Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
14. Sahabat Terbaik


"Keroyokan nih?"

"Asu kabeh koe!" Seru Prapto tiba-tiba menyerang mereka dengan kayu yg ia ambil di bawahnya.

"Bruggghh..."

Melihat Prapto yg tiba-tiba menyerang gerombolan itu, aku langsung melancarkan pukulan ke salah seorang murid SMA itu. Walaupun jelas akan kalah, tapi setidaknya kami memberikan perlawanan.

"Brragghh..." Kulihat Prapto memberikan tendangan kerasnya ke perut anak yg ada di depannya. Aku pun tak tinggal diam melakukan serangan, kutubruk salah satu anak yg mau mengibaskan baloknya ke arahku. Dia jatuh tersungkur, aku langsung menghajarnya secara membabi buta. Walau aku merasakan berbagai pukulan benda tumpul entah itu balok di sekitar punggungku namun tak kupedulikan.

Kulihat anak yg aku hajar telah berlumuran darah dan aku mencari mangsa lain untuk kuhajar. Saat membalikkan badanku tiba-tiba sesuatu yg aku yakin itu adalah paving datang menghampiriku.

"Awas suu!" Seru Prapto yg masih kudengar.

Akupun jatuh ketika paving itu mengenai kepalaku. Kurasakan sakit yg begitu hebatnya. Aku saat ini juga merasakan berbagai tendangan yg menendang tubuhku. Samar-samar kulihat kaki Prapto melangkah menuju ke arahku sambil mengucapkan sumpah serapahnya. Dan perlahan pandanganku menjadi gelap.

----

Kubuka mataku pelan, kuamati keadaan sekitar. Saat ini aku berada disebuah ruangan yg serba putih. Kulihat ada seorang perempuan tertidur duduk di samping ranjang yg aku tempati ini. Kepalanya direbahkan di kasur. Kuamati sosok perempuan itu, sosok perempuan yg sangat aku kenal.

"Nov... Nov..." Panggilku lirih.

"Iya... Kamu udah sadar..." Ucap Novi seraya mngucek matanya yg sembab.

"Aku dimana ini Nov?" Tanyaku lalu memegang kepalaku berusaha mengingat sesuatu.

"Di rumah sakit!"

"..." Aku mulai ingat kejadian yg membuatku ada disini.

"Prapto mana?" Tanyaku khawatir.

"Dia..." Ucap Novi menghentikan ucapannya.

"Nov!"

"Wis sadar su??" Oceh Prapto yg ternyata berbaring juga di ranjang saamping kiriku.

"Dia disampingmu tuh!" Kata Novi melanjutkan ucapannya tadi.

"Hmmm..." Keluhku singkat walau lega ngelihat Prapto masih cengengesan.

"Kok kita bisa disini Nov?"

"Tadi Prapto telpon aku, dia gk ngomong apapun cuma denger suara-suara kresek-kresek aja aku..."

"..."

Ternyata tadi sebelum kita dikeroyok anak-anak SMA, Prapto nyempetin telpon Novi. Prapto pikir kita bakal babak belur dan Novi pasti kembali lagi karena khawatir supaya bisa bawa kita ke RS kalo parah. Dan ternyata memang benar perkiraan Prapto. Novi kembali ke kos Prapto dan melihat kami lagi dikeroyok. Kita lalu dibawa ke RS terdekat, gerombolan itu kabur setelah dikejar warga dan pengguna jalan sekitar sekolah. Aku mengalami luka yg lumayan parah, kepalaku diperban kayak mumi. Si Prapto dijahit di pelipis matanya. Mata kami lebam dan banyak memar ditubuh kami.

"Makasih Nov..."

"Kita bayare gimana ini?" Tanya Prapto entah ke siapa.

"Wis gk usah dipikirin, udah aku bayar kok..." Kata Novi yg membuat kami tenang.

"Besok kita ganti Nov..."

"Iya gampang!"

Kemudian ada dokter yg datang untuk memeriksa keadaan kami. Untung saja kami diperbolehkan pulang. Setelah dokter itu pergi, Novi keluar sebentar entah kemana.

"Su bales su pokoknya!" Ucap Prapto penuh dendam.

"Iyo sabar, yg penting kita sembuh dulu..."

"Aku wis sehat iki su, kita bakar sekolahnya aja!"

"Edan kowe su!"

Setelah Novi kembali, kita diantar pulang masing-masing. Kupinjam dulu baju Prapto yg masih bersih dikosnya. Bisa pingsan Ibu kalo aku pulang dengan keadaan seragam penuh darah dan kepala diperban kayak mumi gini. Sekitar jam 8 aku sampai rumah. Ibu terkejut melihat keadaanku. Aku bilang ke Ibu kalo aku jatuh dari tangga sekolah, untungnya dibantu Novi juga ngomongnya. Ibu percaya dan terima kasih banget ke Novi.

"Ya Alloh Diiit... Kamu bikin Ibu khawatir aja!"

"Maaf Buk..."

"Yaudah kamu istirahat dulu..."

"Nggeh Buk..."

Akupun masuk kamar untuk istirahat. Dikamar aku gk bisa tidur menahan rasa sakit di sekujur tubuhku. Entah jam berapa aku mulai terlelap malam itu, yg jelas tengah malam Ibu sholat tahajud di dalam kamarku.

---

Sehari setelahnya Gatot dateng kerumah sambil marah-marah gk jelas. Ternyata berita kalo aku dikeroyok anak SMA 69 sudah menyebar. Saat aku tanya ia tau kabar dari mana, Gatot gk jawab.

"Kudu dibales su!" Ucap Gatot emosi.

"Sabar Tot..."

"Ora sabar-sabaran kalo ini!" Seru Gatot menggebu-nggebu.

"...."

"Iki wis keterlaluan!"

"Iyo... Sabar tot!" Ucapku mencoba menenangkan Gatot.

"Koe yakin mereka anak SMA 69 to su?" Tanya Gatot serius.

"Heem..."

"Nanti aku kumpulin anak-anak buat nyerang tu sekolah asu!"

"Wis Tot gk usah bawa anak-anak dulu..." Kataku masih mencoba menenagkan Gatot.

Bisa gawat kalo anak-anak kampung ikut-ikut. Aku gk bisa bayangin kalo mereka datengin SMA 69 untuk balas dendam. Sebisa mungkin aku tahan Garot agar tetap tenang dan gk memprovokasi. Anak-anak di kampungku kalo ribut-ribut juaranya. Mereka semangat banget kalo disuruh berantem atau tawuran.

Aku hanya takut kalo mereka tak terkendali nanti. Kipli dan Angga yg jelas paling berbahaya, mereka selalu membawa pedang kalo ada keributan seperti ini, bahkan anak-anak yg lain pun juga gila-gila semua, mereka bahkan pernah membawa air keras saat ribut sama desa lain. Yg aku takutkan kalo mereka semua lepas kontrol. Bisa panjang urusan nya pasti.

"Wis Tot tenang sik, pasti kita bales! Tapi plis tunggu aku baikan dulu..." Ucapku mencoba mengulur waktu.

"Hmmm..."

Sore harinya Bella datang kerumah bawa buah-buahan dan makanan banyak baget. Aku kabarin Bella kalo aku lagi sakit habis dikeroyok preman salah sasaran. Bisa marah lagi tuh anak kalo gk aku kabarin.

"Kamu sih! Udah dibilangin jangan lirak-lirik pacar orang ngeyel! Dikeroyok kan jadinya..." Ucap Bella asal yg hari ini datang menjengukku dirumah setelah pulang les nya.

"Tau deh Bell..." Gemingku pelan.

"Apa?"

"Enggak... Oiya kamu gk nyasar? Naik apaan kesini nya?" Tanyaku.

"Gk kok... Naik motor Ibu aku bawa..."

"Lha ini jam segini kok udah pulang les nya? Tumben..."

"Salah siapa kamu kayak gini!"

"Yaah... Bolos dong kalo gitu?"

"Iya... Sesekali gk papa kok..." Ucap Bella tersenyum sambil menyentuh pelan perban yg melilit kepalaku.

"..."

"Wah kok bisa kayak mumi gini sih Dit?" Tanya Bella dengan santainya.

"Hmm..."

"Sakit ya Dit?"

"Gk kok cuma ngilu aja dikit, hehe..."

"Jangan berantem lagi ya Dit... Aku takut kamu kenapa-kenapa..." Kata Bella yg tiba-tiba jadi sedih.

"Iya Bell... Gk kok..."

"...."

"Makasih ya udah mau ngejenguk," ucapku halus.

"Iya Dit... Nih makan dulu, aku suapin deh..." Kata Bella seraya menyuapkan sesendok bubur yg dibuat Ibuku.

Lumayan lama Bella dirumahku, dia telaten banget waktu ngelupasin jeruk buatku. Bella benar-benar perhatian banget. Bahkan dia udah deket aja sama Ibu ngobrol-ngobrol gosip artis gk jelas.

Jam 5 Bella pamit pulang, dia mewanti-wanti aku agar mataku gk jelalatan. Bella masih kekeh dengan pendapatnya sendiri kalo aku dikeroyok gara-gara godain pacar orang, ah dasar Bella! :o

---

Hari berikutnya aku berangkat ke sekolah diantar si setan Gatot. Gk biasanya dia sekolah bawa motor, tapi pagi tadi dia sudah stanby di teras sambil menikmati rokok supernya.

"Tengkyu yo su!" Ucapku ke Gatot ketika sampai depan sekolah.

"Yoi... Eh su sekolahmu ceweknya cakep-cakep juga ya ternyata..."

"Mbuh lah su..."

"Haha... Yowis nanti tak jemput lagi yo..."

"Tumben su baik banget!" Kataku curiga.

"Kapan to aku jahat su? Hahaha..." Jawab Gatot lalu pergi gitu aja.

"...."

Setelah Gatot pergi, aku langsung jalan menuju kelas. Selama perjalanan semua mata menatapku aneh. Mungkin mereka pikir aneh aja ada mumi mau sekolah.
Sesampainya di kelas aku langsung dicerca anak-anak tentang kejadian kemarin. Mereka marah-marah dan siap bantu kalo aku mau balas.

"Santai Bro... Nunggu aku baikan dulu baru kita balas mereka!" Ucapku mengontrol emosi anak-anak.

Hari ini Prapto belum masuk sekolah, dia kayaknya lebih parah dibandingkan aku. Kata Novi, Prapto pulang kerumahnya biar ada yg ngerawat.

"Dit..."

"Heem..." Ucakpu malas sambil tiduran di meja kelas saat jam istirahat.

"Aku beliin makan ya..."

"Gk selera Nov..."

"Yaudah mau nitip apa? Aku mau ke kantin..."

"Emm... Gk deh Nov, makasih..."

"Yaudah aku ke kantin dulu kalo gitu..."

"Heem..."

Hari ini di sekolah terasa lama banget. Gk ada satu materi pun yg masuk di otak. Semua guru tanya kenapa kepalaku diperban gitu, tapi aku jawab kalo jatuh. Anak-anak pun untungnya gk ada yg ember.

Akhirnya setelah sekian lama, pelajaran terakhir pun hampir usai. Usai berdoa tiba-tiba ada anak kelas lain datang ngos-ngosan ke kelasku.

"Dit, sekolah kita dikepung preman!"

"Hah?"

"Preman mana?"

"Gk tau!"

"Jangan-jangan masih ada hubungan nya sama masalahmu kemarin Dit!" Timpal Rangga temen sekelasku.

"Wis ayo tawur kita! Harus siap!" Oceh anak-anak semangat.

Njiir masak tawur lagi? Bisa jadi mumi bener aku kalo ribut sekarang. Tapi biar bagaimanapun aku harus hadapi. Pantang mundur cuk!
Setelah diskusi bentar aku putuskan untuk keluar sendirian dulu buat mancing. Kalo bener mereka nyariin aku, pasti aku langsung diserang. Dan saat itu juga anak-anak di dalam langsung keluar semua.

Ketika aku sampai di depan pintu gerbang, aku kaget ada orang-orang yg aku kenal telah di depan sekolahku.

Ada seseorang yg memanggilku.

"Woe su!" Terdengar suara Kipli memanggilku.

"Asu! Ini kenapa anak-anak disini semua??" Aku kaget ketika lihat Kipli telah membawa pasukan perangnya yg rata-rata anak pasar.

"Kata Gatot kalian mau balas dendam sekarang, ya kita ikut lah! hahaha..."

Njiiir ini pasti ulah si setan Gatot yg provokasi kesana kemari.

"Sekarang mana si Gatot Pli?"

"Tuh lagi nyampur ciu!" Ucap Kipli seraya mengacungkan jarinya ke Gatot yg lagi meracik ciu di pinggir warung.

Dan betapa kagetnya aku melihat Gatot disana. Ternyata semua anak kampung dibawa Gatot kesini. Disitu ada Angga, Tomi, bahkan gerombolan anak yg biasa PS juga ada. Njir Tekken dunia nyata nih. :cool:

"Su edan kowe!" Seruku ke Gatot.

"Wis siap to? Ayo habis ini kita ke SMA 69!" Kata Gatot dengan santai nya.

"..."

Aku pikir percuma debat dengan setan satu ini. Semua anak-anak juga telah panas kena provokasi si Gatot yg gk waras, apalagi mereka semua udah terpengaruh minuman setan. Pasti makin panas aja.

"Lhah kita disini mau bantuin kamu malah dilarang, pie sih!"

"Oke, oke... kita kesana sekarang!" Seruku ke anak-anak yg ngotot pengen balas dendam ke SMA 69 sekarang.

"Nah gitu baru keren!"

"Tapi aku mohon jangan ada yg bawa pisau, pedang, belati, sama air keras, ok?" Kataku menjelaskan.

"..." Mereka terlihat mikir.

"Gimana?"

"Siapa takut!" Ucap Gatot.

"Sepele itu!"

"Tangan kosong juga siap Dit!"

"Yowis ayok kesana kalo gitu..." Ajakku.

"Sik-sik..." Cegah Gatot. "Kamu dibelakang aja gk usah ikut ribut, mau jadi mumi beneran su?" Imbuh Gatot kemudian.

"Nah bener, kamu liat kita beraksi aja ya su!" Tambah Kipli.

"Iyo wis gampang..." Kataku sanggup.

Akhirnya kamipun berangkat menuju SMA 69 menggunakan motor rame-rame. Sebelum berangkat aku masuk ke sekolah dulu memberi tahu anak-anak kalo yg dimaksud preman itu teman-temanku dan pada mau ke SMA 69. Mereka juga pada mau ikut, tapi aku cegah agar masalah tak merembet kemana-mana.

Sekitar 10 menit kemudian, sampailah kami di depan SMA 69. Mereka belum pulang sekolah karena jam pelajaran SMA jelas beda dengan SMP.

Beberapa saat kami menunggu, aku lihat ada salah satu anak yg kemarin ikut ngeroyok keluar dari gerbang sekolah lalu diikuti segerombolan pengecut itu dibelakangnya. Kami mengintai mereka dari warung samping sekolah mereka.

Awalnya mereka tak mencurigai kalo sedang kita intai, hingga akhirnya saat mereka jalan melewati depan warung Gatot langsung mengambil batu besar yg ada di sekitarnya dan langsung berlari ke gerombolan tersebut.

"Modaro kowe suuu!" Seru Gatot seraya melempar batu itu tepat di depan muka anak SMA 69 hingga jatuh.

"Pragghhh..."

Karena saking dekatnya, maka Gatot pun ikut tersungkur jatuh. Tak lama kemudian anak-anak langsung menyerbu gerombolan itu dengan membabi buta. Aku ditahan Angga saat hendak ikut ke dalam pertempuran itu.

Pertarungan yg sangat tidak imbang, Kipli dan pasukannya dengan brutal menghempaskan pukulan-pukulan kerasnya ke anak SMA 69. Demikian juga Tomi, ia bahkan menginjak-injak anak SMA 69 yg telah jatuh tak berdaya.

Kuperhatikan ternyata biang keladi masalah ini yaitu anak yg hidungnya bocor kemarin terlihat mau kabur. Kubilang ke Angga kalo dia biang keladinya.

"Ngga... Yg itu jatahku yo! Dia biangnya!"

"Kamu disini aja!" Cegah Angga lalu berlari menuju ke anak itu kemudian dengan cepat Angga memberikan sebuah tendangan kaki kanannya yg melesat tepat di wajah pecundang itu. "Brruughhhh.." Ia itu langsung tumbang dengan darah yg bercucuran. Njiiir keren si Angga.

Anak-anak yg biasa PS pun ternyata boleh juga. Mereka pikir dapat mengekspresikan karakter idola mereka yg hanya ada di game. Telah tak terhitung lagi pukulan-pukulan yg dilancarkan mereka semua.

"Ini akibatnya kalo kalian keroyokan! Breeggghh..." Ucap Kipli lalu menendang perut salah satu pecundang SMA 69 yg telah berbaring tak berdaya.

"Bruugghhh... Dan itu dari anak yg kalian keroyok kemarin!" Seru Gatot sambil menendang salah satu anak juga.

Kemudian kita pergi meninggalkan pecundang-pecundang itu begitu saja. Aku sangat berterimakasih ke kawan-kawan kampungku atas semangat dan niat baik mereka memberi pelajaran kepada aqnak-anak yg mengeroyokku dan Prapto.

Hari-hari setelahnya berjalan dengan normal, yg beda hanyalah namaku yg mulai tenar dikalangan murid-murid. Aku masih kerja sebagai kuli panggul di pasar bareng Kipli, Mas Tono, dan Mas Budi. Walaupun lelah, tapi aku harus tetap harus belajar mandiri.

-----

Harta yg paling berharga adalah keluarga,
Istana yg paling indah adalah keluarga,
Puisi yg paling bermakna adalah keluarga,
Mutiara tiada tara adalah keluarga...

Hari-hari pun berganti dengan cepat. Tak terasa tahun 2003 pun akan usai. Hariku menjadi sangat indah berkat kehadiran Bella di hidupku. Intensitas pertemuan kami tetap terjaga, Bella sering menyempatkan diri datang kerumah hanya untuk ngobrol. Akupun juga sesekali kerumah Bella buat ngapel dengan modus belajar bersama. Mungkin Tuhan menciptakan sosok Bella untuk membuat hidupku lebih berwarna, berwarna.

Ayah masih kerja di Jakarta, soal ganti rugi uang yg harus Ayah tanggung sudah selesai. Meski selesai namun masih menyisakan tanggungan hutang ke rentenir.
Sempat Ibu tak punya uang sama sekali ketika rentenir itu datang menagih. Rentenir itu mengancam akan mengambil barang-barang yg ada di rumah jika tak bisa membayar cicilan hutang itu. Dan saat itu juga aku ngamuk ke rentenir itu saat ia memaki Ibu. Kupecah celengan dikamar, lalu kuambil semua uang tabunganku selama aku kerja menjadi kuli panggul lalu menyebarnya persis di depan rentenir sialan itu. Ibu semakin menangis kemudian si lintah darat itu pergi begitu saja.

Aku ditanya darimana aku dapat uang, aku mengatakan kalo aku sering menang lomba sepakbola dan dapat hadiah uang. Ibu sempat curiga, tapi aku tetap gk ngaku kalo aku kerja di pasar hampir setiap hari.

Magelang, 24 Desember 2003

Hari raya adalah suatu hari dimana kita bisa berkumpul dengan semua sanak dan keluarga kita masing-masing. Hari raya seharusnya menjadi hari yg sangat dinantikan oleh setiap orang. Iya setiap orang, kecuali sahabat terbaikku itu.

Hari ini tanggal 24 Desember, artinya besok adalah hari Natal. Untuk Novi, natal di setiap tahunnya terkesan biasa-biasa saja. Bahkan ia mendadak menjadi murung jika telah mendekati tanggal 25 Desember 2 tahun ini.

"Udah Nov... Jangan sedih dong..." Kataku.

"Iya Nov... Masak tiap tahun sedih terus sih..." Ucap Prapto.

"Ah kalian gk ngrasain sih!" Kata Novi lesu.

Siang ini setelah pulang sekolah kami bertiga nongkrong di kos Prapto. Seharian tadi Novi sangat murung. Mukanya selalu ditekuk, tak ada ekspresi bahagia darinya padahal besok adalah hari raya kepercayaannya.

Orang tua Novi, benar! Orang tua Novi selalu melewatkan natal yg seharusnya indah itu bersama keluarganya. Setiap tahunnya mereka sibuk dengan agenda di perusahaan miliknya. Akhirnya Novi pun selalu merayakan hari yg spesial itu sendirian.

Sangat sedih melihat Novi seperti ini, hingga akhirnya aku dan Prapto berniat untuk menemani Natalnya tahun ini.

"Yaudah Nov kita temenin kok natal tahun ini... Jadi kamu gk sendiri lagi deh..." Kataku mengusap rambut Novi.

"Iya Nov, tenang aja! Kita kan juga keluargamu..." Imbuh Prapto seraya mengusap pundak Novi.

"....." Novi pun terdiam, namun ekspresi wajahnya menunjukkan ia gembira mendengar sahabat-sahabatnya ini menghiburnya. "Makasih ya Dit, Prap... Tapi bukannya aku nolak, aku udah biasa sendiri kok..." Kata Novi tersenyum, senyuman yg sangat jelas ia paksakan.

"Halah, gk usah sungkan gitu kenapa sih!" Seruku, "tau tuh kayak sama siapa aja!" Tambah Prapto.

"...." Novi masih dalam diamnya, ia hanya tertunduk. Entah apa yg dipikirkannya saat ini.

"Yaudah, nanti malem kita kerumah kamu ya..." Ucapku tersenyum.

"Tapi...," Novi mulai bicara, "tapi aku gk enak sama kalian..." Ucap Novi lemas.

"Gk enak gimana?" Tanya Prapto.

"..."
"
Udah-udah! Pokoknya kita temenin deh Nov..." Sahutku melihat Novi hanya diam saja.

"Makasih ya Dit... Prap..." Kata Novi tersenyum manis. "Yaudah yuk sekarang pulang, aku siap-siapin dulu buat nanti!" Imbuh Novi mulai ceria.

"Yoi yuk Nov! Anterin balik yah? Hehe..." Kataku cengar-cengir.

"Iya deh yuk..." Ucap Novi beranjak dari duduknya.

"Nah gitu dong! Haha..." Celotehku tersenyum lebar.

"Su... Nanti kamu samperin aku dulu lho ya!" Kata Prapto.

"Iya cuk! Tenang aja, tak pinjem motor temenku!" Seruku seraya memakai sepatu converse KW 16 milikku. :D

Kemudian Novi pun mengantarku pulang dengan mobilnya, kebetulan hari ini ia menggunakan mobil untuk sekolah dan memarkirnya di halaman kos Prapto. Selama perjalanan mengantarku pulang Novi nampak memikirkan sesuatu, karena penasaran aku pun bertanya kepadanya,

"Kenapa lagi Nov?" Tanyaku polos.

"Emm... Sebenernya aku belum nyiapin semuanya Dit, pohon natal aja aku gk punya..." Ucap Novi dengan muka yg ditekuk.

"Yaudah beli dulu yuk!" Ajakku.

"Gk papa nih kita beli dulu?" Tanya Novi.

"Ya gk papa lah..."

"Gk usah deh Dit... aku beli sendiri aja abis ini..."

"Hmmm... Kamu tu kenapa sih dari tadi? Gk kayak biasanya!" Seruku.

"Aku gk enak Dit, sumpah!"

"Haisssah udah ah males aku debat sama kamu!" Seruku, "pokoknya kita beli aja pohon natalnya!" Ajakku lagi.

"Iya Dit... Makasih ya..." Kata Novi tersenyum tipis.

Akhirnya Novi pun mengarahkan laju mobilnya menuju salah satu supermarket di kota ini.

Sesampainya disana, Novi pamit sebentar untuk ke toilet. Aku pun menunggu Novi di depan toilet sambil melihat-lihat suasana sekitar. Kulihat ada sebuah counter yg menjual pernak-pernik natal, aku pun langsung menuju counter itu sendirian. Ada sebuah pohon natal besar menghiasi counter tersebut, ada sinterklas nya juga disitu. Njiir minta sesuatu ah. :hammer:

"Selamat datang kakak... Bisa saya bantu..." Sapa seorang pegawai.

"Emmm... Pohon natal mbak!" Kataku semangat.

"Kenapa pohon natalnya kak?" Tanya sang pegawai sopan.

"Hehe, Gini mbak... Saya mau cari pohon natal! Yg sederhana aja deh mbak, tapi bagus!" Kataku.

Belakangan kuketahui pohon natal itu semua sama, hanya ukurannya saja yg beda. Dan yg membuat bagus itu hiasan-hiasannya. :gila:

"Emmm...." Mbak-mbak pegawai pun nampak kebingungan sambil mencari-cari pohon natal yg aku maksud, "ini aja mas!" Ucap pegawai itu seraya membawa sebuah pohon natal berukuran sedang.

"Lhah kok kosongan gitu mbak? Yg ada lampu dan hiasan-hiasan nya gitu lho mbak..." Protesku.

"....."

"Woe Dit! Udah disini aja sih!" Ucap Novi yg tiba-tiba telah berada disampingku.

"Eh, udah selesai Nov?" Tanyaku.

"Udah kok!" Ucap Novi, "wah pas tuh Dit pohonnya..." Imbuh Novi seraya meminta pohon natal itu dari mbak-mbak pegawai yg melayaniku.

"Pas gimana sih?" Tanyaku polos.

"Ya yg ini aja, bagus kok!" Ucap Novi tersenyum.

"Bagus gimana lha wong kosongan gitu..." Kataku, "cari yg ada hiasannya Nov biar keren!" Imbuhku sok tau.

"Hhmmm... Jangan malu-maluin deh Dit! Hiasannya tuh kita beli lagi, nanti kita hias sendiri dirumah!" Ucap Novi sambil menggelengkan kepalanya.

"....." Aku pun hanya bengong, sang pegawai pun kulihat hanya senyam-senyum melihat sok tauku tadi. "Hehe... Ya aku kan gk tau Nov..." Kataku pelan.

Akhirnya Novi memilih pohon natal yg dibawa mbak-mbak pegawai itu. Kemudian kami mencari beberapa hiasan untuk menghiasi pohon natalnya di counter ini.
Novi semangat memilih hiasan-hiasan yg akan digantungkan. Ada beberapa macam pernak-pernik yg lucu-lucu, pokoknya banyak dan lengkap.

Setelah membayar, kami pergi meninggalkan counter itu. Tak lama berjalan, Novi berhenti sejenak lalu melangkahkan kakinya ke counter elektronik.

"Mau beli apaan sih Nov?" Tanyaku.

"Emm... Liat-liat aja kok..." Jawab Novi seraya berjalan masuk ke counter elektronik itu.

Sesamapainya di dalam, Novi mengamati sebuah televesi 21in yg dipajang di counter ini. Matanya tak menoleh sedikitpun dari televisi itu. Beberapa saat kemudian, datanglah sang pegawai dengan segala macam muslihatnya mempromosikan barang dagangannya.

"Yaudah mas saya ambil ini..." Ucap Novi tersenyum.

"Iya mbak... Silahkan bisa diurus administrasinya disana..." Ucap sang pegawai tersenyum puas.

"Ha?!?" Aku terkejut mendengar kesepakatan itu. Bener-bener udah gila tu anak, setahuku dirumah Novi telah ada tiga TV, belum yg dikamarnya, dan semuanya itu
gede-gede. Kenapa sih orang kaya kok seneng banget ngehambur-hamburin duit gitu, haduuuh.

"Nov kok malah beli TV segala?" Tanyaku penasaran.

"Ya gk papa kan? lagi pengen beli aja..." Ucap Novi santai seraya memasukkan credit card miliknya ke dalam tas, "Mas dikirimnya sorean aja ya..." Seru Novi kemudian kepada pegawai counter elektronik itu.

"...."

"Emm... Beli apa lagi nih Dit?"

"Kayaknya cukup deh Nov..."

"Yakin?"

"Emmm... Makan nya aja sih Nov yg belum! Hhaha..." Candaku.

"Haha... Oiya, KFC aja yuk!" Ajak Novi.

"Oke ngikut aja deh..."

Kemudian kami berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil mobil lalu pergi menuju KFC. Beberapa menit kemudian sampailah kami di tempat makan yg membuatku memikirkan seseorang. Terakhir kali aku kesini bersama seorang perempuan cantik yg sangat menawan, sedang apa ya dia sekarang? Kulihat bangku pojok tempat dulu kami duduk masih kosong. Usai memesan dan membayar makanan, kuajak Novi duduk di bangku pojok dekat jendela itu. Dejavu, aku pernah kayak gini sebelumnya, hanya saja sosok perempuan itu bukan Novi, namun Mbak Laras. Wah udah lama gk uhuk-uhuk sama Mbak Laras, jadi kangen. :)

"Dit..."

"....."

"Woe Dit!" Seru Novi mengagetkanku, "kenapa sih malah ngelamun gitu?" Imbuh Novi.

"Hehe... Tau nih lagi kepikiran orang aja..."

"Hhhmm... Bella ya? Ajak aja kesini Dit..." Ucap Novi seraya membuka bungkusan nasi putih.

"Gk deh Nov yg ada malah ngrepotin kamu, hehe..."

"Hmmm... Biasa kamu Dit!"

Akhirnya setelah menghabiskan ayam kriuk-kriuk itu, Novi pun mengantarku pulang kerumah. Sesampainya dirumah, aku langsung mengganti seragamku dengan baju santai, kududuk diteras rumah sambil menikmati suasana sore. Lalu kuambil gitar dan mulai memainkan lagu lama yg biasa kita nyanyikan, lho ini kok malah jadi lagunya slank? oke ulang! Aku duduk di teras rumah menikmati suasana sore, aku bersyukur mempunyai keluarga yg sangat harmoni di hidupku.

Mungkin jika aku di posisi Novi saat ini, aku juga bakal stres dihari raya yg sangat special namun tak bisa berkumpul bersama keluarga. Terima kasih ya Tuhan telah memberiku kenikmatan yg tak ternilai ini.

---

Malam hari, 24 Desember

"Suuu... Cepetan!" Seru Prapto.

"Iya bentar..." Ucapku seraya memarkirkan motor Gatot di depan garasi rumah Novi. Njir Gatot baik banget minjemin motor terus.

Malam ini seperti yg telah dijanjikan, aku dan Prapto berkunjung ke rumah Novi untuk menemani malam yg mungkin sangat spesial untuknya.

Setelah memarkir motor, kamipun masuk ke dalam rumah yg sangat megah ini. Kami berjalan menyusuri tangga untuk menemui Novi di lantai atas.

Nampak sebuah pohon natal yg indah menghiasi ruangan ini, api dari lilin-lilin kecil pun terlihat menari-nari seakan menyambut kedatangan kami.

Kulihat Novi malam ini sangat cantik berdandan layaknya seorang perempuan. Penampilannya malam ini sungguh berbanding terbakik dengan apa yg ia kenakan tiap harinya.

Novi yg tomboi berubah menjadi Novi yg feminim, Novi yg kalo pakai seragam pasti bajunya dikeluarin kini ia tampil dengan anggun. Aku dan Prapto pun hanya terdiam melihat sosok bidadari yg tak pernah kami sadari ini.

Dengan balutan gaun putih yg indah membuatnya sangat anggun, rambut panjangnya yg ia sanggul membuat kesan dewasa tercipta di dirinya.

"Eh Asu ayu tenan..." Oceh Prapto ketika melihat sesosok bidadari yg tak pernah disadarinya.

"Kamu bisa dandan juga ya? Hahaha..." Candaku.

"Hehe... Duduk yuk!" Kata Novi mempersilahkan kami duduk di kursi.

"Nov... Kok jadi keren gitu ya pohonnya?" Tanyaku polos.

"Iya dong! Kan tadi udah aku hias..."

Ucap Novi tersenyum manis, "emmm... Makasih ya kalian udah mau nemenin aku malam ini..." Imbuh Novi dengan senyuman yg sangat manis.

"Iya... Sama-sama!" Jawabku dan Prapto kompak.

Novi tampak gembira sekali malam ini, senyuman yg ia tunjukkan terlihat sangat tulus. Kamipun mengobrol santai sambil menikmati hidangan lezat yg tersedia. Njiir natal tiap hari juga mau deh aku.

Kami berpindah duduk di sekitar pohon natal yg indah itu, nampak ada sebuah kado besar di sampingnya.

"Prap... Ini buat kamu!" Ucap Novi seraya menyeret sebuah kotak besar yg telah dibungkus kertas kado.

"Wuiih apaan Nov?" Tanya Prapto terkejut.

"...." Aku pun hanya diam memikirkan kado apa yg diberikan Novi, gila tuh gimana cara ngebungkusnya segede ditu kotaknya.:gila:

"Ini kado natal dari aku Prap..." Ucap Novi tersenyum lebar.

Kemudian Prapto pun membuka kado itu, nampak sebuah kardus berwarna coklat di balik bungkusan itu.

Bajigur TV! Aku terkejut melihat kado yg diberikan Novi kepada Prapto, ternyata tv yg tadi dibeli itu untuk Prapto.

"Itu buat kamu Prap..." Ucap Novi tersenyum, "kasihan kamu, tv yg dulu udah rusak kan di kosmu? Hehe..." Imbuh Novi tertawa lebar.

"Tapi Nov...." Ucap Prapto masih gk percaya atas apa yg ia dapatkan.

"...." Aku pun hanya terdiam tak percaya melihat Novi secara cuma-cuma memberikan kado yg menurutku sangat mahal itu, lalu pikiran konyolku pun muncul. Kalo Prapto yg gk nganterin Novi beli pohon natal aja dikado TV, wah jangan-jangan kalo buat aku kulkas nih, hehe. Tapi dimana kulkasnya ya? Kok gk ada ada kado lagi kayaknya. Duh masak sih aku gk dikasih apa-apa... Batinku konyol. :bata:

"Kenapa Dit kok bengong?" Tanya Novi cengar-cengir, "kamu mau kado juga ya?" Tanya Novi lagi.

"Eh enggak Nov... Punya sahabat kayak kalian aja udah jadi kado terbaik untukku..." Ucapku tersenyum. Njir keren kan? :p

"Yg benerr?" Ucap Novi menggodaku, "nih buat kamu Dit!" Imbuh Novi seraya mengambil kotak kecil yg telah dibalut kertas kado yg diletakkan di bawah pohon natal.

"Lhah kok aku dapet kado juga..." Ucapku tersenyum ke Novi, wah tapi kok kecil ya? Tapi gk papa deh daripada enggak sama sekali, batinku.

"Iya Dit... Dibuka dong! Moga kamu seneng..."

Lalu kubuka perlahan kertas kado yg membalut kotak ini, "Nov...." Ucapku pelan.

"Iya Dit... Gk suka ya?" Tanya Novi tertunduk.

Aku gk percaya atas apa yg Novi berikan, sebuah handphone keluaran terbaru diberikan Novi untukku, yg ada radionya itu lho. Memang aku sangat memimpikan hape itu, entah Novi tau darimana aku juga gk tau, yg jelas aku sangat sungkan menerima kado ini.

"Nov... Semua yg kamu kasih ini entah itu TV ataupun HP ini tuh semua barang mahal Nov...." Ucapku ke Novi, "kamu gk perlu beliin semua ini untuk kita. Kita tuh cuma pengen nemenin kamu aja sumpah..." Kataku.

" Aku cuma pengen membalas niat baik kalian kok..." Ucap Novi yg tiba-tiba lesu.

"Iya Nov tapi gk gini juga..." Sahut Prapto, "jujur deh Nov aku seneng banget dapet kado kayak gini, tapi aku juga gk enak... Ini tuh mahal lho Nov..." Imbuh Prapto. njiir bisa dewasa juga tu si kunyuk. :hammer:

"Iya maaf.. Tapi aku ikhlas kok..." Ucap Novi tersenyum tipis.

"Iya Nov aku tau kamu ikhlas, tapi aku bingung gimana aku balas kado ini, kita kesini gk bawa apa-apa juga..." Kataku.

"Udah deh... Gk usah diperpanjang lagi! Aku cuma pengen kalian nerima kado itu kok..." Ucap Novi menundukkan kepala.

"Iya Nov aku terima kok, kamu jangan sedih dong.." Kataku.

"Bener?" Tanya Novi.

"Iya... Makasih banget ya!" Kataku tersenyum, "iya Nov aku juga makasih banget pokoknya..." Kata Prapto tersenyum.

Tak terasa waktu pun telah menunjukkan pukul 00.15. Karena kami juga semakin ngantuk, akhirnya aku dan Prapto pamit ke Novi.

"Nov... Kita balik dulu ya..." Ucapku halus.

"Iya Dit Prap makasih ya..." Kata Novi tersenyum, "itu beneran Prap tv nya dititipin sini dulu?" Tanya Novi.

"iyo, gk bisa bawanya kalo sekarang... Hehe..." Kata Prapto.

"Yaudah yuk temenin aku berdoa dulu!" Kata Novi seraya berjalan ke sebuah lilin yg masih menyala di atas meja yg terdapat di sudut ruangan ini.

Lalu Aku dan si kunyuk Prapto mengikuti Novi dari belakang. Terlihat novi melepas kalung salibnya dan menciumnya seraya memanjatkan doa. Kami hanya berdiri dan menjaga selangkah di belakangnya.

Beberapa menit kemudian, Novi telah menyelesaikan doanya. Terlihat matanya yg telah berlinang.

"Makasih ya Dit... Prap..." Ucap Novi tersenyum manis. Entah bagaimana kami bertiga tiba-tiba telah saling berpelukan.

---

Pagi hari, 25 Desember

Pagi ini gk tau kenapa aku terbangun tak seperti biasanya. Kuambil handphone baru pemberian Novi semalam yg aku letakkan di samping bantal, kulihat di layar monitor waktu masih menunjukkan pukul 05.10. Kenapa aku bangun sepagi ini sih? Haduuh ngapain nih pagi-pagi gini? Apa jogging aja ya? Sepedaan enak kali ya? Ah tapi masa sendirian sih? Mana Bella masih di saudaranya semarang lagi, suka heran juga tiap ada libur agak panjang dikit pasti langsung ke Semarang, jadi kangen nih. Aku telpon aja deh...

"Met pagi Bella sayaaaaang...."

"Yeyyy pagi-pagi udah dipanggil sayang aja..."

"....."

"Eh tumben udah bangun Dit?" Tanya Bella.

"Udah dong! Nih mau jogging... Ikut? Hehe," candaku.

"Aaaaa... Pengeeen..." Ucap Bella merengek manja.

"Makannya buruan balik, nyemarang terus sih..."

"Ya kan nemenin nenek Dit... Aku kan cucu yg berbakti..."

"Iya deh percaya..."

"Semalem jadi nemenin temenmu Dit?" Tanya Bella.

"Jadi kok, aku sms kok gk dibales sih?"

"Hehe, ketiduran Dit, maaf deh..."

"Iya... Terus ngomong-ngomong lagi apa Bell? Udah sholat shubuh?" Tanyaku.

"Udah dong! Kamu?"

"Emmm... Ini baru mau... Hehe..."

"Haddeeehhh... Kebiasaan! Gih buruan sholat!" Seru Bella.

"Iya Bella sayaang...."

"Emm.. Nanti hati-hati ya sayang kalo mau jogging..."

"Iya bell iya..."

"Oke gih sholat! Aku kangen Adit jelek... Muuaahh..." Ucap Bella. "Tuutt... Tuutt... Tuut...."

"....." Kebiasaan, pasti langsung ditutup. Dasar Bella.

Pagi ini memang sangat cerah. Usai sholat shubuh, kupakai sepatu kets milikku yg sudah lama terpajang di rak sepatu. Dengan celana pendek berwarna coklat dan kaos warna putih polos, kulangkahkan kaki mengambil sepeda ontel yg jarang aku pakai juga. Kuambil sepeda itu lalu kuarahkan menuju taman kota ditemani alunan musik dari radio yg aku dengarkan melalui headset di handphone baruku ini.

Sesampainya di taman nampak seorang gadis duduk sendiri menundukan kepalanya. Air matanya terlihat menetes membasahi sepatunya. Gadis yg kukenal selama ini, gadis yang menjadi sahabat baikku, gadis yg memberiku hadiah handphone ini semalam.

"Lho kamu gk ke gereja Nov?" Tanyaku ke Novi yg duduk termenung di taman ini.

"Eh Adit... Kok disini?" Tanya Novi.

"Lhah aku yg harusnya tanya, kenapa kamu disini? Bukannya pagi ini harusnya ke gereja?" Tanyaku lagi.

"...." Novi hanya tertunduk lesu, "aku males Dit... Di gereja pasti sendirian, aku sedih nanti..." Ucap Novi lemas.

"Kok gitu sih... Kamu tetep harus kesana, ini kan natal!" Seruku.

"Enggak Dit, aku gk mau tambah sedih disana... Aku malu kalo ditanya orang..."

"Yaudah yuk aku temenin... Belum telat kan?"

"Gk usah Dit... Aku gk enak sama kamu..." Ucap novi menatapku dengan tatapan yg nanar.

"Hhhmm... Kamu udah pakai baju keren gitu masak cuma disini? Udah yuk!" Ucapku seraya menarik tangan Novi.

Akhirnya setelah kupaksa, Novi pun mau juga datang ke gereja pagi ini untuk melakukan misa natal di hari yg sangat spesial untuknya.

Selang beberapa menit kemudian, sampailah kami di depan salah satu gereja kota ini. Suasana sangat ramai, terlihat banyak jamaat yg hendak melakukan misa di pagi yg cerah ini, para polisi pun nampak ikut membantu menertibkan lalu lintas sekitar.

"Aku tungguin sini ya Nov... Gih kamu masuk!" Kataku tersenyum.

"Iya Dit... Makasih ya..." Ucap Novi tersenyum manis lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam gereja bersama jamaat lain.

Aku merasa aneh ketika orang-orang mengamatiku, entah apa yg mereka lihat yg jelas aku merasa tak nyaman.

Apa ada yg salah denganku? Kenapa semua orang melihatku? Sejenak aku berfikir, dan ASU! AKU SALAH KOSTUM! Aku baru menyadari kalo aku hanya mengenakan kaos putih dan celana kolor pendek, sedangkan orang-orang di sekitarku semua mengenakan pakaian formal.

Kenapa aku jadi bego begini? Haduuuh. Karena merasa malu, aku pun keluar dari halaman gereja yg luas ini. Kulihat ada halte di depan gereja, langsung kulangkahkan kaki ini menuju halte tersebut dan memutuskan menunggu Novi disini.

"Lho Dek kok gk masuk?" Tanya seorang bapak-bapak yg duduk disampingku.

"Enggak Pak, saya Muslim..." Kataku halus.

"Lho terus disana tadi ngapain?" Tanyanya penasaran.

"Nungguin temen Pak, hehe..." Jawabku sopan.

"Oh... Wah salut saya sama kamu Dek, walau beda agama tapi toleransinya hebat..." Kata bapak itu lagi.

"Hehe... Iya Pak..."

"Kalo semua umat beragama seperti kamu, gk ada lagi pasti perang yg mengatasnamakan agama..."

"..." Aku hanya terdiam, otakku belum mumpuni untuk menanggapi perkataan semacam itu. "Hehe..." Tawaku kecil.

Akhirnya setelah dua jam lebih aku menunggu Novi, terlihat jamaat pun mulai keluar dari gereja. Ku ambil hape lalu mengetik sms mengabari Novi kalo aku menunggunya disini.

Tak lama kemudian Novi pun telah datang menghampiriku, wajahnya sangat ceria.

"Maaf ya Dit jadi nungguin..." Sapa Novi.

"Hehe... Santai aja lagi Nov!" Ucapku santai, "yaudah yuk pulang..." Kataku beranjak dari halte ini.

"Oke yuk..."

Akhirnya kami pun pulang, Novi mengantarku pulang dengan mobilnya. Selama di dalam mobil ia terlihat sangat ceria, entah kenapa aku menjadi lega. Namun tiba-tiba ada yg mengganjal dihatiku, duh kenapa jd gk tenang gini sih... ada apa ya?

DEG, aku teringat sesuatu, "NOV SEPEDAKU KETINGGALAN DI TAMAN!"

"..."

Akhirnya kamipun kembali ke taman kota untuk mengambil sepeda yg tertinggal disana. Selama perjalanan aku sangat khawatir. Aku tak tau kenapa aku sangat teledor meninggalkannya di sebuah taman yg sepi selama berjam-jam. Mana tu sepeda biasa dipake Ibu ke pasar lagi, mampus kalo sampe hilang.

Selang beberapa menit kemudian sampailah kami di taman kota itu lagi, aku langsung berlari ke tempat sepeda yg aku parkirkan tadi, dan untung saja masih di tempat semula.

"Hahaha... Dasar!" Ucap Novi.

"Hehe... Kok bisa lupa gini ya aku..." Kataku dengan bloonnya.

"Yaudah yuk pulang..." Ajak Novi.

"Oke Yuk!"

"Emmm... Dit makasih ya, sekali lagi aku terima kasih banget..." Kata Novi tersenyum manis.

"Iya Nov sama-sama, kayak ama siapa aja sih kamu tuh! Hehe..." Kataku santai, "oiya Nov makasih juga hapenya nya... Besok deh kalo ada duit aku ganti... Hehe" imbuhku.

"Haha... Santai aja lagi Dit! Yuk pulang.."

"Oke yuk..."

"...." Novipun kembali tersenyum sangat manis di hari Natalnya kali ini, tak terlihat lagi adanya kekecewaan yg ia rasakan terhadap keluarganya.

Disisi lain aku sangat bersyukur mempunyai keluarga yg selalu ada untukku entah itu saat hari raya ataupun hari-hari biasa. Meski Ayah masih di Jakarta, namun aku bisa merasakan sosok Ayah dengan kasih sayangnya. Terima kasih telah membuatku mengerti apa arti bersyukur yg sesungguhnya.

"Selamat Natal Nov..." Ucapku sebelum Novi masuk kedalam mobilnya waktu itu. Iya waktu itu... Masa-masa itu.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terakhir diubah:
Njirrr pengalaman pribadi nya mantap suhu :jempol:
kaya trio kwek kwek dong hahaha bertiga terus

jadi inget teman-teman smp, cabut bareng bandel bareng hahaha


mantap suhu harus sampai tamat yo :ampun:
 
Njiiirr gila keren banget ceritanya suhu
:jempol: :jempol: :jempol:

Jadi inget sama sahabat yang jauh disana :galau:
 
om iki crito ambek novi bakal nyesek ta? kuatir onok opo2 ambk novi duh gk kuat atiku nek novi kenopo2....
suwun updet e kang
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd