Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sweet Potatos (Real Story)

Saat kucoba tegar
Hadirmu kembali
Ada dera di sekujur tubuh
Lelah tuk berpikir
Sakit ku melihatnya

Bawa sejuta maaf
Entah dari hati
Letakkan janji sekali lagi
Di atas segalanya
Akankah ini
Hanya pelarian tanpa ujung...

"Akal Sehat" by Ada Band

Beberapa petikan lirik dari sebuah lagu yang sedang kudengar saat menempuh perjalanan pulang menuju rumah. Kini tiada lagi yang menemani saat perjalanan. Arin yang biasanya kuhubungi untuk menemaniku mengobrol selagi bermacet macet ria.

Kucoba menelaah dalamnya lirik lagu tersebut yang cukup menginspirasi, apakah harus kuhadirkan kembali Arin dalam hidupku? Hmmm..entahlah nanti coba kupikirkan kembali. Yang jelas, komunikasiku sedikit mulai mencair dengannya.

Selingan hariku kini diisi oleh Viana sebagai teman chatku. Seringkali dia masih menanyakan kapan kami bisa meetup kembali. Ada saja alasanku untuk menolak ajakannya, namun lama lama aku merasa tidak enak juga.

Hari ini adalah Kamis di minggu pertama bulan Februari. Akhirnya kuturuti ajakan Viana untuk meetup. Namun kali ini aku memilih waktu malam hari, dah aku menawarkan tempatnya di salah satu cafe yang biasa kusinggahi bersama Anty dan Arin dulu. Anty yang mengenalkan tempat ini sebelumnya. Suasana cafe yang remang dan terdapat sofa di dalamnya, membuat suasan terasa lebih nyaman dan santai untuk dinikmati. Selain itu, minuman sejenis kopi yang diberi label "Magic Cubano" menjadi favoritku.

Siang itu, sehabis makan siang di ruangan kerja, kuhubungi Viana sambil menikmati rokok sebatang.

"Ntar sore jadi ketemuan ga?" tanyaku pada Viana melalui WA "B"
"Boleh, jam berapa?" tanyanya

"Jam 17.30 ya, ketemu disana. Ntar pulangnya kuanterin deh" kataku
"Oke. Tapi kamu naek mobilkan?" tanya Viana

"Hmm..kalo motor gimana?" tanyaku iseng
"Hehe..aku naek taksi online aja deh" jawabnya

Satu lagi nilai minusnya di mataku. Padahal aku hanya sebatas mengetesnya saat itu, walau sebenarnya aku sedang membawa mobil hari itu.

Akhirnya sekitar jam 5 sore aku berangkat untuk bertemu dengan Viana. Kebetulan kami sampai berbarengan di cafe tersebut. Setelah memasuki ruangan, kupilih salah satu meja yang menggunakan sofa di area smoking.

Salah seorang waitress wanita datang mendekat dan menyerahkan buku menu kepada kami. Dia tampak memperhatikanku, mungkin sedang berupaya mengingat ingat sepertinya aku juga pernah datang kemari dengan beberapa wanita yang berbeda, yaitu Anty dan Arin. Viana masih bingung memilih menu yang akan dipesan. Aku yang sudah hapal dengan menu makanan disini, langsung memesan segelas Magic Cubano dan seporsi kentang goreng seperti kesukaan para suhu disini. Viana akhirnya memutuskan memesan steak dan cappucino.

"Duh..mataku merah ya?" tanyanya membuka obrolan
"Pake softlens kelamaan ya, jadi aja iritasi" jawabku

"Bukan, tadi kena debu di jalan" jawabnya sambil memandangi kaca di alat kosmetiknya
"Ya dicopot dulu aja softlensnya" kataku memberi solusi

Akhirnya Viana melepas softlensnya dan berganti mengenakan kacamata.

"Katanya ngerokok juga?" tanyaku sambil menghembuskan asap rokok dari hisapan pertama.
"Iya bentar" jawabnya sambil merogoh isi tasnya.

Sebungkus rokok menthol yang biasa menjadi favorit LC karaoke yang kutemui, diletakkannya diatas meja. Viana mulai mengeluarkan sebatang rokok dari bungkusnya, dan meminjam korek apiku sebagai pemantiknya.

"Kamu sering ngerokok?" tanyaku lagi
"Kadang kadang aja si, kalo pas lagi suntuk" jawabnya

"Owh..akhirnya kita bisa ngerokok bareng hehe" candaku

Selanjutnya obrolan kami lebih banyak membahas mengenai pekerjaan masing masing.
Dan pada akhirnya aku berterus terang kepadanya mengenai profesiku sebenarnya. Lama lama aku menjadi terdesak juga dengan pertanyaannya, walau aku masih bisa menguasai keadaan sebenarnya. Selain itu, kuputuskan saat ini aku hanya menganggapnya sebatas teman ngobrol saja, tidak lebih. Aku tidak mendapatkan feelnya sama sekali, mungkin hanya sebatas nafsu.

Malam mulai larut, kuajak Viana untuk beranjak pulang. Kutepati janjiku untuk mengantarnya pulang. Dia tidak bertanya lagi apakah aku benar mengendarai motor atau mobil saat kami berjalan keluar menuju parkiran. Tidak ada pegangan tangan atau ciuman kali ini, sesuatu hal yang biasa kulakukan saat bersama Anty dan Arin di parkiran cafe tersebut.

Kami pun melanjutkan perjalanan pulang. Sengaja kuputarkan rute perjalananku supaya melewati tempat kerja Arin. Dari seberang jalan, pandanganku tertuju ke sebuah bangunan ruko yang merupakan tempat kerja Arin saat mobilku melintas di seberangnya. Entah dia kerja pagi atau malam, hari ini, tapi kulihat sebuah mobil hatchback berwarna biru terparkir di depan kantornya, berarti dia sedang bekerja malam ini.

Hanya obrolan biasa dan candaan yang aku dan Viana lakukan sepanjang perjalanan menuju apartemennya. Hingga akhirnya kami sampai di parkiran Apartemennya, kuturunkan dia persis di depan lobby. Hanya sebatas ucapan terimakasih yang terlontar dari mulutnya saat Viana hendak turun dari mobilku. Tidak ada ciuman perpisahan atau tawaran untuk mampir darinya. Dan berakhirlah ceritaku malam ini saat perjalananku berakhir di rumah.

Weekend, tepatnya saat libur, merupakan saat yang dinanti semua pekerja. Ada yang merencanakan bertamasya, berkunjung ke rumah saudara atau cukup beristirahat di rumah seperti diriku saat ini. Sebagaimana kebiasaanku setelah bangun tidur di hari libur, kutenteng kopi susu buatan istri menuju teras rumah. Kunikmati sebatang rokok yang ditemani secangkir kopi susu pagi ini. Sambil mengisi waktu, kubuka beberapa sosmed dan terkadang kubuka aplikasi pertemanan secara sembunyi sembunyi.

Tak lupa kubuka status WA "B" teman teman wanitaku untuk mengetahui kegiatan mereka masing masing. Viana membuat status berupa tulisan "duh badan pegel banget"

"Sini kupijitin" komenku
"Hahaha..yang ada malah jadi pegel" jawabnya

Tak lama kemudian dia mengirimkan sebuah image, kurang lebih kugambarkan foto selfie Viana dengan posisi dirinya yang sedang telungkup, hanya mengenakan handuk yang menutup punggungnya.

"Wih..pijit dimana tu?" tanyaku
"Di apartemen, manggil mbah mbah urut" jawabnya

"Yah tau gitu aku aja yg ngurut" godaku
"Wkwkwk.." balasnya

Selanjutnya kulihat status Arin, dia memasang foto sebuah tulisan yang bertuliskan "selamat datang di kota xxxxx". "Hmmm..sedang pulang kampung sepertinya. Tumben, pikirku.

"Lagi pulang ya?" tanyaku
"Iya mas, bapak lagi dirawat" balas Arin

"Owh..sakit apa?" tanyaku lagi
"Asam lambungnya naek" jawabnya

"Kebanyakan pikiran tu. Moga cepet sembuh ya" kataku lagi
"Iya mas makasih" balasnya lagi

"Sampai kapan disana?" tanyaku
"Belum tau ni mas, mungkin sampe selasa" jawabnya

"Owh.." kataku
"Knp?" tanyanya balik

"Gpp..kapan2 kalo kuajak jalan lagi, mau ga?" tanyaku
"Lho, emg knp g mau?" balasnya

"Hehe..gpp si nanya aja, kirain ga mau" kataku
"Hmm..auk ah" balasnya

Masih ada harapan buat balikan berarti, pikirku.

Selasa malam, saat sedang menghadapi macetnya jalanan Jakarta, kuberanikan diri untuk menelponnya.

"Drrrttt..." panggilan keluar HPku
"Duh..diangkat ga ya?" pikirku ragu dengan sedikit deg2an

"Ya..halo" suara Arin saat mengangkat teleponku
Huffttt..untung diangkat, kalo ga diangkat bakal malu deh, pikirku

"Lagi dimana?" tanyaku
"Lagi dirumah mas?" jawabnya

"Owh Bapak dah pulang?" tanyaku sambil menjalankan mobil secara perlahan
"Alhamdulilah udah mas" jawabnya

"Syukur deh. Kamu jadi balik hari ini?" tanyaku lagi
"Jadi mas, ntar tengah malem" katanya

"Owh..hati2 ya" kataku
"Iya mas" jawabnya

"Kamu besok masuk apa?" tanyaku lagi
"Masuk siang mas minggu ini" jawabnya

"Owh.."
"Emg knp?" tanyanya kali ini

"Emang ga kangen sama aku?" godaku pede
"Hmmm..auk ahh" jawabnya

"Hahahaha.." tawaku
"Hmmm..kenapa ketawa?" tanyanya dengan nada sebal

"Gpp..masih aja gengsian soalnya" ledekku

Suasana hening sesaat.

"Kamu jahat soalnya" kata Arin sedikit samar
"Kok jahat si? Emang jahat kenapa?" tanyaku dengan sedikit menggoda

"Auk ahhh" jawabnya lagi

"Ya udah, mau ketemuan ga?" tanyaku
"Emang kapan?" tanyanya balik

"Kapan ya? Ada yang mau kujelasin" kataku
"Apaan?" tanyanya penasaran

"Ntar aja pas ketemu. Ya soal yang kemaren" pancingku
"Oh ya udah"

Pembicaraan kami berakhir malam itu, aku sedikit yakin untuk mengajaknya balikan. Tentunya dengan strategi baru untuk menaklukannya kali ini.

Valentine bagi sebagian orang merupakan hari kasih sayang kepada pasangannya. Namun aku termasuk orang yang tabu merayakannya, walau dengan istriku sendiri. Entah mungkin kebetulan juga, hari itu aku ingin membuat surprise kepada Arin, sesuatu hal yang sudah kurencanakan sebelumnya.

Aku tahu dia masuk siang hari ini, sebagaimana ceritanya dua hari yang lalu saat kutelepon. Berarti tidak mungkin mengajaknya jalan hari ini, karena dia kerja hingga malam. Maka kupikirkan cara lain agar dapat menemuinya malam ini juga. Sore harinya, sekitar jam 5 lewat, aku memesan sekotak Pizza melalui aplikasi online. Aku perkirakan Pizza tersebut akan sampai di kantorku sekitar jam 7 kurang sebagaimana estimasi waktu yang ditampilkan layanan aplikasi tersebut. Benar saja, driver layanan online tersebut menghubungiku sekitar jam 7 kurang saat sudah berada di depan kantorku.

Setelah menerima pesananku tersebut, lalu aku menuju ke kantor Arin untuk menyambanginya sebentar. Aku tidak ingin mengganggunya selagi dia bekerja, jadi rencanaku saat tiba di depan kantornya, akan kupanggil Arin ke mobil kemudian menyerahkan Pizza yang telah kupesan.

Sepanjang perjalanan aku merasa deg2an karena akan berjumpa dengannya kembali setelah hampir sebulan kami berpisah. Sebelumnya tidak kukabari dia bahwa aku hendak menyambanginya. Aku pun tiba di kantornya, namun mobil sengaja kuparkirkan beberapa ratus meter dari kantornya. Kuraih HPku yang terletak di kursi sebelahku lalu menelponnya.

"Drrrttt...drrrttt..." hingga beberapa kali deringan panggilan, namun tak jua diangkatnya. Aku mulai sedikit khawatir saat itu, hingga aku terpaksa memutarkan mobilku karena tidak bisa berlama lama menepi di pinggir jalan tersebut. Sambil kukendarai mobilku, kutelpon dia berkali kali namun tak kunjung diangkat. Akhirnya kutepikan mobilku kembali yang lokasinya cukup jauh kali ini.

Aku akan mencoba menelponnya sekali lagi, kalau sampai tidak diangkat juga, ya sudah aku lanjut pulang, pikirku kemudian

"Drrrrttt...drrrrttt..." hingga panggilanku terputus sendiri karena setelah 10x deringan tidak juga diangkatnya.

"Hmmm..oke, fix" kuputuskan untuk pulang ke rumah saat itu juga sambil berpikir akan kuberi kepada siapa Pizza ini.

Bersambung....
Makin asik crta nya...walau episode kali ini gada ena2 nya...mantaps..lanjut hu..😮😮
 
gelok trit pertama yang bener2 gue into banget. keren sih huu. cocok nih suhu jadi penulis
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd