Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Gan, tiap hari gw ngecek dan berharap agan update, ceritanya keren gan..serasa baca cerita2nya di majalah Hai dulu atau...alur penulisan tahun 90an...
 
Gan, tiap hari gw ngecek dan berharap agan update, ceritanya keren gan..serasa baca cerita2nya di majalah Hai dulu atau...alur penulisan tahun 90an...

Duuh tersanjung ane huu, maturnuwun suhu :ampun:
Njiir majalah 'hai' saudaranya 'aneka yes' itu ya? hahaha jadi inget ane dulu suka baca2 majalah macam gitu juga milik mbak laras. Dulu ane percaya banget tuh sama ramalan zodiak di majalah itu :hammer:
 
ssnya kurang ditail suhu , juga kurang hot ... bisa ambil referensi dari jav suhu , buat daya tarik bisa dong 2 - ronde gitu ... ...
biar tambah semangat ane kirim cendol
 
ssnya kurang ditail suhu , juga kurang hot ... bisa ambil referensi dari jav suhu , buat daya tarik bisa dong 2 - ronde gitu ... ...
biar tambah semangat ane kirim cendol

Siap ndan semoga kedepan bisa lebih detail dan hot lagi.. Ane sadar kelemahan terbesar ane ada di SS nya. Benar-benar susah menggambarkan betapa nikmat bercinta kedalam sebuah tulisan. Tapi ane tetep akan belajar hu..
maturnuwun kripik saran dan cendolnya huu :ampun:
 
Kaya nya kak siska tuh yg nelpon...

Jadi kangen sama kak siska :galau:
 
Bella kenapa marah yaa? Ketemu fara kali yaaa
 
fatihhanif19 said:
Mumpung lagi nyantai plus tuan putri lagi pergi, ane apdet lagi kali yak :ngeteh: :klove:
Cangcimen Cangcimen Cangcimen ayo beli beli
Bioskop mau dibuka.....
 




Roda itu bernama kehidupan. Saat kita berada diatas kadang berputar sangat cepat, namun ketika kita berada dibawah roda itu terlalu lambat berputar kembali. Kamu tau kenapa? Karena kehidupan tak semudah mengayuh sepeda untuk tetap stabil berjalan di atas aspal yg halus.

Sebelumnya ane mohon maaf dan mohon izin kepada jajaran moderator dan satpam sub forum ini untuk memberanikan diri menuliskan sebuah catatan sederhana seorang lelaki biasa yg hidup di daerah lembah Bukit Tidar. Dan teruntuk semua suhu-suhu dan agan-agan dimari, mohon bimbingan dan semangatnya selama ane posting cerita ini. Karena tanpa kalian, forum ini tak akan seramai ini. Dan ketahuilah jadi SR itu menyiksa.

"Uhuk... Uhuk..." Gimana keren kan pembukaan dari gue? Hahaha ;)

Gue harap jika nantinya cerita ini banyak yg ngebaca "keep silent" karena kota gue sangat sempit, ok? Namun jika pada akhirnya nanti cerita ini sepi pengunjung, tak masalah karena gue nulis ini untuk catatan dan memory buat gue untuk melukiskan tentang kehidupan gue yg seperti roda. Terserah kalian semua mau berpendapat cerita ini true story atau fiktif belaka, urusan gue hanya menulis sebuah roda kehidupan.:cool:

Gue sadar tulisan gue masih acak-acakan, lendir-lendir pun jarang membasahi cerita ini, sebab kehidupan ini tak melulu harus tentang lendir. Cerita ini dimulai saat gue masih duduk di bangku SMP. Semua nama tokoh dan tempat-tempat instansi sengaja gue samarkan atau gue ganti demi kebaikan kita semua.

Ah... kurasa cukup, rokok gue tinggal berapa isepan lagi. Semoga berkenan di hati kalian semua. "Fiiiuuuhhhh..."

INDEX CERITA :
Part 1 Aku dan Kalian
Part 2 Kaliurang Sore Itu
Part 3 Bella Namanya
Part 4 PHK Massal
Part 5 Wisuda Si Joni
Part 6 Bapak Semangatku
Part 7 Kak Siska Kenapa
Part Embuh Ketahuan Bini
Part 8 Akhir Dari Sebuah Awal
Part 9 Bimbang
Part 10 Sejuta Pertanyaan
Part 11 Kasihan Bapak
Part 12 Pulau Dewata Kala Itu
Part 13 Oh Bella
Part 14 Sahabat Terbaik
Part 15 Happy New Year

cepet update lg donk brooo
 
16. Sebuah Kabar

Malam ini aku sungguh merasakan lelah yg begitu hebatnya. Beberapa hari ini Ibu jatuh sakit. Setiap harinya aku mengurus Ibu dirumah dibantu sama Mbak Laras. Entah kenapa aku merasa damai dan tenang saat Mbak Laras bantuin aku menjaga Ibu. Ia bahkan sering bolos kuliah demi nemenin Ibu dirumah pagi hari saat kutinggal sekolah dan sore saat kutinggal kerja di pasar. Njjiir apa aku jadiin istri aja ya dia? Ah jangan ding, malas aku jadi saudara iparnya Gatot. :bata:

Disisi lain aku sedikit bahagia karena Ayah janji mau pulang akhir bulan nanti. Namun disisi lainnya aku cukup prihatin dengan keadaan ekonomi keluargaku yg semakin memburuk. Tanpa sepengetahuan Ibu, aku mendatangi seorang rentenir dimana Ibu meminjam uang. Diam-diam aku membantu Ibu mencicil tagihan hutang yg kalo tidak dibayar akan berlipat ganda suku bunga nya.

"Dit, kamu gk capek tiap hari kerja gitu?" Tanya Mbak Laras saat berada di rumahku usai aku pulang kerja dari pasar.

"Lha mau gimana Mbak, warung akhir-akhir ini juga sering tutup juga, gk mungkin lah aku minta duit ke Ibu..."

"Kalo masalah itu sih tiap hari aku kasih uang saku ke kamu juga gk papa..."

"Gk usah Mbak! Makasih..."

"Yauda tiap hari motorku kamu bawa aja Dit buat sekolah, kan lumayan tuh bisa ngirit dikit..."

"Lha kuliah Mbak Laras gimana?"

"Ya gampang kalo itu, aku bisa suruh nganter temen, atau kalo gk aku antar jemput deh Dit..."

"Gk usah Mbak makasih..." Ucapku menolak halus.

"Kamu ini emang keras kepala, persis Mas mu!" Kata Mbak Laras lalu noyor kepalaku.

"...."

"Ckckck..."

"Eh Mbak, Alhdulillah Ibu udah mendingan ya..."

"Iya... Kasihan Ibumu Dit, banyak pikiran dia! Makannya kamu jangan nambahin pikiran Bude!" Seru Mbak Laras galak.

"Lha kan aku malah ngebantu..."

"Hmm... Iya, tapi Bude tuh pikiran dan curiga kenapa kamu akhir-akhir ini sering keluar kalo pulang sekolah!"

"Tapi Mbak gk bilang kan kalo aku kerja?" Tanyaku ke Mbak Laras.

"Enggak kok, tapi kamu harus bilang jujur suatu saat nanti Dit..."

"Iya Mbak..."

"Yaudah Mbak pulang dulu ya..." Kata Mbak Laras beranjak untuk pergi.

"Makasih ya Mbak..."

"Hmm iya..."

Aku sangat bersyukur mengenal Mbak Laras. Perhatiannya benar-benar membuatku bisa merasakan kehadiran seorang kakak perempuan. Ia selalu menasehatiku tentang apapun, entah itu persoalan asmara, pergaulan, bahkan ranjang. Benar-benar kakak idaman. :hammer:

---

(Masih) Pertengahan Februari 2004

Hari ini setelah membantu Ibu kulak barang dagangan di pasar, aku sengaja nongkrong di warung Mas Bendot dulu untuk sekedar ngopi. Rencananya besok Ibu akan membuka warungnya lagi pasca sakit kemarin.

Aku menggunakan motor milik Mas Tono buat bawa barang belanjaan ini. Berkat kerja di pasar, aku mendapatkan banyak bantuan dari rekan kerjaku disana, rekan kerja. Dan aku juga tau mana toko atau kios yg paling murah untuk kulakan.

Cuaca sore Magelang yg dingin membuat kopi panas sangat pas untuk dinikmati. Sambil menikmati kopi hitam buatan Mas Bendot, terdengar olehku perbincangan beberapa pemuda yg juga sedang nongkrong di warung kopi ini.

"Gila tuh anak Pak Beni, denger-denger sekarang bisa dipake!"

"Iya, kata temen sekolahnya juga gitu..."

"Kira-kira berapa ya semalem... Hahaha..."

DEG... Entah kenapa jantungku berdetak kencang saat mendengar obrolan pemuda-pemuda itu.

Anak Pak Beni? Berarti Fara dong? Ah mana mungkin dia begitu, pikirku.

Lalu kuambil satu batang rokok super yg kubeli eceran, kusulut rokok favoritku baru-baru ini. Kemudian kuhisap dalam-dalam mencoba mencerna omongan mereka. Apa benar apa yg mereka omongin? Coba deh aku tanya ke pemuda itu,

"Sori mas... Maksudnya Fara ya?" Tanyaku ke salah satu pemuda itu.

"Yaiyalah bro! Siapa lagi anak Pak Beni kalo bukan Fara?" Jawab pemuda itu.

"Kowe kenal bro?" Tanya pemuda yg satunya.

"Emmm... Gk kok mas, cuma sekedar tau aja, hehe..." Jawabku pura-pura tersenyum.

"Oh... Kata temenku yg sekolah di SMA 123, dia suka dijemput om-om!" Kata pemuda itu lagi.

Mana mungkin sih dia begitu. Bulan lalu aku baru aja ketemu. Kucoba berfikir dengan akal sehat, gk mungkin! Dari sudut pandang manapun Fara gk bakalan seperti itu.

Apa aku tanya langsung ke Fara aja ya? Ah tapi mana mungkin, bisa tersinggung dia nanti.

Entah kenapa aku menjadi khawatir dengan keadaannya saat ini. Setelah pertemuan di Jogja dan pergulatan panas di kamarnya dulu, dia bahkan tak ada kabar sama sekali. Aku pun tidak menghubungi Fara lagi. Ah bodo amat, bukan urusanku juga. Eh tapi bener gk ya? Njiir khawatir aku.

Kuhisap kembali rokok ini, "sssstttt.... Fiiiiuuuuhhhh...." Pikiranku menjadi bercabang kemana-mana mendengar gosip murahan dari pemuda-pemuda kampung sebelah yg bahkan tak kukenal itu.

Setelah menghabiskan sebatang rokok, langsung kubayar kopi ini ke mas Bendot. Njir jadi pahit gini kopinya.

"Iki mas..." Kataku seraya memberi uang pas ke mas Bendot.

"Tumben Dit cepet-cepet..." Tanya Mas Bendot.

"Iya ni Mas, kasihan Ibu lama nunggu belanjaan nya..." Jawabku. "Yo wis aku pamit ya mas... Mari mas semuanya..."

Setelah basa-basi pamit, langsung kunyalakan dan kuarahkan motor ini menuju rumah. Selama berjalan menuju rumah, pikiranku masih bertanya-tanya tentang kebenaran gosip itu. Selain aku anggap kakak (ketemu gede), Fara juga telah aku anggap teman baik.

Selang beberapa saat kemudian, sampailah aku dirumah sederhana milik keluargaku ini. Lalu kubawa barang belanjaan menuju warung dan meletakkannya di rak dan etalase kecil yg telah ditentukan.

Selesai menata barang dagangan, kulangkahkan kaki ini menuju kamar. Kurebahkan tubuh ini ke kasur dengan pikiran yg masih menerawang jauh memikirkan keadaan Fara. Predikat sebagai primadona sekolah yg dulu ia sandang, kini telah berubah menjadi cewek bispak disekolahnya.

Apa benar dia seperti itu? Ah mana mungkin! Tapi kenapa orang-orang di warung kopi Mas Bendot tadi bisa bicara begitu? Udahlah... Bukan urusanku juga! Emmm... Tapi? Ah tau ah, mending mikirin tugas aja deh.

Kemudian kurogoh saku celanaku, kuambil hapeku, lalu aku ketik sms untuk Novi menanyakan tugas kelompok yg diberikan guru kewarganegaraan.

To: Novi
Nov gimana tugasnya? Mau dikerjain kapan?

From: Novi
Terserah, nanti gimana? Jam 7an, si Prapto bisanya jam segitu.


"Gimana kalo sekarang aja aku kesitunya, bete nih dirumah!" Balasku.

"Yoyoi... Aku tungguin dirumah, masuk aja nanti!" Balas Novi kembali.

"Ok!" Balasku singkat.

Setelah kubalas sms tersebut, langsung kulangkahkan kaki ini keluar kamar menuju motor Mas Tono yg aku pinjam di halaman rumah.

---

"Ting... Tong..." Suara Bel yg kupencet ketika aku sampai di gerbang rumah yg lebih mirip istana ini. Selang beberapa saat kemudian, tampak Bu Sri keluar dari rumah itu.

"Eh Nak Adit... Silahkan masuk, udah ditungguin Mbak Novi di atas..." Ucap Bu Sri halus seraya membuka pintu gerbang.

"Iya Buk... Makasih..." Kataku lalu mendorong motor masuk ke dalam. "Gk ditawarin minum nih? Hehe" candaku kemudian.

"Hehe... Ibuk udah tau kok, soda gembira kan? Hehe..." Ucap Bu Sri tersenyum sopan.

"Hehe... Iya Buk, tau aja sih... Ya udah aku masuk dulu ya..."

"Silahkan Nak Adit..." Balas Bu Sri seraya menutup kembali gerbang rumah ini.

Setelah kuparkir motor di depan garasi, aku berjalan ke pintu masuk rumah Novi.

Aku selalu bingung ketika sampai di pintu ini, antara tetap memakai alas kaki atau melepasnya. :o

Akhirnya karena memang takut kotor, kulepas alas kaki yg kupakai ini, lalu aku berjalan lagi menaiki tangga menuju lantai atas tempat biasa Novi menghabiskan waktunya.

"Woe Nov..." Sapaku.

"Lhah... Dilepas lagi sandalmu? Ckckck..." Tanya Novi sambil menggelengkan kepala.

"Haha, takut kotor Nov! Udah ah, lagi ngapain kamu?" Kataku seraya duduk di karpet.

"Biasa, nonton TV..."

"Si Prapto kemana sih? Kok bisanya jam tujuh?" Tanyaku.

"Ada rapat pengurus ekskul theater dia..."

"Owh..." Kataku singkat seraya mengambil cemilan wafer di meja.

Si kunyuk satu itu emang punya bakat akting, dia bahkan pernah menang di lomba theater antar kota mewakili sekolah kami. Keren kan? Tapi sayang cita-cita nya sebagai aktor komedi tengah malam gagal wujudkan. :bata:

"Kwamu gwak kwe gwerejwa Nuov?" Tanyaku dengan mulut yg penuh dengan wafer.

"Udah, tadi pagi!" Jawab Novi singkat masih sibuk dengan acara TV yg ia tonton.

"Owh..."

"Eh Dit... Udah denger gosip tentang Kak Fara belum?" Tanya Novi tiba-tiba.

"Hah gosip? Gosip apaan?" Kataku menyelidiki.

"Masak sih kamu gk tau? Bukannya kalian deket ya? Anak-anak musik lagi pada ngomongin ini lho..."

"Apaan sih?" Kataku lalu menggelengkan kepala.

"Emm... Katanya sih dia jadi cewek gk bener Dit di sekolahnya..."

"Gk bener gimana?"

"Ya itu, katanya biasa dibawa om-om!"

"Uhhuuukk... Hoooekkk...." Kumuntahkan wafer yg ada dimulutku.

"Bu Sriiiiiii.... Minumnya mana!" Teriak Novi. "Kamu kenapa sih pake keselek segala! Jadi kotor kan itu!" Imbuh Novi.

"Sori-sori Nov... Kaget aja dengernya..." Kataku terkejut karena mendengar kabar yg sama.

"Awalnya sih aku juga gk percaya... Tapi kayaknya emang bener gitu sih..."

"....."

"Kasian dia selalu jadi omongan dimana-mana..."

"....."

"Heh! Diem aja sih!" Seru Novi.

"Emm... Terus masalahnya buat kita apa?" Kataku santai.

"Ya gk ada sih..."

"Ya udah kalo gitu, terserah dia nentuin jalan hidupnya. Lagian aku gk percaya kok, tapi kalo pun emang bener pasti dia punya alasan yg kuat..." Ucapku menjelaskan. Njiir keren kan aku? Berkat majalah 'Aneka Yeah' tuh! :haha:

"Iya sih... Ngomong-ngomong kapan terakhir kalian ketemu?" Tanya Novi.

"Emmm... Ya dulu itu pas tahun baru..."

"Emm... Bella tau Dit kalo kita ketemu Kak Fara di Jogja?"

"Ya gk lah! Saling ngejaga perasaan aja Nov, lagian kita juga gk sengaja kan ketemu dia..."

"Owh..." Ucap Novi manggut-manggut.

"..."

"Eh Dit, kamu sadar kan kalo dulu Kak Fara suka sama kamu?" Tanya Novi.

"Ngomong apaan sih kamu... Udah deh, kita ngerjain tugas aja sekarang!"

"Hmmmm.... Ngerjain gimana? Bukunya kan dibawa Prapto!"

"Haduuuh... Yaudah kalo gitu minumnya mana sih Nov, haus nih... Hehe..."

"Iya... Iya bentar, aku tanyain Bu Sri dulu di bawah..." Kata Novi berdiri lalu berjalan menuju tangga.

Setelah Novi ke bawah, kuganti chanel tv, mencoba mengalihkan pikiranku mengenai gosip tentang Fara.

Kenapa cepat sekali gosip itu menyebar? Kenapa juga aku jadi kepikiran dia? Jadi kangen goyangannya. :hammer:

"Allahuakbar... Allahuakbar..." Terdengar sayup-sayup suara adzan dari kejauhan.

"Heh kamu sholat kan?" Seru Novi sambil membawa segelas soda gembira.

"....."

"Heh Dit!"

"Hem... Apaan?" Tanyaku masih asyik mantengin Laudya Chintya Bella di sinetron yg populer banget.

"Kamu gk sholat? Tuh udah Adzan Maghrib!"

"...." Aku cuma bengong denger Novi ngomong gitu.

Njiir mati gaya deh aku. Malu rasanya diingatkan sholat sama Novi. Aku juga lupa kapan terakhir aku sholat secara khusuk. Selama Ayah pergi ke Jakarta, aku jadi lupa kewajiban menjadi seorang muslim.

"Iya Nov... Ini juga mau sholat!" Kataku pura-pura.

"Yaudah buruan... Tuh Bu Sri juga mau sholat, barengan aja gih!"

"Okedeh..." Seruku lalu berjalan turun menyusuri tangga menuju ke dapur.

Kulihat Bu Sri sudah memakai mukena miliknya. Langsung aku sapa dan bilang kalo aku juga mau sholat, Bu Sri nungguin aku wudzu lalu aku dan Bu Sri sholat berjama'ah.

"Udah selesai sholatnya?" Tanya Novi ketika aku kembali ke lantai atas.

"Udah Nov... Makasih ya, hehe..."

"Heem... Dit, anter beli pulsa dulu yuk!" Ajak Novi.

"Dimana?"

"Counter depan tuh..."

"Oke..."

Kemudian kami jalan kaki ke counter yg Novi maksud. Gk jauh, cuma beberapa meter aja dari rumah Novi.

Sesampainya di counter, Novi langsung membeli voucher pulsa. Njiir dia beli pulsa seratus ribu!

"Kamu sekalian ya..." Ucap Novi

"Pulsaku masih kok Nov, gk usah..." Kataku menolak. Padahal ngarep.

"Halah sekalian, udah aku bayar juga nih voucher.."

"Duh Nov makasih ya..." Kataku halus. Tapi di dalam hati girang banget dibeliin pulsa lima puluh ribu sama Novi. :D

Usai membeli pulsa, kamipun kembali ke rumah Novi. Beberapa saat kemudian sampailah di depan rumahnya. Terlihat ada motor lain di depan garasi.

"Tuh Prapto udah dateng..." Kata Novi seraya membuka pintu gerbang rumahnya.

"Pake motor siapa tuh dia?"

"Tau deh, Kakaknya mungkin!" Jawab Novi sambil menutup kembali pintu gerbang. Padahal satpamnya udah lari-lari mau bukain.

Lalu kami berjalan menuju dalam rumah mengikuti Novi dibelakang.

"Dipake aja sandalnya!" Seru Novi.

"Hehe... Iya deh Nov..."

Kamipun langsung berjalan menuju tangga. Terdengar suara televisi dari tangga.

"Woe darimana kalian?" Sapa Prapto ketika melihat kedatangan kami.

"Beli pulsa!" Jawab Novi singkat.

"Walah tau gitu titip sekalian, hehe..." Ucap Prapto.

"Halaaah! Alasan aja kowe su! Bilang aja pengen dibeliin pulsa!" Sahutku.

"Fakyu!"

"Yaudah yuk langsung ngerjain tugas aja!" Kata Novi seraya duduk di karpet dan mengambil beberapa kertas yg ada di bawah meja.

"Kita bagi aja kalo gitu!" Kataku.

"Bagi gimana?" Tanya Prapto.

"Ya kita bagi tugas su!" Jelasku.

"Oke kalo gitu besok kamu yg ngetik ya Dit... Kita tulis kerangkanya aja sekarang!" Ucap Novi memutuskan.

"Hhhmmm... Lagi-lagi aku yg ngetik!" Keluhku. Berkat suka bantuin ngetik tugas kuliahnya Mbak Laras aku jadi cepet kalo ngetik di keyboard komputer.

"Hahaha... Salah siapa bisa cepet kalo ngetik di komputer!"

Setelah menentukan tugas masing-masing, kami memulai membuat tugas analisa mata pelajaran Kewarganegaraan dengan tema Korupsi Di Indonesia. Keren kan tugas di sekolah SMP 002 ini? :cool:

Novi terlihat serius mencatat poin-poin dibeberapa artikel yg ia kumpulkan. Sedangkan Prapto malah asik nonton acara TV. Emang kunyuk tuh bocah!

"Heh cuk asu kowe! Itu ditulis malah nonton tv!" Seruku.

"Udah tadi..." Kata Prapto Singkat.

"Hmmmm.... Eh Nov kayaknya solusi untuk nanggulangin korupsi itu bukan hukuman mati deh..." Kataku.

"Lha terus menurutmu? Ada solusi lain?" Tanya Novi menghentikan tulisannya.

"Emm... Menurutku sih kalo hukuman mati bisa diakali deh Nov... Tau sendiri kan Indonesia?"

"Terus?" Sahut Prapto tiba-tiba.

"Ya yg harus diubah itu sistemnya, sistem yg membuat korupsi itu merajalela. Menurutku sih kita harus merubah sistem ini sejak dini. Moral, itu yg harus diperbaiki di generasi penerus kayak kita ini. Jika kesadaran moral telah tercapai, pasti korupsi akan teratasi..." Kataku menjelaskan.

"Sistem ya? Iya juga sih..."

"Nah itu yg mau aku bilang!" Sahut Prapto lagi.

"Hhhmmm.... Asu koe cuk!" Balasku.

"Ya itu bisa juga sih Dit, tapi itu semua kan perlu waktu..." Ucap Novi.

"Emmm... Iya bener, semuanya memang butuh proses Nov, gk ada yg instant! Menurutku dari pada hukuman mati, kayaknya lebih kongkrit perbaikan moral dulu deh..."

"Contone moralmu kui su seng kudu diperbaiki! (Contohnya seperti moralmu itu njing yg harus diperbaiki!)" Timpal Prapto asal.

"Koyo moralmu apik wae su! (Kayak udah bagus aja moralmu su!)" Balasku mendebat Prapto.

"Wis-wis... Ya udah kalo gitu pake pemikiranmu aja Dit..." Kata Novi manggut-manggut.

"Emm... Kita gabungin aja Nov pemikiran kita... Kalo perbaikan moral gagal, ya ditambah hukuman mati... Hahaha..." Kataku.

"Koe seng kudu dihukum mati su! Hahaha... (Kamu yg harus dihukum mati njing! Hahaha)" Sahut Prapto. Njiir perlu diservis tuh mulut.

"Karepmu su!" Kataku singkat, emosi.

"Kalian ini malah debat sendiri!" Seru Novi.

"Hahaha Adit tuh Nov..."

"Hmm... Yaudah Nov kita gabungin aja ya yg tadi itu..."

"Jangan, malah rancu kalo gitu... Udahlah aku tulis dulu nanti, kamu yg ngetik ya besok, sekalian kamu benerin kalo ada yg kurang pas..." Ucap Novi.

"Oke siap!" Jawabku singkat.

Njiir keren kan bahasan kita? Ini bukan obrolan mahasiswa Fisipol lho, ini bener-bener obrolan anak SMP. Keren ya SMPku dulu, kita dididik agar bisa menganalisa suatu kasus. Pantes kalo alumni nya banyak yg duduk di kursi legislatif.

Ok cukup promosi sekolah nya. :army:

Sambil menunggu Novi mencatat poin-poin hasil diskusi kami, terasa getaran di saku celanaku, "Drrrttt... Drrrrrrttt..." Ada sms nih,

From: Bella
Malem sayang... Lagi apa? Udah selesai belum belajar kelompoknya? Jangan lupa makan ya!


To: Bella
Malem juga Bella Sayang... Udah kok ni, tinggal nungguin si Novi nyatet aja trs pulang.


"Oke... Hati2 ya! Kabarin kalo udah sampe rumah!" Balas Bella.

Akhirnya setelah selesai mencatat, kamipun pamit pulang karena waktu juga semakin malam.

Selang lima belas menit kemudian, sampailah aku dirumah. Setelah kumasukkan motor Mas Tono ke dalam, langsung aku berjalan menuju kamar. Kurebahkan badanku ke kasur yg sangat empuk ini.

Tiba-tiba terasa getaran panjang di saku celanaku. Telpon nih,

>>+62815..... Is Calling<<

Njiir nomer ini lagi. Akhir-akhir ini aku sering mendapatkan telepon dari nomer tersebut. Tapi gk ada suaranya sama sekali. Karena emang penasaran aku angkat panggilan ini, oke ini terakhir kali.

"Halo..."

"..."

"Woe halooo, siapa nih?"

"..."

"Gk jelas! Jangan ganggu lagi. Bye!"

"Adit?" Terdengar suara perempuan di ujung telepon sana.

"Siapa sih ini? Gangguin orang aja kerjaanya!"

"Kamu apa kabar?" Tanya seorang perempuan di telepon itu tanpa menghiraukan ucapanku.

"..." Aku hanya diam, kuingat siapa pemilik suara itu. Suara yg tak asing buatku.

"Dit..."

"Siska? Ini Siska?" Ntah apa yg aku rasakan ketika aku yakin suara itu adalah suara milik Siska. Kaget, penasaran, senang, kangen. Njiir jadi baper.

"..." Ia hanya terdiam. Lalu kulihat layar di hapeku, masih tersambung.

"Halo... Ini bener Siska?" Tanyaku sekali lagi meyakinkan pemilik suara itu.

"Hehe... Kamu apa kabar?" Ucapnya serak, seperti baru nangis.

"Baik... Kamu sendiri gimana disana?"

"Baik Dit..."

"Maaf tadi marah-marah Sis... habis kamu juga kalo telpon diem aja, aku pikir orang iseng!"

"Hehe... Maaf..." Ujar Siska sesenggukan.

"Kamu nangis? Kenapa Sis?"

"Hehehe... Gk kok, seneng rasanya bisa denger suara kamu lagi..."

"Sama aku juga Sis... Magelang sepi nih gk ada kamu..." Candaku agar Siska berhenti menangis.

"Haha kamu bisa aja, oiya gimana sekolahmu? Lancar? Mau Ujian kan?"

"Lancar kok, Ah masih lama kok ujiannya!"

"Yeee jangan gampangin gitu, kamu gk berubah ya selalu gampangin sesuatu!"

"Hahaha... Oiya dapat nomorku dari siapa Sis?"

"Ada deh... hehe..."

"Pasti Kak Dina!" Kataku teringat beberapa hari yg lalu ketemu Kak Dina lalu tukeran nomor.

"Lhoh kok tau?"

"Tau dong, Apa sih yg aku gk tau?" Kataku pongah.

"Perasaanku..." Ujar Siska singkat.

Njiir salah ngomong aku.

"..."

"Nah kan diem aja..."

"Hehe... Tau kok Sis..."

"Kalo tau kenapa diem aja daridulu?" Tanya Siska to the point.

Njiir ini kenapa malah jadi ngobrolin perasaan.

"Belum saatnya..." Jawabku sedapat mungkin biar gk salah ngomong lagi.

"Hmmm... Kalo aku tungguin sampe pada saatnya nanti, gimana?"

"..." Mampus. makin bingung mau ngejawab apa. Disatu sisi aku seneng seseorang yg memang spesial buatku kembali hadir, namun disisi lain gk mungkin aku mengkhianati Bella. Kenapa jadi kayak gini sih! :hammer:

"Iya Sis..."

"Iya apa?" Desak Siska.

"Ya iya..." Jawabku buntu.

"Hahahahaha kamu emang lucu daridulu! Hahahaha..." Kata Siska tertawa terbahak-bahak. Aneh.

"..."

"Hehe... Oiya Dit..."

"Kenapa?"

"Bener kamu deket sama Fara?"

"Wah berita darimana tuh? Enggak lah..." Jawabku bohong.

Njiiir pasti ada yg ember nih, gk mungkin Siska yg ada di seberang pulau bisa tau, sedangkan Bella malah gk tau. Eh tapi emang kita gk deket kok, terakhir ketemu juga saat tahun baru itu doang (dikamarnya). :bata:

"Bener?"

"Iya bener, suer deh! Gk ada apa-apa kok, cuma sesekali aja kebetulan ketemu..." Kataku berusaha meyakinkan Siska.

"Syukur deh..."

"Kenapa gitu?" Tanyaku mancing.

"GK PAPA!" Bentak Siska.

"Hahahaha... Oiya kapan nih balik ke Magelang..."

"Emm... Kapan ya... Pada saatnya nanti Dit..."

"Hmmm...."

"Oiya gimana kabar temen-temenmu itu? Novi, terus yg nyolot mukanya itu siapa lupa aku..."

"Oh Prapto... Hahahaha, baik Sis..."

"Salamin ya..."

"Iya Sis..."

Malam itu aku ngobrol banyak sama Siska di telepon. Dia tidak mengatakan secara pasti kapan dia akan ke Magelang lagi. Cara bicara ataupun logat bicaranya masih sama seperti Siska yg dulu. Dia juga bilang "Aku tetap kayak gini, dan akan tetap kayak gini..." ntah apa maksudnya aku juga tak paham. Siska-siska... Kayak apa ya dia sekarang, pasti makin cantik. Duh kenapa jadi kangen gini? Njiir dengerin lagu jamrud ah.

"Aku di sini, dan engkau di sana...
Membentang luas samudra biru, memisahkan kita...
Ingin ku, berenang ke kotamu, Tapi pasti tenggelam dan kau sedih...

Kirimi aku, kabarmu di sana...
Lewat telepon, surat, faksmili, ngobatin rinduku...
Kirim juga, foto ukuran jumbo, Biar nanti ku pajang di kamarku...

Ngurangin beban ini, Ngurangin sesak ini, Ngurangin rasa ingin bertemu...
Enggak perlu curiga, Karna tahu kau masih, Memegang janji yang dulu pernah kita sepakati...

Mungkin tak lama lagi, aku hadir di sana, Atau tak lama lagi, kau yang ada di sini..."


Setelah lagu itu selesai, baru kusadari kalo aku belum balas sms Bella. Kubuka inbox di hapeku dan ternyata telah ada 14 pesan masuk, dan itu dari Bella semua! Wah gawat!
Maaf ya Bell... :hammer:

Bersambung..... :adek:

"Masa gini aja gk bisa sih Dit..."
"Susah juga ya ternyata..."
"Muuchh..."
"Maaf..."
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd