang mungil kemerahan itu. Jelas sekali kulihat proses peregangannya.

Semula puting susu itu terbenam, namun dalam sekejap saja dia keluar menonjol dan mengeras.
Cici tau susah mengulumnya tanpa memegang karena aku mencengkram erat leher dan pinggang gadis itu.

Tanpa menunggu waktu ia memegangi buah dadanya dan mengarahkan putingnya ke mulutku.
Aku pun mengulumnya seperti bayi yang kehausan. Mengulum dan menyedot sampai terdengar berbunyi mendecap-decap.

Kulihat gadis itu, dalam sayu matanya merasakan kenikmatan, bibirnya tersungging senyuman dan tawa kecil.
“Gigit sedikit, Kak..” pintanya padaku.

Hmm.. kuturuti kemauannya.. ctitt..!dengan gigiku kugigit sedikit puting susunya.
“Aihh..!” Jeritnya lirih sambil menggigit bibir.

Barangkali ia tengah merasakan sensasi rangsangan nikmat luar biasa di bagian itu. Kurasakan tubuhnya melunglai menahan nikmat.
Kemudian tubuh kami saling mendekap semakin rapat.

Gairah dan rangsangan nikmat menjalar dan memompa alirah darah semakin kencang. Secara naluriah aku menyelusuri tubuh sintal Cici.
Mulai dari leher, terus ke punggung, meremas daging hangat di pinggul terus ke bagian bawah.

Akhirnya menyelip di antara paha. Gadis itu membuka pahanya sedikit, mengizinkan tanganku menggerayangi daerah itu.
Dalam pelukan erat, tanganku mencoba masuk.. ehm.. bagian itu terasa hangat dan basah.

Cici menggeser pantatnya sedikit. Kedua matanya memejam sembari menggigit bibir, desah-desah halus keluar tak tertahankan.
Detak jantungku semakin kencang ketika kubayangkakn apa yang terjadi ‘di sana..’

Gadisku menggelinjang, nafasnya sesekali tertahan, sesekali ia seperti menerawang, apa yang dia harapkan..?
Aku tahu, dia menginginkan itu, dia mendorong-dorongkan pantatnya ke depan, agar bagian itu lebih tersentuh oleh jemariku.

Dengan penuh pengertian aku pun turun dari leher buah dada.. wajahku terseret ke bawah, menikmati setiap lekuk liku tubuhnya yang hangat.
Setiap sentuhan dan gesekan menimbulkan rintihan lirih dari mulutnya.

Wajahnya menengadah, matanya setengah terpejam, bibir agak terbuka, dan sedikit air liur menetes dari salahsatu sudutnya.
“Teruskan, kak jangan hentikan..” pintanya. “Puaskan aku..” katanya lagi tanpa rasa sungkan.

Ya.. tak ada rahasia di antara kami. Apa yang dia inginkan untuk memuaskan hasratnya.. pasti dia minta.. kapan saja kami bertemu.
Begitupula aku kalau lagi pingin, dia pasti kasih.

Perlahan aku menyusuri tubuhnya ke bagian bawah. Sekarang aku sudah di atas perutnya yang mulus.
Aku bermain-main sebentar di sana. Seluruh tubuh Cici memang sangat menggairahkan.

Tidak ada lekuk tubuhnya yang tidak indah. Aku sangat menikmati semuanya.
Tiba-tiba Cici memegang kepalaku, meremas sedikit rambutku dan mendorong kepalaku ke bawah.
“Ayo, Kak, udah gak tahan nih..! Jangan di situ aja dong. Aih..” pintanya lagi lebih kencang

Aku menurut. Dulu aku bilang aku ingin merasakan dan menjilati kemaluannya.. dia bilang hal itu menjijikkan.
Namun dalam keadaan terangsang dia sangat menginginkanya.

Sesampai di bagian itu aku terpana.. menyaksikan pemandangan indah terbentang tepat di depan mataku.
Setumpuk daging berwarna kemerahan berkilat di celah-celahnya

Bagian itu, bibir kemaluan Cici yang merah dan basah dipenuhi cecairan lendir yang bening.
Dengan kedua jari telunjuk kubuka celah itu lebih lebar..

Kelentitnya menyembul nampak berkedut karena rangsangan nikmat tidak terkira.
Berkali-kali ia berkedut setiap denyutan dibarengi dengan nafas dan rintih tertahan gadis itu.

Aku memandang ke atas. Ke arah payudaranya yang terbuka, putingnya semakin mengeras.
Nafasnya terengah-engah, buah dada Cici yang putih itu nampak naik turun dengan cepat.

Kulihat lagi kemaluan gadisku itu semakin merah dan merekah. Kubuka lagi dengan dua telunjukku cairan kental pun mengalir deras.
Meluap dan merembes sampai ke sela paha.. persis seperti orang yang sedang ngiler.

Cairan itu terus mengalir perlahan sampai ke arah anus. Kemudian perlahan berkumpul dan akhirnya menitik ke lantai.
Semakin lama semakin banyak titik-titik lendir bening yang jatuh di lantai kamar itu.

Terasa ia merenggut rambutku dan menekankan kepalaku ke arah vaginanya yang sedang terangsang itu.
Aku pun semakin bernafsu. Dengan penuh semangat aku pun mulai mengulum dan menjilati seluruh sudut kemaluan Cici

“Ahh. Ahhhh nikmat sekali, kak..” Cici merintih.. tubuhnya menegang.. cengkramannya di kepalaku semakin kuat.
Pahanya mengempot menekan ke arah mukaku.. sementara kemaluannya semakin merah dan penuh dengan lendir yang sangat licin.

Aku pun semakin dalam menusuk-nusukkan lidahku ke liang senggamanya.
Entah beberapakali kelentitnya tersentuh oleh ujung gigiku.. setiap sentuhan memberi pengaruh yang hebat.

Gadis itu melolong menahan nikmat aku terus menyelusuri bagian terdalam vaginanya.
Ohh.. hangat dan sangat-sangat basah. Tak bisa kubayangkan kenikmatan apa yang dirasakannya saat ini.

Barangkali sama nikmatnya dengan rangsangan yang kuperoleh dari kemaluanku yang juga sudah mengeras sedaritadi.
Rasanya sangat nikmat dan tergelitik.. terutama di bagian pangkal. Betapa rasanya ingin aku melepaskan nikmat di saat itu juga.
Tapi aku harus menyelesaikan permainan awal ini dulu.. gadis ini minta untuk segera dituntaskan.

Semakin aku memainkan kemaluannya.. semakin ia mengempot dan menekankan kepalaku ke arahnya.
Sesekali aku menengadah menatap wajahnya yang merah.

Tampak ia menghapus air liurnya yang mengucur dengan lidahnya yang merah itu.
Tiba-tiba ia tertawa mengikik seperti ada yang lucu. Ia mengusap wajahku yang bergelimang cairan vaginanya.

Sambil memandangku penuh pengertian. “Lagi, kak..” pintanya.
Aku mengulangi lagi kegiatan itu, ia pun kembali merintih-rintih menahan rangsangan hebat itu di kemaluannya.

Beberapakali kelentit itu kusentuh dengan ujung gigi.
Tiba saatnya.. dia sudah sampai mendekati puncak. Nafas semakin memburu dan tubuhnya menegang hebat beberapakali.

Tanpa sungkan lagi, ia mengeluarkan lolongan penuh kenikmatan ketika rasa enak itu tiba.. “Ohhhhh hhhhahhhhhhhh..!” Jeritnya lepas.
“Enak sekali..hhhh.” Pantatnya mengempot ke depan setiap denyutan nikmat itu menyergap vaginanya..

Dan setiap denyutan diiringi dengan keluarnya cairan yang lebih banyak lagi.. srrr.. srrr.. srrr..
Beberapa cairan itu bagaikan menyembur dari liang senggamanya..

Aku mundur sebentar, melihat bagaimana bentuknya vagina yang sedang mengalami orgasme.
Hmm.. Tegang.. merah.. basah berkedut-kedut.. cairan pun membanjir sampai ke kedua pahanya.. mengalir dengan banyaknya sampai ke mata kaki.

Aku jadi tidak tahan melihat keadaan itu.. cepat aku berdiri mengasongkan kemaluanku yang sudah tegang itu ke arahnya.
Ia memelukku.. terasa tubuhnya bersimbah peluh.. wajahnya yang memerah karena baru melepas nikmat itu disusupkannya ke leherku.

Memelukku semakin kuat.. “Puaskanlah dirimu, kak..”
Aku pun mendekap tubuh sintal itu semakin erat. Rasa nikmat berkecamuk di titik kemaluanku.

Terasa semakin menegang dan mengeras. Tapi aku ingin merasakan sensasi yang lain. Kuturunkan kepala gadis itu ke bagian itu.
Ia menurut, perlahan ia menyusuri tubuhku dari dada terus turun ke bawah.

Seperti yang kulakukan tadi, mulutnya menciumi perutku..
terus turun sesampai di bagian itu ia memandangi penis yang selama ini selalu dia senangi.

Ia menengadah.. memandangku dengan senyuman nakal.
“Besar sekali punyamu, kak..! Ini untukku untuk selamanya..” katanya sambil mengelus dan mulai meremas pangkalnya.

Aku terkesiap.. jemari lembut itu mulai mengocok-ngocok kemaluanku dengan penuh cinta.
“Nikmatilah, kak. Aku ingin kamu menikmati dan merasakan kenikmatan seperti yang aku rasakan.. kamu milikku..! Tidak boleh untuk orang lain..”
Aku mengangguk sambil tersenyum.. begitulah perempuan kalau sudah cinta dan ingin.. mereka pasti mau melakukan apa saja.

Clupp.. clupp.. clupp.. clupp.. clupp.. clopp.. cklopp.. cklupp..clopp..
Perlahan ia mulai mengocok pengkal kemaluanku sesekali ia mengecup bagian kepalanya yang seperti topi baja itu.
Lembut dan penuh kasih sayang. Beberapakali pula ia menempelkannya di pipi sambil matanya terpejam.

“Ohh.. inilah yang aku impikan selama ini. Kepunyaanku milik kekasihku yang perkasa..”
Desahnya penuh sayang.. seolah sedang mengajak batang kemaluanku ngobrol.

Kemudian ia meningkatkan kocokannya.. kedua jemari tangan menggenggam dan meremas-remas menimbulkan rasa geli luar biasa.
Kemaluanku semakin menegang menahan nikmat.. keras dan enak.

Gadis itu sangat lihai mempermainkan jemarinya, seolah dia turut merasakan apa yang kurasakan.
Sambil terus jongkok dan menciumi pangkal kemaluanku jemarinya terus juga digesekkannya.

Akhirnya aku pun tak tahan lagi aku merenggut rambut di kepalanya, tubuhku pun menegang.
Aku mendorong pantatku ke depan, pahaku mengejang menahan sesuatu yang bakal kukeluarkan.

“Cici ..” kataku sambil mencengkram rambutnya.
Ia menatapku, wajahnya tepat di ujung kemaluanku yang sedang dicengkeramnya.

Gadis itu tersenyum kecil. Dia senang menatapku yang sedang dalam puncak nikmat.
Maka, sambil setengah terpejam.. aku pun mengeluarkan segalanya.. kemaluanku meledak dalam genggaman tangan Cici.

Crett.. crett.. crett.. crett.. crett.. menyemburkan air mani yang sangat banyak.. mengenai seluruh muka gadis itu.
Sebagian ada yang menyembur dan kena ke rambutnya.

Kelopak mata gadis itu berkedip menahan serangan air mani yang mendarat di wajahnya
“Hhhhhhhh..hh..” perlahan nafasku mulai teratur puncak itu sudah sampai.. nikmat tak terlukiskan kata-kata.

Cici bangkit berdiri dan menuju pojok ruangan. Paha dan pantat mulusnya nampak gemulai ketika ia melangkah.
Gadis itu mengambil baju.. mengusapkannya di wajah yang penuh cairan mani. Menoleh ke arahku sambil tersenyum.. kemudian berjalan ke arahku.

Merentangkan kedua tangan.. memelukku dan menempelkan pipinya di pipiku.
“Enak ya, kak..” Aku mengangguk, memeluk tubuh yang masih bersimbah peluh itu. Memandang matanya lekat-lekat.

Ia membalas tatapanku.. “Aku sangat mencintaimu, kak. Kaulah milikku dan milikilah aku selamanya..” bisiknya mesra.. namun seakan penuh agitasi.
Entah berapa lama kami berpelukan sambil berdiri.

Ketika angin berdesir melalui kisi-kisi jendela.. terasa semuanya sudah mengendur.
Jiwa dan raga sudah terpuaskan. Sekarang waktunya merapikan pakaian, duduk mengobrol di ruang tamu.

Sebentar lagi teman-teman kost kekasihku akan pulang.
Kami akan mengobrol di ruang tamu.. bercanda.. seperti tidak ada kejadian apa pun sebelumnya.

Tiba-tiba gadis itu berdiri seperti tersentak kaget. Ia memandangku sambil tersenyum kecil.
Aku tak mengerti ketika ia menunjuk dengan sudut matanya ke arah lantai.

Hahaha.. hampir lupa, cairan itu masih berserak di lantai. Buru-buru ia pergi ke belakang dan kembali dengan secarik kain.
Perlahan dia lap lendir-lendir itu dengan kain tadi. “Ini punyaku..” katanya sambil menunjuk setitik cairan.
“Dan ini punyamu, kak..” Hehe.. aku tersenyum.

“Dari mana kamu membedakan keduanya..?” Tanyaku sambil mengambil sebatang rokok.
Seraya bangkit dan tertawa Cici menjawab.. “Punya perempuan dan laki-laki jelas beda. Punyaku lebih bening..”

“Tapi punyaku lebih enak kan..?” Kataku bercanda.
“Iya dong sayang..” katanya seraya menghampiriku dan mengusap wajahku penuh kasih dan sayang.

“Lain kali kita masukin ya kak. Aku ingin lebih menikmatinya..” bisik gadis itu..
“Aku ikhlas demi kakak..” bisiknya lagi di telingaku.

Ia melingkarkan tangannya di leherku.. aku pun memeluk tubuh sintal dan bermandi peluh itu lebih erat.
-----------------

Malam belum begitu larut ketika aku dan Liani sedang asyik bercinta di ruang tamu rumah kostnya.
Tubuh montok gadis itu terbaring pasrah di atas dipan sederhana yang terletak di salahsatu sudut ruangan.

Crebb.. clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. Sedaritadi punyaku keluar-masuk menyelusuri seluruh lipatan dan lorong kemaluan gadis itu.
Berkali-kali gadis itu menggeram menahan rasa. Lipatan basah dan hangat itu terasa sesekali menyempit.
Dia sungguh menikmatinya gesekan-gesekan itu, aku juga.

Yang hebatnya.. gadis satu ini sepertinya tidak memerlukan foreplay. Kami langsung melakukannya begitu saja.
Cukup dengan tatapan mata.. kami sudah tau apa yang kami inginkan.. kepuasan di malam yang basah oleh rintik hujan ini.

Jam delapan malam aku ada janji dengan Cici kekasihku untuk bertemu di rumah kost khusus putri ini.
Padahal malam ini bukan malam Minggu seperti biasanya kami bertemu.
Tapi dia SMS aku minta ketemuan, ada yang penting katanya. Aku paham yang penting itu apa.

Sebenarnya rumah tempat kost-ku tidak terlalu jauh dari rumah kost mereka yang khusus putri.
Hanya berkelang dua blok saja. Namun berbeda ‘kompleks’. Ya.. bisa dibilang ‘tetanggaan kompleklah’.

Sebab dua kompleks yang sebenarnya berdekatan itu.. dipisah sebuah kali yang lumayan lebar.
Jadi, ‘orang di kompleks’ kami yang mau berkunjung ke kompleks tetangga harus memutari kali itu.. begitupula sebaliknya.

Nah.. kembali ke kebingunganku tadi. Yang aku tidak mengerti.. ketika aku tiba di rumah kost itu.. ternyata dia tidak ada.
Liani teman sekostnya yang menyambutku. Dia suruh aku masuk dan ketika kutanyakan ke mana Cici;
Dia bilang sedang keluar sebentar, ada perlu dan dia pergi dengan Rinda.. kawan sekampungnya.
Dia bilang.. kata Liani, suruh tunggu saja.. nggak akan lama kok.

Liani.. gadis lain desa yang bertubuh tinggi semampai berkulit putih dan berambut panjang itu menyuruhku duduk.
Tak lama dia pergi ke belakang, mau bikin minum katanya. Aku manut saja seraya mengambil sebatang rokok.

Diam-diam kuperhatikan tubuh gadis itu dari belakang ketika berlalu. Cukup lumayan, tinggi dan lumayan montok.
Apalagi malam ini dia hanya menggunakan sehelai baju tidur sebatas lutut tanpa lengan.

Jelas menampakkan gumpalan-gumpalan indah khas gadis desa yang terbiasa bekerja cukup keras.
“Huuhh..” Tak terasa aku menghela nafas sambil menyaksikan pemandangan tubuh Liani yang gemulai menuju ke ruang belakang yang agak gelap itu.

Pantatnya lumayan besar dan berisi.. sementara kedua betis tampak putih mulus dengan tumitnya yang kemerahan.
Kalau tidak ingat Cici kekasihku, mungkin gadis ini pun sudah kupacari.. tapi katanya dia sudah punya pacar.
Entah siapa aku belum pernah ketemu dengan lelaki yang katanya jadi pacarnya itu.

Tak lama kemudian gadis itu kembali sambil membawa nampan dengan segelas air putih.
“Maaf, Bang.. cuma ini yang aku sediakan..” katanya sambil setengah membungkuk meletakkan gelas itu di meja di hadapanku.

Tanpa sadar.. belahan dada gaun tidur gadis itu agak melorot.. hingga menampakkan dua bulatan putih yang mau tidak mau merasuk ke mataku.
Kuakui tubuhnya sangat sintal. Walaupun tinggi semampai.. tubuh itu tampak padat dan berisi. Buah dadanya tampak menantang tatkala ia berdiri.

Liani mengibas-ngibaskan rambut panjangnya di depanku. Bibirnya tersenyum.
“Ada perlu apa, Bang..? Kok tumben nggak malam Mingguan ke sininya..?”
Tanyanya sambil membenahi rambutnya yang indah itu. Ia menatapku dari sudut matanya.

Gadis yang satu ini memang memanggilku dengan sebutan ‘Bang'.. tidak seperti yang lain memanggilku ’Kakak’.
Aduhai.. tubuhmu Liani.. sangat sintal. Dan lagak lagumu malam ini seperti bukan kepada orang lain saja.
Bisikku dalam hati.. seolah menenangkan diri sendiri.

Gadis itu duduk kemudian dengan santainya di depanku sembari memegangi nampan di perutnya.
Tak ada canggung sedikit pun ketika mengangkat kedua kakinya dan membiarkan gaunnya yang selutut itu tertarik sampai ke batas paha.
Glekk..! Aku menelan air liurku sendiri. Di rumah kost yang sepi ini hanya kami berdua sementara Cici dan Rinda entah ke mana.

“Masih lama mereka kembali, Liani..?” Tanyaku asal saja sambil meraih gelas minumku.
Gadis itu menatapku lurus-lurus di mataku. Entah apa yang ada dalam benaknya malam ini.

“Entah..” katanya sambil menggeliat.. merentangkan tangannya..
Kedua pangkal lengannya terangkat ke atas.. menampakkan ketiaknya yang bersih.

“Mungkin duapuluh menit atau setengah jam lagi mereka kembali. Katanya ada perlu, bang..”
Gadis itu menguap dengan enaknya di depanku. Kemudian ia menengadah menampakkan lehernya yang putih mulus itu.
Hmm.. gadis ini agak-agak mirip Chinese walau sebenarnya bukan. Tapi terus terang aku cukup tertarik dengan kesintalannya.

“Kenapa gitu, Bang..? Bosen ya Nggak sabar ingin cepat ketemu..”
“Tahu aja perasaan orang..” jawabku sambil tertawa kecil.

“Hmm tau dong. Nggak sabar pengen ..”
“Pengen apa, hayo..!?”

“Pengen ‘itu’ ya..?” Katanya nakal sambil terkekeh.
“Itu apa..? Itu kalau itu kamu.. juga punya kan..?” Kataku agak sembrono.

Gadis itu merapikan posisi duduknya agak cepat.
Tapi kemudian dia santai lagi sambil terus menggeliat.. seolah ada kepenatan yang hendak dilepaskan dari tubuhnya itu.

Dua gundukan dada itu menyembul dari balik gaun tidurnya yang berwarna biru itu. Tampak tali behanya yang berwarna hitam.
“Ngeliatin apa sih..?” Katanya sambil memperbaiki tali kutang yang agak melorot di bahunya.
“Nggak..” kawabku sekenanya.

Kulihat ia menatapku tajam. Aku balas menatap. Wajahnya tampak memerah.
Aku menahan nafas. Apa rasanya gadis ini..? Apa bedanya dengan Cici kekasihku..?

Pikiran-pikiran itu berkelebat cepat begitu saja. Seolah dunia sudah jungkir balik.
Tak ingat lagi dengan Cici, dengan Rinda temannya yang barangkali akan pulang.

Aku pun bangkit, meraih tangan gadis itu. Liani diam saja, tapi dia tersenyum sambil tertawa sedikit.
“Nggak ada waktu, bang..” katanya pelan tapi membalas remasan tanganku.

Kuselipkan jemariku di jemarinya, dia membalas.
Matanya menatapku seolah mengatakan, kalau ingin melakukannya lakukanlah sekarang juga mumpung Cici dan Rinda belum pulang.
Dan itu tidak masalah apakah mereka akan tau atau tidak.. aku pandai menjaga rahasia.

Bisikan-bisikan itu mengiang di telingaku semakin membuat gairahku bangkit.
Apalagi jika kulihat tubuh Liani yang montok dan dadanya yang naik-turun menahan nafas yang mulai terengah.

Semakin lama remasan semakin erat. Tubuh kami semakin merapat dan terasa tubuh gadis itu memanas. Entah oleh nafsu entah oleh hasrat yang tertahan.
Tidak.. aku tidak akan menyia-nyiakan kehangatan yang disuguhkan gadis ini.. meski bukan kekasihku.. tapi perselingkuhan selalu terasa nikmat.

Dia memang beberapa tahun lebih tua dari gadisku.. cenderung lebih dewasa.
Tapi tak kusangka dia menyimpan kehangatan dan hasrat memadu cinta yang begitu terpendam dan panasnya memancar di malam ini.

“Bang.. di dipan itu aja, yuk..” ajaknya. Senyumannya dari wajahnya yang memerah kelihatan agak genit.
Aku setuju.. walau pun cuma dipan beralas kasur tipis jadilah. Yang penting aku bisa menikmati tubuhnya malam ini.

Maka.. seperti orang kesetanan.. sambil berpeluk erat kami melangkah ke arah dipan.
Di pinggir dipan ia melepaskan pelukanku.. dan perlahan tapi pasti menurunkan gaun tidurnya.

Aku hanya bisa memandang mengagumi tubuhnya yang putih mulus dan penuh padat berisi itu.
Sementara menurunkan celana dalamnya.. ia memandangku sembari menatap ke arah bawah.

Ohh.. aku belum membuka celana panjangku.. aku terlalu mengagumi kemolekannya.
Tak lama kemudian kami sudah berpelukan hampir tanpa busana.

Dia berada di bawah dalam posisi tradisional. Siap dan menanti untuk dimasuki oleh lelaki yang bukan kekasihnya ini.
Kalau Cici memerlukan foreplay yang cukup lama sebelum terbangkitkan.. dia barangkali tidak memerlukan itu.

Atau.. “Kalau malam begini aku selalu membayangkan bersamamu, Bang..” bisiknya di telinga.. kedua tangannya melingkar erat di leherku.
Pipinya menempel erat dipipiku.
“Benarkah..?” Jawabku sambil mencium pipi hangat itu. Liani mengangguk.

“Kadang bayanganmu begitu jelas seolah merasuki tubuhku. Kalau begitu aku suka emmh.. basah, Bang..”
“Oh, ya..?” Ujarku seakan tak percaya dengan apa yang barusan kudengar.

“Iya coba kamu rasakan, Bang..” Katanya sambil menggerakkan pantatnya, menggesekkan tumpukan kemaluannya di batang penisku.
Widihh.. Ternyata benar. Ya.. terasa hangat dan basah.

“Sebelum kamu datang, aku sudah membayangkan dirimu.. emhhmmm.. tanpa sadar ‘dia’ pun sudah basah..”
Aku mencium telinga Liani, dia seperti merinding., tubuhnya menggelinjang karena merinding kegelian.

“Kadang ..” bisiknya lagi.. “Keluar banyak sekali, sampai membasahi celanaku. Sekarang juga udah begitu, Bang..”
Ya, aku rasakan itu.. sangat hangat dan sangat basah.

Penasaran.. slapp.. aku menyelusupkan jemariku ke daerah itu.
Ya ampun..! Sepertinya aku memasukkan tanganku ke seember lumpur yang hangat.
Tak disangka.. gadis pendiam ini ternyata menyimpan bara begitu panas. Sebuah rahasia yang selama ini dia pendam

“Masukkan punyamu, Bang..” pintanya..
“Aku udah gak tahan lagi.. sedaritadi aku menahan rasa terhadapmu. Jangan sia-siakan malam ini walau sebentar.. aku akan puas..”

Gadis itu menggelinjang sekali lagi.. membetulkan posisi berbaringnya dan membuka pahanya sedikit lebih lebar..
memberikan akses agar mudah aku menggelosorkan kemaluanku ke liang senggamanya yang hangat itu.

Slebbb..! Terasa meluncur dengan lancar memasuki kemaluan gadis itu. Terus masuk dan membenam sambil ke celah yang paling dalam.
Gadis itu mengetatkan pahanya dan pantatnya mulai bergoyang ke kiri da ke kanan. Tubuhnya terasa semakin memanas.

Pelukannya begitu erat dan buah dadanya yang menempel menekan ke dadaku.
Dia sudah begitu bernafsu, nafsu yang dipendam lama dan ingin di lepaskan dalam pelukanku malam ini juga.

Terus terang di menit-menit penuh cinta itu aku tidak ingat lagi dengan Cici.
Gadis ini butuh dipuaskan. Hasrat yang sudah menyeruak tidak bisa lagi ditarik surut ke dalam.
Segala rem sudah dilepas.. dan kami pun melayang tanpa kendali menikmati semuanya malam ini.

Kurasa hujan di luar semakin deras. Titik air yang berjuta-juta itu seolah berlomba terjun ke bumi menimbulkan bunyi gemuruh tidak henti-hentinya.
Tapi gemuruh itu tak sedahsyat gemuruh nafsu kami berdua, aku dan Liani yang tengah menikmati cinta.

Entah sudah berapakali batang kemaluanku keluar-masuk liang senggamanya.
Sudah berapakali pula dia menggepit-gepit dan memelukku dengan erat dengan kedua tangannya.

Entah berapakali ia terengah dan menggelinjang menggeram penuh nikmat.
“Hhhhhh.. ehhhhhhh.. hhhhhh..” erangnya setiap kumainkan dan kutekan pantatku ke kemaluannya.

Luar biasa, setiap tekanan ke bawah dibalasnya dengan tekanan ke atas.
Kurasa sudah sepuluh menit aku mengayun pinggul di atas tubuhnya.

Liang kemaluannya terasa semakin rapat dan sangat licin.. mencengkram kuat batang kemaluanku yang menegang sempurna.
Aku kendurkan sedikit gerakanku. Mengalihkan perhatian ke tubuh bagian atas.

Liani mengerti.. ia meregangkan tubuhnya menarik kepalanya ke belakang..
membiarkan buah dada besar yang putih berkeringat itu menyeruak dari pelukanku.

Buah dada gadis desa yang besar dan kenyal.. tidak seperti payudara anak-anak kota yang besar tapi loyo.
Dua gumpalan kenyal itu pun kusergap dengan mulutku. Slropp.. Kulahap dan kukunyah-kunyah sepuas hati.

Putting susunya yang merah itu kukulum dan kuisap-isap sambil kugigit sedikit.
Hanya sebentar saja, gadis itu menjerit tertahan. “Ohhh.. geli, Bang..!” Aku terus mengulum.

Berganti ke kiri dan ke kanan, kemudian tanganku pun meremas-remas pangkal payudara Liani dengan gemas.
Wuahh.. Sangat kenyal.. hangat dan enak rasanya.

“Aku udah gak tahan lagi Bang..” rintihnya lirih, tubuhnya semakin panas dan berkeringat, tubuhku juga sama.
Dalam hawa malam yang cukup sejuk karena hujan itu seolah tubuh kami mengeluarkan uap.

Tubuh bugil bermandi keringat yang mengebulkan asap nafsu birahi tak tertahankan.
Setelah puas dengan buah dada kenyal itu, aku memeluk punggung gadis itu.

Kurasa dia mengangkat lututnya, menggepitnya di pantatku. Kemudian ia menurunkan kedua tangannya dan memelukku di pinggang.
“Tekan-tekan lagi, Bang..” pintanya.

Aku juga sudah pingin merasakan gesekan kemaluannyai.
Sambil saling berpagut erat aku mengayunkan lagi pantatku di atas rekahan pahanya yang montok itu.
Dia pun semakin menggepitk-gepitkan kakinya.

Sekarang kami konsentrasi ke setiap gesekan.. setiap lipatan, setiap senti dari liang kemaluan Liani.
Malam ini sunguh hanya milik kami berdua. Gesekan-gesekan itu semakin lama semakin berirama.

Sementara Liani melakukan aksi yang menambah kenikmatan.. ia menggepit lalu menahan.
Gepit.. tahan.. gepit.. tahan. Ohhh.. tak terlukiskan enaknya bercinta dengan gadis ini.

Gesekan itu semakin intens kami lakukan. Sampai-sampai kami tak sadar kalau hujan sudah berhenti.
Malam di luar terasa hening. Tapi di atas dipan yang berbunyi kriak-kriuk ini.. dua tubuh saling memompa berpacu mengejar waktu.

Takut kalau Cici dan Rinda keburu pulang.. aku pun mempercepat ayunanku..
sehingga di malam yang menjadi sunyi ini terdengar jelas bunyi kecipak penisku yang keluar-masuk ke kemaluan Liani.

Beradu rasa dalam limpahan cairan kemaluan Liani.. Crekk.. Crekk.. Crekkk. CrekCrekkk.. Crrek..
Kejantananku naik turun menggesek lipatan-lipatan dinding kemaluan gadis itu.

Bunyinya terdengar jelas sekali di telinga kami berdua. Seolah simponi pengiring bertempurnya dua kelamin.
Jlebb.. jlebb.. Sesekali kutekan agak kuat.. gadis itu membiarkan dan menerima tekanan itu..

Ia respons dengan menggeolkan pantatnya berkali-kali.. agar kelentitnya lebih tersentuh pangkal atas kemaluanku yang keras.
“Tekan terus, Bang.. aihh..” rintihnya melepas nikmat.

Jleghh..! Aku menekan lagi sambil menggerakkan pantat ke kiri dan ke kanan.
Mungkin dia merasa gatal dan ingin gatal itu diganyang sampai tuntas.

Pegangannya adalah batang kemaluanku yang dia cengkram dan dia benamkan sedalam-dalamnya ke liang nikmatnya.
“Ohhh.. ohhhhhhhhh..!” Lolong gadis itu melepas nikmat. Seluruh liang senggamanya berkedut-kedut dan sembari menggepit kuat.

Tubuh Liani menggelinjang dan menegang menahan rasa enak ketika ia mengeluarkan cairan nikmat kewanitaannya.
“Eughhhhhhhh euuughhhhh.. ahhhhh..” rintihnya sambil menyurukkan wajahnya ke leherku.. lehernya nafasnya menderu..
air liur berceceran dari bibirnya yang merah.

Saat itulah aku pun bersiap hendak keluar.. menuntaskan segala rasa dan menyemburkan kenikmatan dari kemaluanku.
Tapi sesuatu menyebabkan aku berhenti.

Masih dalam keadaan bersetubuh dengan Liani.. ada sekelebat bayangan melintas.
Aku memandang dengan ujung mataku.. di lantai tampak ada dua bayangan seperti diam terpaku.
Waduhh..! Aku pun terkejut. Bayangan siapa itu..?

Perlahan kulihat wajah Liani yang matanya masih setengah terpejam. Kemudian matanya perlahan terbuka.
Dia pun melihat bayangan itu dan menatap langsung ke ruang tengah.

Samar-samar di bola matanya yang hitam itu kulihat dua sosok berdiri menatap ke arah kami.
Walahh..!! Itu bayangan Cici dan Rinda..! Rupanya sudah beberapa menit tadi mereka berdiri di sana, menatap kami yang sedang asyik memagut cinta.

Apakah mereka tadi mendengar juga.. bunyi crek.. crekk.. crekk.. alat kelamin kami yang sedang berkelindan..?
Entahlah,, aku tak berani membayangkan hal itu.

Anehnya.. meski pun Liani sudah tau kehadiran mereka, dia diam saja. Tidak memberi tanda bahwa kekasihku dan temannya sudah pulang.
Bahkan seolah membiarkan mereka menonton kami yang sedang beradegan mesra di atas ranjang.

“Ehemm..” Terdengar bunyi deheman kecil.. dehem khas suara perempuan.
Seolah memaklumi kami yang masih dalam posisi senggama ini. Hmmm.. aku tau itu suara Cici.. aku bisa membedakannya.

Sedetik dua detik aku tak tau apa yang harus kuperbuat.. kemudian Liani melakukan sersuatu yang tidak kuduga.
Dia seperti melambaikan tangan dari balik punggungku. Menyuruh kedua ‘adik’ kostnya itu masuk ke kamar.

“Teruskanlah, Bang. Nggak apa-apa, kok..” bisiknya di telingaku.
“Ngapain malu.. kita kan sedang enak.. kamu enak.. aku enak. Mereka juga pasti maklum..” katanya lagi.

Oh, ya..? Bercinta dengan orang yang bukan pacar, dan dilihat oleh mereka pula..? Apa pula ini..? Exibit kah ini..?
Ya, sudah..! Aku gak sempat memikirkan sejauh itu.

Kalau bagi Liani tidak apa-apa dan Cici serta Rinda pun justru menikmati pemandangan ini. Ya.. kuteruskan saja.
Perlahan dua gadis itu berlalu.. seperti tak terjadi apa-apa.. kecuali tawa kecil Rinda yang terdengar.

Aku memandangi mereka yang pergi menjauh.. tiba-tiba Cici menoleh ke belakang.
Dia menatap mataku langsung.. di bibirnya tersungging senyuman yang aneh di situasi seperti ini.. senyum yang tampak ‘nakal’.
What the ..!! Kontiecrott..
-----------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:

----------------------------------------------------------

Cerita 114 – Tiga Dara

Part 2 – Let Bygone Be Bygone

Duhh.. aku tak tau apa akan terjadi sesudah ini.. bagaimana hubunganku dengan Cici..?

Bagaimana pula aku akan menemui mereka setelah ‘permainan’ penuh keenakan ini..?

Tak bisa lagi aku berlagak seperti seorang lelaki yang setia hanya pada satu perempuan.
Tapi tampaknya Cici pun tak keberatan jika aku mengencani kakak kostnya Liani.

Ahh.. Dunia ini memang aneh.. di tempat yang tampaknya biasa-biasa saja ternyata tersimpan bakat-bakat cinta yang terpendam..
Yang seolah menanti untuk dikeluarkan dan dinikmati setiap lelaki semacam aku. Aku tak tau harus bergembira atau.. entahlah..!

Aku meneruskan permainanku dengan Liani. Gadis itu sudah sampai ke puncak syahwatnya.. kini giliran aku.
Perlahan-lahan aku mulai memompa lagi kemaluanku naik-turun menggesek.. mengaduk-aduk kemaluan Liani yang basah itu.

Bunyi crekk.. crekk.. crekk.. crekk.. terdengar ke segenap ruangan. Aku agak termangu mendengar bebunyian itu..
Tidakkah akan sampai ke telinga mereka berdua yang sekarang sudah ada di kamarnya..?

“Terusin aja, Bang. Kalo enak ngapain juga di berhentiin..?” Bisik Liani seolah hendak menghapus keraguanku.
Maka aku pun meneruskan lagi.. kali ini dengan irama yang lebih cepat.. Crebb-crebb-clebb-clebb-crebb..

Hingga tak lama kemudian crett.. crettt.. crett.. crett.. Heghh.. sambil menekan sedalam mungkin.. setandasnya..
Aku keluarkan air maniku.. menyemprot di dalam kemaluan Liani yang mencengkram erat itu. Ohh.. nikmatnya.

Beberapa menit telah berlalu. Sesudah menghapus keringat di dadaku.. Liani mengenakan pakaiannya.
Kemudian sambil bernyanyi-nyanyi kecil ia merapikan rambutnya yang kusut masai.
Wajahnya tampak puas. Sangat puas telah beroleh kenikmatan yang selama ini didambakannya.

Seraya membetulkan tali beha dan menyempalkan payudara besarnya ia berkata..
“Bang.. aku masuk dulu ke dalam. Nanti Cici kusuruh keluar.. ya..!” Aku hanya mampu mengangguk mengiyakan.

Gadis itu pun bangkit dan berlalu dari hadapanku. Sementara aku duduk termangu sambil mengisap sebatang rokok.
Tak lama kemudian Cici keluar menemuiku. Kali ini tidak memakai busana yang dikenakannya tadi..
tapi sudah berganti dengan gaun tidurnya yang berwarna pink.

Bahannya yang halus menampakkan lekuk tubuhnya yang seksi. Glekk.. Aku menelan ludah. Pasti dia bakal marah karena kelakuan kami tadi.
Dia hanya tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. Nah..? Tak tampak tanda-tanda kemarahan di sana.

Sejenak dia hanya diam.. kemudian tiba-tiba dia bangkit dan ‘menyerbu’ ke arahku. Melingkarkan tangannya di leherku dan menciumiku penuh nafsu.
Aneh.. dia tidak marah. Bahkan setelah melihat kami bercinta seolah nafsunya bergelora ingin dipuaskan juga.

“Cici maafkan.. aku telah ..” belum sempat kuselesaikan kalimatku.. dengan bernafsu dia mencari bibirku dan menciuminya dengan garang.
Ough.. gelagapan aku dibuatnya. Aku tidak tau.. apakah dia marah atau sudah terangsang.

Aku balas ciuman itu.. lidahnya terjulur dan bertemu dengan lidahku. Beberapa saat lamanya lidah kami berjalin berkelindan.. seperti tak mau lepas.
Dengan rakus pula dia hirup air liurku.. meneguk dan menelannya. Setelah puas.. giliran aku yang mengisap cairan mulut itu.

Setelah itu kami melepas ciuman dan saling memandang selama beberapa saat.
Tanpa banyak berkata-kata.. dia menurunkan gaunnya ke bawah.. menampakkan dua gumpal buah dada yang tidak memakai beha.
Puting susunya meruncing dan tegang.

“Aku terangsang sekali melihat kalian berdua tadi..” katanya terengah sambil mengasongkan kedua susunya ke arahku.
Jdugg..! Meski masih rada-rada bingung.. namun aku tak sempat memikirkan atau menganalisis.

Segera saja kusambut.. tangan kiriku meremas dan mulutku mengulum puting susu yang satunya.
Tiba-tiba gerakanku terhenti. Dengan wajah kaget Cici menatapku heran. Aku lupa mematikan puntung rokok yang kuisap tadi.

Gadis itu tersenyum dan kamipun melanjutkan permainan hangat ini. Buah dada besar montok dan kenyal itu kukunyah sepuas hati.
Cici mendesah keenakan. Jemarinya mencengkram kepalaku.. mengusutkan rambutku.

Masih dalam posisi duduk ia mengangkang.. melepas gaunnya yang sudah setengah terbuka.
Dia pun tidak bercelana dalam.. sehingga gundukan vaginanya yang tebal dan tidak berambut itu kini telah terpampang.. merekah di depanku.

Cairan bening meluap keluar. Mengalir di sela-sela celah kemaluannya. Di tak mempedulikannya.
Dibiarkan lendir bening itu mengalir. Bahkan dia menyuruhku untuk memegangnya jemariku menyelusup ke liang senggama Cici..
Uhh.. terasa hangat dan sangat basah oleh cairan pelicin.

Kusentuh kelentitnya yang merah dengan ujung jemariku. “Akhh..” Cici melolong tertahan. “Geli, Kak..!” desahnya tersentak.
Kemudian sembari memeluk leherku.. dan mencium keningku dia mengajakku ke dipan tempat aku dan Liani tadi bercinta.

Tak banyak cingcong.. kurengkuh dan kugendong tubuh hangatnya ke dipan itu. Di sana dia kubaringkan.
Tapi ketika aku hendak membuka celana.. tiba-tiba ia mendudukkan tubuhnya yang sudah bugil itu.

Aku heran.. Apa yang akan dia perbuat..?
“Bukalah celanamu, kak..” katanya tak sabar sembari menarik retsleting celana panjangku.

Sratt.. Setelah memelorotkan celana dalamku.. dengan sangat bernafsu ia memegangi pangkal kemaluanku yang kembali menegang.
“Besar dan nikmat..!” Seru Cici sambil meremas-remas kemaluanku. “Sekarang giliranku..!” Katanya agak keras.

Ia turun dari dipan dan berdiri di sampingku.. didorongnya dadaku ke arah dipan.. menyuruhku berbaring di sana. Aku turuti saja.
Setelah aku berbaring.. Cici pun menaikkan sebelah kakinya dan mengangkang di atas tubuhku.

Perlahan dia menekuk tubuhnya dan memelukku dari atas. “Masukkan, Kak..” pintanya dengan nada gemas.
Ia lalu memegang batang kelaminku itu.. Clebb.. ia memasukkannya ke dalam liang kemaluannya.

Kemudian dengan agak kasar dia menghenyakkan pantatnya ke bawah agar kemaluanku masuk lebih dalam ke tubuhnya.
Blessebb..! “Ehhhhh. Hhhhh..” desahnya kacau.. seperti anak kecil yang rakus menetek di susu ibunya.

Dalam posisi di atas dia menaik-turunkan pantatnya dengan cepat.
Ohh.. batang kemaluanku dicengkram dan digesek-gesek seperti itu. Geli rasanya.

Posisi di bawah jarang aku lakukan. Tapi kali ini aku menerima saja.. karena tadi sudah lumayan capek meladeni Liani.
Kali ini Cici yang giat menekan-nekankan pantatnya.. maksudnya supaya punyaku masuk lebih dalam.

Sembari memelukku erat.. ia terus mengempot-ngempotkan pantatnya.
Bunyi crek crek crek terdengar lagi. Kali ini bahkan ditingkahi oleh jeritan-jeritan kecil yang keluar dari mulut Cici kekasihku.

Aku terus berbaring sembari meremas-remas pantatnya yang mulai berpeluh itu.
Cairan vagina terasa terus merembes dari kemaluan Cici. Dia sudah sangat terangsang. Liang kemaluannya sangat basah dan panas.

Sesekali ia menekan dan menahan. Seolah hendak melumat habis seluruh kemaluanku dengan vaginanya.
Oughh.. Terang saja aku pun semakin keenakan.

Diam beberapa saat menahan tekanan.. dia pun mengendurkan dan memulai lagi gerakan naik-turunnya.
Aku terus meremas-remas pantatnya. Dadanya yang kenyal itu menekan ke arah dadaku.. hampir membuatku sesak nafas.
Tapi aku pasrah.. lha wong enak rasanya. Hehe..

Selama sepuluh menit Cici bergerak naik-turun.. nggak cape-cape kelihatannya.
Tubuhnya semakin basah oleh keringat.. bahkan wajahnya sudah dipenuhi keringat sebesar-besar biji jagung.

Sebagian mengalir ke ujung hidung dan menitik menimpa wajahku. Sesekali ia mengibaskan rambutnya yang tergerai..
Aku mencoba memiringkan kepala mencoba mengurangi titikan keringat di wajahku.

Jderr..! Pada saat itulah kembali aku terkesiap.
Di ujung ruangan.. di pintu kamar Cici.. tegak sesosok tubuh perempuan menatap kami dengan matanya yang bulat.

Mata besar milik Rinda.. teman sekost Cici. Dia menatap kami tanpa berkedip.
Tangan kanannya tertangkup di dada. Sementara yang kiri tampak meremas-remas ujung gaun tidurnya yang di atas lutut.

Ketika kami saling memandang.. dalam posisi Cici masih di atas dan asyik dengan empotan-empotannya..
perlahan tangan kiri Rinda mengangkat ujung gaun merahnya.
Terus terangkat ke atas.. kemudian menampakkan paha gadisnya yang padat

Entah sadar entah tidak.. gaun itu sudah sedemikian terangkat.. sehingga aku bisa melihat celana dalam yang tersingkap.
Kemudian ia menarik pinggir celana dalam itu menampakkan segumpal tumpukan daging berbulu dengan celah merah di tengahnya.

Ujung jemarinya lalu menyentuh bagian tengah celah itu. Menekannya dan memutar-mutarnya sedikit.
Ya ampun.. kemudian dia menatapku.. dengan mata setengah terpejam.

Saat itulah Cici menengadah dan menyurukkan kepalanya ke leherku.. memelukku kuat dan mulai mendesah berkepanjangan.
Jlebb.. jlebb..! Pantatnya menekan kuat sampai seolah kemaluanku mau ditelannya sampai habis.

“Kak.. enak sekali.. ahh..” terasa kemaluan Cici berdenyut hebat.. tubuhnya bergetar..
tak kuasa menahan nikmat nafasnya sangat memburu dan.. dia pun lunglai dalam pelukanku.

Sementara air mani gadis itu mengalir tak tertahankan.. meluap dan mengalir membasahi sampai bagian perutku..
Kupeluk gadis itu di punggungnya.. membiarkan ia mengendurkan syaraf setelah ia tadi sangat tegang menikmati puncak orgasmenya.
------------

Sampai beberapa menit kami masih berpelukan.. kejantananku yang masih tegang itu tetap berada di dalam ’sangkar’nya.
Cici diam tak bergerak dalam pelukanku.. sepertinya dia lupa ada sesuatu yang bersemayam dalam tubuhnya.

Perlahan gadisku ini mengatur nafasnya yang tidak teratur. Setelah agak reda perlahan dia bangkit dan melepas persetubuhan kami.
Lambat ia mengangkat pantatnya ke atas. Perlahan alat kelaminku yang masih tegang keluar dari vagina Cici.

Ketika sudah keluar seluruhnya.. cairan vagina yang kental nampak melumuri batang kemaluanku.
Ketika bagian ‘kepala’-nya akan keluar terdengar seperti bunyi plastik lengket yang basah akan dilepas..

Clep..crrrllek. Cici tersenyum mendengar bebunyian itu. Entah bunyi lipatan kemaluannya..
atau karena lendir yang begitu banyak melumuri batang kemaluanku.

Ia lantas pergi ke tengah ruangan dan memakai gaunnya kembali.. rona wajahnya menampakkan kepuasan yang tiada terkira.
Sambil bernyanyi kecil seperti baru sudah pipis.. ia memebenahi rambutnya yang kusut masai.. dan berjalan ke belakang rumah..
meninggalkanku yang hendak mengenakan celana dalam ku.

Belum sempat aku memakai celana itu.. tiba-tiba Cici sudah kembali. Di tangannya membawa sehelai kain sarung dan menyuruhku mengenakannya.
“Pakai ini aja, kak..” katanya seraya mengambil celana panjang dan kolorku..
melipatnya dan merengkuhnya dalam dada.. kemudian ia pun kembali ke belakang.

Tak lama kemudian ia datang lagi.. kali ini membawakanku segelas minuman.
Kalau tadi Liani membawakanku segelas air putih.. kali ini Cici menyuguhiku dengan teh manis.
Aku segera mereguknya.. karena merasa kehausan. Bayangkan saja.. melayani dua wanita secara bergilir tanpa istarahat sama sekali. Capek donk..!

Ketika aku meminumnya.. alis mataku terangkat.. Minuman apa ini..? Rasanya kok pahit banget..?
Sebelum sempat bertanya Cici berkata perlahan.. “Itu sari dari akar Pasak Jagad kak..!”

“Haa..!?” Aku cuma mampu terperangah. Kekasihku tersenyum.
“Eh.. itu kan obat kuatnya lelaki..! Kalau minum jamu itu pasti bakal melek semaleman..” kataku sesudah menelan tegukan terakhir.

Gadis itu hanya tertawa kecil.
“Biar aja nggak tidur semaleman. Besok kamu kan nggak kerja.. tidur aja sepuasnya di sini..” ujar Cici lagi menjelaskan. Entah apa maksudnya.

Setengah jam kemudian kami masih ngobrol di ruang tamu. Masih terbayang-bayang permainan kami berdua barusan.
Tak disangka.. begitu bernafsunya Cici.. sampai-sampai kuat main di atas hampir setengah jam lamanya..
sementara aku anteng aja di bawah.. menerima kesedapan hentakan liang nikmatnya.

Tiba-tiba Cici bangkit.. ”Kak..” katanya.. “Aku ke dalam sebentar..” lanjutnya lagi.
Aku mengiyakan saja.. kupikir dia mungkin mau sedikit merapikan dandanannya yang agak amburadul itu.

Aku baru akan menghela nafas.. ketika terdengar dia memanggilku dari kamar. “Kak.. sini sebentar, kak..!”
Aku pun bangkit dan berjalan menuju ke kamarnya..
Sebelum tiba di pintu kamarnya.. aku melewati kamar Liani.. yang hanya dihalangi secarik kain gorden.

Diam-diam ku singkap tirai kamar itu. Tampak Liani tengah tertidur pulas..
Ia masih mengenakan gaun yang tadi.. pahanya yang terbuka nampak putih dan mulus.

Kamar berikutnya adalah kamar Rinda.. Hmmm.. jantungku berdegup agak kencang.
Apa yang dilakukannya tadi.. ketika aku dan Cici sedang menikmati seks..? Entahlah.. aku tak tau.

Tapi aku pengen tau sedang apa dia sekarang, ya..? Hehe..
Perlahan kusingkapkan juga tirai pintu kamarnya itu. Kasur tempat tidurnya masih tampak rapi.. bantal tersusun di tempatnya.

Nah.. ke mana cewek itu..? Kok nggak ada di biliknya..? Sedikit heran aku terus melangkah menuju kamar Cici.
“Masuklah, kak..! Jangan malu-malu.. aku tau kamu sudah berada di situ..” kata Cici lagi.

Mendengar itu segera aku bergegas masuk ke kamarnya
Ohh.. di sini rupanya Rinda. Dia sedang tiduran telungkup di dipan Cici.. sementara cewekku itu sedang menyisir rambutrnya menghadap ke cermin.

Tanpa mengacuhkan aku.. dia pun menyuruhku duduk di dipan dengan gerakan tangannya.
Dipan ukuran single itu lumayan sempit.. apalagi sekarang sudah ada Rinda yang tiduran di sana.

Beberapa saat kemudian Cici berbalik menghadapku.. ditatapnya aku dengan tajam.
Kemudian perlahan dia mengalihkan pandangannya ke tubuh temannya yang masih telungkup itu.

“Terserah kamu, kak. Mau di sini atau di kamarnya. Aku ikhlas aja.. yang penting.. dia bisa juga ikut merasakan ..”
Jderr..! Aku melongo. Dia suruh aku menikmati pula tubuh Rinda..!? Tubuh perempuan sintal yang sedang tertelungkup ini..?

Sempat sebentar kepanikan melandaku. Namun kulihat Cici mengangguk pasti.
“Kami lihat apa yang kalian lakukan. Rinda pun lihat kita tadi. Kami bertiga bersahabat.. resminya kamu memang milik aku.
Tapi .. berbagi antar sahabat tak ada salahnya, bukan..? Lagipula aku rela kok.. selama tidak dengan yang lain selain mereka..”
Cici berkata dengan tenang.

Jiahh.. Dalam hati aku cuma bisa mengangkat bahu.. tidak mengiyakan melalui verbal.. apalagi menolak.
Kalau dia sudah mengikhlaskan temannya.. dia tidak marah.. apalagi jadi membenci aku..
Lagipula.. kalau dengan begitu dia jadi terangsang dan menikmati juga.. apa salahnya.. ya nggak..? Hehehe..

Aku berpikir cepat. Katakanlah malam ini adalah semacam sex party.. dan aku menjadi rajanya..
sementara yang menjadi ratuku yang harus kupuaskan.. oke saja sih. Hehehe.

Ya sudahlah.. kalo gitu aku 'pasrah saja. Kebetulan aku ingin mencobai juga tubuh Rinda yang berkulit sawo terang ini. Hihi..
“Hmm.. aku menunggu di kamarnya..” kataku kepada Cici.. Cewek itu mengangguk setuju.

Dipan singel Rinda terasa cukup nyaman. Bantalan busanya masih cukup baru. Dia memang belum lama kost di rumah ini, mungkin baru setengah tahun.
Aku berbaring dengan rileks. Memandangi dinding kamar yang dipenuhi poster Rinda.. sambil memikirkan apa yang telah kudapat malam ini.

Mula-mula Liani menyerahkan dirinya kepadaku.. kemudian Cici yang memintaku untuk memuaskannya.
Dan sekarang.. Rinda. Gadis paling pendiam yang jarang ngobrol denganku.
Gadis ini pun menginginkanku pula..? Hehehe.. dasar gede milik.. yeuh.. batinku senang.

Tak lama semilir halus wangi parfum masuk ke hidungku. Terdengar pintu kamar terbuka.
Perlahan Rinda masuk ke kamar itu.. seperti orang baru bangun tidur.

Ia langsung duduk di dipan itu.. “Ada apa, kak..?” Tanyanya seolah tak mengerti.
Aku tersenyum.. Hmm.. pandai juga dia menyembunyikan perasaan sebenarnya. Hehe..

“Eh.. kain sarung siapa yang kamu pakai itu, kak..?”
“Hehe.. ini pemberian Cici tadi..”

Kedua bola mata gadis itu membulat menatapku seolah tak percaya. Terus terang saja.. dia cantik juga.
Rambutnya yang ikal itu dibiarkannya tumbuh sampai sebatas punggung.
Meski baru bangun ‘tidur’ .. tapi tak mengurangi kesegaran dan pesona cantik yang terpancar di wajahnya.

Tanpa basa-basi lagi.. aku menarik gadis itu ke pelukanku.. tubuhnya terasa berat.. karena ia seperti menolak..
Tapi.. tak lama kemudian.. malah dia yang merangsek dalam dekapanku.

“Jangan, kak. Nanti Cici marah..” katanya berbasa-basi.
“Dia marah kalau aku tidak menyayangimu juga..” balasku merayunya.

“Kamu bisa aja, kak..” katanya sambil menengadah dan menyentuh pipiku.
Aku mengecup bibirnya.. dia sangat menikmati kecupan kecil itu.. matanya terpejam.. tubuhnya melunglai.

Segera saja kueluk tubuh sintal itu lebih erat.
Ia membalas pelukanku dan membiarkan bibirnya kulumat.. beberapakali ia mengeluh nikmat.
Terasa tubuhnya bergetar ketika aku mulai merengkuhnya.

Kemudian aku pun mulai menyusuri seluruh lekuk dan liku tubuh gadis itu.
Semakin lama tubuh itu terasa panas.. setiap gumpalan dan tonjolan dagingnya terasa begitu membara dipenuhi gairah terpendam.

Aku membaringkan tubuhnya.. sementara kedua tangannya terus melingkar di leherku.
Nafasnya terdengar agak memburu.. gadis ini sudah mulai terangsang.

Kuperiksa bagian kemaluannya dengan jemariku. Hmm.. ternyata belum cukup basah.. masih terasa agak kering.
Maka kucumbu dia terus supaya gairahnya lebih menggelora.

Entah berapa lama kami saling mencium saling menyusup dan berkelindan.. aku paling suka buah dadanya.
Sangat kenyal.. besarnya pun sedang saja. Tapi puting susunya sangat kecil.. hanya sebesar biji kacang hijau.
Kini tampak sekali puting itu sudah mengeras.

Ketika kuremas-remas buah dadanya.. wajah gadis itu menengadah.. matanya terpejam rapat.. bibir agak terbuka.
Setiap remasan adalah rangsangan bagi tubuh segar ini. Semakin intensif aku meremas.. semakin intens juga dia menikmatinya.

Ketika kuraba kemaluannya.. ternyata lendir pelicin yang kental sudah mulai keluar.
Slepp.. slepp.. Perlahan aku mengusap-usap jembut halus yang tumbuh di sana.

Sesekali agak kutekan agar menyentuh bagian kelentitnya. Tuibuhnya menggelinjang karena geli.
Perlahan tapi pasti cairan pelicin itu mulai keluar.. merembes ke permukaan.. mengakibatkan jembut-jembut halus itu terasa mulai kuyup.

Hmmm.. Rinda sudah siap untuk dimasuki.. pikirku memastikan.
Sambil memegang pangkal kemaluanku aku pun mulai memasukkannya.

Slebb.. Oughh.. Terasa licin dan rapat.
Batang kemaluanku seperti menembus lipatan daging hangat yang basah oleh lendir.

Crebb..! Masuklah aku ke tubuh Rinda. Gadis itu melepas nafas panjang.. merasakan nikmatnya gesekan di kemaluannya.
Entah kenapa aku sangat-sangat terangsang dengan gadis ini.
Mungkin ini bukan yang pertama baginya.. tapi dia melakukannya seperti baru untuk pertama.

Brlebb.. clebb.. crebb..crebb.. clebb.. Sepuluh menit pertama kami mengadu rasa.. menggesek-gesekkannya dengan gerakan rutin.
Sementara di bawah tubuhku.. Rinda pasrah saja sambil memelukku dan membenamkan wajahnya di leherku.

Nafasnya semakin lama semakin memburu, tubuhnya semakin panas.
Titik-titik keringat mulai keluar dan lama-lama peluhnya semakin membanjir.

Kota kecil ini memang lumayan panas meski di malam hari.. apalagi rumah kost itu tidak berAC.. tubuhku pun kembali berkeringat.
Tapi kami tak peduli. kami terus berpelukan menikmati pergumulan itu.

Kami masih bergumul.. ketika akhirnya memasuki tahap kedua. Clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb..
Kukeluar-masukkan penisku secara berirama di liang kemaluannya yang pasrah itu.

Gadis itu memelukku lebih kuat. Tak peduli dengan tubuh yang bersimbah peluh.
Crekecrekecrekkecrekkecrek.. Sepuluh menit lamanya aku menggesek-gesek kemaluan Rinda dengan batang kemaluanku.

Terasa punyaku semakin menegang keras. Jlebb.. Kemudian aku menekan..
Rinda membalas dengan mengempot ke atas. Menggerakkan pinggulnya berputar-putar.. ganas sekali putarannya.

Aku naik turunkan lagi pantatku beberapakali.. Clebb-clebb-clebb-clebb.. Jlebb.. kemudian kutekan dalam-dalam.
“Ahhh..” gadis itu mendesah nikmat. Kemudian membalas lagi dengan tekanan ke atas.. sambil menggoyang pantatnya ke kiri dan ke kanan.

Erghh.. Lipatan kemaluannya yang hangat terasa semakin kenyal dan licin seperti menggerus batang kemaluanku.
Beberapakali kami melakukan itu.. aku pun jadi tak tahan. Tapi dia belum mencapai puncak.

Jadi kutahankan sekuat tenaga. Aku akan membuat dia duluan merasakan kenikmatan.
Crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb.. Aku semakin aktif mengocok dan menekan memek Rinda.

Tulang kemaluan kami beradu.. bibir kemaluanya yang tebal menahan tekanan itu dengan nafsu..
Hmm.. kini terasa hangat dan sangat basah.. karena lendir mani Rinda sudah melimpah sedaritadi.

Dua menit kemudian gadis itu melolong merasakan vaginanya berdenyut nikmat.. “Ooohhhhh..”
Jlebb.. jlebb.. aku membantunya dengan menekan batang kontolku semakin dalam ke lubuk memeknya.

Rinda pun membenamkan tubuhnya ke kasur.. menahan tindihanku sambil melepas nikmat..
seiring dengan mengalirnya cairan kenikmatan gadis itu dengan lebih deras.. merembes dari lipatan-lipatan kemaluannya.

“Enak sekali, Kak.. Oough..ohh..” Lenguhnya melepaskan kenikmatan ragawi yang didapatnya.
Berbarengan dengan itu akan pun mencapai puncakku. Kemaluanku mulai terasa berkedut..

Lalu.. crett.. crett.. crett.. aku muncrat.. seiring dengan menyemburnya air maniku di liang senggama gadis itu.
Sementara liang senggama Rinda pun menggepit-gepit tak terkendali.. karena tak kuasa menahan nikmat yang luar biasa.

Kami masih berpelukan ketika rasa nikmat itu tercapai sudah. Gadis itu diam dalam pelukanku.. tubuhnya sangat basah oleh peluh.
Hawa panas pun terasa menyergap. Berangsur kami saling melepas pelukan.

Perlahan gadis bangkit itu duduk dari posisinya. Gurat-gurat kepuasan terpancar di wajahnya yang cantik.
Sekilas kulihat memek Rinda yang masih merah dan bibirnya tampak membengkak.. cairan-cairan lendir masih menetes dari sela kemaluannya.

“Enak, Rinda..?” Tanyaku retoris. Gadis itu mengangguk. Kemudian ia mengusap keringat yang menitik di dadaku.
“Dadamu penuh dengan peluh, kak. Sini kuusap..” katanya sambil mengelus lembut dadaku yang memang penuh dengan keringat.

Beberapa saat lamanya kami kemudian berbaring bersama di kasurnya yang sempit itu.
Rambutnya yang ikal dan panjang itu kubelai. Ia bergerak.. menyusupkan tangannya di leherku..
kemudian ia memintaku terlentang.. dia ingin tiduran di dadaku.. katanya.

Beberapa saat kemudian Rinda pun jatuh tertidur.. tak menyadari air liurnya yang menitik dari sudut bibir.
Tak lama berselang aku pun segera menyusulnya.. terbang ke alam mimpi.

Entah jam berapa kami terbangun. Ketika itu aku dan Rinda masih berpelukan.. sementara di luar terdengar suara-suara seperti sedang bernyanyi.
Oh.. ternyata hari sudah siang. Itu adalah suara Cici yang sedang bernyanyi kecil..
sementara di kejauhan terdengar deburan air orang sedang mandi.. barangkali Liani sedang membersihkan tubuhnya.

Rinda pun sudah mulai terjaga. Ia masih memelukku.. buah dadanya yang kenyal itu menempel erat di dadaku.
Dari ruang tengah terdengar Cici sepertinya sedang menyapu lantai. Sementara dari bibirnya terdengar nyanyian yang sekarang sedang populer.

Tiba-tiba terdengar pintu dibuka.. kemudian gorden disingkapkan..
Dan masuklah Cici ke dalam kamar.. menatap kami yang masih bugil hanya berselimut kain sarung.

“Hei.. bangun..! Belum puas juga ya..!?” Sergah Cici pada kami berdua.
Aku pura-pura tidur sambil memeluk Rinda lebih erat. Gadis itu terkikik.. tapi dia juga pura-pura meneruskan tidurnya.

Cici berlagak marah dan menarik kain sarung penutup tubuh kami. “Apa mau diteruskan lagi tidurnya..? Udah siang tauu..”
Aku menarik kain sarung itu.. malu karena kemaluanku sedang menegang setelah beristirahat total beberapa jam.

Tapi aku kalah cepat. Ctapp.! Cici sudah menangkap batang kemaluanku dan mengusap-usap dengan jemarinya.
“Ohh.. jauh lebih besar dari gagang sapu ini.. pantesan enak sekali..” guraunya sambil tergelak sendiri.

“Ya udah.. kalau kamu pengen lagi, Rinda. Tuh mumpung lagi berdiri..” Cici menggoda Rinda.
Hampir tak kuat aku menahan tawa medengar candaan Cici.. tapi tampaknya Rinda menanggapinya dengan serius.

Dia menggerakkan pantatnya.. memelukku dari atas dan mengempot ke bawah. Plepp..! Bibir kemaluannya terasa menempel di batang kemaluanku.
“Tuuh, kan.. Pasti mau lagi deh. Terusin aja, Rin. Enak kok..” sergah Cici sambil memegangi pinggang gadis itu.. menolongnya mengangkat pantat bulatnya.

Aku segera merespon dengan memegang pangkal kemaluanku.. lalu menghadapkannya ke memek Rinda yang hangat.
“Udah pas belum..?” Tanya Cici.. Rinda mengangguk.

Slebb.. perlahan Rinda menurunkan pantatnya.. maka. Srrleebb.. batang kemaluanku masuk lagi ke memek Rinda.
“Main dari atas enak, lho Rin. Tekan aja biar lebih kerasa..” bisik Cici agak keras.

Seperti tak peduli kehadiran Cici di kamar ini.. kami mengulangi permainan semalam. Tapi kali ini Posisi Rinda ada di atas.
Kusuruh gadis itu menegakkan tubuhnya. Ia menurut dan mendorong tubuhnya dengan meletakkan telapak tangannya di dadaku.

Sekarang posisinya berubah.. aku berbaring sementara Rinda duduk mengangkang di atasku. Alat kelamin kami telah menyatu.
Ketika ia sudah duduk dengan benar.. nampak memeknya seperti sedang mengulum kemaluanku sampai ke pangkalnya.

Kelentitnya nampak menonjol.. dan cairan itu kembali mengalir membasahi jembut-jembut halusnya.
Kami saling pandang.. sementara masih bersatu.. bibir Rinda tersenyum. Beberapakali ia menyibakkan rambutnya yang kusut.

Perlahan dia mulai mengayun.. gerakanya seperti orang sedang naik kuda. Naik-turun berirama.
Semenit aku lupa dengan kehadiran Cici di sana. Ternyata ia berdiri di belakang Rinda.. memperhatikan kami yang sedang bercinta dengan gaya seperti itu.

Gadis itu menyeringai lebar.. menampakkan sederetan giginya yang putih bersih.
Kemudian tiba-tiba ia membuka bajunya.. menampakkan beha putih dengan buah dada besar di baliknya.

Ia pun membuka beha itu.. melemparkannya ke sudut kamar.. menarik rok panjang.. membuka celana dalam.. sampai akhirnya bugil sama sekali.
Tanpa aba-aba lagi Ia langsung menyerbu ke arahku.. membenamkan wajahku di susunya yang besar dan kenyal.
Ia meremas-remas kepalaku dengan jemarinya.

Sementara Rinda terus asyik mengayun-ayunkan pantatnya naik-turun. Clebb.. clebb.. clebb.. clebb..
Aku memeluk punggung Cici.. mengulum dan mengunyah susunya yang kenyal. Cewek itu mendengus-dengus ketika puting susunya tergigit lembut.

Lama kami bercinta segitiga seperti itu.. mungkin ada seperempat jam. “Kita enak-enakan bareng, kak..” bisik Cici sambil meremas.
Aku sih setuju saja.. dia sudah hampir sampai puncak.. aku pun tak tahan dengan ulah Rinda yang mengocok-ngocok batangku dari atas.

Cici melepas pelukannya dan naik ke atas ranjang.. mendudukkan pantatnya di dadaku..
kemudian mengangkang lebar.. menampakkan memeknya yang tercukur rapi.
Gundukan dagingnya putih mulus dan kemerahan.. bibir kemaluannya tebal dan dipenuhi cairan kental dan hangat.

Ia memajukan memeknya sehingga sampai di mulutku. Kemudian mulai menekan ke arah mukaku.
“Ahh.. ayo kak. Aku udah gak tahan lagi nih..” katanya mendesah.

Sambil meremas pinggang dan pantatnya aku pun beraksi. Kuganyang habis kue pie lembut dan basah itu.
“Nghhh.. ahh.. ohh.. ohh..” Cici segera merintih-rintih ingin segera melepas nikmat.

Sementara di belakangnya.. Jlebb.. rrrbb.. rrbb.. Rinda tiba-tiba mengempot dan menekan ke bawah.
Tubuhnya ambruk ke depan.. menimpa punggung Cici yang sedang menekan mukaku.

Blupp..! Wajahku semakin tertekan oleh gumpalan memek Cici.. sementara pahanya menggepit kedua pipiku dengan kuatnya.
Akkkh.. aku hampir tidak bisa bernapas. Ya ampun..!

“Keluarin bareng, kak..! Aghhh.. ahhh..!” Cici menekan.. Rinda mengempot.. dan aku sesak nafas..! Erghh..
Terdengar suara rintihan panjang berbarengan.. Cici dan Rinda sedang dirasuki kenikmatan.

Terasa memek Rinda berdenyut-denyut sembari melepaskan cairan kewanitaannya..
sementara mulutku semakin basah oleh cairan memek Cici yang juga berdenyut melepas nikmat.

Kedua tubuh cewek itu lunglai setelah menikmati segalanya. Mereka ambruk berbarengan ke tubuhku.
Berat sekali rasanya menahan dua tubuh perempuan sekaligus.. mana montok-montok lagi. Hehe..

Seperti menyadari hal itu.. Cici dan Rinda pun bangkit. Perlahan Cici turun dari ranjang..
sementara Rinda pun perlahan mengangkat pahanya.. kedua tangan bertumpu pada dadaku.

Saat itulah kemaluanku keluar dari liang sanggamanya.. Ppleep..! Terdengar seperti bunyi plastik lengket yang sedang dibuka.
Tampak kemaluanku masih menegang dan basah bergelimang cairan memek Rinda.

Aku terdiam sejenak.. tak tau harus berbuat apa.. karena aku belum lagi mencapai puncak..
Gadis-gadis ini sudah menghentikan permainnya.. ketika itulah tiba-tiba Liani masuk ke dalam kamar.
Ia melihat kepada Rinda dan Cici yang sedang mengenakan pakaiannya kembali.

Nah.. ketika ia mengalihkan pandangannya ke arahku.. matanya terpaku menatap kejantananku..
Ya.. batang kemaluanku saat itu masih berdiri dengan perkasa.. merah dan mengkilat bermandikan cairan kemaluan Rinda.

“Kasihkan sama Liani, kak..” kata Cici sambil menyempalkan susunya yang montok itu ke balik beha.
Sempat kulihat wajah Liani semburat memerah.

Mungkin dia tadi mendengar lolongan Cici dan Rinda yang berbarengan menahan geli dan enak.
Aku tak tau apakah dia juga sudah terangsang dan ingin digelitik nikmat lagi..?

Tampaknya iya.. Dia segera mengangkat roknya.. menampakkan kedua paha yang padat dan putih mulus.
Sementara Rinda dan Cici bergegas keluar kamar.. meninggalkan kami berdua saja di sana.

Semerbak wangi harum tubuh Liani menusuk hidungku. Gadis ini baru selesai mandi.
Liani naik ke ranjang.. bersiap-siap hendak memasukkan kejantananku ke memeknya yang ..
Ya ampun.. ternyata sudah bengkak merekah merah dan basah pula.

Tapi siapa tahan menahan tubuhnya yang tinggi montok itu setelah tadi ditindih oleh dua gadis montok sekaligus..?
Aku lantas bangkit duduk.. mendorong sedikit tubuh Liani. Gadis itu seperti kaget. Tapi dia menurut.

Kemudian kusuruh ia berdiri.. dan ini dia.. Aku ingin merasakan sesuatu yang lain.
Kusuruh ia berdiri membelakangiku dan menumpukan tangannya di dipan. Posisinya sekarang jadi menungging di depanku..

Liani mengerti.. ia mengangkat pantatnya lagi.. dari belakang di sela-sela bongkahan pantatnya.. nampak kemaluannya membelah.
Cairan bening agak kental menitik-nitik banyak sekali.

Meski nafasnya ditahan.. aku tau gemuruh di dadanya sudah sedemikian hebat.
Tampak dari buah dadanya yang menggelantung itu bergetar-getar menahan dentaman jantungnya yang meningkat dahsyat.

Aku ingin masuk dari belakang.. dan kemaluan Liani sudah siap untuk kutusuk dari arah itu.
Liani semakin menunggit.. menampakkan bongkahan pantat dan memek yang merekahnya.

Aku lantas maju.. menyorongkan kejantananku ke arah belahan nikmat itu. Slepp..
Clebb.. kejantanankupun coba menerobos dan berusaha keras memasuki liang senggama Liani yang terbuka.

Tapi gumpalan pantat Liani cukup menahan gerakananku.
“Ergghh..” Slebb..! Aku mencoba lagi dan menekan lebih kuat ke depan.

Jlebhh..! Akhirnya masuk juga. Ohh.. nikmatnyaaa.. rasanya seperti dipilin-pilin.
Slebbh.. kutekan lagi lebih dalam.. kemaluan kami semakin berjalin.

Tapi bongkahan pantat Liani seolah menahan gerakanku.. sehingga aku harus menekan agak lebih kuat.
“Emhh..” rintih Liani tertahan.

“Tekan, Bang. Emmghhh..”
Aku bergerak maju-mundur dan menekan-nekan, sekujur batang kemaluanku rasanya seperti dicengkram.

Sambil agak membungkuk aku mencoba meraih buah dada Liani.. meremas keduanya dari belakang.
Hangat besar dan sangat kenyal. Putingnya kuputar-putar dengan dua ujung jari.

Itu membuat gadis itu menggelinjang hebat dan semakin mengangkat pantatnya tinggi-tinggi..
Dia menginginkan agar kejantananku masuk lebih dalam di liang senggamanya.

Tubuh kami semakin berkeringat ketika rasa enak itu semakin memuncak.
Aku pun menekan dan menggosok-gosok lagi dinding memek Liani yang merapat.

Agak sulit main dari belakang.. tapi kami menikmatinya.
Beberapa menit kami menikmati permainan itu. Tubuh Liani maju-mundur tertekan oleh gerakan tubuhku.

Ketika sedang asyik tiba-tiba gorden kamar kembali terkuak. Sosok tubuh Rinda masuk berkelebat..
Seperti tak memperhatikan kami.. gadis itu menuju ke ujung dipan.. ternyata celana dalamnya ketinggalan di sana.

Kami tak mempedulikan kehadirannya dan tetap terus saling menekan.
Aku menekan ke depan.. sementara Liani menekan ke belakang.

Kemaluan kami sudah begitu menyatu erat bermandikan cairan kental.
Tubuh kami pun menegang dan basah oleh keringat yang membanjir.

Rasa nikmat semakin meningkat, semakin lama semakin hebat. “Aghhhhhhh..” aku menggeram menahan rasa.
Denyutan-denyutan penuh rasa nikmat menyerang kemaluanku.

Liani merintih tak kalah dahsyat bahkan lebih hebat dari erangan Cici dan Rinda berbarengan.
“Bang arghh..! Enak banget.. ohh.. aku gak tahan lagi..” Ia melenguh nikmat.

Sementara itu.. samar kulihat Rinda mengenakan celana dalamnya.
Nah.. ketika itu pula aku dan Liani saling menekan hebat.. menahannya dan merasakan detik-detik penuh kenikmatan.

Nafas Liani melenguh-lenguh.. keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya.
Memeknya terasa makin menyempit.. dan seketika.. Ssrrr.. srr.. srrr.. keluar banjir yang hebat cairan nikmatnya.

Tubuhnya bergetar-getar menahan rasa geli yang luar biasa.. didera nikmat puncak orgasme.
Hampir bersamaan.. Jleghh..! Batang penis kutekan semakin dalam.. setandasnya di lubuk memek Liani.

"Mmhhh.." crott.. crott.. crott.. crott.. berkali-kali kemaluanku seperti meledak dalam cengkraman memek Liani.
Berkali-kali pula lipatan kemaluan gadis itu menyempit dan menggenggam kemaluanku kuat-kuat ketika ia pun melepas nikmat di pagi nan cerah itu.

“Ehemm..” Rinda mendehem kecil ketika kami menyudahi permainan itu dengan rasa puas.

Liani menjatuhkan tubuhnya yang basah oleh titik keringat di dipan.. menelentang dengan nafas masih terengah-engah.
Bibir kemaluannya nampak membengkak.. merah dan berkilat penuh dengan lendir.

Rinda pun diam-diam keluar dari kamar.. di dekat pintu ia menyibakkan rambut ikalnya.. menjeling ke arahku..
Setelah itu ia pun berlalu. Busyyettt dahh..! (. ) ( .)
----------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd