Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
Pengen komen sedikit bro @racebannon ...
Ada beberapa 'celah' yang blum terjelaskan.. mulai dari MDT hingga ke cerita ini,
diantaranya..
1. Hiroshi
Hub-nya dg Kyoko blum terjelaskan berakhirnya karena apa..? Karena melihat pada kisah Kana dan Marie yang akhirnya menikah dengan pacar nya masing2....
Karena saat di MDT pun nama Hiroshi ga pernah muncul dalam pembicaraan antara Kyoko-Arya semasa pacaran...
2. Munculnya Yuuya..
Hmm... mengundang beberapa pertanyaan.. apakah tokoh ini ada hub-nya dengan 'lingkaran' masa lalu Kyoko..
3. Munculnya Rendra..
Apakah tokoh ini ada hub-nya dengan 'lingkaran' masa lalu Arya..?

ane juga pingin nambahin suhu ....

1. Kenapa haruko bisa seumuran anaknya Kana dan Merry kan mereka pacaran di usia 20 tahun apa nikahnya di usia 30 juga ( pacaran 10 tahun )
2. Aio kan dah 4 th an , saat Kyoko pacaran berarti kan udah 30 an dong sekarang
 
ane juga pingin nambahin suhu ....

1. Kenapa haruko bisa seumuran anaknya Kana dan Merry kan mereka pacaran di usia 20 tahun apa nikahnya di usia 30 juga ( pacaran 10 tahun )
2. Aio kan dah 4 th an , saat Kyoko pacaran berarti kan udah 30 an dong sekarang

Gatel pengen jawab.

1. Kan anak2 ny Marie dan Kana lebih tua dua tahun
2. Iya
 
kyokob10.jpg


OKASAN NO HATSU KOI – PART 66
(my mom's first love)

------------------------------

maxres13.jpg

Kyoko Kaede namanya. 22 tahun umurnya. Dia baru saja turun dari kereta siang itu. Hari itu hari liburnya dari pekerjaannya. Dia bekerja di café milik keluarganya sendiri. Dalam seminggu, dia dua kali libur, tidak termasuk hari senin, dimana Kaede Coffee and Sweets tutup.

Hari itu, dia akan bertemu dengan teman-temannya, Marie Taniguchi dan Kana Mitsugi yang akrab dengannya semenjak mereka bersekolah di Senmon Gakkou.

Seperti biasa, Kyoko selalu tampil feminin. Rok lebar berwarna krem, dengan atasan berwarna cerah menghiasi tubuhnya. Karena ini musim gugur, dia mengenakan coat berwarna abu-abu yang terlihat hangat. Tak lupa high heels berwarna krem menemani penampilannya. Rambut ikalnya selalu dipotong pendek, dan warna coklat tua di rambutnya sudah mulai memudar. Tampaknya dia harus mengecatnya ulang dalam waktu dekat.

Dia berjalan dengan begitu cepatnya, mengikuti ritme jalanan di keramaian Tokyo itu. Dia merasa ringan hari ini, karena selain bertemu dengan teman-temannya, nanti malam ketika shift Hiroshi Tanabe di restoran tempatnya bekerja berakhir, dia bisa makan malam dan menghabiskan waktu berduaan dengan pacarnya itu.

Mereka berdua berpacaran sudah sejak tahun pertama bersekolah di Senmon Gakkou. Dari umur 18. 4 tahun sudah mereka berpacaran. Sekarang, Hiroshi bekerja di sebuah restoran prancis kelas atas di daerah Ginza. Dia sangat menyukai pekerjaannya itu, dan dia sudah mulai terlihat nyaman disana. Dan Kyoko tidak sabar untuk menemuinya malam ini.

Seiring berjalannya waktu, langkah Kyoko semakin cepat, dan dia pun tenggelam dalam lautan manusia di jalanan Tokyo yang ramai, menuju ke tempat dimana dia akan bertemu teman-temannya.

------------------------------

latte_10.jpg

“Ah, sudah lama tidak mengobrol selama ini, rasanya senang sekali bertemu dengan kalian lagi” tawa Marie Taniguchi, setelah pesanan mereka datang. Hari itu, mereka bertiga berkumpul bersama di sebuah café, melepas kangen dan saling mengabari hal-hal baru dalam hidup mereka.

“Kamiya-San sudah menerbitkan manga-nya sendiri kan? Aku kemarin lewat toko buku dan aku lihat karyanya….” Kana menyesap teh hangat yang ia pesan, sambil menatap wajah ceria Marie yang begitu cerah.

“Kok kamu bisa lihat? Aku sendiri malah susah menemukannya di toko buku”
“Kamu cari di bagian mananya? Aku melihatnya di area josei, haha”
“Eh, Kamiya menulis manga Josei?” tanya Kyoko.

“Iya” jawab Marie. Josei adalah demografi manga untuk perempuan dewasa.
“Gaya gambarnya memang cocok untuk pembaca seumur kita sih” balas Kana.
“Menarik sekali, aku jadi ingin baca, tentang apa ceritanya?” Kyoko tampak tertarik dengan bahasan itu.

“Tentang cewek yang kerja di sebuah café, yang jatuh cinta pada seorang pelanggannya, asiknya, si cewek itu pemalu sekali, jadi dia benar-benar tidak bisa mengobrol dengan orang yang dia suka itu… Seru lho, rasanya deg-degan tiap chapternya” Marie menjelaskan dengan antusias.

“Aku heran dari mana seseorang seperti Kamiya Yusuke bisa menghasilkan cerita yang feminin sekali…” Kana tampak berpikir, dari mana datangnya sisi Yusuke aka Maria yang seperti itu. Marie hanya tersenyum melihat Kana bingung. Dia tahu alasannya, tapi dia tidak akan membahasnya.

“Kalau Hiro-Tan bagaimana? aku penasaran ingin makan di restoran tempat dia bekerja, tapi harganya terlalu mahal, tidak cocok untuk kantongku yang sedang menabung seperti ini” keluh Marie, karena dia memang sedang menabung sebegitu hebatnya, untuk mewujudkan mimpinya memiliki Coffee Shop yang lucu dan mungil, dan dia ingin mendirikannya di daerah Shibuya.

“Ahaha, aku sendiri belum pernah makan disana, Marie…. Tapi dia pernah memasakkan salah satu menunya untukku… Enak sekali memang” Kyoko menutup matanya, membayangkan masakan prancis yang waktu itu dimasakkan oleh Hiroshi di hari ulang tahunnya. Dia masih ingat muka terkaget-kaget ibunya dan kakaknya yang merasakan kenikmatan yang luar biasa lewat masakan Hiroshi Tanabe.

“Eh, dia jadi apa sih disana, kok aku lupa….” bingung Marie.
“Rottiseur” jawab Kyoko.
“Itu tuh yang…”
“Mengurus masakan yang bahan dasarnya daging” Kana menjawabkan untuk Marie.

“Ah iya, haha… Payah sekali ingatanku”
“Ah kamu kan kerja di coffee shop, tidak usah menghapalkan hal seperti itu” dengus Kana sambil memperhatikan wajah-wajah cerah teman-temannya ini. “Tapi memang, masakan Tanabe memang gila sih…”

“Eh, Kamu pernah makan disana?” tanya Kyoko kaget.

“Ah Ano…” Kana menutup wajahnya, karena dia sepertinya harus menutupi sebuah kenyataan. Marie dan Kyoko saling lihat-lihatan dengan aneh. Kana anak orang kaya, jadi pasti dia bisa makan di tempat-tempat seperti itu.

“Kenapa seperti itu reaksinya?” bingung Marie.
“Haha.. Mungkin karena aku tadinya ingin menutupi soal ini dari kalian”
“Apa itu?”
“Aku makan disana dengan Abe-Sensei” senyum Kana.

“APA??” Kyoko dan Marie kaget sekaget-kagetnya. Kana Mitsugi makan bareng dengan Kazuo Abe Sensei di restoran Perancis mahal di daerah Ginza? Gila.

“Haha…” Kana tersipu. dan dia menutupi tawanya dengan tangan.
“Eh, jangan-jangan kamu dan Abe-Sensei…..” Marie mengernyitkan dahinya, berharap pertanyaannya dijawab oleh Kana.

“Iya”
“EH? Bagaimana bisa?” Kyoko tampak makin terbelalak, dan dia jadi lupa untuk meminum kopi yang sudah dia angkat cangkirnya itu. Untuk sesaat, mereka terpaku di meja kecil itu.

“Haha… Panjang ceritanya”
“Cerita! kita punya banyak waktu di dunia untuk Mitsugi Kana dan Abe Sensei”

“Intinya…. Di satu malam, sehabis aku beres bekerja di bakery, aku papasan dengannya…. Dan tentu, kami menyempatkan waktu untuk minum kopi dan ngobrol bersama…. Tentu saja kami membicarakan banyak hal…. Sejak saat itu, karena kami bukan dosen dan murid lagi, kami saling bertukar kontak….” cerita Kana.

Marie dan Kyoko cuma mengangguk-angguk seperti orang bodoh, sambil mendengarkan dongeng cinta beda usia antara Kana dan Abe-Sensei.


“Lalu ya… kami makin sering bertemu dan aku sering berkonsultasi padanya soal masa depanku, karena seperti yang kalian sudah tahu, ayahku menawarkan sejumlah modal agar aku bisa membuka bakery sendiri” Kana tersenyum kecut, karena dia tidak ingin terdengar sombong di hadapan kedua sahabatnya. “Dan selanjutnya, itu semua terjadi begitu saja…..”

“Aku senang sekali mendengarnya” Kyoko tersenyum. “Aku harap masa depan kalian menyenangkan”
“Hahaha… Kami belum memikirkan soal pernikahan, butuh waktu buat dia pasti untuk bisa melupakan pahitnya pernikahan, lagipula, dia sedang memikirkan bagaimana caranya untuk mengambil hak asuh anaknya dari istrinya” jawab Kana.

“Mungkin salah satunya, dia harus menikah lagi” canda Marie.
“Ah, dasar… Becandamu itu….”
“Hahaha”

Suara tawa yang menyenangkan dan senyum mereka mewarnai temu kangen mereka bertiga hari itu. Mereka semua sedang berada di jalan yang benar. Marie sedang menabung bersama pacarnya, Yusuke Kamiya, agar dia bisa membuka coffee shop sendiri. Kana sedang mempertimbangkan untuk memiliki usaha sendiri, dan sedang merajut hubungan yang ia idam-idamkan bersama Abe Sensei. Sedangkan Kyoko, sudah berada di zona nyamannya, yakni menjalankan usaha orang tuanya, dan menjalin hubungan yang menyenangkan dengan Hiroshi Tanabe, calon chef kenamaan yang sedang berjuang meniti karir di bisnis kuliner.

------------------------------

110.jpg

“Ojama Shimasu” seru Kyoko pelan saat mereka berdua masuk ke dalam apartemen Hiroshi malam itu. Mereka habis makan malam di luar, setelah shift kerja Hiroshi yang ketat. Hangatnya Ramen di musim gugur membuat mereka merasa nyaman. Tentu Hiroshi bosan, hampir setiap hari ia melihat masakan prancis di depan matanya. Oleh karena itu, Ramen menjadi pilihannya untuk makan malam.

Setelah membuka sepatunya, Hiroshi merayap dengan malasnya ke arah karpet. Dia berbaring di sana, sambil menyalakan televisi dengan remote.

Kyoko membantu Hiroshi dengan mengambil tumpukan surat yang ada di kotak surat apartemennya. Dia lantas menyusul Hiroshi dan dia meletakkan surat-surat itu di atas meja.

“Aku punya mimpi” bisik Hiroshi mendadak, di sela-sela suara ribut dari televisi.
“Apa itu?” Kyoko duduk di sebelah Hiroshi, meluruskan kakinya dan dia memegang tangan Hiroshi dengan nyamannya.

“Aku ingin kamu nanti kalau datang kesini, bilangnya Tadaima” tawa Hiroshi.
“Ahahaha….”

“Kapan jadinya, kamu mau mulai memikirkan untuk tinggal bersama?”
“Entahlah…. Itu keputusan yang agak sulit, aku ingin bicara dengan Okasan soal itu, tapi entah kenapa, seperti ada yang menghalangi…” Kyoko tersenyum kecut, karena dia ingin sekali tinggal bersama Hiroshi, tapi dia tampaknya terlalu takut atau malu untuk meminta izin kepada ibunya.

“Sini kalau begitu” Hiroshi menarik tangan Kyoko dengan lembut, dan Kyoko pun jatuh ke dalam pelukan Hiroshi. Mereka lantas berguling pelan, dan Kyoko akhirnya berbaring di atas karpet. Hiroshi lantas mencium bibir Kyoko dengan lembut. Bibir mereka saling bersentuhan dengan hangatnya, dan kedua tangan mereka saling bertaut, tampaknya seperti tidak ingin melepas.

“Soal Prancis, bagaimana?” tanya Kyoko.
“Entah, aku tidak berharap sama sekali”

Hiroshi menjawab sambil menciumi leher pacarnya. Hangat tubuh Kyoko dan wangi yang ada di tubuhnya membuat perasaan nyaman di dalam tubuh Hiroshi menggelegak. Dia tampaknya ingin bermesraan semalaman dengan Kyoko, sambil mencoba melupakan Prancis.

Ya, sebagai pusat kuliner, Prancis memang mengisi kepala Hiroshi. Sudah lama ia ingin belajar disana. Dan sudah lama juga dia mencari-cari kesempatan untuk ikut course maupun short course untuk meningkatkan skillnya sebagai koki. Dia juga ingin tumbuh kembang di tempat asal masakan-masakan yang setiap hari dia masak.

Tapi, sampai sekarang, dari beberapa course dan short course yang ada, Hiroshi belum mendapatkan kesempatan untuk mengikutinya. Bisa dimengerti, karena selain pelamarnya pun banyak dan tempatnya terbatas, tentu mereka mencari calon-calon chef yang potensial untuk dididik. Dan pasti jumlahnya ada ratusan, bahkan ribuan di seantero Jepang ini. Mulai dari yang masih muda seperti Hiroshi, dan bahkan mungkin ada yang sudah seumur ayahnya Hiroshi.

Tapi ada satu course panjang yang lebih sedikit peminatnya. Waktunya course mungkin memakan setahun lebih. Hiroshi sudah mendaftar kesana, tapi dalam hati, dia berharap hasil yang negatif. Dia berharap agar dia tidak diterima, agar tidak harus pergi jauh dari Kyoko, dalam hal ini beda negara.

Dan sejak daftar course yang terakhir itu, Hiroshi memang melupakannya jauh-jauh. Dia tidak ingin mengingatnya, agar dia tetap bisa dekat-dekat dengan Kyoko dalam waktu dekat ini.

“Nnn… Hiroshi” tampaknya Kyoko merasakan kenyamanan yang sama. Dia merasa hangat, dan ingin sekali mulai bergumul dengan pacarnya itu di atas ranjang. Dan Kyoko benar-benar ingin bisa menginap, tinggal bareng, dan lainnya bersama Hiroshi. Dia ingin, ketika dia bangun, dia menatap wajah Hiroshi. Lalu membayangkan bagaimana repotnya mereka berdua mengurus apartemen atau rumah bersama, pasti menyenangkan.

Oleh karenanya, Kyoko agak-agak merasa bahagia karena Hiroshi belum saja mendapatkan kesempatan untuk ikut course di Prancis.

Mereka berdua mulai bergeser, dan Hiroshi berusaha bangkit, sambil bertumpu di coffee table kecil, yang tadi dijadikan tempat Kyoko untuk menyimpan surat-surat yang dia ambil dari kotak di depan.

“Eh? Tunggu…….” Hiroshi menghentikan proses bermesraannya dengan Kyoko, karena matanya melihat salah satu amplop yang menarik hatinya.

“Doushite?” tanya Kyoko bingung, karena pacarnya seperti sedang ditekan tombol pause nya.
“Itu… Surat yang itu….” Hiroshi tampak excited, dan dia dengan antusias mendekat ke arah coffee table kembali, dan memungut surat itu.

Tak lama kemudian, dia merobek amplopnya, dan dia mulai membaca isinya dengan seksama. Kyoko diam saja, dia duduk di kasur Hiroshi sambil membayangkan apapun yang mungkin terjadi. Mungkin dia diterima di salah satu course yang ia daftar, pikir Kyoko. Dan tentunya, Kyoko pasti akan senang mendengar segala macam berita baik. Tapi dalam hati, dia tidak ingin Hiroshi pergi.

“Hmmm…..” Hiroshi tampak tersenyum kecil, sambil menarik nafas panjang. “Baca ini”

Hiroshi mengulurkan tangannya, memberikan surat yang isinya nampak penting itu ke Kyoko. Kyoko duduk dengan posisi tak nyaman, dan dia langsung meraih surat tersebut. Dengan gerakan lambat, Kyoko mulai meneliti isi surat tersebut. Perlahan, dia berusaha mencerna satu demi satu huruf yang tertera disana. Dan hurufnya pun bukan huruf jepang semacam Hiragana, Katakana, dan Kanji. Isinya adalah dalam bahasa inggris yang resmi. Artinya surat ini bukan dari institusi Jepang.

Ya, surat itu datang dari salah satu penyelenggara pendidikan yang terletak di luar negeri. Prancis lebih tepatnya.

Perasaan campur aduk ada di dalam hati Kyoko. Perasaannya benar-benar tidak jelas. Terombang ambing antara sedih, kesal, bangga, senang, kecewa dan bingung.

“Hiroshi ini….”
“Iya…”
“Artinya, kamu diterima… Dan akan mulai menjalani course dalam waktu tiga bulan lagi….”


“Iya” Hiroshi tersenyum. “Cepat juga ya? Mungkin itu karena aku selama dua tahun ini sudah memiliki sertifikat bahasa Prancis dari tempat les…..” sambung Hiroshi dengan suara yang pelan. Dia membaca gerakan-gerakan muka Kyoko yang tak wajar.

“Setahun, Hiroshi… Selama setahun penuh kamu akan belajar di Prancis” Kyoko menelan ludahnya. Dalam hati, dia berharap ini tidak benar-benar terjadi. Ya, salah satu cooking course yang prestisius menerima Hiroshi sebagai muridnya. Dan benar, yang menerima Hiroshi adalah yang memiliki waktu course paling lama.

“Iya”

Kyoko dan Hiroshi diam berdua. Aura kehangatan yang tadi ada berangsur menghilang.

Mereka saling menatap. Hiroshi, yang tentu saja perasaannya sedang senang sekali, terpaksa harus menahan perasaannya karena dia melihat raut Kyoko yang begitu tampak tak rela membiarkan Hiroshi Tanabe pergi selama setahun. Dan pikiran Kyoko, memang kemana-mana. Bagaimana kalau nanti Hiroshi setelah lulus course malah bekerja di Prancis? Tentu saja Hiroshi harus resign dari tempat dia bekerja sekarang, dan kalaupun setelah lulus dia memutuskan untuk kembali ke Jepang, maka dia harus mulai daftar-daftar pekerjaan lagi, atau mulai merintis usaha sendiri.

Jujur, banyak pemikiran yang liar di dalam kepala Kyoko, dan semuanya itu tergambar jelas di ekspresi wajahnya yang tak keruan. Di satu sisi dia senang karena Hiroshi akhirnya bisa belajar masakan Prancis langsung di negara asalnya, tapi di sisi lain, dia merasa begitu berat, membayangkan tanpa Hiroshi setahun penuh.

Kyoko sudah menjadi sangat dependen secara perasaan kepada Hiroshi.

“Aku… aku senang, tapi….”

“Tapi kenapa, Kyoko…” Hiroshi berusaha tersenyum, menghibur Kyoko.
“Setahun… Ano….”

“Iya, lama ya”
“Iya” jawab Kyoko pelan.

“Kalau begitu, kenapa kita tidak menikah saja sebelum aku berangkat ke Prancis? Kita tinggal bareng disana, bagaimana?”

“Eh?”

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 66

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg


- Kyoko Kaede (22)
- Marie Taniguchi (22), teman akrab Kyoko sejak di Senmon Gakkou
- Kana Mitsugi (22), teman akrab Kyoko sejak di Senmon Gakkou

- Hiroshi Tanabe (22), pacarnya Kyoko, teman sejak di Senmon Gakkou

Glossary :

O-jama shimasu : Salam untuk bertamu ke rumah orang
Tadaima : Salam untuk pulang ke rumah
Josei Manga : Manga untuk perempuan dewasa
Doushite : Kenapa
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Dan sepertinya... ini kunci perpisahan Kyoko dengan Hiroshi.
Sepertinya akan ada kejadian hebat setelah ini.

Mungkinkah mereka LDR-an, tapi Hiroshi tergoda cewek Prancis dan selingkuh di sana?
Mungkinkah begini...
Mungkinkah begitu...
Aaarrgghh! Makin penasaran nih.

Dan Om RB pun lalu nge-delay ceritanya dengan update berikutnya full cerita Haruko. Terlalu. :aduh:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd